Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.23971/elma.v11i2.2958
Zezen Zainul Ali
Patriotism is the willingness of a citizen to protect the country to maintain national unity. Love for the homeland or patriotism often creates pros and cons in its interpretation. Then, it needs to raise awareness as a step to prevent conflicts that arise and consequently cause divisions within the country. The emergence of interpretations between Patriotism and religion that they cannot be combined, so they have willing to change the state ideology to other ideology, such as khila>fah ideology through the emergence of radicalism, extremism, and separatism groups. The research was a literature review using literature data from related books and articles. Data analysis used a qualitative analysis. This study was expected to become a scientific treasure and be practiced in the life of the nation and state. Patriotism explicitly does not available stated in either the Qur'an or Hadith. However, in principle, Islamic law will always answer the problems to provide benefits for mankind, which is the mas}lah}ah. Having a love for the homeland is mubah} (permitted), but it may switch to be mandatory during emergencies and conditions. This attitude of love for the homeland is in the condition of d}aruriyah.
{"title":"The Urgency of Patriotism in Maintaining the Unity in the Republic of Indonesia in the Perspective of Maslahah","authors":"Zezen Zainul Ali","doi":"10.23971/elma.v11i2.2958","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i2.2958","url":null,"abstract":"Patriotism is the willingness of a citizen to protect the country to maintain national unity. Love for the homeland or patriotism often creates pros and cons in its interpretation. Then, it needs to raise awareness as a step to prevent conflicts that arise and consequently cause divisions within the country. The emergence of interpretations between Patriotism and religion that they cannot be combined, so they have willing to change the state ideology to other ideology, such as khila>fah ideology through the emergence of radicalism, extremism, and separatism groups. The research was a literature review using literature data from related books and articles. Data analysis used a qualitative analysis. This study was expected to become a scientific treasure and be practiced in the life of the nation and state. Patriotism explicitly does not available stated in either the Qur'an or Hadith. However, in principle, Islamic law will always answer the problems to provide benefits for mankind, which is the mas}lah}ah. Having a love for the homeland is mubah} (permitted), but it may switch to be mandatory during emergencies and conditions. This attitude of love for the homeland is in the condition of d}aruriyah.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123107372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.23971/elma.v11i2.3181
Muhamad Izazi Nurjaman, Doli Witro
ABSTRACTThe study described the relevance of the theory of legal change according to Ibnu Qayyim al-Jauziyyah to the legal product of the fatwa DSN-MUI (Fatwa National Sharia Board-Indonesian Council of Ulama) in Indonesia. It used a qualitative research method with a literary approach. The conclusions showed that the relevance of the theory of legal change proposed by Ibn Qayyim al-Jauziyyah has been applied explicitly in every legal product of the fatwa DSN-MUI in Indonesia. That seen in every legal product, always give the way for future changes following the needs and problems faced. Changes to Islamic legislation products have significant differences. On laws and regulations and judges' decisions, new legal products will cancel or revoke the previous legal. And, for the legal product of a fatwa from the National Syari'ah Board (DSN-MUI), the newly legal product will complete the previous one. However, legal changes will always occur in the context of providing legal certainty, accompanied by the level of benefit for people's lives.Keywords: Legal Changes, Ibn Qayyim, Products of Islamic Law.ABSTRAKPenelitian ini menjelaskan tentang relevansi teori perubahan hukum menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah terhadap produk hukum fatwa DSN-MUI di Indonesia. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relevansi teori perubahan hukum yang digaungkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sudah diberlakukan secara eksplisit dalam setiap produk hukum fatwa DSN-MUI di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dalam setiap batang tubuh produk hukum yang selalu membuka jalan untuk adanya perubahan dikemudian hari sesuai dengan kebutuhan dan problematika yang dihadapi. Perubahan terhadap produk hukum Islam memiliki perbedaan yang signifikan. Bagi peraturan perundang-undangan dan putusan hakim, ketentuan hukum baru akan membatalkan/mencabut ketentuan hukum sebelumnya. Sedangkan terhadap ketentuan hukum berupa fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN-MUI), ketentuan hukum baru akan menyempurnakan ketentuan hukum sebelumnya. Namun sejatinya perubahan hukum akan selalu terjadi dalam rangka menciptakan produk hukum yang dapat memberikan kepastian hukum disertai pencapaian tingkat kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat.Kata Kunci: Perubahan Hukum, Ibnu Qayyim, Produk Hukum Islam.
摘要本研究描述了伊布·加伊姆·乔齐亚的法律变革理论与印尼法特瓦DSN-MUI(法特瓦国家伊斯兰教法委员会-印尼乌拉玛委员会)法律产物的相关性。它采用了定性研究方法和文学研究方法。结论表明,Ibn Qayyim al-Jauziyyah提出的法律变革理论的相关性已明确适用于印度尼西亚的fatwa DSN-MUI的每一个法律产品。这在每一个合法的产品中都可以看到,总是为未来的需求和面临的问题做出改变。伊斯兰立法产品的变化有显著差异。根据法律法规和法官的判决,新的法律产品将取消或撤销以前的法律。而且,对于全国伊斯兰教法委员会(DSN-MUI)的法特瓦的法律产品,新的法律产品将完成之前的法律产品。然而,法律的变化总是在提供法律确定性的背景下发生的,伴随着对人们生活的利益水平。关键词:法律变迁,伊本·加伊姆,伊斯兰教法的产物[摘要]penelitian ini menjelaskan tentang relevansi teori perubahan hukum menurut Ibnu qayim al-Jauziyyah terhadap product hukum fatwa DSN-MUI di Indonesia。Artikel ini mongunakan方法penelitian quality of yang bersiet kepustakan。Hasil penelitian menunjukkan bahwa。哈尔itu dapat dilihat dalam setiap江tubuh produk hukum杨selalu membuka道路为她adanya perubahan dikemudian哈里sesuai dengan kebutuhan丹杨problematika dihadapi。Perubahan terhadap product hukum Islam memoriliki perbedaan yang signfikan。巴吉peraturan perundang-undangan danputusan hakim, ketentuan hukum baru akan membatalkan/ menmenabout ketentuan hukum sebelumnya。Sedangkan terhadap ketentuan hukum berupa fatwa Dewan syarah national (DSN-MUI), ketentuan hukum baru akan menyempurnakan ketentuan hukum sebelumnya。Namun sejatinya perubahan hukum akan selalu terjadi dalam rangka menciptakan产品hukum yang dapat成员kepastian hukum disertai penapaian tingkat kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat。Kata Kunci: Perubahan Hukum, Ibnu Qayyim, Produk Hukum Islam。
{"title":"The Relevance of the Theory of Legal Change According to Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah in Legal Products by Fatwa DSN-MUI Indonesia","authors":"Muhamad Izazi Nurjaman, Doli Witro","doi":"10.23971/elma.v11i2.3181","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i2.3181","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe study described the relevance of the theory of legal change according to Ibnu Qayyim al-Jauziyyah to the legal product of the fatwa DSN-MUI (Fatwa National Sharia Board-Indonesian Council of Ulama) in Indonesia. It used a qualitative research method with a literary approach. The conclusions showed that the relevance of the theory of legal change proposed by Ibn Qayyim al-Jauziyyah has been applied explicitly in every legal product of the fatwa DSN-MUI in Indonesia. That seen in every legal product, always give the way for future changes following the needs and problems faced. Changes to Islamic legislation products have significant differences. On laws and regulations and judges' decisions, new legal products will cancel or revoke the previous legal. And, for the legal product of a fatwa from the National Syari'ah Board (DSN-MUI), the newly legal product will complete the previous one. However, legal changes will always occur in the context of providing legal certainty, accompanied by the level of benefit for people's lives.Keywords: Legal Changes, Ibn Qayyim, Products of Islamic Law.ABSTRAKPenelitian ini menjelaskan tentang relevansi teori perubahan hukum menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah terhadap produk hukum fatwa DSN-MUI di Indonesia. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relevansi teori perubahan hukum yang digaungkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah sudah diberlakukan secara eksplisit dalam setiap produk hukum fatwa DSN-MUI di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dalam setiap batang tubuh produk hukum yang selalu membuka jalan untuk adanya perubahan dikemudian hari sesuai dengan kebutuhan dan problematika yang dihadapi. Perubahan terhadap produk hukum Islam memiliki perbedaan yang signifikan. Bagi peraturan perundang-undangan dan putusan hakim, ketentuan hukum baru akan membatalkan/mencabut ketentuan hukum sebelumnya. Sedangkan terhadap ketentuan hukum berupa fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN-MUI), ketentuan hukum baru akan menyempurnakan ketentuan hukum sebelumnya. Namun sejatinya perubahan hukum akan selalu terjadi dalam rangka menciptakan produk hukum yang dapat memberikan kepastian hukum disertai pencapaian tingkat kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat.Kata Kunci: Perubahan Hukum, Ibnu Qayyim, Produk Hukum Islam.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126821429","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.23971/elma.v11i2.2981
Diky Faqih Maulana, Abdul Rozak
{"title":"Istihsan as a Finding Method of Progressive Islamic Law in the Industrial Revolution Era 4.0","authors":"Diky Faqih Maulana, Abdul Rozak","doi":"10.23971/elma.v11i2.2981","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i2.2981","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125592916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.23971/elma.v11i1.2067
Darul Faizin
This paper discusses the concept of Ibn ‘Āsyūr's maqāṣid asy-syarī'ah in his renewal of the previous maqāṣid asy-syarī'ah. Based on the results of the author's study, there are some important things that became the idea of renewing Ibn ‘Āsyūr; first: the idea of liberating (istiqlāl) maqāṣid asy-syarī'ah from the discipline of the Uṣūl Fiqh to become a discipline that stands alone. Second: three sources in establishing the maqāṣid asy-syarī'ah, namely; istiqrā', the Qur'an which has clear legal reasons, and the Sunnah mutawātir. Third: maqāṣid asy-syarī’ah has three levels (martabah), namely; definite (qaṭ’iy), approaching definite (qarīban min al-Qaṭ’iy), and conjecture (ẓanniy). Fourth: maqāṣid asy-syarī’ah is divided into two kinds; maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah and maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah. In the maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah there are four basic foundations of the Shari'a; fitrah (al-fitrah), moderate (as-samāḥah), egalitarian (al-musāwāh) and freedom (al-hurriyah). Whereas maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah works to implement maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah in certain laws. Keywords : Ibnu ‘Āsyūr, maqāṣid asy-syarī’ah and uṣul fiqh . Tulisan ini membahas gagasan maqāṣid asy-syarī’ah Ibnu ‘Āsyūr dalam pembaharuannya terhadap maqāṣid asy-syarī’ah sebelumnya. Berdasarkan hasil telaah penulis, ada beberapa hal penting yang menjadi gagasan pembaharuan Ibnu ‘Āsyūr; pertama: gagasan membebaskan ( istiqlāl ) maqāṣid asy-syarī’ah dari disiplin ilmu usul fikih menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Kedua: tiga sumber dalam menetapkan maqāṣid asy-syarī’ah, yaitu; istiqrā’, al-Qur’an yang memiliki kejelasan alasan hukum, dan sunnah mutawātir . Ketiga: maqāṣid asy-syarī’ah memiliki tiga tingkatan ( martabah ), yaitu; pasti ( qaṭ’iy ), mendekati pasti ( qarīban min al-Qaṭ’iy ) , dan dugaan ( ẓanniy ). Keempat: maqāṣid asy-syarī’ah terbagi dua macam; maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah dan maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah . Dalam maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah terdapat empat pondasi dasar syariat; fitrah ( al-fitrah ), moderat ( as-samāḥah ), egaliter ( al-musāwāh ) dan kebebasan ( al-hurriyah ). Sedangkan maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah bekerja mengimplementasikan maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah dalam hukum-hukum tertentu. Kata Kunci : Ibnu ‘Āsyūr, maqāṣid asy-syarī’ah dan uṣul fiqh .
本文讨论了伊本Āsyūr对先前的maqāṣid asy-syar 'ah的更新中maqāṣid asy-syar 'ah的概念。根据作者的研究结果,有一些重要的事情成为伊本更新思想Āsyūr;首先:将(istiqlāl) maqāṣid -sy -syar 'ah从Uṣūl伊斯兰教的纪律中解放出来,成为一个独立的纪律。第二:建立maqāṣid的三个来源,即;istiqrir ',有明确法律依据的古兰经,以及圣训mutawātir。第三:maqāṣid asy-syar ' ah有三个层次(martabah),即;确定的(qajajy),接近确定的(qajajan min al- qajajy)和猜想(ẓanniy)。第四:maqāṣid asy-syar ' ah分为两种;Maqāṣid asy- syarji ' ah al- ' ammah和maqāṣid asy- syarji ' ah al-khaṣṣah。在maqāṣid asy-syar ' ah al- ' ammah中,伊斯兰教法有四个基本基础;Fitrah (al-fitrah)、moderate (as-samāḥah)、egalitarian (al-musāwāh)、freedom (al-hurriyah)。而maqāṣid asy- syari ' ah al-khaṣṣah在某些法律中实现了maqāṣid asy- syari ' ah al- ' ammah。关键词:Ibnu ' Āsyūr, maqāṣid asy-syar ' ah和uṣul fiqh。Tulisan ini membahas gagasan maqāṣid asy- syari ' ah Ibnu ' Āsyūr dalam pembaharuannya terhadap maqāṣid asy- syari ' ah sebelumnya。Berdasarkan hasil telaah penulis, ada beberapa hal penting yang menjadi gagasan pembaharuan Ibnu ' Āsyūr;Pertama: gagasan memberbebaskan (istiqlāl) maqāṣid asy- syari ' ah dari disiplin ilmu usul fikih menjadi suatu disiplin ilmu Yang berdiri sendiri。Kedua: tiga sumber dalam menetapkan maqāṣid asy-syar ' ah, yitu;istiqrir ', al- quan yang memiliki kejelasan alasan hukum, dan sunnah mutawātir。Ketiga: maqāṣid asy-syar ' ah memiliki tiga tingkatan (martabah), yitu;pasti (qahi’iy), mendekati pasti (qahi’iy), dan dugaan (ẓanniy)。Keempat: maqāṣid asy-syar ' ah terbagi dua macam;Maqāṣid asy- syarji ' ah al- ' ammah Dan maqāṣid asy- syarji ' ah al-khaṣṣah。Dalam maqāṣid asy- syari ' ah al- ' ammah terdapat empat pondasi dasar syari;菲特拉(al-fitrah)、温和派(as-samāḥah)、平等主义者(al-musāwāh)、丹·克贝巴桑(al-hurriyah)。Sedangkan maqāṣid asy-syar + ' ah al-khaṣṣah bekerja mengimplementasikan maqāṣid asy-syar + ' ah al- ' ammah dalam hukum-hukum tertentu。Kata Kunci: Ibnu ' Āsyūr, maqāṣid easy -syar ' ah dan uṣul fiqh。
{"title":"Konstribusi Muhammad Aṭ-Ṭāhir Ibnu ‘Āsyūr terhadap Maqāṣid Asy-Syarī’ah","authors":"Darul Faizin","doi":"10.23971/elma.v11i1.2067","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i1.2067","url":null,"abstract":"This paper discusses the concept of Ibn ‘Āsyūr's maqāṣid asy-syarī'ah in his renewal of the previous maqāṣid asy-syarī'ah. Based on the results of the author's study, there are some important things that became the idea of renewing Ibn ‘Āsyūr; first: the idea of liberating (istiqlāl) maqāṣid asy-syarī'ah from the discipline of the Uṣūl Fiqh to become a discipline that stands alone. Second: three sources in establishing the maqāṣid asy-syarī'ah, namely; istiqrā', the Qur'an which has clear legal reasons, and the Sunnah mutawātir. Third: maqāṣid asy-syarī’ah has three levels (martabah), namely; definite (qaṭ’iy), approaching definite (qarīban min al-Qaṭ’iy), and conjecture (ẓanniy). Fourth: maqāṣid asy-syarī’ah is divided into two kinds; maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah and maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah. In the maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah there are four basic foundations of the Shari'a; fitrah (al-fitrah), moderate (as-samāḥah), egalitarian (al-musāwāh) and freedom (al-hurriyah). Whereas maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah works to implement maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah in certain laws. Keywords : Ibnu ‘Āsyūr, maqāṣid asy-syarī’ah and uṣul fiqh . Tulisan ini membahas gagasan maqāṣid asy-syarī’ah Ibnu ‘Āsyūr dalam pembaharuannya terhadap maqāṣid asy-syarī’ah sebelumnya. Berdasarkan hasil telaah penulis, ada beberapa hal penting yang menjadi gagasan pembaharuan Ibnu ‘Āsyūr; pertama: gagasan membebaskan ( istiqlāl ) maqāṣid asy-syarī’ah dari disiplin ilmu usul fikih menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Kedua: tiga sumber dalam menetapkan maqāṣid asy-syarī’ah, yaitu; istiqrā’, al-Qur’an yang memiliki kejelasan alasan hukum, dan sunnah mutawātir . Ketiga: maqāṣid asy-syarī’ah memiliki tiga tingkatan ( martabah ), yaitu; pasti ( qaṭ’iy ), mendekati pasti ( qarīban min al-Qaṭ’iy ) , dan dugaan ( ẓanniy ). Keempat: maqāṣid asy-syarī’ah terbagi dua macam; maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah dan maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah . Dalam maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah terdapat empat pondasi dasar syariat; fitrah ( al-fitrah ), moderat ( as-samāḥah ), egaliter ( al-musāwāh ) dan kebebasan ( al-hurriyah ). Sedangkan maqāṣid asy-syarī’ah al-khaṣṣah bekerja mengimplementasikan maqāṣid asy-syarī’ah al-‘ammah dalam hukum-hukum tertentu. Kata Kunci : Ibnu ‘Āsyūr, maqāṣid asy-syarī’ah dan uṣul fiqh .","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129425132","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.23971/elma.v11i1.2623
S. Syamsuddin
This article describes the law of apostasy in Muslim scholars' ijtihad and freedom of religion in terms of human rights. This research uses normative legal research methods. The research aims to describe and clarify the views of ulama on the law of apostasy and to dialogue with religious freedom as regulated in human rights. This research concludes that the majority of scholars consider apostasy as a criminal offense which is punishable by absolute death after refusing to revert to Islam. Few modernist liberals think that the death penalty is imposed only when there is hostility or rebellion committed when leaving Islam. As for universal human rights, it recognizes freedom of religion as well as freedom to change religions. This freedom is limited only to the freedoms of other people and other general freedoms. Religious freedom in Indonesia applies in a limited way by providing guarantees to embrace a religion, limiting freedom of religion in recognized religions, and protecting religion from blasphemy. Islam frees anyone to embrace a certain religion, but those who have chosen Islam are bound by the core values of hifz al-din (maintaining religion) so that apostasy is a criminal act. Keywords : Apostasy, freedom of religion, maintaining religion (hifz al-din), and human rights. Jurnal ini menjabarkan tentang hukum perbuatan murtad dalam ijtihad ulama dan kebebasan beragama dalam tinjauan hak asasi manusia. Penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan mentarjih pandangan ulama tentang hukum murtad serta medialogkan dengan kebebasan beragama yang diatur dalam Hak Asasi Manusia. Penelitian menyimpulkan bahwa mayoritas ulama menilai murtad termasuk tindak pidana yang dijatuhi hukuman mati secara mutlak setelah menolak masuk Islam kembali. Sebagian kecil (liberal modernis) menilai hukuman mati dijatuhkan hanya bila ada permusuhan atau pemberontakan yang dilakukan saat keluar dari Islam. Adapun hak asasi manusia universal mengenal kebebasan beragama sekaligus kebebasan berpindah agama. Kebebasan ini hanya dibatasi kebebasan orang lain dan kebebasan umum lainnya. Kebebasan beragama di Indonesia berlaku secara terbatas dengan memberikan jaminan memeluk agama, membatasi kebebasan beragama pada agama yang diakui, dan melindungi agama dari penistaan. Islam membebaskan siapapun untuk memeluk agama tertentu, namun bagi yang telah memilih Islam terikat dengan nilai pokok hifz al-din (menjaga agama) sehingga murtad termasuk perbuatan pidana. Kata Kunci : Murtad, kebebasan beragama, menjaga agama ( hifz al-di>n ), dan hak asasi manusia.
本文从人权的角度论述了穆斯林学者伊智德中的叛教法和宗教自由。本研究采用规范的法学研究方法。该研究旨在描述和澄清乌拉玛对叛教法的看法,并与人权规定的宗教自由进行对话。本研究得出的结论是,大多数学者认为叛教是一种刑事犯罪,在拒绝回归伊斯兰教后可判处绝对死刑。很少有现代自由主义者认为,只有当离开伊斯兰教时出现敌意或反叛行为时才会判处死刑。就普世人权而言,它承认宗教自由以及改变宗教的自由。这种自由仅限于他人的自由和其他一般自由。印度尼西亚的宗教自由以有限的方式适用,包括提供信奉宗教的保障,限制公认宗教的宗教自由,保护宗教不受亵渎。伊斯兰教允许任何人信奉某种宗教,但那些选择了伊斯兰教的人受到hifz al-din(维护宗教)核心价值观的约束,因此叛教是一种犯罪行为。关键词:叛教,宗教自由,维护宗教,人权。《中华人民共和国人民日报》,《中华人民共和国人民日报》,《中华人民共和国人民日报》。Penelitian menggunakan方法Penelitian hukum规范。Penelitian bertujuan untuk mendeskprisikan danmentarjih pandangan ularama tentenan hukkmurttta medialogkan dengan kebebasan beragama yang diatur dalam hakasasi Manusia。Penelitian menypulkan bahoritas ulama menilai murtad termasuk tindak pidana yang dijatuhi hukuman mati secara muttak setelah menolak masuk Islam kembali。Sebagian kecil(自由现代主义者)menilai hukuman mati dijatuhkan hanya bila ada permusuhan atau pemberontakan yang dilakukan saat keluardari Islam。Adapun hak asasi手稿,普遍mengebebasan beragama, sekaligus kebebasan berpindah agama。Kebebasan ini hanya dibatasi Kebebasan orange lain dan Kebebasan umum lainnya。Kebebasan beragama di印度尼西亚berlaku secara terbatama dengan成员jaminan memeluk agama,成员Kebebasan beragama padagama yang diakui, dan melindungi agama dari pakistan。伊斯兰教成员baskan siapapun untuk memeluk agama tertentu, namun bagi yang telah memilih Islam terikat dengan nilakhifz al-din (menjaga agama) seingga murtad termasuk perbuatan pidana。Kata Kunci: Murtad, kebebasan beragama, menjaga agama (hifz al-di>n), dan hak asasi manusia。
{"title":"Antara Hukum Murtad dalam Islam dengan Kebebasan Beragama dalam Hak Asasi Manusia (HAM)","authors":"S. Syamsuddin","doi":"10.23971/elma.v11i1.2623","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i1.2623","url":null,"abstract":"This article describes the law of apostasy in Muslim scholars' ijtihad and freedom of religion in terms of human rights. This research uses normative legal research methods. The research aims to describe and clarify the views of ulama on the law of apostasy and to dialogue with religious freedom as regulated in human rights. This research concludes that the majority of scholars consider apostasy as a criminal offense which is punishable by absolute death after refusing to revert to Islam. Few modernist liberals think that the death penalty is imposed only when there is hostility or rebellion committed when leaving Islam. As for universal human rights, it recognizes freedom of religion as well as freedom to change religions. This freedom is limited only to the freedoms of other people and other general freedoms. Religious freedom in Indonesia applies in a limited way by providing guarantees to embrace a religion, limiting freedom of religion in recognized religions, and protecting religion from blasphemy. Islam frees anyone to embrace a certain religion, but those who have chosen Islam are bound by the core values of hifz al-din (maintaining religion) so that apostasy is a criminal act. Keywords : Apostasy, freedom of religion, maintaining religion (hifz al-din), and human rights. Jurnal ini menjabarkan tentang hukum perbuatan murtad dalam ijtihad ulama dan kebebasan beragama dalam tinjauan hak asasi manusia. Penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan mentarjih pandangan ulama tentang hukum murtad serta medialogkan dengan kebebasan beragama yang diatur dalam Hak Asasi Manusia. Penelitian menyimpulkan bahwa mayoritas ulama menilai murtad termasuk tindak pidana yang dijatuhi hukuman mati secara mutlak setelah menolak masuk Islam kembali. Sebagian kecil (liberal modernis) menilai hukuman mati dijatuhkan hanya bila ada permusuhan atau pemberontakan yang dilakukan saat keluar dari Islam. Adapun hak asasi manusia universal mengenal kebebasan beragama sekaligus kebebasan berpindah agama. Kebebasan ini hanya dibatasi kebebasan orang lain dan kebebasan umum lainnya. Kebebasan beragama di Indonesia berlaku secara terbatas dengan memberikan jaminan memeluk agama, membatasi kebebasan beragama pada agama yang diakui, dan melindungi agama dari penistaan. Islam membebaskan siapapun untuk memeluk agama tertentu, namun bagi yang telah memilih Islam terikat dengan nilai pokok hifz al-din (menjaga agama) sehingga murtad termasuk perbuatan pidana. Kata Kunci : Murtad, kebebasan beragama, menjaga agama ( hifz al-di>n ), dan hak asasi manusia.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131457739","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.23971/elma.v11i1.2626
Yenni Batubara
Lending and borrowing in the millennial era are not limited to face to face. The emergence of FinTech makes it easy for people to transact with various products, one of which is online credit. With online credit, people can shop now and pay later with the PayLater feature. The PayLater feature is widely used by various platforms, one of which is Gojek and its PayLater Gojek. Gojek PayLater provides loans of up to IDR 500,000 / month for users which can be used to transact on the Gojek application only by ordering various services. This feature can be used by Gojek platform users in accordance with the provisions set by Gojek PayLater. So this research aims to determine whether the concept of borrowing and borrowing (qarad) Gojek PayLater is in accordance with the Islamic Syariat, which will be analyzed using the concept of qarad, and Fatwa No. 116 /DSN-MUI/IX/2017 About Sharia Electronic Money. The research method used is an empirical study with a socio-legal research approach, and analyzed by inductive descriptive techniques. Based on the results of the analysis carried out, it can be concluded that the implementation of the Gojek PayLater e-money qaradh contract has met the pillars of qarad, but the qarad requirements in particular have not been fulfilled and the conditions set by Gojek for the use of the PayLater feature are not in accordance with the provisions of the DSN-MUI fatwa. Keywords : PayLater , Gojek, and Islamic Law . Pinjam meminjam di era milenial ini tidak terbatas dengan tatap muka saja. Munculnya FinTech memberi kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi dengan berbagai produknya, salah satu di antaranya adalah kredit online . Dengan kredit online masyarakat bisa berbelanja sekarang dan bayarnya nanti dengan fitur PayLater . Fitur PayLater banyak digunakan oleh berbagai platform, salah satunya adalah Gojek dengan Gojek PayLater -nya. Gojek PayLater memberi pinjaman hingga Rp 500.000,- /bulan untuk penguna, yang dapat digunakan untuk bertransaksi pada aplikasi Gojek saja dengan memesan berbagai layanannya. Fitur ini dapat digunakan pengguna platform Gojek sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek PayLater . Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep pinjam meminjam ( qarad ) Gojek PayLater telah sesuai dengan Syariat Islam, yang akan dianalisis dengan menggunakan konsep qarad , dan Fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Uang Elektronik Syariah. Motode penelitian yang digunakan adalah studi empiris dengan pendekatan penelitian sosio-legal, dan dianalisis dengan teknik deskriptif induktif. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akad qarad uang elektronik Gojek PayLater telah memenuhi rukun qarad , tetapi syarat-syarat qarad secara khusus belum terpenuhi dan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek untuk penggunaan fitur PayLater belum sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI. Kata Kunci : PayLater , Gojek, dan Hukum Islam.
千禧时代的借贷并不局限于面对面。金融科技的出现使人们可以轻松地使用各种产品进行交易,其中之一就是在线信贷。有了在线信用,人们可以先购物,再用PayLater功能付款。PayLater功能被各种平台广泛使用,其中之一是Gojek和它的PayLater Gojek。Gojek PayLater为用户提供高达50万印尼盾/月的贷款,用户可以通过订购各种服务在Gojek应用程序上进行交易。此功能可由Gojek平台用户按照Gojek PayLater设定的规定使用。因此,本研究旨在确定借贷和借贷(qarad) Gojek PayLater的概念是否符合伊斯兰教法,将使用qarad的概念进行分析,以及116 /DSN-MUI/IX/2017关于伊斯兰教电子货币的法特瓦。研究方法采用社会法律研究方法的实证研究,并通过归纳描述技术进行分析。根据所进行的分析结果,可以得出结论,Gojek PayLater电子货币qaradh合同的实施已经满足了qarad的支柱,但特别是qarad的要求并没有得到满足,Gojek为使用PayLater功能设定的条件不符合DSN-MUI fatwa的规定。关键词:PayLater, Gojek,伊斯兰教法。Pinjam memjamam di era millennial ini tidak terbatas dengan tatap muka saja。Munculnya FinTech成员kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi dengan berbagai produknya, salah satu di antaranya adalah credit online。Dengan credit online masyarakat bisa berbelanja sekarang dan bayarya nanti Dengan fitur PayLater。Fitur PayLater banyak digunakan oleh berbagai平台,salah satunya adalah Gojek dengan Gojek PayLater -nya。Gojek PayLater成员pinjaman hingya 50万卢比,- /bulan untuk penguna, yang dapat digunakan untuk bertransaksi paada应用程序Gojek saja dengan memesan berbagai layanannya。Fitur ini dapat digunakan pengguna platform Gojek sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek PayLater。sehinga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep pinjam meminjam (qarad) Gojek PayLater telah sesuai dengan syarian Islam, yang akan dianalis dengan menggunakan konsep qarad, dan Fatwa 116/DSN-MUI/IX/2017 tentangang Elektronik Syariah。本文主要研究了我国法律、社会、法律的发展现状,分析了我国法律、社会和技术的发展现状。Berdasarkan hasil分析yang dilakukan dapat dispulkan bahwa pelaksanaan akad qarad ang electronics Gojek PayLater telah memenuhi rukun qarad, tetapi syarat-syarat syarad khusus belum terpenuhi dan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek untuk penggunaan fitur PayLater belum sesuai dengan kettuan fatwa DSN-MUI。Kata Kunci: PayLater, Gojek, dan Hukum Islam。
{"title":"Fitur Transaksi Platform Gojek: Paylater dalam Tinjauan Hukum Islam dan Fatwa No. 116/DSN-MUI/IIX/2017 tentang Uang Elektronik Syariah","authors":"Yenni Batubara","doi":"10.23971/elma.v11i1.2626","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i1.2626","url":null,"abstract":"Lending and borrowing in the millennial era are not limited to face to face. The emergence of FinTech makes it easy for people to transact with various products, one of which is online credit. With online credit, people can shop now and pay later with the PayLater feature. The PayLater feature is widely used by various platforms, one of which is Gojek and its PayLater Gojek. Gojek PayLater provides loans of up to IDR 500,000 / month for users which can be used to transact on the Gojek application only by ordering various services. This feature can be used by Gojek platform users in accordance with the provisions set by Gojek PayLater. So this research aims to determine whether the concept of borrowing and borrowing (qarad) Gojek PayLater is in accordance with the Islamic Syariat, which will be analyzed using the concept of qarad, and Fatwa No. 116 /DSN-MUI/IX/2017 About Sharia Electronic Money. The research method used is an empirical study with a socio-legal research approach, and analyzed by inductive descriptive techniques. Based on the results of the analysis carried out, it can be concluded that the implementation of the Gojek PayLater e-money qaradh contract has met the pillars of qarad, but the qarad requirements in particular have not been fulfilled and the conditions set by Gojek for the use of the PayLater feature are not in accordance with the provisions of the DSN-MUI fatwa. Keywords : PayLater , Gojek, and Islamic Law . Pinjam meminjam di era milenial ini tidak terbatas dengan tatap muka saja. Munculnya FinTech memberi kemudahan bagi masyarakat dalam bertransaksi dengan berbagai produknya, salah satu di antaranya adalah kredit online . Dengan kredit online masyarakat bisa berbelanja sekarang dan bayarnya nanti dengan fitur PayLater . Fitur PayLater banyak digunakan oleh berbagai platform, salah satunya adalah Gojek dengan Gojek PayLater -nya. Gojek PayLater memberi pinjaman hingga Rp 500.000,- /bulan untuk penguna, yang dapat digunakan untuk bertransaksi pada aplikasi Gojek saja dengan memesan berbagai layanannya. Fitur ini dapat digunakan pengguna platform Gojek sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek PayLater . Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep pinjam meminjam ( qarad ) Gojek PayLater telah sesuai dengan Syariat Islam, yang akan dianalisis dengan menggunakan konsep qarad , dan Fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Uang Elektronik Syariah. Motode penelitian yang digunakan adalah studi empiris dengan pendekatan penelitian sosio-legal, dan dianalisis dengan teknik deskriptif induktif. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akad qarad uang elektronik Gojek PayLater telah memenuhi rukun qarad , tetapi syarat-syarat qarad secara khusus belum terpenuhi dan ketentuan yang ditetapkan oleh Gojek untuk penggunaan fitur PayLater belum sesuai dengan ketentuan fatwa DSN-MUI. Kata Kunci : PayLater , Gojek, dan Hukum Islam.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"117 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124654822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.23971/elma.v11i1.2643
Sudarti Sudarti
Malaysia and Brunei Darussalam are country which is being in Southeast Asia Area, the majority is population of religion islam. Both of them have equality and difference in applying islamic law about criminal sanction in adultery such as contained in Enakmen Jenayah Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam. The research is aim to analysis the problem of criminal sanction in adultery Enakmen Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam that used maqasid syariah such as methodology. Type of research will be used library research by analytical descriptive method. The results show the aspect of daruriyyah, who applied by punishment for the adultere are the aspect of keeping offspring (hifdz al-asl). The aspect is related to children’s rights and the civil relationship between a child with their biological parents. Keywords : the crime of adultery, Enakmen Jenayah Syari'ah Selangor Number 9 of 1995, Kanun Jenayah Syari'ah Brunei Darussalam, maqasid ash-sharia. Malaysia dan Brunei Darussalam merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yang memiliki penduduk yang mayoritasnya beragama Islam. Kedua wilayah ini memiliki persamaan maupun perbedaan dalam pemberlakuan syariat Islam tentang penerapan sanksi tindak pidana perzinaan di wilayahnya sebagaimana yang terdapat dalam Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995 dan Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persoalan tindak pidana perzinaan dalam Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995 dan Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam dengan menggunakan maqa>s{id asy-syari>’ah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek d{aru>ri>yyat yang berkenaan dengan hukuman bagi pelaku zina adalah aspek pemeliharaan keturunan (h{ifz al-nasl). Aspek ini merupakan aspek yang berkaitan dengan hak-hak anak dan hubungan keperdataan seorang anak dengan orangtua kandungnya, dalam hal ini adalah ayah biologisnya. Kata Kunci : tindak pidana perzinaan, Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995, Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam, maqa>s{id asy-syari>’ah . Malaysia and Brunei Darussalam are country which is being in Southeast Asia Area, the majority is population of religion islam. Both of them have equality and difference in applying islamic law about criminal sanction in adultery such as contained in Enakmen Jenayah Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam. The research is aim to analysis the problem of criminal sanction in adultery Enakmen Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam that used maqa>s{id ash-shari>a such as methodology. Type of research will be used library research by analytical descriptive method. The results show the aspect of d{aru>ri>yyat , who applied by punishment for the adulter
马来西亚和文莱达鲁萨兰国是东南亚地区的国家,大多数人口信奉伊斯兰教。两者在适用伊斯兰法律对通奸的刑事制裁方面既有平等又有差异,例如1995年《雪兰莪州第9号法令》和《文莱达鲁萨兰国法令》。本研究的目的是分析1995年的《雪兰莪州第9号伊斯兰教法》和汶莱达鲁萨兰国的《伊斯兰教法》(Kanun Jenayah Syariah)对通奸的刑事制裁问题。研究类型将采用图书馆研究的分析描述性方法。结果表明,对通奸者施加惩罚的达鲁里亚(daruriyyah)方面是保留后代的方面(hifdz al-asl)。这方面涉及儿童权利以及儿童与其亲生父母之间的民事关系。关键词:通奸罪,1995年《雪兰莪州教法》第9号,文莱达鲁萨兰国教法,伊斯兰教法。马来西亚和文莱达鲁萨兰国merupakan negara yang berada di kawasan Asia登加拉yang memoriliki penduduk yang mayoritasnya beragama Islam。1995年7月9日,文莱达鲁萨兰国,文莱达鲁萨兰国,文莱达鲁萨兰国,文莱达鲁萨兰国Penelitian ini bertujuan untuk menganalis个人,tindak pidana perzinaan dalam Enakmen Jenayah Syari ' ah雪兰莪州9月9日,1995年,dankanun Jenayah Syari ' ah文莱达鲁萨兰国dengan menggunakan maqa ' s{id - Syari > ' ah。简氏penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan方法分析。Hasil penelitian menunjukkan bahwa说d{aru>ri> yat yang berkenaan dengan hukuman bagi pelaku zina adalah说pemeliharaan keturunan (h{ifz al-nasl)。阿斯皮尼·梅鲁帕坎·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼·阿斯皮尼Kata Kunci: tindak pidana perzinaan, Enakmen Jenayah Syari ' s在雪兰莪州Nomor 9月1995,Kanun Jenayah Syari ' s在文莱达鲁萨兰国,maqa>s{id - Syari > ' ah。马来西亚和文莱达鲁萨兰国是东南亚地区的国家,大多数人口信奉伊斯兰教。两者在适用伊斯兰法律对通奸的刑事制裁方面既有平等又有差异,例如1995年《雪兰莪州第9号法令》和《文莱达鲁萨兰国法令》。本研究的目的是分析1995年《雪兰莪州第9号伊斯兰教法》和1995年《文莱达鲁萨兰国伊斯兰教法》中使用maqa>s{id ash-shari>a等方法的通奸罪刑事制裁问题。研究类型将采用图书馆研究的分析描述性方法。结果表明,对通奸者施加惩罚的d{aru>ri>yyat方面为保留后代方面(h{if z al-nasl)。这方面涉及儿童权利以及儿童与其亲生父母之间的民事关系。关键词:通奸罪,马来西亚和文莱比较法,maqa> is - ash-shari>a。
{"title":"Perbandingan Hukum Pidana Perzinaan di Malaysia dan Brunei Darussalam","authors":"Sudarti Sudarti","doi":"10.23971/elma.v11i1.2643","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i1.2643","url":null,"abstract":"Malaysia and Brunei Darussalam are country which is being in Southeast Asia Area, the majority is population of religion islam. Both of them have equality and difference in applying islamic law about criminal sanction in adultery such as contained in Enakmen Jenayah Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam. The research is aim to analysis the problem of criminal sanction in adultery Enakmen Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam that used maqasid syariah such as methodology. Type of research will be used library research by analytical descriptive method. The results show the aspect of daruriyyah, who applied by punishment for the adultere are the aspect of keeping offspring (hifdz al-asl). The aspect is related to children’s rights and the civil relationship between a child with their biological parents. Keywords : the crime of adultery, Enakmen Jenayah Syari'ah Selangor Number 9 of 1995, Kanun Jenayah Syari'ah Brunei Darussalam, maqasid ash-sharia. Malaysia dan Brunei Darussalam merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara yang memiliki penduduk yang mayoritasnya beragama Islam. Kedua wilayah ini memiliki persamaan maupun perbedaan dalam pemberlakuan syariat Islam tentang penerapan sanksi tindak pidana perzinaan di wilayahnya sebagaimana yang terdapat dalam Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995 dan Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persoalan tindak pidana perzinaan dalam Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995 dan Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam dengan menggunakan maqa>s{id asy-syari>’ah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek d{aru>ri>yyat yang berkenaan dengan hukuman bagi pelaku zina adalah aspek pemeliharaan keturunan (h{ifz al-nasl). Aspek ini merupakan aspek yang berkaitan dengan hak-hak anak dan hubungan keperdataan seorang anak dengan orangtua kandungnya, dalam hal ini adalah ayah biologisnya. Kata Kunci : tindak pidana perzinaan, Enakmen Jenayah Syari’ah Selangor Nomor 9 Tahun 1995, Kanun Jenayah Syari’ah Brunei Darussalam, maqa>s{id asy-syari>’ah . Malaysia and Brunei Darussalam are country which is being in Southeast Asia Area, the majority is population of religion islam. Both of them have equality and difference in applying islamic law about criminal sanction in adultery such as contained in Enakmen Jenayah Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam. The research is aim to analysis the problem of criminal sanction in adultery Enakmen Syariah Selangor Number 9 in 1995 and Kanun Jenayah Syariah Brunei Darussalam that used maqa>s{id ash-shari>a such as methodology. Type of research will be used library research by analytical descriptive method. The results show the aspect of d{aru>ri>yyat , who applied by punishment for the adulter","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126200997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.23971/elma.v11i1.2287
N. Nazar
Muhammad Wali Al-khalidi is a great scholar who is very well known in Aceh and Indonesia. There are many of his works in various disciplines, such as the fields of Sufism, Tawheed and fiqh. One of the interesting things about the work of Syeikh Muhammad Wali is that it is sociological empirically in which a theory is based on the phenomenon that develops in society. The purpose of this study is to examine the thoughts of Muhammad Wali Al-khalidi's fiqh, the nature of descriptive analysis research with the type of qualitative descriptive research with literature research, Abuya Muhammad Wali's fiqh thinking, namely the analytical method used on ijtihad based on the Koran and Hadith. This is the basic asset to achieve the criteria of a mujtahid, but because of the limitations of the majority of scholars today, it is impossible to get to the level of a mujtahid. Therefore, the solution taken by Abuya is to refer to the classical book texts compiled by previous scholars. Abuya Muhammad Wali's fatwa had a major influence, including the fatwa on death ceremony, where this fatwa refuted and straightened the fatwa of Abu Daud Beureueh which considered khanduri death to be heresy. Keywords : Mindset , Fiqh , and Muhammad Wali Al -K halidi . Muhammad Wali Al-khalidi merupakan salah seoarang ulama besar yang sangat terkenal di Aceh dan Indonesia. Ada banyak karya beliau dalam berbagai disiplin ilmu, seperti bidang tasawuf, tauhid dan fiqh. salah satu hal yang menarik dari karya Syeikh Muhammad Wali adalah bercorak sosiologis empiris dimana sebuah teori didasari pada fenemona yang berkembang di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah tentang pemikiran fiqh Muhammad Wali Al-khalidi, Sifat penelitian deskriptif analisis dengan Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian pustaka, Pemikiran fiqh Abuya Muhammad Wali yaitu metode analisis yang digunakan tentang ijtihad berbasis Alquran dan Hadis. Hal ini merupakan modal dasar untuk mencapai kriteria seorang mujtahid, namun karena keterbatasan yang dimiliki oleh manyoritas ulama pada masa sekarang, maka kemungkinan untuk sampai ke level mujtahid adalah tidak mungkin dilakukan. Oleh karena demikian solusi yang ditempuh oleh abuya adalah dengan merujuk teks-teks kitab klasik yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu. fatwa abuya Muhammad Wali memberi pengaruh besar, diantaranya fatwa tentang khanduri kematian, dimana fatwa ini membantah dan meluruskan fatwa Abu Daud Beureueh yang mengganggap khanduri kematian merupakan bid’ah. Kata Kunci : Pemikiran, Fiqh, dan Muhammad Wali Al-Khalidi.
Muhammad Wali Al-khalidi是一位伟大的学者,在亚齐和印度尼西亚都很有名。他的许多作品涉及不同的学科,比如苏菲派、塔威德派和菲格斯派。关于Syeikh Muhammad Wali的工作,一个有趣的事情是,它是社会学经验理论,一个理论是建立在社会发展现象的基础上的。本研究的目的在于考察穆罕默德·瓦利·哈利迪的菲格赫思想,考察其描述性分析研究的性质与文献定性描述性研究的类型,考察阿布亚·瓦利的菲格赫思想,即以《古兰经》和《圣训》为基础的伊智提哈德分析方法。这是达到圣战者标准的基本资产,但由于今天大多数学者的限制,不可能达到圣战者的水平。因此,Abuya采取的解决方案是参考前人学者编写的经典书籍文本。阿布亚·穆罕默德·瓦利的法特瓦产生了重大影响,其中包括关于死亡仪式的法特瓦,该法特瓦驳斥并纠正了阿布·达乌德·伯鲁埃的法特瓦,后者认为khanduri死亡是异端邪说。关键词:思维定势,菲格赫,穆罕默德·瓦利·阿里·哈利迪。Muhammad Wali Al-khalidi merupakan salah seoarang ulama besar yang sangat terkenal di Aceh dan Indonesia。Ada banyak karya beliau dalam berbagai disisplin ilmu,分别是bidang tasawuf, tahid和fiqh。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah tentenang penikiran fiqh Muhammad Wali Al-khalidi, Sifat penelitian deskriptif分析dengan Jenis penelitian deskriptif定性分析dengan penelitian pustaka, pemikiran fiqh Abuya Muhammad Wali yaitu方法分析yang digunakan tentenjtihad根据古兰经dan Hadis。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Oleh karena demikian solusi yang ditempuh Oleh abuya adalah dengan merujuk teks-teks kitab klasik yang disusun Oleh ulama-ulama terdahulu。fatwa abuya Muhammad Wali memberi pengaruh besar, diantaranya fatwa tentang khanduri kematian, dimana fatwa ini membantah dan meluruskan fatwa Abu Daud beureeh yang mengganggap khanduri kematian merupakan bid 'ah。Kata Kunci: Pemikiran, Fiqh, dan Muhammad Wali Al-Khalidi。
{"title":"Pemikiran Fiqh Muhammad Wali Al-Khalidi","authors":"N. Nazar","doi":"10.23971/elma.v11i1.2287","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/elma.v11i1.2287","url":null,"abstract":"Muhammad Wali Al-khalidi is a great scholar who is very well known in Aceh and Indonesia. There are many of his works in various disciplines, such as the fields of Sufism, Tawheed and fiqh. One of the interesting things about the work of Syeikh Muhammad Wali is that it is sociological empirically in which a theory is based on the phenomenon that develops in society. The purpose of this study is to examine the thoughts of Muhammad Wali Al-khalidi's fiqh, the nature of descriptive analysis research with the type of qualitative descriptive research with literature research, Abuya Muhammad Wali's fiqh thinking, namely the analytical method used on ijtihad based on the Koran and Hadith. This is the basic asset to achieve the criteria of a mujtahid, but because of the limitations of the majority of scholars today, it is impossible to get to the level of a mujtahid. Therefore, the solution taken by Abuya is to refer to the classical book texts compiled by previous scholars. Abuya Muhammad Wali's fatwa had a major influence, including the fatwa on death ceremony, where this fatwa refuted and straightened the fatwa of Abu Daud Beureueh which considered khanduri death to be heresy. Keywords : Mindset , Fiqh , and Muhammad Wali Al -K halidi . Muhammad Wali Al-khalidi merupakan salah seoarang ulama besar yang sangat terkenal di Aceh dan Indonesia. Ada banyak karya beliau dalam berbagai disiplin ilmu, seperti bidang tasawuf, tauhid dan fiqh. salah satu hal yang menarik dari karya Syeikh Muhammad Wali adalah bercorak sosiologis empiris dimana sebuah teori didasari pada fenemona yang berkembang di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah tentang pemikiran fiqh Muhammad Wali Al-khalidi, Sifat penelitian deskriptif analisis dengan Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian pustaka, Pemikiran fiqh Abuya Muhammad Wali yaitu metode analisis yang digunakan tentang ijtihad berbasis Alquran dan Hadis. Hal ini merupakan modal dasar untuk mencapai kriteria seorang mujtahid, namun karena keterbatasan yang dimiliki oleh manyoritas ulama pada masa sekarang, maka kemungkinan untuk sampai ke level mujtahid adalah tidak mungkin dilakukan. Oleh karena demikian solusi yang ditempuh oleh abuya adalah dengan merujuk teks-teks kitab klasik yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu. fatwa abuya Muhammad Wali memberi pengaruh besar, diantaranya fatwa tentang khanduri kematian, dimana fatwa ini membantah dan meluruskan fatwa Abu Daud Beureueh yang mengganggap khanduri kematian merupakan bid’ah. Kata Kunci : Pemikiran, Fiqh, dan Muhammad Wali Al-Khalidi.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"390 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123530146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.23971/maslahah.v10i2.1938
Fika Aufani Kumala
AbstrakMemperoleh keturunan adalah salah satu dari beberapa tujuan perkawinan, hal ini lazim didambakan bagi pasangan suami istri yang baru menikah. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memiliki anak, namun nyatanya banyak sekali pasangan suami istri yang belum mampu menghasilkan keturunannya sendiri, hal ini dapat disebabkan karena adanya kelainan atau cacat dan penyakit yang membuat pasangan tersebut tidak dapat mengahasilkan keturunan. Dengan berkembangnya zaman, diiringi pula dengan berkembang pesatnya teknologi lantas memberikan alternatif dengan jalan sewa rahim bagi pasangan yang ingin memiliki keturunannya sendiri namun terhalang oleh suatu penyakit atau kelainan. Namun hadirnya praktik sewa rahim ini juga menjadi perdebatan di berbagai kalangan masyarakat dan ulama, ada yang membolehkan juga ada yang melarangnya, Diantara pendapat yang melarangnya lebih meninjau dari sisi sosial, mereka berpendapat bahwa sewa rahim dapat menarik ke dalam taraf kehidupan hewan dan akan terjadi pencampuran nasab. Kemudian jika dilihat dari segi etika, adalah haram hukumnya bagi siapapun yang memasukkan benih ke rahim wanita lain, karena praktik sewa rahim bagi seorang wanita dapat menghilangkan sifat keibuannya dan dapat merusak tatanan kehidupan hal ini berdasarkan hadis Nabi Saw. Adapun pendapat yang membolehkan mereka mengatakan bahwa praktik ini dapat dikategorikan sebagai tindakan yang darurat, karena bagi mereka rasa ingin yang tinggi dalam memperoleh keturunan dapat dikategorikan sebagai kedaruratan. Namun hasil dari penelitian ini melihat bahwa praktik sewa rahim tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang darurat dan mendesak, karena pelaku praktik sewa rahim ini tidak memenuhi persyaratan sebagai seseorang bisa dikatakan dalam keadaan darurat. Kata Kunci: Sewa Rahim, Anak, Penyakit, Kelainan, Darurat
{"title":"Sewa Rahim Antara Pro dan Kontra","authors":"Fika Aufani Kumala","doi":"10.23971/maslahah.v10i2.1938","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/maslahah.v10i2.1938","url":null,"abstract":"AbstrakMemperoleh keturunan adalah salah satu dari beberapa tujuan perkawinan, hal ini lazim didambakan bagi pasangan suami istri yang baru menikah. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memiliki anak, namun nyatanya banyak sekali pasangan suami istri yang belum mampu menghasilkan keturunannya sendiri, hal ini dapat disebabkan karena adanya kelainan atau cacat dan penyakit yang membuat pasangan tersebut tidak dapat mengahasilkan keturunan. Dengan berkembangnya zaman, diiringi pula dengan berkembang pesatnya teknologi lantas memberikan alternatif dengan jalan sewa rahim bagi pasangan yang ingin memiliki keturunannya sendiri namun terhalang oleh suatu penyakit atau kelainan. Namun hadirnya praktik sewa rahim ini juga menjadi perdebatan di berbagai kalangan masyarakat dan ulama, ada yang membolehkan juga ada yang melarangnya, Diantara pendapat yang melarangnya lebih meninjau dari sisi sosial, mereka berpendapat bahwa sewa rahim dapat menarik ke dalam taraf kehidupan hewan dan akan terjadi pencampuran nasab. Kemudian jika dilihat dari segi etika, adalah haram hukumnya bagi siapapun yang memasukkan benih ke rahim wanita lain, karena praktik sewa rahim bagi seorang wanita dapat menghilangkan sifat keibuannya dan dapat merusak tatanan kehidupan hal ini berdasarkan hadis Nabi Saw. Adapun pendapat yang membolehkan mereka mengatakan bahwa praktik ini dapat dikategorikan sebagai tindakan yang darurat, karena bagi mereka rasa ingin yang tinggi dalam memperoleh keturunan dapat dikategorikan sebagai kedaruratan. Namun hasil dari penelitian ini melihat bahwa praktik sewa rahim tidak dapat dikategorikan sebagai hal yang darurat dan mendesak, karena pelaku praktik sewa rahim ini tidak memenuhi persyaratan sebagai seseorang bisa dikatakan dalam keadaan darurat. Kata Kunci: Sewa Rahim, Anak, Penyakit, Kelainan, Darurat","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128303161","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.23971/maslahah.v10i2.1984
Rukyah Khatamunisa
Al-Jabiri merupakan salah satu tokoh pemikiran Islam yang concern pada upaya pembaharuan pada ranah epistemologis. Nilai lebih yang dimiliki tokoh ini adalah gagasan-gagasannya yang selalu mengambil inspirasi dari tradisi Islam (baca: Arab) sendiri, sebisa mungkin menghindari pengadopsian gagasan yang bersumber dari tradisi-tradisi dari luar, terutama Eropa, sebagaimana para pemikir pembaharuan yang lain. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakna kajian keperpustakaan, dengan sumber data sekunder yaitu buku Al-Jabiri, Muhammad Abed, Takwin al-Aql al-Araby, terj. Imam Khoiri,Beirut: al-Markaz al-Tsaqafy al-Araby, 1989. Dan jurnal-jurnal yang pernah membahas mengenai Abid al-Jabiri. Adapun kesimpulan dari penelitiian ini yaitu pertama, Muhammad Abed Al-Jabiri dikenal sebagai filosof Arab kontemporer yang ahli dalam bidang hermenetisme dan filsafat Islam Lahir di kota Fejij ( Fekik) Maroko pada tanggal 27 Desember 1936 1936 M, wafat pada tanggal 3 mei 2010 di Casablanca (ad-Darul Baidla) Maroko. Keedua, Menurut abed al-Jabiri Bayani dilandasi pada burhani, nalar Bayani harus dibangun pada Burhani lebih rasional, Al-Jabiri sepenuhnya menolak epistemologi ‘irfani, karena menurutnya, ‘irfani justru menggerogoti bayani dari dalam.
{"title":"KRITIK METODOLOGI: PERSPEKTIF MUHAMMAD ABED AL-JABIRI","authors":"Rukyah Khatamunisa","doi":"10.23971/maslahah.v10i2.1984","DOIUrl":"https://doi.org/10.23971/maslahah.v10i2.1984","url":null,"abstract":"Al-Jabiri merupakan salah satu tokoh pemikiran Islam yang concern pada upaya pembaharuan pada ranah epistemologis. Nilai lebih yang dimiliki tokoh ini adalah gagasan-gagasannya yang selalu mengambil inspirasi dari tradisi Islam (baca: Arab) sendiri, sebisa mungkin menghindari pengadopsian gagasan yang bersumber dari tradisi-tradisi dari luar, terutama Eropa, sebagaimana para pemikir pembaharuan yang lain. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu menggunakna kajian keperpustakaan, dengan sumber data sekunder yaitu buku Al-Jabiri, Muhammad Abed, Takwin al-Aql al-Araby, terj. Imam Khoiri,Beirut: al-Markaz al-Tsaqafy al-Araby, 1989. Dan jurnal-jurnal yang pernah membahas mengenai Abid al-Jabiri. Adapun kesimpulan dari penelitiian ini yaitu pertama, Muhammad Abed Al-Jabiri dikenal sebagai filosof Arab kontemporer yang ahli dalam bidang hermenetisme dan filsafat Islam Lahir di kota Fejij ( Fekik) Maroko pada tanggal 27 Desember 1936 1936 M, wafat pada tanggal 3 mei 2010 di Casablanca (ad-Darul Baidla) Maroko. Keedua, Menurut abed al-Jabiri Bayani dilandasi pada burhani, nalar Bayani harus dibangun pada Burhani lebih rasional, Al-Jabiri sepenuhnya menolak epistemologi ‘irfani, karena menurutnya, ‘irfani justru menggerogoti bayani dari dalam.","PeriodicalId":422421,"journal":{"name":"El-Mashlahah","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130785679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}