Latar Belakang: Fakultas kedokteran memiliki kegiatan berbasis komunitas oleh mahasiswa, kegiatan ini disebut dengan Community and Family Health Care with Interprofessional Education (CFHC-IPE). Salah satu media komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing lapangan serta kesekretariatan CFHC-IPE yaitu log book CFHC-IPE. E-log book CFHC-IPE menjadi suatu inovasi baru dalam media pembelajaran dan komunikasi, membantu komunikasi jarak jauh serta dapat melakukan pelaporan yang lebih cepat. Prototype yang akan dibuat dikhususkan pada topik family folder dan faktor lingkungan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototype aplikasi e-log book untuk kegiatan Community and Family Health Care with Interprofessional Education (CFHC-IPE) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sub Topik Family Folder dan Faktor Lingkungan.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode action research. Subjek penelitian berjumlah 14 orang, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan pengisian checklistHasil: E-log book kegiatan CFHC-IPE dalam penelitian ini adalah suatu aplikasi yang dibuat untuk sekretariat, dosen, serta mahasiswa untuk melakukan kegiatan dalam bentuk elektronik baik dalam pengumpulan tugas, diskusi, penyampaian materi, serta penyimpanan hasil data kegiatan lapangan oleh mahasiswa. Penggunaan aplikasi e-log book ini juga dapat menjadi bahan evaluasi untuk penilaian mahasiswanya serta dapat memfasilitasi pembelajaran secara interaktif tanpa harus melakukan tatap muka. Aplikasi e-log book ini tidak hanya berfokus pada pembuatan sistem, namun juga menggali pengetahuan terhadap analisis kesehatan masyarakat yang berfokus pada kesehatan lingkungan.Kesimpulan: Perancangan aplikasi e-log book CFHC-IPE ini memberikan kemudahan pelaporan dan penyimpanan data kegiatan mahasiswa. Tampilan interface pada aplikasi yang mudah dipahami dan mudah untuk dioperasikan. Hasil pengujian terhadap prototype aplikasi e-log book CFHC-IPE ini menjelaskan bahwa sistem yang dijalankan pada setiap menu telah sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan dan uji coba dilakukan terhadap fungsional sistem dan pengujian terhadap interface dan pengaksesan pengguna dapat dinyatakan bahwa prototype aplikasi e-log book CFHC-IPE dapat diterima dan dapat memudahkan pengguna.
背景:大学医学院有一个基于社区的活动,称为社区与家庭保健与国际教育(CFHC-IPE)。学生与现场顾问以及CFHC-IPE日志记录的交流媒介之一。电子书CFHC-IPE成为学习和沟通媒体的新创新,帮助远程通信和更快的报道。原型将用于家庭文件夹和环境因素。目标:本研究旨在设计针对国际教育(CFHC-IPE)医学系Gadjah Mada亚谱研究与环境因素等主题的e日志应用程序模型。研究方法:这是一项基于动作研究方法的定性研究。研究对象有14人,这是一种采样技术。数据收集是通过深入采访、观察和充电来完成的:在本研究中,e日志CFHC-IPE活动是为学生的实地活动收集、讨论、提交和存储实地活动数据而编写的电子日志。使用本电子书应用程序也可以成为学生评估的评估材料,可以促进互动学习而不用进行面对面的交流。这款电子日志应用不仅专注于系统的建立,还专注于关注环境健康的公共卫生分析的知识。结论:设计应用程序CFHC-IPE为学生活动的报告和数据存储提供了便利。在易于理解和容易操作的应用程序上显示界面。对原型的测试结果e-log book CFHC-IPE解释说,这个系统应用程序运行的每个菜单都按照既定的场景和处置功能试验和测试对系统和pengaksesan用户可以据说原型应用程序接口e-log book CFHC-IPE是可以接受的,可以方便用户。
{"title":"Prototype e-log book community and family health care with interprofessional education (cfhc-ipe) fakultas kedokteran universitas gadjah mada","authors":"Laila Tannoor","doi":"10.22146/jisph.8187","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.8187","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Fakultas kedokteran memiliki kegiatan berbasis komunitas oleh mahasiswa, kegiatan ini disebut dengan Community and Family Health Care with Interprofessional Education (CFHC-IPE). Salah satu media komunikasi antara mahasiswa dengan dosen pembimbing lapangan serta kesekretariatan CFHC-IPE yaitu log book CFHC-IPE. E-log book CFHC-IPE menjadi suatu inovasi baru dalam media pembelajaran dan komunikasi, membantu komunikasi jarak jauh serta dapat melakukan pelaporan yang lebih cepat. Prototype yang akan dibuat dikhususkan pada topik family folder dan faktor lingkungan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk merancang prototype aplikasi e-log book untuk kegiatan Community and Family Health Care with Interprofessional Education (CFHC-IPE) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Sub Topik Family Folder dan Faktor Lingkungan.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode action research. Subjek penelitian berjumlah 14 orang, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan pengisian checklistHasil: E-log book kegiatan CFHC-IPE dalam penelitian ini adalah suatu aplikasi yang dibuat untuk sekretariat, dosen, serta mahasiswa untuk melakukan kegiatan dalam bentuk elektronik baik dalam pengumpulan tugas, diskusi, penyampaian materi, serta penyimpanan hasil data kegiatan lapangan oleh mahasiswa. Penggunaan aplikasi e-log book ini juga dapat menjadi bahan evaluasi untuk penilaian mahasiswanya serta dapat memfasilitasi pembelajaran secara interaktif tanpa harus melakukan tatap muka. Aplikasi e-log book ini tidak hanya berfokus pada pembuatan sistem, namun juga menggali pengetahuan terhadap analisis kesehatan masyarakat yang berfokus pada kesehatan lingkungan.Kesimpulan: Perancangan aplikasi e-log book CFHC-IPE ini memberikan kemudahan pelaporan dan penyimpanan data kegiatan mahasiswa. Tampilan interface pada aplikasi yang mudah dipahami dan mudah untuk dioperasikan. Hasil pengujian terhadap prototype aplikasi e-log book CFHC-IPE ini menjelaskan bahwa sistem yang dijalankan pada setiap menu telah sesuai dengan skenario yang telah ditetapkan dan uji coba dilakukan terhadap fungsional sistem dan pengujian terhadap interface dan pengaksesan pengguna dapat dinyatakan bahwa prototype aplikasi e-log book CFHC-IPE dapat diterima dan dapat memudahkan pengguna. ","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116751533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nastiti Anggraini Ni'mah, H. Hartono, Lutfan Lazuardi
Latar Belakang : Kulonprogo sebagai kabupaten dengan pendapatan penduduk terendah di DI Yogyakarta memiliki jumlah kasus diabetes melitus pada peringkat keenam sebesar 13.438 orang. Diabetes melitus sebagai penyakit kronis yang memiliki dampak yang besar bagi kesehatan secara luas, sehingga usaha penjagaan kondisi kesehatan pasien diabetes melitus lewat kepatuhan berobat menjadi penting. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap yang sebagian daerahnya masuk dalam kawasan Perbukitan Menoreh. Penggunaan SIG dalam penelitian ini akan dapat memberikan gambaran utuh mengenai kondisi alam di Kokap dalam hubungannya dengan kesehatan. Tujuan Penelitian : Menyusun gambaran aksesibilitas jarak pasien ke puskesmas dalam bentuk peta serta menyusun variasi kunjungan pasien berdasarkan jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke masing-masing puskesmas di Kecamatan Kokap, menjelaskan perbedaan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus dengan memperhitungkan aksesibilitas pasien diabetes melitus dilihat dari jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke puskesmas. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Kuesioner pengambilan data mengacu pada Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) untuk menilai kepatuhan berobat. Data diambil dari populasi jumlah total pasien diabetes melitus dengan metode cluster random sampling sebanyak 52 sampel. Penghitungan jarak dengan network analysis dalam ArcGIS 10 beserta pembuatan petanya. Hubungan antar variabel dianalisis dengan Geoda 1.6. Hasil : Gambaran aksesibilitas dilihat dengan buffering sejauh 3 km dari setiap puskesmas dengan rumah pasien, kunjungan pasien menggunakan 2 variasi yaitu kepatuhan dengan kategori variabel tinggi dan kepatuhan dengan kategori variabel rendah, hasil regresi menggunakan Geoda diperoleh nilai probalitas kepatuhan berobat DM dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh adalah 0,00542; 0,00779; 0,00033 sedangkan nilai probabilitas untuk ketiga variabel secara bersamaan berada diatas 0,05 begitu juga dengan karakteristik responden. Kesimpulan : Gambaran aksesibilitas jarak pasien pada Puskesmas Kokap 1 dilihat dari distribusi rumah pasien lebih menyebar, variasi kunjungan pasien dengan kategori variabel tinggi memiliki jumlah kepatuhan yang lebih banyak di setiap desa sehingga untuk pasien yang tidak patuh diperlukan perlakuan khusus dari puskesmas, terdapat perbedaan kepatuhan dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh namun tidak terdapat perbedaan kepatuhan dari ketiga variabel secara bersama-sama dan karakteristik responden. Kurangnya ketersediaan transportasi umum menjadi pertimbangan pasien dalam berobat ke puskesmas. Perbedaan kedekatan posisi rumah dengan jalan lokal menyebabkan perbedaan waktu tempuh.
{"title":"Kondisi geografis dan kepatuhan berobat diabetes mellitus di kokap, kulonprogo, yogyakarta","authors":"Nastiti Anggraini Ni'mah, H. Hartono, Lutfan Lazuardi","doi":"10.22146/jisph.8683","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.8683","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Kulonprogo sebagai kabupaten dengan pendapatan penduduk terendah di DI Yogyakarta memiliki jumlah kasus diabetes melitus pada peringkat keenam sebesar 13.438 orang. Diabetes melitus sebagai penyakit kronis yang memiliki dampak yang besar bagi kesehatan secara luas, sehingga usaha penjagaan kondisi kesehatan pasien diabetes melitus lewat kepatuhan berobat menjadi penting. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kokap yang sebagian daerahnya masuk dalam kawasan Perbukitan Menoreh. Penggunaan SIG dalam penelitian ini akan dapat memberikan gambaran utuh mengenai kondisi alam di Kokap dalam hubungannya dengan kesehatan. Tujuan Penelitian : Menyusun gambaran aksesibilitas jarak pasien ke puskesmas dalam bentuk peta serta menyusun variasi kunjungan pasien berdasarkan jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke masing-masing puskesmas di Kecamatan Kokap, menjelaskan perbedaan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus dengan memperhitungkan aksesibilitas pasien diabetes melitus dilihat dari jarak, jenis transportasi dan waktu tempuh ke puskesmas. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Kuesioner pengambilan data mengacu pada Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) untuk menilai kepatuhan berobat. Data diambil dari populasi jumlah total pasien diabetes melitus dengan metode cluster random sampling sebanyak 52 sampel. Penghitungan jarak dengan network analysis dalam ArcGIS 10 beserta pembuatan petanya. Hubungan antar variabel dianalisis dengan Geoda 1.6. Hasil : Gambaran aksesibilitas dilihat dengan buffering sejauh 3 km dari setiap puskesmas dengan rumah pasien, kunjungan pasien menggunakan 2 variasi yaitu kepatuhan dengan kategori variabel tinggi dan kepatuhan dengan kategori variabel rendah, hasil regresi menggunakan Geoda diperoleh nilai probalitas kepatuhan berobat DM dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh adalah 0,00542; 0,00779; 0,00033 sedangkan nilai probabilitas untuk ketiga variabel secara bersamaan berada diatas 0,05 begitu juga dengan karakteristik responden. Kesimpulan : Gambaran aksesibilitas jarak pasien pada Puskesmas Kokap 1 dilihat dari distribusi rumah pasien lebih menyebar, variasi kunjungan pasien dengan kategori variabel tinggi memiliki jumlah kepatuhan yang lebih banyak di setiap desa sehingga untuk pasien yang tidak patuh diperlukan perlakuan khusus dari puskesmas, terdapat perbedaan kepatuhan dengan masing-masing variabel jarak tempuh, jenis transportasi dan waktu tempuh namun tidak terdapat perbedaan kepatuhan dari ketiga variabel secara bersama-sama dan karakteristik responden. Kurangnya ketersediaan transportasi umum menjadi pertimbangan pasien dalam berobat ke puskesmas. Perbedaan kedekatan posisi rumah dengan jalan lokal menyebabkan perbedaan waktu tempuh.","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"74 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125618360","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Sistem TB-03 elektronik merupakan sistem pencatatan dan pelaporan yang merekap data penderita TB. Namun, data yang tersedia pada sistem sering kurang dimanfaatkan, atau tidak digunakan sama sekali. Oleh karena itu dibutuhkannya analisis proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk menggali potensi-potensi informasi yang ada dari penyimpanan data terutama untuk menemukan suatu pola hubungan antar data sehingga dapat diketahui pola hubungan pada hasil pengobatan TB.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mencari aturan asosiasi hasil pengobatan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan teknik association rule.Metode Penelitian: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional deskriptif. Penelitian ini menggunakan data register TB-03 pasien TB di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011-2013. Aturan asosiasi pada penderita TB dapat memberikan pengetahuan mengenai karakteristik pada setiap hasil pengobatan yang dimiliki.Hasil : Sebagian besar hasil pengobatan yang diperoleh penderita TB adalah sembuh. Aturan asosiasi menunjukkan bahwa tipe pasien merupakan pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal positif, dan waktu konversi pada 2 bulan masa pengobatan berhubungan dengan hasil pengobatan sembuh. Tipe pasien merupakan pasien baru dan klasifikasi TB adalah TB Paru maka hasil pengobatan lengkap. Tipe pasien adalah pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, tidak mengalami konversi pada masa pengobatan, dan bertempat tinggal di perdesaan berhubungan dengan hasil pengobatan meninggal. Tipe pasien adalah pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, dan bertempat tinggal di perkotaan berhubungan dengan hasil pengobatan default. Klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, dan bertempat tinggal di perkotaan berhubungan dengan hasil pengobatan pindah. Pola pengelompokan (clustering) data register TB menunjukkan bahwa hasil pengobatan pada penderita TB cenderung sembuh dan lengkap.Kesimpulan : Aturan asosiasi dan pengelompokan pada penderita dapat memberikan pengetahuan mengenai karakteristik pada setiap hasil pengobatan yang dimiliki. Dengan memanfaatkan karakteristik tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan prioritas-prioritas dalam manajemen pengobatan TB selanjutnya sehingga hasil pengobatan dapat maksimal. Selain itu, teknik data mining dapat digunakan sebagai teknik analisis data register TB.
{"title":"Analisis aturan asosiasi hasil pengobatan tuberkulosis di provinsi sulawesi selatan","authors":"Sri Rizky Wahyuni Anwar","doi":"10.22146/jisph.6927","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.6927","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Sistem TB-03 elektronik merupakan sistem pencatatan dan pelaporan yang merekap data penderita TB. Namun, data yang tersedia pada sistem sering kurang dimanfaatkan, atau tidak digunakan sama sekali. Oleh karena itu dibutuhkannya analisis proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk menggali potensi-potensi informasi yang ada dari penyimpanan data terutama untuk menemukan suatu pola hubungan antar data sehingga dapat diketahui pola hubungan pada hasil pengobatan TB.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mencari aturan asosiasi hasil pengobatan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan teknik association rule.Metode Penelitian: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional deskriptif. Penelitian ini menggunakan data register TB-03 pasien TB di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2011-2013. Aturan asosiasi pada penderita TB dapat memberikan pengetahuan mengenai karakteristik pada setiap hasil pengobatan yang dimiliki.Hasil : Sebagian besar hasil pengobatan yang diperoleh penderita TB adalah sembuh. Aturan asosiasi menunjukkan bahwa tipe pasien merupakan pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal positif, dan waktu konversi pada 2 bulan masa pengobatan berhubungan dengan hasil pengobatan sembuh. Tipe pasien merupakan pasien baru dan klasifikasi TB adalah TB Paru maka hasil pengobatan lengkap. Tipe pasien adalah pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, tidak mengalami konversi pada masa pengobatan, dan bertempat tinggal di perdesaan berhubungan dengan hasil pengobatan meninggal. Tipe pasien adalah pasien baru, klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, dan bertempat tinggal di perkotaan berhubungan dengan hasil pengobatan default. Klasifikasi TB adalah TB Paru, hasil pemeriksaan dahak awal adalah positif, dan bertempat tinggal di perkotaan berhubungan dengan hasil pengobatan pindah. Pola pengelompokan (clustering) data register TB menunjukkan bahwa hasil pengobatan pada penderita TB cenderung sembuh dan lengkap.Kesimpulan : Aturan asosiasi dan pengelompokan pada penderita dapat memberikan pengetahuan mengenai karakteristik pada setiap hasil pengobatan yang dimiliki. Dengan memanfaatkan karakteristik tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan prioritas-prioritas dalam manajemen pengobatan TB selanjutnya sehingga hasil pengobatan dapat maksimal. Selain itu, teknik data mining dapat digunakan sebagai teknik analisis data register TB.","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115732721","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Identifikasi Proses Bisnis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Dengan Pendekatan Grounded Theory","authors":"Viktorinus Alfred Saptiono Mulana","doi":"10.22146/jisph.7603","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.7603","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125182816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mujiyati muthori, E. Nugroho, Guardian Yoki Sanjaya
Latar Belakang : Universal health coverage (UHC) bertujuan untuk memastikan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dan dibutuhkan, dimana pelaksanaannya harus efektif, efisien dan adil. Upaya yang dilakukan di Indonesia dengan Jaminan kesehatan sosial (Jamkesos) . Peranan teknologi dalam sistem informasi kesehatan sangat penting untuk mendukung kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Upaya yang dilakukan oleh Dinkes DIY untuk mempermudah pelayanan peserta Jamkesos CoB di DIY adalah penggunaan sistem informasi elektronik pada pelaksanaan Jamkesos CoB DIY.Penggunaan sistem ini diharapkan dapat memudahkan pasien dalam memproses administrasi klaim layanan asuransi kesehatan yang dijamin oleh pemerintah daerah dan provinsi. Proses pelayanan klaim yang semula manual dengan berkas yang menumpuk dan membutuhkan waktu yang relatif lama, bisa lebih cepat dan mudah karena sistem online mempersingkat waktu melalui pertukaran data antar rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi secara realtime.Oleh karena itu penelitian ini ingin mengevaluasi pelaksanaan penggunaan sistem informasi pada pelayanan Jamkesos CoB DIY dari aspek input, proses dan output. Metode Penelitian: Penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, dilakukan di Dinas Kesehatan DIY, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dan RSUD Wonosari, dengan subyek penelitian diambil secara purposive sampling, dengan jumlah responden 9 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam, acuan observasi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Semua data yang dikumpulkan diolah secara kualitatif. Hasil : sistem informasi pada pelaksanaan CoB Jamkesos DIY yang disebut SIM Jamkesta DIY sudah terpasang sejak Desember 2013, aplikasi sistem ini berlangsung sekitar 1 tahun baru sampai uji coba. Apabila dilihat dari aspek input: sumber daya manusia yang kompeten belum dipersiapkan dengan baik untuk mengelola sistem, sarana dan dana baru pada fase inisial belum memikirkan keberlangsungan sistem informasi ke depan. Aspek proses : pengoperasiaan dan pemeliharaan tidak jalan baru sampai uji coba, pengorganisasian dan tata kelola kesistem-informasian belum jelas pembagiannya, ada tarik ulur siapa yang menjadi leader dalam pengelolaan sistem informasi ini. Aspek output tidak bisa dilihat kenyataannya karena pada prosesnya juga tidak jalan sehingga tidak bisa dinilai dari kualitas data maupun pemanfaatan datanya. Dalam aplikasi SIM Jamkesta DIY ini banyak permasalahan yang ada yaitu: kondisi politis dengan kebijakan top down yang dipaksakan, kurangnya dukungan dan komitmen dari manajemen, tidak ada perencanaan yang memadai, SDM yang inkompetensi teknologi, tidak adanya kesesuaian kebutuhan produk bisnis dengan pengguna, isu BPJS Kesehatan, sehingga sistem informasi ini mengalami kegagalan. Kesimpulan : Dalam pengembangan sistem informasi dengan kebijakan top down yang dipaksakan dimana : dukungan dan komitmen manajemen
{"title":"Penggunaan Sistem Informasi pada Pelaksanaan Jamkesos cob di RSUD Wonosari Yogyakarta","authors":"Mujiyati muthori, E. Nugroho, Guardian Yoki Sanjaya","doi":"10.22146/jisph.7367","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.7367","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Universal health coverage (UHC) bertujuan untuk memastikan preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dan dibutuhkan, dimana pelaksanaannya harus efektif, efisien dan adil. Upaya yang dilakukan di Indonesia dengan Jaminan kesehatan sosial (Jamkesos) . Peranan teknologi dalam sistem informasi kesehatan sangat penting untuk mendukung kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Upaya yang dilakukan oleh Dinkes DIY untuk mempermudah pelayanan peserta Jamkesos CoB di DIY adalah penggunaan sistem informasi elektronik pada pelaksanaan Jamkesos CoB DIY.Penggunaan sistem ini diharapkan dapat memudahkan pasien dalam memproses administrasi klaim layanan asuransi kesehatan yang dijamin oleh pemerintah daerah dan provinsi. Proses pelayanan klaim yang semula manual dengan berkas yang menumpuk dan membutuhkan waktu yang relatif lama, bisa lebih cepat dan mudah karena sistem online mempersingkat waktu melalui pertukaran data antar rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan dinas kesehatan provinsi secara realtime.Oleh karena itu penelitian ini ingin mengevaluasi pelaksanaan penggunaan sistem informasi pada pelayanan Jamkesos CoB DIY dari aspek input, proses dan output. Metode Penelitian: Penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus, dilakukan di Dinas Kesehatan DIY, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul dan RSUD Wonosari, dengan subyek penelitian diambil secara purposive sampling, dengan jumlah responden 9 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah panduan wawancara mendalam, acuan observasi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Semua data yang dikumpulkan diolah secara kualitatif. Hasil : sistem informasi pada pelaksanaan CoB Jamkesos DIY yang disebut SIM Jamkesta DIY sudah terpasang sejak Desember 2013, aplikasi sistem ini berlangsung sekitar 1 tahun baru sampai uji coba. Apabila dilihat dari aspek input: sumber daya manusia yang kompeten belum dipersiapkan dengan baik untuk mengelola sistem, sarana dan dana baru pada fase inisial belum memikirkan keberlangsungan sistem informasi ke depan. Aspek proses : pengoperasiaan dan pemeliharaan tidak jalan baru sampai uji coba, pengorganisasian dan tata kelola kesistem-informasian belum jelas pembagiannya, ada tarik ulur siapa yang menjadi leader dalam pengelolaan sistem informasi ini. Aspek output tidak bisa dilihat kenyataannya karena pada prosesnya juga tidak jalan sehingga tidak bisa dinilai dari kualitas data maupun pemanfaatan datanya. Dalam aplikasi SIM Jamkesta DIY ini banyak permasalahan yang ada yaitu: kondisi politis dengan kebijakan top down yang dipaksakan, kurangnya dukungan dan komitmen dari manajemen, tidak ada perencanaan yang memadai, SDM yang inkompetensi teknologi, tidak adanya kesesuaian kebutuhan produk bisnis dengan pengguna, isu BPJS Kesehatan, sehingga sistem informasi ini mengalami kegagalan. Kesimpulan : Dalam pengembangan sistem informasi dengan kebijakan top down yang dipaksakan dimana : dukungan dan komitmen manajemen","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127285307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Data dan informasi kepegawaian di Dinas Kesehatan Kab, Kolaka merupakan data penting yang harus tersedia dengan akurat, lengkap dan jelas untuk menunjang pelaksanaan manajemen kepegawaian yang optimal. Permasalahan yang ditemui berupa penanganan dan pemrosesan data yang kompleks masih dikelola secara manual menyebabkan ketidakkonsistenan data, informasi yang dihasilkan membutuhkan waktu yang lama dan cenderung kurang akurat. Belum ada sistem informasi kepegawaian yang dapat memfasilitasi staf kepegawaian dalam memberikan pelayanan melalui manajemen data yang optimal. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, melalui kegiatan identifikasi kebutuhan komponen input dan output pengguna, membuat desain proses prototipe sistem, melakukan uji coba prototipe serta mengevaluasi prototipe yang telah diujicobakan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan action research. Rancangan penelitian dipilih karena sesuai dengan tahap pengembangan sistem dengan prototipe. Data dan informasi diperoleh dengan observasi, wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Observasi dilakukan di Subag Kepegawaian untuk mengetahui proses pengolahan data dan informasi di kepegawaian. Wawancara dilakukan terhadap 8 responden untuk mengeksplorasi kebutuhan komponen input dan output yang membentuk spesifikasi fungsional prototipe. Prototipe di uji coba kemudian wawancara mendalam untuk mengetahui apakah prototipe sudah sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kab. Kolaka. Hasil: Prototipe sistem informasi kepegawaian dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna di Dinas Kesehatan. Diperoleh kebutuhan data sebagai komponen input yaitu data PNS dan data PTT. Kebutuhan informasi sebagai ouput yang dihasilkan sistem yaitu laporan dan rekapitulasi PNS dan PTT. Melalui identifikasi kebutuhan tersebut dibuatlah diagram konteks, DFD, data flowchart, ERD, kamus data, kemudian dikembangkan. Ujicoba prototipe menunjukkan aplikasi sistem informasi kepegawaian dapat menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Hasil evaluasi menunjukkan prototipe mudah digunakan, tampilan menarik dan informasi yang dihasilkan akurat. Kesimpulan: Pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian yang melibatkan potensial responden di Dinas Kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden dan aplikasi yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kab. Kolaka Kata kunci : Manajemen Kepegawaian, Prototyping, Sistem Informasi Manajemen
{"title":"Prototipe Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka","authors":"roslinda skm","doi":"10.22146/jisph.8215","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.8215","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Data dan informasi kepegawaian di Dinas Kesehatan Kab, Kolaka merupakan data penting yang harus tersedia dengan akurat, lengkap dan jelas untuk menunjang pelaksanaan manajemen kepegawaian yang optimal. Permasalahan yang ditemui berupa penanganan dan pemrosesan data yang kompleks masih dikelola secara manual menyebabkan ketidakkonsistenan data, informasi yang dihasilkan membutuhkan waktu yang lama dan cenderung kurang akurat. Belum ada sistem informasi kepegawaian yang dapat memfasilitasi staf kepegawaian dalam memberikan pelayanan melalui manajemen data yang optimal. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan sistem informasi kepegawaian yang sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, melalui kegiatan identifikasi kebutuhan komponen input dan output pengguna, membuat desain proses prototipe sistem, melakukan uji coba prototipe serta mengevaluasi prototipe yang telah diujicobakan. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan action research. Rancangan penelitian dipilih karena sesuai dengan tahap pengembangan sistem dengan prototipe. Data dan informasi diperoleh dengan observasi, wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Observasi dilakukan di Subag Kepegawaian untuk mengetahui proses pengolahan data dan informasi di kepegawaian. Wawancara dilakukan terhadap 8 responden untuk mengeksplorasi kebutuhan komponen input dan output yang membentuk spesifikasi fungsional prototipe. Prototipe di uji coba kemudian wawancara mendalam untuk mengetahui apakah prototipe sudah sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kab. Kolaka. Hasil: Prototipe sistem informasi kepegawaian dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna di Dinas Kesehatan. Diperoleh kebutuhan data sebagai komponen input yaitu data PNS dan data PTT. Kebutuhan informasi sebagai ouput yang dihasilkan sistem yaitu laporan dan rekapitulasi PNS dan PTT. Melalui identifikasi kebutuhan tersebut dibuatlah diagram konteks, DFD, data flowchart, ERD, kamus data, kemudian dikembangkan. Ujicoba prototipe menunjukkan aplikasi sistem informasi kepegawaian dapat menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Hasil evaluasi menunjukkan prototipe mudah digunakan, tampilan menarik dan informasi yang dihasilkan akurat. Kesimpulan: Pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian yang melibatkan potensial responden di Dinas Kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden dan aplikasi yang dihasilkan sudah sesuai dengan kebutuhan Dinas Kesehatan Kab. Kolaka Kata kunci : Manajemen Kepegawaian, Prototyping, Sistem Informasi Manajemen","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124745368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Sistem pencatatan dan pelaporan program TB sejak tahun 2009 telah berbasis komputerisasi yaitu menggunakan sistem elektronik TB. Penggunaan sistem elektronik TB secara nasional merupakan bagian penting dari komitmen DOTS dalam penanggulangan program TB. Dinas kesehatan provinsi Kalimantan Selatan telah menggunakan dan memanfaatkan sistem elektronik TB dalam melakukan pencatatan dan pelaporan program TB dan wasor TB kab/kota sebagai pengguna dari sistem tersebut.Tujuan : Mengkaji persepsi penggunaan dan pemanfaatan pada sistem elektronik TB untuk pencatatan dan pelaporan program tuberkulosis di Propinsi Kalimantan Selatan.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah wakil supervisor (wasor) TB di Dinas Kesehatan Propinsi 1 orang dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 13 orang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah penggunaan sistem elektronik TB oleh Wasor TB pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Data dikumpulkan melalui proses wawancara dan pengamatan mendalam sistem elektronik TB, dokumentasi-dokumentasi, dan laporan-laporan program TB. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan hasil wawancara kemudian ditranskripsikan, pengkodingan dengan open coding dan diambil kesimpulan berdasarkan hasil proses tersebut.Hasil : Penggunaan sistem elektronik TB mudah dimengerti, dipahami dan dipelajari, sehingga pencatatan dan pelaporan program TB sudah berbasis komputerisasi. Pemanfaatan sistem elektronik TB oleh wasor TB dapat memantau hasil kinerja, capaian dan target serta indikator dalam pelaksanaan program TB.Penggunaan dan pemanfaatan sistem elektronik TB pada program TB di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan untuk melihat kinerja program, capaian dan target berdasarkan indikator program sehingga sistem elektronik TB dapat dimanfaatkan untuk monitoring dan evaluasi dan digunakan untuk pencatatan dan pelaporan program TB di kabupaten/kota dan propinsi.Kata Kunci: Penggunaan dan pemanfaatan, Sistem Elektronik TB, Pencatatan dan Pelaporan, dan Tuberkulosis.
{"title":"Pemanfaatan dan penggunaan sistem elektronik tuberkulosis di dinas kesehatan provinsi kalimantan selatan","authors":"Nasrullah Fahmi","doi":"10.22146/jisph.7679","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.7679","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Sistem pencatatan dan pelaporan program TB sejak tahun 2009 telah berbasis komputerisasi yaitu menggunakan sistem elektronik TB. Penggunaan sistem elektronik TB secara nasional merupakan bagian penting dari komitmen DOTS dalam penanggulangan program TB. Dinas kesehatan provinsi Kalimantan Selatan telah menggunakan dan memanfaatkan sistem elektronik TB dalam melakukan pencatatan dan pelaporan program TB dan wasor TB kab/kota sebagai pengguna dari sistem tersebut.Tujuan : Mengkaji persepsi penggunaan dan pemanfaatan pada sistem elektronik TB untuk pencatatan dan pelaporan program tuberkulosis di Propinsi Kalimantan Selatan.Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah wakil supervisor (wasor) TB di Dinas Kesehatan Propinsi 1 orang dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 13 orang. Unit analisis dalam penelitian ini adalah penggunaan sistem elektronik TB oleh Wasor TB pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Data dikumpulkan melalui proses wawancara dan pengamatan mendalam sistem elektronik TB, dokumentasi-dokumentasi, dan laporan-laporan program TB. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan hasil wawancara kemudian ditranskripsikan, pengkodingan dengan open coding dan diambil kesimpulan berdasarkan hasil proses tersebut.Hasil : Penggunaan sistem elektronik TB mudah dimengerti, dipahami dan dipelajari, sehingga pencatatan dan pelaporan program TB sudah berbasis komputerisasi. Pemanfaatan sistem elektronik TB oleh wasor TB dapat memantau hasil kinerja, capaian dan target serta indikator dalam pelaksanaan program TB.Penggunaan dan pemanfaatan sistem elektronik TB pada program TB di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan untuk melihat kinerja program, capaian dan target berdasarkan indikator program sehingga sistem elektronik TB dapat dimanfaatkan untuk monitoring dan evaluasi dan digunakan untuk pencatatan dan pelaporan program TB di kabupaten/kota dan propinsi.Kata Kunci: Penggunaan dan pemanfaatan, Sistem Elektronik TB, Pencatatan dan Pelaporan, dan Tuberkulosis.","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121947623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Penderita DM lebih rentan terkena TB. Penderita TB paru dengan dan tanpa DM di Kulon Progo tahun 2014 sebanyak 174 orang. Pengolahan register TB masih terbatas pada analisis tabuler. Pengelolaan penderita TB paru terkait dengan keberlangsungan pengobatan masih terbatas. Analisis TB masih berupa agregasi data di tingkat kelurahan, belum berupa pemetaan penderita.Metode Penelitian: Survei cross-sectional menggunakan sistem informasi geografis, dengan populasi wilayah dan penderita TB Paru 2014, sampel sebanyak 162 orang. Variabel terikat adalah TB paru, dan TB paru dengan riwayat DM (TB-DM). Variabel bebas adalah jarak ke sarana pelayanan kesehatan, pendapatan dan DM. Analisis spasial menggunakan SaTScan, GeoDa, dan ArcGIS.Hasil: Pola spasial distribusi penderita TB paru dengan dan tanpa DM sebagian besar berada di wilayah dengan intensitas curah hujan tinggi, dan terdapat clustering di pedesaan, dengan pendapatan rendah, jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Space time permutation model menunjukkan terdapat 5 cluster TB paru, namun tidak signifikan. Hasil spatial error model menunjukkan, secara spasial, pendapatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan memiliki hubungan dengan kejadian TB paru. Di wilayah prevalensi tinggi DM teridentifikasi jumlah sumber daya medis yang sedikit. TB-DM berada di wilayah prevalensi tinggi DM, dan sebagian besar di pedesaan. Terdapat hubungan yang signifikan antara populasi DM dengan kejadian TB-DM, namun secara spasial tidak. Kejadian TB paru dengan pengobatan ulang, sebagian besar di pedesaan, dan akses sulit, pencarian tempat pengobatan di beberapa sarana pelayanan kesehatan hingga pindah di 4 tempat yang berbeda. Kesimpulan: Kejadian TB paru terjadi seiring dengan musim hujan. Pola clustering kejadian TB paru di pedesaan, dengan pendapatan rendah, dan jauh dari sarana pelayanan kesehatan, spatial error model menunjukkan ketergantungan spasial. Hubungan antara populasi DM dengan kejadian TB-DM signifikan, namun secara spasial tidak.Kata Kunci: diabetes mellitus, distance perception, geographic information system, low income, mycobacterium tuberculosis
{"title":"Penggunaan sistem informasi geografis untuk pola spasial tuberkulosis dengan dan tanpa diabetes mellitus di kulon progo","authors":"Hendra Rohman, H. Hartono, A. Probandari","doi":"10.22146/jisph.7922","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.7922","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Penderita DM lebih rentan terkena TB. Penderita TB paru dengan dan tanpa DM di Kulon Progo tahun 2014 sebanyak 174 orang. Pengolahan register TB masih terbatas pada analisis tabuler. Pengelolaan penderita TB paru terkait dengan keberlangsungan pengobatan masih terbatas. Analisis TB masih berupa agregasi data di tingkat kelurahan, belum berupa pemetaan penderita.Metode Penelitian: Survei cross-sectional menggunakan sistem informasi geografis, dengan populasi wilayah dan penderita TB Paru 2014, sampel sebanyak 162 orang. Variabel terikat adalah TB paru, dan TB paru dengan riwayat DM (TB-DM). Variabel bebas adalah jarak ke sarana pelayanan kesehatan, pendapatan dan DM. Analisis spasial menggunakan SaTScan, GeoDa, dan ArcGIS.Hasil: Pola spasial distribusi penderita TB paru dengan dan tanpa DM sebagian besar berada di wilayah dengan intensitas curah hujan tinggi, dan terdapat clustering di pedesaan, dengan pendapatan rendah, jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Space time permutation model menunjukkan terdapat 5 cluster TB paru, namun tidak signifikan. Hasil spatial error model menunjukkan, secara spasial, pendapatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan memiliki hubungan dengan kejadian TB paru. Di wilayah prevalensi tinggi DM teridentifikasi jumlah sumber daya medis yang sedikit. TB-DM berada di wilayah prevalensi tinggi DM, dan sebagian besar di pedesaan. Terdapat hubungan yang signifikan antara populasi DM dengan kejadian TB-DM, namun secara spasial tidak. Kejadian TB paru dengan pengobatan ulang, sebagian besar di pedesaan, dan akses sulit, pencarian tempat pengobatan di beberapa sarana pelayanan kesehatan hingga pindah di 4 tempat yang berbeda. Kesimpulan: Kejadian TB paru terjadi seiring dengan musim hujan. Pola clustering kejadian TB paru di pedesaan, dengan pendapatan rendah, dan jauh dari sarana pelayanan kesehatan, spatial error model menunjukkan ketergantungan spasial. Hubungan antara populasi DM dengan kejadian TB-DM signifikan, namun secara spasial tidak.Kata Kunci: diabetes mellitus, distance perception, geographic information system, low income, mycobacterium tuberculosis ","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126232545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: . Institute of Medicine merekomendasikan rekam medis elektronik (RME) sebagai pendukung manajemen pelayanan kesehatan pasien. Namun adopsi rekam medis elektronik saat ini hanya mencapai rata-rata pada 50% yang artinya rekam medis elektronik tidak dimanfaatkan secara maksimal fungsi dan fiturnya hanya untuk kebutuhan administrasi dan finansial rumah sakit. Memahami pandangan petugas kesehatan mengenai RME berpengaruh penting pada kesuksesan implementasi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif dengan lokasi rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi serta penyebaran kuesioner. Hasil: Masih terdapat masalah pada tingkat input dan proses dimana input data rekam medis yang lengkap masih sulit dan pada proses masih terdapat error yang mengganggu pelayanan. Berdasarkan kerangka UTAUT, masalah ini termasuk kategori kondisi fasilitas. Aspek ini memiliki korelasi yang kuat terhadap persepsi penggunaan (r= 0.78; p -value = 0.001). Persepsi penggunaan ini memiliki korelasi dengan persepsi kebermanfaatan (r=0.459 ;p-value= 0.047). Setelah itu, persepsi kebermanfaatan yang mempengaruhi perilaku penggunaan atau penerimaan (r= 0.569; p -value = 0.000) sehingga hubungan ini membentuk suatu alur. Kesimpulan: Untuk meningkatkan adopsi RME secara penuh aspek perilaku penggunaan atau penerimaan harus ditingkatkan. Aspek ini ditingkatkan dengan memperbaiki alur faktor yang mempengaruhinya
{"title":"Persepsi Petugas Kesehatan Terhadap Peran Rekam Medis Elektronik Sebagai Pendukung Manajemen Pelayanan Pasien Di Rumah Sakit Panti Rapih","authors":"Amrina Rosyada, Lutfan Lazuardi, K. Kusrini","doi":"10.22146/JISPH.6659","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JISPH.6659","url":null,"abstract":"Latar Belakang: . Institute of Medicine merekomendasikan rekam medis elektronik (RME) sebagai pendukung manajemen pelayanan kesehatan pasien. Namun adopsi rekam medis elektronik saat ini hanya mencapai rata-rata pada 50% yang artinya rekam medis elektronik tidak dimanfaatkan secara maksimal fungsi dan fiturnya hanya untuk kebutuhan administrasi dan finansial rumah sakit. Memahami pandangan petugas kesehatan mengenai RME berpengaruh penting pada kesuksesan implementasi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kasus deskriptif dengan lokasi rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi serta penyebaran kuesioner. Hasil: Masih terdapat masalah pada tingkat input dan proses dimana input data rekam medis yang lengkap masih sulit dan pada proses masih terdapat error yang mengganggu pelayanan. Berdasarkan kerangka UTAUT, masalah ini termasuk kategori kondisi fasilitas. Aspek ini memiliki korelasi yang kuat terhadap persepsi penggunaan (r= 0.78; p -value = 0.001). Persepsi penggunaan ini memiliki korelasi dengan persepsi kebermanfaatan (r=0.459 ;p-value= 0.047). Setelah itu, persepsi kebermanfaatan yang mempengaruhi perilaku penggunaan atau penerimaan (r= 0.569; p -value = 0.000) sehingga hubungan ini membentuk suatu alur. Kesimpulan: Untuk meningkatkan adopsi RME secara penuh aspek perilaku penggunaan atau penerimaan harus ditingkatkan. Aspek ini ditingkatkan dengan memperbaiki alur faktor yang mempengaruhinya","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130408066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Ketersediaan fasilitas kesehatan sudah cukup merata di hampir semua wilayah Kabupaten Banjarnegara. Selain itu pencapaian target kegiatan program KIA selalu meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi angka kematian ibu masih menjadi masalah di Kabupaten Banjarnegara. Tujuan: Mengetahui gambaran spasial kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara dan hubungan faktor risiko yang mempengaruhinya khususnya yang terkait dengan aksesibilitas fasilitas kesehatan. Metode: Jenis penelitian analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol, mempelajari distribusi kasus kematian ibu dengan menggunakan SIG. Populasi penelitian adalah seluruh kasus kematian ibu dan ibu pasca melahirkan yang tidak meninggal di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2011 sampai 2013. Sampel berjumlah 108 terdiri dari 54 kasus dan 54 kontrol. Analisis spasial menggunakan Average Nearrest Neighbor. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Square dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik serta besar risiko menggunakan Odds Ratio. Hasil: Kasus kematian ibu dan fasilitas kesehatan memiliki pola menyebar. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa pendapatan memiliki hubungan (OR=4,59;p=0,00), domisili tidak memiliki hubungan (p=0,43) dan jarak memiliki hubungan tetapi sebagai faktor protektif (OR=0,32;p=0,01). Kesimpulan: Kasus kematian ibu dan fasilitas kesehatan menyebar rata tidak mengelompok. Tingkat ekonomi memiliki hubungan dengan kematian ibu. Domisili tidak memiliki hubungan dengan kasus kematian ibu. Jarak fasilitas kesehatan memiliki hubungan dengan kasus kematian ibu tetapi sebagai faktor protektif (pelindung). Rujukan terpusat pada rumah sakit umum daerah.
{"title":"Analisis Distribusi Spasial Kematian Ibu di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 – 2013","authors":"Aji Setiawan, Lutfan Lazuardi, Mohammad Hakimi","doi":"10.22146/jisph.5964","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jisph.5964","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Ketersediaan fasilitas kesehatan sudah cukup merata di hampir semua wilayah Kabupaten Banjarnegara. Selain itu pencapaian target kegiatan program KIA selalu meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi angka kematian ibu masih menjadi masalah di Kabupaten Banjarnegara. Tujuan: Mengetahui gambaran spasial kematian ibu di Kabupaten Banjarnegara dan hubungan faktor risiko yang mempengaruhinya khususnya yang terkait dengan aksesibilitas fasilitas kesehatan. Metode: Jenis penelitian analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol, mempelajari distribusi kasus kematian ibu dengan menggunakan SIG. Populasi penelitian adalah seluruh kasus kematian ibu dan ibu pasca melahirkan yang tidak meninggal di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2011 sampai 2013. Sampel berjumlah 108 terdiri dari 54 kasus dan 54 kontrol. Analisis spasial menggunakan Average Nearrest Neighbor. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-Square dan analisis multivariat menggunakan uji Regresi Logistik serta besar risiko menggunakan Odds Ratio. Hasil: Kasus kematian ibu dan fasilitas kesehatan memiliki pola menyebar. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa pendapatan memiliki hubungan (OR=4,59;p=0,00), domisili tidak memiliki hubungan (p=0,43) dan jarak memiliki hubungan tetapi sebagai faktor protektif (OR=0,32;p=0,01). Kesimpulan: Kasus kematian ibu dan fasilitas kesehatan menyebar rata tidak mengelompok. Tingkat ekonomi memiliki hubungan dengan kematian ibu. Domisili tidak memiliki hubungan dengan kasus kematian ibu. Jarak fasilitas kesehatan memiliki hubungan dengan kasus kematian ibu tetapi sebagai faktor protektif (pelindung). Rujukan terpusat pada rumah sakit umum daerah.","PeriodicalId":365453,"journal":{"name":"Journal of Information Systems for Public Health","volume":"119 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-09-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123442169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}