This article aims to analyze the concept of interfaith harmony through the approach of religious pluralism proposed by contemporary Muslim thinkers. It explores ideas and efforts to foster harmony amidst the intolerance often found among diverse ethnic and religious groups. The arguments of pluralists merit examination and analysis, considering the approach of religious pluralism they adopt has evoked both support and controversy in society. Moreover, disputes over the meanings and concepts of this approach even among its proponents are noteworthy. This qualitative research is based on library research, utilizing both print and digital sources. Initially, the article outlines the pluralists' arguments for building harmony through religious pluralism, which are then subjected to critical analysis. It finds that the concept of religious pluralism embodies elements of truth relativism and the desacralization of religious values. Consequently, efforts to foster harmony proposed by pluralists often conflict with religious values, especially Islamic teachings, such as denying claims of salvation, endorsing same-sex marriage, interfaith marriage, and permitting apostasy, viewed as forms of religious freedom claimed to align with the commandments of Allah. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep kerukunan antar umat dengan pendekatan pluralisme agama yang digagas oleh para pemikir Muslim kontemporer. Gagasan dan upaya membangun kerukunan berkait dengan perilaku intoleransi yang jamak terjadi di tengah keragaman suku dan agama. Argumen para pluralis layak dikaji dan dianalisis mengingat pendekatan pluralisme agama yang mereka gunakan menuai pro dan kontra di masyarakat. Bahkan, perebutan makna dan konsep tentang pendekatan ini terjadi di antara mereka sendiri. Penelitian dalam artikel ini bersifat kualitatif dengan berbasis pada data kepustakaan, baik cetak maupun digital. Mula-mula, peneliti memaparkan argumen para pluralis membangun kerukunan dengan pendekatan pluralisme agama untuk kemudian dianalisis secara kritis. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa gagasan pluralisme agama mengandung relativisme kebenaran dan mendesakralisasi nilai-nilai agama. Oleh karenanya, upaya-upaya membangun kerukunan yang digagas para pluralis sering kali bertentangan nilai-nilai agama, utamanya dengan ajaran Islam, seperti penafian klaim keselamatan, pernikahan sesama jenis, pernikahan beda agama, hingga membolehkan murtad karena dianggap sebagai bentuk kebebasan beragama yang diklaim sejalan dengan perintah Allah.
{"title":"Membangun Kerukunan dalam Bingkai Pluralisme Agama: Analisis Gagasan Pemikir Muslim Kontemporer","authors":"Harda Armayanto","doi":"10.22373/jsai.v5i1.4254","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v5i1.4254","url":null,"abstract":"This article aims to analyze the concept of interfaith harmony through the approach of religious pluralism proposed by contemporary Muslim thinkers. It explores ideas and efforts to foster harmony amidst the intolerance often found among diverse ethnic and religious groups. The arguments of pluralists merit examination and analysis, considering the approach of religious pluralism they adopt has evoked both support and controversy in society. Moreover, disputes over the meanings and concepts of this approach even among its proponents are noteworthy. This qualitative research is based on library research, utilizing both print and digital sources. Initially, the article outlines the pluralists' arguments for building harmony through religious pluralism, which are then subjected to critical analysis. It finds that the concept of religious pluralism embodies elements of truth relativism and the desacralization of religious values. Consequently, efforts to foster harmony proposed by pluralists often conflict with religious values, especially Islamic teachings, such as denying claims of salvation, endorsing same-sex marriage, interfaith marriage, and permitting apostasy, viewed as forms of religious freedom claimed to align with the commandments of Allah. \u0000Abstrak \u0000Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep kerukunan antar umat dengan pendekatan pluralisme agama yang digagas oleh para pemikir Muslim kontemporer. Gagasan dan upaya membangun kerukunan berkait dengan perilaku intoleransi yang jamak terjadi di tengah keragaman suku dan agama. Argumen para pluralis layak dikaji dan dianalisis mengingat pendekatan pluralisme agama yang mereka gunakan menuai pro dan kontra di masyarakat. Bahkan, perebutan makna dan konsep tentang pendekatan ini terjadi di antara mereka sendiri. Penelitian dalam artikel ini bersifat kualitatif dengan berbasis pada data kepustakaan, baik cetak maupun digital. Mula-mula, peneliti memaparkan argumen para pluralis membangun kerukunan dengan pendekatan pluralisme agama untuk kemudian dianalisis secara kritis. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa gagasan pluralisme agama mengandung relativisme kebenaran dan mendesakralisasi nilai-nilai agama. Oleh karenanya, upaya-upaya membangun kerukunan yang digagas para pluralis sering kali bertentangan nilai-nilai agama, utamanya dengan ajaran Islam, seperti penafian klaim keselamatan, pernikahan sesama jenis, pernikahan beda agama, hingga membolehkan murtad karena dianggap sebagai bentuk kebebasan beragama yang diklaim sejalan dengan perintah Allah.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"18 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140360947","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Religion and tradition are two pivotal pillars in shaping the social views and behaviors within communities. In the context of Dusun Nanggulan's society, the practice of Sedekah Bumi serves as a distinctive example of how tradition interacts with religion to create social solidarity and preserve communal values. This study aims to deepen the understanding of the Sedekah Bumi practice in Dusun Nanggulan, particularly exploring how the community responds, maintains, and adapts this tradition in the context of evolving religious understandings. This article employs a qualitative approach, utilizing observation, interviews, and literature review for data collection. The findings of this study indicate that Sedekah Bumi remains highly relevant in the lives of the Dusun Nanggulan community. Despite changes in its execution, such as procedural adaptations and the participation of the younger generation, this practice continues to be a crucial means of expressing gratitude and strengthening social solidarity. The study concludes that the Sedekah Bumi practice in Dusun Nanggulan demonstrates how religion and tradition can collaborate to solidify a harmonious social structure within the community, while playing a vital role in preserving traditional values, facilitating intergenerational value transmission, and maintaining social cohesion in Dusun Nanggulan. Abstrak Agama dan tradisi merupakan dua pilar penting dalam membentuk pandangan dan perilaku sosial masyarakat. Dalam konteks masyarakat Dusun Nanggulan, praktik Sedekah Bumi menjadi contoh khas bagaimana tradisi berinteraksi dengan agama untuk menciptakan solidaritas sosial dan mempertahankan nilai-nilai komunal. Studi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang praktik Sedekah Bumi di Dusun Nanggulan, khususnya dalam mengeksplorasi bagaimana masyarakat merespons, mempertahankan, dan mengadaptasi tradisi tersebut dalam konteks pemahaman agama yang berkembang. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memanfaatkan observasi, wawancara, dan studi literatur untuk mengumpulkan data. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Sedekah Bumi masih sangat relevan dalam kehidupan masyarakat Dusun Nanggulan. Meskipun mengalami perubahan dalam pelaksanaan, seperti adaptasi prosesi dan partisipasi generasi muda, praktik ini tetap menjadi sarana penting untuk ekspresi syukur dan memperkuat solidaritas sosial. Kajian ini menyimpulkan bahwa praktik Sedekah Bumi di Dusun Nanggulan menunjukkan bahwa agama dan tradisi dapat bekerja sama untuk mengukuhkan struktur sosial yang serasi di dalam komunitas dan sekaligus memainkan peran penting dalam menjaga nilai-nilai tradisional, memfasilitasi transmisi nilai antargenerasi, serta memelihara kebersamaan sosial di Dusun Nanggulan.
宗教和传统是塑造社区内社会观念和行为的两大支柱。在 Dusun Nanggulan 的社会背景下,"Sedekah Bumi "习俗是传统与宗教如何相互作用以创造社会团结和维护社区价值观的一个独特例子。本研究旨在加深对杜松南古兰的 "赛德卡布米 "习俗的了解,特别是探讨在宗教理解不断发展的背景下,社区是如何回应、维护和调整这一传统的。本文采用定性方法,通过观察、访谈和文献回顾来收集数据。研究结果表明,Sedekah Bumi 仍与 Dusun Nanggulan 社区的生活密切相关。尽管在执行过程中发生了一些变化,如程序上的调整和年轻一代的参与,但这一习俗仍然是表达感激之情和加强社会团结的重要手段。本研究的结论是,Dusun Nanggulan 社区的 "Sedekah Bumi "习俗展示了宗教和传统如何合作巩固社区内的和谐社会结构,同时在维护传统价值观、促进代际价值传承和保持 Dusun Nanggulan 社区凝聚力方面发挥着重要作用。摘要 宗教和传统是塑造人们社会观念和行为的两大重要支柱。在 Dusun Nanggulan 社区,"Sedekah Bumi "习俗是传统与宗教如何相互作用以创造社会团结和维护社区价值观的典型例子。本研究旨在加深对南古兰哈姆雷特的 "赛德卡布米 "习俗的了解,特别是探讨在宗教理解不断发展的背景下,社区如何回应、维护和调整这一传统。本文采用定性方法,通过观察、访谈和文献研究来收集数据。研究结果表明,"赛德卡布米 "在楠古兰哈姆雷特居民的生活中仍然非常重要。尽管在实施过程中经历了一些变化,如游行队伍的调整和年轻一代的参与,但这一习俗仍然是表达感激之情和加强社会团结的重要手段。本研究的结论是,楠古兰村的 Sedekah Bumi 习俗表明,宗教和传统可以共同加强社区内的和谐社会结构,同时在维护传统价值观、促进代际价值观传承和维护楠古兰村的社会团结方面发挥重要作用。
{"title":"Tradisi Sedekah Bumi di Dusun Nanggulan: Perspektif Sosiologi Agama","authors":"Shevia Putri Permatasari, A. Fauzi","doi":"10.22373/jsai.v5i1.3704","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v5i1.3704","url":null,"abstract":"Religion and tradition are two pivotal pillars in shaping the social views and behaviors within communities. In the context of Dusun Nanggulan's society, the practice of Sedekah Bumi serves as a distinctive example of how tradition interacts with religion to create social solidarity and preserve communal values. This study aims to deepen the understanding of the Sedekah Bumi practice in Dusun Nanggulan, particularly exploring how the community responds, maintains, and adapts this tradition in the context of evolving religious understandings. This article employs a qualitative approach, utilizing observation, interviews, and literature review for data collection. The findings of this study indicate that Sedekah Bumi remains highly relevant in the lives of the Dusun Nanggulan community. Despite changes in its execution, such as procedural adaptations and the participation of the younger generation, this practice continues to be a crucial means of expressing gratitude and strengthening social solidarity. The study concludes that the Sedekah Bumi practice in Dusun Nanggulan demonstrates how religion and tradition can collaborate to solidify a harmonious social structure within the community, while playing a vital role in preserving traditional values, facilitating intergenerational value transmission, and maintaining social cohesion in Dusun Nanggulan. \u0000Abstrak \u0000Agama dan tradisi merupakan dua pilar penting dalam membentuk pandangan dan perilaku sosial masyarakat. Dalam konteks masyarakat Dusun Nanggulan, praktik Sedekah Bumi menjadi contoh khas bagaimana tradisi berinteraksi dengan agama untuk menciptakan solidaritas sosial dan mempertahankan nilai-nilai komunal. Studi ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang praktik Sedekah Bumi di Dusun Nanggulan, khususnya dalam mengeksplorasi bagaimana masyarakat merespons, mempertahankan, dan mengadaptasi tradisi tersebut dalam konteks pemahaman agama yang berkembang. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memanfaatkan observasi, wawancara, dan studi literatur untuk mengumpulkan data. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Sedekah Bumi masih sangat relevan dalam kehidupan masyarakat Dusun Nanggulan. Meskipun mengalami perubahan dalam pelaksanaan, seperti adaptasi prosesi dan partisipasi generasi muda, praktik ini tetap menjadi sarana penting untuk ekspresi syukur dan memperkuat solidaritas sosial. Kajian ini menyimpulkan bahwa praktik Sedekah Bumi di Dusun Nanggulan menunjukkan bahwa agama dan tradisi dapat bekerja sama untuk mengukuhkan struktur sosial yang serasi di dalam komunitas dan sekaligus memainkan peran penting dalam menjaga nilai-nilai tradisional, memfasilitasi transmisi nilai antargenerasi, serta memelihara kebersamaan sosial di Dusun Nanggulan.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"10 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140359354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article aims to discuss how the Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) in Yogyakarta instills leadership qualities in its members through Primary Cadre Training. The study employs a qualitative method with a descriptive approach. Data were collected through observation, interviews, and content analysis conducted during the sessions of the Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Primary Cadre Training. The study indicates that IPNU Primary Cadre Training emphasizes self-analysis, organizational understanding, and the development of ideology while instilling values of patriotism, nationalism, and Islamic ideology. The study concludes that leadership training in IPNU is grounded in Max Weber's theory of authority, emphasizing a combination of technical expertise and moral integrity. Although Primary Cadre Training does not guarantee charismatic authority, it serves as a crucial foundation for IPNU cadres to assume leadership responsibilities in the future. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Daerah Istimewa Yogyakarta menanamkan kualitas kepemimpinan pada anggotanya melalui Latihan Kader Utama. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan analisis konten selama sesi Latihan Kader Utama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Kajian ini menunjukkan bahwa latihan Kader Utama IPNU menitikberatkan pada analisis diri, pemahaman organisasi, dan pengembangan ideologi, serta menanamkan nilai cinta tanah air, nasionalisme, dan ideologi keislaman. Kajian ini menyimpulkan bahwa latihan kepemimpinan di IPNU memiliki dasar pada teori otoritas Max Weber yang menekankan pada kombinasi keahlian teknis dan integritas moral. Meskipun Lakut tidak menjamin otoritas karismatik, tetapi sebagai tahap akhir pengkaderan Lakut memberikan landasan penting bagi kader IPNU untuk mengemban tanggung jawab kepemimpinan di masa depan.
本文旨在讨论日惹Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama(IPNU)如何通过初级干部培训向其成员灌输领导素质。本研究采用描述性的定性方法。通过观察、访谈和内容分析,在日惹伊斯兰民族大学初级干部培训期间收集数据。研究表明,伊斯兰民族大学初级干部培训强调自我分析、组织理解和意识形态发展,同时灌输爱国主义、民族主义和伊斯兰意识形态的价值观。研究认为,IPNU 的领导力培训以马克斯-韦伯的权威理论为基础,强调专业技术与道德操守的结合。虽然初级干部培训并不能保证权威魅力,但它为伊民盟干部今后承担领导责任奠定了重要基础。摘要 本文旨在讨论日惹特区伊斯兰教祈祷团学生会(IPNU)如何通过初级干部培训向其成员灌输领导素质。本研究采用描述性的定性方法。通过观察、访谈和内容分析,收集了日惹伊斯兰民族大学(Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama,IPNU)Latihan Kader Utama课程的数据。 本研究表明,IPNU 主要干部培训的重点是自我分析、组织理解和意识形态发展,以及灌输热爱国家、民族主义和伊斯兰意识形态的价值观。研究认为,IPNU 的领导力培训以马克斯-韦伯的权威理论为基础,强调专业技术与道德操守的结合。虽然拉库特不能保证具有魅力的权威,但它为 IPNU 的干部将来承担领导责任奠定了重要基础。
{"title":"Pembentukan Kepemimpinan dalam Organisasi Keagamaan: Analisis Latihan Kader Utama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, Yogyakarta","authors":"Ahmad Mirshad Alghozali","doi":"10.22373/jsai.v5i1.4242","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v5i1.4242","url":null,"abstract":"This article aims to discuss how the Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) in Yogyakarta instills leadership qualities in its members through Primary Cadre Training. The study employs a qualitative method with a descriptive approach. Data were collected through observation, interviews, and content analysis conducted during the sessions of the Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Primary Cadre Training. The study indicates that IPNU Primary Cadre Training emphasizes self-analysis, organizational understanding, and the development of ideology while instilling values of patriotism, nationalism, and Islamic ideology. The study concludes that leadership training in IPNU is grounded in Max Weber's theory of authority, emphasizing a combination of technical expertise and moral integrity. Although Primary Cadre Training does not guarantee charismatic authority, it serves as a crucial foundation for IPNU cadres to assume leadership responsibilities in the future. \u0000Abstrak \u0000Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di Daerah Istimewa Yogyakarta menanamkan kualitas kepemimpinan pada anggotanya melalui Latihan Kader Utama. Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan analisis konten selama sesi Latihan Kader Utama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Kajian ini menunjukkan bahwa latihan Kader Utama IPNU menitikberatkan pada analisis diri, pemahaman organisasi, dan pengembangan ideologi, serta menanamkan nilai cinta tanah air, nasionalisme, dan ideologi keislaman. Kajian ini menyimpulkan bahwa latihan kepemimpinan di IPNU memiliki dasar pada teori otoritas Max Weber yang menekankan pada kombinasi keahlian teknis dan integritas moral. Meskipun Lakut tidak menjamin otoritas karismatik, tetapi sebagai tahap akhir pengkaderan Lakut memberikan landasan penting bagi kader IPNU untuk mengemban tanggung jawab kepemimpinan di masa depan.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"103 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140360192","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The phenomenon of Hijrah in Indonesia has transformed from a spiritual journey into a broad social movement, involving various communities with diverse historical backgrounds and socio-political contexts. This study aims to explore the Hijrah phenomenon within the Indonesian context by examining shifts in its meaning and practices, as well as understanding its transformation into a social movement that influences religious identity and social interactions. Employing a qualitative methodology, this study focuses on a literature review and an interpretive approach to grasp the Hijrah phenomenon from historical, social, cultural, and spiritual perspectives. The findings reveal that Hijrah has evolved from the concept of physical migration to encompass changes in attitude, lifestyle, and Islamic dress codes, reflecting repentance and the religious aspirations of a new generation. Additionally, Hijrah serves as a medium for disseminating doctrine and carries specific socio-economic impacts. This study concludes that Hijrah in Indonesia is a multidimensional phenomenon, reflecting the dynamic social, cultural, and religious fabric of the society. The transformation of Hijrah into a social movement not only alters the religious landscape but also influences social, economic, and political interactions. This study emphasizes the importance of a multidisciplinary approach in understanding contemporary religious and social dynamics. Abstrak Fenomena hijrah di Indonesia telah mengalami transformasi dari perjalanan spiritual menjadi gerakan sosial yang luas dan melibatkan berbagai komunitas dengan latar belakang historis dan konteks sosio-politik beragam. Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena hijrah dalam konteks Indonesia dengan menelaah pergeseran makna dan praktiknya, serta memahami transformasinya menjadi gerakan sosial yang mempengaruhi identitas religius dan interaksi sosial. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dengan fokus studi kepustakaan dan pendekatan interpretatif untuk memahami fenomena hijrah dari perspektif historis, sosial, budaya, dan spiritual. Kajian ini menunjukkan bahwa hijrah telah berkembang dari konsep migrasi fisik menjadi perubahan sikap, gaya hidup, dan tata cara berpakaian yang lebih Islami, mencerminkan pertobatan dan aspirasi religius generasi baru. Hijrah juga menjadi medium penyebaran doktrin dan memiliki dampak sosio-ekonomi tertentu. Kajian ini menyimpulkan bahwa hijrah di Indonesia merupakan fenomena multidimensi yang mencerminkan dinamika sosial, kultural, dan religius masyarakat. Transformasi hijrah menjadi gerakan sosial tidak hanya mengubah landscape keagamaan tapi juga mempengaruhi interaksi sosial, ekonomi, dan politik. Kajian ini menegaskan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam memahami dinamika keagamaan dan sosial kontemporer.
在印度尼西亚,"朝觐 "现象已从精神之旅转变为一场广泛的社会运动,涉及具有不同历史背景和社会政治背景的各个社区。本研究旨在探索印尼背景下的 "朝觐 "现象,研究其意义和实践的转变,并了解其向影响宗教认同和社会互动的社会运动的转变。本研究采用定性方法,侧重于文献综述和解释性方法,从历史、社会、文化和精神角度来把握 "希吉拉 "现象。研究结果表明,"希吉拉 "已从身体迁移的概念演变为包括态度、生活方式和伊斯兰着装规范的变化,反映了新一代的忏悔和宗教愿望。此外,"朝觐 "还是传播教义的媒介,并产生了特定的社会经济影响。本研究的结论是,印尼的 "朝觐 "是一个多维现象,反映了社会、文化和宗教结构的动态。将 "朝觐 "转变为一场社会运动不仅改变了宗教景观,还影响了社会、经济和政治互动。本研究强调了采用多学科方法理解当代宗教和社会动态的重要性。Abstrak Fenomena hijrah di Indonesia telah mengalami transformasi dari perjalanan spiritual menjadi gerakan sosial yang luas and melibatkan berbagai komunitas dengan latar belakang historis and konteks sosio-politik beragam. 该研究旨在对印尼社会中的 "希吉拉赫 "现象进行分析,以提高人们对宗教和实践的认识,并推动社会变革,以增强人们的宗教认同和社会交往。该研究采用了一种可持续发展的方法,以历史、社会、文化和精神角度为研究重点,对希吉拉赫现象进行研究和解释。这篇文章揭示了希吉拉是如何在宗教移民的过程中,成为伊斯兰教的一个重要组成部分,并成为一代人的宗教理想。伊斯兰教也是一种社会经济媒介。印尼的伊斯兰教变革是一个集社会、文化和宗教于一体的多元现象。伊斯兰教变革带来的社会变革可能会影响景观,也可能会影响社会、经济和政治之间的互动。本报告介绍了如何通过多方参与来提高对景观和社会问题的认识。
{"title":"Dinamika Hijrah di Indonesia: Dari Transformasi Spiritual Menuju Gerakan Sosial","authors":"Lukman Hakim","doi":"10.22373/jsai.v5i1.3993","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v5i1.3993","url":null,"abstract":"The phenomenon of Hijrah in Indonesia has transformed from a spiritual journey into a broad social movement, involving various communities with diverse historical backgrounds and socio-political contexts. This study aims to explore the Hijrah phenomenon within the Indonesian context by examining shifts in its meaning and practices, as well as understanding its transformation into a social movement that influences religious identity and social interactions. Employing a qualitative methodology, this study focuses on a literature review and an interpretive approach to grasp the Hijrah phenomenon from historical, social, cultural, and spiritual perspectives. The findings reveal that Hijrah has evolved from the concept of physical migration to encompass changes in attitude, lifestyle, and Islamic dress codes, reflecting repentance and the religious aspirations of a new generation. Additionally, Hijrah serves as a medium for disseminating doctrine and carries specific socio-economic impacts. This study concludes that Hijrah in Indonesia is a multidimensional phenomenon, reflecting the dynamic social, cultural, and religious fabric of the society. The transformation of Hijrah into a social movement not only alters the religious landscape but also influences social, economic, and political interactions. This study emphasizes the importance of a multidisciplinary approach in understanding contemporary religious and social dynamics. \u0000Abstrak \u0000Fenomena hijrah di Indonesia telah mengalami transformasi dari perjalanan spiritual menjadi gerakan sosial yang luas dan melibatkan berbagai komunitas dengan latar belakang historis dan konteks sosio-politik beragam. Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena hijrah dalam konteks Indonesia dengan menelaah pergeseran makna dan praktiknya, serta memahami transformasinya menjadi gerakan sosial yang mempengaruhi identitas religius dan interaksi sosial. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dengan fokus studi kepustakaan dan pendekatan interpretatif untuk memahami fenomena hijrah dari perspektif historis, sosial, budaya, dan spiritual. Kajian ini menunjukkan bahwa hijrah telah berkembang dari konsep migrasi fisik menjadi perubahan sikap, gaya hidup, dan tata cara berpakaian yang lebih Islami, mencerminkan pertobatan dan aspirasi religius generasi baru. Hijrah juga menjadi medium penyebaran doktrin dan memiliki dampak sosio-ekonomi tertentu. Kajian ini menyimpulkan bahwa hijrah di Indonesia merupakan fenomena multidimensi yang mencerminkan dinamika sosial, kultural, dan religius masyarakat. Transformasi hijrah menjadi gerakan sosial tidak hanya mengubah landscape keagamaan tapi juga mempengaruhi interaksi sosial, ekonomi, dan politik. Kajian ini menegaskan pentingnya pendekatan multidisipliner dalam memahami dinamika keagamaan dan sosial kontemporer.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"22 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140359048","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article explores the role of local communities in community-based tourism development at Menganti Beach, Karangduwur Village, Kebumen District, as a response to socio-economic challenges in the area. Utilizing a qualitative approach and descriptive research, this study gathered data through interviews, observations, and documentation to understand how the community of Karangduwur independently manages Menganti’s tourism, differing from other tourism management practices predominantly overseen by the tourism department. The findings indicate a significant role of the local community in five aspects: as initiators, implementers, participants, reviewers, and beneficiaries, supporting the increase in Original Village Revenue (PAD), welfare, and reduction of unemployment. However, challenges such as conflicts of interest, culture shock, and lack of support from local governments, particularly in Environmental Impact Analysis (AMDAL) and waste management, pose substantial hurdles. Therefore, collaboration with external parties and heightened community awareness of waste management are essential for a more sustainable approach. AbstrakArtikel ini mengeksplorasi peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pantai Menganti, Desa Karangduwur, Kabupaten Kebumen, yang merupakan respons terhadap tantangan sosial ekonomi di daerah tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan penelitian deskriptif, studi ini mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk memahami bagaimana masyarakat Desa Karangduwur secara swadaya mengelola wisata Pantai Menganti, yang berbeda dari praktik pengelolaan wisata lainnya yang lebih banyak dikelola oleh dinas pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan peran signifikan masyarakat lokal dalam lima aspek: sebagai pemrakarsa, pelaksana, penyerta, peninjau, dan penerima manfaat, yang mendukung peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) serta kesejahteraan dan pengurangan pengangguran. Namun, kendala seperti konflik kepentingan, culture shock, dan kurangnya dukungan pemerintah daerah, khususnya dalam aspek Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan pengelolaan limbah, menimbulkan tantangan. Oleh karena itu diperlukan adanya kolaborasi dengan pihak eksternal dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah untuk pendekatan yang lebih berkelanjutan.
{"title":"Pariwisata Berbasis Masyarakat: Studi Kasus Pantai Menganti, Kebumen","authors":"Mahfud Miftahkhul Huda, Yosafat Hermawan Trinugraha, Dwi Astutik","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3543","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3543","url":null,"abstract":"This article explores the role of local communities in community-based tourism development at Menganti Beach, Karangduwur Village, Kebumen District, as a response to socio-economic challenges in the area. Utilizing a qualitative approach and descriptive research, this study gathered data through interviews, observations, and documentation to understand how the community of Karangduwur independently manages Menganti’s tourism, differing from other tourism management practices predominantly overseen by the tourism department. The findings indicate a significant role of the local community in five aspects: as initiators, implementers, participants, reviewers, and beneficiaries, supporting the increase in Original Village Revenue (PAD), welfare, and reduction of unemployment. However, challenges such as conflicts of interest, culture shock, and lack of support from local governments, particularly in Environmental Impact Analysis (AMDAL) and waste management, pose substantial hurdles. Therefore, collaboration with external parties and heightened community awareness of waste management are essential for a more sustainable approach. AbstrakArtikel ini mengeksplorasi peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Pantai Menganti, Desa Karangduwur, Kabupaten Kebumen, yang merupakan respons terhadap tantangan sosial ekonomi di daerah tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan penelitian deskriptif, studi ini mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk memahami bagaimana masyarakat Desa Karangduwur secara swadaya mengelola wisata Pantai Menganti, yang berbeda dari praktik pengelolaan wisata lainnya yang lebih banyak dikelola oleh dinas pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan peran signifikan masyarakat lokal dalam lima aspek: sebagai pemrakarsa, pelaksana, penyerta, peninjau, dan penerima manfaat, yang mendukung peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) serta kesejahteraan dan pengurangan pengangguran. Namun, kendala seperti konflik kepentingan, culture shock, dan kurangnya dukungan pemerintah daerah, khususnya dalam aspek Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan pengelolaan limbah, menimbulkan tantangan. Oleh karena itu diperlukan adanya kolaborasi dengan pihak eksternal dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah untuk pendekatan yang lebih berkelanjutan.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139207321","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to explore how standards of beauty and physical attractiveness influence job opportunities in the hospitality and tourism industries, particularly in the context of discrimination occurring in the initial stages of the job market, as reflected in job vacancy announcements. Utilising a reflective digital sociology approach, an analysis was conducted on job listings from the jobstreet.co.id portal, focusing on the hospitality and tourism sectors. The findings indicate that skills such as communication abilities, a good personality, and physical attractiveness often emerge as primary factors in the selection process. Notably, an attractive appearance is frequently considered an essential qualification and indicates a tendency towards discrimination at the initial stage of recruitment. This study finds that physical attractiveness is not only valued but also acts as a discriminatory factor, limiting job opportunities for those who do not meet subjective standards of beauty. These findings affirm that individuals with physical attractiveness are more likely to succeed in the hospitality and tourism industries compared to those who are less physically attractive. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana standar kecantikan dan daya tarik fisik mempengaruhi peluang kerja di industri perhotelan dan pariwisata, khususnya terkait dengan diskriminasi dalam tahapan awal proses rekrutmen, seperti yang tercermin dalam pengumuman lowongan kerja. Menggunakan pendekatan sosiologi digital reflektif, analisis dilakukan terhadap data lowongan pekerjaan dari portal jobstreet.co.id, dengan fokus pada sektor perhotelan dan pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi, kepribadian yang baik, dan daya tarik fisik sering kali menjadi faktor utama dalam proses seleksi. Penampilan yang menarik, khususnya, sering kali dianggap sebagai kualifikasi penting dan mengindikasikan adanya kecenderungan diskriminatif pada fase awal rekrutmen. Temuan ini menemukan bahwa daya tarik fisik tidak hanya dihargai tetapi juga berperan sebagai faktor diskriminatif, membatasi kesempatan kerja bagi mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan subjektif. Hal ini menegaskan bahwa individu dengan daya tarik fisik cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses dalam industri perhotelan dan pariwisata dibandingkan mereka yang tidak menarik secara fisik.
{"title":"Pengaruh Daya Tarik Fisik terhadap Diskriminasi Pekerjaan di Industri Perhotelan dan Pariwisata Jakarta","authors":"Silmi Lestari","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3451","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3451","url":null,"abstract":"This study aims to explore how standards of beauty and physical attractiveness influence job opportunities in the hospitality and tourism industries, particularly in the context of discrimination occurring in the initial stages of the job market, as reflected in job vacancy announcements. Utilising a reflective digital sociology approach, an analysis was conducted on job listings from the jobstreet.co.id portal, focusing on the hospitality and tourism sectors. The findings indicate that skills such as communication abilities, a good personality, and physical attractiveness often emerge as primary factors in the selection process. Notably, an attractive appearance is frequently considered an essential qualification and indicates a tendency towards discrimination at the initial stage of recruitment. This study finds that physical attractiveness is not only valued but also acts as a discriminatory factor, limiting job opportunities for those who do not meet subjective standards of beauty. These findings affirm that individuals with physical attractiveness are more likely to succeed in the hospitality and tourism industries compared to those who are less physically attractive. AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana standar kecantikan dan daya tarik fisik mempengaruhi peluang kerja di industri perhotelan dan pariwisata, khususnya terkait dengan diskriminasi dalam tahapan awal proses rekrutmen, seperti yang tercermin dalam pengumuman lowongan kerja. Menggunakan pendekatan sosiologi digital reflektif, analisis dilakukan terhadap data lowongan pekerjaan dari portal jobstreet.co.id, dengan fokus pada sektor perhotelan dan pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi, kepribadian yang baik, dan daya tarik fisik sering kali menjadi faktor utama dalam proses seleksi. Penampilan yang menarik, khususnya, sering kali dianggap sebagai kualifikasi penting dan mengindikasikan adanya kecenderungan diskriminatif pada fase awal rekrutmen. Temuan ini menemukan bahwa daya tarik fisik tidak hanya dihargai tetapi juga berperan sebagai faktor diskriminatif, membatasi kesempatan kerja bagi mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan subjektif. Hal ini menegaskan bahwa individu dengan daya tarik fisik cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses dalam industri perhotelan dan pariwisata dibandingkan mereka yang tidak menarik secara fisik.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139199752","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
In Indonesia, a nation characterized by its diverse religious landscape, the phenomenon of interfaith families provides a distinctive lens to comprehend religious coexistence. This investigation delves into how religious beliefs are shaped within interfaith families, scrutinizing the ways in which these households manage the intricacies of varying religious views. Utilizing qualitative research methodologies, the study zeroes in on four Indonesian families, each hailing from different religious backgrounds. The research method includes thorough interviews and observational techniques, aiming to unravel the nuances of religious observance, communication, and the resolution of conflicts within these families. The results highlight the critical roles of mutual respect, transparent communication, and a collective dedication to familial harmony in preserving a balanced atmosphere. Notwithstanding their religious disparities, these families demonstrate significant levels of tolerance and comprehension, allowing individual members to freely engage in their respective religious practices. This study accentuates the significance of embracing diversity and nurturing tolerance as fundamental factors for the harmonious coexistence of varied religions within a domestic framework. AbstrakDi Indonesia, negara yang ditandai oleh pluralitas agama, fenomena keluarga beda agama menawarkan konteks unik untuk memahami koeksistensi agama. Penelitian ini mengeksplorasi konstruksi kepercayaan agama dalam keluarga beda agama, mengkaji bagaimana keluarga-keluarga ini menavigasi kompleksitas perbedaan keyakinan agama. Menggunakan metode penelitian kualitatif, studi ini berfokus pada empat keluarga Indonesia dengan latar belakang agama yang beragam. Melalui wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini menyelidiki dinamika praktik agama, komunikasi, dan resolusi konflik dalam keluarga tersebut. Temuan menunjukkan bahwa saling menghormati, komunikasi terbuka, dan komitmen bersama terhadap kesatuan keluarga sangat penting dalam menjaga harmoni. Meskipun ada perbedaan agama, keluarga menunjukkan tingkat toleransi dan pemahaman yang tinggi, dengan anggota keluarga bebas mempraktikkan keyakinan masing-masing. Studi ini menekankan pentingnya merangkul keragaman dan menumbuhkan toleransi sebagai elemen kunci dalam koeksistensi damai agama yang berbeda dalam satu keluarga.
{"title":"Harmony in Diversity: The Dynamics of Interfaith Families","authors":"Mochamad Taufiqurrachman, Agus Machfud Fauzi","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3207","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3207","url":null,"abstract":"In Indonesia, a nation characterized by its diverse religious landscape, the phenomenon of interfaith families provides a distinctive lens to comprehend religious coexistence. This investigation delves into how religious beliefs are shaped within interfaith families, scrutinizing the ways in which these households manage the intricacies of varying religious views. Utilizing qualitative research methodologies, the study zeroes in on four Indonesian families, each hailing from different religious backgrounds. The research method includes thorough interviews and observational techniques, aiming to unravel the nuances of religious observance, communication, and the resolution of conflicts within these families. The results highlight the critical roles of mutual respect, transparent communication, and a collective dedication to familial harmony in preserving a balanced atmosphere. Notwithstanding their religious disparities, these families demonstrate significant levels of tolerance and comprehension, allowing individual members to freely engage in their respective religious practices. This study accentuates the significance of embracing diversity and nurturing tolerance as fundamental factors for the harmonious coexistence of varied religions within a domestic framework. AbstrakDi Indonesia, negara yang ditandai oleh pluralitas agama, fenomena keluarga beda agama menawarkan konteks unik untuk memahami koeksistensi agama. Penelitian ini mengeksplorasi konstruksi kepercayaan agama dalam keluarga beda agama, mengkaji bagaimana keluarga-keluarga ini menavigasi kompleksitas perbedaan keyakinan agama. Menggunakan metode penelitian kualitatif, studi ini berfokus pada empat keluarga Indonesia dengan latar belakang agama yang beragam. Melalui wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini menyelidiki dinamika praktik agama, komunikasi, dan resolusi konflik dalam keluarga tersebut. Temuan menunjukkan bahwa saling menghormati, komunikasi terbuka, dan komitmen bersama terhadap kesatuan keluarga sangat penting dalam menjaga harmoni. Meskipun ada perbedaan agama, keluarga menunjukkan tingkat toleransi dan pemahaman yang tinggi, dengan anggota keluarga bebas mempraktikkan keyakinan masing-masing. Studi ini menekankan pentingnya merangkul keragaman dan menumbuhkan toleransi sebagai elemen kunci dalam koeksistensi damai agama yang berbeda dalam satu keluarga.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139201043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hairunnisa Hairunnisa, Ishomuddin Ishomuddin, M. Kamaludin
Rimpu represents one of the local cultures that has undergone acculturation with Islamic teachings and has become an identity for Muslim women in the Bima area. This study aims to identify the Islamic educational values contained within the Rimpu. The research method used is qualitative, with data obtained through interviews and documentation and data analysis performed using data condensation, data presentation, and drawing conclusions. The findings show that Rimpu embodies values of morality, worship, and aesthetics. Rimpu reflects a personality that preserves, maintains courtesy, and upholds modesty between men and women in terms of morality. In terms of worship, the use of Rimpu signifies compliance in covering one’s aurat, reflecting devotion and worship to Allah SWT. Aesthetically, the colors and motifs on tembe nggoli, the main material of Rimpu, hold deep meanings and philosophies in line with Islamic teachings. This study concludes that Rimpu is not just clothing but also a medium that integrates religious, social, and aesthetic aspects, reflecting the identity and values within the Bima community society. AbstrakRimpu mewakili salah satu budaya lokal yang telah mengalami akulturasi dengan ajaran Islam dan menjadi identitas bagi Muslimah di daerah Bima. Penelitian bertujuan mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam Rimpu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi serta analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rimpu menggambarkan nilai-nilai akhlak, ibadah, dan estetika. Dalam aspek akhlak, Rimpu mencerminkan kepribadian yang terjaga, sopan santun, dan menjaga pandangan antara perempuan dan laki-laki. Secara ibadah, penggunaan Rimpu menandakan kepatuhan dalam menutup aurat, merefleksikan bentuk penghambaan dan ibadah kepada Allah SWT. Dari segi estetika, warna dan motif pada tembe nggoli, bahan utama Rimpu, memiliki makna dan filosofi mendalam sesuai dengan ajaran Islam. Kajian ini menyimpulkan bahwa Rimpu tidak hanya sebagai pakaian, tetapi juga sarana yang mengintegrasikan aspek keagamaan, sosial, dan estetika yang merefleksikan identitas serta nilai-nilai dalam komunitas masyarakat Bima.
{"title":"Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Budaya Rimpu di Kabupaten Bima","authors":"Hairunnisa Hairunnisa, Ishomuddin Ishomuddin, M. Kamaludin","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3310","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3310","url":null,"abstract":"Rimpu represents one of the local cultures that has undergone acculturation with Islamic teachings and has become an identity for Muslim women in the Bima area. This study aims to identify the Islamic educational values contained within the Rimpu. The research method used is qualitative, with data obtained through interviews and documentation and data analysis performed using data condensation, data presentation, and drawing conclusions. The findings show that Rimpu embodies values of morality, worship, and aesthetics. Rimpu reflects a personality that preserves, maintains courtesy, and upholds modesty between men and women in terms of morality. In terms of worship, the use of Rimpu signifies compliance in covering one’s aurat, reflecting devotion and worship to Allah SWT. Aesthetically, the colors and motifs on tembe nggoli, the main material of Rimpu, hold deep meanings and philosophies in line with Islamic teachings. This study concludes that Rimpu is not just clothing but also a medium that integrates religious, social, and aesthetic aspects, reflecting the identity and values within the Bima community society. AbstrakRimpu mewakili salah satu budaya lokal yang telah mengalami akulturasi dengan ajaran Islam dan menjadi identitas bagi Muslimah di daerah Bima. Penelitian bertujuan mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam Rimpu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi serta analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rimpu menggambarkan nilai-nilai akhlak, ibadah, dan estetika. Dalam aspek akhlak, Rimpu mencerminkan kepribadian yang terjaga, sopan santun, dan menjaga pandangan antara perempuan dan laki-laki. Secara ibadah, penggunaan Rimpu menandakan kepatuhan dalam menutup aurat, merefleksikan bentuk penghambaan dan ibadah kepada Allah SWT. Dari segi estetika, warna dan motif pada tembe nggoli, bahan utama Rimpu, memiliki makna dan filosofi mendalam sesuai dengan ajaran Islam. Kajian ini menyimpulkan bahwa Rimpu tidak hanya sebagai pakaian, tetapi juga sarana yang mengintegrasikan aspek keagamaan, sosial, dan estetika yang merefleksikan identitas serta nilai-nilai dalam komunitas masyarakat Bima.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"298 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139204792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ronald Tri Pamungkas, D. Purwanto, Riadi Syafutra Siregar
Football is more than just a game on the field; it also involves social and economic aspects, especially among fans. This research examines the 'away days' phenomenon with Persis Solo football club supporters, where some fans sell or pawn belongings to fund their travel. Using qualitative methods and a case study approach, this study gathered data through interviews and observations with seven selected informants in Solo City. The study reveals that Persis Solo supporters' activities go beyond just supporting their team; they also engage in economic transactions. When it comes to away days, supporters' decisions to sell or pawn items are more about helping and making away days successful than needing those items. These transactions during away days are based on trust and involve strong social connections among the supporters. AbstrakSepak bola tidak hanya terbatas pada permainan di lapangan, tetapi juga melibatkan fenomena sosial-ekonomi, terutama di kalangan suporter. Penelitian ini mengkaji fenomena away days yang terjadi di antara suporter klub sepak bola Persis Solo. Di dalam fenomena ini, beberapa suporter terlibat dalam penjualan dan gadai barang untuk membiayai perjalanan mereka. Dengan menggunakan metodologi kualitatif dan pendekatan studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi dari tujuh informan yang dipilih secara purposive sampling di Kota Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas suporter Persis Solo melampaui dukungan tim biasa, merambah ke dalam transaksi ekonomi. Saat away days, keputusan suporter untuk membeli atau menggadaikan barang lebih didorong oleh keinginan untuk membantu dan menyukseskan away days, daripada oleh kebutuhan atas barang itu sendiri. Transaksi yang terjadi dalam konteks away days ini berakar pada rasa kepercayaan dan melibatkan jaringan sosial yang kuat di antara suporter.
足球不仅仅是球场上的比赛,它还涉及社会和经济方面,尤其是在球迷中间。本研究探讨了宝莹梭罗足球俱乐部支持者的 "客场日 "现象,即一些球迷通过出售或典当财物来筹集旅费。本研究采用定性方法和案例研究法,通过采访和观察梭罗市的七名选定知情者来收集数据。研究显示,梭罗宝莹队支持者的活动不仅仅是支持自己的球队,他们还参与经济交易。在客场比赛时,支持者决定出售或典当物品更多的是为了帮助客场比赛取得成功,而不是需要这些物品。客场比赛期间的这些交易建立在信任的基础上,涉及支持者之间牢固的社会关系。 摘要足球不仅限于球场上的比赛,还涉及社会经济现象,尤其是支持者之间的社会经济现象。本研究探讨了发生在 Persis Solo 足球俱乐部支持者之间的客场日现象。在这一现象中,一些支持者通过出售和典当物品来为其旅行提供资金。研究采用定性方法和案例研究法,通过对在梭罗市有目的抽样选出的七名信息提供者进行访谈和观察收集数据。结果显示,梭罗宝莹队支持者的活动超出了普通的球队支持,而是涉足经济交易。在客场比赛期间,支持者购买或典当物品的决定更多是出于帮助客场比赛取得成功的愿望,而不是对物品本身的需求。在客场比赛日进行的交易植根于一种信任感,涉及支持者之间强大的社会网络。
{"title":"Solidaritas dan Transaksi Ekonomi dalam Komunitas Suporter Persis Solo","authors":"Ronald Tri Pamungkas, D. Purwanto, Riadi Syafutra Siregar","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3528","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3528","url":null,"abstract":"Football is more than just a game on the field; it also involves social and economic aspects, especially among fans. This research examines the 'away days' phenomenon with Persis Solo football club supporters, where some fans sell or pawn belongings to fund their travel. Using qualitative methods and a case study approach, this study gathered data through interviews and observations with seven selected informants in Solo City. The study reveals that Persis Solo supporters' activities go beyond just supporting their team; they also engage in economic transactions. When it comes to away days, supporters' decisions to sell or pawn items are more about helping and making away days successful than needing those items. These transactions during away days are based on trust and involve strong social connections among the supporters. AbstrakSepak bola tidak hanya terbatas pada permainan di lapangan, tetapi juga melibatkan fenomena sosial-ekonomi, terutama di kalangan suporter. Penelitian ini mengkaji fenomena away days yang terjadi di antara suporter klub sepak bola Persis Solo. Di dalam fenomena ini, beberapa suporter terlibat dalam penjualan dan gadai barang untuk membiayai perjalanan mereka. Dengan menggunakan metodologi kualitatif dan pendekatan studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi dari tujuh informan yang dipilih secara purposive sampling di Kota Solo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas suporter Persis Solo melampaui dukungan tim biasa, merambah ke dalam transaksi ekonomi. Saat away days, keputusan suporter untuk membeli atau menggadaikan barang lebih didorong oleh keinginan untuk membantu dan menyukseskan away days, daripada oleh kebutuhan atas barang itu sendiri. Transaksi yang terjadi dalam konteks away days ini berakar pada rasa kepercayaan dan melibatkan jaringan sosial yang kuat di antara suporter.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"12 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139200542","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to assess the community's resilience to flood disasters in Pebayuran District. A descriptive method with quantitative data was employed, measuring community resilience through various indicators. Data collection involved random surveys and interviews in the affected locations. The findings reveal that the community's knowledge of asset protection during floods scored 44 (moderate), while the robustness of disaster management structures scored 29 (low). The educational sector's commitment to flood knowledge was marked at 35 (moderate), flood alertness at 20 (low), flood disaster preparedness at 34 (moderate), post-flood household income sustainability strategies at 45 (moderate), knowledge of first aid during floods at 38 (moderate), and community or municipal disaster risk reduction plans at 41 (moderate). Villages with high resilience include Bantarjaya, Bantarsari, and Kertajaya, whereas those with moderate resilience are Karang Haur, Karang Segar, Karangharja, Karangjaya, Karangpatri, Karangreja, Kertasari, Sumber Sari, Sumber Urip, and Sumbereja. Despite most villages exhibiting moderate to high resilience, the overall resilience level of Pebayuran District remains low, primarily due to the absence of early flood warning systems. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat resiliensi masyarakat terhadap bencana banjir di Kecamatan Pebayuran. Metode yang digunakan adalah kuantitatif untuk mengukur resiliensi melalui berbagai indikator. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara acak di lokasi terdampak. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perlindungan aset saat banjir berada pada skor 44 (sedang), struktur organisasi tangguh bencana pada skor 29 (rendah), komitmen pendidikan terhadap pengetahuan banjir skor 35 (sedang), kewaspadaan banjir skor 20 (rendah), kesiapsiagaan bencana banjir skor 34 (sedang), strategi keberlanjutan pendapatan pasca banjir skor 45 (sedang), pengetahuan pertolongan pertama saat banjir skor 38 (sedang), dan rencana penanggulangan risiko bencana oleh masyarakat skor 41 (sedang). Desa dengan resiliensi tinggi adalah Bantarjaya, Bantarsari, dan Kertajaya, sementara desa dengan resiliensi sedang meliputi Karang Haur, Karang Segar, Karangharja, Karangjaya, Karangpatri, Karangreja, Kertasari, Sumber Sari, Sumber Urip, dan Sumbereja. Meskipun mayoritas desa memiliki resiliensi sedang hingga tinggi, tingkat resiliensi keseluruhan Kecamatan Pebayuran masih rendah, terutama karena kurangnya fasilitas peringatan dini banjir.
{"title":"Resiliensi Masyarakat terhadap Bencana Banjir di Kecamatan Pebayuran, Bekasi Jawa Barat","authors":"W. Wardana, Agung Adiputra","doi":"10.22373/jsai.v4i3.3363","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i3.3363","url":null,"abstract":"This study aims to assess the community's resilience to flood disasters in Pebayuran District. A descriptive method with quantitative data was employed, measuring community resilience through various indicators. Data collection involved random surveys and interviews in the affected locations. The findings reveal that the community's knowledge of asset protection during floods scored 44 (moderate), while the robustness of disaster management structures scored 29 (low). The educational sector's commitment to flood knowledge was marked at 35 (moderate), flood alertness at 20 (low), flood disaster preparedness at 34 (moderate), post-flood household income sustainability strategies at 45 (moderate), knowledge of first aid during floods at 38 (moderate), and community or municipal disaster risk reduction plans at 41 (moderate). Villages with high resilience include Bantarjaya, Bantarsari, and Kertajaya, whereas those with moderate resilience are Karang Haur, Karang Segar, Karangharja, Karangjaya, Karangpatri, Karangreja, Kertasari, Sumber Sari, Sumber Urip, and Sumbereja. Despite most villages exhibiting moderate to high resilience, the overall resilience level of Pebayuran District remains low, primarily due to the absence of early flood warning systems. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat resiliensi masyarakat terhadap bencana banjir di Kecamatan Pebayuran. Metode yang digunakan adalah kuantitatif untuk mengukur resiliensi melalui berbagai indikator. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara acak di lokasi terdampak. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perlindungan aset saat banjir berada pada skor 44 (sedang), struktur organisasi tangguh bencana pada skor 29 (rendah), komitmen pendidikan terhadap pengetahuan banjir skor 35 (sedang), kewaspadaan banjir skor 20 (rendah), kesiapsiagaan bencana banjir skor 34 (sedang), strategi keberlanjutan pendapatan pasca banjir skor 45 (sedang), pengetahuan pertolongan pertama saat banjir skor 38 (sedang), dan rencana penanggulangan risiko bencana oleh masyarakat skor 41 (sedang). Desa dengan resiliensi tinggi adalah Bantarjaya, Bantarsari, dan Kertajaya, sementara desa dengan resiliensi sedang meliputi Karang Haur, Karang Segar, Karangharja, Karangjaya, Karangpatri, Karangreja, Kertasari, Sumber Sari, Sumber Urip, dan Sumbereja. Meskipun mayoritas desa memiliki resiliensi sedang hingga tinggi, tingkat resiliensi keseluruhan Kecamatan Pebayuran masih rendah, terutama karena kurangnya fasilitas peringatan dini banjir.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139207865","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}