This article discusses the role of Joint Business Groups (KUBE) in empowering fishermen in Alue Naga Village, Aceh, Indonesia. The study employs a qualitative descriptive approach, with primary data collected through observation, in-depth interviews, and focused group discussions. The findings reveal that KUBE significantly contributes to improving the fishermen's quality of life through education, training, and financial assistance. The emerging trend of economic improvement and increased awareness among the fishing community indicate the effectiveness of KUBE's intervention. This study demonstrates that KUBE not only strengthens economic aspects but also supports the enhancement of social capacity and entrepreneurship among fishermen. The implementation of KUBE strategies impacts the increase in income, knowledge, and skills in fishing and business management. This study concludes that, in the context of empowering fishermen, KUBE can be a key instrument in enhancing the welfare and independence of the fishing community. AbstrakArtikel ini mendiskusikan tentang peran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan nelayan di Desa Alue Naga, Aceh, Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa KUBE berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup nelayan melalui pendidikan, pelatihan, dan bantuan keuangan. Terjadinya tren peningkatan ekonomi dan kesadaran di masyarakat nelayan, menandakan efektivitas intervensi KUBE. Studi ini membuktikan bahwa KUBE tidak hanya memperkuat aspek ekonomi tetapi juga mendukung peningkatan kapasitas sosial dan kewirausahaan nelayan. Implementasi strategi KUBE berdampak pada peningkatan pendapatan, pengetahuan, dan keterampilan menangkap ikan serta pengelolaan usaha. Artikel ini menyimpulkan bahwa dalam konteks pemberdayaan nelayan, KUBE dapat menjadi salah satu instrumen utama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat nelayan.
本文讨论了联合商业团体(KUBE)在增强印度尼西亚亚齐省阿鲁埃-纳加村渔民能力方面的作用。研究采用定性描述法,通过观察、深度访谈和小组集中讨论收集原始数据。研究结果表明,KUBE 通过教育、培训和经济援助,极大地改善了渔民的生活质量。经济改善和渔民意识提高的趋势表明,KUBE 的干预措施卓有成效。这项研究表明,KUBE 不仅加强了经济方面,还支持提高渔民的社会能力和创业精神。KUBE 战略的实施对收入的增加、渔业知识和技能以及企业管理产生了影响。本研究的结论是,在增强渔民能力方面,KUBE 可以成为提高渔业社区福利和独立性的重要工具。 AbstrakArtikel ini mendiskusikan tentang peran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan nelayan di Desa Alue Naga, Aceh, Indonesia.该研究通过观察、调查和数据分析,建立了一个可持续的数据挖掘系统。目前的研究结果表明,KUBE 在提高教育、培训和社区服务的质量方面具有重要意义。通过 KUBE 的干预措施,实现了尼拉雅地区经济和社会发展的趋势。这项研究表明,KUBE 不仅能提高经济效益,还能提高社会和经济发展水平。KUBE 战略的实施将有助于加强对发展中国家和阿富汗的支持。本手册介绍了 KUBE 在促进国家发展方面的重要作用。
{"title":"Pemberdayaan Nelayan melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Desa Alue Naga, Aceh","authors":"Juaris Juaris, Jhon Wahidi, Saprijal Saprijal, Faez Syahroni","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3489","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3489","url":null,"abstract":"This article discusses the role of Joint Business Groups (KUBE) in empowering fishermen in Alue Naga Village, Aceh, Indonesia. The study employs a qualitative descriptive approach, with primary data collected through observation, in-depth interviews, and focused group discussions. The findings reveal that KUBE significantly contributes to improving the fishermen's quality of life through education, training, and financial assistance. The emerging trend of economic improvement and increased awareness among the fishing community indicate the effectiveness of KUBE's intervention. This study demonstrates that KUBE not only strengthens economic aspects but also supports the enhancement of social capacity and entrepreneurship among fishermen. The implementation of KUBE strategies impacts the increase in income, knowledge, and skills in fishing and business management. This study concludes that, in the context of empowering fishermen, KUBE can be a key instrument in enhancing the welfare and independence of the fishing community. AbstrakArtikel ini mendiskusikan tentang peran Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan nelayan di Desa Alue Naga, Aceh, Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa KUBE berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup nelayan melalui pendidikan, pelatihan, dan bantuan keuangan. Terjadinya tren peningkatan ekonomi dan kesadaran di masyarakat nelayan, menandakan efektivitas intervensi KUBE. Studi ini membuktikan bahwa KUBE tidak hanya memperkuat aspek ekonomi tetapi juga mendukung peningkatan kapasitas sosial dan kewirausahaan nelayan. Implementasi strategi KUBE berdampak pada peningkatan pendapatan, pengetahuan, dan keterampilan menangkap ikan serta pengelolaan usaha. Artikel ini menyimpulkan bahwa dalam konteks pemberdayaan nelayan, KUBE dapat menjadi salah satu instrumen utama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat nelayan.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"64 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139203034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ibnu Phonna Nurdin, Khairulyadi Khairulyadi, Cut Lusi Chairunnisak, Dara Fatia
Climate variability in coastal regions presents significant challenges for salt farmer communities in their daily activities. This article aims to describe the impact of climate variability on salt farmer communities, as well as the livelihood strategy patterns they adopt in response to this variability. The study was conducted in Gampong Cebrek, Simpang Tiga Subdistrict, Pidie District, using qualitative methods. Data were collected through in-depth interviews and observations of specifically chosen salt farming communities. The findings indicate that these communities face difficult situations due to climate variability, including issues like flooding of fields during the rainy season, salt production difficulties, and vulnerable settlements. Adaptations include storing salt production soil in huts, raising the floor levels of homes and salt huts, and cleaning water channels. These challenges have led farmers to adopt strategies such as land intensification and extensification, livelihood diversification, and migration. Although these strategies are effective, migration, in particular, has negative impacts like the loss of future generations of salt farmers. Therefore, government support is needed to help salt farmer communities face the challenges of climate variability. AbstrakVariabilitas iklim di wilayah pesisir menyajikan tantangan signifikan bagi komunitas petani garam dalam menjalankan aktivitas harian mereka. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan terkait paparan variabilitas iklim pada komunitas petani garam serta pola strategi nafkah petani garam dalam menghadapi variabilitas iklim tersebut. Studi ini dilakukan di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi pada komunitas petani garam yang dipilih secara purposive. Temuan menunjukkan bahwa komunitas ini menghadapi situasi sulit akibat variabilitas iklim, dengan masalah seperti banjir di lahan saat musim hujan, kesulitan produksi garam, dan pemukiman yang rentan. Adaptasi yang dilakukan termasuk penyimpanan tanah produksi di pondok, peninggian lantai rumah dan pondok garam, serta pembersihan saluran air. Permasalahan ini mendorong petani mengembangkan strategi adaptasi, termasuk intensifikasi dan ekstensifikasi lahan, diversifikasi nafkah, dan migrasi. Meskipun strategi ini efektif, migrasi menimbulkan dampak negatif berupa hilangnya regenerasi petani garam. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pemerintah untuk membantu komunitas petani garam menghadapi tantangan variabilitas iklim.
沿海地区的气候多变性给盐农社区的日常活动带来了巨大挑战。本文旨在描述气候多变性对盐农社区的影响,以及他们为应对气候多变性而采取的生计策略模式。研究采用定性方法,在皮迪区 Simpang Tiga 分区 Gampong Cebrek 进行。研究人员通过深入访谈和对特定盐田社区的观察收集数据。研究结果表明,这些社区面临着气候多变性带来的困境,包括雨季田地被淹、盐业生产困难、居住区易受影响等问题。适应措施包括将制盐土壤储存在小屋里、提高房屋和盐屋的地面高度以及清理水渠。这些挑战促使农民采取土地集约化和扩大化、生计多样化和迁移等策略。尽管这些策略行之有效,但迁移尤其会带来负面影响,如盐农后代的流失。因此,政府需要提供支持,帮助盐农社区应对气候多变性的挑战。 摘要沿海地区的气候多变性给盐农社区开展日常活动带来了巨大挑战。本文旨在描述盐农社区所面临的气候多变性以及盐农应对气候多变性的生计策略模式。本研究采用定性方法在皮迪县辛邦提加区甘邦塞布雷克(Gampong Cebrek)进行。研究人员通过深入访谈和观察,有针对性地选择了一个盐田社区收集数据。研究结果表明,该社区面临气候多变性带来的困境,如雨季土地被淹、盐业生产困难、居住区易受影响等问题。适应措施包括在茅屋中储存生产用土、加高房屋和盐屋的地板以及清理水道。这些问题促使农民制定适应战略,包括土地集约化和扩展、收入多样化和迁移。虽然这些策略行之有效,但迁移也带来了负面影响,即盐农丧失了再生能力。因此,需要政府提供支持,帮助盐农社区应对气候多变性的挑战。
{"title":"Strategi Nafkah Komunitas Petani Garam dalam Menghadapi Variabilitas Iklim di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie","authors":"Ibnu Phonna Nurdin, Khairulyadi Khairulyadi, Cut Lusi Chairunnisak, Dara Fatia","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3374","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3374","url":null,"abstract":"Climate variability in coastal regions presents significant challenges for salt farmer communities in their daily activities. This article aims to describe the impact of climate variability on salt farmer communities, as well as the livelihood strategy patterns they adopt in response to this variability. The study was conducted in Gampong Cebrek, Simpang Tiga Subdistrict, Pidie District, using qualitative methods. Data were collected through in-depth interviews and observations of specifically chosen salt farming communities. The findings indicate that these communities face difficult situations due to climate variability, including issues like flooding of fields during the rainy season, salt production difficulties, and vulnerable settlements. Adaptations include storing salt production soil in huts, raising the floor levels of homes and salt huts, and cleaning water channels. These challenges have led farmers to adopt strategies such as land intensification and extensification, livelihood diversification, and migration. Although these strategies are effective, migration, in particular, has negative impacts like the loss of future generations of salt farmers. Therefore, government support is needed to help salt farmer communities face the challenges of climate variability. AbstrakVariabilitas iklim di wilayah pesisir menyajikan tantangan signifikan bagi komunitas petani garam dalam menjalankan aktivitas harian mereka. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan terkait paparan variabilitas iklim pada komunitas petani garam serta pola strategi nafkah petani garam dalam menghadapi variabilitas iklim tersebut. Studi ini dilakukan di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi pada komunitas petani garam yang dipilih secara purposive. Temuan menunjukkan bahwa komunitas ini menghadapi situasi sulit akibat variabilitas iklim, dengan masalah seperti banjir di lahan saat musim hujan, kesulitan produksi garam, dan pemukiman yang rentan. Adaptasi yang dilakukan termasuk penyimpanan tanah produksi di pondok, peninggian lantai rumah dan pondok garam, serta pembersihan saluran air. Permasalahan ini mendorong petani mengembangkan strategi adaptasi, termasuk intensifikasi dan ekstensifikasi lahan, diversifikasi nafkah, dan migrasi. Meskipun strategi ini efektif, migrasi menimbulkan dampak negatif berupa hilangnya regenerasi petani garam. Oleh karena itu, diperlukan dukungan pemerintah untuk membantu komunitas petani garam menghadapi tantangan variabilitas iklim.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"327 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139203614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Religion, culture, and politics form a unified entity in society that cannot be separated. These three elements shape human life both socially and as citizens. The purpose of this study was to explore the relationship between religion, culture, and politics within the Toba Batak community in Samosir Regency. This research utilized qualitative methods to comprehensively understand the experiences of the subjects. The findings reveal that the relationship between religion, culture, and politics is evident in the implementation of the 'dalihan na tolu' kinship system. The Toba Batak community exhibits openness towards others outside their tribe, a practice facilitated by incorporating clan affiliations as a basis for determining kinship. The culture of solidarity in the Batak Toba community influences their political behavior. The community supports their family members who run in general elections, with this solidarity serving as both social and economic capital for the Toba Batak people engaging in political activities, particularly for those aspiring to become regional head candidates or council members. In selecting leaders, the Batak Toba community considers not only the educational and other qualifications of potential leaders but also their sociological background. AbstrakAgama, kebudayaan, dan politik merupakan satu kesatuan di dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga hal tersebut menyebabkan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai warga negara berlangsung. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui relasi agama, kebudayaan dan politik pada masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir. Kajian ini menggunakan metode kualitatif untuk memahami. Hasil Kajian ini menunjukkan relasi agama, kebudayaan dan politik terlihat dalam implementasi sistem kekerabatan dalihan na tolu. Masyarakat Batak Toba dengan orang lain di luar suku Batak Toba, keterbukaan tersebut dilakukan dengan penabalan marga sebagai dasar suku Batak Toba untuk menentukan sistem kekerabatan. Budaya solidaritas menjadi pedoman masyarakat Batak Toba dalam berperilaku politik. Masyarakat akan membantu keluarganya yang maju dalam pemilihan umum. Solidaritas ini merupakan modal sosial sekaligus modal ekonomi bagi masyarakat Batak Toba yang melakukan aktivitas politik, khususnya anggota masyarakat yang maju menjadi calon kepala daerah dan anggota dewan. Pemilihan pemimpin pada masyarakat Batak Toba hingga kini masih memperhitungkan latar belakang calon seorang pemimpin. Latar belakang bukan hanya dari pendidikan atau modal lain dari calon pemimpin yang mumpuni, namun lebih kepada aspek-aspek sosiologis.
宗教、文化和政治在社会中形成了一个不可分割的统一体。这三个要素塑造了人类的社会生活和公民生活。本研究的目的是探讨萨莫希尔行政区多巴峇达克社区中宗教、文化和政治之间的关系。本研究采用定性方法全面了解研究对象的经历。研究结果表明,宗教、文化和政治之间的关系在 "dalihan na tolu "亲属制度的实施中表现得非常明显。多巴峇達克族對部落以外的人持開放態度,這種做法是以氏族隸屬關係作為決定親屬關係的基礎。多巴巴塔克社区的团结文化影响了他们的政治行为。社区支持他们的家庭成员参加大选,这种团结既是多巴巴塔克人参与政治活动的社会资本,也是他们参与政治活动的经济资本,尤其是对那些有志于成为地区首领候选人或理事会成员的人而言。在挑选领导人时,多巴巴塔克社区不仅考虑潜在领导人的学历和其他资格,还考虑他们的社会学背景。 摘要宗教、文化和政治是社会中不可分割的统一体。这三者是人类社会生活和公民生活的基础。本研究旨在确定萨莫希尔行政区多巴巴塔克社区的宗教、文化和政治之间的关系。本研究采用定性方法进行了解。研究结果表明,宗教、文化和政治之间的关系可以从 Dalihan na tolu 亲族制度的实施中体现出来。多巴峇峇族群与多巴峇峇族群以外的其他人,以姓氏作为多巴峇峇族群确定亲属制度的基础,进行开放。团结文化指导着多巴巴塔克人的政治行为。社区会帮助参加大选的家人。这种团结对于开展政治活动的多巴巴塔克人来说既是社会资本,也是经济资本,尤其是对于晋升为地区首脑和理事会成员候选人的社区成员来说更是如此。多巴巴塔克社区在挑选领导人时仍然会考虑潜在领导人的背景。背景不仅来自合格的未来领导人的教育或其他资本,更多的是来自社会学方面。
{"title":"Relasi Agama, Kebudayaan dan Politik pada Masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir","authors":"Harisan Boni Firmando, Elvri Teresia Simbolon, Roida Lumbantobing","doi":"10.22373/jsai.v4i3.2939","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.2939","url":null,"abstract":"Religion, culture, and politics form a unified entity in society that cannot be separated. These three elements shape human life both socially and as citizens. The purpose of this study was to explore the relationship between religion, culture, and politics within the Toba Batak community in Samosir Regency. This research utilized qualitative methods to comprehensively understand the experiences of the subjects. The findings reveal that the relationship between religion, culture, and politics is evident in the implementation of the 'dalihan na tolu' kinship system. The Toba Batak community exhibits openness towards others outside their tribe, a practice facilitated by incorporating clan affiliations as a basis for determining kinship. The culture of solidarity in the Batak Toba community influences their political behavior. The community supports their family members who run in general elections, with this solidarity serving as both social and economic capital for the Toba Batak people engaging in political activities, particularly for those aspiring to become regional head candidates or council members. In selecting leaders, the Batak Toba community considers not only the educational and other qualifications of potential leaders but also their sociological background. AbstrakAgama, kebudayaan, dan politik merupakan satu kesatuan di dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga hal tersebut menyebabkan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai warga negara berlangsung. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui relasi agama, kebudayaan dan politik pada masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir. Kajian ini menggunakan metode kualitatif untuk memahami. Hasil Kajian ini menunjukkan relasi agama, kebudayaan dan politik terlihat dalam implementasi sistem kekerabatan dalihan na tolu. Masyarakat Batak Toba dengan orang lain di luar suku Batak Toba, keterbukaan tersebut dilakukan dengan penabalan marga sebagai dasar suku Batak Toba untuk menentukan sistem kekerabatan. Budaya solidaritas menjadi pedoman masyarakat Batak Toba dalam berperilaku politik. Masyarakat akan membantu keluarganya yang maju dalam pemilihan umum. Solidaritas ini merupakan modal sosial sekaligus modal ekonomi bagi masyarakat Batak Toba yang melakukan aktivitas politik, khususnya anggota masyarakat yang maju menjadi calon kepala daerah dan anggota dewan. Pemilihan pemimpin pada masyarakat Batak Toba hingga kini masih memperhitungkan latar belakang calon seorang pemimpin. Latar belakang bukan hanya dari pendidikan atau modal lain dari calon pemimpin yang mumpuni, namun lebih kepada aspek-aspek sosiologis.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"24 17","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139197328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The protracted conflict in Aceh has inflicted significant damage upon the region's social and educational infrastructure, engendering an urgent imperative for the integration of peace education within educational institutions. This article aims to discuss the urgency of peace education in Aceh's educational institutions. A qualitative research methodology, employing a literature study approach, was adopted, gathering and analyzing data from various relevant sources to gain a comprehensive understanding. This study showed that peace education is not only critical for post-conflict recovery but also essential in shaping the attitudes of tolerance and conflict understanding among the youth. This need is underscored by Aceh's conflict history and its enduring impact on society. The article concludes that peace education is an urgent requirement in Aceh's schools, with the potential to equip students with knowledge and attitudes supportive of sustained peace and future violence prevention. Investment in peace education in Aceh is vital for regional stability and serves as a potential global model for post-conflict peacebuilding.
{"title":"The Urgency of Peace Education in Aceh's Educational Institutions","authors":"Halik Halik, Siti Ikramatoun, Nina Suryana","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3936","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3936","url":null,"abstract":"The protracted conflict in Aceh has inflicted significant damage upon the region's social and educational infrastructure, engendering an urgent imperative for the integration of peace education within educational institutions. This article aims to discuss the urgency of peace education in Aceh's educational institutions. A qualitative research methodology, employing a literature study approach, was adopted, gathering and analyzing data from various relevant sources to gain a comprehensive understanding. This study showed that peace education is not only critical for post-conflict recovery but also essential in shaping the attitudes of tolerance and conflict understanding among the youth. This need is underscored by Aceh's conflict history and its enduring impact on society. The article concludes that peace education is an urgent requirement in Aceh's schools, with the potential to equip students with knowledge and attitudes supportive of sustained peace and future violence prevention. Investment in peace education in Aceh is vital for regional stability and serves as a potential global model for post-conflict peacebuilding.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139199648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tidal floods (rob floods) have become hazardous disasters due to their potential to submerge an area. Appropriate measures are necessary to address the existing disaster threat in order to prevent undesirable consequences. This research aims to investigate how the community of Mangkang Wetan and its structural government respond to the threat of tidal floods, thus assessing the preparedness of both the community and the government in dealing with such disasters. The study employs a qualitative approach, using data collection techniques such as observation and interviews conducted with the local community and the structural government involved in handling the floods in Mangkang Wetan. This study shows that the government has not yet exerted its full efforts in both structural and non-structural flood mitigation, as they base their actions on certain considerations. Consequently, the community has resigned itself to the situation, resulting in suboptimal disaster mitigation efforts. Therefore, there is a need for an assessment of the capabilities of the structural government to understand the extent of their ability to conduct mitigation, serving as an evaluation to achieve more effective measures against tidal floods. Abstrak Banjir rob menjadi bencana yang membahayakan karena memiliki peluang untuk menenggelamkan suatu wilayah. Perlu tindakan yang tepat dalam menyikapi ancaman bencana yang ada guna mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Mangkang Wetan serta pemerintah strukturalnya bertindak dalam menanggapi ancaman banjir rob sehingga dapat diketahui sejauh mana kesiapan masyarakat maupun pemerintah dalam menghadapi bencana yang ada. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi serta wawancara yang dilakukan bersama masyarakat dan pemerintahan struktural yang berperan dalam penanganan banjir rob di Mangkang Wetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah masih belum memberikan upaya maksimal dalam mitigasi banjir rob secara struktural maupun non struktural karena adanya pertimbangan sebagai dasar dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hal tersebut membuat masyarakat pasrah dengan keadaan sehingga upaya mitigasi bencana belum terlaksana dengan maksimal. Maka dari itu, diperlukan sebuah pengkajian mengenai kapabilitas pemerintah struktural guna mengetahui seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan mitigasi sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dalam mencapai upaya mitigasi banjir rob yang maksimal.
潮汐洪水(抢劫洪水)已经成为危险的灾害,因为它们有可能淹没一个地区。必须采取适当措施处理现有的灾害威胁,以防止产生不良后果。本研究旨在探讨芒康韦滩社区及其结构性政府如何应对潮汐洪水的威胁,从而评估社区和政府应对此类灾害的准备情况。本研究采用定性方法,利用数据收集技术,如观察和采访当地社区和参与处理芒康韦滩洪水的结构性政府。这项研究表明,政府在结构性和非结构性防洪方面都没有充分发挥其作用,因为他们的行动是基于某些考虑。因此,社区对这种情况听之任之,导致减灾工作不理想。因此,有必要对结构性政府的能力进行评估,以了解其进行减灾的能力程度,以此作为一种评估,以便采取更有效的措施应对潮汐洪水。摘要:Banjir robmenjadi bencana yang membahayakan karena memiliki peluang untuk menenggelamkan suatu wilayah。Perlu tindakan yang tepat dalam menyikapi ancaman bencana yang ada guna menegah hal yang tidak diinginkan terjadi。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Mangkang Wetan serta peemerinakat bertinak dalam menanggajaji anaman banjir rob singinga dapat diketahui sejauh mankesiapan masyarakat maupun pemerintah dalam menghadapi bencana yang ada。喀吉安-孟古纳坎方法、质量、登高技术、人口数据、观测数据、观测数据、地震数据、地震数据、构造数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据、地震数据等。Hasil penelitian menunjukkan bahwa peremerintah masih belikan成员,upaya maksimal dalam mitigasi banjir, secara结构性的,非结构性的karena, adanya pertimbangan sebagai dasar dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan。这句话的意思是:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”Maka dari, diperlukan sebuah pengkajian mengeni kapabilitas pemerintah结构guna mengetahui sebera jauh kemampuan penemerintah dalam melakukan mitigasi seinga dapat menjadi bahan评估,dalam mencapai upaya mitigasi banjir rob yang maksimal。
{"title":"Mitigasi Bencana Banjir Rob di Mangkang Wetan: Tindakan Sosial Masyarakat dan Kapabilitas Struktural","authors":"Riska Maulita, Bagas Narendra Parahita, Yosafat Hermawan Trinugraha","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2782","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2782","url":null,"abstract":"Tidal floods (rob floods) have become hazardous disasters due to their potential to submerge an area. Appropriate measures are necessary to address the existing disaster threat in order to prevent undesirable consequences. This research aims to investigate how the community of Mangkang Wetan and its structural government respond to the threat of tidal floods, thus assessing the preparedness of both the community and the government in dealing with such disasters. The study employs a qualitative approach, using data collection techniques such as observation and interviews conducted with the local community and the structural government involved in handling the floods in Mangkang Wetan. This study shows that the government has not yet exerted its full efforts in both structural and non-structural flood mitigation, as they base their actions on certain considerations. Consequently, the community has resigned itself to the situation, resulting in suboptimal disaster mitigation efforts. Therefore, there is a need for an assessment of the capabilities of the structural government to understand the extent of their ability to conduct mitigation, serving as an evaluation to achieve more effective measures against tidal floods. \u0000Abstrak \u0000Banjir rob menjadi bencana yang membahayakan karena memiliki peluang untuk menenggelamkan suatu wilayah. Perlu tindakan yang tepat dalam menyikapi ancaman bencana yang ada guna mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Mangkang Wetan serta pemerintah strukturalnya bertindak dalam menanggapi ancaman banjir rob sehingga dapat diketahui sejauh mana kesiapan masyarakat maupun pemerintah dalam menghadapi bencana yang ada. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi serta wawancara yang dilakukan bersama masyarakat dan pemerintahan struktural yang berperan dalam penanganan banjir rob di Mangkang Wetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah masih belum memberikan upaya maksimal dalam mitigasi banjir rob secara struktural maupun non struktural karena adanya pertimbangan sebagai dasar dalam pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Hal tersebut membuat masyarakat pasrah dengan keadaan sehingga upaya mitigasi bencana belum terlaksana dengan maksimal. Maka dari itu, diperlukan sebuah pengkajian mengenai kapabilitas pemerintah struktural guna mengetahui seberapa jauh kemampuan pemerintah dalam melakukan mitigasi sehingga dapat menjadi bahan evaluasi dalam mencapai upaya mitigasi banjir rob yang maksimal. \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"269 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116066256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The social and cultural characteristics of residents in Rusunawa are influenced by changes in social and economic conditions. This research aims to identify the factors causing differences and similarities in the social and cultural characteristics of the residents in Rusunawa Begalon I, Surakarta, while exploring various aspects of their social and cultural characteristics. This study adopts a qualitative approach, specifically a descriptive case study design. Emile Durkheim's theory of Social Solidarity serves as the fundamental analysis framework. The research findings indicate that the solidarity among the residents of Rusunawa Begalon I is of a mechanical nature. The distinguishing feature of the residents is their high sense of familial bond and spirit of mutual cooperation, which are not commonly found elsewhere. The interwoven solidarity among them encapsulates unique social and cultural characteristics not found in other locations. This solidarity is triggered by their longstanding cohabitation and shared backgrounds. AbstrakKarakteristik sosial budaya warga Rusunawa dipengaruhi oleh perubahan kondisi sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan dan persamaan dalam karakteristik sosial budaya warga Rusunawa Begalon I di Surakarta, serta menggali berbagai aspek karakteristik sosial budaya yang dimiliki oleh warga Rusunawa Begalon I. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif. Teori Solidaritas Sosial karya Emile Durkheim menjadi dasar analisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solidaritas antar warga Rusunawa Begalon I bersifat mekanik. Warga Rusunawa Begalon I memiliki ciri khas yang tidak ditemukan di tempat lain, yakni tingginya rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong. Solidaritas yang terjalin di antara mereka mengandung karakteristik sosial budaya yang unik, tidak ada di tempat lain. Solidaritas ini dipicu oleh lamanya mereka hidup bersama dan latar belakang yang serupa.
鲁苏纳瓦居民的社会和文化特征受到社会和经济条件变化的影响。本研究旨在找出造成泗水Rusunawa Begalon I居民社会文化特征差异和相似之处的因素,同时探索其社会文化特征的各个方面。本研究采用定性方法,特别是描述性案例研究设计。涂尔干的社会团结理论是基本的分析框架。研究结果表明,Rusunawa Begalon I居民之间的团结具有机械性质。居民的显著特点是他们高度的家庭归属感和相互合作精神,这在其他地方是不常见的。他们之间相互交织的团结体现了其他地区所没有的独特的社会和文化特征。这种团结源于他们长期的同居和共同的背景。[摘要]社会经济学,社会经济学,社会经济学。Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor - factor for penyebab perbedaan dan persamaan dalam karakteristik social budaya warga Rusunawa Begalon I di Surakarta, serta menggalisk social budaya yang dimiliki walga Rusunawa Begalon I. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitf dengan jenis Penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif。迪尔凯姆在《社会团结论》中说:“我认为这是对社会团结的分析。”Hasil penelitian menunjukkan bahwa solidaritas antar warga Rusunawa Begalon我是一个mekanik。华尔加·鲁苏纳瓦·贝加隆,我记得我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。中华人民共和国中华人民共和国中华人民共和国中华人民共和国社会主义联盟,中华人民共和国中华人民共和国。团结一致,团结一致,团结一致,团结一致,团结一致
{"title":"Karakteristik Sosial Budaya dan Solidaritas Warga Rusunawa Begalon I, Surakarta","authors":"Yopi Putra Raditya, Dwi Astutik, Nurhadi Nurhadi","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2877","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2877","url":null,"abstract":"The social and cultural characteristics of residents in Rusunawa are influenced by changes in social and economic conditions. This research aims to identify the factors causing differences and similarities in the social and cultural characteristics of the residents in Rusunawa Begalon I, Surakarta, while exploring various aspects of their social and cultural characteristics. This study adopts a qualitative approach, specifically a descriptive case study design. Emile Durkheim's theory of Social Solidarity serves as the fundamental analysis framework. The research findings indicate that the solidarity among the residents of Rusunawa Begalon I is of a mechanical nature. The distinguishing feature of the residents is their high sense of familial bond and spirit of mutual cooperation, which are not commonly found elsewhere. The interwoven solidarity among them encapsulates unique social and cultural characteristics not found in other locations. This solidarity is triggered by their longstanding cohabitation and shared backgrounds. \u0000AbstrakKarakteristik sosial budaya warga Rusunawa dipengaruhi oleh perubahan kondisi sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan dan persamaan dalam karakteristik sosial budaya warga Rusunawa Begalon I di Surakarta, serta menggali berbagai aspek karakteristik sosial budaya yang dimiliki oleh warga Rusunawa Begalon I. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif. Teori Solidaritas Sosial karya Emile Durkheim menjadi dasar analisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solidaritas antar warga Rusunawa Begalon I bersifat mekanik. Warga Rusunawa Begalon I memiliki ciri khas yang tidak ditemukan di tempat lain, yakni tingginya rasa kekeluargaan dan semangat gotong royong. Solidaritas yang terjalin di antara mereka mengandung karakteristik sosial budaya yang unik, tidak ada di tempat lain. Solidaritas ini dipicu oleh lamanya mereka hidup bersama dan latar belakang yang serupa.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129226825","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The article aims to examine the collaboration among BUMDes (Village-Owned Enterprises), the village government, and the local community in developing the natural tourist destination Toga Raja and to describe the strategies employed in its development. The method used in this research is qualitative with a descriptive approach. Data were collected through observations and in-depth interviews. The findings of this study demonstrate that Toga Raja, as a pioneering ecotourism site, holds significant potential in the tourism sector, where collaboration among BUMDes, village government, and the local community is key to its successful development. The development strategies encompass the utilization of social media, cooperation with travel agencies, and the improvement of tourism facilities. The results are evident in the increased number of tourists and rising revenue over time. Toga Raja serves as a successful example of ecotourism development through strong collaboration between BUMDes, the village government, and the local community, employing effective strategies. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk melihat kolaborasi yang dilakukan oleh BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam Toga Raja, dan menggambarkan strategi pengembangan yang dilakukan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebagai wisata alam rintisan, Toga Raja menawarkan potensi besar dalam bidang wisata di mana kolaborasi BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal menjadi kunci sukses dalam pengembangan wisata ini. Strategi pengembangan meliputi pemanfaatan media sosial, kerjasama dengan agen travel, dan peningkatan fasilitas wisata. Hasilnya terlihat dengan peningkatan jumlah wisatawan dan pendapatan yang meningkat dari waktu ke waktu. Wisata Toga Raja adalah contoh sukses pengembangan wisata alam rintisan melalui kolaborasi yang kuat antara BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal dengan strategi yang efektif.
本文旨在考察BUMDes(村所有企业)、村政府和当地社区在开发自然旅游目的地Toga Raja中的合作,并描述其开发中采用的策略。在本研究中使用的方法是定性与描述性的方法。通过观察和深度访谈收集数据。这项研究的结果表明,Toga Raja作为一个开拓性的生态旅游景点,在旅游业中具有巨大的潜力,在旅游业中,BUMDes、村政府和当地社区之间的合作是其成功发展的关键。发展策略包括利用社交媒体、与旅行社合作、改善旅游设施。随着时间的推移,其结果是游客数量的增加和收入的增加。Toga Raja是通过BUMDes、村庄政府和当地社区之间强有力的合作,采用有效的战略,发展生态旅游的成功范例。摘要:Artikel ini bertujuan untuk melihat kolaborasi yang dilakukan oleh BUMDes, peremerintah desa, dan masyarakat local dalam pengembangan wisata alam Toga Raja, dan menggambarkan战略pengembangan yang dilakukan。Metode yang digunakan pada penelitan ini adalah penelitan quality dengan penelitan deskripf。彭普兰的数据是根据不同的观测数据得出的。Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebagai wisata alam rintisan, Toga Raja menawarkan潜力besar dalam bidang wisata di mana kolaborasi BUMDes, permerintah desa, dan masyarakat地方menjadi kunci sukses dalam pengembangan wisata ini。媒体社交,旅游观光,旅游观光,旅游观光,旅游观光。Hasilnya terlihat dengan peningkatan jumlah wisatawan dan pendapatan yang mengkat dari waktu ke waktu。阿拉姆Wisata宽外袍Raja adalah contoh运动会pengembangan Wisata rintisan melalui kolaborasi杨夸安塔拉BUMDes, pemerintah desa,丹步伐lokal dengan strategi杨efektif。
{"title":"Kolaborasi Pengembangan Wisata Alam Toga Raja di Desa Partungko Naginjang, Kabupaten Samosir","authors":"Intan Nur’ainiza Sitorus, Supsiloani Supsiloani","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2841","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2841","url":null,"abstract":"The article aims to examine the collaboration among BUMDes (Village-Owned Enterprises), the village government, and the local community in developing the natural tourist destination Toga Raja and to describe the strategies employed in its development. The method used in this research is qualitative with a descriptive approach. Data were collected through observations and in-depth interviews. The findings of this study demonstrate that Toga Raja, as a pioneering ecotourism site, holds significant potential in the tourism sector, where collaboration among BUMDes, village government, and the local community is key to its successful development. The development strategies encompass the utilization of social media, cooperation with travel agencies, and the improvement of tourism facilities. The results are evident in the increased number of tourists and rising revenue over time. Toga Raja serves as a successful example of ecotourism development through strong collaboration between BUMDes, the village government, and the local community, employing effective strategies. \u0000Abstrak \u0000Artikel ini bertujuan untuk melihat kolaborasi yang dilakukan oleh BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam Toga Raja, dan menggambarkan strategi pengembangan yang dilakukan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari observasi dan wawancara mendalam. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebagai wisata alam rintisan, Toga Raja menawarkan potensi besar dalam bidang wisata di mana kolaborasi BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal menjadi kunci sukses dalam pengembangan wisata ini. Strategi pengembangan meliputi pemanfaatan media sosial, kerjasama dengan agen travel, dan peningkatan fasilitas wisata. Hasilnya terlihat dengan peningkatan jumlah wisatawan dan pendapatan yang meningkat dari waktu ke waktu. Wisata Toga Raja adalah contoh sukses pengembangan wisata alam rintisan melalui kolaborasi yang kuat antara BUMDes, pemerintah desa, dan masyarakat lokal dengan strategi yang efektif.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128038933","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Analisis Pemberdayaan Masyarakat, Studi Komparatif, Gerakan Ayo, Kita Peduli, D. Pusat, Kesejahteraan Sosial, Arini Wijayanti, Muhamad Iqbal, M. Nur, A. Abdullah
Poverty alleviation has become one of Indonesia's Sustainable Development Goals (SDGs) targets to be achieved by 2030, with poverty placed as a primary focus in national development. This study aims to compare the empowerment processes undertaken by “Gerakan Ayo Kita Peduli “ and “Pusat Kesejahteraan Sosial “ (Social Welfare Center, Puskesos) in Husein Sasatranegara, Bandung. The research employs a qualitative approach with a comparative model. The findings indicate that “Gerakan Ayo Kita Peduli “ is more effective in providing empowerment due to its targeting of priority groups such as the elderly, orphans, and micro, small, and medium-sized enterprise (UMKM) practitioners. The program also enhances community capacity through the establishment of “Tokopeduli. “ On the other hand, “Puskesos “ carries out planned activities through neighborhood deliberations (musyawarah kelurahan), but it has not effectively improved living standards due to limited human resources. Both initiatives can conduct evaluations and implement improvements to achieve more effective empowerment. “Gerakan Ayo Kita Peduli “ should strengthen the educational aspect, while “Puskesos “ should enhance collaboration and community involvement. Abstrak Pengentasan kemiskinan telah menjadi salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang diupayakan Indonesia untuk dicapai pada tahun 2030 dengan menempatkan kemiskinan sebagai perhatian utama dalam pembangunan nasional. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Gerakan Ayo Kita Peduli dan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) di Kelurahan Husein Sasatranegara, Bandung. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan model komparatif. Kajian ini menunjukkan bahwa Gerakan Ayo Kita Peduli lebih optimal dalam memberikan pemberdayaan karena menyasar kelompok prioritas seperti lansia, yatim dhuafa, dan penggiat UMKM. Program ini juga meningkatkan kapasitas masyarakat dengan pembentukan Tokopeduli. Puskesos juga memiliki kegiatan terencana melalui musyawarah kelurahan, namun belum efektif meningkatkan taraf hidup karena keterbatasan sumber daya manusia. Keduanya dapat melakukan evaluasi dan perbaikan untuk mencapai pemberdayaan yang lebih efektif. Gerakan Ayo Kita Peduli perkuat aspek pendidikan, sementara Puskesos tingkatkan kolaborasi dan keterlibatan masyarakat.
扶贫已成为印尼2030年可持续发展目标(sdg)的目标之一,贫困被列为国家发展的首要重点。本研究旨在比较万隆Husein Sasatranegara的“Gerakan Ayo Kita Peduli”和“Pusat Kesejahteraan Social”(Puskesos社会福利中心)所进行的赋权过程。本研究采用比较模型的定性方法。研究结果表明,“民政党Ayo Kita Peduli”在提供赋权方面更有效,因为它针对的是老年人、孤儿和微型、小型和中型企业(UMKM)从业者等优先群体。该方案还通过建立“托科佩杜利”来提高社区能力。另一方面,“Puskesos”通过邻里商议(musyawarah kelurahan)进行有计划的活动,但由于人力资源有限,它并没有有效地提高生活水平。这两个计划都可以进行评估并实施改进,以实现更有效的授权。【摘要】penentasan kemiskinan telah menjadi salah satu目标可持续发展目标(SDGs) yang diupayakan Indonesia untuk dicapai pada tahun 2030 dunan menempatkan kemiskinan sebagai perhatian utama dalam pembangunan national。Kajian ini bertujuan untuk membandingkan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Gerakan Ayo Kita Peduli dan Pusat Kesejahteraan social (Puskesos) di Kelurahan Husein Sasatranegara,万隆。卡建。孟古纳坎方法定性登干模式比较。民盟成员,民盟成员,民盟成员,民盟成员,民盟成员,民盟成员,民盟成员,民盟成员。我的计划是:我的计划是:我的计划,我的计划,我的计划。【参考译文】Puskesos juga memiliki kegiatan terencana melalui musyawarah kelurahan, namun belumenfektif meningkatkan tarup karena keterbatasan suma daya manusia。在此基础上,我们对中国的发展前景进行了评估。
{"title":"Analisis Pemberdayaan Masyarakat: Studi Komparatif Gerakan Ayo Kita Peduli dan Pusat Kesejahteraan Sosial","authors":"Analisis Pemberdayaan Masyarakat, Studi Komparatif, Gerakan Ayo, Kita Peduli, D. Pusat, Kesejahteraan Sosial, Arini Wijayanti, Muhamad Iqbal, M. Nur, A. Abdullah","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2878","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2878","url":null,"abstract":"Poverty alleviation has become one of Indonesia's Sustainable Development Goals (SDGs) targets to be achieved by 2030, with poverty placed as a primary focus in national development. This study aims to compare the empowerment processes undertaken by “Gerakan Ayo Kita Peduli “ and “Pusat Kesejahteraan Sosial “ (Social Welfare Center, Puskesos) in Husein Sasatranegara, Bandung. The research employs a qualitative approach with a comparative model. The findings indicate that “Gerakan Ayo Kita Peduli “ is more effective in providing empowerment due to its targeting of priority groups such as the elderly, orphans, and micro, small, and medium-sized enterprise (UMKM) practitioners. The program also enhances community capacity through the establishment of “Tokopeduli. “ On the other hand, “Puskesos “ carries out planned activities through neighborhood deliberations (musyawarah kelurahan), but it has not effectively improved living standards due to limited human resources. Both initiatives can conduct evaluations and implement improvements to achieve more effective empowerment. “Gerakan Ayo Kita Peduli “ should strengthen the educational aspect, while “Puskesos “ should enhance collaboration and community involvement. \u0000Abstrak \u0000Pengentasan kemiskinan telah menjadi salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang diupayakan Indonesia untuk dicapai pada tahun 2030 dengan menempatkan kemiskinan sebagai perhatian utama dalam pembangunan nasional. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh Gerakan Ayo Kita Peduli dan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) di Kelurahan Husein Sasatranegara, Bandung. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan model komparatif. Kajian ini menunjukkan bahwa Gerakan Ayo Kita Peduli lebih optimal dalam memberikan pemberdayaan karena menyasar kelompok prioritas seperti lansia, yatim dhuafa, dan penggiat UMKM. Program ini juga meningkatkan kapasitas masyarakat dengan pembentukan Tokopeduli. Puskesos juga memiliki kegiatan terencana melalui musyawarah kelurahan, namun belum efektif meningkatkan taraf hidup karena keterbatasan sumber daya manusia. Keduanya dapat melakukan evaluasi dan perbaikan untuk mencapai pemberdayaan yang lebih efektif. Gerakan Ayo Kita Peduli perkuat aspek pendidikan, sementara Puskesos tingkatkan kolaborasi dan keterlibatan masyarakat.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125723253","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article aims to describe Mafta and the phenomenon of mass marriage occurring in Kampung Mafta and to explore the underlying reasons behind this practice. The qualitative method is used with interviews, field observations, and documentation as data collection techniques. This study shows MAFTA Indonesia prioritizes the education and practical application of Islamic teachings, as well as promoting citizenship responsibility. Its core philosophy revolves around “togetherness” and “compassion,” fostering equality among its members. Mass weddings in Kampung Matfa serve to strengthen the bonds within the community and dispel negative perceptions. Tuan Imam provides spiritual guidance, emphasizing virtues such as kindness and obedience to Allah and the Prophet. He teaches love for Allah, the Prophet, family, and nature, instilling a sense of unity within the community. The mass weddings in Kampung Matfa teach the values of love, unity, and equality while promoting goodness and citizenship responsibility.
{"title":"The Phenomenon of Mass Marriages in Kampung Matfa","authors":"T. Handini, Syawaluddin Nasution","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2869","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2869","url":null,"abstract":"This article aims to describe Mafta and the phenomenon of mass marriage occurring in Kampung Mafta and to explore the underlying reasons behind this practice. The qualitative method is used with interviews, field observations, and documentation as data collection techniques. This study shows MAFTA Indonesia prioritizes the education and practical application of Islamic teachings, as well as promoting citizenship responsibility. Its core philosophy revolves around “togetherness” and “compassion,” fostering equality among its members. Mass weddings in Kampung Matfa serve to strengthen the bonds within the community and dispel negative perceptions. Tuan Imam provides spiritual guidance, emphasizing virtues such as kindness and obedience to Allah and the Prophet. He teaches love for Allah, the Prophet, family, and nature, instilling a sense of unity within the community. The mass weddings in Kampung Matfa teach the values of love, unity, and equality while promoting goodness and citizenship responsibility.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"206 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121476311","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to examine the poverty among fisherfolk in Panipahan Village, Pasir Limau Kapas Sub-district. The research method used is qualitative with data collection techniques through interviews and observations. The findings indicate that the cultural poverty experienced by the fisherfolk in Panipahan Village is attributed to a set of cultural norms and lifestyle patterns that have become ingrained in their mindset and worldview. The fisherfolk tend to perceive their income from fishing as only sufficient to meet their daily needs, leading them to be reluctant to save or invest their earnings for future ventures. This way of life is then passed down from generation to generation. The study concludes that the poverty experienced by the fisherfolk is a result of a culture, mindset, and impoverished way of life that are inherited and shape their approach to daily living and economic opportunities. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawacara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan kultural yang dialami oleh masyarakat nelayan di Desa Panipahan disebabkan oleh seperangkat budaya dan pola kehidupan yang telah menjadi bagian dari pola pikir dan pandangan hidup mereka. Masyarakat nelayan di Desa Panipahan cenderung beranggapan bahwa pendapatan dari hasil tangkapan laut hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan harian, sehingga mereka enggan menabung atau menginvestasikan penghasilan mereka untuk membuka usaha lain sebagai persiapan untuk masa depan. Pola kehidupan semacam ini kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemiskinan yang dialami masyarakat nelayan merupakan hasil dari budaya, pola pikir, dan kebiasaan hidup miskin yang diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu mereka. Hal ini membentuk pendekatan hidup dan kesempatan ekonomi yang mereka pilih dalam kehidupan sehari-hari.
本研究旨在调查帕西利茂卡帕斯街道Panipahan村渔民的贫困状况。使用的研究方法是定性与数据收集技术,通过访谈和观察。研究结果表明,Panipahan村渔民所经历的文化贫困归因于一套文化规范和生活方式模式,这些文化规范和生活方式已在他们的心态和世界观中根深蒂固。渔民往往认为他们的捕鱼收入只够满足他们的日常需要,这导致他们不愿意为将来的冒险而储蓄或投资。这种生活方式就这样代代相传。该研究的结论是,渔民所经历的贫困是一种文化、心态和贫困的生活方式的结果,这些文化、心态和贫困的生活方式被遗传下来,并影响了他们的日常生活方式和经济机会。摘要:Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas。数据来源:北京气象台,北京气象台,北京气象台。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan文化yang dialami oleh masyarakat nelayan di Desa Panipahan disebabkan oleh seperangkat budaya dan pola kehidupan yang telah menjadi bagian dari pikir dan pandangan hidup mereka。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思。Pola kehidupan semacam ini kemudian diturunkan dari generasi ke generasi。Penelitian ini menypulkkan bahwa kemiskinan yang dialami masyarakat nelayan merupakan hasil dari budaya, pola pikir, dankebiasaan hidup miskin yang diwariskan secara turun-temurun kepada anaku mereka。我是印度人,我是印度人,我是印度人,我是印度人。
{"title":"Kemiskinan Kultural Kemiskinan Kultural Masyarakat Nelayan di Desa Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas","authors":"Alfin Muttaqin, Ismail Ismail","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2815","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2815","url":null,"abstract":"This study aims to examine the poverty among fisherfolk in Panipahan Village, Pasir Limau Kapas Sub-district. The research method used is qualitative with data collection techniques through interviews and observations. The findings indicate that the cultural poverty experienced by the fisherfolk in Panipahan Village is attributed to a set of cultural norms and lifestyle patterns that have become ingrained in their mindset and worldview. The fisherfolk tend to perceive their income from fishing as only sufficient to meet their daily needs, leading them to be reluctant to save or invest their earnings for future ventures. This way of life is then passed down from generation to generation. The study concludes that the poverty experienced by the fisherfolk is a result of a culture, mindset, and impoverished way of life that are inherited and shape their approach to daily living and economic opportunities. \u0000Abstrak \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kemiskinan pada masyarakat nelayan di Desa Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawacara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan kultural yang dialami oleh masyarakat nelayan di Desa Panipahan disebabkan oleh seperangkat budaya dan pola kehidupan yang telah menjadi bagian dari pola pikir dan pandangan hidup mereka. Masyarakat nelayan di Desa Panipahan cenderung beranggapan bahwa pendapatan dari hasil tangkapan laut hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan harian, sehingga mereka enggan menabung atau menginvestasikan penghasilan mereka untuk membuka usaha lain sebagai persiapan untuk masa depan. Pola kehidupan semacam ini kemudian diturunkan dari generasi ke generasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemiskinan yang dialami masyarakat nelayan merupakan hasil dari budaya, pola pikir, dan kebiasaan hidup miskin yang diwariskan secara turun-temurun kepada anak cucu mereka. Hal ini membentuk pendekatan hidup dan kesempatan ekonomi yang mereka pilih dalam kehidupan sehari-hari.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115507039","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}