Glass fiber lebih sering digunakan daripada polyethylene fiber sebagai komponen FRC dalam dunia kedokteran gigi. Glass fiber dental di Indonesia tersedia dalam jumlah terbatas dan memiliki harga yang relatif mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa komposisi dari E-glass fiber dental dan glass fiber non dental menggunakan teknik XRF sehingga dapat ditentukan tipe dari masing-masing glass fiber non dental. Sampel terdiri dari 10 g E-glass fiber dental, 10 g fiberglass mats, 10 g fiberglass roving dan 10 g woven roving. Masing-masing sampel dihaluskan, selanjutnya dianalisa dengan dengan menggunakan X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF). Hasil analisa XRF sampel menunjukkan kandungan oksida terbesar pada E-glass fiber dental adalah SiO2 (45,47%), CaO (38,49%) dan Al2O3 (12,11%). Kandungan oksida terbesar pada fiberglass mats adalah SiO2 (56,88%), CaO (16,24%) dan Na2O (12,91%) demikian pula dengan woven roving yaitu SiO2 (55,86%), CaO (18,71%) dan Na2O (11,80%). Sedangkan fiberglass roving menunjukkan kandungan oksida terbesar antara lain SiO2 (52,56%), ZrO2 (14,64%) dan CaO (10,03%). Hal tersebut menunjukkan bahwa komposisi kandungan oksida pada sampel memiliki kemiripan dengan persentase yang berbeda. Berdasarkan pada analisis XRF disimpulkan bahwa glass fiber non dental jenis fiberglass mats dan woven roving mengarah ke tipe C-glass dan fiberglass roving mengarah ke tipe AR-glass.
在牙科中,玻璃纤维比聚乙烯纤维更常用作 FRC 部件。在印度尼西亚,牙科用玻璃纤维数量有限,价格相对昂贵。本研究的目的是使用 XRF 技术检测牙科用 E 玻璃纤维和非牙科用玻璃纤维的成分,以确定每种非牙科用玻璃纤维的类型。样品包括 10 克牙科用电子玻璃纤维、10 克玻璃纤维毡、10 克玻璃纤维粗纱和 10 克编织粗纱。每个样品都经过粉碎,然后使用 X 射线荧光光谱仪(XRF)进行分析。样品的 XRF 分析结果显示,在 E 玻璃牙科纤维中,氧化物含量最高的是 SiO2(45.47%)、CaO(38.49%)和 Al2O3(12.11%)。玻璃纤维毡中最大的氧化物含量为 SiO2(56.88%)、CaO(16.24%)和 Na2O(12.91%),编织粗纱中最大的氧化物含量为 SiO2(55.86%)、CaO(18.71%)和 Na2O(11.80%)。而玻璃纤维粗纱的氧化物含量最高,包括二氧化硅(52.56%)、二氧化锆(14.64%)和氧化钙(10.03%)。这表明样品中的氧化物成分具有相似性,但所占比例不同。根据 XRF 分析得出结论,非牙科玻璃纤维玻璃纤维毡和玻璃纤维无捻粗纱属于 C 玻璃类型,玻璃纤维无捻粗纱属于 AR 玻璃类型。
{"title":"PEMERIKSAAN KOMPOSISI GLASS FIBER KOMERSIAL DENGAN TEKNIK X-RAY FLUORESCENCE SPECTROMETER (XRF)","authors":"W. Sari, D. Sumantri, D. Imam","doi":"10.33854/JBDJBD.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.30","url":null,"abstract":"Glass fiber lebih sering digunakan daripada polyethylene fiber sebagai komponen FRC dalam dunia kedokteran gigi. Glass fiber dental di Indonesia tersedia dalam jumlah terbatas dan memiliki harga yang relatif mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa komposisi dari E-glass fiber dental dan glass fiber non dental menggunakan teknik XRF sehingga dapat ditentukan tipe dari masing-masing glass fiber non dental. Sampel terdiri dari 10 g E-glass fiber dental, 10 g fiberglass mats, 10 g fiberglass roving dan 10 g woven roving. Masing-masing sampel dihaluskan, selanjutnya dianalisa dengan dengan menggunakan X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF). Hasil analisa XRF sampel menunjukkan kandungan oksida terbesar pada E-glass fiber dental adalah SiO2 (45,47%), CaO (38,49%) dan Al2O3 (12,11%). Kandungan oksida terbesar pada fiberglass mats adalah SiO2 (56,88%), CaO (16,24%) dan Na2O (12,91%) demikian pula dengan woven roving yaitu SiO2 (55,86%), CaO (18,71%) dan Na2O (11,80%). Sedangkan fiberglass roving menunjukkan kandungan oksida terbesar antara lain SiO2 (52,56%), ZrO2 (14,64%) dan CaO (10,03%). Hal tersebut menunjukkan bahwa komposisi kandungan oksida pada sampel memiliki kemiripan dengan persentase yang berbeda. Berdasarkan pada analisis XRF disimpulkan bahwa glass fiber non dental jenis fiberglass mats dan woven roving mengarah ke tipe C-glass dan fiberglass roving mengarah ke tipe AR-glass.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130810885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi anak. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kebiasaan menyikat gigi pada murid kelas 1 di SDN 02 Ulak Karang Kota Padang. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan conservative sampling yaitu 36 orang ibu beserta anaknya. Hasil penelitian menunjukkan 52,8% murid kelas 1 SDN 02 Ulak Karang Kota Padang sering menyikat gigi, sedangkan 47,2% lagi jarang menyikat gigi. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p = 0,000). Antara perilaku ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya juga memiliki hubungan signifikan (p = 0,007). Namun tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p = 0,101). Dari hasil penelitian sebagian besar responden sudah mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut anak, aplikasinya dalam hal tindakan pemeliharaan juga sudah baik, tetapi sikap yang ditunjukkan responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak masih kurang.
{"title":"HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEBIASAAN MENYIKAT GIGI ANAK","authors":"Hanim Khalida Zia, Nurhamidah Nurhamidah, Dhona Afriza","doi":"10.33854/JBDJBD.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.51","url":null,"abstract":"Peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi anak. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi akan menentukan status kesehatan gigi anak kelak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap kebiasaan menyikat gigi pada murid kelas 1 di SDN 02 Ulak Karang Kota Padang. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Cara pengambilan sampel dengan conservative sampling yaitu 36 orang ibu beserta anaknya. \u0000 \u0000Hasil penelitian menunjukkan 52,8% murid kelas 1 SDN 02 Ulak Karang Kota Padang sering menyikat gigi, sedangkan 47,2% lagi jarang menyikat gigi. Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p = 0,000). Antara perilaku ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya juga memiliki hubungan signifikan (p = 0,007). Namun tidak terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kebiasaan menyikat gigi anaknya (p \u0000 \u0000= 0,101). Dari hasil penelitian sebagian besar responden sudah mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut anak, aplikasinya dalam hal tindakan pemeliharaan juga sudah baik, tetapi sikap yang ditunjukkan responden dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak masih kurang.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121551503","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) merupakan bahan yang dapat memperkuat dan meremineralisasi gigi serta membantu mencegah karies gigi. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang aplikasi CPP-ACP terhadap remineralisasi enamel gigi. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan penelitian analityc experimental pretest and postest design. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi premolar yang telah diekstraksi dengan teknik selected sampling. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dimana setiap perlakukan menggunakan 10 gigi. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rata-rata berat gigi sebelum dan sesudah perendaman 1, 2, 3, 4 dan 5, yaitu dengan hasil berturut-turut: konsentrasi 10% 0,0120 g, 0,0087 g, 0,0078 g, 0,0052 g, 0,0030 g, konsentrasi 20% 0,0134 g, 0,0097 g, 0,0091 g, 0,0051 g, 0,0026 g, dan konsentrasi 30% 0,0162 g, 0,0105 g, 0,0088 g, 0,0058 g, 0,0030 g. Hasil penelitian menunjukan berat gigi sebelum dan sesudah perendaman larutan CCP-ACP selama perendaman 1, 2, 3, 4 dan 5 menunjukkan perbedaan yang bermakna (p
磷磷酸钙磷菌是一种加强和振化牙齿的材料,有助于预防龋齿。研究人员有兴趣对牙釉质再矿聚糖的cppd - acp应用进行研究。这类研究是一种实验实验,使用了最先进的分析实验和定位设计。本研究采用的样本是经过选择性采样技术提取的前磨牙。这项研究包括三种使用10颗牙齿的治疗方法。前后的研究结果显示,体重平均差异牙齿浸泡1、2、3、4和5,也就是连续的成果:10%浓度0.0120 0.0078 g, g, g 0.0087 0.0052 g, g为0.0030,浓度20% 0.0134 0.0091 g, g, g 0.0097 0.0051 g, g 0.0026, 30%浓度0.0162 0.0088 g, g, g 0.0105 0.0058 g, g为0.0030。研究表明,浸泡1、2、3、4和5次浸泡后牙的重量表明存在显著差异(p
{"title":"HUBUNGAN APLIKASI CASEIN PHOSPHOPEPTIDE AMORPHOUS CALCIUM PHOSPHATE (CPP-ACP) TERHADAP REMINERALISASI GIGI","authors":"Busman Busman, Utmi Arma, Nofriadi Nofriadi","doi":"10.33854/JBDJBD.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.47","url":null,"abstract":"Casein Phosphopeptide Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) merupakan bahan yang dapat memperkuat dan meremineralisasi gigi serta membantu mencegah karies gigi. Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang aplikasi CPP-ACP terhadap remineralisasi enamel gigi. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan menggunakan penelitian analityc experimental pretest and postest design. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi premolar yang telah diekstraksi dengan teknik selected sampling. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dimana setiap perlakukan menggunakan 10 gigi. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rata-rata berat gigi sebelum dan sesudah perendaman 1, 2, 3, 4 dan 5, yaitu dengan hasil berturut-turut: konsentrasi 10% 0,0120 g, 0,0087 g, 0,0078 g, 0,0052 g, 0,0030 g, konsentrasi 20% 0,0134 g, 0,0097 g, 0,0091 g, 0,0051 g, 0,0026 g, dan konsentrasi 30% 0,0162 g, 0,0105 g, 0,0088 g, 0,0058 g, 0,0030 g. Hasil penelitian menunjukan berat gigi sebelum dan sesudah perendaman larutan CCP-ACP selama perendaman 1, 2, 3, 4 dan 5 menunjukkan perbedaan yang bermakna (p","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113961976","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Burning sensation in the mouth is a condition that is characterized by spontaneous burning or uncomfortable feeling in the mouth without being followed by the real cause. The predisposing factors are divided into three factors : local factors, systemic and psychogenic. The use of denture is a local predisposing factor of burningsensation in the locally in the mouth. The treatments were performed in patients with a burning sensation in the mouth are is a top priority. Management steps in patient burning sensation in the mouth, are to, find the local etiology factors in oral or systemic and then traet the patient according to the cause.
{"title":"RASA TERBAKAR DI MULUT PADA PEMAKAIAN GIGI TIRUAN","authors":"Fransiska Nuning Kusmawati","doi":"10.33854/JBDjbd.15","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDjbd.15","url":null,"abstract":"Burning sensation in the mouth is a condition that is characterized by spontaneous burning or uncomfortable feeling in the mouth without being followed by the real cause. The predisposing factors are divided into three factors : local factors, systemic and psychogenic. The use of denture is a local predisposing factor of burningsensation in the locally in the mouth. The treatments were performed in patients with a burning sensation in the mouth are is a top priority. Management steps in patient burning sensation in the mouth, are to, find the local etiology factors in oral or systemic and then traet the patient according to the cause.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131367405","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ulserasi mukosa mulut sering terjadi biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan agak cekung dan tepi kemerahan, serta disertai rasa sakit. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya kunyit memiliki zat anti inflamasi yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan ulserasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kunyit (curcuma domestica) terhadap ulserasi mukosa mulut Rattus Norvegicus secara in vivo. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan rancangan the post test- only control group design dengan hewan coba Rattus Norvegicus. Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok perlakuan dengan ekstrak kunyit. Pengambilan data berdasarkan pengamatan histopatologi dan klinis terhadap peningkatan jumlah makrofag dan pengukuran diameter ulkus. Hasil penelitian berdasarkan uji perbandingan antara kedua kelompok dengan uji Independen T-test menunjukkan bahwa jumlah makofag dari hari ke 1 sampai hari ke 3, 7, 10 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif yaitu p<0,05 dan perbandingan pengukuran diameter dari hari ke 1, 3, 7, 10 tidak terdapat perbedaan yang bermakna anatara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahawa ekstrak kunyit (curcuma domestica) berpengaruh terhadap penyembuhan ulserasi mukosa mulut dilihat berdasarkan peningkatan jumlah makrofag dan pengecilan diameter ulserasi.
{"title":"EFEKTIVITAS EKSTRAK KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) TERHADAP JUMLAH SEL MAKROFAG DAN DIAMETER PADA LESI ULKUS TRAUMATIKUS (suatu penelitian in vivo pada Tikus putih Jantan (Rattus norvegiccus))","authors":"Susanti Arisonya, Gunawan Wibisono, Grahita Aditya","doi":"10.33854/JBD.V1I2.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V1I2.16","url":null,"abstract":"Ulserasi mukosa mulut sering terjadi biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan agak cekung dan tepi kemerahan, serta disertai rasa sakit. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya kunyit memiliki zat anti inflamasi yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan ulserasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kunyit (curcuma domestica) terhadap ulserasi mukosa mulut Rattus Norvegicus secara in vivo. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan rancangan the post test- only control group design dengan hewan coba Rattus Norvegicus. Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok perlakuan dengan ekstrak kunyit. Pengambilan data berdasarkan pengamatan histopatologi dan klinis terhadap peningkatan jumlah makrofag dan pengukuran diameter ulkus. Hasil penelitian berdasarkan uji perbandingan antara kedua kelompok dengan uji Independen T-test menunjukkan bahwa jumlah makofag dari hari ke 1 sampai hari ke 3, 7, 10 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif yaitu p<0,05 dan perbandingan pengukuran diameter dari hari ke 1, 3, 7, 10 tidak terdapat perbedaan yang bermakna anatara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol negatif p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahawa ekstrak kunyit (curcuma domestica) berpengaruh terhadap penyembuhan ulserasi mukosa mulut dilihat berdasarkan peningkatan jumlah makrofag dan pengecilan diameter ulserasi.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131406912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cara pemberian makanan pada balita sedikit banyak dipengaruhi oleh tradisi budaya di suatu daerah tertentu. diantaranya adalah tradisi nasi papah atau seringkali juga disebut nasi papak yang masih banyak dilakukan oleh para ibu di beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tradisi nasi papah adalah nasi yang telah dikunyah dan dilumatkan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada balita. Dari segi kesehatan terutama kesehatan mulut, hal ini berisiko terhadap terjadinya Early Childhood Caries(ECC). Perilaku tersebut dapat menyebabkan transmisi mikroorganisme S. mutans dari mulut ibu ke mulut anak. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh tradisi nasi papah terhadap risiko terjadinya Early Childhood Caries. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah total sampel subyek penelitian sebanyak 186 anak berusia 6 – 60 bulan yang didampingi oleh ibunya, yang bertempat tinggal di Desa Senyiur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pemeriksaan Intra Oral dilakukan untuk mengukur karies gigi ibu dan anak dengan menggunakan indeks DMFT/deft dan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kesehatan mulut ibu dan anak dilakukan wawancara pada ibu dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji Chi Square. perilaku nasi papah mempunyai risiko terhadap terjadinya ECC dengan OR 5,46 (95%CI 4,24-36,55), p
{"title":"PENGARUH TRADISI NASI PAPAH TERHADAP RISIKO TERJADINYA EARLY CHILDHOOD CARIES DI DESA SENYIUR LOMBOK TIMUR","authors":"G. Sjarkawi, Herry Novrinda, Armasastra Bahar","doi":"10.33854/JBDJBD.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.21","url":null,"abstract":"Cara pemberian makanan pada balita sedikit banyak dipengaruhi oleh tradisi budaya di suatu daerah tertentu. diantaranya adalah tradisi nasi papah atau seringkali juga disebut nasi papak yang masih banyak dilakukan oleh para ibu di beberapa wilayah di Indonesia, diantaranya di Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tradisi nasi papah adalah nasi yang telah dikunyah dan dilumatkan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada balita. Dari segi kesehatan terutama kesehatan mulut, hal ini berisiko terhadap terjadinya Early Childhood Caries(ECC). Perilaku tersebut dapat menyebabkan transmisi mikroorganisme S. mutans dari mulut ibu ke mulut anak. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh tradisi nasi papah terhadap risiko terjadinya Early Childhood Caries. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah total sampel subyek penelitian sebanyak 186 anak berusia 6 – 60 bulan yang didampingi oleh ibunya, yang bertempat tinggal di Desa Senyiur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pemeriksaan Intra Oral dilakukan untuk mengukur karies gigi ibu dan anak dengan menggunakan indeks DMFT/deft dan untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku kesehatan mulut ibu dan anak dilakukan wawancara pada ibu dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisa dengan uji Chi Square. perilaku nasi papah mempunyai risiko terhadap terjadinya ECC dengan OR 5,46 (95%CI 4,24-36,55), p","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127970012","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kesehatan mukosa merupakan suatu hal yang sangat penting dan selalu di perhatikan pada masa modern saat ini, terutama luka pada mukosa yang disebabkan oleh beberapa faktor. Apabila penanganan luka pada mukosa tidak dilakukan secepat mungkin maka akan memasuki kondisi inflamasi. Luka merupakan diskontinuitas dari suatu jaringan. Telah dilakukan penelitian Efektifitas Esktrak Buah Delima (Punica granatum) secara Topikal dalam Proses Penyembuhan Luka Mukosa pada Tikus Putih (Galur Wistar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat ekstrak buah delima (Punica granatum) dalam proses penyembuhan luka mukosa pada tikus putih (Galur Wistar). Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorium. Pembuatan ekstrak buah delima (Punica granatum) dilakukan di Laboratorium Kopertis Wilayah X Padang, Sumatera Barat. Konsentrasi buah delima (Punica granatum) 10%, 5%, 2,5%, 1%, 0,5%, kontrol positif 2,5% hidrocortison dan kontrol negatif tanpa pemberian sediaan apapun dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Andalas, Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar ekstrak buah delima (Punica granatum) 10% dan 5% memberikan efek tidak membaik pada luka mukosa tikus putih (Galur Wistar), sedangkan kadar ekstrak 2,5%, 1% dan 0,5% memberikan efek membaik pada luka mukosa tikus putih (Galur Wistar). Setelah dilakukan uji Anova yang hasilnya terindikasi bahwa pengaruh langsung hari (perawatan) terhadap skor observasi (p<0,05) dalam penyembuhan luka mukosa tikus putih. Kesimpulan dari penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa ekstrak buah delima (Punica granatum) mempunyai efek dalam proses penyembuhan luka mukosa tikus putih (Galur Wistar).
{"title":"EFEKTIFITAS ESTRAK BUAH DELIMA (Punica granatum) SECARA TOPIKAL DALAM PROSES PENYEMBUHAN LUKA MUKOSA PADA TIKUS PUTIH (Galur Wistar)","authors":"Jeffry Kurniawan, Edrizal Edrizal, Eka Desnita","doi":"10.33854/jbdjbd.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.24","url":null,"abstract":"Kesehatan mukosa merupakan suatu hal yang sangat penting dan selalu di perhatikan pada masa modern saat ini, terutama luka pada mukosa yang disebabkan oleh beberapa faktor. Apabila penanganan luka pada mukosa tidak dilakukan secepat mungkin maka akan memasuki kondisi inflamasi. Luka merupakan diskontinuitas dari suatu jaringan. Telah dilakukan penelitian Efektifitas Esktrak Buah Delima (Punica granatum) secara Topikal dalam Proses Penyembuhan Luka Mukosa pada Tikus Putih (Galur Wistar). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat ekstrak buah delima (Punica granatum) dalam proses penyembuhan luka mukosa pada tikus putih (Galur Wistar). Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorium. Pembuatan ekstrak buah delima (Punica granatum) dilakukan di Laboratorium Kopertis Wilayah X Padang, Sumatera Barat. Konsentrasi buah delima (Punica granatum) 10%, 5%, 2,5%, 1%, 0,5%, kontrol positif 2,5% hidrocortison dan kontrol negatif tanpa pemberian sediaan apapun dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Andalas, Padang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar ekstrak buah delima (Punica granatum) 10% dan 5% memberikan efek tidak membaik pada luka mukosa tikus putih (Galur Wistar), sedangkan kadar ekstrak 2,5%, 1% dan 0,5% memberikan efek membaik pada luka mukosa tikus putih (Galur Wistar). Setelah dilakukan uji Anova yang hasilnya terindikasi bahwa pengaruh langsung hari (perawatan) terhadap skor observasi (p<0,05) dalam penyembuhan luka mukosa tikus putih. Kesimpulan dari penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa ekstrak buah delima (Punica granatum) mempunyai efek dalam proses penyembuhan luka mukosa tikus putih (Galur Wistar).","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134516433","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
World Health Organization telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya perhatian dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun pipa. Salah satu akibat negatif dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah melanosis merokok. Melanosis terjadi akibat pengendapan melanin dalam lapisan epithelium mukosa mulut. Gambaran klinis yang terlihat pada melanosis perokok menunjukan adanya bercak coklat difus yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang menggunakan desain case control yang di lakukan di RSGM Baiturrahmah. Penelitian ini dilakukan pada sampel 80 orang yang diambil secara acak yang terdiri dari 40 pasien perokok dan 40 pasien tidak perokok sebagai pengontrol. Hasil penelitian didapatkan bahwa melanosis perokok lebih banyak ditemukan pada responden perokok dibandingkan responden tidak perokok
世界卫生组织(World Health Organization)宣布,5月31日是世界烟草自由日。这表明,世界对吸烟对人类健康和福祉的负面影响越来越感兴趣。吸烟是点燃烟草,然后用香烟或烟斗抽它。口腔内吸烟的一个负面影响是吸烟的黑色素症。病变是由口腔粘膜上皮中的黑素沉积引起的。吸烟者黑色素症的临床表现显示,前下颌和口腔黏膜上存在着几厘米的弥漫性棕色斑点。这项研究是一项分析调查,使用案例控制设计,该研究是在Baiturrahmah RSGM进行的。这项研究是根据80名吸烟者和40名不吸烟者作为控制器的随机样本进行的。研究发现,吸烟者患抑郁症的人数比不吸烟者多
{"title":"HUBUNGAN MEROKOK DENGAN MELANOSIS PEROKOK DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH","authors":"Yegie Triza","doi":"10.33854/jbdjbd.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.3","url":null,"abstract":"World Health Organization telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya perhatian dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun pipa. Salah satu akibat negatif dari kebiasaan merokok yang terjadi di rongga mulut adalah melanosis merokok. Melanosis terjadi akibat pengendapan melanin dalam lapisan epithelium mukosa mulut. Gambaran klinis yang terlihat pada melanosis perokok menunjukan adanya bercak coklat difus yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada gingiva anterior mandibula dan mukosa mulut. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang menggunakan desain case control yang di lakukan di RSGM Baiturrahmah. Penelitian ini dilakukan pada sampel 80 orang yang diambil secara acak yang terdiri dari 40 pasien perokok dan 40 pasien tidak perokok sebagai pengontrol. Hasil penelitian didapatkan bahwa melanosis perokok lebih banyak ditemukan pada responden perokok dibandingkan responden tidak perokok","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124658109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Corticosteroid is a group of drugs used as anti-inflamatory and immunosuppresive. Most of the disease which treated with steroids have inflammatory characteristics.This paper is about the management of a 25 year old woman who complained of multiple oral ulcers since 2 months before. Patient had difficulty in eating, drinking and speaking. Before referred to RSUP DrHasan Sadikin she was treated at Hospital X and only got a slight improvement. Diagnosis oral infection Herpes Simplex virus type 1 was made based on anamnesis, clinical examination and laboratory examination (IgG anti HSV-1). Oral lesions showed significant improvement after administration of comprehensive treatment including communication, information and education about the disease as well as topical corticosteroid drug and multivitamin.Corticosteroid was used to limit the inflamatory process caused by the action of T-lymphocytes. However, this drug have many side effects so that practitioners need to consider carefully to use it.Corticosteroid could be considered in the management of oral infections herpes virus type 1 (HSV-1) and showed efficacy in the treatment of this patient.
{"title":"PERTIMBANGAN TERAPI KORTIKOSTEROID PADA STOMATITIS HERPETIK REKUREN","authors":"Fitria Mailiza, R. Setiadhi","doi":"10.33854/JBDJBD.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.23","url":null,"abstract":"Corticosteroid is a group of drugs used as anti-inflamatory and immunosuppresive. Most of the disease which treated with steroids have inflammatory characteristics.This paper is about the management of a 25 year old woman who complained of multiple oral ulcers since 2 months before. Patient had difficulty in eating, drinking and speaking. Before referred to RSUP DrHasan Sadikin she was treated at Hospital X and only got a slight improvement. Diagnosis oral infection Herpes Simplex virus type 1 was made based on anamnesis, clinical examination and laboratory examination (IgG anti HSV-1). Oral lesions showed significant improvement after administration of comprehensive treatment including communication, information and education about the disease as well as topical corticosteroid drug and multivitamin.Corticosteroid was used to limit the inflamatory process caused by the action of T-lymphocytes. However, this drug have many side effects so that practitioners need to consider carefully to use it.Corticosteroid could be considered in the management of oral infections herpes virus type 1 (HSV-1) and showed efficacy in the treatment of this patient.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121820860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fiber Reinforced Composite (FRC) menggunakan E-glass fiber dental dalam bidang kedokteran gigi telah banyak diaplikasikan secara klinis, salah satunya dalam aplikasi splinting periodontal. Ketersediaan E-glass fiber dental di Indonesia masih terbatas dengan harga relatif mahal. Terdapat glass fiber non dental di Indonesia yang banyak digunakan bidang teknik, dengan harga terjangkau. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh orientasi dan volumetrik glass fiber non dental terhadap kekuatan perlekatan geser FRC pada splinting periodontal. Bahan penelitian berupa glass fiber non dental yang terdiri dari tiga jenis yaitu glass fiber mats (LT, China), glass fiber roving (CMAX, China), dan glass fiber woven roving (HJ, China), serta E-glass fiber dental (Fiber-Splint, Polidentia SA, Switzerland). Objek dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampel. Kelompok I (kontrol) tanpa penambahan glass fiber non dental, kelompok II E-glass fiber dental 2,8 vol%, dan kelompok III - VIII terdiri dari glass fiber non dental mats, glass fiber non dental roving, dan glass fiber non dental woven roving, dengan fraksi volumetrik 2,8 dan 5,4 vol%. Seluruh sampel direndam dalam air destilasi selama 24 jam pada suhu 37o C. Pengujian kekuatan perlekatan geser menggunakan Universal Testing Machine. Data dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur, uji t dan LSD. Hasil penelitian menunjukkan rerata kekuatan perlekatan geser (MPa) terendah pada kelompok tanpa fiber (kontrol) (8,95 ± 0,95) dan tertinggi pada 5,4 vol% glass fiber non dental woven roving (14,11 ± 0,35). Hasil analisis ANAVA dua jalur menunjukkan variabel orientasi dan volumetrik glass fiber non dental memberikan pengaruh signifikan (p<0,05). Uji post hoc LSD dan uji t menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada seluruh kelompok perlakuan untuk variabel orientasi dan volumetrik. Kesimpulan penelitian ini adalah orientasi dan volumetrik glass fiber non dental memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan perlekatan geser FRC.
{"title":"PENGARUH ORIENTASI DAN VOLUMETRIK GLASS FIBER NON DENTAL TERHADAP KEKUATAN PERLEKATAN GESER FIBER REINFORCED COMPOSITES UNTUK SPLINTING PERIODONTAL","authors":"D. Sumantri, Siti Sunarintyas, Dahlia Herawati","doi":"10.33854/jbdjbd.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.5","url":null,"abstract":"Fiber Reinforced Composite (FRC) menggunakan E-glass fiber dental dalam bidang kedokteran gigi telah banyak diaplikasikan secara klinis, salah satunya dalam aplikasi splinting periodontal. Ketersediaan E-glass fiber dental di Indonesia masih terbatas dengan harga relatif mahal. Terdapat glass fiber non dental di Indonesia yang banyak digunakan bidang teknik, dengan harga terjangkau. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh orientasi dan volumetrik glass fiber non dental terhadap kekuatan perlekatan geser FRC pada splinting periodontal. Bahan penelitian berupa glass fiber non dental yang terdiri dari tiga jenis yaitu glass fiber mats (LT, China), glass fiber roving (CMAX, China), dan glass fiber woven roving (HJ, China), serta E-glass fiber dental (Fiber-Splint, Polidentia SA, Switzerland). Objek dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 sampel. Kelompok I (kontrol) tanpa penambahan glass fiber non dental, kelompok II E-glass fiber dental 2,8 vol%, dan kelompok III - VIII terdiri dari glass fiber non dental mats, glass fiber non dental roving, dan glass fiber non dental woven roving, dengan fraksi volumetrik 2,8 dan 5,4 vol%. Seluruh sampel direndam dalam air destilasi selama 24 jam pada suhu 37o C. Pengujian kekuatan perlekatan geser menggunakan Universal Testing Machine. Data dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur, uji t dan LSD. Hasil penelitian menunjukkan rerata kekuatan perlekatan geser (MPa) terendah pada kelompok tanpa fiber (kontrol) (8,95 ± 0,95) dan tertinggi pada 5,4 vol% glass fiber non dental woven roving (14,11 ± 0,35). Hasil analisis ANAVA dua jalur menunjukkan variabel orientasi dan volumetrik glass fiber non dental memberikan pengaruh signifikan (p<0,05). Uji post hoc LSD dan uji t menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada seluruh kelompok perlakuan untuk variabel orientasi dan volumetrik. Kesimpulan penelitian ini adalah orientasi dan volumetrik glass fiber non dental memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan perlekatan geser FRC.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126728553","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}