Pub Date : 2021-12-31DOI: 10.21831/hum.v21i2.37480
Datu Jatmiko
Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa klithih yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Klithih merupakan jenis kenakalan remaja yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di masyarakat. Klithih pada awalnya adalah sebuah ajang yang digunakan oleh para remaja untuk menunjukkan eksistensinya di dalam pergaulan antar remaja di Yogyakarta. Pada akhirnya klithih akhirnya berubah menjadi ajang untuk menciptakan sebuah konflik sosial dan kekerasan dengan menyasar siapa saja yang berada di jalan raya. Penyebab umum terjadinya klithih selain untuk menunjukkan eksistensi kelompok remajanya/ peer group juga karena lemahnya pengawasan dan control sosial oleh keluarga dan sekolah karena sebagian besar pelakunya adalah remaja anak sekolah. Dalam perspektif sosiologi, tidak ada jawaban tunggal dalam menjelaskan realitas sosial termasuk fenomena klithih ini karena sosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalam menjelaskan realitas klithih di Yogyakarta. Tinjauan klithih di jalanan Kota Yogyakarta ini vital dilakukan agar supaya penjelasan tidak parsial sehingga dapat mengungkapkan pemahaman yang universal dan menyeluruh. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasi metodologis yang selanjutnya diharapkan berakhir pada ditemukannya langkah penyelesaian yang tepat oleh seluruh pihak yang terkait. Langkah solutif untuk pencegahan dan mengatasi terjadinya klithih perlu dilakukan untuk mengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis sekaligus mengurangi terjadinya penyakit sosial yang berupa klithih. This paper aims to get information about klithih events that recently occurred in the city of Yogyakarta and surrounding areas. Klithih is a type of juvenile delinquency that leads to social conflict and violence in society. Klithih was originally an event used by teenagers to show their existence in the association between teenagers in Yogyakarta. Eventually klithih finally turned into a place to create a social conflict and violence by targeting anyone who was on the highway. The most common cause of klithih in addition to showing the existence of adolescents/peer groups is also due to the weak supervision and social control by families and schools because most of the perpetrators are teenage school children. In the perspective of sociology, there is no single answer in explaining social reality including this klithih phenomenon because sociology is a social paradigm with multiple paradigms. Likewise in explaining the reality of klithih in Yogyakarta. This klithih review on the streets of Yogyakarta is vital so that the explanation is not partial so that it can reveal a universal and comprehensive understanding. The theoretical choice has methodological implications which are then expected to end in the discovery of an appropriate settlement step by all parties concerned. Solutive steps to prevent and overcome the occurrence of klithih needs to be done to develop social r
{"title":"Kenakalan remaja klithih yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di Yogyakarta","authors":"Datu Jatmiko","doi":"10.21831/hum.v21i2.37480","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.37480","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa klithih yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Klithih merupakan jenis kenakalan remaja yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di masyarakat. Klithih pada awalnya adalah sebuah ajang yang digunakan oleh para remaja untuk menunjukkan eksistensinya di dalam pergaulan antar remaja di Yogyakarta. Pada akhirnya klithih akhirnya berubah menjadi ajang untuk menciptakan sebuah konflik sosial dan kekerasan dengan menyasar siapa saja yang berada di jalan raya. Penyebab umum terjadinya klithih selain untuk menunjukkan eksistensi kelompok remajanya/ peer group juga karena lemahnya pengawasan dan control sosial oleh keluarga dan sekolah karena sebagian besar pelakunya adalah remaja anak sekolah. Dalam perspektif sosiologi, tidak ada jawaban tunggal dalam menjelaskan realitas sosial termasuk fenomena klithih ini karena sosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalam menjelaskan realitas klithih di Yogyakarta. Tinjauan klithih di jalanan Kota Yogyakarta ini vital dilakukan agar supaya penjelasan tidak parsial sehingga dapat mengungkapkan pemahaman yang universal dan menyeluruh. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasi metodologis yang selanjutnya diharapkan berakhir pada ditemukannya langkah penyelesaian yang tepat oleh seluruh pihak yang terkait. Langkah solutif untuk pencegahan dan mengatasi terjadinya klithih perlu dilakukan untuk mengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis sekaligus mengurangi terjadinya penyakit sosial yang berupa klithih. This paper aims to get information about klithih events that recently occurred in the city of Yogyakarta and surrounding areas. Klithih is a type of juvenile delinquency that leads to social conflict and violence in society. Klithih was originally an event used by teenagers to show their existence in the association between teenagers in Yogyakarta. Eventually klithih finally turned into a place to create a social conflict and violence by targeting anyone who was on the highway. The most common cause of klithih in addition to showing the existence of adolescents/peer groups is also due to the weak supervision and social control by families and schools because most of the perpetrators are teenage school children. In the perspective of sociology, there is no single answer in explaining social reality including this klithih phenomenon because sociology is a social paradigm with multiple paradigms. Likewise in explaining the reality of klithih in Yogyakarta. This klithih review on the streets of Yogyakarta is vital so that the explanation is not partial so that it can reveal a universal and comprehensive understanding. The theoretical choice has methodological implications which are then expected to end in the discovery of an appropriate settlement step by all parties concerned. Solutive steps to prevent and overcome the occurrence of klithih needs to be done to develop social r","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45827107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-31DOI: 10.21831/hum.v21i2.38224
Benedecta Indah Nugraheni
PLP merupakan mata kuliah praktik lapangan untuk memberi pengalaman langsung secara komprehensif kepada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengenai dunia persekolahan dan untuk mengembangkan berbagai kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional. Dengan adanya pandemi covid-19, PLP dilaksanakan secara daring, sehingga mahasiswa tidak dapat memperoleh pengalaman secara langsung di sekolah tempat pelaksanaan PLP. Praktik ini menjadi kurang ideal untuk mata kuliah PLP. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil refleksi pengalaman mahasiswa peserta PLP secara daring untuk mengetahui penguasaan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, pengalaman-pengalaman positif yang diperoleh dan kendala yang dihadapi mahasiswa, sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, serta pengalaman inspiratif dan niat-niat yang dibangun untuk pengembangan diri yang muncul berdasarkan hasil refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menguasai capaian pembelajaran dengan baik dan sangat baik, mahasiswa memperoleh berbagai pengalaman positif dan pengalaman mengatasi kendala yang muncul akibat pandemi, ada sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, mahasiswa memperoleh pengalaman inspiratif, dan muncul niat-niat dari mahasiswa untuk pengembangan diri. Dengan demikian, siklus belajar dalam experiential learning theory dialami oleh mahasiswa peserta PLP daring.School Introduction (PLP) is a field practice course to provide comprehensive direct experience to students of the Teacher Training and Education Faculty (FKIP) regarding school understanding and to develop the various competencies of a professional teacher. In the covid-19 pandemic, PLP has been implemented online, so students cannot gain experience directly at the school where PLP is implemented. This practice is less than ideal for the PLP course. This research aimed to analyze the results of reflections on the experiences of students participating in online PLP to determine the mastery of predetermined learning outcomes, positive experiences, obstacles faced by students, attitudes or values that were developed by students, inspirational experiences, and intentions for self-development that arises based on the results of reflection. This research was a qualitative research. The results showed that students could master learning outcomes well and very well, gained various positive experiences and experiences overcoming obstacles that arise due to the pandemic, developed attitudes or values, gained inspirational experiences, and developed intentions for self-development. Thus, the learning cycle in experiential learning theory was experienced by the students participating the online PLP.
PLP是一门实地实践课程,为学生提供有关学术界的综合经验,并培养专业教师的能力。随着covid-19大流行,PLP在网上实施,因此学生无法获得在PLP实施的学校的直接经验。这种做法对PLP的选修课来说变得不太理想。这项研究旨在分析结果反映了学生在网上PLP参与者的经验知道既定的掌握学习成就,获得的积极经验和学生所面临的障碍,发展学生的内心的态度或价值观,以及鼓舞人心的经验和用来自我发展的意图,根据反射的结果出现。这项研究是定性的研究。研究结果表明,学生可以很好地掌握学习成绩,学生可以获得积极的经验和克服流行病带来的障碍的经验,学生的态度或价值观不断发展,学生获得鼓舞人心的经验,以及学生自我提升的意图。因此,在线PLP参与者经历了在线学习理论的学习周期。学院的介绍是一种现场实践,为教师培训和教育方面的学生提供严格的指导经验。在covid-19 pandemic中,PLP一直在网上发布,所以PLP所在的学校无法即时体验。这个练习远没有理想的PLP课程。这个研究aimed to analyze the results of experiences》上的反思学生participating安卓设备》在网上PLP到个重大predetermined学习outcomes,积极experiences obstacles faced by学生attitudes或价值观,那是developed by学生,人心experiences,和意图为self-development那arises改编自the results of倒影。这个研究是有资格的研究。结果表明,学生们可以很好地掌握学习结果,包括各种积极的实验和实验,克服恐慌、发展态度或价值观、强化灵感体验和发展对自我发展的设想。因此,学生参与在线PLP的学习周期是由学生参与的。
{"title":"Analisis pelaksanaan mata kuliah pengenalan lapangan persekolahan (plp) secara daring berdasarkan experiential learning theory","authors":"Benedecta Indah Nugraheni","doi":"10.21831/hum.v21i2.38224","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.38224","url":null,"abstract":"PLP merupakan mata kuliah praktik lapangan untuk memberi pengalaman langsung secara komprehensif kepada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengenai dunia persekolahan dan untuk mengembangkan berbagai kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional. Dengan adanya pandemi covid-19, PLP dilaksanakan secara daring, sehingga mahasiswa tidak dapat memperoleh pengalaman secara langsung di sekolah tempat pelaksanaan PLP. Praktik ini menjadi kurang ideal untuk mata kuliah PLP. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil refleksi pengalaman mahasiswa peserta PLP secara daring untuk mengetahui penguasaan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, pengalaman-pengalaman positif yang diperoleh dan kendala yang dihadapi mahasiswa, sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, serta pengalaman inspiratif dan niat-niat yang dibangun untuk pengembangan diri yang muncul berdasarkan hasil refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menguasai capaian pembelajaran dengan baik dan sangat baik, mahasiswa memperoleh berbagai pengalaman positif dan pengalaman mengatasi kendala yang muncul akibat pandemi, ada sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, mahasiswa memperoleh pengalaman inspiratif, dan muncul niat-niat dari mahasiswa untuk pengembangan diri. Dengan demikian, siklus belajar dalam experiential learning theory dialami oleh mahasiswa peserta PLP daring.School Introduction (PLP) is a field practice course to provide comprehensive direct experience to students of the Teacher Training and Education Faculty (FKIP) regarding school understanding and to develop the various competencies of a professional teacher. In the covid-19 pandemic, PLP has been implemented online, so students cannot gain experience directly at the school where PLP is implemented. This practice is less than ideal for the PLP course. This research aimed to analyze the results of reflections on the experiences of students participating in online PLP to determine the mastery of predetermined learning outcomes, positive experiences, obstacles faced by students, attitudes or values that were developed by students, inspirational experiences, and intentions for self-development that arises based on the results of reflection. This research was a qualitative research. The results showed that students could master learning outcomes well and very well, gained various positive experiences and experiences overcoming obstacles that arise due to the pandemic, developed attitudes or values, gained inspirational experiences, and developed intentions for self-development. Thus, the learning cycle in experiential learning theory was experienced by the students participating the online PLP.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43455810","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.14710/humanika.v28i1.37360
Agustina Suryandari, Redyanto Noor, Nurdin Harry Kistanto
Perjuangan adalah satu hal yang harus terus diusahakan untuk memperoleh keberhasilan. Manga Takasugi san chi no Obentou karya Nozomi Yanahara dengan jelas menunjukkan proses perjuangan seorang perjaka bernama Harumi Takasugi untuk menjadi wali seorang anak di bawah umur. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana proses perjuangan tokoh Harumi Takasugi untuk menjadi wali yang bertanggung jawab dalam manga Takasugi san Chi No Obentou karya Nozomi Yanahara. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan psikoloi sastra, dengan memanfaatkan teori Striving for Superiority yang dikemukakan oleh Alfred Adler untuk menunjukkan awal kebangkitan seseorang dari rasa inferioritasnya. Data penelitian diambil dari beberapa adegan yang menunjukkan proses perjuangan tokoh Harumi Takasugi dari kondisi inferior sampai mencapai superioritasnya. Hasil penelitian proses striving for superiority menunjukkan dengan jelas bahwa keagresifan, motivasi diri, berpikir positif, rela berkorban, dan bekerja keras menjadikan striving for superiority yang dilakukan tokoh Harumi menjadi motor penggerak untuk mengalahkan perasaan inferiornya dan bahkan kepuasan menjadi kebahagiaan yang dirasakan tokoh Harumi di dalam manga Takasugi san Chi No Obentou karya Nozomi Yanahara.
战斗是一件必须继续为成功而奋斗的事情。矢原野佐美(Nozomi Yanahara)的《高杉善志》(Manga Takasugi san chi no Obentou)清楚地展示了与一位名叫高杉春美(Harumi Takasuge)的牧师争夺未成年儿童监护人的过程。本研究旨在了解岩原野佐美的漫画《高杉山志野方头》中饰演的高杉春美角色是如何成为守护者的。这项研究包括文学心理学的定性研究,使用阿尔弗雷德·阿德勒提出的争取优势理论来展示一个人从自卑中觉醒的开始。研究数据取自几个场景,显示了高杉春美从较低的条件到优越的斗争过程。争取优势过程的结果清楚地表明,侵略性、自我激励、积极思考、自愿牺牲、,矢原野佐美的漫画《高杉山志野方头》中的春美角色,努力工作使其追求优越感成为克服自卑甚至愉悦的动力。
{"title":"STRIVING FOR SUPERIORITY TOKOH HARUMI TAKASUGI DALAM MANGA TAKASUGI SAN CHI NO OBENTOU KARYA NOZOMI YANAHARA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ALFRED ADLER)","authors":"Agustina Suryandari, Redyanto Noor, Nurdin Harry Kistanto","doi":"10.14710/humanika.v28i1.37360","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v28i1.37360","url":null,"abstract":"Perjuangan adalah satu hal yang harus terus diusahakan untuk memperoleh keberhasilan. Manga Takasugi san chi no Obentou karya Nozomi Yanahara dengan jelas menunjukkan proses perjuangan seorang perjaka bernama Harumi Takasugi untuk menjadi wali seorang anak di bawah umur. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana proses perjuangan tokoh Harumi Takasugi untuk menjadi wali yang bertanggung jawab dalam manga Takasugi san Chi No Obentou karya Nozomi Yanahara. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan psikoloi sastra, dengan memanfaatkan teori Striving for Superiority yang dikemukakan oleh Alfred Adler untuk menunjukkan awal kebangkitan seseorang dari rasa inferioritasnya. Data penelitian diambil dari beberapa adegan yang menunjukkan proses perjuangan tokoh Harumi Takasugi dari kondisi inferior sampai mencapai superioritasnya. Hasil penelitian proses striving for superiority menunjukkan dengan jelas bahwa keagresifan, motivasi diri, berpikir positif, rela berkorban, dan bekerja keras menjadikan striving for superiority yang dilakukan tokoh Harumi menjadi motor penggerak untuk mengalahkan perasaan inferiornya dan bahkan kepuasan menjadi kebahagiaan yang dirasakan tokoh Harumi di dalam manga Takasugi san Chi No Obentou karya Nozomi Yanahara.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43248811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.14710/humanika.v28i1.36491
Qurratul Aini
Bahasa yang diapakai dalam suatu masyarakat bersifat arbiter, hal ini menyebabkan munculnya variasi bahasa. Salah satu variasi dalam bahasa adalah bahasa politik yang digunakan sebagai media komunikasi oleh para politisi. Para politisi lebih banyak memilih untuk menggunakan bahasa retorika dalam diskusi politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana penggunaan bahasa politik dikalangan para politisi dan apa maksud dari retorika bahasa tersebut. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan untuk mengetahui makna tersembunyi dibalik topeng retorika bahasa, sehingga akan terungkap apa makna sebenarnya dan apa tujuan penggunaan bahasa tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitataif, yaitu mendeskripsikan data sesuai dengan apa adanya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan Teknik catat dan Teknik simak. Dari hasil penelitian ini dtemukan bahwa ekspresi bahasa yang digunakan oleh politisi termasuk dalam varian register bahasa. Fungsi dari register bahasa adalah untuk memperhalus bahasa yang digunakan dan bernilai moral, dengan tujuan untuk menyimpan makna yang sebenarnya dari tuturan. Sehingga variasi ini akan menciptakan kedamaian dan image para politisi juga akan terjaga. Variasi yang termasuk dalam konteks ini adalah bahasa politik berupa bentuk pertama dan bahasa politik berupa ungkapan.
{"title":"EKSPRESI BAHASA POLITIK DIKALANGAN MENTERI: STUDI ANALISIS TALK SHOW MATA NAJWA “GONO-GINI KURSI MENTERI”","authors":"Qurratul Aini","doi":"10.14710/humanika.v28i1.36491","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v28i1.36491","url":null,"abstract":"Bahasa yang diapakai dalam suatu masyarakat bersifat arbiter, hal ini menyebabkan munculnya variasi bahasa. Salah satu variasi dalam bahasa adalah bahasa politik yang digunakan sebagai media komunikasi oleh para politisi. Para politisi lebih banyak memilih untuk menggunakan bahasa retorika dalam diskusi politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana penggunaan bahasa politik dikalangan para politisi dan apa maksud dari retorika bahasa tersebut. Penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan untuk mengetahui makna tersembunyi dibalik topeng retorika bahasa, sehingga akan terungkap apa makna sebenarnya dan apa tujuan penggunaan bahasa tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitataif, yaitu mendeskripsikan data sesuai dengan apa adanya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan Teknik catat dan Teknik simak. Dari hasil penelitian ini dtemukan bahwa ekspresi bahasa yang digunakan oleh politisi termasuk dalam varian register bahasa. Fungsi dari register bahasa adalah untuk memperhalus bahasa yang digunakan dan bernilai moral, dengan tujuan untuk menyimpan makna yang sebenarnya dari tuturan. Sehingga variasi ini akan menciptakan kedamaian dan image para politisi juga akan terjaga. Variasi yang termasuk dalam konteks ini adalah bahasa politik berupa bentuk pertama dan bahasa politik berupa ungkapan.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45684818","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-09DOI: 10.14710/humanika.v28i1.35771
Elvin Nuril Firdaus, Sony Sukmawan
Sandur merupakan seni pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di wilayah masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang memenuhi kebutuhan hidupnya bersumber dari produksi dan pemeliharaan tanaman dan pertanian. Sandur mengisahkan tentang kehidupan masyarakat agraris, interaksi antarmasyarakat, bercocok tanam, hingga transisi masyarakat agraris menuju masyarakat urban. Salah satu daerah tempt berkembangnya Sandur adalah Bojonegoro. Sandur pernah mencapai masa kejayaannya di Bojonegoro. Seiring berjalannya waktu, Sandur dianggap kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern karena tidak ada penyesuaian dengan perkembangan zaman dan tidak ada regenerasi. Hal tersebut ditambah dengan hantaman modernisasi yang semakin memperburuk keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya pelestarian Sandur melalui kelompok Sandur Kembang Desa, yaitu sekelompok pemuda yang mempertahankan kesenian Sandur dengan cara menginovasi cerita dalam Sandur agar dapat diterima masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Desa Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara tidak terstruktur dan observasi nonpartisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Sandur terancam punah karena tidak adanya regenerasi dan ceritanya yang dianggap kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern. Hal tersebut menjadikan minat masyarakat terhadap kesenian Sandur semakin berkurang. Sandur Kembang Desa merupakan kelompok kesenian yang menginovasi Sandur di tengah pola kehidupan masyarakat yang bergeser mengikuti arus modernisasi. Inovasi Sandur Kembang Desa terinspirasi dari gaya hidup masyarakat modern, sehingga pertunjukannya mampu menarik perhatian masyarakat. Nilai-nilai yang diangkat dalam cerita Sandur Kembang Desa merupakan nilai-nilai yang relevan dengan masyarakat modern, tanpa mengubah nilai-nilai tradisional Sandur. Adanya inovasi dari Sandur Kembang Desa diharapkan mampu mempertahankan eksistensi Sandur di tengah perkembangan budaya modern.
{"title":"PERANAN SANDUR KEMBANG DESA DALAM PELESTARIAN KESENIAN SANDUR DI BOJONEGORO, JAWA TIMUR","authors":"Elvin Nuril Firdaus, Sony Sukmawan","doi":"10.14710/humanika.v28i1.35771","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v28i1.35771","url":null,"abstract":"Sandur merupakan seni pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di wilayah masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang memenuhi kebutuhan hidupnya bersumber dari produksi dan pemeliharaan tanaman dan pertanian. Sandur mengisahkan tentang kehidupan masyarakat agraris, interaksi antarmasyarakat, bercocok tanam, hingga transisi masyarakat agraris menuju masyarakat urban. Salah satu daerah tempt berkembangnya Sandur adalah Bojonegoro. Sandur pernah mencapai masa kejayaannya di Bojonegoro. Seiring berjalannya waktu, Sandur dianggap kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern karena tidak ada penyesuaian dengan perkembangan zaman dan tidak ada regenerasi. Hal tersebut ditambah dengan hantaman modernisasi yang semakin memperburuk keadaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya pelestarian Sandur melalui kelompok Sandur Kembang Desa, yaitu sekelompok pemuda yang mempertahankan kesenian Sandur dengan cara menginovasi cerita dalam Sandur agar dapat diterima masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Desa Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara tidak terstruktur dan observasi nonpartisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Sandur terancam punah karena tidak adanya regenerasi dan ceritanya yang dianggap kurang relevan dengan kehidupan masyarakat modern. Hal tersebut menjadikan minat masyarakat terhadap kesenian Sandur semakin berkurang. Sandur Kembang Desa merupakan kelompok kesenian yang menginovasi Sandur di tengah pola kehidupan masyarakat yang bergeser mengikuti arus modernisasi. Inovasi Sandur Kembang Desa terinspirasi dari gaya hidup masyarakat modern, sehingga pertunjukannya mampu menarik perhatian masyarakat. Nilai-nilai yang diangkat dalam cerita Sandur Kembang Desa merupakan nilai-nilai yang relevan dengan masyarakat modern, tanpa mengubah nilai-nilai tradisional Sandur. Adanya inovasi dari Sandur Kembang Desa diharapkan mampu mempertahankan eksistensi Sandur di tengah perkembangan budaya modern.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44725373","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-01DOI: 10.14710/humanika.v28i1.35653
P. M. Laksono, Wisma Nugraha Christianto R., Arif Wahyu Widada, Esti Anantasari, Indah Marlina, Olga Aurora Nandiswara, Natasha Devanand Dhanwani
Kedaulatan pangan adalah solusi bagi kelaparan. Namun demikian di Sumba Barat Daya, kondisi lapar tersebut berkelindan menyatu dengan perubahan kondisi alam, sosial, ekonomi, dan budaya. Pengadaan dan kecukupan pangan pun dibayangkan bertautan dengan kebutuhan untuk memenuhi kontrak-kontrak sosial dalam komunitas setempat, yaitu dengan moralitas yang ditampilkan melalui rangkaian ritual daur hidup sepanjang tahun. Kelindan pengadaan pangan, yang utamanya lewat kegiatan pertanian dan peternakan, dengan rangkaian kegiatan ritual ini diperlukan penataan agar hidup lebih terorganisir dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Kelindan ini secara tradisional telah diantisipasi menggunakan berbagai macam media. Salah satu di antaranya adalah kalender musim yang di Sumba Barat Daya dan banyak tempat lain sudah terabaikan. Oleh karena itu, artikel ini menyajikan aplikasi kalender musim sebagai mnemonic device yang dapat membantu petani, untuk menemukenali kembali jiwa alam sehingga mereka dapat bertani selaras dengan irama alam. Selain itu, kalender musim menjadi sarana pencatatan mengenai tanda-tanda alam yang selama ini samar, sehingga petani mampu menyeimbangkan diri antara kepentingan pemenuhan komoditas dan juga pemenuhan kebutuhan hidupnya. Secara partisipatoris penelitian dilakukan selama tiga tahun, yaitu tahun pertama menghasilkan identifikasi masalah; tahun kedua menghasilkan rumusan model kedaulatan pangan, dan tahun ketiga berisi rangkaian workshop uji coba model. Artikel ini khusus mengulas bagaimana model kedaulatan pangan yang berupa mnemonic device itu diperkaya melalui serangkaian workshop, yang diikuti para pemangku kepentingan di Sumba Barat Daya serta komunitas mahasiswa Sumba yang ada di Yogyakarta. Pengayaan kalender musim ini diharapkan mempermudah serta memperluas aksesibilitas penggunanya secara lintas gender, usia, dan strata sosial. Apresiasi kalender musim akan menjamin petani insaf akan pentingnya mendahulukan kedaulatan pangan daripada gengsi sosial.
{"title":"MNEMONIC DEVICE (KALENDER) UNTUK PENGAYAAN LITERASI MUSIM MENUJU SUMBA BARAT DAYA YANG BERDAULAT PANGAN","authors":"P. M. Laksono, Wisma Nugraha Christianto R., Arif Wahyu Widada, Esti Anantasari, Indah Marlina, Olga Aurora Nandiswara, Natasha Devanand Dhanwani","doi":"10.14710/humanika.v28i1.35653","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v28i1.35653","url":null,"abstract":"Kedaulatan pangan adalah solusi bagi kelaparan. Namun demikian di Sumba Barat Daya, kondisi lapar tersebut berkelindan menyatu dengan perubahan kondisi alam, sosial, ekonomi, dan budaya. Pengadaan dan kecukupan pangan pun dibayangkan bertautan dengan kebutuhan untuk memenuhi kontrak-kontrak sosial dalam komunitas setempat, yaitu dengan moralitas yang ditampilkan melalui rangkaian ritual daur hidup sepanjang tahun. Kelindan pengadaan pangan, yang utamanya lewat kegiatan pertanian dan peternakan, dengan rangkaian kegiatan ritual ini diperlukan penataan agar hidup lebih terorganisir dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Kelindan ini secara tradisional telah diantisipasi menggunakan berbagai macam media. Salah satu di antaranya adalah kalender musim yang di Sumba Barat Daya dan banyak tempat lain sudah terabaikan. Oleh karena itu, artikel ini menyajikan aplikasi kalender musim sebagai mnemonic device yang dapat membantu petani, untuk menemukenali kembali jiwa alam sehingga mereka dapat bertani selaras dengan irama alam. Selain itu, kalender musim menjadi sarana pencatatan mengenai tanda-tanda alam yang selama ini samar, sehingga petani mampu menyeimbangkan diri antara kepentingan pemenuhan komoditas dan juga pemenuhan kebutuhan hidupnya. Secara partisipatoris penelitian dilakukan selama tiga tahun, yaitu tahun pertama menghasilkan identifikasi masalah; tahun kedua menghasilkan rumusan model kedaulatan pangan, dan tahun ketiga berisi rangkaian workshop uji coba model. Artikel ini khusus mengulas bagaimana model kedaulatan pangan yang berupa mnemonic device itu diperkaya melalui serangkaian workshop, yang diikuti para pemangku kepentingan di Sumba Barat Daya serta komunitas mahasiswa Sumba yang ada di Yogyakarta. Pengayaan kalender musim ini diharapkan mempermudah serta memperluas aksesibilitas penggunanya secara lintas gender, usia, dan strata sosial. Apresiasi kalender musim akan menjamin petani insaf akan pentingnya mendahulukan kedaulatan pangan daripada gengsi sosial.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42460426","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-30DOI: 10.21831/hum.v21i1.32303
Rubini Rubini
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran aqidah akhlak, efektivitas pembelajaran, faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, subjek penelitian adalah guru dan siswa madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta kelas VIII dengan jumlah 15, tekhnik pengumpulan data metode observasi, wawancara dan dokumentasi, serta angket. Metode analisis data adalah untuk menganalisis data yang telah terkumpul untuk lebih lanjut diinterpretasikan dan disimpulkan. Hasil penelitian adalah proses pembelajaran aqidah akhlak menggunakan kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian Diknas, pembelajaran dilaksanakan setiap hari rabu pukul 07.00–08.30, diawali dengan pembukaan membaca basmallah dan lanjutkan dengan penyampaian materi atau inti, kemudian diakhiri dengan evaluasi dan di tutup dengan pembacaan hamdallah. dalam penyampaian materi, guru menggunakan berbagaimacam metode yang variatif sesuai dengan materi yang disampaikan, dan dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib. Efektivitas pembelajaran aqidah akhlak terbukti efektif. Dan faktor pendukung dalam pembelajaran ini adalah adanya dukungan yang baik dari kepala sekolah, adanya fasilitas yang memadai, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, dan minat siswa yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran aqidah akhlak, sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua. The purpose of this study was to determine the process of learning aqidah akhlak, the effectiveness of learning, supporting and inhibiting factors in learning aqidah akhlak at Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta. This type of qualitative research with a descriptive approach, research subjects are teachers and students of the madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta class VIII with a total of 15, data collection techniques are observation methods, interviews and documentation, and questionnaires. The data analysis method is to analyze the data that has been collected for further interpretation and conclusion. The results of the study are the process of learning aqidah akhlak using the curriculum of the Ministry of Religion and the Ministry of National Education, learning is carried out every Wednesday at 07.00 - 08.30, starting with opening reading basmallah and continuing. with the delivery of the material or core, then it ends with an evaluation and closes with a reading of the hamdallah. In delivering the material, the teacher uses various methods which vary according to the material presented, and in the learning process students can follow the learning in an orderly manner. The effectiveness of learning aqidah morals is proven to be effective. And the supporting factors in this learning are the existence of good support from the principal, the exi
{"title":"Efektivitas pembelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunungkidul Yogyakarta","authors":"Rubini Rubini","doi":"10.21831/hum.v21i1.32303","DOIUrl":"https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.32303","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran aqidah akhlak, efektivitas pembelajaran, faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, subjek penelitian adalah guru dan siswa madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta kelas VIII dengan jumlah 15, tekhnik pengumpulan data metode observasi, wawancara dan dokumentasi, serta angket. Metode analisis data adalah untuk menganalisis data yang telah terkumpul untuk lebih lanjut diinterpretasikan dan disimpulkan. Hasil penelitian adalah proses pembelajaran aqidah akhlak menggunakan kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian Diknas, pembelajaran dilaksanakan setiap hari rabu pukul 07.00–08.30, diawali dengan pembukaan membaca basmallah dan lanjutkan dengan penyampaian materi atau inti, kemudian diakhiri dengan evaluasi dan di tutup dengan pembacaan hamdallah. dalam penyampaian materi, guru menggunakan berbagaimacam metode yang variatif sesuai dengan materi yang disampaikan, dan dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib. Efektivitas pembelajaran aqidah akhlak terbukti efektif. Dan faktor pendukung dalam pembelajaran ini adalah adanya dukungan yang baik dari kepala sekolah, adanya fasilitas yang memadai, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, dan minat siswa yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran aqidah akhlak, sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua. The purpose of this study was to determine the process of learning aqidah akhlak, the effectiveness of learning, supporting and inhibiting factors in learning aqidah akhlak at Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta. This type of qualitative research with a descriptive approach, research subjects are teachers and students of the madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta class VIII with a total of 15, data collection techniques are observation methods, interviews and documentation, and questionnaires. The data analysis method is to analyze the data that has been collected for further interpretation and conclusion. The results of the study are the process of learning aqidah akhlak using the curriculum of the Ministry of Religion and the Ministry of National Education, learning is carried out every Wednesday at 07.00 - 08.30, starting with opening reading basmallah and continuing. with the delivery of the material or core, then it ends with an evaluation and closes with a reading of the hamdallah. In delivering the material, the teacher uses various methods which vary according to the material presented, and in the learning process students can follow the learning in an orderly manner. The effectiveness of learning aqidah morals is proven to be effective. And the supporting factors in this learning are the existence of good support from the principal, the exi","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45647256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-15DOI: 10.14710/humanika.v27i2.33531
Erika Citra Sari Hartanto, Miftahur Roifah
Muna Masyari is a famous female author from Pamekasan, Madura, whose one of her short stories, Sortana, won an award from Kompas, a national newspaper, as the best short story in 2017. Through her short stories, she consistent in depicting the social problems, particularly, related to Madurese women. This article discusses the portrayal of Madurese women in four short stories, namely Kembang Pengantin, Rumah Hantaran, Are’ Lancor, and Topeng Gelur. This article focuses on Madurese women as daughter and mother and their relation to nature and oppressed culture. This study uses descriptive approach with close reading method. Data collection is in the form of words and the data analysis is done by interpreting the data based on Elaine Showalter’s Gynocriticism which concerns with women as writer as well as the producer of literary texts. Gynocriticism mostly deals with four models; they are women’s writing and women’s body, women’s writing and women’s language, women’s writing and women’s psyche, and women’s writing and women’s culture. The results show Masyari reveals many problems attached to Madurese women through women’s body, language, psyche and culture. Madurese early arranged marriage and myths has placed Madurese women in oppressive and unfortunate conditions due to the binding culture that has dominated women. Muna Masyari, yet, places her female characters who are daring to speak their voice to have their own authority in searching their destiny in the future.
{"title":"Madurese Women and Binding Culture in Muna Masyari’s Martabat Kematian: Gynocriticism Analysis","authors":"Erika Citra Sari Hartanto, Miftahur Roifah","doi":"10.14710/humanika.v27i2.33531","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v27i2.33531","url":null,"abstract":"Muna Masyari is a famous female author from Pamekasan, Madura, whose one of her short stories, Sortana, won an award from Kompas, a national newspaper, as the best short story in 2017. Through her short stories, she consistent in depicting the social problems, particularly, related to Madurese women. This article discusses the portrayal of Madurese women in four short stories, namely Kembang Pengantin, Rumah Hantaran, Are’ Lancor, and Topeng Gelur. This article focuses on Madurese women as daughter and mother and their relation to nature and oppressed culture. This study uses descriptive approach with close reading method. Data collection is in the form of words and the data analysis is done by interpreting the data based on Elaine Showalter’s Gynocriticism which concerns with women as writer as well as the producer of literary texts. Gynocriticism mostly deals with four models; they are women’s writing and women’s body, women’s writing and women’s language, women’s writing and women’s psyche, and women’s writing and women’s culture. The results show Masyari reveals many problems attached to Madurese women through women’s body, language, psyche and culture. Madurese early arranged marriage and myths has placed Madurese women in oppressive and unfortunate conditions due to the binding culture that has dominated women. Muna Masyari, yet, places her female characters who are daring to speak their voice to have their own authority in searching their destiny in the future.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43783175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-14DOI: 10.14710/humanika.v27i2.33793
Yashinta Farahsani, Ika Puspita Rini, Patria Handung Jaya
Language acquisition for children is started when they produce words on their own. Children’s language normally develop in line with their age. Usually they can produce sentence and speak their mother tongue language fluently at the age of three. In the same time, children are able to acquire other language which is called second language acquisition (SLA). In Indonesia, English has become second language that has become the main subject at school, from the elementary level to the university level. Toddlers are children at the range of age between 2-3 years. This is the peak time to acquire language, and at this age, children are able to create phrase or simple sentence. Since the technology has developed very rapidly, children also can get more facilities to learn language. One of the media to learn language is YouTube. Using interview method, the writers did interview to 21 respondents as the parents of pre-school students. There were four questions to answer and the answers were described based on the respondents’ opinion. The research results that children can start to learn English through YouTube by watching English songs. Their attraction in watching is followed by imitating the word, the way the characters sing, and also the manner. Parents become guide to improve the children’s process of English learning after they watched YouTube.
{"title":"YOUTUBE AS A MEDIUM FOR INDONESIAN TODDLERS’ SECOND LANGUAGE ACQUISITION (AN ANALYSIS THROUGH CHILDREN SONGS)","authors":"Yashinta Farahsani, Ika Puspita Rini, Patria Handung Jaya","doi":"10.14710/humanika.v27i2.33793","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v27i2.33793","url":null,"abstract":"Language acquisition for children is started when they produce words on their own. Children’s language normally develop in line with their age. Usually they can produce sentence and speak their mother tongue language fluently at the age of three. In the same time, children are able to acquire other language which is called second language acquisition (SLA). In Indonesia, English has become second language that has become the main subject at school, from the elementary level to the university level. Toddlers are children at the range of age between 2-3 years. This is the peak time to acquire language, and at this age, children are able to create phrase or simple sentence. Since the technology has developed very rapidly, children also can get more facilities to learn language. One of the media to learn language is YouTube. Using interview method, the writers did interview to 21 respondents as the parents of pre-school students. There were four questions to answer and the answers were described based on the respondents’ opinion. The research results that children can start to learn English through YouTube by watching English songs. Their attraction in watching is followed by imitating the word, the way the characters sing, and also the manner. Parents become guide to improve the children’s process of English learning after they watched YouTube.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47493333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-07DOI: 10.14710/humanika.v27i2.33494
Ichsan Gifari, K. Iskandar
The polarization between conservative and progressive media created a middle ground for the print media to maintain sufficient readerships which are decreasing due to the declining Japanese birth rate. But why it relates to ‘security’, what is the reason? This research aims to examine news articles from the Yomiuri Shimbun and Asahi Shimbun mass media in English, namely, The Japan News and The Asahi Shimbun, as a reference medium to understand the framing between conservative and progressive Japanese mass media regarding the issue of prohibiting entry and exit of Japan for the international community during the pandemic. Researchers used qualitative methods, content analysis, with a semiotics approach in which researcher used the Corpus of Contemporary American English (COCA) software to filter out low-frequency nouns with a number> 5 which became the key vocabulary to understand the debate on the prohibition of entry and leaving Japan during January- August 2020. No less than 19 news articles were collected from The Japan News and 21 news articles were collected from The Asahi Shimbun by searching for the terms Ban/ Re-entry/ Travel/ Entry. After being filtered, 22 nouns >5 were found which were used by The Japan News and The Asahi Shimbun. In addition, there are 5 nouns found only in one medium with a total of >5. The result shows that The Japan News is a pro-government media that rarely criticizes the government. Criticism will be made if government policies disrupt the economy and are related to the Keidanren (Japan Business Association). On the other hand, The Asahi Shimbun is a counter-government media that criticize the government but has close ties to Prime Minister Shinzo Abe. To understand the Japanese mass media information data strategically, both mass media have an important role in the international community.
{"title":"ANALISIS SUBJEKTIFITAS MEDIA DARING JEPANG MENGENAI ISU LARANGAN KELUAR MASUK JEPANG PADA MASA PANDEMI VIRUS COVID-19: SEBUAH PENELITIAN SEMIOTIK","authors":"Ichsan Gifari, K. Iskandar","doi":"10.14710/humanika.v27i2.33494","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/humanika.v27i2.33494","url":null,"abstract":"The polarization between conservative and progressive media created a middle ground for the print media to maintain sufficient readerships which are decreasing due to the declining Japanese birth rate. But why it relates to ‘security’, what is the reason? This research aims to examine news articles from the Yomiuri Shimbun and Asahi Shimbun mass media in English, namely, The Japan News and The Asahi Shimbun, as a reference medium to understand the framing between conservative and progressive Japanese mass media regarding the issue of prohibiting entry and exit of Japan for the international community during the pandemic. Researchers used qualitative methods, content analysis, with a semiotics approach in which researcher used the Corpus of Contemporary American English (COCA) software to filter out low-frequency nouns with a number> 5 which became the key vocabulary to understand the debate on the prohibition of entry and leaving Japan during January- August 2020. No less than 19 news articles were collected from The Japan News and 21 news articles were collected from The Asahi Shimbun by searching for the terms Ban/ Re-entry/ Travel/ Entry. After being filtered, 22 nouns >5 were found which were used by The Japan News and The Asahi Shimbun. In addition, there are 5 nouns found only in one medium with a total of >5. The result shows that The Japan News is a pro-government media that rarely criticizes the government. Criticism will be made if government policies disrupt the economy and are related to the Keidanren (Japan Business Association). On the other hand, The Asahi Shimbun is a counter-government media that criticize the government but has close ties to Prime Minister Shinzo Abe. To understand the Japanese mass media information data strategically, both mass media have an important role in the international community.","PeriodicalId":34797,"journal":{"name":"Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42634645","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}