Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/HUM.V10I1.21002
S. Sunarso
Sejarah peristilahan demokrasi dapat ditelusuri jauh ke belakang. Konsep ini ditumbuhkan pertama kali dalam praktik negara kota Yunani dan Athena (450 SM dan 350 SM). Dalam tahun 431 SM, Pericles, seorang negarawan ternama Athena, mendefinisikan demokrasi dengan mengemukakan beberapa kriteria: (1) pemerintahan oleh rakyat dengan partisipasi rakyat yang penuh dan langsung.; (2) kesamaan di depan hukum; (3) pluralisme, yaitu penghargaan atas semua bakat, minat, keinginan dan pandangan; dan (4) penghargaan terhadap suatu pemisahan dan wilayah pribadi untuk memenuhi dan mengekspresikan kepribadian individual. Samuel Huntington mengidentifikasi tiga gelombang demokratisasi dalam sejarah manusia. Gelombang pertama antara tahun 1828 hingga 1926, gelombang kedua tahun 1943 hingga tahun 1962, Sejak tahun 1974, menurutnya, dunia memasuki gelombang ketiga demokratisasi dengan lebih banyak lagi negara menjadi demokratis. Gelombang demokratisasi ini juga diikuti arus balik di mana beberapa negara yang telah menjadi demokrasi kembali menjadi otoriter. Kendati demikian, gelombang demokratisasi selalu datang dan lebih banyak negara menjadi demokratis. Demokrasi, meskipun ada arus balik, adalah suatu yang tak terelakkan dan bakal hadir bagi semua negara. Indonesia adalah salah satu dari negara yang sedang memasuki gelombang ini. Setelah 32 tahun berkuasa, rezim Jenderal Soeharto yang kuat tiba-tiba runtuh pada 21 Mei 1998 di tengah krisis ekonomi Asia. Kondisi politik Indonesia, bagaimanapun, masih belum jelas benar apakah kekuatan-kekuatan demokrasi akan menang.
{"title":"DEMOKRASI DI INDONESIA (KONSEP, PROSPEK, DAN IMPLEMENTASINYA)","authors":"S. Sunarso","doi":"10.21831/HUM.V10I1.21002","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/HUM.V10I1.21002","url":null,"abstract":"Sejarah peristilahan demokrasi dapat ditelusuri jauh ke belakang. Konsep ini ditumbuhkan pertama kali dalam praktik negara kota Yunani dan Athena (450 SM dan 350 SM). Dalam tahun 431 SM, Pericles, seorang negarawan ternama Athena, mendefinisikan demokrasi dengan mengemukakan beberapa kriteria: (1) pemerintahan oleh rakyat dengan partisipasi rakyat yang penuh dan langsung.; (2) kesamaan di depan hukum; (3) pluralisme, yaitu penghargaan atas semua bakat, minat, keinginan dan pandangan; dan (4) penghargaan terhadap suatu pemisahan dan wilayah pribadi untuk memenuhi dan mengekspresikan kepribadian individual. Samuel Huntington mengidentifikasi tiga gelombang demokratisasi dalam sejarah manusia. Gelombang pertama antara tahun 1828 hingga 1926, gelombang kedua tahun 1943 hingga tahun 1962, Sejak tahun 1974, menurutnya, dunia memasuki gelombang ketiga demokratisasi dengan lebih banyak lagi negara menjadi demokratis. Gelombang demokratisasi ini juga diikuti arus balik di mana beberapa negara yang telah menjadi demokrasi kembali menjadi otoriter. Kendati demikian, gelombang demokratisasi selalu datang dan lebih banyak negara menjadi demokratis. Demokrasi, meskipun ada arus balik, adalah suatu yang tak terelakkan dan bakal hadir bagi semua negara. Indonesia adalah salah satu dari negara yang sedang memasuki gelombang ini. Setelah 32 tahun berkuasa, rezim Jenderal Soeharto yang kuat tiba-tiba runtuh pada 21 Mei 1998 di tengah krisis ekonomi Asia. Kondisi politik Indonesia, bagaimanapun, masih belum jelas benar apakah kekuatan-kekuatan demokrasi akan menang.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42846792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/hum.v10i1.20998
Y. C. Nany S
Indonesia saat ini sungguh sangat memprihatinkan karena banyak fenomena-fenomena yang terjadi di negeri ini, segala bentuk tindakan kriminal seperti SARA, korupsi, perampasan hak asasi manusia, sampai pada tingkatan yang berbeda-beda. semakin tidak sopannya seorang anak kepada orang tuanya, dan lain-lainnya merupakan tindakan penyimpangan moral dan sikap manusia Indonesia saat ini yang sudah tidak beradab. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengatasi masalah ini. Masyarakat yang sangat didambakan saat ini adalah masyarakat yang beradab (masyarakat madani), yaitu masyarakat yang memiliki rasa kebersamaan, swadaya, mandiri, dan memiliki moral baik, menerima dan menghormati pluralisme yang ada di masyarakat. Pemerintah dengan pembentukan masyarakat madani, akan terwujud bangsa mandiri, damai tanpa ada pembedaan golongan.Indonesia merupakan bangsa yang memiliki dasar negara Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik untuk diamalkan, akan tetapi banyak penyimpangan dalam hal pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan, Pancasila hanya digunakan sebagai hafalan saja tanpa memperhatikan pengamalannya. Pancasila hanya digunakan sebagai formalitas belaka. kebaikan-kebaikan yang ada di Pancasila berperan dalam pembentukan masyarakat beradab sebagai sarana mengontrol tingkah laku karena nilai yang terkandung sesuai dengan masyarakat madani. Kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia dapat terwujud dengan keteladanan dan saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran.
{"title":"PERANAN PANCASILA DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI","authors":"Y. C. Nany S","doi":"10.21831/hum.v10i1.20998","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v10i1.20998","url":null,"abstract":"Indonesia saat ini sungguh sangat memprihatinkan karena banyak fenomena-fenomena yang terjadi di negeri ini, segala bentuk tindakan kriminal seperti SARA, korupsi, perampasan hak asasi manusia, sampai pada tingkatan yang berbeda-beda. semakin tidak sopannya seorang anak kepada orang tuanya, dan lain-lainnya merupakan tindakan penyimpangan moral dan sikap manusia Indonesia saat ini yang sudah tidak beradab. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengatasi masalah ini. Masyarakat yang sangat didambakan saat ini adalah masyarakat yang beradab (masyarakat madani), yaitu masyarakat yang memiliki rasa kebersamaan, swadaya, mandiri, dan memiliki moral baik, menerima dan menghormati pluralisme yang ada di masyarakat. Pemerintah dengan pembentukan masyarakat madani, akan terwujud bangsa mandiri, damai tanpa ada pembedaan golongan.Indonesia merupakan bangsa yang memiliki dasar negara Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya baik untuk diamalkan, akan tetapi banyak penyimpangan dalam hal pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan, Pancasila hanya digunakan sebagai hafalan saja tanpa memperhatikan pengamalannya. Pancasila hanya digunakan sebagai formalitas belaka. kebaikan-kebaikan yang ada di Pancasila berperan dalam pembentukan masyarakat beradab sebagai sarana mengontrol tingkah laku karena nilai yang terkandung sesuai dengan masyarakat madani. Kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia dapat terwujud dengan keteladanan dan saling mengingatkan dengan kebenaran dan kesabaran.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42279165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/hum.v11i1.20996
L. A. Purwastuti
Berbagai fenomena keterpurukan dalam berbagai bidang dan kekerasan yang terjadi pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berada pada krisis karakter toleran-militan. Pengembangan karakter toleran-militan menjadi urgen dilakukan oleh dunia pendidikan. Salah satu strategi untuk membangun karakter toleran-militan adalah pendidikan inspiratif.Pendidikan inspiratif akan menghasilkan inspirator yang membawa ilham bagi sesamanya untuk membangun sebuah dunia yang bermakna bagi hidup bersama. Pribadi yang inspiratif adalah pribadi yang dapat membawa sesamanya maju bersama, mekar bersama dengan kompetisi yang sehat, saling membangun dan mendukung.Strategi pendidikan inspiratif dapat dilakukan dengan model pembelajaran yang demokratis dan pembelajaran reflektif. Pembelajaran yang menggunakan paradigma pedagogi reflektif memiliki tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Pembelajaran reflektif mensyaratkan adanya dialog dan sharing pengalaman.
{"title":"MEMBANGUN KARAKTER TOLERAN- MILITAN MELALUI PENDIDIKAN INSPIRATIF","authors":"L. A. Purwastuti","doi":"10.21831/hum.v11i1.20996","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v11i1.20996","url":null,"abstract":"Berbagai fenomena keterpurukan dalam berbagai bidang dan kekerasan yang terjadi pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berada pada krisis karakter toleran-militan. Pengembangan karakter toleran-militan menjadi urgen dilakukan oleh dunia pendidikan. Salah satu strategi untuk membangun karakter toleran-militan adalah pendidikan inspiratif.Pendidikan inspiratif akan menghasilkan inspirator yang membawa ilham bagi sesamanya untuk membangun sebuah dunia yang bermakna bagi hidup bersama. Pribadi yang inspiratif adalah pribadi yang dapat membawa sesamanya maju bersama, mekar bersama dengan kompetisi yang sehat, saling membangun dan mendukung.Strategi pendidikan inspiratif dapat dilakukan dengan model pembelajaran yang demokratis dan pembelajaran reflektif. Pembelajaran yang menggunakan paradigma pedagogi reflektif memiliki tiga unsur utama yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Pembelajaran reflektif mensyaratkan adanya dialog dan sharing pengalaman.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49379097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/HUM.V10I1.21000
Mujinem Mujinem
Globalisasi seperti sekarang ini, di mana teknologi maju pesat, ternyata telah mengubah perilaku kehidupan sosial di masyarakat, khususnya anak. Permainan tradisional yang dulu melekat pada dunia anak di daerah pedesaan, sekarang sangat sulit ditemukan apalagi di daerah perkotaan. Sebagai pengganti, anak-anak bermain play station, game boy, tamiya, dan lain-lain pada saat ini. Pada hal permainan tradisional anak, seperti Jamuran, Mul-mulan, Jeg-jegan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan sosial yang mencerminkan kearifan budaya suatu daerah. Adapun nilai-nilai permainan tradisional anak tersebut adalah adanya persamaan status, kebersamaan, ketaatan terhadap aturan, berpikir strategis dan kreatif, kecerdasan, kompetisi, kepekaan sosial, tanggung jawab, sikap lapang dada, dorongan untuk berprestasi, dan belajar untuk menyesuaikan diri.Untuk melestarikan permainan tradisional anak yang nyaris hilang ditelan perkembangan zaman, perlu adanya upaya dalam bentuk statis (identifikasi dan pendokumentasian) maupun dinamis (mengajarkan untuk dimainkan). Pengajaran tentang permainan tradisional ini perlu kepedulian dari berbagai pihak yaitu keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Di era globalisasi ini permainan tradisional anak tetap masih relevan untuk dilestarikan, karena bermanfaat sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai luhur dalam kehidupan sosial.
{"title":"NILAI-NILAI KEHIDUPAN SOSIAL DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA ERA GLOBALISASI","authors":"Mujinem Mujinem","doi":"10.21831/HUM.V10I1.21000","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/HUM.V10I1.21000","url":null,"abstract":"Globalisasi seperti sekarang ini, di mana teknologi maju pesat, ternyata telah mengubah perilaku kehidupan sosial di masyarakat, khususnya anak. Permainan tradisional yang dulu melekat pada dunia anak di daerah pedesaan, sekarang sangat sulit ditemukan apalagi di daerah perkotaan. Sebagai pengganti, anak-anak bermain play station, game boy, tamiya, dan lain-lain pada saat ini. Pada hal permainan tradisional anak, seperti Jamuran, Mul-mulan, Jeg-jegan banyak mengandung nilai-nilai kehidupan sosial yang mencerminkan kearifan budaya suatu daerah. Adapun nilai-nilai permainan tradisional anak tersebut adalah adanya persamaan status, kebersamaan, ketaatan terhadap aturan, berpikir strategis dan kreatif, kecerdasan, kompetisi, kepekaan sosial, tanggung jawab, sikap lapang dada, dorongan untuk berprestasi, dan belajar untuk menyesuaikan diri.Untuk melestarikan permainan tradisional anak yang nyaris hilang ditelan perkembangan zaman, perlu adanya upaya dalam bentuk statis (identifikasi dan pendokumentasian) maupun dinamis (mengajarkan untuk dimainkan). Pengajaran tentang permainan tradisional ini perlu kepedulian dari berbagai pihak yaitu keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Di era globalisasi ini permainan tradisional anak tetap masih relevan untuk dilestarikan, karena bermanfaat sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai luhur dalam kehidupan sosial.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48705769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kajian ini bertujuan untuk mencoba mengungkap beberapa faktor penyebab gagalnya perang besar antara Amerika Serikat dengan Unisoviet yang boleh kita sebut sebagai Perang Dunia III di era Perang Dingin ,sekalipun kedua negara Adi Daya tersebut terlibat dalam berbagai konflik regional di belahan Bumi, serta diantara keduanya timbul ketegangan , persaingan persenjataan maupun kecurigaan. Setelah berakhirnya PD II Negara Amerika dan Unisoviet dianggap sebagai negara Adidaya jauh lebih kuat dari negara negara lain di dunia. Keduanya saling bersaing dan berusaha memperluas pengaruhnya terhadap negara negara di dunia. Amerika sebagai negara Kapitalis dan unisoviet sebaga negara Sosialis Komunis, namun taksatupun dari mereka cukup kuat untuk memaksakan keinginannya kepada negara Adidaya lainnya. Dari persaingan, pergolakan, dan ketegangan serta kecuriaan ini terjadilah konflik antara kedua negara Adidaya tersebut yang disebut Perang Dingin. Pengaruh negara Adidaya tersebut melibatkan negara negara kecil yang bukan Super Power ( Adidaya ), hal ini terjadi karena negara negara kecil berkecenderungan mencari perlindungan keamanan dari negara negara yang mereka anggap kuat dan mampu melindungi. Kondisi inilah yang memicu timbulnya konflik regional dikalangan negara negara kecil yang sedang berkembang. Dari hasil kajian ini dapat diketahui bahwa faktor faktor yang menjadi penyebab gagalnya perang besar antara Amerika Serikat dengan Unisoviet di era perang dingin adalah : Adanya Balance of Power, balance of teror, perimbangan persenjataan nuklir, serta adanya sikap moral yang baik dan perasaan yang sama sama takut antara kedua negara adidaya , menyebabkan timbulnya sikap hati hati kedua negara Adidaya dalam mengambil keputusan untuk mendahului menekan tombol nuklirnya ( menyerang ). Kondisi seperti inilah yang menyebabkan perang besar antara Amerika dan Unisoviet tidak terjadi secara terbuka, meskipun dibelahan bumi yang lain terjadi konflik regional. Kajian ini memungkinkan dapat dijadikan pelajaran bagi negara negara kecil yang sedang berkembang , untuk tidak menggantungkan diri pada negara besar dalam mencari perlindungan keamanan, agar tidak dijadikan alat untuk kepentingan promosi kekuatan senjata oleh negara negara super power. Justeru dengan mengembangkan kekuatan militer secara profesional yang dibarengi dengan pengembangan IPTEK dan persenjataan yang canggih, akan mampu mengimbangi kekuatan negara lawan, sehingga hal ini dapat berfungsi sebagai daya tangkal bagi negara lawan, dan kenyataannya perimbangan kekuatan itu memang penting dalam menjamin perdamaian dunia. Hal ini seperti ungkapan Yunani kuno “Sivis Pakem Para Bellum” artinya “jika anda ingin damai maka bersiaplah untuk perang”.
本研究的目的是试图揭示美国和独联体之间的战争(我们可以称之为冷战中的第三次世界大战)的巨大失败的一些原因,尽管阿迪达亚两国在地球一侧卷入了各种地区冲突,它们之间产生了紧张、军备竞争或怀疑。PD II结束后,美国和Unisoviet被认为是一个比世界上其他国家强大得多的阿迪达亚国家。他们都在竞争,并试图扩大对世界各国的影响力。美国是一个资本主义国家,联合国是一个共产主义社会主义国家,但他们都不足以将自己的愿望强加给另一个阿迪达亚国家。从这场竞争、这场运动、这种紧张和这种怀疑中,阿迪达亚两国之间发生了一场被称为冷战的冲突。阿迪达亚入侵者涉及非超级大国(阿迪达亚)的小国,这是因为小国倾向于从他们认为强大和有能力保护的国家寻求安全。这就是引发小型发展中国家之间区域冲突的原因。从这项研究中可以清楚地看出,导致冷战时期美国与苏联战争大失败的因素是:存在着力量平衡、恐怖平衡、核武器平衡,两国之间存在着良好的道德态度和同样的恐惧感,阿迪达亚两国决定首先按下核按钮。这就是导致美国和Unisoviets之间的大战没有公开发生的条件,尽管其他国家被指责为地区冲突的罪魁祸首。这项研究使一个发展中小国能够吸取教训,不要依赖大国寻求安全保护,不要成为超级大国推广武器力量的工具。只要专业地发展军事力量,随着IPTEK的发展和先进武器的发展,就能够平衡对手国家的力量,使其能够充当对手国家的坦克,事实上,确保世界和平很重要。这就像古希腊短语“Sivis Pakem Para Bellum”的意思是“如果你想要和平,就为战争做好准备”。
{"title":"GAGALNYA PERANG ANTARA AMERIKA DAN UNISOVIET ( P D. III ) DI ERA PERANG DINGIN SEKALIPUN KEDUA NEGARA ADIDAYA SALING BERSAING PERSENJATAAN DAN TERLIBAT DALAM BERBAGAI KONFLIK REGIONAL DI BELAHAN BUMI","authors":"Murtamadji Murtamadji","doi":"10.21831/hum.v8i1.21009","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v8i1.21009","url":null,"abstract":"Kajian ini bertujuan untuk mencoba mengungkap beberapa faktor penyebab gagalnya perang besar antara Amerika Serikat dengan Unisoviet yang boleh kita sebut sebagai Perang Dunia III di era Perang Dingin ,sekalipun kedua negara Adi Daya tersebut terlibat dalam berbagai konflik regional di belahan Bumi, serta diantara keduanya timbul ketegangan , persaingan persenjataan maupun kecurigaan. Setelah berakhirnya PD II Negara Amerika dan Unisoviet dianggap sebagai negara Adidaya jauh lebih kuat dari negara negara lain di dunia. Keduanya saling bersaing dan berusaha memperluas pengaruhnya terhadap negara negara di dunia. Amerika sebagai negara Kapitalis dan unisoviet sebaga negara Sosialis Komunis, namun taksatupun dari mereka cukup kuat untuk memaksakan keinginannya kepada negara Adidaya lainnya. Dari persaingan, pergolakan, dan ketegangan serta kecuriaan ini terjadilah konflik antara kedua negara Adidaya tersebut yang disebut Perang Dingin. Pengaruh negara Adidaya tersebut melibatkan negara negara kecil yang bukan Super Power ( Adidaya ), hal ini terjadi karena negara negara kecil berkecenderungan mencari perlindungan keamanan dari negara negara yang mereka anggap kuat dan mampu melindungi. Kondisi inilah yang memicu timbulnya konflik regional dikalangan negara negara kecil yang sedang berkembang. Dari hasil kajian ini dapat diketahui bahwa faktor faktor yang menjadi penyebab gagalnya perang besar antara Amerika Serikat dengan Unisoviet di era perang dingin adalah : Adanya Balance of Power, balance of teror, perimbangan persenjataan nuklir, serta adanya sikap moral yang baik dan perasaan yang sama sama takut antara kedua negara adidaya , menyebabkan timbulnya sikap hati hati kedua negara Adidaya dalam mengambil keputusan untuk mendahului menekan tombol nuklirnya ( menyerang ). Kondisi seperti inilah yang menyebabkan perang besar antara Amerika dan Unisoviet tidak terjadi secara terbuka, meskipun dibelahan bumi yang lain terjadi konflik regional. Kajian ini memungkinkan dapat dijadikan pelajaran bagi negara negara kecil yang sedang berkembang , untuk tidak menggantungkan diri pada negara besar dalam mencari perlindungan keamanan, agar tidak dijadikan alat untuk kepentingan promosi kekuatan senjata oleh negara negara super power. Justeru dengan mengembangkan kekuatan militer secara profesional yang dibarengi dengan pengembangan IPTEK dan persenjataan yang canggih, akan mampu mengimbangi kekuatan negara lawan, sehingga hal ini dapat berfungsi sebagai daya tangkal bagi negara lawan, dan kenyataannya perimbangan kekuatan itu memang penting dalam menjamin perdamaian dunia. Hal ini seperti ungkapan Yunani kuno “Sivis Pakem Para Bellum” artinya “jika anda ingin damai maka bersiaplah untuk perang”.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47364981","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konsep ketuhanan pada anak sangat terkait erat dengan perkembangan moralitas anak. Perkembangan moralitas anak juga terkait erat dengan perkembangan kognitif anak. Semakin matang perkembangan kognitif anak, maka semakin matang pula perkembangan moralitas anak. Demikian pula semakin matang perkembangan moralitas anak, maka semakin jelas pula konsep ketuhanan dalam alam pikiran anak.Tahap perkembangan kognitif anak usia 0-7 tahun adalah sensorimotor dan pra-operasional. Tahap perkembangan moral anak usia 0-7 tahun adalah pra-moral, tidak dapat membedakan baik dan buruk. Tahap perkembangan konsep ketuhanan pada anak usia 0-6 tahun bersifat kongkrit. Tahap perkembangan konsep ketuhanan pada anak usia 6-10 tahun bersifat personifikatif, yaitu orang dewasa dianggap sebagai tuhan karena ialah yang memberikan hukuman kepada anak yang nakal dan memberikan pujian kepada anak yang patuh.
{"title":"TUHAN DAN ALAM PIKIRAN ANAK","authors":"Amir Syamsudin","doi":"10.21831/HUM.V8I1.21004","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/HUM.V8I1.21004","url":null,"abstract":"Konsep ketuhanan pada anak sangat terkait erat dengan perkembangan moralitas anak. Perkembangan moralitas anak juga terkait erat dengan perkembangan kognitif anak. Semakin matang perkembangan kognitif anak, maka semakin matang pula perkembangan moralitas anak. Demikian pula semakin matang perkembangan moralitas anak, maka semakin jelas pula konsep ketuhanan dalam alam pikiran anak.Tahap perkembangan kognitif anak usia 0-7 tahun adalah sensorimotor dan pra-operasional. Tahap perkembangan moral anak usia 0-7 tahun adalah pra-moral, tidak dapat membedakan baik dan buruk. Tahap perkembangan konsep ketuhanan pada anak usia 0-6 tahun bersifat kongkrit. Tahap perkembangan konsep ketuhanan pada anak usia 6-10 tahun bersifat personifikatif, yaitu orang dewasa dianggap sebagai tuhan karena ialah yang memberikan hukuman kepada anak yang nakal dan memberikan pujian kepada anak yang patuh.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43334939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Education is it doesn't matter always closely related with social life. That thing is in limited scale earned we to see as interaction of school with public around and education in society itself. In public laymen looks into someone based on it’s the social status, like level of it’s (the economics social, education even material properties owned).In public is recognized also social institution as an order applied at one particular certain public. Institution of Social is life pattern standard reference a public so that always adhered by group of the public. If some acquitted outside institution embraced a public hence people or the group will be assumed impinges institution which has been specified. Talks about institution of social don’t get out of development of culture happened in public.Cultural development hardly influenced by public patterned thinking formed by education obtained, experience of public individual or group of people, foreign intervention and change of internal area and external happened.
{"title":"PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN SOSIAL","authors":"Nurtanio Agus Puwanto","doi":"10.21831/hum.v7i1.21015","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v7i1.21015","url":null,"abstract":"Education is it doesn't matter always closely related with social life. That thing is in limited scale earned we to see as interaction of school with public around and education in society itself. In public laymen looks into someone based on it’s the social status, like level of it’s (the economics social, education even material properties owned).In public is recognized also social institution as an order applied at one particular certain public. Institution of Social is life pattern standard reference a public so that always adhered by group of the public. If some acquitted outside institution embraced a public hence people or the group will be assumed impinges institution which has been specified. Talks about institution of social don’t get out of development of culture happened in public.Cultural development hardly influenced by public patterned thinking formed by education obtained, experience of public individual or group of people, foreign intervention and change of internal area and external happened.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45180028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/HUM.V11I1.20995
S. C. Ummah
Tingkat pendidikan yang rendah dan komitmen keluarga yang rapuh, seringkali memicu berbagai konflik dalam rumah tangga, utamanya terhadap perempuan. Banyaknya perempuan berpendidikan tinggi dewasa ini, tidak hanya membanggakan perempuan sendiri sebagai pelaku pendidikan, namun merambah pada lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, para pemerhati kesetaraan gender hingga pemegang kebijakan pendidikan di tingkat daerah maupun nasional. Berbekal pendidikan tinggi, perempuan lebih memiliki akses yang luas di ranah publik. Banyak sekali perempuan telah mampu bersaing di hampir seluruh lini pekerjaan, sehingga kebijakan pemerintah pun kini mulai bergeser, tidak hanya mengacu pada kebijakan maskulinitas, walaupun berbagai bias masih saja ditemukan. Tingkat pendidikan yang tinggi, karir yang mapan, dan kesejahteraan yang terjamin merupakan tapakan sinergis dalam menata sebuah kehidupan rumah tangga. Namun, di pihak lain pendidikan tinggi yang dimiliki istri, justru menjadi bumerang terhadap meningkatnya kasus cerai gugat. Hal ini ditengarai akibat pengaruh budaya modern, kemandirian ekonomi istri, kejelian istri menangkap permasalahan keluarga, dan keberaniannya menyuarakan hak-haknya.
{"title":"KASUS CERAI GUGAT PADA ISTRI BERPENDIDIKAN TINGGI","authors":"S. C. Ummah","doi":"10.21831/HUM.V11I1.20995","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/HUM.V11I1.20995","url":null,"abstract":"Tingkat pendidikan yang rendah dan komitmen keluarga yang rapuh, seringkali memicu berbagai konflik dalam rumah tangga, utamanya terhadap perempuan. Banyaknya perempuan berpendidikan tinggi dewasa ini, tidak hanya membanggakan perempuan sendiri sebagai pelaku pendidikan, namun merambah pada lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, para pemerhati kesetaraan gender hingga pemegang kebijakan pendidikan di tingkat daerah maupun nasional. Berbekal pendidikan tinggi, perempuan lebih memiliki akses yang luas di ranah publik. Banyak sekali perempuan telah mampu bersaing di hampir seluruh lini pekerjaan, sehingga kebijakan pemerintah pun kini mulai bergeser, tidak hanya mengacu pada kebijakan maskulinitas, walaupun berbagai bias masih saja ditemukan. Tingkat pendidikan yang tinggi, karir yang mapan, dan kesejahteraan yang terjamin merupakan tapakan sinergis dalam menata sebuah kehidupan rumah tangga. Namun, di pihak lain pendidikan tinggi yang dimiliki istri, justru menjadi bumerang terhadap meningkatnya kasus cerai gugat. Hal ini ditengarai akibat pengaruh budaya modern, kemandirian ekonomi istri, kejelian istri menangkap permasalahan keluarga, dan keberaniannya menyuarakan hak-haknya.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42274416","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Krisis nilai dan moral yang melanda Indonesia dewasa ini bisa dijadikan indikasi kegagalan pendidikan nilai dan moral baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Social studies yang merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki misi pendidikan nilai dan moral selama ini cenderung menggunakan atau menekankan secara lebih berat pada satu tradisi dan strategi pembelajaran tertentu sehingga lebih bersifat parsial. Mengingat permasalah nilai dan moral yang demikian berat melanda negara ini, para guru Social Studies perlu melakukan perubahan, khususnya pemilihan strategi pembelajaran yang selama ini terbutli kurang efektif. Salah satu cara itu adalah dengan mengintegrasikan tradisi dan strategi pembelajaran. Dengan mengintegrasikan tradisi social studies sebagai pendidikan kewarganegaraan, ilmu sosial, reflective inquiry dan mengintegrasikan strategi pendidikan nilai baik inkulkasi, fasilitasi, pemodelan, maupun pengembangan ketrampilan berkaitan dengan nilai, termasuk pendidikan nilai komprehensif baik materi, media, pelaku, waktu, tempat dan evaluasi diharapkan pendidikan nilai akan lebih efektif. Dengan pendidikan nilai dan moral yang efektif diharapkan akan tercipta warga negara yang memiliki integritas nilai dan moral yang tangguh sehingga krisis nilai dan moral yang melanda negeri ini segera teratasi. Meskipun guru telah melakukan tugasnya dengan baik, tanpa dukungan dari orangtua, tokoh masyarakat, dan pemerintah, pendidikan nilai tidak akan efektif. Oleh karena itu, pendidikan nilai dan moral yang komprehensif menuntut kerjasana semua stake holder untuk bahu-membahu secara sinergis dan berkesinambungan dalam upaya mendidik anak bangsa menjadi insan yang memiliki integritas nilai dan moral yang tangguh.
{"title":"MENGITEGRASIKAN TRADISI-TRADISI DALAM SOCIAL STUDIES DAN STRATEGI PENDIDIKAN NILAI KOMPREHENSIF DALAM RANGKA MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL","authors":"Suyato Suyato","doi":"10.21831/hum.v7i1.21014","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v7i1.21014","url":null,"abstract":"Krisis nilai dan moral yang melanda Indonesia dewasa ini bisa dijadikan indikasi kegagalan pendidikan nilai dan moral baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Social studies yang merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki misi pendidikan nilai dan moral selama ini cenderung menggunakan atau menekankan secara lebih berat pada satu tradisi dan strategi pembelajaran tertentu sehingga lebih bersifat parsial. Mengingat permasalah nilai dan moral yang demikian berat melanda negara ini, para guru Social Studies perlu melakukan perubahan, khususnya pemilihan strategi pembelajaran yang selama ini terbutli kurang efektif. Salah satu cara itu adalah dengan mengintegrasikan tradisi dan strategi pembelajaran. Dengan mengintegrasikan tradisi social studies sebagai pendidikan kewarganegaraan, ilmu sosial, reflective inquiry dan mengintegrasikan strategi pendidikan nilai baik inkulkasi, fasilitasi, pemodelan, maupun pengembangan ketrampilan berkaitan dengan nilai, termasuk pendidikan nilai komprehensif baik materi, media, pelaku, waktu, tempat dan evaluasi diharapkan pendidikan nilai akan lebih efektif. Dengan pendidikan nilai dan moral yang efektif diharapkan akan tercipta warga negara yang memiliki integritas nilai dan moral yang tangguh sehingga krisis nilai dan moral yang melanda negeri ini segera teratasi. Meskipun guru telah melakukan tugasnya dengan baik, tanpa dukungan dari orangtua, tokoh masyarakat, dan pemerintah, pendidikan nilai tidak akan efektif. Oleh karena itu, pendidikan nilai dan moral yang komprehensif menuntut kerjasana semua stake holder untuk bahu-membahu secara sinergis dan berkesinambungan dalam upaya mendidik anak bangsa menjadi insan yang memiliki integritas nilai dan moral yang tangguh.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45752822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21831/hum.v11i1.20997
Heru Santosa
Bangsa Indonesia yang setengah – setengah melaksanakan dasar Negara Pancasila sekarang ini banyak kendala – kendala yang timbul. Dari situ pertama tentang kehidupan keagamaan banyak terjadi gesekan – gesekan keyakinan di dalam masyarakat sehingga timbul anarki atau bertindak hakim sendiri. Demikian juga sila kedua tentang kemanusiaan sudah mulai hilang rasa kemanusiaannya. Persatuanpun sudah mulai memudar dan demokrasi juga hanya kelihatan semu karena hanya memikirkan kepentingannya sendiri sehingga timbul rasa keadilan yang tidak merata. Maka dengan demikian bangsa Indonesia sudah selayaknya kembali dengan dasar Negara Indonesia Pancasila secara lahir batin dalam melaksanakannya, baik dari segi dasar Negara sebagai segala sumber hukum atau sebagai Pandangan hidup Bangsa. Untuk mengejawantahkan kesejahteraan bangsa Indonesia dengan mendanai lembaga –lembaga riset yang dapat di harapkan hasil produksinya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia sehingga mengurangi ketergantungannya produk- produk dari luar. Satu kata kunci : mandiri.
{"title":"ANCAMAN TERHADAP DASAR NEGARA “PANCASILA” BAGI RAKYAT INDONESIA DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA","authors":"Heru Santosa","doi":"10.21831/hum.v11i1.20997","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v11i1.20997","url":null,"abstract":"Bangsa Indonesia yang setengah – setengah melaksanakan dasar Negara Pancasila sekarang ini banyak kendala – kendala yang timbul. Dari situ pertama tentang kehidupan keagamaan banyak terjadi gesekan – gesekan keyakinan di dalam masyarakat sehingga timbul anarki atau bertindak hakim sendiri. Demikian juga sila kedua tentang kemanusiaan sudah mulai hilang rasa kemanusiaannya. Persatuanpun sudah mulai memudar dan demokrasi juga hanya kelihatan semu karena hanya memikirkan kepentingannya sendiri sehingga timbul rasa keadilan yang tidak merata. Maka dengan demikian bangsa Indonesia sudah selayaknya kembali dengan dasar Negara Indonesia Pancasila secara lahir batin dalam melaksanakannya, baik dari segi dasar Negara sebagai segala sumber hukum atau sebagai Pandangan hidup Bangsa. Untuk mengejawantahkan kesejahteraan bangsa Indonesia dengan mendanai lembaga –lembaga riset yang dapat di harapkan hasil produksinya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia sehingga mengurangi ketergantungannya produk- produk dari luar. Satu kata kunci : mandiri. ","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49237849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}