Pub Date : 2021-10-22DOI: 10.58403/annuur.v11i2.57
Sri Purnama Wati, Khoirul Anam
Masyarakat Kabupaten Blora, memiliki kerentanan terhadap perilaku bunuh diri. Sebelum masa pandemi, pada 2018 telah terjadi 23 kasus-angka ini merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Pandemi Covid 19 memang menurunkan kasus bunuh diri, akan tetapi kejahatan tetap saja terjadi. Freud menyatakan bahwa bunuh diri dilakukan oleh orang yang mengalami gejala intrapsikis. Di antarnya useless, hopelees, depresi, loss of interest, loss of energy dan ambivalensi (perasaan terayun-ayun atara iya atau tidak) atas persoalan yang membelit pelaku. Sebagaimana dinyatakan Neale, dkk., (1996: 462) bahwa beberapa faktor yang yang menjadi penyebab umum orang melakukan bunuh diri adalah : sakit fisik yang serius, perasaan putus asa, tidak ada harapan, tidak berguna, terisolasi secara sosial, kehilangan cinta seseorang, kebangkrutan financial, dan depresi.Sementara itu, teori sosial utama yang dapatdigunakanuntukmembedah permasalahan ini adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Durkheim (1952: dalam Arisandi 2015: 53) menyatakan bahwa cara terbaik untuk melihat persoalan-persoalan rasisme, polusi, resesi ekonomi, dan bunuh diri adalah dengan menggunakan perspektif sosial, yakni mengedepankan kajian tentang dimensi sosial ketimbang individu. Fakta banyaknya masyarakat Blora yang rela merantau meninggalkan keluarganya menunjukkan bahwa nilai material uang merupakan nilai utama yang menjadi perekat keluarga, sekaligus perekat masyarakat. Pada titik itulah dapat difahami bahwa para pelaku bunuh diri di kabupaten ini sebagian besar merupakan orang tua yang tidak lagi produktif.
{"title":"KERENTANAN BUNUH DIRI DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-PSIKOLOGI","authors":"Sri Purnama Wati, Khoirul Anam","doi":"10.58403/annuur.v11i2.57","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i2.57","url":null,"abstract":"Masyarakat Kabupaten Blora, memiliki kerentanan terhadap perilaku bunuh diri. Sebelum masa pandemi, pada 2018 telah terjadi 23 kasus-angka ini merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Pandemi Covid 19 memang menurunkan kasus bunuh diri, akan tetapi kejahatan tetap saja terjadi. Freud menyatakan bahwa bunuh diri dilakukan oleh orang yang mengalami gejala intrapsikis. Di antarnya useless, hopelees, depresi, loss of interest, loss of energy dan ambivalensi (perasaan terayun-ayun atara iya atau tidak) atas persoalan yang membelit pelaku. Sebagaimana dinyatakan Neale, dkk., (1996: 462) bahwa beberapa faktor yang yang menjadi penyebab umum orang melakukan bunuh diri adalah : sakit fisik yang serius, perasaan putus asa, tidak ada harapan, tidak berguna, terisolasi secara sosial, kehilangan cinta seseorang, kebangkrutan financial, dan depresi.Sementara itu, teori sosial utama yang dapatdigunakanuntukmembedah permasalahan ini adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Durkheim (1952: dalam Arisandi 2015: 53) menyatakan bahwa cara terbaik untuk melihat persoalan-persoalan rasisme, polusi, resesi ekonomi, dan bunuh diri adalah dengan menggunakan perspektif sosial, yakni mengedepankan kajian tentang dimensi sosial ketimbang individu. Fakta banyaknya masyarakat Blora yang rela merantau meninggalkan keluarganya menunjukkan bahwa nilai material uang merupakan nilai utama yang menjadi perekat keluarga, sekaligus perekat masyarakat. Pada titik itulah dapat difahami bahwa para pelaku bunuh diri di kabupaten ini sebagian besar merupakan orang tua yang tidak lagi produktif.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"20 7","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133720427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-22DOI: 10.58403/annuur.v11i2.39
Kharisma Puspita Sari, Kadarismanto Kadarismanto
Bahasa Jawa merupakan salah satu dari 726 bahasa daerah yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Bahasa Jawa mempunyai penutur terbanyak di Indonesia dan masih hidup serta digunakan hingga saat ini. Bahasa Jawa mempunyai literatur yang kaya semenjak abad ke-12 dan merupakan salah satu dari bahasa klasik di dunia. daerah lain. Seperti bahasa daerah lainnya, bahasa Jawa mempunyai sejarah dengan berbagai perkembangan di masanya. Secara singkat saja, bahasa Jawa ini terbagi ke dalam 4 tahap, yaitu bahasa Jawa kuno (dari masa abad ke-9), bahasa Jawa pertengahan (dari masa abad ke-13) , bahasa Jawa baru (dari masa abad ke-16), bahasa Jawa moderen (dari masa abad ke-20). Seperti yang kita ketahui bersama, setiap bahasa yang terdapat di dunia, apabila dikaji akan menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi pengkajinya. Begitu banyak kajian bahasa yang dapat di lakukan, salah satunya adalah dari segi morfologi, dimana merupakan studi bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987:17). Berikut akan diuraikan beberapa aspek yang terdapat dalam proses morfologis bahasa Jawa dan makna aspektualitas dalam morfologi bahasa Jawa:Kata Kunci: Bahasa Jawa, Morfologi, Aspektualitas
{"title":"PROSES MORFOLOGIS DAN ASPEKTUALITAS BAHASA JAWA","authors":"Kharisma Puspita Sari, Kadarismanto Kadarismanto","doi":"10.58403/annuur.v11i2.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i2.39","url":null,"abstract":"Bahasa Jawa merupakan salah satu dari 726 bahasa daerah yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Bahasa Jawa mempunyai penutur terbanyak di Indonesia dan masih hidup serta digunakan hingga saat ini. Bahasa Jawa mempunyai literatur yang kaya semenjak abad ke-12 dan merupakan salah satu dari bahasa klasik di dunia. daerah lain. Seperti bahasa daerah lainnya, bahasa Jawa mempunyai sejarah dengan berbagai perkembangan di masanya. Secara singkat saja, bahasa Jawa ini terbagi ke dalam 4 tahap, yaitu bahasa Jawa kuno (dari masa abad ke-9), bahasa Jawa pertengahan (dari masa abad ke-13) , bahasa Jawa baru (dari masa abad ke-16), bahasa Jawa moderen (dari masa abad ke-20). Seperti yang kita ketahui bersama, setiap bahasa yang terdapat di dunia, apabila dikaji akan menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi pengkajinya. Begitu banyak kajian bahasa yang dapat di lakukan, salah satunya adalah dari segi morfologi, dimana merupakan studi bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987:17). Berikut akan diuraikan beberapa aspek yang terdapat dalam proses morfologis bahasa Jawa dan makna aspektualitas dalam morfologi bahasa Jawa:Kata Kunci: Bahasa Jawa, Morfologi, Aspektualitas","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"168 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116352403","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-22DOI: 10.58403/annuur.v11i1.53
F. Shofiyah
The hijab, which is special clothing for Muslim women, has become a trend in Indonesia in recent years. But over time, emerging models of the hijab that seem rulled out the function of the veil itself, so that the use of the hijab seems not accordance from its original function. On the other hand, there are still many Indonesian women who have not worn this Muslim dress with several pretexts. In this research, the author compares with the opinion of two Indonesian commentators, namely Prof. Dr. M. Quraish Shihab and Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, they both have different points of view regarding the hijab. Furthermore, the research question is; what is the the hijab in the Qur’an, and how the views of Quraish Shihab and Hamka relate to the verse of the hijab.To make this research systematic, the researcher uses the descriptive-comparative method by comparing the thoughts of Quraish Shihab and Hamka regarding the hijab through their two works of interpretation, namely the tafsir al-Misbah and tafir al-Azhar, as well as other references that are still related to the theme. Furthermore, from the author's analysis, it can be concluded that the hijab in the Qur'an is a woman's honorable clothing, which in defining it the scholars still have different opinions. Meanwhile, Hamka and Quraish Shihab view that the command to veil (use jilbab) in the Qur'an is actually an order to wear respectable and polite clothes, while the model it is various according to the traditions and culture of each region, because the Qur'an does not specifically mention it, details about the dress model. However, in his tafsir Quraish Shihab also included a different opinion from the majority of scholars by quoting the words of Ibn Asyur, who said the hijab as the culture of the Arabs, but here Quraish Shihab did not step on the attitude of tarjih, only expressed the diversity of opinions of experts without setting one options.
头巾是穆斯林妇女的特殊服装,近年来在印度尼西亚已成为一种潮流。但随着时间的推移,新兴的希贾布模式似乎排除了面纱本身的功能,所以希贾布的使用似乎与它最初的功能不一致。另一方面,仍有许多印尼妇女以各种借口没有穿这种穆斯林服装。在这项研究中,作者比较了两位印度尼西亚评论员的观点,即M. Quraish Shihab博士教授和Abdul Malik Karim Amrullah博士,他们都对头巾有不同的看法。此外,研究的问题是;古兰经中的头巾是什么,古莱什·希哈布和哈姆卡的观点是如何与头巾的经文联系起来的。为了使研究系统化,研究者采用了描述-比较的方法,通过库拉什·希哈布和哈姆卡的两部诠释作品《塔夫西尔·米斯巴》和《塔夫尔·爱资哈尔》以及其他与主题相关的参考文献,比较了他们对头巾的看法。此外,从作者的分析可以得出结论,古兰经中的头巾是一种女性的尊贵服饰,学者们对它的定义仍然有不同的看法。同时,Hamka和Quraish Shihab认为古兰经中对面纱(使用jilbab)的命令实际上是穿着体面和礼貌的衣服的命令,而根据每个地区的传统和文化,它的模式是不同的,因为古兰经并没有具体提到它,详细说明了服装模式。然而,在他的工作中,Quraish Shihab也引用了Ibn Asyur的话,引用了大多数学者的不同意见,他说头巾是阿拉伯人的文化,但在这里,Quraish Shihab并没有踩到tarjih的态度,只是表达了专家们的不同意见,而没有设定一个选项。
{"title":"HIJAB IN THE QUR’AN (Comparative Study of Tafsir Al-Mishbah and Tafsir Al-Azhar)","authors":"F. Shofiyah","doi":"10.58403/annuur.v11i1.53","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.53","url":null,"abstract":"The hijab, which is special clothing for Muslim women, has become a trend in Indonesia in recent years. But over time, emerging models of the hijab that seem rulled out the function of the veil itself, so that the use of the hijab seems not accordance from its original function. On the other hand, there are still many Indonesian women who have not worn this Muslim dress with several pretexts. In this research, the author compares with the opinion of two Indonesian commentators, namely Prof. Dr. M. Quraish Shihab and Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, they both have different points of view regarding the hijab. Furthermore, the research question is; what is the the hijab in the Qur’an, and how the views of Quraish Shihab and Hamka relate to the verse of the hijab.To make this research systematic, the researcher uses the descriptive-comparative method by comparing the thoughts of Quraish Shihab and Hamka regarding the hijab through their two works of interpretation, namely the tafsir al-Misbah and tafir al-Azhar, as well as other references that are still related to the theme. Furthermore, from the author's analysis, it can be concluded that the hijab in the Qur'an is a woman's honorable clothing, which in defining it the scholars still have different opinions. Meanwhile, Hamka and Quraish Shihab view that the command to veil (use jilbab) in the Qur'an is actually an order to wear respectable and polite clothes, while the model it is various according to the traditions and culture of each region, because the Qur'an does not specifically mention it, details about the dress model. However, in his tafsir Quraish Shihab also included a different opinion from the majority of scholars by quoting the words of Ibn Asyur, who said the hijab as the culture of the Arabs, but here Quraish Shihab did not step on the attitude of tarjih, only expressed the diversity of opinions of experts without setting one options.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"50 9","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120816072","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-05DOI: 10.58403/annuur.v11i1.20
Tri Setyo
Memahami sebuah teks merupakan titik temu antara apa yang diharapkan penulis dangan apa yang dimengerti pembaca. Titik temu ini menjadi penting agar makna yang diterkandung didalam teks tidak menjadi bias dikarenakan adanya perbedaan pengertian antara penulis dengan pembaca. Untuk itu dibutuhkan cara dalam menemukan perbedaan ini. Hermenutika menjadi salah satu cara dalam membongkar makna sebuah teks. Hermeneutika Riceour menjadikan teks sebagai kajian utama dalam membongkar makna yang terkandung didalamnya. Oleh Riceour teks tidak selalu diartikan tulisan tapi bisa berbentuk realita sosial dalam kehidupan, dengan kata lain semua kejadian di alam ini merupakan teks yang memiliki makna.Kata kunci : Hermeneutika, Teks, Paul Riceour.
{"title":"Kajian Hermeneutika Paul Riceour dalam Studi Islam","authors":"Tri Setyo","doi":"10.58403/annuur.v11i1.20","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.20","url":null,"abstract":"Memahami sebuah teks merupakan titik temu antara apa yang diharapkan penulis dangan apa yang dimengerti pembaca. Titik temu ini menjadi penting agar makna yang diterkandung didalam teks tidak menjadi bias dikarenakan adanya perbedaan pengertian antara penulis dengan pembaca. Untuk itu dibutuhkan cara dalam menemukan perbedaan ini. Hermenutika menjadi salah satu cara dalam membongkar makna sebuah teks. Hermeneutika Riceour menjadikan teks sebagai kajian utama dalam membongkar makna yang terkandung didalamnya. Oleh Riceour teks tidak selalu diartikan tulisan tapi bisa berbentuk realita sosial dalam kehidupan, dengan kata lain semua kejadian di alam ini merupakan teks yang memiliki makna.Kata kunci : Hermeneutika, Teks, Paul Riceour.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123491799","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hukum Islam merupakan salah satu sistem yang belaku di tengah tengah masyarakat Indonesia, yang mempunyai pengertian yang dinamis sebagai hukum yang harus mampu memberikan jawaban terhadap pembahasan social , sehingga tidak harus selalu mengacu kitab – kitab fikih klasik, Hukum Islam yakni seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya tentang tingah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Yang sumber atau dalil hukumnya bersal dari Al Qur’an, Sunnah Nabi Saw, dan Ra’yu/ Ijtihad. Salah satu dari hukum Islam itu juga ada hukum pidana Islam yang dikenal dengan jarimah/jinayah dan uqubah/hukuman.Secara bahasajarimah mengandung pengertian dosa, durhaka. Larangan-larangan syara’ (hukum Islam) yang diancam hukuman had (khusus) atau takzirpelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum syariat yang mengakibatkan pelanggarnya mendapat ancaman hukuman. Hukum pidana Indonesia adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang mengandung keharusan atau larangan bila dilanggar akan timbul suatu hukuman berupa siksaan, yang mana peraturan tersebut merupakan hukum pidana yang dikodifikasikan dalam bentuk KUHP yang berlaku untuk negara Indonesia, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kejahatan dan pelanggaran.
{"title":"Hukum Islam Dan Hukum Pidana Indonesia Sebuah Komparasi","authors":"Joko Widodo","doi":"10.58403/annuur.v11i1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.4","url":null,"abstract":"Hukum Islam merupakan salah satu sistem yang belaku di tengah tengah masyarakat Indonesia, yang mempunyai pengertian yang dinamis sebagai hukum yang harus mampu memberikan jawaban terhadap pembahasan social , sehingga tidak harus selalu mengacu kitab – kitab fikih klasik, Hukum Islam yakni seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya tentang tingah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Yang sumber atau dalil hukumnya bersal dari Al Qur’an, Sunnah Nabi Saw, dan Ra’yu/ Ijtihad. Salah satu dari hukum Islam itu juga ada hukum pidana Islam yang dikenal dengan jarimah/jinayah dan uqubah/hukuman.Secara bahasajarimah mengandung pengertian dosa, durhaka. Larangan-larangan syara’ (hukum Islam) yang diancam hukuman had (khusus) atau takzirpelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum syariat yang mengakibatkan pelanggarnya mendapat ancaman hukuman. Hukum pidana Indonesia adalah keseluruhan peraturan-peraturan yang mengandung keharusan atau larangan bila dilanggar akan timbul suatu hukuman berupa siksaan, yang mana peraturan tersebut merupakan hukum pidana yang dikodifikasikan dalam bentuk KUHP yang berlaku untuk negara Indonesia, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kejahatan dan pelanggaran.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123626666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-05DOI: 10.58403/annuur.v11i1.15
Faiz Faricha
AbastrakArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan tasawuf dari sisi ontologi, epistemologi dan axiologinya. Namun, karena tasawuf fi Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan tasawuf di negara lain, maka penulis juga bermaksud menjelaskan sejarah masuknya tasawuf di Indonesia berikut pengembangan tasawuf melalui dunia tarekat. Sedangkan masalah yang dibahas; (a) Pengertian ilmu tasawuf, (b) ontologi, epistemologi dan axiologi ilmu tasawuf, (c) pengembangan tasawuf di Indonesia, dan (d) Apa peran tasawuf di era modern. Untuk membahas masalah tersebut penulis menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (a) Ilmu tasawuf menjelaskan tentang cara mensucikan jiwa, menjernihkan hati dan menghiasinya dengan ahlaq terpuji agar wushul kepada Allah. (b) Ontologi ilmu tasawuf adalah kebeningan jiwa dan kedekatan dengan Allah. Epistimologi ilmu tasawuf adalah dengan menggunakan ilmu laduni ilmu kasbi. Sedangkan Aksiologi ilmu tasawuf adalah ma’rifah, taqarrub illa Allah. (c) Indonesia mengenal tasawuf melalui organisasinya, yakni tarekat. (d) Kendati dinilai tidak relevan dengan kemoderenan dan menjadi penghambat kemajuan, tetapi tasawuf dipercaya dapat memperbaiki moral, memajukan lingkungan dan peradaban.Kata kunci: Tasawuf, Tarekat, Indonesia
{"title":"Filsafat Ilmu Dalam Pengembangan Ilmu Tasawuf","authors":"Faiz Faricha","doi":"10.58403/annuur.v11i1.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.15","url":null,"abstract":"AbastrakArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan tasawuf dari sisi ontologi, epistemologi dan axiologinya. Namun, karena tasawuf fi Indonesia memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan tasawuf di negara lain, maka penulis juga bermaksud menjelaskan sejarah masuknya tasawuf di Indonesia berikut pengembangan tasawuf melalui dunia tarekat. Sedangkan masalah yang dibahas; (a) Pengertian ilmu tasawuf, (b) ontologi, epistemologi dan axiologi ilmu tasawuf, (c) pengembangan tasawuf di Indonesia, dan (d) Apa peran tasawuf di era modern. Untuk membahas masalah tersebut penulis menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (a) Ilmu tasawuf menjelaskan tentang cara mensucikan jiwa, menjernihkan hati dan menghiasinya dengan ahlaq terpuji agar wushul kepada Allah. (b) Ontologi ilmu tasawuf adalah kebeningan jiwa dan kedekatan dengan Allah. Epistimologi ilmu tasawuf adalah dengan menggunakan ilmu laduni ilmu kasbi. Sedangkan Aksiologi ilmu tasawuf adalah ma’rifah, taqarrub illa Allah. (c) Indonesia mengenal tasawuf melalui organisasinya, yakni tarekat. (d) Kendati dinilai tidak relevan dengan kemoderenan dan menjadi penghambat kemajuan, tetapi tasawuf dipercaya dapat memperbaiki moral, memajukan lingkungan dan peradaban.Kata kunci: Tasawuf, Tarekat, Indonesia","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117028368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-05DOI: 10.58403/annuur.v11i1.14
S. Sholihin
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Prof Dr H Yusuf Qardhawi di bidang hadits. Penulis mengangkat dua permaslahan penting terkait judul di atas, yaitu: Apa dasar Yusuf Qardhawi dalam memahami an-sunah, dan bagaimana metode Yusuf Qardhawi dalam memahami hadits? Persoalan tersebut diharapkan menjawab bagaimana cara memperlakukan hadis Nabi ketika memberikan solusi pada umat. Kemudian nagaimana prosesi interpretasi teks-teks hadis Nabi yang diadaptasikan oleh beliau untuk bisa melebur bersama konteks kekinian yang disebut metode penafsiran hermeneutic. Penelitin ini merupakan penelitian pustaka yang memusatkan perhatian pada isu-isu penting seputar langkah-langkah dan metodologi interpretasi hadis Yusuf Qardawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-analisa isi, dengan menganalisa teks-teks yang tertuang pada metode interpretasi yang digagas oleh Yusuf Qardawi dalam bukunya “Kayfa Nata'amal ma'a al-Sunnah al-Nabawiyyah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yusuf Qardhawi kenadati menawarkan model baru dalam memahami as sunah, tetapi dia masih komitmen menelusuri metode dan prinsip interpretasi para ulama salaf yang berkutat pada urusan ibadah. Kata Kunci: Yusuf Qardhawi, Metode, Hermeneunika.
这篇文章的目的是分析哈迪斯教授的思想。关于上述标题,作者提出了两个重要的问题:约瑟夫·加达维是如何理解安-苏纳的,约瑟夫·加达维是如何理解圣训的?这些问题将被要求回答如何对待先知圣训,同时给人民提供解决方案。然后,先知圣训的解读队伍被他适应,融合在一种叫做解释性解释方法的和谐背景中。这项研究是一项图书馆研究,重点关注圣训优素福·卡尔达维所解释的步骤和方法的重要问题。该研究采用了内容质朴分析方法,分析了优素福·卡尔达维(Yusuf Qardawi)在他的著作《Kayfa Nata amal ma al-Sunnah al-Nabawiyyah》(Kayfa Nata amal al-Nabawiyyah)中阐述的解释方法。研究结果表明,优素福·卡尔达维·卡纳达蒂(Yusuf Qardhawi kenadati)提供了一个新的理解美国苏那的模式,但他仍然致力于追踪萨拉夫学者对宗教事务的解释方法和原则。关键词:Yusuf Qardhawi,方法,Hermeneunika。
{"title":"Hermeneutika As-Sunah Yusuf Qardhawi","authors":"S. Sholihin","doi":"10.58403/annuur.v11i1.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.14","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Prof Dr H Yusuf Qardhawi di bidang hadits. Penulis mengangkat dua permaslahan penting terkait judul di atas, yaitu: Apa dasar Yusuf Qardhawi dalam memahami an-sunah, dan bagaimana metode Yusuf Qardhawi dalam memahami hadits? Persoalan tersebut diharapkan menjawab bagaimana cara memperlakukan hadis Nabi ketika memberikan solusi pada umat. Kemudian nagaimana prosesi interpretasi teks-teks hadis Nabi yang diadaptasikan oleh beliau untuk bisa melebur bersama konteks kekinian yang disebut metode penafsiran hermeneutic. Penelitin ini merupakan penelitian pustaka yang memusatkan perhatian pada isu-isu penting seputar langkah-langkah dan metodologi interpretasi hadis Yusuf Qardawi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-analisa isi, dengan menganalisa teks-teks yang tertuang pada metode interpretasi yang digagas oleh Yusuf Qardawi dalam bukunya “Kayfa Nata'amal ma'a al-Sunnah al-Nabawiyyah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yusuf Qardhawi kenadati menawarkan model baru dalam memahami as sunah, tetapi dia masih komitmen menelusuri metode dan prinsip interpretasi para ulama salaf yang berkutat pada urusan ibadah. Kata Kunci: Yusuf Qardhawi, Metode, Hermeneunika.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114772173","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-05DOI: 10.58403/annuur.v11i1.16
Syaifuddin Zuhri
Ibadah sholat sangat esensial bagi setiap muslim. Ia menjadi pondasi bagi bagi bentuk-bentuk ibadah lainnya. Sebagai pondasi ternyata ibadah sholat ini menyimpan konfigurasi angka-angka yang menakjubkan terkait dengan serangkaian gerak teratur setiap fase roka’atnya. Pun bisa dihitung dengan formulasi angka-angka yang dikenal manusia. Hasil dari akumulasinya menggambarkan sholat sebagai sebentuk perjalanan yang eksotik, sekaligus menempatkan ibadah sholat bisa dengan memuaskan dipahami sebagai sebentuk ibadah yang memiliki setting sains yang kental (selain setting fiqhiyah / syar’iyah). Sebentuk setting ilmiah tentang sholat dalam deburan kosmologi yang tidak bisa tidak memberikan rasa kagum. Dengan demikian bila perspektif pemahaman nilai-nilai sholat diperluas ke arah ini diharapkan terjadinya penguatan kualitas amaliah ibadah sholat itu sendiri. Ada semacam perbandingan lurus, bahwa semakin baik pemahaman tentang ibadah sholat maka peluang menguatnya amaliah ibadah dimaksud juga bisa diharapkan meningkat. Penguatan ini juga diharapkan bisa memberikan dampak yang lebih posistif bagi diri sendiri, juga lebih positif secara kemanfaatan keagamaan dan sosial. Lebih dari itu, ternyata sholat bisa menjadi solusi atas problem pandemi corona-virus yang menebar horror yang saat ini tengah melanda di berbagai belahan dunia.
{"title":"Penguatan Kualitas Amaliah Ibadah Sholat Melalui Perluasan Perspektif Pemahaman Nilai-nilainya ( Menakar Keajaiban Angka-angka Dalam Setiap Roka’at Sholat )","authors":"Syaifuddin Zuhri","doi":"10.58403/annuur.v11i1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.16","url":null,"abstract":"Ibadah sholat sangat esensial bagi setiap muslim. Ia menjadi pondasi bagi bagi bentuk-bentuk ibadah lainnya. Sebagai pondasi ternyata ibadah sholat ini menyimpan konfigurasi angka-angka yang menakjubkan terkait dengan serangkaian gerak teratur setiap fase roka’atnya. Pun bisa dihitung dengan formulasi angka-angka yang dikenal manusia. Hasil dari akumulasinya menggambarkan sholat sebagai sebentuk perjalanan yang eksotik, sekaligus menempatkan ibadah sholat bisa dengan memuaskan dipahami sebagai sebentuk ibadah yang memiliki setting sains yang kental (selain setting fiqhiyah / syar’iyah). Sebentuk setting ilmiah tentang sholat dalam deburan kosmologi yang tidak bisa tidak memberikan rasa kagum. Dengan demikian bila perspektif pemahaman nilai-nilai sholat diperluas ke arah ini diharapkan terjadinya penguatan kualitas amaliah ibadah sholat itu sendiri. Ada semacam perbandingan lurus, bahwa semakin baik pemahaman tentang ibadah sholat maka peluang menguatnya amaliah ibadah dimaksud juga bisa diharapkan meningkat. Penguatan ini juga diharapkan bisa memberikan dampak yang lebih posistif bagi diri sendiri, juga lebih positif secara kemanfaatan keagamaan dan sosial. Lebih dari itu, ternyata sholat bisa menjadi solusi atas problem pandemi corona-virus yang menebar horror yang saat ini tengah melanda di berbagai belahan dunia.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129529038","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-04-05DOI: 10.58403/annuur.v11i1.19
Afni Firdausia, Nuril Hidayati
Salah satu cara untuk menunjang keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan menyediakan alat bantu yang disebut sumber dan media belajar. Sering kali penggunaan sumber dan media belajar tak sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga mengakibatkan guru kurang maksimal dalam menyampaikan materi. Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan juga menjadikan guru kesulitan dalam penggunanaan sumber dan media belajar di sekolah. Metode analisis yang digunakan ada tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Untuk pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan metode Triangulasi, dalam tehnik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI di MTs Hidayatussubban masih belum dapat menggunakan atau mengoperasikan sumber belajar yang ada disekitar lingkungannya secara tepat, dan penggunaan media yang kurang tepat juga menjadikan siswa kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. .
{"title":"Problematika Pemanfaatan Sumber Dan Media Belajar Pada Guru PAI di MTs Hidayatussubban Dringo Todanan Blora","authors":"Afni Firdausia, Nuril Hidayati","doi":"10.58403/annuur.v11i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.19","url":null,"abstract":"Salah satu cara untuk menunjang keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di kelas yaitu dengan menyediakan alat bantu yang disebut sumber dan media belajar. Sering kali penggunaan sumber dan media belajar tak sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga mengakibatkan guru kurang maksimal dalam menyampaikan materi. Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan juga menjadikan guru kesulitan dalam penggunanaan sumber dan media belajar di sekolah. Metode analisis yang digunakan ada tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Untuk pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan metode Triangulasi, dalam tehnik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI di MTs Hidayatussubban masih belum dapat menggunakan atau mengoperasikan sumber belajar yang ada disekitar lingkungannya secara tepat, dan penggunaan media yang kurang tepat juga menjadikan siswa kurang berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. .","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"186 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133040232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Qur’an as the source of guidance assists human beings to develop their human resources in order to get welfare. One of way to get the welfare is with property. The spirit of Islamic teaching is making the rich and develops society. Ironically, there are still many problems related to backwardness in economy, poverty, jobless, and enormous employee. This phenomenon is caused by two factors, namely internal and external. Internal factor comes from man self who does not actualize his potential as hard as possible to change the condition. Meanwhile, external factors come beyond self, for example the coming of economic globalization, corruption, collusion, and nepotism that caused inequity distribution of wealth/ property. Therefore, this paper focuses on ownership that is supported by the verses of Qur’an. To make this research systematic, the researcher uses the method of thematic tafsir. As a thematic study, first, it elaborates ownership as the main theme through its definition, theory and any other discussions in relation to it. Second, it tries to explore some terms such as malaka, istakhlafa, and waratsa and also explore some terms that have tight correlation with ownership, and some verses of Qur’an supporting ownership. Dealing with the contribution of this research to Qur’anic studies, it analyzes the point of view in Qur’an on ownership.
{"title":"OWNERSHIP IN THE QUR’AN (A Thematic Study of Qur’anic Verses)","authors":"F. Shofiyah","doi":"10.58403/annuur.v11i1.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.58403/annuur.v11i1.5","url":null,"abstract":"Qur’an as the source of guidance assists human beings to develop their human resources in order to get welfare. One of way to get the welfare is with property. The spirit of Islamic teaching is making the rich and develops society. Ironically, there are still many problems related to backwardness in economy, poverty, jobless, and enormous employee. This phenomenon is caused by two factors, namely internal and external. Internal factor comes from man self who does not actualize his potential as hard as possible to change the condition. Meanwhile, external factors come beyond self, for example the coming of economic globalization, corruption, collusion, and nepotism that caused inequity distribution of wealth/ property. Therefore, this paper focuses on ownership that is supported by the verses of Qur’an. To make this research systematic, the researcher uses the method of thematic tafsir. As a thematic study, first, it elaborates ownership as the main theme through its definition, theory and any other discussions in relation to it. Second, it tries to explore some terms such as malaka, istakhlafa, and waratsa and also explore some terms that have tight correlation with ownership, and some verses of Qur’an supporting ownership. Dealing with the contribution of this research to Qur’anic studies, it analyzes the point of view in Qur’an on ownership.","PeriodicalId":373406,"journal":{"name":"An-Nuur","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115795978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}