Peranti ortodonti cekat saat ini sudah banyak digunakan di masyarakat luas. Masyarakat sering tidak menyadari resiko dari penggunaan peranti ortodonti cekat. Peranti ortodonti cekat memiliki bentuk yang rumit sehingga mempermudah melekatnya plak lebih lama dan dapat meningkatkan risiko karies, gingivitis, dan kemungkinan terjadi penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak pemakaian peranti ortodonti cekat antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2011-2014 Universitas Baiturrahmah. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 80. Sampel berjumlah 44 orang yang terdiri dari 22 mahasiswa fakultas kedokteran dan 22 mahasiswa fakultas kedokteran gigi. Analisis data dilakukan dengan uji Independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,200>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan skor plak pemakaian peranti ortodonti cekat antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2011-2014 Universitas Baiturrahmah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran maupun mahasiswa kedokteran gigi tidak menunjukkan perbedaan skor plak pada pemakaian peranti ortodonti cekat.
{"title":"PERBEDAAN SKOR PLAK PEMAKAI PERANTI ORTODONTI CEKAT ANTARA MAHASISWA FKG DENGAN MAHASISWA FK UNIVERSITAS BAITURRAHMAH ANGKATAN 2011-2014","authors":"Intan Dery Selvia, Kornialia Kornialia, Yenita Alamsyah","doi":"10.33854/jbdjbd.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.65","url":null,"abstract":"Peranti ortodonti cekat saat ini sudah banyak digunakan di masyarakat luas. Masyarakat sering tidak menyadari resiko dari penggunaan peranti ortodonti cekat. Peranti ortodonti cekat memiliki bentuk yang rumit sehingga mempermudah melekatnya plak lebih lama dan dapat meningkatkan risiko karies, gingivitis, dan kemungkinan terjadi penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak pemakaian peranti ortodonti cekat antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2011-2014 Universitas Baiturrahmah. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 80. Sampel berjumlah 44 orang yang terdiri dari 22 mahasiswa fakultas kedokteran dan 22 mahasiswa fakultas kedokteran gigi. Analisis data dilakukan dengan uji Independent T-test. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,200>0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan skor plak pemakaian peranti ortodonti cekat antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2011-2014 Universitas Baiturrahmah. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran maupun mahasiswa kedokteran gigi tidak menunjukkan perbedaan skor plak pada pemakaian peranti ortodonti cekat.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127894759","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Kerusakan tulang alveolar dapat menimbulkan berbagai defek. Salah satu cara untuk merekonstruksi defek tersebut adalah dengan teknik bone grafting. Hal ini membutuhkan bahan regenerasi seperti bonegraft. Berbagai jenis bahan bonegraft telah digunakan untuk meregenerasi kerusakan tulang akibat penyakit periodontal. Penelitian ini menggunakan gigi manusia karena bahan ini memiliki kesamaan struktur dengan tulang, dan selain itu gigi yang telah diekstraksi seringkali dibuang karena dianggap sebagai limbah klinis. Tujuan: Mengetahui hasil gambaran karakteristik scaffold hidroksiapatit dari gigi manusia dengan metode planetary ball mill menggunakan uji scanning electron microscope (SEM). Bahan dan Metode: Gigi yang telah diekstraksi dan telah dibuang mahkotanya kemudian direbus, dihancurkan menggunakan palu, di timbang menggunakan neraca, kalsinasi dengan suhu 600℃, 900℃ dan 1200℃ setelah itu di haluskan menggunakan alat ball mill kemudian dilakukan uji SEM. Hasil: Terdapat porus pada masing-masing sampel dengan diameter ± 1,08-2,18 µm dengan suhu 600℃, ± 1,24-1,53 µm dengan suhu 900℃ dan ± 1,34-2,65 µm dengan suhu 1200℃. Simpulan: Dari hasil pengujian SEM pada suhu 1200℃ diameter porusnya lebih besar dibandingkan sampel lainnya dan pada pengujian ini berhasil didapatkannya scaffold dengan sifat porus menggunakan metode planetary ball mill.
{"title":"GAMBARAN KARAKTERISTIK SCAFFOLD HIDROKSIAPATIT GIGI MANUSIA DENGAN METODE PLANETARY BALL MILL MENGGUNAKAN UJI SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)","authors":"N. Bariyah, Andries Pascawinata, Firdaus Firdaus","doi":"10.33854/jbdjbd.69","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.69","url":null,"abstract":"Latar belakang: Kerusakan tulang alveolar dapat menimbulkan berbagai defek. Salah satu cara untuk merekonstruksi defek tersebut adalah dengan teknik bone grafting. Hal ini membutuhkan bahan regenerasi seperti bonegraft. Berbagai jenis bahan bonegraft telah digunakan untuk meregenerasi kerusakan tulang akibat penyakit periodontal. Penelitian ini menggunakan gigi manusia karena bahan ini memiliki kesamaan struktur dengan tulang, dan selain itu gigi yang telah diekstraksi seringkali dibuang karena dianggap sebagai limbah klinis. Tujuan: Mengetahui hasil gambaran karakteristik scaffold hidroksiapatit dari gigi manusia dengan metode planetary ball mill menggunakan uji scanning electron microscope (SEM). Bahan dan Metode: Gigi yang telah diekstraksi dan telah dibuang mahkotanya kemudian direbus, dihancurkan menggunakan palu, di timbang menggunakan neraca, kalsinasi dengan suhu 600℃, 900℃ dan 1200℃ setelah itu di haluskan menggunakan alat ball mill kemudian dilakukan uji SEM. Hasil: Terdapat porus pada masing-masing sampel dengan diameter ± 1,08-2,18 µm dengan suhu 600℃, ± 1,24-1,53 µm dengan suhu 900℃ dan ± 1,34-2,65 µm dengan suhu 1200℃. Simpulan: Dari hasil pengujian SEM pada suhu 1200℃ diameter porusnya lebih besar dibandingkan sampel lainnya dan pada pengujian ini berhasil didapatkannya scaffold dengan sifat porus menggunakan metode planetary ball mill.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121337974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Radiografi sefalometri adalah radiografi standar yang digunakan untuk radiografi tulang tengkorak dimana sefalometri digunakan secara ekstensif dalam ortodonti untuk menilai hubungan gigi dan rahang pada tulang wajah, analisa konveksitas wajah bisa dilihat dengan menggunakan rontgen foto sefalometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa gambaran rontgen foto sefalometri lateral terhadap konveksitas wajah pada pasien ortodonti anak di RSGM dan FKG Universitas Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi pada penelitian ini rekam medik pasien yang sedang melakukan perawatan orthodonti di RSGM Baiturrahmah pada tahun 2014-2016 dengan 50 pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh profil wajah laki-laki sebelum perawatan ortodonti lebih banyak dengan profil wajah datar yaitu 16 orang (61,5%) dan sesudah perawatan ortodonti profil wajah menjadi lebih banyak pada datar yaitu 21 orang (80,8%) dan Profil wajah perempuan sebelum perawatan ortodonti lebih banyak dengan profil wajah datar yaitu 17 orang (58,6%) dan sesudah .perawatan ortodonti profil wajah menjadi lebih banyak pada datar yaitu 18 orang (62,1%).
{"title":"ANALISA GAMBARAN RONTGEN FOTO SEFALOMETRI LATERAL TERHADAP PROFIL WAJAH PADA PASIEN PERAWATAN ORTODONTI","authors":"Hilna Fitri, Resti Iswani, Yenita Alamsyah","doi":"10.33854/jbdjbd.62","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.62","url":null,"abstract":"Radiografi sefalometri adalah radiografi standar yang digunakan untuk radiografi tulang tengkorak dimana sefalometri digunakan secara ekstensif dalam ortodonti untuk menilai hubungan gigi dan rahang pada tulang wajah, analisa konveksitas wajah bisa dilihat dengan menggunakan rontgen foto sefalometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa gambaran rontgen foto sefalometri lateral terhadap konveksitas wajah pada pasien ortodonti anak di RSGM dan FKG Universitas Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi pada penelitian ini rekam medik pasien yang sedang melakukan perawatan orthodonti di RSGM Baiturrahmah pada tahun 2014-2016 dengan 50 pasien. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh profil wajah laki-laki sebelum perawatan ortodonti lebih banyak dengan profil wajah datar yaitu 16 orang (61,5%) dan sesudah perawatan ortodonti profil wajah menjadi lebih banyak pada datar yaitu 21 orang (80,8%) dan Profil wajah perempuan sebelum perawatan ortodonti lebih banyak dengan profil wajah datar yaitu 17 orang (58,6%) dan sesudah .perawatan ortodonti profil wajah menjadi lebih banyak pada datar yaitu 18 orang (62,1%).","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114506694","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masalah kesehatan rongga mulut terbesar yang umum dihadapi yaitu karies. Salah satu faktor penting penyebab terjadinya karies yaitu kurangnya pengetahuan orang tua tentang prevalensi karies gigi. Nilai kebersihan rongga mulut penting untuk diketahui tiap individu, hal tersebut berperan dalam upaya pencegahan terhadap terjadinya karies. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang karies gigi siswa dengan indeks DMF-T/def-t pada kelompok usia 7-12 tahun di SDN 04 Kampung Olo. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua dan siswa murid usia 7-12 tahun SD 04 Kampung Olo, Padang Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 285 anak dengan 166 sampel orang tua dan anak, waktu penelitian pada 25-30 Mei 2016 dan instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner dan indeks karies DMF-T dan def-t. Analisis secara univariat ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan kepercayaan 95% α = 0.05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu (85,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sebagian besar yaitu 83,7% siswa memiliki karies gigi berdasarkan DMF-T sangat rendah. Paling banyak siswa mengalami karies gigi berdasarkan def-t sangat rendah yaitu (39,8%) siswa dan ada hubungan tingkat pengetahuan orang tua terhadap prevalensi akries gigi ebrdasarkan DMF/def-t.
{"title":"HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN STATUS KARIES GIGI ANAK USIA 7-12 TAHUN DI SD 04 KAMPUNG OLO PADANG","authors":"Dewi Elianora, S. Utami, Nyak Agam Al Amin","doi":"10.33854/jbdjbd.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.71","url":null,"abstract":"Masalah kesehatan rongga mulut terbesar yang umum dihadapi yaitu karies. Salah satu faktor penting penyebab terjadinya karies yaitu kurangnya pengetahuan orang tua tentang prevalensi karies gigi. Nilai kebersihan rongga mulut penting untuk diketahui tiap individu, hal tersebut berperan dalam upaya pencegahan terhadap terjadinya karies. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang karies gigi siswa dengan indeks DMF-T/def-t pada kelompok usia 7-12 tahun di SDN 04 Kampung Olo. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh orang tua dan siswa murid usia 7-12 tahun SD 04 Kampung Olo, Padang Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 285 anak dengan 166 sampel orang tua dan anak, waktu penelitian pada 25-30 Mei 2016 dan instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner dan indeks karies DMF-T dan def-t. Analisis secara univariat ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan kepercayaan 95% α = 0.05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu (85,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sebagian besar yaitu 83,7% siswa memiliki karies gigi berdasarkan DMF-T sangat rendah. Paling banyak siswa mengalami karies gigi berdasarkan def-t sangat rendah yaitu (39,8%) siswa dan ada hubungan tingkat pengetahuan orang tua terhadap prevalensi akries gigi ebrdasarkan DMF/def-t.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127096033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Candida albicans merupakan jamur oportunistik yang dapat menyebabkan kandidiasis rongga mulut. Insiden kandidiasis rongga mulut karena mikroba dilaporkan 20% -75%. Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai jenis penyakit salah satunya adalah buah pinang tua (Areca catechu L). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak buah pinang tua (Areca catechu L) terhadap jamur Candida albicans pada pasien kandidiasis rongga mulut. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan metode disc diffusion. Konsentrasi ekstrak buah pinang tua yang digunakan adalah 5%, 15%, 30%, 45% dan 60%. Analisa data menggunakan uji one way anova. Hasil penelitian diperoleh rata- rata zona hambat berturut-turut konsentrasi 5,8 mm, 9,8 mm, 12,3 mm, 13,2 mm dan 10,5mm. Rata-rata diameter zona hambat paling besar adalah pada konsentrasi 45%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat aktivitas antijamur ekstrak buah pinang tua terhadap daya hambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
{"title":"AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK BUAH PINANG TUA (Areca catechu L) TERHADAP JAMUR Candida albicans PADA PASIEN KANDIDIASIS RONGGA MULUT","authors":"Syayidah Sopiah, Utmi Arma, Busman Busman","doi":"10.33854/JBDJBD.104","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.104","url":null,"abstract":"Candida albicans merupakan jamur oportunistik yang dapat menyebabkan kandidiasis rongga mulut. Insiden kandidiasis rongga mulut karena mikroba dilaporkan 20% -75%. Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat dalam mengatasi berbagai jenis penyakit salah satunya adalah buah pinang tua (Areca catechu L). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak buah pinang tua (Areca catechu L) terhadap jamur Candida albicans pada pasien kandidiasis rongga mulut. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan metode disc diffusion. Konsentrasi ekstrak buah pinang tua yang digunakan adalah 5%, 15%, 30%, 45% dan 60%. Analisa data menggunakan uji one way anova. Hasil penelitian diperoleh rata- rata zona hambat berturut-turut konsentrasi 5,8 mm, 9,8 mm, 12,3 mm, 13,2 mm dan 10,5mm. Rata-rata diameter zona hambat paling besar adalah pada konsentrasi 45%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat aktivitas antijamur ekstrak buah pinang tua terhadap daya hambat pertumbuhan jamur Candida albicans.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"113 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130818274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang : Gigi yang paling banyak hilang pada gigi permanen adalah gigi molar. Indeks DMF-T 2,78, M-T 2,29, MTI 82,4% dengan persentase penggunaan gigi tiruan 9,2% di Kota Padang. Dari 20 Pukesmas di Kota Padang tahun 2011, Puskesmas Lubuk Buaya di Kecamatan Koto Tangah mempunyai jumlah pencabutan gigi permanen tertinggi . Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran jumlah kehilangan gigi molar permanen di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya berdasarkan karakteristik responden. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel berjumlah 97 responden merupakan masyarakat berusia 25-44 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 90,7% responden memiliki kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Sedangkan sebanyak 9,3% responden kehilangan gigi 5-8 gigi molar permanen. Jenis kelamin laki-laki 84,6% dan perempuan 97,8% kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Sebagian besar responden berdasarkan usia 25-44 tahun kehilangan 1-4 gigi molar pemanen. Tingkat pendidikan SD 100% kehilangan 5-8 gigi molar permanen sedangkan tingkat pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sebagian besar kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Simpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan terhadap jumlah kehilangan gigi molar permanen di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya.
{"title":"GAMBARAN JUMLAH KEHILANGAN GIGI MOLAR PERMANEN PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG","authors":"M. Murniwati","doi":"10.33854/jbdjbd.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.68","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Gigi yang paling banyak hilang pada gigi permanen adalah gigi molar. Indeks DMF-T 2,78, M-T 2,29, MTI 82,4% dengan persentase penggunaan gigi tiruan 9,2% di Kota Padang. Dari 20 Pukesmas di Kota Padang tahun 2011, Puskesmas Lubuk Buaya di Kecamatan Koto Tangah mempunyai jumlah pencabutan gigi permanen tertinggi . Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran jumlah kehilangan gigi molar permanen di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya berdasarkan karakteristik responden. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel berjumlah 97 responden merupakan masyarakat berusia 25-44 tahun yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya dan memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 90,7% responden memiliki kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Sedangkan sebanyak 9,3% responden kehilangan gigi 5-8 gigi molar permanen. Jenis kelamin laki-laki 84,6% dan perempuan 97,8% kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Sebagian besar responden berdasarkan usia 25-44 tahun kehilangan 1-4 gigi molar pemanen. Tingkat pendidikan SD 100% kehilangan 5-8 gigi molar permanen sedangkan tingkat pendidikan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi sebagian besar kehilangan 1-4 gigi molar permanen. Simpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan terhadap jumlah kehilangan gigi molar permanen di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130831441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gingivitis disebabkan oleh akumulasi plak yang juga dapat mengakibatkan pH saliva menjadi relatif asam.Salah satu cara untuk meningkatkan pH saliva adalah berkumur dengan obat kumur. Obat kumur alami yang dapat digunakan salah satunya adalah α-mangostin 0,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara efek obat kumur α-mangostin 0,5% dan klorhexidin 0,2% terhadap pH saliva pada penderita gingivitis, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Rancangan penelitian adalah pretest-posttest study, populasi adalah penderita gingivitis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah dalam 2 kelompok dengan masing-masng kelompok terdiri dari 16 sampel. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah berkumur dengan obat kumur α-mangostin 0,5% dan klorheksidin 0,2% dengan value=0,001
{"title":"PERBEDAANANTARA OBAT KUMUR α-MANGOSTIN 0,5% DAN KLORHEKSIDIN 0,2% TERHADAP pH SALIVA PADA PENDERITA GINGIVITIS","authors":"Eka Putri Haripa, Citra Lestari, Intan Batura Endo mahata","doi":"10.33854/jbdjbd.61","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbdjbd.61","url":null,"abstract":"Gingivitis disebabkan oleh akumulasi plak yang juga dapat mengakibatkan pH saliva menjadi relatif asam.Salah satu cara untuk meningkatkan pH saliva adalah berkumur dengan obat kumur. Obat kumur alami yang dapat digunakan salah satunya adalah α-mangostin 0,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara efek obat kumur α-mangostin 0,5% dan klorhexidin 0,2% terhadap pH saliva pada penderita gingivitis, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu. Rancangan penelitian adalah pretest-posttest study, populasi adalah penderita gingivitis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah dalam 2 kelompok dengan masing-masng kelompok terdiri dari 16 sampel. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah berkumur dengan obat kumur α-mangostin 0,5% dan klorheksidin 0,2% dengan value=0,001","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133221445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Infeksi silang menjadi perhatian utama bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi beresiko berkontak dengan mikroorganisme patogen pada saat merawat pasien, diantaranya termasuk HIV, Virus hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), virus herpes simplex tipe 1 dan 2, Mycobacterium tuberkulosis,dan lain-lain. Kurangnya pengetahuan tentang potensi infeksi yang dibawa saliva dan darah serta mengabaikan perlindungan diri dapat membahayakan petugas kesehatan gigi dan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang infeksi silang dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jumlah sampel adalah 154 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengumpulan data dilakukan pengamatan dengan mengisi formulir pengamatan dan pengisian kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 69 (86,3%) mereka yang berpengetahuan tinggi melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan baik, sedangkan yang rendah sebanyak 18 (24,3 %) yang melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan tidak baik. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,141 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi kejadian kategori pengetahuan dengan penatalaksanaan atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG INFEKSI SILANG DENGAN PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI","authors":"I. Sari, Dhona Afriza, Masra Roesnoer","doi":"10.33854/jbd.v1i1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/jbd.v1i1.49","url":null,"abstract":"Infeksi silang menjadi perhatian utama bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter gigi dan tenaga kesehatan gigi beresiko berkontak dengan mikroorganisme patogen pada saat merawat pasien, diantaranya termasuk HIV, Virus hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), virus herpes simplex tipe 1 dan 2, Mycobacterium tuberkulosis,dan lain-lain. Kurangnya pengetahuan tentang potensi infeksi yang dibawa saliva dan darah serta mengabaikan perlindungan diri dapat membahayakan petugas kesehatan gigi dan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang infeksi silang dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel adalah mahasiswa kepaniteraan klinik FKG Baiturrahmah. Jumlah sampel adalah 154 orang, sedangkan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengumpulan data dilakukan pengamatan dengan mengisi formulir pengamatan dan pengisian kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 69 (86,3%) mereka yang berpengetahuan tinggi melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan baik, sedangkan yang rendah sebanyak 18 (24,3 %) yang melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan tidak baik. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,141 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaaan proporsi kejadian kategori pengetahuan dengan penatalaksanaan atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116631525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background : Periodontal disease is caused by various factors.Bacterial deposit plays an important role against the occurrence of periodontal disease. One of the bacterias that contribute to the occurrence of periodontal disease is Porphyromonas gingivalis. Propolis is a natural substance contains antibacterial properties which are different depends on the type of propolis. Propolis has been used for the treatment of apthous ulcer, candidiasis, gingivitis, periodontitis, and pulpitis. Purpose : The purpose of the study is determine propolis gel Trigona sp inhibitionfrom South Sulawesi on the growth of Porphyromonas gingivalis. Methods : This research is an experimental laboratories. Inhibition test performed a diffusion method using propolis and metronidazole gel.Inhibition zone of propolis and metronidazole gel against Porphyromonas gingivalis were measured using calipers after incubation 1x24 hours, 2x24 hours, and 3x24 hours. Result :The zone of propolis gel and metronidazole gel inhibition against Porphyromonas gingivalis observed in1x24 hours, 2x24 hours, 3x24 hours.Propolis gel consecutive are6.17±0.48 mm, 5.76±0.55 mm, 5.23±0.32 mm, whereas metronidazole gelconsecutive are 13.68 ± 1.66, 13.94 ± 2:03, 12.90 ± 1.96 mm, and the difference of both inhibition zone based on time 1x24 hours, 2x24 hours, 3x24 hours are7.51, 8.18, 7.66 mm. Conclusion: South Sulawesi propolis gel have inhibitory effect on the growth of P. gingivalis bacteria. While the inhibition zone of South Sulawesi propolis gel is smaller than Metronidazole gel.
{"title":"DAYA HAMBAT GEL PROPOLIS DARI SULAWESI SELATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PORPHYROMONAS GINGIVALIS","authors":"Marwa Asdar","doi":"10.33854/JBDjbd.17","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDjbd.17","url":null,"abstract":"Background : Periodontal disease is caused by various factors.Bacterial deposit plays an important role against the occurrence of periodontal disease. One of the bacterias that contribute to the occurrence of periodontal disease is Porphyromonas gingivalis. Propolis is a natural substance contains antibacterial properties which are different depends on the type of propolis. Propolis has been used for the treatment of apthous ulcer, candidiasis, gingivitis, periodontitis, and pulpitis. Purpose : The purpose of the study is determine propolis gel Trigona sp inhibitionfrom South Sulawesi on the growth of Porphyromonas gingivalis. Methods : This research is an experimental laboratories. Inhibition test performed a diffusion method using propolis and metronidazole gel.Inhibition zone of propolis and metronidazole gel against Porphyromonas gingivalis were measured using calipers after incubation 1x24 hours, 2x24 hours, and 3x24 hours. Result :The zone of propolis gel and metronidazole gel inhibition against Porphyromonas gingivalis observed in1x24 hours, 2x24 hours, 3x24 hours.Propolis gel consecutive are6.17±0.48 mm, 5.76±0.55 mm, 5.23±0.32 mm, whereas metronidazole gelconsecutive are 13.68 ± 1.66, 13.94 ± 2:03, 12.90 ± 1.96 mm, and the difference of both inhibition zone based on time 1x24 hours, 2x24 hours, 3x24 hours are7.51, 8.18, 7.66 mm. Conclusion: South Sulawesi propolis gel have inhibitory effect on the growth of P. gingivalis bacteria. While the inhibition zone of South Sulawesi propolis gel is smaller than Metronidazole gel.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"245 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121074447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Plak gigi merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Metode penyikatan gigi yang umum dilakukan untuk mengurangi plak yaitu dengan metode Bass, baik dengan tipe bulu sikat yang lurus dan bersilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penyikatan gigi dengan tipe bulu sikat yang berbeda secara metode bass terhadap indeks plak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Plak diukur dengan menggunakan indeks plak modifikasi Quigley & Hein sebelum dan sesudah penyikatan gigi. Analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian didapatkan p=0,012 (0.05), menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara penyikatan dengan bulu sikat yang lurus dan bersilang tetapi dapat disimpulkan bahwa dengan sikat gigi yang lurus plak sudah dapat berkurang.
{"title":"PENGARUH TEKNIK PENYIKATAN GIGI METODE BASS DENGAN TIPE BULU SIKAT YANG BERBEDA TERHADAP INDEKS PLAK","authors":"R. Utari, Citra Lestari","doi":"10.33854/JBDJBD.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.33854/JBDJBD.29","url":null,"abstract":"Plak gigi merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Metode penyikatan gigi yang umum dilakukan untuk mengurangi plak yaitu dengan metode Bass, baik dengan tipe bulu sikat yang lurus dan bersilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penyikatan gigi dengan tipe bulu sikat yang berbeda secara metode bass terhadap indeks plak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Plak diukur dengan menggunakan indeks plak modifikasi Quigley & Hein sebelum dan sesudah penyikatan gigi. Analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian didapatkan p=0,012 (0.05), menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara penyikatan dengan bulu sikat yang lurus dan bersilang tetapi dapat disimpulkan bahwa dengan sikat gigi yang lurus plak sudah dapat berkurang.","PeriodicalId":431866,"journal":{"name":"B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114574769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}