Latar belakang Laju saliva adalah sekresi saliva yang dinyatakandalam ml/menit. Pada pasien geriatri dengan riwayat hipertensi dapatmenurunkan kuantitas, kualitas dan laju saliva. Kondisi ini dapatmeningkatkan terjadinya infeksi rongga mulut seperti stomatitisherpetika.Tujuan Mengukur laju saliva pada pasien geriatri denganriwayat hipertensi yang didiagnosa stomatitis herpetika, keilitiseksfoliatif dan hiposalivasi sebagai pertimbangan perawatan yangkomprehensif. Laporan kasus Seorang wanita usia 63 tahun datang keklinik karena sariawan selama beberapa tahun dan mengganggu sejak 2bulan yang lalu. Pemeriksaan ekstraoral berupa bibir kering.Pemeriksaan intraoral menunjukkan oral hygiene buruk, kondisimukosa oral yang kering dan terdapat ulser multipel. Pemeriksaanlaboratorium menunjukkan eosinofil dan monosit di bawah normal,dan IgG anti HSV-1 reaktif. Laju saliva 0,2 ml/menit, dilakukandengan metode spitting untuk menegakkan diagnosa hiposalivasi.Penatalaksanaan kasus Pasien diberikan vitamin B12, asam folatuntuk meningkatkan daya tahan tubuh, Vaseline album untukmelembabkan bibir, chlorhexidine gluconate 0,2%, oral hygieneinstruction dan scalling dilakukan untuk memperbaiki oral hygieneserta disarankan nutrisi seimbang dan hidrasi yang memadai sebagaiterapi nonfarmakologi. Diskusi Pasien ini memiliki kondisi yangkompleks: geriatri, oral hygiene yang buruk, menggunakan obatantihipertensi, dan juga mengalami stres emosional. Hal ini dapatmenyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas saliva sebagaipertahanan mukosa mulut. sehingga pasien akan lebih rentan terhadapinfeksi HSV-1 dan reaktivasi. Simpulan Laju saliva dapat menjadipertimbangan dalam tatalaksana stomatitis herpetika pada pasiengeriatri dengan hipertensi dan pengobatan anti hipertensinya.
{"title":"PENENTUAN LAJU ALIR SALIVA PADA PASIEN GERIATRI SEBAGAI PERTIMBANGAN MANAJEMEN KOMPREHENSIF PADA STOMATITIS HERPETIKA","authors":"Mega Rafika, I. Wahyuni, Wahyu Hidayat","doi":"10.33854/JBD.V5I2.163","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.163","url":null,"abstract":"Latar belakang Laju saliva adalah sekresi saliva yang dinyatakandalam ml/menit. Pada pasien geriatri dengan riwayat hipertensi dapatmenurunkan kuantitas, kualitas dan laju saliva. Kondisi ini dapatmeningkatkan terjadinya infeksi rongga mulut seperti stomatitisherpetika.Tujuan Mengukur laju saliva pada pasien geriatri denganriwayat hipertensi yang didiagnosa stomatitis herpetika, keilitiseksfoliatif dan hiposalivasi sebagai pertimbangan perawatan yangkomprehensif. Laporan kasus Seorang wanita usia 63 tahun datang keklinik karena sariawan selama beberapa tahun dan mengganggu sejak 2bulan yang lalu. Pemeriksaan ekstraoral berupa bibir kering.Pemeriksaan intraoral menunjukkan oral hygiene buruk, kondisimukosa oral yang kering dan terdapat ulser multipel. Pemeriksaanlaboratorium menunjukkan eosinofil dan monosit di bawah normal,dan IgG anti HSV-1 reaktif. Laju saliva 0,2 ml/menit, dilakukandengan metode spitting untuk menegakkan diagnosa hiposalivasi.Penatalaksanaan kasus Pasien diberikan vitamin B12, asam folatuntuk meningkatkan daya tahan tubuh, Vaseline album untukmelembabkan bibir, chlorhexidine gluconate 0,2%, oral hygieneinstruction dan scalling dilakukan untuk memperbaiki oral hygieneserta disarankan nutrisi seimbang dan hidrasi yang memadai sebagaiterapi nonfarmakologi. Diskusi Pasien ini memiliki kondisi yangkompleks: geriatri, oral hygiene yang buruk, menggunakan obatantihipertensi, dan juga mengalami stres emosional. Hal ini dapatmenyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas saliva sebagaipertahanan mukosa mulut. sehingga pasien akan lebih rentan terhadapinfeksi HSV-1 dan reaktivasi. Simpulan Laju saliva dapat menjadipertimbangan dalam tatalaksana stomatitis herpetika pada pasiengeriatri dengan hipertensi dan pengobatan anti hipertensinya.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116915931","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan salah satu bidang yangsangat penting fungsinya terkait perawatan gigi modern. Salah satutahapan untuk menghasilkan radiogram yang baik dan dapatdiinterpretasikan adalah prosesing film. Proses film merupakan proseskimia yang dapat memvisualisasikan gambar laten atau tersembunyimenjadi terlihat. Proses tersebut terutama terjadi pada saat prosesdeveloping, dimana larutan develover mengubah kristal perak halidemenjadi butir perak metalik. Aktivitas developer dipengaruhi olehsuhu larutan pH larutan dan waktu. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh pH larutan developer terhadap kecepatan waktuprosesing film periapikal. Sampel penelitian berjumlah 30 buah filmperiapikal yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontroldan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan larutandeveloper dengan pH 10, sedangkan kelompok eksperimenmenggunakan larutan developer dengan pH 12. Sampel dicuci denganmasing masing larutan developer dan dilakukan pencatatan waktusampai awal terbentuk bayangan anatomi kasar gigi. Hasil penelitianpencucian film periapikal pada pH 12 memiliki rata rata kecepatan 46,5detik. Hasil penelitian diuji menggunakan Independent –sample t-testdan didapatkan hasil p<0,05. Simpulan dari penelitian ini adalahkenaikan pH developer dapat mempercepat waktu prosesing filmperiapikal.
{"title":"PENGARUH pH DEVELOPER TERHADAP KECEPATAN WAKTU PROSESING FILM PERIAPIKAL","authors":"N. Astuti, D. N. K. Wardani","doi":"10.33854/JBD.V5I2.156","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.156","url":null,"abstract":"Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan salah satu bidang yangsangat penting fungsinya terkait perawatan gigi modern. Salah satutahapan untuk menghasilkan radiogram yang baik dan dapatdiinterpretasikan adalah prosesing film. Proses film merupakan proseskimia yang dapat memvisualisasikan gambar laten atau tersembunyimenjadi terlihat. Proses tersebut terutama terjadi pada saat prosesdeveloping, dimana larutan develover mengubah kristal perak halidemenjadi butir perak metalik. Aktivitas developer dipengaruhi olehsuhu larutan pH larutan dan waktu. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh pH larutan developer terhadap kecepatan waktuprosesing film periapikal. Sampel penelitian berjumlah 30 buah filmperiapikal yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontroldan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan larutandeveloper dengan pH 10, sedangkan kelompok eksperimenmenggunakan larutan developer dengan pH 12. Sampel dicuci denganmasing masing larutan developer dan dilakukan pencatatan waktusampai awal terbentuk bayangan anatomi kasar gigi. Hasil penelitianpencucian film periapikal pada pH 12 memiliki rata rata kecepatan 46,5detik. Hasil penelitian diuji menggunakan Independent –sample t-testdan didapatkan hasil p<0,05. Simpulan dari penelitian ini adalahkenaikan pH developer dapat mempercepat waktu prosesing filmperiapikal.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117268024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Okmes Fadriyanti, Fennisa Irza Putri, Leny Sang Surya
Penggunaan resin akrilik polimerisasi panas masih menjadipilihan sebagai basis gigi tiruan lepasan, merupakan bagianyang berkontak dengan mukosa mulut. Salah satu sifat fisis daribahan ini yang perlu diperhatikan adalah kekasaran permukaan,yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap retensibakteri dan jamur terutama Candida albicans. PencegahanCandida albicans pada resin akrilik dengan menambahkanbahan antijamur dalam larutan pembersih gigi tiruan. Jamurendofit Aspergillus sp yang berasal dari akar Rhizophoramucronata, berpotensi sebagai bahan antijamur. Tujuanpenelitian untuk mengetahui efek ekstrak jamur endofitAspergillus sp terhadap kekasaran permukaan resin akrilikpolimerisasi panas. Rancangan penelitian menggunakan post-testonly control group design. Sampel lempeng resin akrilikpolimerisasi panas dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mmyang direndam selama 6 hari dalam larutan sodium hipoklorit1% ekstrak dan jamur endofit Aspergillus sp, dan di ujimenggunakan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkankekasaran permukaan resin akrilik dalam larutan ekstrak jamurendofit Aspergillus sp meningkat dibandingkan dengan sodiumhipoklorit, dengan rerata kekasaran permukaan perendamanresin akrilik terendah pada kelompok larutan sodium hipokloritdan tertinggi pada kelompok ekstrak jamur endofit Aspergillussp (akar Rhizophora mucronata) (p>0,05).
使用丙烯酸树脂仍然是一种松散的假牙基,是与口腔粘膜接触的部分。这种物质的纤维化的一个特点是表面上的粗劣,它会直接影响细菌和真菌的保留,尤其是墨西哥胡椒。用仿制牙科洁面溶液加入抗真菌材料,对丙烯烃树脂进行消毒。具有抗真菌特性的菌根的菌根。研究目的是研究sp果皮真皮菌提取物对热丙烯酸树脂表面腐蚀性的影响。使用post- only control group design的研究设计。丙烯酸树脂试样,尺寸为65毫米x 10毫米x 2.5 mm,在低氯化钠溶液中浸泡6天。研究结果表明,丙烯酸盐提取物中丙烯酸树脂表面的厚度与solemm想你氯气钠溶液相比会增加,而亚基苯丙酸钠溶液中丙烯酸钠浓度的比率为最低,而亚基苯丙酸盐溶液中浸泡性的发生率为最高。
{"title":"PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT DAN EKSTRAK JAMUR ENDOFIT ASPERGILLUS SP (AKAR RHIZOPHORA MUCRONATA)","authors":"Okmes Fadriyanti, Fennisa Irza Putri, Leny Sang Surya","doi":"10.33854/JBD.V5I2.161","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.161","url":null,"abstract":"Penggunaan resin akrilik polimerisasi panas masih menjadipilihan sebagai basis gigi tiruan lepasan, merupakan bagianyang berkontak dengan mukosa mulut. Salah satu sifat fisis daribahan ini yang perlu diperhatikan adalah kekasaran permukaan,yang dapat mempengaruhi secara langsung terhadap retensibakteri dan jamur terutama Candida albicans. PencegahanCandida albicans pada resin akrilik dengan menambahkanbahan antijamur dalam larutan pembersih gigi tiruan. Jamurendofit Aspergillus sp yang berasal dari akar Rhizophoramucronata, berpotensi sebagai bahan antijamur. Tujuanpenelitian untuk mengetahui efek ekstrak jamur endofitAspergillus sp terhadap kekasaran permukaan resin akrilikpolimerisasi panas. Rancangan penelitian menggunakan post-testonly control group design. Sampel lempeng resin akrilikpolimerisasi panas dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mmyang direndam selama 6 hari dalam larutan sodium hipoklorit1% ekstrak dan jamur endofit Aspergillus sp, dan di ujimenggunakan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkankekasaran permukaan resin akrilik dalam larutan ekstrak jamurendofit Aspergillus sp meningkat dibandingkan dengan sodiumhipoklorit, dengan rerata kekasaran permukaan perendamanresin akrilik terendah pada kelompok larutan sodium hipokloritdan tertinggi pada kelompok ekstrak jamur endofit Aspergillussp (akar Rhizophora mucronata) (p>0,05).","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133778971","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan : celah alveolar (gnatoschisis) merupakan salah satumolformasi kongenital yang terjadi pada struktur mulut dan wajah.Banyak permasalahan dapat terjadi bila penyakit ini tidak dilakukanperawatan seperti ketidakstabilan struktur tulang maksila, dukunganskletal yang kurang pada dasar hidung, fistula oronasal yang berulang,dukungan periodontal yang kurang sehingga terjadi retensi makanandan diastema antara gigi dan region celah atau insisivus yang tidakerupsi. Tujuan: Melaporkan sebuah kasus penatalaksanaan fistulaoronasal. Kasus dan penatalaksanaan : Seorang wanita berusia 43tahun mengeluhkan celah pada gusinya yang berlokasi antara insisivussentral dan insisivus lateral maksila kiri. Celah tersebut membuatmakanan selalu masuk pada rongga hidung. Pasien pernah dilakukanoperasi sebelumnya untuk penutupan celah bibir dan langit-langit.Pemeriksaan intra oral menunjukkan terdapat sebuah fistula oronasalpada bagian vestibulum pada regio 21 dan 22. Penatalaksanaan darikasus ini adalah penutupan oronasal fistula pada vestibulummenggunakan teknik pedicle rotational flap dan autograft dari tulangsimphisis mandibula. bedahan. Simpulan : Hasil perawatanmenunjukkan penyembuhan dan tidak terdapatnya keluhan setelahperawatan. Pemeriksaan radigrafi menunjukkan terjadinya penyatuanantara tulang dan bonegraft pada darah alveolar regio 21 dan 22.
{"title":"PENATALAKSANAAN FISTULA ORONASAL MENGGUNAKAN TEKNIK PEDICLE ROTATIONAL FLAP DAN AUTOGRAFT DARI SIMPHISIS MANDIBULA","authors":"Andries Pascawinata, M. Rahmat","doi":"10.33854/JBD.V5I2.158","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.158","url":null,"abstract":"Pendahuluan : celah alveolar (gnatoschisis) merupakan salah satumolformasi kongenital yang terjadi pada struktur mulut dan wajah.Banyak permasalahan dapat terjadi bila penyakit ini tidak dilakukanperawatan seperti ketidakstabilan struktur tulang maksila, dukunganskletal yang kurang pada dasar hidung, fistula oronasal yang berulang,dukungan periodontal yang kurang sehingga terjadi retensi makanandan diastema antara gigi dan region celah atau insisivus yang tidakerupsi. Tujuan: Melaporkan sebuah kasus penatalaksanaan fistulaoronasal. Kasus dan penatalaksanaan : Seorang wanita berusia 43tahun mengeluhkan celah pada gusinya yang berlokasi antara insisivussentral dan insisivus lateral maksila kiri. Celah tersebut membuatmakanan selalu masuk pada rongga hidung. Pasien pernah dilakukanoperasi sebelumnya untuk penutupan celah bibir dan langit-langit.Pemeriksaan intra oral menunjukkan terdapat sebuah fistula oronasalpada bagian vestibulum pada regio 21 dan 22. Penatalaksanaan darikasus ini adalah penutupan oronasal fistula pada vestibulummenggunakan teknik pedicle rotational flap dan autograft dari tulangsimphisis mandibula. bedahan. Simpulan : Hasil perawatanmenunjukkan penyembuhan dan tidak terdapatnya keluhan setelahperawatan. Pemeriksaan radigrafi menunjukkan terjadinya penyatuanantara tulang dan bonegraft pada darah alveolar regio 21 dan 22.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124557224","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang : Leukoplakia adalah istilah klinik untuk plak ataubercak putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus dan tidakdapat diklasifikasikan sebagai penyakit lain apapun yang dapat didiagnosis secara klinis. Insiden terjadinya leukoplakia pada suatupopulasi sekitar 0,1%. Salah satu faktor predisposisinya adalahmerokok. Kebiasaan merokok cukup sulit dihilangkan dalam edukasiterhadap pasien. Hal ini menimbulkan dilema dalam edukasi tehadapkasus leukoplakia. Tujuan : Melaporkan penatalaksanaan sebuahkasus suspek leukoplakia pada laki-laki 44 tahun yang dipicu olehfaktor merokok. Kasus : Seorang pasien laki-laki berusia 44 tahundatang dengan keluhan ingin memeriksakan bercak putih pada gusi danlangit-langit rongga mulutnya sudah 6 bulan dan tidak terasa nyeri.Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan. Pemeriksaan intraoralterdapat plak putih tidak dapat dikerok pada daerah gingiva danpalatum. Penatalaksanaan kasus : Melakukan KIE dengan pasiendiinstruksikan agar mengurangi kebiasaan merokoknya dan merujuk kedokter spesialis penyakit mulut. Pembahasan : Pemeriksaanhistopatologi dan sitologi dapat membantu dalam penegakan diagnosisleukoplakia. Akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium,terutama pada bagian superfisial. Secara mikroskopis, perubahan inidapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu hiperkeratosis,hiperparakeratosis, akantosis, diskeratosis atau displasia, karsinoma insitu. Simpulan : Untuk menegakkan diagnosis dan managemen kasusleukoplakia diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan klinisi.
{"title":"SEBUAH KASUS SUSPEK LEUKOPLAKIA PADA LAKI-LAKI 44 TAHUN (DILEMATIC PROBLEM IN DIAGNOSIS AND MANAGEMENT)","authors":"N. Bariyah, Fitria Mailiza","doi":"10.33854/JBD.V5I2.154","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.154","url":null,"abstract":"Latar belakang : Leukoplakia adalah istilah klinik untuk plak ataubercak putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus dan tidakdapat diklasifikasikan sebagai penyakit lain apapun yang dapat didiagnosis secara klinis. Insiden terjadinya leukoplakia pada suatupopulasi sekitar 0,1%. Salah satu faktor predisposisinya adalahmerokok. Kebiasaan merokok cukup sulit dihilangkan dalam edukasiterhadap pasien. Hal ini menimbulkan dilema dalam edukasi tehadapkasus leukoplakia. Tujuan : Melaporkan penatalaksanaan sebuahkasus suspek leukoplakia pada laki-laki 44 tahun yang dipicu olehfaktor merokok. Kasus : Seorang pasien laki-laki berusia 44 tahundatang dengan keluhan ingin memeriksakan bercak putih pada gusi danlangit-langit rongga mulutnya sudah 6 bulan dan tidak terasa nyeri.Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan. Pemeriksaan intraoralterdapat plak putih tidak dapat dikerok pada daerah gingiva danpalatum. Penatalaksanaan kasus : Melakukan KIE dengan pasiendiinstruksikan agar mengurangi kebiasaan merokoknya dan merujuk kedokter spesialis penyakit mulut. Pembahasan : Pemeriksaanhistopatologi dan sitologi dapat membantu dalam penegakan diagnosisleukoplakia. Akan tampak adanya perubahan keratinisasi sel epitelium,terutama pada bagian superfisial. Secara mikroskopis, perubahan inidapat dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu hiperkeratosis,hiperparakeratosis, akantosis, diskeratosis atau displasia, karsinoma insitu. Simpulan : Untuk menegakkan diagnosis dan managemen kasusleukoplakia diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan klinisi.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115210186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Oral Leukoplakia (OL) is white plaque lesion in oral mucosa thatcannot be scraped and one of Oral Potentially Malignant Disorder(OPMD) with incidence about 2.5% of all populations in the world.The most case of oral squamous cell carcinoma are preceded byOPMD. The aim of this case report is to understand the importance ofdetection oral lesion that could potentially become malignancy. A 28-year-old male patient complained of sores on his tongue that had nothealed for 2 months. Intraoral examination obtained red and whitelesion on the left lateral tongue: shallow reddish ulcer with irregularborder in region 35-36, followed by unscrapable white plaque lesionwith slight induration in region 37-38. Hematological examinationshowed normal range. According anamnesis and clinical examination,diagnosis of traumatic ulcer and OL were made. Patients were treatedwith multivitamins and antiseptic mouthwash. Histopathologicalexamination results from lesion biopsies show a hyperplastic mass,parakeratosis and a tissue with polymorphic form, a hyperchromaticnucleus of cells associated with histopathologic criteria of squamouscell carcinomas with well differentiation. The patient was referred tothe Hemato-oncology Department for chemotherapy. There are twoimportant parameters should be considered when evaluating thepotential for malignant change of OL that is when finding white lesionswith or without red lesions should always be suspected as OPMD andalways confirm it by histopathological examination as early aspossible. Accurate examination and histopathologic examination isessential to obtain a good prognosis in OPMD.
{"title":"PENTINGNYA MENDETEKSI ORAL LEUKOPLAKIA SEBAGAI ORAL POTENTIALLY MALIGNANT DISORDERS (LAPORAN KASUS)","authors":"Revi Nelonda, Tenny Setiana Dewi","doi":"10.33854/JBD.V5I2.162","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.162","url":null,"abstract":"Oral Leukoplakia (OL) is white plaque lesion in oral mucosa thatcannot be scraped and one of Oral Potentially Malignant Disorder(OPMD) with incidence about 2.5% of all populations in the world.The most case of oral squamous cell carcinoma are preceded byOPMD. The aim of this case report is to understand the importance ofdetection oral lesion that could potentially become malignancy. A 28-year-old male patient complained of sores on his tongue that had nothealed for 2 months. Intraoral examination obtained red and whitelesion on the left lateral tongue: shallow reddish ulcer with irregularborder in region 35-36, followed by unscrapable white plaque lesionwith slight induration in region 37-38. Hematological examinationshowed normal range. According anamnesis and clinical examination,diagnosis of traumatic ulcer and OL were made. Patients were treatedwith multivitamins and antiseptic mouthwash. Histopathologicalexamination results from lesion biopsies show a hyperplastic mass,parakeratosis and a tissue with polymorphic form, a hyperchromaticnucleus of cells associated with histopathologic criteria of squamouscell carcinomas with well differentiation. The patient was referred tothe Hemato-oncology Department for chemotherapy. There are twoimportant parameters should be considered when evaluating thepotential for malignant change of OL that is when finding white lesionswith or without red lesions should always be suspected as OPMD andalways confirm it by histopathological examination as early aspossible. Accurate examination and histopathologic examination isessential to obtain a good prognosis in OPMD.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116572392","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan Transisi Pemphigus Foliaceus (PF) menjadi PemphigusVulgaris (PV) dikonfirmasi dengan pemeriksaan antidesmoglein. PadaPF target perlekatan sel glikoprotein desmoglein-1 (dsg-1) sedangkantarget PV di dsg-1 dan desmoglein-3 (dsg-3). Transisi PF menjadi PVmerupakan kasus jarang dan sulit dipahami mekanismenya. TujuanKasus ini mendeskripsikan transisi PF menjadi PV. Kasus Seoranglaki-laki 35 tahun dirujuk dari Ilmu Penyakit Kulit Kelamindidiagnosis PF. Keluhan luka di sudut bibir kiri, nyeri dan sulitmembuka mulut. Pemeriksaan ekstraoral didapatkan lesi di sudut bibirkiri menyambung ke pipi ditutupi krusta dan tendesi perdarahan.Intraoral ditemukan lesi eritem, ditutupi pseudomembran putih pada1/3 dorsum lidah, lateral lidah, kiri, mukosa bukal, tidak sakit. Lesiperbaikan setelah diterapi dan 3 bulan kemudian kambuh didiagnosisPV. Ekstraoral ditemukan lesi erosif, eritem, krusta pada bibir danintraoral terdapat lesi erosif, eritem di mukosa labial, mukosa bukal,serta dorsum lidah. Penatalaksanaan Terapi diberikan Dexametason,Nystatin, Chlorhexidine gluconate 0,2% dan lesi mengalamiperbaikan. Pembahasan Transisi PF menjadi PV pada kasus inisetelah terjadi kekambuhan beberapa kali. Mekanismenya sulitdipahami, diduga adanya inflamasi jaringan terpapar sistem imunkarena tingginya aktivitas penyakit. Perubahan PF menjadi PVtergantung kualitas dan kuantitas transisi profil anti-dsg3(-) / dsgl(+)menjadi anti-dsg3(+) / dsgl(+). Secara histopatologi akantolisis padaPF terjadi di suprabasal sedangkan PV di subkorneal. Lesi oral jarangditemukan terjadi pada PF oral sedangkan PV sebaliknya. SimpulanTransisi PF menjadi PV terjadi dikarenakan kekambuhannya. Lesioral dapat menjadi salah satu indentifikasi terjadinya transisi PFmenjadi PV.
{"title":"TRANSISI PEMPHIGUS FOLIACEUS MENJADI PEMPHIGUS VULGARIS DENGAN KETERLIBATAN LESI ORAL : LAPORAN KASUS","authors":"Suniti Suniti, Tenny Setiana Dewi","doi":"10.33854/JBD.V5I2.157","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.157","url":null,"abstract":"Pendahuluan Transisi Pemphigus Foliaceus (PF) menjadi PemphigusVulgaris (PV) dikonfirmasi dengan pemeriksaan antidesmoglein. PadaPF target perlekatan sel glikoprotein desmoglein-1 (dsg-1) sedangkantarget PV di dsg-1 dan desmoglein-3 (dsg-3). Transisi PF menjadi PVmerupakan kasus jarang dan sulit dipahami mekanismenya. TujuanKasus ini mendeskripsikan transisi PF menjadi PV. Kasus Seoranglaki-laki 35 tahun dirujuk dari Ilmu Penyakit Kulit Kelamindidiagnosis PF. Keluhan luka di sudut bibir kiri, nyeri dan sulitmembuka mulut. Pemeriksaan ekstraoral didapatkan lesi di sudut bibirkiri menyambung ke pipi ditutupi krusta dan tendesi perdarahan.Intraoral ditemukan lesi eritem, ditutupi pseudomembran putih pada1/3 dorsum lidah, lateral lidah, kiri, mukosa bukal, tidak sakit. Lesiperbaikan setelah diterapi dan 3 bulan kemudian kambuh didiagnosisPV. Ekstraoral ditemukan lesi erosif, eritem, krusta pada bibir danintraoral terdapat lesi erosif, eritem di mukosa labial, mukosa bukal,serta dorsum lidah. Penatalaksanaan Terapi diberikan Dexametason,Nystatin, Chlorhexidine gluconate 0,2% dan lesi mengalamiperbaikan. Pembahasan Transisi PF menjadi PV pada kasus inisetelah terjadi kekambuhan beberapa kali. Mekanismenya sulitdipahami, diduga adanya inflamasi jaringan terpapar sistem imunkarena tingginya aktivitas penyakit. Perubahan PF menjadi PVtergantung kualitas dan kuantitas transisi profil anti-dsg3(-) / dsgl(+)menjadi anti-dsg3(+) / dsgl(+). Secara histopatologi akantolisis padaPF terjadi di suprabasal sedangkan PV di subkorneal. Lesi oral jarangditemukan terjadi pada PF oral sedangkan PV sebaliknya. SimpulanTransisi PF menjadi PV terjadi dikarenakan kekambuhannya. Lesioral dapat menjadi salah satu indentifikasi terjadinya transisi PFmenjadi PV.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132824097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit karies gigi merupakan salah satu dari berbagai penyakitmanusia yang paling umum terjadi. Penyakit ini disebabkanterbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi darisisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi denganmikroorganisme yang terdapat pada mulut. Salah satu bakteri yangdianggap sangat berperan dalam mekanisme pembentukkan karies gigidan peningkatan kolonisasi bakteri adalah bakteri Streptococcusmutans.BakteriS. mutans dianggap sebagai bakteri penyebab kariesgigi karena kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan gigi.Pencarian senyawa bioaktif dari bahan alam masih menjadi alternatif,salah satunya dari tumbuhan Myrmecodia pendans. Penelitian inibertujuan mengetahui efektifitas ekstrak etil asetat M. Pendans dalammenghambat pertumbuhan S. mutans.Uji aktivitas antibakteri denganmenggunakan metode Kirby Bauer dan agar difusi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hasil uji sensitivitasterpenoid pada konsentrasi10000; 5000 dan 2000 ppm berturut-turut adalah 17,9; 16,8; 13,6 mm.Hasil uji KHM dan KBM berturut-turut 78.125 dan 625 ppm.
{"title":"EFEKTIFITAS EKSTRAK ETIL ASETAT TUMBUHAN MYRMECODIA PENDANS TERHADAP BAKTERI STREPTOCOCCUS MUTANS ATCC 25175","authors":"Widyawati Widyawati","doi":"10.33854/JBD.V5I2.160","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.160","url":null,"abstract":"Penyakit karies gigi merupakan salah satu dari berbagai penyakitmanusia yang paling umum terjadi. Penyakit ini disebabkanterbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi darisisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi denganmikroorganisme yang terdapat pada mulut. Salah satu bakteri yangdianggap sangat berperan dalam mekanisme pembentukkan karies gigidan peningkatan kolonisasi bakteri adalah bakteri Streptococcusmutans.BakteriS. mutans dianggap sebagai bakteri penyebab kariesgigi karena kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan gigi.Pencarian senyawa bioaktif dari bahan alam masih menjadi alternatif,salah satunya dari tumbuhan Myrmecodia pendans. Penelitian inibertujuan mengetahui efektifitas ekstrak etil asetat M. Pendans dalammenghambat pertumbuhan S. mutans.Uji aktivitas antibakteri denganmenggunakan metode Kirby Bauer dan agar difusi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hasil uji sensitivitasterpenoid pada konsentrasi10000; 5000 dan 2000 ppm berturut-turut adalah 17,9; 16,8; 13,6 mm.Hasil uji KHM dan KBM berturut-turut 78.125 dan 625 ppm.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133884717","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang menyebabkan kerusakanjaringan periodontal dan menyebabkan kehilangan gigi. Periodontitismerupakan penyebab utama terjadinya resorpsi tulang alveolar. Asamusnat yang berasal dari kandungan kayu angin diketahui mengandungantibakteri, antiinflamasi, dan antijamur yang dapat digunakan sebagaibahan obat-obatan. Asam usnat adalah antibiotik spektrum luas dankandungannya dapat diperoleh dari lichen dan dapat menghambatbakteri patogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh pemberian asam usnat terhadap jumlah sel osteoblas padatikus periodontitis. Jenis penelitian yang digunakan adalaheksperimental laboratorium dengan rancangan control group post testonly design. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattusnorvegicus) sebanyak 24 ekor. Tikus dikelompokan menjadi 4kelompok yang masing-masingnya terdiri dari 6 ekor dan dibagi dalamdua priode hari untuk dekapitasi pada hari ke-7 dan hari ke-14 sehinggadidapatkan sampel tiap kelompok menjadi 3 ekor. Tikus diinduksiperiodontitis dengan benang silk ligature 3,0 kemudian diberikan asamusnat gel dengan konsentrasi 2,04% dan 6,06%. Hasil penelitian inimenunjukan rerata jumlah sel osteoblas berbeda bermakna (p<0,05)pada setiap kelompok penelitian. Pemberian asam usnat 6,06%menunjukan rerata sehat (kelompok kontrol negatif). Hal inidisebabkan karna adanya kandungan antiinflamasi dan antibakteri dariasam usnat. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian asamusnat terhadap jumlah sel osteoblas pada tikus periodontitis dimanaasam usnat dengan konsentrasi 6,06% lebih efektif dibandingkan asamusnat dengan konsentrasi 2,04%.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN ASAM USNAT TERHADAP JUMLAH SEL OSTEOBLAS PADA TIKUS PERIODONTITIS","authors":"D. R. Sari, C. Lestari, Satria Yandi","doi":"10.33854/JBD.V5I2.159","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.159","url":null,"abstract":"Periodontitis adalah penyakit inflamasi yang menyebabkan kerusakanjaringan periodontal dan menyebabkan kehilangan gigi. Periodontitismerupakan penyebab utama terjadinya resorpsi tulang alveolar. Asamusnat yang berasal dari kandungan kayu angin diketahui mengandungantibakteri, antiinflamasi, dan antijamur yang dapat digunakan sebagaibahan obat-obatan. Asam usnat adalah antibiotik spektrum luas dankandungannya dapat diperoleh dari lichen dan dapat menghambatbakteri patogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh pemberian asam usnat terhadap jumlah sel osteoblas padatikus periodontitis. Jenis penelitian yang digunakan adalaheksperimental laboratorium dengan rancangan control group post testonly design. Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan (Rattusnorvegicus) sebanyak 24 ekor. Tikus dikelompokan menjadi 4kelompok yang masing-masingnya terdiri dari 6 ekor dan dibagi dalamdua priode hari untuk dekapitasi pada hari ke-7 dan hari ke-14 sehinggadidapatkan sampel tiap kelompok menjadi 3 ekor. Tikus diinduksiperiodontitis dengan benang silk ligature 3,0 kemudian diberikan asamusnat gel dengan konsentrasi 2,04% dan 6,06%. Hasil penelitian inimenunjukan rerata jumlah sel osteoblas berbeda bermakna (p<0,05)pada setiap kelompok penelitian. Pemberian asam usnat 6,06%menunjukan rerata sehat (kelompok kontrol negatif). Hal inidisebabkan karna adanya kandungan antiinflamasi dan antibakteri dariasam usnat. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian asamusnat terhadap jumlah sel osteoblas pada tikus periodontitis dimanaasam usnat dengan konsentrasi 6,06% lebih efektif dibandingkan asamusnat dengan konsentrasi 2,04%.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125595641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gigi imatur dengan nekrosis pulpa akibat trauma , karies atau pathosispulpa. Dimana pembentukan dentin terganggu dan perkembangan akarberhenti sehingga terjadi perubahan warna gigi. Mineral trioxideaggregate (MTA) adalah bahan alternatif yang dapat digunakan untukapeksifikasi apeks terbuka karena biokompatibilitasnya, nonmutagenisitas,non-neurotoksisitas, kemampuan regeneratif, dan sifatseal yang baik. Pada kasus ini penggunaan MTA sebagai plug apikal,pada gigi yang imature dengan apeks terbuka merupakan keputusanyang tepat. Tujuan dari laporan kasus ini adalah menjelaskanpenggunaan MTA sebagai apical pluq pada gigi insisivus lateralmaksila dengan diagnosis pulpa nekrosis dengan apeks terbuka dandilanjutkan bleaching internal. Seorang pasien pria 43 tahun yangdatang ke RSGM, Universitas Sumatera Utara dengan keluhan utamagigi yang berubah warna . Pemeriksaan radiografi menunjukkan apeksterbuka untuk gigi #12. Setelah cleaning and shapping dilakukan,kalsium hidroksida ditempatkan sebagai medikamen intracanal. MTAdiletakkan kedalam saluran akar dengan ketebalan 3-4 mmmenggunakan hand pluggers. Obturasi dengan gutta-perchatermoplastik. Penggunaan MTA telah banyak direkomendasikan untukkasus apeks terbuka. Karena memiliki apical seal yang baik,biokompatibilitas dan kemampuan regenerasi jaringan periodontal.Setelah di Follow up tidak adanya keluhan baik secara klinis maupunradiografi. Laporan kasus ini menunjukkan MTA sebagai bahanalternatif untuk apical plug pada metode konvensional apeksifikasi.
伊玛图尔牙齿因外伤、龋齿或病原体而坏死。牙本质的形成被打断了,牙本质的发育被打断了,所以牙齿的颜色发生了变化。三氧化aggregate矿物(MTA)是一种替代材料,可以用于可再生再生的apeks,因为其生物相容性、非神经毒性、非神经毒性和良好的再生能力。在这种情况下,使用MTA作为垫片的插头,在未磨损的门牙上,这是正确的决定。本病例报告的目的是明确使用MTA作为一种软腭后牙髓鞘的apical pluq,并诊断为颅内坏死,并继续内化。一名43岁的男性病人来到苏门答腊岛北部的RSGM,他抱怨一种主色泽发生了变化。x光检查显示12号牙齿出现异常。清洁和切片完成后,氢氧化钙被放置为内部介质。mtack用3-4的厚度和3-4的精液进入根管。黑超热塑性obtution with tut - percha热塑性。MTA的使用对于开放的apeks案例有很多推荐。因为它们有很好的耐久性、生物兼容性和骨周组织再生能力。尸检后没有任何抱怨,临床上也没有x射线照相。案件报告指出,MTA对传统的应用方法进行消防插入是最有利的。
{"title":"MTA AS AN APICAL PLUG IN NONVITAL TOOTH WITH OPEN APEX : A CASE REPORT","authors":"Imelda Darmawi, D. Dennis, Trimurni Abidin","doi":"10.33854/JBD.V5I2.155","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBD.V5I2.155","url":null,"abstract":"Gigi imatur dengan nekrosis pulpa akibat trauma , karies atau pathosispulpa. Dimana pembentukan dentin terganggu dan perkembangan akarberhenti sehingga terjadi perubahan warna gigi. Mineral trioxideaggregate (MTA) adalah bahan alternatif yang dapat digunakan untukapeksifikasi apeks terbuka karena biokompatibilitasnya, nonmutagenisitas,non-neurotoksisitas, kemampuan regeneratif, dan sifatseal yang baik. Pada kasus ini penggunaan MTA sebagai plug apikal,pada gigi yang imature dengan apeks terbuka merupakan keputusanyang tepat. Tujuan dari laporan kasus ini adalah menjelaskanpenggunaan MTA sebagai apical pluq pada gigi insisivus lateralmaksila dengan diagnosis pulpa nekrosis dengan apeks terbuka dandilanjutkan bleaching internal. Seorang pasien pria 43 tahun yangdatang ke RSGM, Universitas Sumatera Utara dengan keluhan utamagigi yang berubah warna . Pemeriksaan radiografi menunjukkan apeksterbuka untuk gigi #12. Setelah cleaning and shapping dilakukan,kalsium hidroksida ditempatkan sebagai medikamen intracanal. MTAdiletakkan kedalam saluran akar dengan ketebalan 3-4 mmmenggunakan hand pluggers. Obturasi dengan gutta-perchatermoplastik. Penggunaan MTA telah banyak direkomendasikan untukkasus apeks terbuka. Karena memiliki apical seal yang baik,biokompatibilitas dan kemampuan regenerasi jaringan periodontal.Setelah di Follow up tidak adanya keluhan baik secara klinis maupunradiografi. Laporan kasus ini menunjukkan MTA sebagai bahanalternatif untuk apical plug pada metode konvensional apeksifikasi.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114682492","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}