Abstract. This research is a study which used a qualitative approach with the type field research, which is related to the Gredoan tradition as the event of looking for a life partner in using community located on Macan Putih Village, Kabat district in banyuwangi. In this paper will explain how is the custom to find a mate in Banyuwangi society that has lasted since long ago. Gredoan is the relations between customary law and Islamic law which seeks to integrate between the customary laws with Islamic law in matters of marriage. the Contributions of research are: First, there is public space in the form of practice the ta'aruf process towards marriage in Banyuwangi Using society which known as gredoan custom. Second, that Islamic law turns out to have spaces to accommodate the customs as the joints of Islamic law. gredoan Tradition as an al-‘urf in using community of banyuwangi in ta'aruf process towards marriage, it obtains legitimacy by the maqāṣid al-syarīʿah which is based on the rules is al-‘âdat al-Muhakkamah.Keywords: Islamic Law, Customary Law, GredoanAbstrak. Penelitian ini adalah kajian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research), yang berkaitan dengan tradisi Gredoan sebagai proses ajang mencari pasangan hidup dimasyarakat suku using yang terdapat didesa macan putih kecamatan kabat. Dalam paper ini akan dipaparkan bagaimana adat mencari jodoh dimasyarakat banyuwangi yang telah berlangsung sejak dahulu. Gredoan adalah bentuk relasi antara hukum adat dan hukum islam yang berusaha mengintegrasikan antara hukum adat dengan hukum islam dalam hal perkawinan. Kontribusi penelitian yaitu: Pertama, adanya ruang publik berupa praktek proses ta’aruf menuju pernikahan dimasyarakat using banyuwangi yang dikenal dengan adat gredoan. Kedua, bahwa hukum Islam ternyata mempunyai ruang-ruang untuk menampung adat-istiadat sebagai sendi-sendi hukum Islam. Tradisi Gredoan sebagai al-‘Urf dimasyarakat using banyuwangi dalam proses ta’aruf menuju pernikahan, mendapatkan legitimasi dengan adanya tinjauan Maqasid Syari’ah yang di landasi dengan kaidah “al-‘adat al-Muhakkamah”.Kata Kunci: Hukum Islam, Hukum Adat, Gredoan
摘要本研究采用定性方法与类型实地调查相结合的研究方法,对位于巴育旺吉卡巴特区Macan Putih村的格里多族传统作为寻找生活伴侣的事件进行了研究。本文将解释班育旺吉族社会中由来已久的择偶习俗是如何形成的。Gredoan是习惯法和伊斯兰法之间的关系,它试图在婚姻问题上将习惯法和伊斯兰法结合起来。本研究的贡献在于:第一,在班育旺吉使用社会中,存在着以实践婚姻的ta’aruf过程为形式的公共空间,这种公共空间被称为gredoan习俗。第二,伊斯兰教法有容纳习俗的空间作为伊斯兰教法的结合部。希腊传统作为一种al- ' urf,利用banyuwangi社区在ta'aruf过程中走向婚姻,它获得合法性的maqāṣid al- syarji ā ah是基于al- ' dat al- muhakkamah的规则。关键词:伊斯兰法,习惯法,格雷多,摘要Penelitian ini adalah kajian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian lapangan(实地考察),yang berkaitan dengan tradisi Gredoan sebagai利用yang terdapat didesa macan putih and kecamatan katat,提出了ajang menencari pasangan hidup dimasyarakat suku。达兰报纸,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。在此之前,我曾说过:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Kontribusi penelitian yitu: Pertama, adanya ruang public berupa praktek表示,使用banyuwangi yang dikenal dengan adatledoan, arruf menuju pernikahan dimasyarakat。Kedua, bahwa hukum Islam ternyata mempunyai runang untuk menampung - istitiadat sebagai sendi hukum Islam。Tradisi Gredoan sebagai al- ' Urf dimasyarakat使用banyuwangi dalam propros ' aruf menuju pernikahan, mendapatkan legitimasi dengan adanya tinjauan Maqasid Syari ' ah yang di landasi dengan kaidah“al- ' adat al- muhakkamah”。Kata Kunci: Hukum Islam, Hukum Adat, Gredoan
{"title":"TA’ARUF LOKALITAS: INTEGRASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT TERHADAP FENOMENA GREDOAN DI SUKU USING BANYUWANGI","authors":"Qurrotul Ainiyah","doi":"10.30984/AJIP.V3I2.721","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/AJIP.V3I2.721","url":null,"abstract":"Abstract. This research is a study which used a qualitative approach with the type field research, which is related to the Gredoan tradition as the event of looking for a life partner in using community located on Macan Putih Village, Kabat district in banyuwangi. In this paper will explain how is the custom to find a mate in Banyuwangi society that has lasted since long ago. Gredoan is the relations between customary law and Islamic law which seeks to integrate between the customary laws with Islamic law in matters of marriage. the Contributions of research are: First, there is public space in the form of practice the ta'aruf process towards marriage in Banyuwangi Using society which known as gredoan custom. Second, that Islamic law turns out to have spaces to accommodate the customs as the joints of Islamic law. gredoan Tradition as an al-‘urf in using community of banyuwangi in ta'aruf process towards marriage, it obtains legitimacy by the maqāṣid al-syarīʿah which is based on the rules is al-‘âdat al-Muhakkamah.Keywords: Islamic Law, Customary Law, GredoanAbstrak. Penelitian ini adalah kajian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research), yang berkaitan dengan tradisi Gredoan sebagai proses ajang mencari pasangan hidup dimasyarakat suku using yang terdapat didesa macan putih kecamatan kabat. Dalam paper ini akan dipaparkan bagaimana adat mencari jodoh dimasyarakat banyuwangi yang telah berlangsung sejak dahulu. Gredoan adalah bentuk relasi antara hukum adat dan hukum islam yang berusaha mengintegrasikan antara hukum adat dengan hukum islam dalam hal perkawinan. Kontribusi penelitian yaitu: Pertama, adanya ruang publik berupa praktek proses ta’aruf menuju pernikahan dimasyarakat using banyuwangi yang dikenal dengan adat gredoan. Kedua, bahwa hukum Islam ternyata mempunyai ruang-ruang untuk menampung adat-istiadat sebagai sendi-sendi hukum Islam. Tradisi Gredoan sebagai al-‘Urf dimasyarakat using banyuwangi dalam proses ta’aruf menuju pernikahan, mendapatkan legitimasi dengan adanya tinjauan Maqasid Syari’ah yang di landasi dengan kaidah “al-‘adat al-Muhakkamah”.Kata Kunci: Hukum Islam, Hukum Adat, Gredoan","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"454 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125791317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. This study aimed to analyze the rulings of the Supreme Court No. 51 K/AG/1999 and 120 K/AG/2005 about the case of a non-muslim heirs and inheritance for a wedding without license that for the author though same areas of inheritance but it is not easy to find solutions and formulation (legal formation method) in Nash, even it was decided through ruling of law any one decided "conflicted" with Nash. Through method of ijtihad Fiqh Indonesia by dividing it into two invalid constructs of thought, i.e. Urf Indonesia as his Grand Thoery and Fiqh Mazhab Negara as Aplicative Theory. The author’s analysis of the results shows that both ruling of law in accordance with invalid constructs of think in Fiqh Indonesia, such as the case of the non-muslim heirs that get right with wasiat wajibah method, not apart on the issue of human rights system and the principle of the plurality of life of the nation which Indonesia’s pilar bhineka tunggal ika, and the case of inheritance from marriage without license it was discovered that the wedding deed/certificate be decisive of wedding in Indonesia as a means of authentic evidence in determining the identity of the wedding.Keywords: Fiqh of Indonesia, non-Muslim heirs, Marriage RegistrationAbstrak. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa putusan-putusan Mahkamah Agung No. 51 K/AG/1999 dan 120 K/AG/2005 tentang kasus ahli waris non-muslim dan hak waris bagi pernikahan yang tidak dicatat yang bagi penulis walau sama-sama membahas tema waris namun tidaklah mudah mencari solusi dan formulasinya dalam Nash, bahkan setelah diputuskannya pun terkesan “bertentangan” dengan Nash. Melalui metode ijtihad Fiqh Indonesia dengan membaginya menjadi dua konstruk berpikir, yaitu Urf Indonesia sebagai Grand Thoery-nya dan Fiqh Mazhab Negara sebagai Aplicative Theory-nya. Dari hasil analisa penulis menunjukkan bahwa kedua putusan tersebut sesuai dengan konstruk berpikir Fiqh Indonesia, seperti kasus ahli waris non-muslim yang mendapatkan haknya melalui jalur wasiat wajibah, tidak terlepas pada isu HAM dan prinsip pluralitas kehidupan bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika, dan kasus hak waris dari pernikahan yang tidak dicatatkan ditemukan bahwa pencatatan pernikahan menjadi penentu (rukun) berlangsungnya pernikahan di Indonesia sebagai alat bukti yang autentik dalam menetapkan identitas pernikahan.Kata Kunci: Fiqh Indonesia, Ahli Waris Non-Muslim, Pencatatan Pernikahan
摘要。本研究旨在分析最高法院第51 K/AG/1999号和第120 K/AG/2005号关于非穆斯林继承人和无证婚礼继承案件的裁决,对于作者来说,虽然继承的领域相同,但在纳什中很难找到解决方案和制定(法律形成方法),即使通过法治决定任何一个决定与纳什“冲突”。通过伊智提哈德的方法,将其分为两个无效的思想结构,即Urf印度尼西亚作为他的大理论和Fiqh Mazhab Negara作为应用理论。笔者对结果的分析表明,无论是根据无效的印尼伊斯兰教思想结构进行法治,如非穆斯林继承人采用瓦西亚特·瓦吉巴方法的案例,还是在人权制度问题和印度尼西亚的支柱比内卡·通格尔所认为的民族生活多元化原则上,都没有分开。在无证婚姻继承的情况下,人们发现结婚契据/证书在印度尼西亚作为确定婚礼身份的真实证据是决定性的。关键词:印尼伊斯兰教,非穆斯林继承人,婚姻登记Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa putusan-putusan Mahkamah Agung No. 51 K/AG/1999和120 K/AG/2005 tentangkasusahli waris非穆斯林dan hak waris bagi pernikahan yang tidak dicatate yang bagi penulis walau sama-sama membahas tema waris namun tidaklah mudah mengari solusi dan formulasinya dalam Nash, bahkan setelah diputuskannya kanya terkesan " bertentangan " dengan Nash。Melalui方法ijtihad Fiqh Indonesia dengan membaginya menjadi dua konstruk berpikir, yitu Urf Indonesia sebagai大理论-nya dan Fiqh Mazhab Negara sebagai应用理论-nya。在印度尼西亚,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家,在非穆斯林国家。dan kasus hak waris dari pernikahan yang tidak dicatatkan ditemukan bahwa penatatan pernikahan menjadi penentu (rukun) berlangsungnya pernikahan di Indonesia sebagai alat bukti yang autentik dalam menetapkan identitas pernikahan。Kata Kunci: Fiqh Indonesia, Ahli Waris Non-Muslim, Pencatatan Pernikahan
{"title":"PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG YANG \"BERTENTANGAN\" DENGAN NASH","authors":"Rahmat Yudistiawan","doi":"10.30984/ajip.v3i2.724","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i2.724","url":null,"abstract":"Abstract. This study aimed to analyze the rulings of the Supreme Court No. 51 K/AG/1999 and 120 K/AG/2005 about the case of a non-muslim heirs and inheritance for a wedding without license that for the author though same areas of inheritance but it is not easy to find solutions and formulation (legal formation method) in Nash, even it was decided through ruling of law any one decided \"conflicted\" with Nash. Through method of ijtihad Fiqh Indonesia by dividing it into two invalid constructs of thought, i.e. Urf Indonesia as his Grand Thoery and Fiqh Mazhab Negara as Aplicative Theory. The author’s analysis of the results shows that both ruling of law in accordance with invalid constructs of think in Fiqh Indonesia, such as the case of the non-muslim heirs that get right with wasiat wajibah method, not apart on the issue of human rights system and the principle of the plurality of life of the nation which Indonesia’s pilar bhineka tunggal ika, and the case of inheritance from marriage without license it was discovered that the wedding deed/certificate be decisive of wedding in Indonesia as a means of authentic evidence in determining the identity of the wedding.Keywords: Fiqh of Indonesia, non-Muslim heirs, Marriage RegistrationAbstrak. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa putusan-putusan Mahkamah Agung No. 51 K/AG/1999 dan 120 K/AG/2005 tentang kasus ahli waris non-muslim dan hak waris bagi pernikahan yang tidak dicatat yang bagi penulis walau sama-sama membahas tema waris namun tidaklah mudah mencari solusi dan formulasinya dalam Nash, bahkan setelah diputuskannya pun terkesan “bertentangan” dengan Nash. Melalui metode ijtihad Fiqh Indonesia dengan membaginya menjadi dua konstruk berpikir, yaitu Urf Indonesia sebagai Grand Thoery-nya dan Fiqh Mazhab Negara sebagai Aplicative Theory-nya. Dari hasil analisa penulis menunjukkan bahwa kedua putusan tersebut sesuai dengan konstruk berpikir Fiqh Indonesia, seperti kasus ahli waris non-muslim yang mendapatkan haknya melalui jalur wasiat wajibah, tidak terlepas pada isu HAM dan prinsip pluralitas kehidupan bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika, dan kasus hak waris dari pernikahan yang tidak dicatatkan ditemukan bahwa pencatatan pernikahan menjadi penentu (rukun) berlangsungnya pernikahan di Indonesia sebagai alat bukti yang autentik dalam menetapkan identitas pernikahan.Kata Kunci: Fiqh Indonesia, Ahli Waris Non-Muslim, Pencatatan Pernikahan","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"280 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122470826","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. Tahlilan or selamatan have been rooted and become a custom in the Javanese society. Beginning of the selamatan or tahlilan is derived from the ceremony of ancestors worship of the Nusantara who are Hindus and Buddhists. Indeed tahlilan-yasinan is a form of local wisdom from the worship ceremony. The ceremony as a form of respect for people who have released a world that is set at a time like the name of tahlilan-yasinan. In the perspective of Muhammadiyah, the innocent tahlilan-yasinan with the premise that human beings have reached the points that will only get the reward for their own practice. In addition, Muhammadiyah people as well as many who do tahlilan-yasinan ritual are received tahlian-yasinan as a form of cultural expression. Therefore, this paper conveys how Muhammadiyah deal with it in two perspectives and this paper is using qualitative method. Both views are based on the interpretation of the journey of the human spirit. The human spirit, writing apart from the body, will return to God. Whether the soul can accept the submissions or not, the fact that know the provisions of a spirit other than Allah swt. All human charity can not save itself from the punishment of hell and can not put it into heaven other than by the grace of Allah swt.Keywords: Tahlilan, Bid’ah, MuhammadiyahAbstrak. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya. Awal mula dari acara Selamatan atau tahlilan tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek moyang bangsa Nusantara yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha. Sejatinya tahlilan merupakan satu bentuk kearifan lokal dari upacara peribadatan. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan. Dalam perspektif Muhammadiyah, tahlilan bersifat bid’ah dengan dasar pemikiran bahwa manusia ketika ia telah meninggal hanya akan mendapatkan pahala atas perbuatan yang mereka kerjakan sendiri. Sedangkan dalam perspektif lain, orang Muhammadiyah, secara kultural, juga banyak yang melakukan ritual tahlilan-yasinan sebagai bentuk ekspresi budaya. Oleh karena itu, tulisan ini hendak membentangkan dua sudut pandang mengenai tahlilan-yasinan dalam perspektif Muhammadiyah. Kedua pandangan itu secara garis besar berkaitan dengan tafsir atas perjalanan ruh manusia. Ruh manusia, apabila terpisah dari jasad, akan kembali kepada Allah saw. Apakah ruh dapat menerima kiriman atau tidak, sebenarnya tiada yang mengetahui urusan ruh selain Allah swt. Semua amal manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya dari siksa neraka dan tidak pula dapat memasukkannya ke dalam surga selain karena rahmat Allah swt.Kata Kunci: Tahlilan, Bid’ah, Muhammadiyah
摘要Tahlilan或selamatan已经在爪哇社会扎根并成为一种习俗。selamatan或tahlilan的开始源于印度教和佛教的Nusantara的祖先崇拜仪式。事实上,tahlilan-yasinan是一种来自礼拜仪式的当地智慧。这个仪式是对人们的一种尊重,他们释放了一个世界,这个世界被设定在一个像tahlilan-yasinan这样的时代。在默罕默迪亚的观点中,无辜的tahlilan-yasinan他的前提是人类已经达到了只会从自己的实践中得到回报的境界。此外,穆罕默迪亚人以及许多进行tahlilan-yasinan仪式的人都将tahlian-yasinan视为一种文化表达形式。因此,本文从两个角度阐述穆罕默迪亚是如何处理这一问题的,本文采用了定性的方法。这两种观点都是基于对人类精神旅程的解释。人的灵离开身体写作,必归向神。无论灵魂是否能接受这些意见,知道真主以外的精神的规定这一事实是很重要的。所有人类的慈善事业都不能使自己免于地狱的惩罚,也不能使自己进入天堂,除非真主的恩典。关键词:Tahlilan, Bid 'ah, MuhammadiyahAbstrak。仪式tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya。Awal mula dari acara Selamatan atau tahlilan tersebut berasal dari upacara peribadatan (Selamatan) neneek moyang bangsa Nusantara yang mayoritasya beragama印度教丹佛。Sejatinya tahlilan merupakan satu bentuk kearifan本地dari upacara peribadatan。Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo 'akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan。我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知,我是先知。Sedangkan dalam perspektif lain, orang Muhammadiyah, secara cultural, juga banyak yang melakukan ritual tahlilan-yasinan sebagai bentuk ekspresi budaya。Oleh karena, tulisan ini hendak成员,tantankan dua sudut pandang mengenai tahlilan-yasinan dalam perperf Muhammadiyah。Kedua pandangan是一名行政长官,他是一名行政长官。Ruh manusia, apabila terpisah dari jasad, akan kembali kepada Allah看到了。Apakah ruh dapat menerima kiriman atautiak, sebenarya tiada yang mengetahui urusan ruh selain Allah swat。在这里,我将为您献上我的祝福,我将为您献上祝福。Kata Kunci: Tahlilan, Bid 'ah, Muhammadiyah
{"title":"KEARIFAN LOKAL TAHLILAN-YASINAN DALAM DUA PERSPEKTIF MENURUT MUHAMMADIYAH","authors":"Khairani Faizah","doi":"10.30984/ajip.v3i2.722","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i2.722","url":null,"abstract":"Abstract. Tahlilan or selamatan have been rooted and become a custom in the Javanese society. Beginning of the selamatan or tahlilan is derived from the ceremony of ancestors worship of the Nusantara who are Hindus and Buddhists. Indeed tahlilan-yasinan is a form of local wisdom from the worship ceremony. The ceremony as a form of respect for people who have released a world that is set at a time like the name of tahlilan-yasinan. In the perspective of Muhammadiyah, the innocent tahlilan-yasinan with the premise that human beings have reached the points that will only get the reward for their own practice. In addition, Muhammadiyah people as well as many who do tahlilan-yasinan ritual are received tahlian-yasinan as a form of cultural expression. Therefore, this paper conveys how Muhammadiyah deal with it in two perspectives and this paper is using qualitative method. Both views are based on the interpretation of the journey of the human spirit. The human spirit, writing apart from the body, will return to God. Whether the soul can accept the submissions or not, the fact that know the provisions of a spirit other than Allah swt. All human charity can not save itself from the punishment of hell and can not put it into heaven other than by the grace of Allah swt.Keywords: Tahlilan, Bid’ah, MuhammadiyahAbstrak. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya. Awal mula dari acara Selamatan atau tahlilan tersebut berasal dari upacara peribadatan (selamatan) nenek moyang bangsa Nusantara yang mayoritasnya beragama Hindu dan Budha. Sejatinya tahlilan merupakan satu bentuk kearifan lokal dari upacara peribadatan. Upacara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo’akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperti halnya waktu tahlilan. Dalam perspektif Muhammadiyah, tahlilan bersifat bid’ah dengan dasar pemikiran bahwa manusia ketika ia telah meninggal hanya akan mendapatkan pahala atas perbuatan yang mereka kerjakan sendiri. Sedangkan dalam perspektif lain, orang Muhammadiyah, secara kultural, juga banyak yang melakukan ritual tahlilan-yasinan sebagai bentuk ekspresi budaya. Oleh karena itu, tulisan ini hendak membentangkan dua sudut pandang mengenai tahlilan-yasinan dalam perspektif Muhammadiyah. Kedua pandangan itu secara garis besar berkaitan dengan tafsir atas perjalanan ruh manusia. Ruh manusia, apabila terpisah dari jasad, akan kembali kepada Allah saw. Apakah ruh dapat menerima kiriman atau tidak, sebenarnya tiada yang mengetahui urusan ruh selain Allah swt. Semua amal manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya dari siksa neraka dan tidak pula dapat memasukkannya ke dalam surga selain karena rahmat Allah swt.Kata Kunci: Tahlilan, Bid’ah, Muhammadiyah","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126347653","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. Although Al-Qur'an constitutes the book of guidance, it contains many verses related to modern sciences. Advanced scientific development in this modern century makes efforts to connect Al-Qur'an with sciences a must. The relationship between Al-Qur'an and sciences can be seen from some verses related to stories. This is examplified by, for example, the use of the word al-Malik not Fir`awn for the Egypt ruler in the reign of Prophet Josep. Al-Qur'an also uses the word female ant for the leader of ant group that encountered Solomon and its troop. Finally, Al-Qur'an also uses term “three darknesses” in the womb to refer to three stages an infant passed through before its born.Keywords: Al-Qur'an, Story, SciencesAbstrak. Al-Qur'an walaupun diturunkan sebagai kitab suci pemberi petunjuk, akan tetapi termuat dalam kandungannya banyak pembahasan seputar sains. Perkembangan sains di abad modern ini yang sangat pesat, dan keberadaan ayat Al-Qur'an yang sangat banyak yang dapat dikaitkan dengan sains, menjadikan upaya untuk mengaitkan Al-Qur'an dengan sains sebuah keniscayaan. Keterkaitan antara Al-Qur'an dengan sains pun terlihat pada pembahasan ayat-ayat kisah. Bahkan keberadaan sejumlah kata kunci dalam redaksi ayat kisah menguatkan keterkaitan antara Al-Qur'an dan sains, seperti: penyebutan kata “al-Malik” bukan “Fir`aun” untuk menunjukkan penguasa negeri Mesir di era nabi Yusuf as, penyebutan “Semut Betina” bagi pemimpin gerombolan semut yang berpapasan dengan nabi Sulaiman as dan bala tentaranya, dan bahwasannya ada “tiga kegelapan” yang dilalui dan yang meliputi janin prakelahirannya.Kata Kunci: Al-Qur'an, Kisah, Sains
{"title":"DIMENSI SAINS DALAM KISAH AL-QUR'AN DAN RELEVANSINYA DENGAN KEAKURATAN PEMILIHAN KATA","authors":"Yusuf Baihaqi","doi":"10.30984/ajip.v3i2.725","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i2.725","url":null,"abstract":"Abstract. Although Al-Qur'an constitutes the book of guidance, it contains many verses related to modern sciences. Advanced scientific development in this modern century makes efforts to connect Al-Qur'an with sciences a must. The relationship between Al-Qur'an and sciences can be seen from some verses related to stories. This is examplified by, for example, the use of the word al-Malik not Fir`awn for the Egypt ruler in the reign of Prophet Josep. Al-Qur'an also uses the word female ant for the leader of ant group that encountered Solomon and its troop. Finally, Al-Qur'an also uses term “three darknesses” in the womb to refer to three stages an infant passed through before its born.Keywords: Al-Qur'an, Story, SciencesAbstrak. Al-Qur'an walaupun diturunkan sebagai kitab suci pemberi petunjuk, akan tetapi termuat dalam kandungannya banyak pembahasan seputar sains. Perkembangan sains di abad modern ini yang sangat pesat, dan keberadaan ayat Al-Qur'an yang sangat banyak yang dapat dikaitkan dengan sains, menjadikan upaya untuk mengaitkan Al-Qur'an dengan sains sebuah keniscayaan. Keterkaitan antara Al-Qur'an dengan sains pun terlihat pada pembahasan ayat-ayat kisah. Bahkan keberadaan sejumlah kata kunci dalam redaksi ayat kisah menguatkan keterkaitan antara Al-Qur'an dan sains, seperti: penyebutan kata “al-Malik” bukan “Fir`aun” untuk menunjukkan penguasa negeri Mesir di era nabi Yusuf as, penyebutan “Semut Betina” bagi pemimpin gerombolan semut yang berpapasan dengan nabi Sulaiman as dan bala tentaranya, dan bahwasannya ada “tiga kegelapan” yang dilalui dan yang meliputi janin prakelahirannya.Kata Kunci: Al-Qur'an, Kisah, Sains","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132024527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. The construction of the construction and preservation of marriage (bp4) is the means that countries present to resolve the problems in the homes leading to divorce in the community, including the north minahasa district. Amazingly, in those areas the entire family's marital problems could be solved and avoided divorce. Thus, the focus of this article is on how the practice of mediation by the bp4 in the district of minahasa north in complete marital strife. The result is that the bp4 in the north minhasa district used several applied methods, namely; Informative methods, which provide light or information; The method of suggestion and persuasion is how to influence clients to be willing to follow the advice given; Edukative method, that is, a way of educating advice; The method of discussion, which refers to solving problems by explaining the problems that clients face; And a method of speech to soothe their hearts. By applying those methods, the whole mediation can be effective and successfulKeywords: The Practice of Mediation, the Efficacy of Mediation, BP4, The Region of North Minahasa.Abstrak. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah sarana yang dihadirkan oleh Negara untuk menyelesaikan problem-problem dalam rumahtangga yang berujung pada perceraian di masyarakat, termasuk di Kabupaten Minahasa Utara. Hebatnya, di Kabupaten tersebut seluruh permasalahan keluarga yang akan bercerai dapat diselesaikan dan terhindar dari perceraian. Oleh karenanya, fokus artikel ini adalah pada bagaimana praktik mediasi oleh BP4 di Kabupaten Minahasa Utara dalam menyelesaikan perselisihan rumah tangga pasca nikah. Hasilnya adalah, bahwa BP4 di Kabupaten Minhasa Utara menggunakan beberapa metode terapan, yakni; metode informatif, yang bersifat memberikan penerangan atau informasi; metode sugesti dan persuasif, yaitu cara mempengaruhi klien agar bersedia mengikuti nasehat yang diberikan; metode edukatif, yaitu cara pemberian nasehat yang bersifat mendidik; metode diskusi, yaitu mengarah pada pemecahan masalah dengan menjelaskan problem yang dihadapi klien; dan metode ceramah untuk menenangkan hati mereka. Walhasil dengan menerapkan metode-metode tersebut, seluruh mediasi dapat berjalan dengan efektif dan sukses.Kata Kunci: Praktik Mediasi, Efektivitas Mediasi, BP4, Kabupaten Minahasa Utara
摘要构建和维护婚姻(bp4)是各国提出的解决导致社区离婚的家庭问题的手段,包括北米纳哈萨地区。令人惊讶的是,在这些地区,整个家庭的婚姻问题可以得到解决,避免离婚。因此,本文的重点是如何调解的实践由bp4在米纳哈萨区北部完全的婚姻冲突。结果表明,闽南市北部的bp4采用了几种应用方法,即;提供光明或信息的方法;建议和说服的方法是如何影响客户愿意遵循所给出的建议;教育方法,即教育建议的一种方式;讨论的方法,即通过解释客户面临的问题来解决问题;还有一种说话的方式来抚慰他们的心。关键词:调解实践;调解效果;BP4;奔波Penasehatan Pembinaan丹Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah sarana杨dihadirkan oleh pokalchuk Negara为她menyelesaikan problem-problem dalam rumahtangga杨berujung篇perceraian di步伐,termasuk di县Minahasa先后。哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈,哈。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Hasilnya adalah, bawa BP4 di Kabupaten Minhasa Utara menggunakan beberapa mede terapan, yakni;方法信息方面,杨氏集团成员可自行管理和管理信息;方法建议丹参劝导,yitu cara mempengaruhi klien AGAR bersedia mengikuti nasethat Yang diberikan;方法教育,yititcara pemberian nasedidik Yang;方法讨论,yyitu mengarah pada pemecahan masalah dengan menjelaskan问题Yang dihadapi klien;Dan metode ceramah untuk menenangkan hati mereka。Walhasil dengan menerapkan metode-metode tersebut, seluruh mediasat berjalan dengan efektif - sukses。Kata Kunci: Praktik Mediasi, ekektivitas Mediasi, BP4, Kabupaten Minahasa Utara
{"title":"PRAKTIK MEDIASI PADA BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN DI KABUPATEN MINAHASA UTARA","authors":"Noval Besse","doi":"10.30984/ajip.v3i2.727","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i2.727","url":null,"abstract":"Abstract. The construction of the construction and preservation of marriage (bp4) is the means that countries present to resolve the problems in the homes leading to divorce in the community, including the north minahasa district. Amazingly, in those areas the entire family's marital problems could be solved and avoided divorce. Thus, the focus of this article is on how the practice of mediation by the bp4 in the district of minahasa north in complete marital strife. The result is that the bp4 in the north minhasa district used several applied methods, namely; Informative methods, which provide light or information; The method of suggestion and persuasion is how to influence clients to be willing to follow the advice given; Edukative method, that is, a way of educating advice; The method of discussion, which refers to solving problems by explaining the problems that clients face; And a method of speech to soothe their hearts. By applying those methods, the whole mediation can be effective and successfulKeywords: The Practice of Mediation, the Efficacy of Mediation, BP4, The Region of North Minahasa.Abstrak. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah sarana yang dihadirkan oleh Negara untuk menyelesaikan problem-problem dalam rumahtangga yang berujung pada perceraian di masyarakat, termasuk di Kabupaten Minahasa Utara. Hebatnya, di Kabupaten tersebut seluruh permasalahan keluarga yang akan bercerai dapat diselesaikan dan terhindar dari perceraian. Oleh karenanya, fokus artikel ini adalah pada bagaimana praktik mediasi oleh BP4 di Kabupaten Minahasa Utara dalam menyelesaikan perselisihan rumah tangga pasca nikah. Hasilnya adalah, bahwa BP4 di Kabupaten Minhasa Utara menggunakan beberapa metode terapan, yakni; metode informatif, yang bersifat memberikan penerangan atau informasi; metode sugesti dan persuasif, yaitu cara mempengaruhi klien agar bersedia mengikuti nasehat yang diberikan; metode edukatif, yaitu cara pemberian nasehat yang bersifat mendidik; metode diskusi, yaitu mengarah pada pemecahan masalah dengan menjelaskan problem yang dihadapi klien; dan metode ceramah untuk menenangkan hati mereka. Walhasil dengan menerapkan metode-metode tersebut, seluruh mediasi dapat berjalan dengan efektif dan sukses.Kata Kunci: Praktik Mediasi, Efektivitas Mediasi, BP4, Kabupaten Minahasa Utara","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123857536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. This paper offers “Religous Studies” approach as an alternative in religious education within universities in Indonesia that emphasized discussing religions from the various perspective of social sciences. Goals of this approach are preparing students to have more diverse knowledge on religions not limited on his or her own belief, encouraging dialogue between people of different religious beliefs, sharing spiritual experiences and engaging in religious pluralism. This approach is applied in a class that is attended by students whatever religious affiliations. Instead of applying religious education term of the government (Ministry of research, technology and Higher Education) which is insisting religious education in particularistic method, religious studies approach is more relevant prior to current Indonesia’s social and political situation. This paper argues that students need to be introduced into more inclusive views and attitudes in their religious life. Keywords: Religious Studies, Education, PluralismAbstrak. Artikel ini membahas sebuah alternatif dari salah satu mata kuliah pendidikan karakter yang wajib diambil oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), yaitu Pendidikan Agama. Melalui metode penelitian tindakan (action research), penulis mengaplikasikan pengajaran Pendidikan Agama dalam bentuk pendekatan Kajian Agama (Religious Studies). Sementara, kurikulum yang disusun oleh Kemenristek Dikti menganjurkan agar Pendidikan Agama dijalankan secara partikularistik, yaitu mengajarkan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh mahasiswa sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional. Pendekatan kajian agama menggabungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama dan mempelajari agama (agama-agama) secara umum dalam satu kelas dengan tujuan membuka wawasan tentang keagamaan di luar agama yang dianut, berbagi pengalaman spiritual dan pemahaman konsepsi nilai universal agama, serta mendapatkan keterampilan dialog lintas iman (interfaith dialogue). Hasil dari aplikasi pendekatan ini tercermin dari refleksi para mahasiswa yang banyak mengalami transformasi ke arah pemahaman agama yang lebih inkusif.Kata Kunci: Kajian Agama, Toleransi, Pluralisme
摘要本文提出了“宗教研究”方法,作为印尼大学宗教教育的另一种选择,强调从社会科学的不同角度讨论宗教。这种方法的目标是使学生对宗教有更多的了解,而不局限于自己的信仰,鼓励不同宗教信仰的人之间的对话,分享精神体验,参与宗教多元化。这种方法适用于任何宗教信仰的学生参加的班级。与政府(研究、技术和高等教育部)坚持以特殊方法进行宗教教育的宗教教育术语不同,宗教研究方法更符合当前印度尼西亚的社会和政治形势。本文认为,在学生的宗教生活中,需要引入更具包容性的观点和态度。关键词:宗教学;教育;多元主义Artikel ini成员bahas sebuah alternatif dari salah satu mata kuliah pendidikan karakter yang wajib diambil oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Riset, tecologi dan pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), yitu pendidikan Agama。Melalui metode penelitian tindakan(行动研究),penulis mengaplikasikan pengajaran Pendidikan Agama dalam bentuk pendekatan Kajian Agama(宗教研究)。Sementara, kurikulum yang disusun oleh Kemenristek Dikti menganjurkan agar Pendidikan Agama dijalankan secara partikularistik, yitu mengajarkan Agama sesuai dengan Agama yang dianeh mahasiswa sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pendidikan national。Pendekatan kajian agama menggabungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama dan mempelajari agama (agama-agama) secara umum dalam satu kelas dengan tujuan menbuka wawasan tentang keagamaan di luar agama yang dianut, berbagi pengalaman精神dan pemahaman konsepsi nilai普遍agama, serta mendapatkan keterampilan对话lintas man(宗教间对话)。Hasil dari应用于pendekatan ini terterin dari refleksi para mahasiswa yang banyak mengalami转换为arah pemahaman agama yang lebih inusif。Kata Kunci: Kajian Agama, tolerance, pluralme
{"title":"METODE PENDIDIKAN KAJIAN AGAMA DI UNIVERSITAS: SEBUAH ALTERNATIF","authors":"Ubed Abdilah Syarif, Rahman Mantu","doi":"10.30984/AJIP.V3I1.636","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/AJIP.V3I1.636","url":null,"abstract":"Abstract. This paper offers “Religous Studies” approach as an alternative in religious education within universities in Indonesia that emphasized discussing religions from the various perspective of social sciences. Goals of this approach are preparing students to have more diverse knowledge on religions not limited on his or her own belief, encouraging dialogue between people of different religious beliefs, sharing spiritual experiences and engaging in religious pluralism. This approach is applied in a class that is attended by students whatever religious affiliations. Instead of applying religious education term of the government (Ministry of research, technology and Higher Education) which is insisting religious education in particularistic method, religious studies approach is more relevant prior to current Indonesia’s social and political situation. This paper argues that students need to be introduced into more inclusive views and attitudes in their religious life. Keywords: Religious Studies, Education, PluralismAbstrak. Artikel ini membahas sebuah alternatif dari salah satu mata kuliah pendidikan karakter yang wajib diambil oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), yaitu Pendidikan Agama. Melalui metode penelitian tindakan (action research), penulis mengaplikasikan pengajaran Pendidikan Agama dalam bentuk pendekatan Kajian Agama (Religious Studies). Sementara, kurikulum yang disusun oleh Kemenristek Dikti menganjurkan agar Pendidikan Agama dijalankan secara partikularistik, yaitu mengajarkan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh mahasiswa sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional. Pendekatan kajian agama menggabungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama dan mempelajari agama (agama-agama) secara umum dalam satu kelas dengan tujuan membuka wawasan tentang keagamaan di luar agama yang dianut, berbagi pengalaman spiritual dan pemahaman konsepsi nilai universal agama, serta mendapatkan keterampilan dialog lintas iman (interfaith dialogue). Hasil dari aplikasi pendekatan ini tercermin dari refleksi para mahasiswa yang banyak mengalami transformasi ke arah pemahaman agama yang lebih inkusif.Kata Kunci: Kajian Agama, Toleransi, Pluralisme","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"11 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128845558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. Dakwah in the modern era, not a bit actualized by the ways of force, even up to spread hatred and rudeness. The hoax issues were made into a spear to 'legalize' the da'wah which he regarded as a very noble teaching. Because the meaning of such da'wah, as a result Islam is often blamed as a religion of terrorism. In the other, there is also a group of people who are afraid of Islam (Islamophobia). This is where the need to reconstruct da'wah models that seem radical. KH. Said Aqil Siroj, a national religious figure who now occupies the chair position of the Chairman of PBNU, has a distinctive model and movement of da'wah as actualized by Wali Songo when spreading Islam. The re-actualization of Wali Songo's teachings is echoed by KH. Said Aqil Siroj through persuasive approach, not force, keep the traditions, persistence of da'wah and reconstruct the meaning of Ahlussunah Wal Jama'ah as social values. Such a form of dakwah proved to have a devastating effect on the growth of Islamic values rahmatal lil 'alamin. Keywords: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Peace Da'wah, Islam Rahmatal Lil 'AlaminAbstrak. Dakwah di era modern sekarang, tidak sedikit diaktualisasikan dengan cara-cara memaksa, bahkan sampai dengan menebar kebencian dan kekasaran. Isu-isu hoax dijadikan tombak untuk ‘melegalkan’ dakwah yang dianggapnya sebagai ajaran yang sangat mulia. Karena pemaknaan dakwah yang demikian, akibatnya Islam sering dituding sebagai agama terorisme. Selain itu, muncul juga sekelompok orang yang takut akan Islam (Islamophobia). Di sinilah perlunya merekontruksi model-model dakwah yang terkesan radikal. KH. Said Aqil Siroj, tokoh agama Nasional yang kini menduduki kursi jabatan Ketua Umum PBNU, memiliki model dan gerak dakwah yang khas sebagaimana diaktualisasikan oleh Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam. Reaktualisasi ajaran Wali Songo digemakan kembali oleh KH. Said Aqil Siroj melalui pendekatan persuasif, tidak memaksa, menjaga tradisi-budaya, kegigihan berdakwah dan merekonstruksi pemaknaan Ahlussunah Wal Jama’ah sebagai nilai-nilai sosial. Wujud dakwah demikian terbukti memberi efek dahsyat terhadap tumbuhnya nilai-nilai Islam rahmatal lil ‘alamin.Kata Kunci: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Dakwah Perdamaian, Islam Rahmatal Lil ‘Alamin.
摘要。达华在现代,一点也没有通过武力的方式来实现,甚至向上传播仇恨和粗鲁。恶作剧的问题被制成矛“合法化”的达瓦,他认为这是一个非常高尚的教学。因为这样的da'wah的含义,结果伊斯兰教经常被指责为恐怖主义的宗教。另一方面,也有一群人害怕伊斯兰教(伊斯兰恐惧症)。这就是需要重建看起来激进的da'wah模型的地方。KH。现任PBNU主席的全国宗教界人士赛义德·阿齐尔·西罗吉(Said Aqil Siroj)具有瓦里·松戈(Wali Songo)在传播伊斯兰教时实现的独特的“达瓦”模式和运动。Wali Songo教义的重新实现得到了KH的呼应。Aqil Siroj说,通过说服的方式,而不是武力,保持da'wah的传统,坚持不懈,重建Ahlussunah Wal Jama'ah作为社会价值的意义。事实证明,这种形式的达克瓦对伊斯兰价值观的发展产生了毁灭性的影响。关键词:瓦利松歌;KH;阿吉尔·西罗吉说,和平达瓦,伊斯兰Rahmatal Lil 'AlaminAbstrak。Dakwah di时代现代sekarang, tidak sedikit diaktualisasikan dengan cara-cara memaksa, bakan sampai dengan menebar kebencian dan kekasaran。我的恶作剧,我的恶作剧,我的恶作剧,我的恶作剧。Karena pemaknaan dakwah yang demikian, akibatnya伊斯兰教服务于sebagai agama恐怖主义。Selain itu, muncul juga sekelompok orang yang takut akan Islam(伊斯兰恐惧症)。disinilah perlunya merekontruksi模型-模型dakwah yang terkesan radical。KH。阿齐尔·西罗吉说,他是tokoh agama national yang kini menduduki kursi jabatan Ketua Umum PBNU的成员,他是dangerak dakwah yang khas sebagaimana diaktualisasikan oleh Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam的成员。Reaktualisasi ajaran Wali Songo digemakan kembali oleh KH。说:“阿齐尔·西罗吉·梅洛伊·潘德卡坦说服人,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”Wujud dakwah demikian terbukti成员efek dahsyat terhadap tumbuhnya nilai-nilai伊斯兰rahmatal lil ' alamin。Kata Kunci: Wali Songo, KH。Aqil Siroj, Dakwah Perdamaian, Islam Rahmatal Lil ' Alamin说。
{"title":"REAKTUALISASI DAKWAH WALI SONGO: GERAK DAKWAH KH SAID AQIL SIROJ DALAM MENEBAR ISLAM RAḤMATAL LIL ĀLAMIN","authors":"L. Lufaefi","doi":"10.30984/AJIP.V3I1.635","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/AJIP.V3I1.635","url":null,"abstract":"Abstract. Dakwah in the modern era, not a bit actualized by the ways of force, even up to spread hatred and rudeness. The hoax issues were made into a spear to 'legalize' the da'wah which he regarded as a very noble teaching. Because the meaning of such da'wah, as a result Islam is often blamed as a religion of terrorism. In the other, there is also a group of people who are afraid of Islam (Islamophobia). This is where the need to reconstruct da'wah models that seem radical. KH. Said Aqil Siroj, a national religious figure who now occupies the chair position of the Chairman of PBNU, has a distinctive model and movement of da'wah as actualized by Wali Songo when spreading Islam. The re-actualization of Wali Songo's teachings is echoed by KH. Said Aqil Siroj through persuasive approach, not force, keep the traditions, persistence of da'wah and reconstruct the meaning of Ahlussunah Wal Jama'ah as social values. Such a form of dakwah proved to have a devastating effect on the growth of Islamic values rahmatal lil 'alamin. Keywords: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Peace Da'wah, Islam Rahmatal Lil 'AlaminAbstrak. Dakwah di era modern sekarang, tidak sedikit diaktualisasikan dengan cara-cara memaksa, bahkan sampai dengan menebar kebencian dan kekasaran. Isu-isu hoax dijadikan tombak untuk ‘melegalkan’ dakwah yang dianggapnya sebagai ajaran yang sangat mulia. Karena pemaknaan dakwah yang demikian, akibatnya Islam sering dituding sebagai agama terorisme. Selain itu, muncul juga sekelompok orang yang takut akan Islam (Islamophobia). Di sinilah perlunya merekontruksi model-model dakwah yang terkesan radikal. KH. Said Aqil Siroj, tokoh agama Nasional yang kini menduduki kursi jabatan Ketua Umum PBNU, memiliki model dan gerak dakwah yang khas sebagaimana diaktualisasikan oleh Wali Songo ketika menyebarkan agama Islam. Reaktualisasi ajaran Wali Songo digemakan kembali oleh KH. Said Aqil Siroj melalui pendekatan persuasif, tidak memaksa, menjaga tradisi-budaya, kegigihan berdakwah dan merekonstruksi pemaknaan Ahlussunah Wal Jama’ah sebagai nilai-nilai sosial. Wujud dakwah demikian terbukti memberi efek dahsyat terhadap tumbuhnya nilai-nilai Islam rahmatal lil ‘alamin.Kata Kunci: Wali Songo, KH. Said Aqil Siroj, Dakwah Perdamaian, Islam Rahmatal Lil ‘Alamin.","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127576662","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract: Hadits about Mahram which related to women traveling is one of argueable social phenomenon in Islam. There are those who do textual approach and contextual approach in seeing this. Therefore, a new alternate of seeing this as responsive as in the contextual concept in discussing the hadits is required with the outline topic; how Paul Ricoeur hermeunetics sees the hadits about women traveling without mahram? The result is that the mahram role in the hadits is a concrete form of prevention to women in order to protect them from any kind of violences and harassments. The practice of prevention is done by the instruments provided by the country out of the women family member called mahram, this approach result is summarized the contextual meaning without neglecting the textual meaning of mahram. Keywords: Hadits, Mahram, Hermeunetics Paul Ricoeur Abstrak. Hadits tentang maẖram bagi perjalanan seorang perempuan merupakan salah satu fenomena sosial yang diperdebatkan di dalam Islam. Ada yang membacanya melalui pendekatan tekstual dan ada pula yang membacanya dalam kerangka kontekstual. Untuk itu, dibutuhkan alternatif bacaan baru yang dirasa responsif dalam ranah kontekstual ketika membahas hadits tersebut, dengan inti pembahasan yakni; bagaimana hermeneutika Paul Ricoeur membaca tentang hadits perempuan melakukan perjalanan tanpa maẖram? Hasilnya adalah, bahwa peran maẖram dalam hadits tesebut merupakan bentuk pencegahan secara konkrit bagi perempuan atas segala kekerasan yang akan menimpanya. Pencegahan tesebut tidak hanya dilakukan oleh keluarga dekat perempuan tapi juga oleh instrumen-instrumen yang diciptakan oleh negara dan dapat disebut pula sebagai maẖram, sehingga pendekatan ini merangkum pemaknaannya secara kontekstual namun tidak melepaskan ati maẖram secara tekstual. Kata Kunci: Hadits, Maẖram, Hermeneutika Paul Ricoeur
摘要:伊斯兰教中与女性旅游有关的马哈兰习俗是一个有争议的社会现象。有些人用文本方法和语境方法来看待这个问题。因此,在讨论习惯时,需要一个新的替代方案,将其视为响应上下文概念,并与大纲主题一起讨论;Paul Ricoeur诠释学是如何看待女性不带头巾旅行的习惯的?其结果是,马哈拉姆在习俗中的作用是一种具体的预防形式,以保护妇女免受任何形式的暴力和骚扰。预防的做法是由国家提供的工具,由妇女家庭成员称为马赫拉姆,这种方法的结果是总结上下文意义,而不忽视马赫拉姆的文本意义。关键词:哈迪斯,马哈拉姆,诠释学,保罗·利科摘要Hadits tentang maẖram bagi perjalanan seorang perempuan merupakan salah satu现象社会杨diperdebatkan di dalam伊斯兰教。阿达杨,membacanya, melalui, pendekatan, tekstual, danada, pula, yang, membacanya, dalam, kerangka, kontekstual。Untuk itu, dibutuhkan替代bacaan baru yang diasas负责dalam ranah kontekstual ketika成员hahaits tersebut, dengan inti pembahasan yakni;bagaimana hermeneutika Paul Ricoeur membaca tentang haits perempuan melakukan perjalanan tanpa maẖram?Hasilnya adalah, bahwa peran maẖram dalam haits tesebut merupakan bentuk penegahan secara konkrit bagi perempuan asgala kekerasan yang akan menimpanya。penegahan tesebut tidak hanya dilakukan oleh keluarga dekat perempuan tapi juga oleh instrumen-instrumen yang diciptakan oleh negara dan dapat disebut pula sebagai maẖram, sehinga pendekatan ini merangkum pemaknaannya secara kontekstual namun tidak melepaskan ati maẖram secara tekstual。卡塔·昆奇:哈迪斯,Maẖram,保罗·里科尔
{"title":"HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAH̱RAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR","authors":"Ahmad Rajafi Sahran, Ummi Hasanah","doi":"10.30984/ajip.v3i1.633","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i1.633","url":null,"abstract":"Abstract: Hadits about Mahram which related to women traveling is one of argueable social phenomenon in Islam. There are those who do textual approach and contextual approach in seeing this. Therefore, a new alternate of seeing this as responsive as in the contextual concept in discussing the hadits is required with the outline topic; how Paul Ricoeur hermeunetics sees the hadits about women traveling without mahram? The result is that the mahram role in the hadits is a concrete form of prevention to women in order to protect them from any kind of violences and harassments. The practice of prevention is done by the instruments provided by the country out of the women family member called mahram, this approach result is summarized the contextual meaning without neglecting the textual meaning of mahram. Keywords: Hadits, Mahram, Hermeunetics Paul Ricoeur Abstrak. Hadits tentang maẖram bagi perjalanan seorang perempuan merupakan salah satu fenomena sosial yang diperdebatkan di dalam Islam. Ada yang membacanya melalui pendekatan tekstual dan ada pula yang membacanya dalam kerangka kontekstual. Untuk itu, dibutuhkan alternatif bacaan baru yang dirasa responsif dalam ranah kontekstual ketika membahas hadits tersebut, dengan inti pembahasan yakni; bagaimana hermeneutika Paul Ricoeur membaca tentang hadits perempuan melakukan perjalanan tanpa maẖram? Hasilnya adalah, bahwa peran maẖram dalam hadits tesebut merupakan bentuk pencegahan secara konkrit bagi perempuan atas segala kekerasan yang akan menimpanya. Pencegahan tesebut tidak hanya dilakukan oleh keluarga dekat perempuan tapi juga oleh instrumen-instrumen yang diciptakan oleh negara dan dapat disebut pula sebagai maẖram, sehingga pendekatan ini merangkum pemaknaannya secara kontekstual namun tidak melepaskan ati maẖram secara tekstual. Kata Kunci: Hadits, Maẖram, Hermeneutika Paul Ricoeur","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128911036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. The history of pre and post of Islamic civilization in Arabia is certainly bipolar condition. In one side, pre-Islamic civilization occurred worst behaviors such as hostility, discord, injustice, and the suppression which deconstructed tradition in the Arab nation. Of course, it was different when Muhammad (Arabic descent) was born, there was a very significant changes from the scientific case, social, economic, and other aspects. Overall, all of aspects above has been reconstructed by the miracles of the Prophet, i.e. that is holy Qur'an as a basic guidelines and in the form of Prophet behaviors, sayings and way of life which accumulated in the Hadith was capable of shifting civilization that backward into a very advanced civilization in any lines. This research tries to construct and compare the Arab civilization, pre-prophets born to Prophets had been born and brought revolutionary mission with the emergence of a new civilization, the Islamic civilization. Keywords: Arabia pre-Islamic, the life of Muhammad, Islamic Civilization Abstrak. Sejarah pra-Islam dan pasca datangnya nabi Muhammad di tengah peradaban bangsa Arab tentunya merupakan suatu kondisi yang sangat bipolar. Di satu sisi, peradaban pra-Islam banyak terjadi perilaku buruk seperti permusuhan, perselisihan, ketidakadilan, penindasan bahkan pembunuhan merupakan suatu tradisi dekonstruktif dalam tatanan bangsa Arab. Tentunya, hal ini sangat berbeda ketika Muhammad saw. (keturunan Arab) lahir, terjadi perubahan tatanan yang sangat signifikan mulai dari konsteks keilmuan, sosial, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya. Secara kompeherensif, aspek tersebut di atas direkonstruksi dari mukjizat nabi, yakni Alquran sebagai pedoman dasar dan berupa dari tata cara berperilaku nabi, ucapan dan way of life nabi yang terakumulasi dalam hadits mampu menggeser peradaban yang terbelakang menjadi perabadan yang sangat maju di berbagai lini. Penelitian ini mencoba untuk mengkonstelasikan dan mengkomparasikan peradaban bangsa Arab pra Nabi hingga Nabi dilahirkan dan membawa misi revolusioner dengan munculnya peradaban baru, peradaban Islam. Kata Kunci: Arab pra-Islam, kehidupan Muhammad, Peradaban Islam
摘要。阿拉伯地区伊斯兰文明前后的历史必然是两极化的。一方面,前伊斯兰文明在阿拉伯民族中发生了敌意、不和谐、不公正、镇压等最恶劣的行为,解构了传统。当然,当穆罕默德(阿拉伯后裔)出生时,情况就不同了,从科学、社会、经济等方面都发生了非常重大的变化。总的来说,上述所有方面都被先知的奇迹所重建,也就是说,神圣的《古兰经》作为基本准则,以先知的行为、言论和生活方式的形式,在圣训中积累,能够将文明从落后转变为任何方面的非常先进的文明。本研究试图建构和比较阿拉伯文明、先知诞生、先知诞生并带来革命使命的新文明——伊斯兰文明的出现。关键词:前伊斯兰阿拉伯,穆罕默德生平,伊斯兰文明摘要伊斯兰教的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德,我的先知穆罕默德。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。穆罕默德看见了。(阿拉伯语)lahir, terjadi perubahan tatanan yang sangat signfikan mulai dari konsteks keilmuan,社会,经济,和讲英语的人。Secara kompeherensif aspek于di ata direkonstruksi达里语mukjizat纳比,yakni Alquran sebagai pedoman dasar丹berupa达里语塔塔卡拉berperilaku纳比,ucapan丹的生活方式nabi杨terakumulasi dalam习惯mampu menggeser peradaban杨terbelakang menjadi perabadan杨sangat maju di berbagai利尼。Penelitian ini mencoba untuk mengkonstelasikan dan mengkomparasikan peradaban bangsa araba Nabi hinga Nabi dilahirkan dan membawa misi革命者dengan munculnya peradaban baru, peradaban Islam。Kata Kunci:阿拉伯pra-Islam, kehidupan Muhammad, Peradaban Islam
{"title":"MUHAMMAD SAW DAN PELETAKAN DASAR PERADABAN ISLAM","authors":"I. Wekke, R. Tamimi, Budy Sugandi","doi":"10.30984/AJIP.V3I1.629","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/AJIP.V3I1.629","url":null,"abstract":"Abstract. The history of pre and post of Islamic civilization in Arabia is certainly bipolar condition. In one side, pre-Islamic civilization occurred worst behaviors such as hostility, discord, injustice, and the suppression which deconstructed tradition in the Arab nation. Of course, it was different when Muhammad (Arabic descent) was born, there was a very significant changes from the scientific case, social, economic, and other aspects. Overall, all of aspects above has been reconstructed by the miracles of the Prophet, i.e. that is holy Qur'an as a basic guidelines and in the form of Prophet behaviors, sayings and way of life which accumulated in the Hadith was capable of shifting civilization that backward into a very advanced civilization in any lines. This research tries to construct and compare the Arab civilization, pre-prophets born to Prophets had been born and brought revolutionary mission with the emergence of a new civilization, the Islamic civilization. Keywords: Arabia pre-Islamic, the life of Muhammad, Islamic Civilization Abstrak. Sejarah pra-Islam dan pasca datangnya nabi Muhammad di tengah peradaban bangsa Arab tentunya merupakan suatu kondisi yang sangat bipolar. Di satu sisi, peradaban pra-Islam banyak terjadi perilaku buruk seperti permusuhan, perselisihan, ketidakadilan, penindasan bahkan pembunuhan merupakan suatu tradisi dekonstruktif dalam tatanan bangsa Arab. Tentunya, hal ini sangat berbeda ketika Muhammad saw. (keturunan Arab) lahir, terjadi perubahan tatanan yang sangat signifikan mulai dari konsteks keilmuan, sosial, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya. Secara kompeherensif, aspek tersebut di atas direkonstruksi dari mukjizat nabi, yakni Alquran sebagai pedoman dasar dan berupa dari tata cara berperilaku nabi, ucapan dan way of life nabi yang terakumulasi dalam hadits mampu menggeser peradaban yang terbelakang menjadi perabadan yang sangat maju di berbagai lini. Penelitian ini mencoba untuk mengkonstelasikan dan mengkomparasikan peradaban bangsa Arab pra Nabi hingga Nabi dilahirkan dan membawa misi revolusioner dengan munculnya peradaban baru, peradaban Islam. Kata Kunci: Arab pra-Islam, kehidupan Muhammad, Peradaban Islam","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115160080","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. This study aimed to discuss the Semiotics in the Quran, foccused in: 1) the concept of semiotic significance in the study of the Quran; 2) the history of the application of semiotics on scripture; 3) the characteristics of the Qurani’s semiotics. This research is a literature research (library research), that is the research conducted research of various literature related to the problem under study. The results of this study indicate that: 1) Semiotic approach in the Quran contains a meaning that is an attempt to study and interpret the Quran with the workings and functions of signs in the text of the Quran as the orientation of the study; 2) Saint Augustinus is the first founder of the sign system in the study of the Bible; 3) the characteristics of semiotics in the Quran contains the concept of ma'rifah and nakirah, the addition of letters has implications for the change of meaning; one word has many meanings. The implication of this research is that a Muslim, especially Muslim academic, is always eager to learn the Quran. Because the success of a Muslim in expressing semiotics in the Quran have a positive impact for success in the world and in the afterlife. Keywords: Semiotic of significance, structure analysis, dan Quran Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang semiotika dalam Alquran, yang difokuskan pada 1) konsep semiotik signifikansi dalam studi Alquran; 2) sejarah penerapan semiotika pada kitab suci; 3) dan karakteristik semiotika Alquran. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui riset berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pendekatan semiotika dalam Alquran mengandung arti sebagai upaya mengkaji dan menafsirkan Alquran dengan cara kerja dan fungsi tanda-tanda dalam teks Alquran sebagai orientasi kajiannya; 2) Saint Augustinus adalah peletak pertama dasar sistem tanda dalam mengkaji al-Kitab; 3) karakteristik semiotika dalam Alquran di antaranya; memiliki konsep ma’rifah dan nakirah, penambahan huruf berimplikasi pada perubahan makna; satu kata memiliki banyak makna. Implikasi dari penelitian ini, yaitu hendaknya seorang muslim terutama akademisi muslim senantiasa bersemangat untuk mempelajari Alquran. Karena keberhasilan seorang muslim dalam mengungkapkan semiotika dalam Alquran, bisa berdampak positif untuk keberhasilan di dunia maupun di akhirat. Kata kunci: Semotika signifikasi, Analisis Stukktur, dan Alquran
摘要本研究旨在探讨《古兰经》中的符号学,主要集中在:1)《古兰经》研究中的符号学意义概念;2)符号学在圣经上应用的历史;3)库拉尼人的符号学特征。本研究属于文献研究(library research),即对所研究问题相关的各种文献进行研究。研究结果表明:1)《古兰经》符号学方法蕴涵着一种意义,即以《古兰经》文本中符号的作用和作用为研究方向,试图对《古兰经》进行研究和解读;2)圣奥古斯丁是圣经研究中符号系统的第一个创始人;(3)《古兰经》中符号学的特点包含了ma'rifah和nakirah的概念,字母的添加对意义的变化有暗示作用;一个词有很多意思。这项研究的含义是,一个穆斯林,尤其是穆斯林学者,总是渴望学习古兰经。因为穆斯林在《古兰经》中成功地表达了符号学,这对他们在现世和来世的成功有着积极的影响。关键词:意义符号学,结构分析,《古兰经》摘要。Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang semiotika dalam Alquran, yang diokuskan patan 1) konsep semiotik significance dalam studi Alquran;2) sejarah penerapan semiotika pada kitab sui;3) dan karakteristik semiotika alquan。图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆文学,图书馆研究,图书馆研究,图书馆研究,图书馆文学,图书馆研究,图书馆研究。1) Pendekatan semiotika dalam Alquran mengandung arti sebagai upaya mengkaji danmenafsirkan Alquran dengan cara kerja dan fungsi tanda-tanda dalam teks Alquran sebagai orientasi kajiannya;2) Saint Augustinus adalah peletak pertama dasar system tanda dalam mengkaji al-Kitab;3) karakteristik semiotika dalam Alquran di antaranya;Memiliki konsep ma 'rifah Dan nakirah, penambahan huruf berimplikasi pada perubahan makna;这是我的记忆。在《古兰经》中,我们可以看到,我们是穆斯林,我们是穆斯林,我们是穆斯林。Karena keberhasilan seorang muslim dalam mengungkapkan semiotika dalam alquan, bisa berhasilan积极的untuk keberhasilan di dunia maupun di akirat。Kata kunci: Semotika signfikasi, analysis Stukktur, dan Alquran
{"title":"SEMIOTIKA SIGNIFIKANSI: ANALISIS STRUKTUR DAN PENERAPANNYA DALAM ALQURAN","authors":"Zainuddin Soga, Hadirman Hadirman","doi":"10.30984/ajip.v3i1.632","DOIUrl":"https://doi.org/10.30984/ajip.v3i1.632","url":null,"abstract":"Abstract. This study aimed to discuss the Semiotics in the Quran, foccused in: 1) the concept of semiotic significance in the study of the Quran; 2) the history of the application of semiotics on scripture; 3) the characteristics of the Qurani’s semiotics. This research is a literature research (library research), that is the research conducted research of various literature related to the problem under study. The results of this study indicate that: 1) Semiotic approach in the Quran contains a meaning that is an attempt to study and interpret the Quran with the workings and functions of signs in the text of the Quran as the orientation of the study; 2) Saint Augustinus is the first founder of the sign system in the study of the Bible; 3) the characteristics of semiotics in the Quran contains the concept of ma'rifah and nakirah, the addition of letters has implications for the change of meaning; one word has many meanings. The implication of this research is that a Muslim, especially Muslim academic, is always eager to learn the Quran. Because the success of a Muslim in expressing semiotics in the Quran have a positive impact for success in the world and in the afterlife. Keywords: Semiotic of significance, structure analysis, dan Quran Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang semiotika dalam Alquran, yang difokuskan pada 1) konsep semiotik signifikansi dalam studi Alquran; 2) sejarah penerapan semiotika pada kitab suci; 3) dan karakteristik semiotika Alquran. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui riset berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pendekatan semiotika dalam Alquran mengandung arti sebagai upaya mengkaji dan menafsirkan Alquran dengan cara kerja dan fungsi tanda-tanda dalam teks Alquran sebagai orientasi kajiannya; 2) Saint Augustinus adalah peletak pertama dasar sistem tanda dalam mengkaji al-Kitab; 3) karakteristik semiotika dalam Alquran di antaranya; memiliki konsep ma’rifah dan nakirah, penambahan huruf berimplikasi pada perubahan makna; satu kata memiliki banyak makna. Implikasi dari penelitian ini, yaitu hendaknya seorang muslim terutama akademisi muslim senantiasa bersemangat untuk mempelajari Alquran. Karena keberhasilan seorang muslim dalam mengungkapkan semiotika dalam Alquran, bisa berdampak positif untuk keberhasilan di dunia maupun di akhirat. Kata kunci: Semotika signifikasi, Analisis Stukktur, dan Alquran","PeriodicalId":423995,"journal":{"name":"Aqlam: Journal of Islam and Plurality","volume":"406 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133835709","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}