Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.17977/um033v2i22019p122
Azi Wansaka, Hernia Nur Hidayah, Hizma Arum Bakhittah
Abstract . Batik is a series of mbat and tik. Mbat in Javanese is interpreted as ngembat or throw many times, whereas tik comes from the word titik. So, batik throwing dots repeatedly on the fabric. The points in batik are formed being a certain image will symbolize the character of the batik motif produced by every production house. This diverse batik motif is an illustration of how values are contained in the batik process. Perseverance, politeness, tenacity, and piety be the values contained in the batik process. However, nowadays it goes hand in hand over time the values contained in this batik process begin forgotten. This happens because of a lack of public understanding of the process batik. Kampung Batik Manding Siberkreasi is one form of preservation from community in Manding hamlet, Wonosari Gunung Kidul. Batik preservation this Wonosari community did this by establishing a Kampung Batik. In preservation is also taught in relation to the values contained within batik process, starting from the process of making motifs to coloring. These values are contained in this batik which can be a reference for character DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p122
摘要蜡染是一系列的战斗和tik。在爪哇语中,Mbat被解释为多次拍打或投掷,而tik则来自titik这个词。所以,蜡染在织物上不断地抛出圆点。蜡染中的点状图案形成一定的形象,象征着每个蜡染作坊所生产的蜡染图案的特点。这种多样化的蜡染图案是蜡染过程中如何包含价值的例证。坚持、礼貌、坚韧和虔诚是蜡染过程中包含的价值观。然而,如今,随着时间的推移,蜡染过程中包含的价值开始被遗忘。这种情况的发生是因为公众对蜡染工艺缺乏了解。Kampung蜡染Manding Siberkreasi是Wonosari Gunung Kidul Manding村庄社区保存的一种形式。蜡染保存这个Wonosari社区通过建立Kampung蜡染做到了这一点。在保存中还教授蜡染过程中包含的价值,从制作图案到着色的过程开始。这些值包含在蜡染中,可以作为字符DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p122的参考
{"title":"Kampung Batik Manding Siberkreasi sebagai Model Pelestarian Pendidikan Karakter","authors":"Azi Wansaka, Hernia Nur Hidayah, Hizma Arum Bakhittah","doi":"10.17977/um033v2i22019p122","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i22019p122","url":null,"abstract":"Abstract . Batik is a series of mbat and tik. Mbat in Javanese is interpreted as ngembat or throw many times, whereas tik comes from the word titik. So, batik throwing dots repeatedly on the fabric. The points in batik are formed being a certain image will symbolize the character of the batik motif produced by every production house. This diverse batik motif is an illustration of how values are contained in the batik process. Perseverance, politeness, tenacity, and piety be the values contained in the batik process. However, nowadays it goes hand in hand over time the values contained in this batik process begin forgotten. This happens because of a lack of public understanding of the process batik. Kampung Batik Manding Siberkreasi is one form of preservation from community in Manding hamlet, Wonosari Gunung Kidul. Batik preservation this Wonosari community did this by establishing a Kampung Batik. In preservation is also taught in relation to the values contained within batik process, starting from the process of making motifs to coloring. These values are contained in this batik which can be a reference for character DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p122","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124402117","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.17977/um033v2i22019p164
Demas Brian Wicaksono, I. K. Yudiana, Andika Wahyudiono
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Multikultur/Majemuk. Masyarakat majemuk tersusun oleh keragaman kelompok etnik atau suku bangsa beserta tradisi dan budayanya, tidak hanya berpeluang menjadikan bangsa Indonesia menjadi negara yang kuat di masa mendatang, tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat mengancam integrasi negara-bangsa. Maka perlu dicari solusi yang tepat untuk mengelola kemultikulturan bangsa Indonesia. Dalam mengelola kemultikulturan cara pandang kita harus dirubah yaitu menjaga kemultikulturan tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat tetapi tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia termasuk masyarakat pedesaan. Desa merupakan representasi dari kemultikulturan Indonesia. Misalnya kemultikulturan yang ada di Desa Patoman. Desa Patoman merupakan desa dengan tingkat kemultikulturan yang tinggi. Mulai dari agama Islam dengan jumlah 82.3%, Hindu mencapai 17.3%, Kristen sebanyak 8 jiwa, Buddha 7 Jiwa dan kepercayaan khususnya kejawen. Dilihat dari etnik seperti Madura, Jawa, Bali, dan Osing. Dalam artikel ini mencoba untuk menganalisis nilai-nilai kemultikultural yang ada di desa Patoman dan bagaimana mengelola kemultikulturan tersebut sehingga menghasilkan keharmonisan baik antar maupun inter agama, suku, etnik, dan budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriftif Kualitatif dengan langkah-langkahnya yaitu: 1) Penentuan lokasi penelitian; 2) Waktu Penelitian; 3) bentuk dan strategi yang digunakan Analitik Deskriptif kualitatif; 4) Teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen; 5) Validasi data dengan menggunakan triannggulasi data, peneliti, teori, dan metodelogis; 6) Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam kemultikulturan masyarakat Desa Patoman meliputi: Nilai Social, Simpati, Toleransi dan Empati, Religious, Nasionalisme, Gotong Royong, Demokrasi, Bersahabat/komunikatif, kecintaan terhadap lingkungan, cinta damai, dan peduli sosial. Dalam mengelola kemultikulturan yang ada di Desa Patoman dilakukan melalui beberapa cara, yaitu Dialog dan Kerjasama antarumat Beragama, Meyakini Agama Sendiri dan Menghargai Agama Orang Lain, Doa Bersama, Komunikasi Lintas Budaya, Toleransi, Simpati, dan Empati, Desa Kebangsaan, Forum Pembauran Kebangsaan, dan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p164
{"title":"ANALISIS NILAI-NILAI MULTIKULTURAL MASYARAKAT DESA PATOMAN, BLIMBINGSARI, BANYUWANGI","authors":"Demas Brian Wicaksono, I. K. Yudiana, Andika Wahyudiono","doi":"10.17977/um033v2i22019p164","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i22019p164","url":null,"abstract":"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang Multikultur/Majemuk. Masyarakat majemuk tersusun oleh keragaman kelompok etnik atau suku bangsa beserta tradisi dan budayanya, tidak hanya berpeluang menjadikan bangsa Indonesia menjadi negara yang kuat di masa mendatang, tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat mengancam integrasi negara-bangsa. Maka perlu dicari solusi yang tepat untuk mengelola kemultikulturan bangsa Indonesia. Dalam mengelola kemultikulturan cara pandang kita harus dirubah yaitu menjaga kemultikulturan tidak hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat tetapi tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia termasuk masyarakat pedesaan. Desa merupakan representasi dari kemultikulturan Indonesia. Misalnya kemultikulturan yang ada di Desa Patoman. Desa Patoman merupakan desa dengan tingkat kemultikulturan yang tinggi. Mulai dari agama Islam dengan jumlah 82.3%, Hindu mencapai 17.3%, Kristen sebanyak 8 jiwa, Buddha 7 Jiwa dan kepercayaan khususnya kejawen. Dilihat dari etnik seperti Madura, Jawa, Bali, dan Osing. Dalam artikel ini mencoba untuk menganalisis nilai-nilai kemultikultural yang ada di desa Patoman dan bagaimana mengelola kemultikulturan tersebut sehingga menghasilkan keharmonisan baik antar maupun inter agama, suku, etnik, dan budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriftif Kualitatif dengan langkah-langkahnya yaitu: 1) Penentuan lokasi penelitian; 2) Waktu Penelitian; 3) bentuk dan strategi yang digunakan Analitik Deskriptif kualitatif; 4) Teknik pengambilan data berupa wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen; 5) Validasi data dengan menggunakan triannggulasi data, peneliti, teori, dan metodelogis; 6) Sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam kemultikulturan masyarakat Desa Patoman meliputi: Nilai Social, Simpati, Toleransi dan Empati, Religious, Nasionalisme, Gotong Royong, Demokrasi, Bersahabat/komunikatif, kecintaan terhadap lingkungan, cinta damai, dan peduli sosial. Dalam mengelola kemultikulturan yang ada di Desa Patoman dilakukan melalui beberapa cara, yaitu Dialog dan Kerjasama antarumat Beragama, Meyakini Agama Sendiri dan Menghargai Agama Orang Lain, Doa Bersama, Komunikasi Lintas Budaya, Toleransi, Simpati, dan Empati, Desa Kebangsaan, Forum Pembauran Kebangsaan, dan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p164","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128423704","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.17977/um033v2i22019p202
Siti Faizatun Nisa, Joko Sayono, Indah Wahyu Puji Utami
Indonesian history learning curriculum hopes student historical thinking ability can be developed after the learning occured. Discussion focus of this article is history learning process in SMA N 1 Malang and student historical thinking ability. This research uses qualitative descriptive method. Research process is done by looking for data about research focus. The gotten data then explained and analyzed to explain research focus. Conclusion in this research is history learning in SMA N 1 Malang is in accordance with the valid curriculum. History learning that occures also able to develop student historical thinking ability. Through research instrument that is modified from Seixas’s six hisrorical thinking component, it is known that student able to think historically. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p202
{"title":"PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA DI SMAN 1 MALANG DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR HISTORIS","authors":"Siti Faizatun Nisa, Joko Sayono, Indah Wahyu Puji Utami","doi":"10.17977/um033v2i22019p202","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i22019p202","url":null,"abstract":"Indonesian history learning curriculum hopes student historical thinking ability can be developed after the learning occured. Discussion focus of this article is history learning process in SMA N 1 Malang and student historical thinking ability. This research uses qualitative descriptive method. Research process is done by looking for data about research focus. The gotten data then explained and analyzed to explain research focus. Conclusion in this research is history learning in SMA N 1 Malang is in accordance with the valid curriculum. History learning that occures also able to develop student historical thinking ability. Through research instrument that is modified from Seixas’s six hisrorical thinking component, it is known that student able to think historically. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p202","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131699680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.17977/um033v2i22019p141
Melaningrum Andarwati
Abstrak Memudarnya nilai-nilai kearifan lokal, lunturnya rasa kesetiakawanan dapat. mengancam konsep persatuan yang mengancam perpecahan. Hal ini terbukti dengan maraknya demo tanpa arah merusak vasilitas umum, tidak lagi menghormati hak orang lain untuk nyaman, menganggu ketertiban umum, merasa diri paling benar, tidak mau mendengar , tidak mau menghormati orang hal ini akan mengancam jiwa bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dan akan melahirkan bangsa yang sombong. Eksplorasi terhadap kekayaan luhur budaya bangsa, sangat perlu dilakukan, untuk mengkritisi eksistensi terkait adanya perubahan budaya dengan mengoptimalkan aplikasi pendidikan karakter dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran disekolah. SMA Negeri 1 Sumberpucung terletak di kabupaten Malang, mengaplikasikan kearifan lokal masyarakat Malang dalam pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakulikuler. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Malang yang digali adalah nilai kejujuran (sportifitas), kemandirian, keteguhan hati, kebersamaan, toleransi, kepekaan sosial, karakter Lugas, Jujur, semangat kesetaraan, kesederhanaan, perdamaian, progresif dan menghargai pluralis kebudayaan. Siswa diajarkan memiliki jiwa kearifan lokal Malang melalui kreativitas seni, kegiatanan sosial, dan adat istiadat yang dapat dinikmati oleh Masyarakat setempat. Dengan mengaplikasikan secara optimal pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Malang. Sebagian besar siswa SMAN 1 Sumberpucung memiliki kemandirian berwirausaha, dengan menjual kuliner khas Malang, dan menjadi siswa mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat dilingkungannya. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p141
{"title":"KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT MALANG DALAM PENDIDIKAN PENGUATAN KARAKATER DI SMAN 1 SUMBERPUCUNG","authors":"Melaningrum Andarwati","doi":"10.17977/um033v2i22019p141","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i22019p141","url":null,"abstract":"Abstrak Memudarnya nilai-nilai kearifan lokal, lunturnya rasa kesetiakawanan dapat. mengancam konsep persatuan yang mengancam perpecahan. Hal ini terbukti dengan maraknya demo tanpa arah merusak vasilitas umum, tidak lagi menghormati hak orang lain untuk nyaman, menganggu ketertiban umum, merasa diri paling benar, tidak mau mendengar , tidak mau menghormati orang hal ini akan mengancam jiwa bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dan akan melahirkan bangsa yang sombong. Eksplorasi terhadap kekayaan luhur budaya bangsa, sangat perlu dilakukan, untuk mengkritisi eksistensi terkait adanya perubahan budaya dengan mengoptimalkan aplikasi pendidikan karakter dengan mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran disekolah. SMA Negeri 1 Sumberpucung terletak di kabupaten Malang, mengaplikasikan kearifan lokal masyarakat Malang dalam pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakulikuler. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Malang yang digali adalah nilai kejujuran (sportifitas), kemandirian, keteguhan hati, kebersamaan, toleransi, kepekaan sosial, karakter Lugas, Jujur, semangat kesetaraan, kesederhanaan, perdamaian, progresif dan menghargai pluralis kebudayaan. Siswa diajarkan memiliki jiwa kearifan lokal Malang melalui kreativitas seni, kegiatanan sosial, dan adat istiadat yang dapat dinikmati oleh Masyarakat setempat. Dengan mengaplikasikan secara optimal pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Malang. Sebagian besar siswa SMAN 1 Sumberpucung memiliki kemandirian berwirausaha, dengan menjual kuliner khas Malang, dan menjadi siswa mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat dilingkungannya. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p141","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"123 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116471369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-26DOI: 10.17977/um033v2i22019p179
Anju Nofarof Hasudungan, S. Sariyatun, S. Sutiyah
Abstrak : Collective memory masyarakat Ambon Maluku terhadap konflik yang terjadi tahun 1999-2003 telah menyadarkan bahwa nilai local wisdom Pela Gandong yang dimiliki ratusan tahun lamanya sangat penting dipertahankan. Bahkan, mengoptimalkan fungsinya guna mempertahankan rekonsiliasi konflik Ambon Maluku yang telah tercapai. Masyarakat Ambon Maluku mendefinisikan Pela Gandong sebagai model persahabatan, sistem persaudaraan, atau sistem persekutuan yang di kembangkan antar seluruh penduduk asli dari dua negeri atau lebih bahkan sebelum kedatangan kolonial. Saat konflik Ambon terjadi Pela Gandong menjadi bagian dari resolusi konflik. Dewasa ini, masyarakat Ambon Maluku telah memperluas fungsi Pela Gandong diberbagai bidang termasuk pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana implementasi nilai local wisdom Pela Gandong dalam pendidikan. Penelitian dilakukan pada Januari 2018 di SMPN 9 Ambon dengan 98 % siswanya beragama Kristen/Katolik dan SMPN 4 Salahutu Liang beragama 100 % Islam. Guna mendapatkan jawaban peneliti, dipergunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, wawancara, dan observasi-partisipatoris. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa implementasi nilai-nilai multikultural Pela Gandong dapat terlaksana dengan baik dalam institusi pendidikan formal. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p179
{"title":"Implementasi Nilai Local Wisdom Pela Gandong dalam Pendidikan Pasca Rekonsiliasi Konflik Ambon","authors":"Anju Nofarof Hasudungan, S. Sariyatun, S. Sutiyah","doi":"10.17977/um033v2i22019p179","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i22019p179","url":null,"abstract":"Abstrak : Collective memory masyarakat Ambon Maluku terhadap konflik yang terjadi tahun 1999-2003 telah menyadarkan bahwa nilai local wisdom Pela Gandong yang dimiliki ratusan tahun lamanya sangat penting dipertahankan. Bahkan, mengoptimalkan fungsinya guna mempertahankan rekonsiliasi konflik Ambon Maluku yang telah tercapai. Masyarakat Ambon Maluku mendefinisikan Pela Gandong sebagai model persahabatan, sistem persaudaraan, atau sistem persekutuan yang di kembangkan antar seluruh penduduk asli dari dua negeri atau lebih bahkan sebelum kedatangan kolonial. Saat konflik Ambon terjadi Pela Gandong menjadi bagian dari resolusi konflik. Dewasa ini, masyarakat Ambon Maluku telah memperluas fungsi Pela Gandong diberbagai bidang termasuk pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana implementasi nilai local wisdom Pela Gandong dalam pendidikan. Penelitian dilakukan pada Januari 2018 di SMPN 9 Ambon dengan 98 % siswanya beragama Kristen/Katolik dan SMPN 4 Salahutu Liang beragama 100 % Islam. Guna mendapatkan jawaban peneliti, dipergunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, wawancara, dan observasi-partisipatoris. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa implementasi nilai-nilai multikultural Pela Gandong dapat terlaksana dengan baik dalam institusi pendidikan formal. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i22019p179","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131680496","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.17977/um033v2i12019p100
Reni Dikawati
Penelitian ini menelusuri transformasi evaluasi pembelajaran sejarah pemikiran di Universitas Negeri Yogyakarta pada ranah afektif, melalui artikulasi logis sikap mahasiswa dalam pembelajaran humanis. Logika berpikir, intepretasi, dan komitmen diskursif mahasiswa terhadap narasi jati diri bangsa menjadi corpus penelitian. Pendekatan critical discourse analysis (Fairclough, 1992) digunakan untuk mengungkap artikulasi logis dari kontruksi logika (Angkersmith, 1974), dan hermeneutika-rekontruktif (Habermas, 1987) untuk intepretasi dan komitmen diskursif ketika mewacanakan jati diri bangsa. Temuan penting dari penelitian adalah kontruksi logika yang digunakan sebagai kerangka intepretasi, dan dasar epistemologi menarasikan wacana jati diri bangsa. Analisis menunjukkan, pilihan individu mempengaruhi penciptaan ide, pemecahan masalah, komitmen diskursif, dan pembuatan keputusan, sebagai indikasi tingkat ketercapaian mahasiswa dalam taksonomi Bloom hasil revisi Peggy Dettmer (2006) di ranah afektif. Dalam perspektif peneliti, artikulasi logis berkontribusi membentuk evaluasi humanis, yang tidak sekedar berdasar validitas tindakan, melainkan dengan validitas teori makna dari sikap. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i12019p100
{"title":"Refleksi Evaluatif Pembelajaran: Artikulasi Logis Sikap Mahasiswa dari Logika Berpikir, interpretasi, dan Komitmen Diskursifnya terhadap Narasi Jati Diri Bangsa dalam Proses Pembelajaran Humanis","authors":"Reni Dikawati","doi":"10.17977/um033v2i12019p100","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i12019p100","url":null,"abstract":"Penelitian ini menelusuri transformasi evaluasi pembelajaran sejarah pemikiran di Universitas Negeri Yogyakarta pada ranah afektif, melalui artikulasi logis sikap mahasiswa dalam pembelajaran humanis. Logika berpikir, intepretasi, dan komitmen diskursif mahasiswa terhadap narasi jati diri bangsa menjadi corpus penelitian. Pendekatan critical discourse analysis (Fairclough, 1992) digunakan untuk mengungkap artikulasi logis dari kontruksi logika (Angkersmith, 1974), dan hermeneutika-rekontruktif (Habermas, 1987) untuk intepretasi dan komitmen diskursif ketika mewacanakan jati diri bangsa. Temuan penting dari penelitian adalah kontruksi logika yang digunakan sebagai kerangka intepretasi, dan dasar epistemologi menarasikan wacana jati diri bangsa. Analisis menunjukkan, pilihan individu mempengaruhi penciptaan ide, pemecahan masalah, komitmen diskursif, dan pembuatan keputusan, sebagai indikasi tingkat ketercapaian mahasiswa dalam taksonomi Bloom hasil revisi Peggy Dettmer (2006) di ranah afektif. Dalam perspektif peneliti, artikulasi logis berkontribusi membentuk evaluasi humanis, yang tidak sekedar berdasar validitas tindakan, melainkan dengan validitas teori makna dari sikap. DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um033v2i12019p100","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132362059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.17977/um033v2i12019p049
W. Sulistyo
Abstrak : Dalam tulisan ini diuraikan mengenai gagasan solutif terhadap tantangan pembelajaran sejarah di era industrial revolution 4.0. Subjek pembelajaran sejarah yang dikenal sebagai generasi ‘z’ mempunyai selera belajar yang berbeda, dimana mereka menuntut adanya kegiatan belajar yang inovatif dengan paradigma baru. Dalam gagasan ini dituangkan sebuah skema belajar untuk menjawab tantangan dalam pembelajaran sejarah. Yaitu dengan kegiatan belajar dari sumber belajar. Pemanfaatan situs sejarah local merupakan upaya untuk mendekatkan dan memahamkan mereka dengan kekayaan historis yang mereka miliki. Dalam skema belajar ini terbagi kedalam tiga tahap, orientasi pembelajaran, eksplorasi dan refleksi. Dimana dalam setiap tahapanya terdapat kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar dalam rangka peserta didik membangun pengetahuanya.
{"title":"Learning Activities from Learning Resources : Pemanfaatan dan Pemaknaan Situs Sejarah Kawasan Alun-Alun Merdeka Kota Malang Pemanfaatan dan Pemaknaan Situs Sejarah Kawasan Alun-Alun Merdeka Kota Malang","authors":"W. Sulistyo","doi":"10.17977/um033v2i12019p049","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i12019p049","url":null,"abstract":"Abstrak : Dalam tulisan ini diuraikan mengenai gagasan solutif terhadap tantangan pembelajaran sejarah di era industrial revolution 4.0. Subjek pembelajaran sejarah yang dikenal sebagai generasi ‘z’ mempunyai selera belajar yang berbeda, dimana mereka menuntut adanya kegiatan belajar yang inovatif dengan paradigma baru. Dalam gagasan ini dituangkan sebuah skema belajar untuk menjawab tantangan dalam pembelajaran sejarah. Yaitu dengan kegiatan belajar dari sumber belajar. Pemanfaatan situs sejarah local merupakan upaya untuk mendekatkan dan memahamkan mereka dengan kekayaan historis yang mereka miliki. Dalam skema belajar ini terbagi kedalam tiga tahap, orientasi pembelajaran, eksplorasi dan refleksi. Dimana dalam setiap tahapanya terdapat kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar dalam rangka peserta didik membangun pengetahuanya.","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126675643","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.17977/UM033V2I12019P064
Melaningrum Andarwati
Masa kini adalah era generasi Z, generasi yang serba terkoneksi dengan internet. Pembelajaran di kelas harus inovatif dengan menerapkan konsep “ Learning is fun “. Guru sejarah di SMA harus memahami karakteristik generas Z karena peserta didik yang dihadapi di kelas adalah generasi Z. Guru sejarah harus berinovasi memanfaatkan Gadget dalam pembelajaran agar pelajaran sejarah menjadi kontektual. Sejarah yang kontektual dapat membangkitkan kesadaran sejarah. Pemanfaatan media Gadget dalam pembelajaran akan meningkatkan daya kreatfitasi, ketrampilan, produktifitas, peserta didik dalam belajar sejarah. Aplikasi Power Derector dapat menjadi alternatif media pembelajaran sejarah di kelas, karena Power Director dapat di unduh dengan off line maupun on line. Aplikasinya mudah dioperasikan peserta didik untuk membuat video, mengedit gambar, suara, foto dalam waktu yang bersamaan. Peserta didik dapat menghadirkan masa lampau dengan kreatifitasnya, sehingga sejarah menjadi kontektual dan menyenangkan. Hasil video di unggah secara mudah ke Youtube maupun ke media sosial yang lainnya. Penilaian autentik yang melibatkan peserta didik akan meningkatkan daya kopetensi mereka untuk meningkatkan produktifitasnya. Dari 165 peserta didik kelas XII program IPS SMAN 1 Sumberpucung tahun 2018/2019 yang memanfaatkan Power Director untuk belajar di kelas, 90 % antusias, senang, fokus, mandiri belajar sejarah, sedangkan 10 % kurang antusias karena menggunakan I-phone
{"title":"Pembelajaran Sejarah Kontekstual, Kreatif, Menyenangkan di Kelas Dengan “Power Director” bagi Generasi Z","authors":"Melaningrum Andarwati","doi":"10.17977/UM033V2I12019P064","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/UM033V2I12019P064","url":null,"abstract":"Masa kini adalah era generasi Z, generasi yang serba terkoneksi dengan internet. Pembelajaran di kelas harus inovatif dengan menerapkan konsep “ Learning is fun “. Guru sejarah di SMA harus memahami karakteristik generas Z karena peserta didik yang dihadapi di kelas adalah generasi Z. Guru sejarah harus berinovasi memanfaatkan Gadget dalam pembelajaran agar pelajaran sejarah menjadi kontektual. Sejarah yang kontektual dapat membangkitkan kesadaran sejarah. Pemanfaatan media Gadget dalam pembelajaran akan meningkatkan daya kreatfitasi, ketrampilan, produktifitas, peserta didik dalam belajar sejarah. Aplikasi Power Derector dapat menjadi alternatif media pembelajaran sejarah di kelas, karena Power Director dapat di unduh dengan off line maupun on line. Aplikasinya mudah dioperasikan peserta didik untuk membuat video, mengedit gambar, suara, foto dalam waktu yang bersamaan. Peserta didik dapat menghadirkan masa lampau dengan kreatifitasnya, sehingga sejarah menjadi kontektual dan menyenangkan. Hasil video di unggah secara mudah ke Youtube maupun ke media sosial yang lainnya. Penilaian autentik yang melibatkan peserta didik akan meningkatkan daya kopetensi mereka untuk meningkatkan produktifitasnya. Dari 165 peserta didik kelas XII program IPS SMAN 1 Sumberpucung tahun 2018/2019 yang memanfaatkan Power Director untuk belajar di kelas, 90 % antusias, senang, fokus, mandiri belajar sejarah, sedangkan 10 % kurang antusias karena menggunakan I-phone","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131435454","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-27DOI: 10.17977/UM033V2I12019P001
Wida Rahayu
Sejarah merupakan peristiwa masa lampau, dan bermakna apabila mau belajar dari pengalaman masa lampau tersebut. Peristiwa masa lampau itu pada hakikatnya adalah pelajaran yang paling berharga bagi generasi selanjutnya. Perkembangan mutakhir dari ilmu sejarah harus diikuti untuk keperluan pendidikan terutama pengembangan pengetahuannya yang pada akhirnya adalah pengembangan wawasan dan keilmuan sejarah sendiri, sehingga sejarah sebagai ilmu dan peristiwa serta pembelajaran sejarah sendiri dapat di-up date. Pendidikan sebagai proses pembinaan bangsa, masih ditandai dengan berbagai ketimpangan moral, akhlak, masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan jati diri bangsa. Di sisi lain perkembangan ilmu dan tehnologi yang sangat cepat dan menuntut perubahan dan perkembangan. Generasi Z dikenal sebagai karakter yang lebih tidak fokus dari milenial, lebih serba-bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, dan lebih ramah teknologi. Lahirnya Generasi Z menuntut peran guru sejarah untuk senantiasa meng up-date cara dalam pembelajaran sejarah.
{"title":"Pembelajaran Sejarah untuk Generasi Z","authors":"Wida Rahayu","doi":"10.17977/UM033V2I12019P001","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/UM033V2I12019P001","url":null,"abstract":"Sejarah merupakan peristiwa masa lampau, dan bermakna apabila mau belajar dari pengalaman masa lampau tersebut. Peristiwa masa lampau itu pada hakikatnya adalah pelajaran yang paling berharga bagi generasi selanjutnya. Perkembangan mutakhir dari ilmu sejarah harus diikuti untuk keperluan pendidikan terutama pengembangan pengetahuannya yang pada akhirnya adalah pengembangan wawasan dan keilmuan sejarah sendiri, sehingga sejarah sebagai ilmu dan peristiwa serta pembelajaran sejarah sendiri dapat di-up date. Pendidikan sebagai proses pembinaan bangsa, masih ditandai dengan berbagai ketimpangan moral, akhlak, masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan jati diri bangsa. Di sisi lain perkembangan ilmu dan tehnologi yang sangat cepat dan menuntut perubahan dan perkembangan. Generasi Z dikenal sebagai karakter yang lebih tidak fokus dari milenial, lebih serba-bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, dan lebih ramah teknologi. Lahirnya Generasi Z menuntut peran guru sejarah untuk senantiasa meng up-date cara dalam pembelajaran sejarah.","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132376346","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-27DOI: 10.17977/um033v2i12019p038
Susanto Yunus Alfian
Salah satu kompetensi dasar matapelajaran Sejarah Indonesia kelas X menuntut siswa untuk menganalisis kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia dan untuk menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan. Untuk memfasilitasi tercapainya kemampuan menganalisis dan kemampuan menulis sejarah, pemanfaatan sumber sejarah merupakan suatu cara yang bisa dilakukan. Pararaton sebagai suatu sumber bisa dimanfaatkan. Bagaimana cara pemanfaatan Pararaton dalam memfasilitasi pembelajaran siswa agar bisa menganalisis dan membuat karya tulis menuntut adanya jawaban. Oleh karena itu tulisan ini berusaha untuk menjawabnya dengan mencoba menawarkan suatu strategi pembelajannya.
{"title":"Pararaton Sebagai Sumber Sejarah: Pemanfaatannya dalam Pembelajaran di Era Digital","authors":"Susanto Yunus Alfian","doi":"10.17977/um033v2i12019p038","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um033v2i12019p038","url":null,"abstract":"Salah satu kompetensi dasar matapelajaran Sejarah Indonesia kelas X menuntut siswa untuk menganalisis kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia dan untuk menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan. Untuk memfasilitasi tercapainya kemampuan menganalisis dan kemampuan menulis sejarah, pemanfaatan sumber sejarah merupakan suatu cara yang bisa dilakukan. Pararaton sebagai suatu sumber bisa dimanfaatkan. Bagaimana cara pemanfaatan Pararaton dalam memfasilitasi pembelajaran siswa agar bisa menganalisis dan membuat karya tulis menuntut adanya jawaban. Oleh karena itu tulisan ini berusaha untuk menjawabnya dengan mencoba menawarkan suatu strategi pembelajannya.","PeriodicalId":413901,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia","volume":"207 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114989409","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}