首页 > 最新文献

Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum最新文献

英文 中文
KEBUTUHAN MANUSIA DALAM PEMIKIRAN ABRAHAM MASLOW (TINJAUAN MAQASID SYARIAH) 亚伯拉罕·马斯洛(伊斯兰教法综述)的人类需求
Pub Date : 2019-06-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v7i1.1877
Siti Muazaroh, Subaidi Subaidi
Berbicara tentang manusia, tentu tidak cukup melihat dari sisi lahiriyah saja. Jauh lebih dari itu adalah sisi bathiniyahnya. Kedua wilayah ini sangat perlu diperhatikan guna mencapai kebahagian hakiki manusia yaitu dunia dan akhirat. Hal yang mendasar berkaitan dengan manusia adalah tentang kebutuhannya. Tulisan ini membahas bagaimana kebutuhan manusia menurut Maslow jika dilihat dari perspektif maqasid. Lebih lanjut akan dikomparasikan dengan pemikiran Al-ghozali yang sudah lebih dahulu ada. Hasilnya adalah Pertama, perbedaan paling mendasar antara kedua tokoh tersebut adalah tentang mana yang lebih dahulu dipenuhi (Maslow) atau mana yang harus dilindungi (Al-ghozali). Kedua, sesuai dengan basic penelitian Maslow yang berdasar pada rasio, empiric dan naluriah (ilmiah), bertepatan dengan kondisi pasca Perang Dunia II, Ia menekankan teorinya pada kebutuhan fisik manusia yang harus diutamakan dibanding kebutuhan lainnya. Sedangkan Al-ghozali dengan pendekatan tasawufnya, yang bersumber dari nash-rasio dengan latar belakang adanya krisis spiritual pada saat itu, menekankan perlindungan agama sebagai satu hal yang paling utama. Sebab, menurutnya, puncak dari maqasid syariah yang berupa maslahah adalah menjaga tujuan-tujuan syara’. Dalam hal ini adalah agama. Ketiga, Maslow menekankan puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri yang lebih bersifat individual dan materialistik. Sedangkan Al-ghozali adalah maslaha am (Kesejahteraan umum). Terlepas dari beberapa perbedaan tersebut,  Keduanya memiliki satu persamaan bahwa setiap manusia hakikatnya memiliki potensi dan nilai yang luhur untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik.
说到男人,你知道,仅仅从出生的角度看问题是不够的。远不止这些,这是培根的一面。这两个领域对于获得一个人的终极幸福——世界和来世——都是至关重要的。人类最基本的需求。根据maqasid的观点,这篇文章讨论了Maslow如何看待人类的需求。更多的将与已经存在的Al-ghozali的想法进行比较。其结果是,这两种角色之间最根本的区别是先满足(Maslow)还是应该保护(Al-ghozali)。其次,根据马斯洛基于经验与本能之比的基本研究,他强调了他的理论,认为人类的生理需求应该优先于其他需求。然而,Al-ghozali以其直接与当时的精神危机背景的对比为来源,强调保护宗教是最重要的。因为,据他说,伊斯兰教法maqasid伊斯兰教法的顶点是维护塞拉的目标。这就是宗教。第三,马斯洛强调人类需求的顶峰是对自我更个性化和唯物主义的实现。而Al-ghozali是maslaha am(公共福利)。尽管有这些差异,但这两种差异都有一个共同点,即每个人都有发展自己变得更好的潜力和价值。
{"title":"KEBUTUHAN MANUSIA DALAM PEMIKIRAN ABRAHAM MASLOW (TINJAUAN MAQASID SYARIAH)","authors":"Siti Muazaroh, Subaidi Subaidi","doi":"10.14421/al-mazaahib.v7i1.1877","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v7i1.1877","url":null,"abstract":"Berbicara tentang manusia, tentu tidak cukup melihat dari sisi lahiriyah saja. Jauh lebih dari itu adalah sisi bathiniyahnya. Kedua wilayah ini sangat perlu diperhatikan guna mencapai kebahagian hakiki manusia yaitu dunia dan akhirat. Hal yang mendasar berkaitan dengan manusia adalah tentang kebutuhannya. Tulisan ini membahas bagaimana kebutuhan manusia menurut Maslow jika dilihat dari perspektif maqasid. Lebih lanjut akan dikomparasikan dengan pemikiran Al-ghozali yang sudah lebih dahulu ada. Hasilnya adalah Pertama, perbedaan paling mendasar antara kedua tokoh tersebut adalah tentang mana yang lebih dahulu dipenuhi (Maslow) atau mana yang harus dilindungi (Al-ghozali). Kedua, sesuai dengan basic penelitian Maslow yang berdasar pada rasio, empiric dan naluriah (ilmiah), bertepatan dengan kondisi pasca Perang Dunia II, Ia menekankan teorinya pada kebutuhan fisik manusia yang harus diutamakan dibanding kebutuhan lainnya. Sedangkan Al-ghozali dengan pendekatan tasawufnya, yang bersumber dari nash-rasio dengan latar belakang adanya krisis spiritual pada saat itu, menekankan perlindungan agama sebagai satu hal yang paling utama. Sebab, menurutnya, puncak dari maqasid syariah yang berupa maslahah adalah menjaga tujuan-tujuan syara’. Dalam hal ini adalah agama. Ketiga, Maslow menekankan puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri yang lebih bersifat individual dan materialistik. Sedangkan Al-ghozali adalah maslaha am (Kesejahteraan umum). Terlepas dari beberapa perbedaan tersebut,  Keduanya memiliki satu persamaan bahwa setiap manusia hakikatnya memiliki potensi dan nilai yang luhur untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133530629","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 11
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT (TINJAUAN HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL) 法律对重大侵犯人权受害者的保护(国家和国际法律审查)
Pub Date : 2019-03-12 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v7i2.2862
N. Audina
Setiap kejahatan yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian terutama bagi pihak korban. Korban kejahatan khususnya korban pelanggaran HAM berat harus menanggung kerugian karena kejahatan yang diterimanya baik itu secara materiil maupun non materiil. Namun dalam penyelesaian perkara pidana banyak dari korban yang kurang mendapatkan perlindungan hukum yang memadai. Salah satu bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan pelanggaran HAM dan merupakan hak dari seorang korban tindak pidana adalah untuk mendapatkan kompensasi, restitusi dan rehabilitasi baik itu dari ranah hukum nasional maupun internasional. Beberapa peraturan di Indonesia yang mengatur mengenai pemberian kompensasi, restitusi dan rehabilitasi, misalnya KUHAP, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM Berat. Adapun dalam hukum internasional terdapat beberapa instrument internasional yaitu Statuta Roma 1998, Kovenan Hak Sipil dan Politik Pasal 9 (5), Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Rakyat Pasal 21 (2). Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa persamaan dan perbedaan konsep perlindungan hukum terhadap korban pelanggaran HAM berat dalam hukum nasional dan internasional serta apakah mekanisme perlindungan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. 
任何犯罪都不可避免地会对受害者造成重大伤害。犯罪的受害者,尤其是严重侵犯人权的受害者,必须为其在物质上和非物质上所遭受的伤害承担代价。但在刑事诉讼中,许多受害者没有得到足够的法律保护。对侵犯人权的受害者进行保护的一种形式的保护,作为犯罪受害者的合法权利是从国家和国际刑事司法体系中获得赔偿、赔偿和康复。在印尼的一些基本规则安排关于补偿,赔偿和康复的礼物,例如KUHAP,自2000年26号法律关于人权法院,2014年31号法律变化13号法案在2006年关于保护证人和受害者,3号政府2002年关于赔偿的规定,对严重侵犯人权的罪行受害者的赔偿和康复。至于在国际法中只有几个国际乐器也就是1998年罗马规约,契约的民事和政治权利第9章(5),宪章关于非洲人权和人民的第21章(2)。至于对照研究中,这个问题是有什么共同点和差异对严重侵犯人权的受害者在法律保护的概念以及国家和国际保护机制是否已经按照适用的规则所做的。
{"title":"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT (TINJAUAN HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL)","authors":"N. Audina","doi":"10.14421/al-mazaahib.v7i2.2862","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v7i2.2862","url":null,"abstract":"Setiap kejahatan yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian terutama bagi pihak korban. Korban kejahatan khususnya korban pelanggaran HAM berat harus menanggung kerugian karena kejahatan yang diterimanya baik itu secara materiil maupun non materiil. Namun dalam penyelesaian perkara pidana banyak dari korban yang kurang mendapatkan perlindungan hukum yang memadai. Salah satu bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan pelanggaran HAM dan merupakan hak dari seorang korban tindak pidana adalah untuk mendapatkan kompensasi, restitusi dan rehabilitasi baik itu dari ranah hukum nasional maupun internasional. Beberapa peraturan di Indonesia yang mengatur mengenai pemberian kompensasi, restitusi dan rehabilitasi, misalnya KUHAP, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 tentang Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi Terhadap Korban Pelanggaran HAM Berat. Adapun dalam hukum internasional terdapat beberapa instrument internasional yaitu Statuta Roma 1998, Kovenan Hak Sipil dan Politik Pasal 9 (5), Piagam Afrika mengenai Hak Asasi Manusia dan Rakyat Pasal 21 (2). Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apa persamaan dan perbedaan konsep perlindungan hukum terhadap korban pelanggaran HAM berat dalam hukum nasional dan internasional serta apakah mekanisme perlindungan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. ","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-03-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134128541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah 为了实现区域自治,努力提高地区原来的收入
Pub Date : 2018-12-30 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i2.2741
Udiyo Basuki
Ketentuan umum tentang pemerintahan daerah diatur dalam pasal 18 UUD 1945. Penyelenggaraan otonomi daerah yang mendasarkan pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dapat berjalan dengan baik, jika diantaranya sumber keuangan daerah yang berasal dari Pendapatan Daerah cukup memadai. Sumber Pendapatan Daerah diantaranya berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Dengan mengedepankan optik yuridis, artikel ini hendak menyoroti upaya-upaya yang bisa dilakukan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
1945年《宪法》第18条规定了地方政府的一般政策。在2004年第32条第32条的地方政府基础上建立的区域自治制度,如果有足够的地区性收入,则可以很好地运作。部分地区的收入来源来自原始地区。通过建立光学管辖权,这篇文章旨在强调地方政府在增加当地收入方面所能做的努力。
{"title":"Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah","authors":"Udiyo Basuki","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i2.2741","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i2.2741","url":null,"abstract":"Ketentuan umum tentang pemerintahan daerah diatur dalam pasal 18 UUD 1945. Penyelenggaraan otonomi daerah yang mendasarkan pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dapat berjalan dengan baik, jika diantaranya sumber keuangan daerah yang berasal dari Pendapatan Daerah cukup memadai. Sumber Pendapatan Daerah diantaranya berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Dengan mengedepankan optik yuridis, artikel ini hendak menyoroti upaya-upaya yang bisa dilakukan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117235588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
MAQASID SYARIAH DAN PEMBANGUNAN HAK ASASI MANUSIA
Pub Date : 2018-12-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i2.1539
Robby Kurniawan
Human rights, must be recognized, is a term that still debated in Islamic studies until now. This stems from the repetition statements: Human Rights (UDHR) are not born from the womb of Islam. This article attempts to find a way out of the complexity of the debate, with questions; How to build a conceptual relationship between sharia, as the concept of Islamic law, with Human Rights? The question about "relation" is more significant than "imposing" the concept of human rights on the concept of sharia. In order to create these relationships, the first thing to do is to realize that each term is a separate concept, which has its own basic deception as well. Instead, both have in common with each other. Such is the benefit and the essence of life. This point of commonality becomes a bridge that allows them to complement, and build, each other. This is where the maqasid shariah becomes inevitable in the study of Islam. Itbecomes the explanation of the connectedness of Islamic studies with other concept, in this case, Human Rights. The explanation aboutmaqasid shariah in this article is limited to the concept of maqasid Jasser Auda and Abdullahi Ahmad an-Naim. The first name is closely aligned in contemporary maqasid discourse with the system approach. While the second name, although not classified on the Maqasid figure, but has an important viewof the prospects of sharia progress.Auda offers optimization of cognition features; wholeness; openess; interelated hierarchy; multidimensionality, all of which are connected in purposefullness features. Along with that, an-Naim advocated an emphasis on the need for universal verses of Makkiyah adopted in Islamic law, other than Madaniyah. He also said, public reason is an important keyword that should not be forgotten by the law and policy formulator. In establishing the conceptual relationship between shariah and human rights, the concepts of Auda and an-Naim will be used to read three important aspects of sharia, namely, definition, source reading method, and ijtihad process to discover the truth of the law. The conclusion is that the conceptual relationship between the two can only be built by emphasizing three main points, they are 1) Changing the concept of sharia closed to the concept of open sharia with the discourse of contemporary; 2) Increase the sources of Islamic law which will be used by the Mujtahids, by input the human values as one of the things that must be considered and inspired in arrange legal products; 3) The sources of sharia should be read in such a way as to take into account the aspect of the human istidrak which cannot be detached from it.
人权,必须得到承认,是一个直到现在仍在伊斯兰研究中争论的术语。这源于一再重复的声明:人权不是从伊斯兰教的子宫中诞生的。这篇文章试图找到一种方法来摆脱争论的复杂性,用问题;如何在伊斯兰教法这一概念与人权之间建立一种概念关系?关于“关系”的问题比将人权概念“强加”于伊斯兰教法的概念更为重要。为了建立这些关系,首先要做的是认识到每个术语都是一个独立的概念,它也有自己的基本欺骗。相反,两者之间有共同之处。这就是生命的好处和本质。这一点的共性成为一个桥梁,使他们能够相互补充和建立。这就是在研究伊斯兰教时,麦加德教法不可避免的地方。它解释了伊斯兰研究与其他概念的联系,在这种情况下,是人权。本文对maqasid shariah的解释仅限于maqasid Jasser Auda和Abdullahi Ahmad an-Naim的概念。在当代马卡西德话语中,第一个名字与系统方法密切相关。而第二个名字,虽然没有被归类为马卡西德的人物,但却对伊斯兰教法进步的前景有着重要的看法。奥迪提供了认知功能的优化;整体性;开放;interelated层次结构;多维度,所有这些都是有目的性的。与此同时,安-纳伊姆主张强调在伊斯兰法律中采用麦基耶的普遍经文的必要性,而不是Madaniyah。他还表示:“公共理性是制定法律和政策的人不能忘记的重要关键词。”在建立伊斯兰教法与人权之间的概念关系时,将使用Auda和an-Naim的概念来解读伊斯兰教法的三个重要方面,即定义、来源阅读方法和发现法律真理的伊智提哈德过程。本文的结论是,要构建二者的概念关系,必须强调三点:1)用当代话语将封闭的伊斯兰教法概念转变为开放的伊斯兰教法概念;2)增加伊斯兰教法的来源,这将被圣战者使用,通过输入人类价值作为必须考虑和启发安排法律产品的事情之一;3)伊斯兰教法的来源应该以这样一种方式来解读,即考虑到人类文明不能与之分离的方面。
{"title":"MAQASID SYARIAH DAN PEMBANGUNAN HAK ASASI MANUSIA","authors":"Robby Kurniawan","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i2.1539","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i2.1539","url":null,"abstract":"Human rights, must be recognized, is a term that still debated in Islamic studies until now. This stems from the repetition statements: Human Rights (UDHR) are not born from the womb of Islam. This article attempts to find a way out of the complexity of the debate, with questions; How to build a conceptual relationship between sharia, as the concept of Islamic law, with Human Rights? The question about \"relation\" is more significant than \"imposing\" the concept of human rights on the concept of sharia. In order to create these relationships, the first thing to do is to realize that each term is a separate concept, which has its own basic deception as well. Instead, both have in common with each other. Such is the benefit and the essence of life. This point of commonality becomes a bridge that allows them to complement, and build, each other. This is where the maqasid shariah becomes inevitable in the study of Islam. Itbecomes the explanation of the connectedness of Islamic studies with other concept, in this case, Human Rights. The explanation aboutmaqasid shariah in this article is limited to the concept of maqasid Jasser Auda and Abdullahi Ahmad an-Naim. The first name is closely aligned in contemporary maqasid discourse with the system approach. While the second name, although not classified on the Maqasid figure, but has an important viewof the prospects of sharia progress.Auda offers optimization of cognition features; wholeness; openess; interelated hierarchy; multidimensionality, all of which are connected in purposefullness features. Along with that, an-Naim advocated an emphasis on the need for universal verses of Makkiyah adopted in Islamic law, other than Madaniyah. He also said, public reason is an important keyword that should not be forgotten by the law and policy formulator. In establishing the conceptual relationship between shariah and human rights, the concepts of Auda and an-Naim will be used to read three important aspects of sharia, namely, definition, source reading method, and ijtihad process to discover the truth of the law. The conclusion is that the conceptual relationship between the two can only be built by emphasizing three main points, they are 1) Changing the concept of sharia closed to the concept of open sharia with the discourse of contemporary; 2) Increase the sources of Islamic law which will be used by the Mujtahids, by input the human values as one of the things that must be considered and inspired in arrange legal products; 3) The sources of sharia should be read in such a way as to take into account the aspect of the human istidrak which cannot be detached from it.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133806365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK 法律保护儿童
Pub Date : 2018-12-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i2.1483
Gilang Kresnanda Annas
Anak merupakan anugrah dari Tuhan YME, yang didalamnya melekat harkat dan martabat sebagai sosok manusia yang seutuhnya. Setiap anak dalam masa pertumbuhannya harus mendapatkan pemenuhan akan hak-hak yang melekat pada dirinya dan mendapatkan perlindungan hukum. Sebagai Negara hukum, pemerintah melalui keppres Nomor 36 Tahun 1990 telah memberikan ruang gerak yang lebih dalam proses perlindungan terhadap hak-hak anak. Namun pada kennyataanya masalah perlindungan anak masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pemenuhan akan hak-haknya dan tidak mendapatkan keadilan khususnya menyangkut perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Penanganan anak yang berhadapan dengan hukum harus berdasar pada “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pelaksanaan perlindungan hukum kepada anak yang berhadapan dengan hukum memiliki prinsip “the best Interest for the child” yang bermakna bahwa setiap tindakan/keputusan yang hendak diambil maka kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Apabila perlu diberikan sanksi maka penjatuhan sanksi yang tepat  dengan didukung melalui proses penyelesaian sebagaian perkara anak diarahkan dengan pengembangan diversi dan  restorative justice                   Konsep diversi dan restorative justice merupakan sebuah cara baru untuk menghindarkan anak yang berhadapan dengan hukum untuk keluar dari Sistem Peradilan Pidana. Diversi dan restorative justice dapat dilakukan dengan syarat bahwa perbuatan tersebut diancam dengan pidana dibawah 7 Tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
这孩子是YME勋爵的礼物,作为一个完整的人,他的尊严和尊严是与生俱来的。每个孩子在成长时期必须实现会固守自己的权利和获得法律保护。作为一个法治国家,政府通过keppres 36号1990年给了我们更多的空间过程中对儿童权利的保护。然而在kennyataanya儿童保护问题还远非完美。还有很多孩子得不到满足会的权利并没有得到正义的主要涉及对儿童的保护和法律打交道。处理孩子面对法律必须基于“每个孩子的生存、成长和发展的权利有权不受暴力和歧视的保护。”面对法律的实施法律保护,对孩子有“《儿童的最佳利益”原则意味着,每一个行动-决定要采取的对儿童的最大利益就做你们的主要考虑因素。当需要适当的制裁,那么执行制裁给支持通过结业证书的过程有些事娱乐开发和引导孩子restorative正义                    娱乐和restorative正义的概念是一种新的方法来避免法律打交道的孩子从刑事司法系统。娱乐和restorative正义是可行的,条件是这些行为受到刑事7岁以下的威胁,而不是重复是重罪。
{"title":"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK","authors":"Gilang Kresnanda Annas","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i2.1483","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i2.1483","url":null,"abstract":"Anak merupakan anugrah dari Tuhan YME, yang didalamnya melekat harkat dan martabat sebagai sosok manusia yang seutuhnya. Setiap anak dalam masa pertumbuhannya harus mendapatkan pemenuhan akan hak-hak yang melekat pada dirinya dan mendapatkan perlindungan hukum. Sebagai Negara hukum, pemerintah melalui keppres Nomor 36 Tahun 1990 telah memberikan ruang gerak yang lebih dalam proses perlindungan terhadap hak-hak anak. Namun pada kennyataanya masalah perlindungan anak masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pemenuhan akan hak-haknya dan tidak mendapatkan keadilan khususnya menyangkut perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Penanganan anak yang berhadapan dengan hukum harus berdasar pada “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pelaksanaan perlindungan hukum kepada anak yang berhadapan dengan hukum memiliki prinsip “the best Interest for the child” yang bermakna bahwa setiap tindakan/keputusan yang hendak diambil maka kepentingan terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. Apabila perlu diberikan sanksi maka penjatuhan sanksi yang tepat  dengan didukung melalui proses penyelesaian sebagaian perkara anak diarahkan dengan pengembangan diversi dan  restorative justice                   Konsep diversi dan restorative justice merupakan sebuah cara baru untuk menghindarkan anak yang berhadapan dengan hukum untuk keluar dari Sistem Peradilan Pidana. Diversi dan restorative justice dapat dilakukan dengan syarat bahwa perbuatan tersebut diancam dengan pidana dibawah 7 Tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125244563","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
WASIAT WAJIBAH DAN PERKEMBANGAN PENERAPANNYADALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG 他的人事遗嘱和他在最高法院判决中的晋升
Pub Date : 2018-12-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i2.1555
A. Halim
Wasiat wajibah in Article 209 of KHI which is different from the wasiat wajibah existing in other Islamic countries as stated above, in the perspective of ushul fiqh (istihsan) does not violate the provisions of Islamic inheritance law because adopted children and adoptive parents remain positioned not as heirs. The right’s granting to them through a wasiat wajibah that does not exceed 1/3 solely to accommodate local wisdom and to maintain the sense of justice of Indonesian Islamic society. The reconstruction of wasiat wajibah by the Supreme Court to resolve new cases confronted to them by applying the legislative approach with the legal discovery method that is grammatical interpretation method, teleological/sociological interpretation, and argumentum per analogium/analogy in the perspective of ushul fiqh do not violate lugawiyah and ma'nawiyah rules. This reconstruction is very necessary to ensure the certainty and unity of law in accordance with the conditions of the needs and legal awareness of Muslims in Indonesia.
KHI第209条中的Wasiat wajibah与上文所述的其他伊斯兰国家的Wasiat wajibah不同,从ushul fiqh (istihsan)的角度来看,这并不违反伊斯兰继承法的规定,因为被收养的儿童和养父母仍然处于非继承人的地位。通过不超过1/3的waasiat wajibah授予他们的权利仅仅是为了适应当地的智慧和维护印尼伊斯兰社会的正义感。最高法院对wasiat wajibah进行重构,以解决面临的新案件,运用立法方法,采用法律发现法,即语法解释法、目的论/社会学解释法、从ushuul fiqh不违反lugawiyah和ma'nawiyah规则的角度论证类推法。根据印度尼西亚穆斯林的需要和法律意识,这种重建对于确保法律的确定性和统一性是非常必要的。
{"title":"WASIAT WAJIBAH DAN PERKEMBANGAN PENERAPANNYADALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG","authors":"A. Halim","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i2.1555","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i2.1555","url":null,"abstract":"Wasiat wajibah in Article 209 of KHI which is different from the wasiat wajibah existing in other Islamic countries as stated above, in the perspective of ushul fiqh (istihsan) does not violate the provisions of Islamic inheritance law because adopted children and adoptive parents remain positioned not as heirs. The right’s granting to them through a wasiat wajibah that does not exceed 1/3 solely to accommodate local wisdom and to maintain the sense of justice of Indonesian Islamic society. The reconstruction of wasiat wajibah by the Supreme Court to resolve new cases confronted to them by applying the legislative approach with the legal discovery method that is grammatical interpretation method, teleological/sociological interpretation, and argumentum per analogium/analogy in the perspective of ushul fiqh do not violate lugawiyah and ma'nawiyah rules. This reconstruction is very necessary to ensure the certainty and unity of law in accordance with the conditions of the needs and legal awareness of Muslims in Indonesia.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125922475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
HUKUM QADA SALAT UNTUK ORANG MENINGGAL (STUDI KOMPARATIF FATWA LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA DAN MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH) QADA萨拉特法为死者(比较法)
Pub Date : 2018-10-09 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v7i1.1878
Ali Fikri
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memiliki fatwa yang berbeda terkait dengan qada salat untuk orang meninggal. Menurut fatwa Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, qada salat untuk orang meninggal itu boleh dikerjakan oleh orang lain, apabila masih ada hubungan famili atau izin famili. Apabila qada itu telah dikerjakan, maka tidak boleh dikerjakan lagi. Lain halnya dengan Majelis Tarjih Muhammadiyah, dalam fatwanya yaitu qada salat untuk orang meninggal tidak dibenarkan untuk dilakukan. Ada beberapa dalil yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang  masih umum, namun sudah dikhususkan oleh dalil-dalil lainnya. Istinbat hukum dari kedua ormas tersebut hasilnya berbeda, namun sesuai dengan kaidah fiqh yang dikemukakan ulama Hanafiyyah yaitu “mengamalkan kedua dalil itu lebih baik dari pada meninggalkan salah satu diantaranya”. Dengan demikian, dalil dari Istinbat hukum oleh kedua ormas tersebut hasilnya boleh diamalkan.
Nahdlatul Ulama和Muhammadiyah对死者的qada salat有不同的看法。根据教令Lajnah bahhdlatul的说法,如果有家族关系或家族许可,死者的qada salat可以由其他人来完成。当qada完成后,就没有工作了。与Tarjih Muhammadiyah的情况不同,关于qada为死者举行的法律规定是不合理的。Lajnah baht苏尔Masail Nahdlatul神职人员和Tarjih Muhammadiyah议会使用的一些术语仍然很普遍,但已经被其他数据保留下来。这两种类型的法律制度都有不同的结果,但符合Hanafiyyah学者的《fiqh法典》,即“实行第二项定理总比放弃其中一项好”。因此,这两个组织的法律基础可以正式化。
{"title":"HUKUM QADA SALAT UNTUK ORANG MENINGGAL (STUDI KOMPARATIF FATWA LAJNAH BAHTSUL MASAIL NAHDLATUL ULAMA DAN MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH)","authors":"Ali Fikri","doi":"10.14421/al-mazaahib.v7i1.1878","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v7i1.1878","url":null,"abstract":"Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memiliki fatwa yang berbeda terkait dengan qada salat untuk orang meninggal. Menurut fatwa Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama, qada salat untuk orang meninggal itu boleh dikerjakan oleh orang lain, apabila masih ada hubungan famili atau izin famili. Apabila qada itu telah dikerjakan, maka tidak boleh dikerjakan lagi. Lain halnya dengan Majelis Tarjih Muhammadiyah, dalam fatwanya yaitu qada salat untuk orang meninggal tidak dibenarkan untuk dilakukan. Ada beberapa dalil yang digunakan oleh Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang  masih umum, namun sudah dikhususkan oleh dalil-dalil lainnya. Istinbat hukum dari kedua ormas tersebut hasilnya berbeda, namun sesuai dengan kaidah fiqh yang dikemukakan ulama Hanafiyyah yaitu “mengamalkan kedua dalil itu lebih baik dari pada meninggalkan salah satu diantaranya”. Dengan demikian, dalil dari Istinbat hukum oleh kedua ormas tersebut hasilnya boleh diamalkan.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129552038","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
HUKUM MELAKUKAN SUJUD ANTARA MENDAHULUKAN TANGAN DAN MENDAHULUKAN LUTUT (TELAAH TA’ARUD AL-ADILLAH ATAS HADISHADIS TERKAIT) 法律在手和膝盖之间低头(对对相关hadisdis的研究)
Pub Date : 2018-08-20 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v7i1.2204
H. Rosidah
Sujud merupakan salah satu rukun salat, dimana rukun merupakan bagian penting dari salat itu sendiri dan keabsahan salat bergantung padanya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tata cara sujud, disini ada beberapa perbedaan, yaitu ada beberapa hadis yang saling bertentangan. Penulis membahas hadis yang terdapat dalam Sunan Abu Dawud, yaitu hadis tentang mendahulukan tangan atau lutut saat sujud. Problematika yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis ta’arud al-adillah terhadap hubungan dua hadis tentang mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut saat sujud. Karena realita di masyarakat, masih banyak yang belum mengetahui tentang manakah diantara kedua hadis itu yang kualitas hadisnya lebih unggul. Selain itu, kebanyakan masyarakat mempraktekannya mengikuti sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya, atau mereka hanya taqlid saja. Terkait hal perbedaan tentang tata cara sujud ini, terkadang antara yang satu dengan yang lainnya terjadi persilihan sehingga saling menyalahkan.     Untuk menjawab pokok permasalahan diatas maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan ( Library Research) yaitu menganalisis muatan literatur-literatur yang terkait dengan perbandingan antara hubungan dua hadis tentang tata cara sujud antara mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut. Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif analisis komparatif, yaitu penulis menggambarkan secara jelas dan terperinci tentang hubungan dua hadis antara mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut ketika melakukan sujud, kemudian menganalisisnya. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teori ta’arud al-adillah yaitu tinjauan tentang konsep ushul fiqh yang menggambarkan adanya pertentangan dua dalil yang sama-sama kuat derajatnya. Adapun cara penyelesaian ta’arud al-adillah ada empat cara yang dapat ditempuh, yaitu: pertama, jam’u wa attaufiq (mengkompromikan kedua dalil), kedua, tarjih (memilih dari dua dalil yang lebih kuat derajatnya), ketiga, Nasakh, yaitu dengan cara meneliti mana diantara dua dalil itu yang lebih dahulu datang, dan keempat, tasaquth dalilain (meninggalkan kedua dalil tersebut dan mencari dalil lain yang lebih rendah kualitasnya). Dari beberapa cara penyelesaian ta’arud al-adillah tersebut, di sini penulis menggukan cara jam’u wa at-taufiq serta tarjih dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Alasan menggunakan cara jam’u wa at-taufiq, karena mengamalkan kedua dalil itu lebih baik daripada meninggalkan/mengabaikan dalil yang lainnya. Alasan menggunakan tarjih, karena hadis yang mendahulukan tangan derajatnya lebih unggul dibanding dengan hadis yang mendahulukan lutut. Kedua hadis tersebut merupakan hadis yang maqbul, yaitu hadis yang dapat diterima sebagai hujjah dan dapat diamalkan. Hadis mendahulukan tangan lebih dimenangkan karena ia merupakan hadis yang memiliki kualitas s}ahih ligairihi, sedangkan hadis tentang mendahulukan lutut berstatus hasan ligairihi. Jika dilihat dari segi ilmu ulumul hadis, ke
敬礼是一种祈祷,这种祈祷本身是祈祷的重要组成部分,祈祷的合法性取决于它。在执行朝拜仪式方面,有一些不同,也有一些相互冲突的圣训。作者讨论了在苏南阿布杜尔的圣训中发现的圣训,该圣训指的是跪着的手或膝盖。作者在本研究中讨论的问题是,如何分析两个圣像之间的关系,即手的位置或膝盖的位置。由于当今社会的现实,许多人仍然不知道这两种圣训中哪一种是圣训的最高品质。此外,大多数社会要么遵循父母教给他们的东西,要么选择定居。至于这些鞠躬仪式的不同之处,有时两者之间会发生冲突,导致相互指责。为了回答上述问题,作者使用图书馆研究的方法是分析相关文献的内容,比较手和膝盖之间的低头仪式关系。作者使用的研究性质是比较分析的描述性分析,作者清楚而详细地描述了一个人在低头时把手放在膝盖之间的两种仪式之间的关系,然后分析它。根据这项研究,我们可以得出结论,塔阿德·阿达拉的理论是乌什尔·菲克赫的概念概述了两项同样强大的论点的对比。至于结算方式ta 'arud al-adillah有四个点的方式,即:第一,才能到达'u wa attaufiq(第二定理),妥协,tarjih(选择的两个定理,更强大的区域),第三,Nasakh方式,即先那个定理之间的研究哪里来,第四,tasaquth dalilain(第二离开并寻找另一个定理,定理,较低的质量)。在塔阿德·阿拉的几个解决方案中,这位作者在这里提出了几个小时的方法来解决这个问题。使用当时的方法使用第二个命理学总比抛弃其他命理学好使用塔尔吉的原因是,圣训的手比拜尔的手更优越。这两个圣训都是maqbul的圣训,也就是可以接受为hujjah和正式化的圣训。Hadis把更多的手放在第一位,因为他是一个拥有ligairihi品质的圣训,而圣训则是把哈桑的膝盖放在ligairihi地位的圣训。从乌勒穆·哈迪斯的科学观点来看,阿里希·利加利希比哈桑·利加利希的圣训要高得多。
{"title":"HUKUM MELAKUKAN SUJUD ANTARA MENDAHULUKAN TANGAN DAN MENDAHULUKAN LUTUT (TELAAH TA’ARUD AL-ADILLAH ATAS HADISHADIS TERKAIT)","authors":"H. Rosidah","doi":"10.14421/al-mazaahib.v7i1.2204","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v7i1.2204","url":null,"abstract":"Sujud merupakan salah satu rukun salat, dimana rukun merupakan bagian penting dari salat itu sendiri dan keabsahan salat bergantung padanya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tata cara sujud, disini ada beberapa perbedaan, yaitu ada beberapa hadis yang saling bertentangan. Penulis membahas hadis yang terdapat dalam Sunan Abu Dawud, yaitu hadis tentang mendahulukan tangan atau lutut saat sujud. Problematika yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis ta’arud al-adillah terhadap hubungan dua hadis tentang mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut saat sujud. Karena realita di masyarakat, masih banyak yang belum mengetahui tentang manakah diantara kedua hadis itu yang kualitas hadisnya lebih unggul. Selain itu, kebanyakan masyarakat mempraktekannya mengikuti sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh orang tuanya, atau mereka hanya taqlid saja. Terkait hal perbedaan tentang tata cara sujud ini, terkadang antara yang satu dengan yang lainnya terjadi persilihan sehingga saling menyalahkan.     Untuk menjawab pokok permasalahan diatas maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan ( Library Research) yaitu menganalisis muatan literatur-literatur yang terkait dengan perbandingan antara hubungan dua hadis tentang tata cara sujud antara mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut. Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif analisis komparatif, yaitu penulis menggambarkan secara jelas dan terperinci tentang hubungan dua hadis antara mendahulukan tangan atau mendahulukan lutut ketika melakukan sujud, kemudian menganalisisnya. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa teori ta’arud al-adillah yaitu tinjauan tentang konsep ushul fiqh yang menggambarkan adanya pertentangan dua dalil yang sama-sama kuat derajatnya. Adapun cara penyelesaian ta’arud al-adillah ada empat cara yang dapat ditempuh, yaitu: pertama, jam’u wa attaufiq (mengkompromikan kedua dalil), kedua, tarjih (memilih dari dua dalil yang lebih kuat derajatnya), ketiga, Nasakh, yaitu dengan cara meneliti mana diantara dua dalil itu yang lebih dahulu datang, dan keempat, tasaquth dalilain (meninggalkan kedua dalil tersebut dan mencari dalil lain yang lebih rendah kualitasnya). Dari beberapa cara penyelesaian ta’arud al-adillah tersebut, di sini penulis menggukan cara jam’u wa at-taufiq serta tarjih dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Alasan menggunakan cara jam’u wa at-taufiq, karena mengamalkan kedua dalil itu lebih baik daripada meninggalkan/mengabaikan dalil yang lainnya. Alasan menggunakan tarjih, karena hadis yang mendahulukan tangan derajatnya lebih unggul dibanding dengan hadis yang mendahulukan lutut. Kedua hadis tersebut merupakan hadis yang maqbul, yaitu hadis yang dapat diterima sebagai hujjah dan dapat diamalkan. Hadis mendahulukan tangan lebih dimenangkan karena ia merupakan hadis yang memiliki kualitas s}ahih ligairihi, sedangkan hadis tentang mendahulukan lutut berstatus hasan ligairihi. Jika dilihat dari segi ilmu ulumul hadis, ke","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131097294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
PENETAPAN USIA PERKAWINAN DI INDONESIA DAN (WILAYAH PERSEKUTUAN) MALAYSIA Menelusri Latar Belakang Filosofis dan Metode yang Digunakan
Pub Date : 2018-06-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i1.1528
I. Agustin
Perkawinan dilaksanakan untuk membentuk keluarga yang kekal, bahagia dan sejahtera. Faktor psikologis maupun  fisiologis dari masing-masing mempelai dapat mempengaruhi keberlangsungan rumah tangganya. Dengan demikian sangatlah perlu adanya pembatasan usia untuk melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu, kajian-kajian pembaharuan hukum keluarga di negara-negara Islam salah satunya membahas mengenai penentuan batas usia perkawinan. Indonesia mempunyai ketentuan mengenai batas usia perkawinan yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Sedangkan di Malaysia khususnya di wilayah persekutuan menetapkan batas usia perkawinan bagi laki-laki 18 tahun dan bagi perempuan 16 tahun. Indonesia dan Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara yang penduduknya mayoritas beragama Islam dan bermazhab Syafi’i. Artikel ini akan menelusuri latar belakang filosofis serta metode yang digunakan untuk menetapkan batas usia perkawinan di Indonesia dan Malaysia.
婚姻是为了建立一个永恒、幸福和繁荣的家庭而进行的。新娘的心理和生理因素可能会影响家庭的生存。因此,结婚必须有年龄限制。因此,伊斯兰国家的家庭法律改革研究之一是确定婚龄的界限。印尼规定,男性为19岁,女性为16岁。而在马来西亚,特别是在联邦军地区,为18岁的男性和16岁的女性设定了婚姻期。印度尼西亚和马来西亚是东南亚的一个国家,那里的人主要信奉伊斯兰教,而且信奉伊斯兰教。这篇文章将探讨在印度尼西亚和马来西亚设定结婚年龄限制的方法的哲学背景。
{"title":"PENETAPAN USIA PERKAWINAN DI INDONESIA DAN (WILAYAH PERSEKUTUAN) MALAYSIA Menelusri Latar Belakang Filosofis dan Metode yang Digunakan","authors":"I. Agustin","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i1.1528","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i1.1528","url":null,"abstract":"Perkawinan dilaksanakan untuk membentuk keluarga yang kekal, bahagia dan sejahtera. Faktor psikologis maupun  fisiologis dari masing-masing mempelai dapat mempengaruhi keberlangsungan rumah tangganya. Dengan demikian sangatlah perlu adanya pembatasan usia untuk melangsungkan perkawinan. Oleh karena itu, kajian-kajian pembaharuan hukum keluarga di negara-negara Islam salah satunya membahas mengenai penentuan batas usia perkawinan. Indonesia mempunyai ketentuan mengenai batas usia perkawinan yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Sedangkan di Malaysia khususnya di wilayah persekutuan menetapkan batas usia perkawinan bagi laki-laki 18 tahun dan bagi perempuan 16 tahun. Indonesia dan Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara yang penduduknya mayoritas beragama Islam dan bermazhab Syafi’i. Artikel ini akan menelusuri latar belakang filosofis serta metode yang digunakan untuk menetapkan batas usia perkawinan di Indonesia dan Malaysia.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"21 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114021514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH STUDI PERBANDINGAN TAREKAT NAQSABANDIYAH PAUH, KOTA PADANG DENGAN TAREKAT NAQSABANDIYAH BABUSSALAM, LANGKAT 在农历月份的早期,对巴丁市TAREKAT NAQSABANDIYAH PAUH比较的研究与LANGKAT NAQSABANDIYAH BABUSSALAM TAREKAT进行了比较
Pub Date : 2018-06-01 DOI: 10.14421/al-mazaahib.v6i1.1531
Muhammad Fikri Maulana
Problematika penentuan awal bulan Kamariah kerap menimbulkan perbedaan dalam penentuannya. Perbedaan penentuannya tidak hanya terjadi pada ormas besar yang ada di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, perbedaan juga muncul pada aliran-aliran tarekat yang diyakini oleh sebagian masyarakat Indonesia, salah satunya Tarekat Naqsabandiyah di Pauh, kota Padang dan Tarekat Naqsabandiyah di Babussalam, Langkat meski berasal dari satu tarekat yang sama. Perbedaan tempat, sejarah, dan guru-guru Tarekat Naqsabandiyah memberi pengaruh terhadap perbedaan metode yang digunakan oleh kedua tarekat di dua tempat berbeda ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan oleh Tarekat Naqsabandiyah Pauh, kota Padang dan Tarekat Naqsabandiyah Babussalam, Langkat dan metode pengambilan hukum yang digunakan dalam metode penentuan awal bulan Kamariah.
阴历月份早期的诊断问题往往会导致对农历月份的管理差异。不同的意见不仅发生在印尼的大团体中,比如Muhammadiyah和Nahdlatul的神职人员,也出现在一些印尼人认为的tarekat Naqsabandiyah和Babussalam的tarekat Naqsabandiyah,尽管它们来自同一个tarekat。不同的地点、历史和教师Tarekat Naqsabandiyah影响了两个不同地方使用的不同方法。这项研究是为了了解巴丁市Tarekat Naqsabandiyah Pauh和Babussalam Naqsabandiyah, Langkat和太阴月法中使用的法律采用方法。
{"title":"PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH STUDI PERBANDINGAN TAREKAT NAQSABANDIYAH PAUH, KOTA PADANG DENGAN TAREKAT NAQSABANDIYAH BABUSSALAM, LANGKAT","authors":"Muhammad Fikri Maulana","doi":"10.14421/al-mazaahib.v6i1.1531","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/al-mazaahib.v6i1.1531","url":null,"abstract":"Problematika penentuan awal bulan Kamariah kerap menimbulkan perbedaan dalam penentuannya. Perbedaan penentuannya tidak hanya terjadi pada ormas besar yang ada di Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, perbedaan juga muncul pada aliran-aliran tarekat yang diyakini oleh sebagian masyarakat Indonesia, salah satunya Tarekat Naqsabandiyah di Pauh, kota Padang dan Tarekat Naqsabandiyah di Babussalam, Langkat meski berasal dari satu tarekat yang sama. Perbedaan tempat, sejarah, dan guru-guru Tarekat Naqsabandiyah memberi pengaruh terhadap perbedaan metode yang digunakan oleh kedua tarekat di dua tempat berbeda ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode yang digunakan oleh Tarekat Naqsabandiyah Pauh, kota Padang dan Tarekat Naqsabandiyah Babussalam, Langkat dan metode pengambilan hukum yang digunakan dalam metode penentuan awal bulan Kamariah.","PeriodicalId":375931,"journal":{"name":"Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131576434","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1