Fauzi Nur Afifudin, D. Purwanto, Ghufronuddin Ghufronuddin
Ngargosari Village is undertaken in an effort to enhance community capabilities. This article aims to comprehend the implementation of empowerment strategies for millennial farmers and their impacts. The research methodology utilized is qualitative with a case study approach, employing data collection techniques through interviews and observations. This study showed that the implementation of empowerment strategies by Komunitas Ternak Lembu Mukti involves five main activities, namely plegung, regular arisan (rotating credit association), a savings and loan system for initial capital, the principle of 3 M (Self-Management, Financial Management, and time management), and the provision of land facilities by the village. These activities have had a positive impact on the members of the community and society at large, leading to enhanced livestock management skills, productivity, and welfare. This study concludes that the implementation of empowerment strategies for millennial farmers has yielded positive outcomes in terms of enhancing capabilities, productivity, and the welfare of the community. Furthermore, the strategies align with the principles of the ACTORS theory, as they grant communities the freedom to leverage local potential with the support of external actors as empowering agents. AbstrakPemberdayaan peternak milenial oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti di Desa Ngargosari dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penerapan strategi pemberdayaan peternak milenial serta dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik penugumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pemberdayaan oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti melibatkan lima kegiatan utama, yaitu plegung, arisan rutin, sistem simpan pinjam untuk modal awal, prinsip 3 M (Manajemen Diri, Manajemen Keuangan, Manajemen Waktu), serta fasilitas lahan yang diberikan oleh desa. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak positif pada anggota komunitas dan masyarakat, meningkatkan kemampuan mengelola ternak, produktivitas, dan kesejahteraan. Kajian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi pemberdayaan peternak milenial berdampak positif dalam meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat serta sesuai dengan konsep teori ACTORS yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal dengan dukungan pihak lain sebagai pemberi daya.
Ngargosari村的建设是为了提高社区能力。本文旨在了解千禧一代农民赋权策略的实施及其影响。使用的研究方法是定性的案例研究方法,通过访谈和观察采用数据收集技术。该研究表明,Komunitas Ternak Lembu Mukti实施赋权战略涉及五项主要活动,即plegung,定期arisan(轮流信贷协会),初始资本储蓄和贷款系统,3m原则(自我管理,财务管理和时间管理)以及村庄提供土地设施。这些活动对社区成员和整个社会产生了积极影响,提高了牲畜管理技能、生产力和福利。本研究的结论是,千禧一代农民赋权策略的实施在提高能力、生产力和社区福利方面取得了积极成果。此外,这些战略与行动者理论的原则相一致,因为它们赋予社区在外部行动者作为授权代理人的支持下利用当地潜力的自由。【摘要】pemberdayaan peternak millennial oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti di Desa Ngargosari dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat。Penelitian ini bertujuan untuk memhamy penpenjapan战略penberdayaan peternak千年战略。方法:数值模拟,数值模拟,数值模拟,数值模拟,数值模拟,数值模拟,数值模拟。Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapanstrategi penberdayaan oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti melibatkan lima kegiatan utama, yititplegung, arisanrutin, system simpanjjamam untuk modal awal, prinsip 3 M(管理人员Diri,管理人员Keuangan,管理人员Waktu), serta fasilitas lahanyang diberikan oledesa。Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak positif pada anggota komunitas dan masyarakat, meningkatkan kemampuan mengelola ternak, producktivitas, dan kesejahteraan。“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”“”
{"title":"Pemberdayaan Peternak Milenial: Strategi dan Dampak","authors":"Fauzi Nur Afifudin, D. Purwanto, Ghufronuddin Ghufronuddin","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2965","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2965","url":null,"abstract":"Ngargosari Village is undertaken in an effort to enhance community capabilities. This article aims to comprehend the implementation of empowerment strategies for millennial farmers and their impacts. The research methodology utilized is qualitative with a case study approach, employing data collection techniques through interviews and observations. This study showed that the implementation of empowerment strategies by Komunitas Ternak Lembu Mukti involves five main activities, namely plegung, regular arisan (rotating credit association), a savings and loan system for initial capital, the principle of 3 M (Self-Management, Financial Management, and time management), and the provision of land facilities by the village. These activities have had a positive impact on the members of the community and society at large, leading to enhanced livestock management skills, productivity, and welfare. This study concludes that the implementation of empowerment strategies for millennial farmers has yielded positive outcomes in terms of enhancing capabilities, productivity, and the welfare of the community. Furthermore, the strategies align with the principles of the ACTORS theory, as they grant communities the freedom to leverage local potential with the support of external actors as empowering agents. \u0000AbstrakPemberdayaan peternak milenial oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti di Desa Ngargosari dilakukan sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penerapan strategi pemberdayaan peternak milenial serta dampaknya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik penugumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pemberdayaan oleh Komunitas Ternak Lembu Mukti melibatkan lima kegiatan utama, yaitu plegung, arisan rutin, sistem simpan pinjam untuk modal awal, prinsip 3 M (Manajemen Diri, Manajemen Keuangan, Manajemen Waktu), serta fasilitas lahan yang diberikan oleh desa. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak positif pada anggota komunitas dan masyarakat, meningkatkan kemampuan mengelola ternak, produktivitas, dan kesejahteraan. Kajian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi pemberdayaan peternak milenial berdampak positif dalam meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat serta sesuai dengan konsep teori ACTORS yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal dengan dukungan pihak lain sebagai pemberi daya.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130744152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article discusses the da’wah communication carried out by Ustazah Halimah Alaydrus on the social media platform Instagram. Although actively engaging in da’wah on the @halimahalaydrus account, Ustazah Halimah Alaydrus intriguingly chooses not to share any pictures or photos of herself. This raises questions regarding the da’wah communication that focuses on social interactions, considering that facial expression is a significant factor in shaping perceptions during communication. The article employs a qualitative descriptive approach. The findings of this study demonstrate that Ustazah Halimah Alaydrus adeptly performs social interactions, successfully establishing closeness with her followers on Instagram. She utilizes various available features such as live broadcasts, highlights, stories, and comment sections to interact with her mad'u (target audience for dakwah). This study concludes that not showing her face in da’wah communication on Instagram does not hinder the process of social interaction. Ustazah Halimah Alaydrus remains capable of fostering effective communication with her followers and achieving her da’wah objectives despite not sharing her pictures. Abstrak Artikel ini membahas mengenai komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Ustazah Halimah Alaydrus di media sosial Instagram. Ustazah Halimah Alaydrus aktif berdakwah di akun @halimahalaydrus namun menariknya, dia memilih untuk tidak membagikan gambar atau foto dirinya. Hal ini menimbulkan pertanyaan seputar bagaimana komunikasi dakwahnya yang berfokus pada interaksi sosial, mengingat wajah merupakan faktor penting dalam pembentukan persepsi saat berkomunikasi. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif model deskriptif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Ustazah Halimah Alaydrus mampu melakukan interaksi sosial dengan baik dan berhasil menciptakan kedekatan dengan para pengikutnya di Instagram. Dia memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia, seperti siaran langsung, sorotan, cerita, dan kolom komentar, untuk berinteraksi dengan mad'u (target dakwah). Kajian ini menyimpulkan bahwa tidak menampilkan wajahnya dalam berkomunikasi dakwah di Instagram tidak menghambat terjadinya proses interaksi sosial. Ustazah Halimah Alaydrus tetap mampu membina komunikasi yang efektif dengan pengikutnya dan mencapai tujuan dakwahnya meskipun tidak membagikan gambar dirinya.
本文讨论Ustazah Halimah Alaydrus在社交媒体平台Instagram上进行的da 'wah传播。尽管Ustazah Halimah Alaydrus在@halimahalaydrus账户上积极参与da 'wah,但有趣的是,Ustazah Halimah Alaydrus选择不分享任何自己的照片。考虑到面部表情是在交流过程中形成感知的一个重要因素,这就提出了关于注重社交互动的da 'wah交流的问题。这篇文章采用定性描述的方法。这项研究的结果表明,Ustazah Halimah Alaydrus擅长进行社交互动,成功地与Instagram上的粉丝建立了亲密关系。她利用各种可用的功能,如直播、亮点、故事和评论部分,与她的mad'u (dakwah的目标受众)进行互动。本研究得出的结论是,在Instagram上的大华交流中不露脸并不会阻碍社交互动的过程。Ustazah Halimah Alaydrus仍然能够与她的追随者进行有效的沟通,并实现她的da 'wah目标,尽管她没有分享她的照片。[摘要]Artikel ini成员的menmenai komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Ustazah Halimah Alaydrus在媒体社交Instagram上。@halimahalaydrus namun menariknya,这是我的名字。Hal ini menimbulkan pertanyaan seputar bagaimana komunikasi dakwahnya yang berfus padinteraksi social, mengingat wajah merupakan faktor penting dalam pembentukan persepsi saat berkomunikasi。Artikel ini menggunakan pendekatan质量模型描述。Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Ustazah Halimah Alaydrus mampu melakukan interaksi social dengan baik dan berhasil menciptakan kedekatan dengan para pengikutnya di Instagram。Dia memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia, seperti siaran langsung, sorotan, cerita, dan kolom komentar, untuk berinteraksi dengan mad'u (target dakwah)。Kajian ini menypulkan bahwa tidak menampilkan wajahnya dalam berkomunikasi dakwah di Instagram tidak menghambat terjadinya处理interaksi social。杨Ustazah哈里马Alaydrus tetap mampu membina komunikasi efektif dengan pengikutnya丹mencapai tujuan dakwahnya meskipun有些membagikan gambar dirinya。
{"title":"Beyond Visuals: Komunikasi Dakwah Ustazah Halimah Alaydrus di Instagram","authors":"Tamita Fatwana Yuna, Ahmad Tamrin Sikumbang","doi":"10.22373/jsai.v4i2.2766","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i2.2766","url":null,"abstract":"This article discusses the da’wah communication carried out by Ustazah Halimah Alaydrus on the social media platform Instagram. Although actively engaging in da’wah on the @halimahalaydrus account, Ustazah Halimah Alaydrus intriguingly chooses not to share any pictures or photos of herself. This raises questions regarding the da’wah communication that focuses on social interactions, considering that facial expression is a significant factor in shaping perceptions during communication. The article employs a qualitative descriptive approach. The findings of this study demonstrate that Ustazah Halimah Alaydrus adeptly performs social interactions, successfully establishing closeness with her followers on Instagram. She utilizes various available features such as live broadcasts, highlights, stories, and comment sections to interact with her mad'u (target audience for dakwah). This study concludes that not showing her face in da’wah communication on Instagram does not hinder the process of social interaction. Ustazah Halimah Alaydrus remains capable of fostering effective communication with her followers and achieving her da’wah objectives despite not sharing her pictures. \u0000Abstrak \u0000Artikel ini membahas mengenai komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Ustazah Halimah Alaydrus di media sosial Instagram. Ustazah Halimah Alaydrus aktif berdakwah di akun @halimahalaydrus namun menariknya, dia memilih untuk tidak membagikan gambar atau foto dirinya. Hal ini menimbulkan pertanyaan seputar bagaimana komunikasi dakwahnya yang berfokus pada interaksi sosial, mengingat wajah merupakan faktor penting dalam pembentukan persepsi saat berkomunikasi. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif model deskriptif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa Ustazah Halimah Alaydrus mampu melakukan interaksi sosial dengan baik dan berhasil menciptakan kedekatan dengan para pengikutnya di Instagram. Dia memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia, seperti siaran langsung, sorotan, cerita, dan kolom komentar, untuk berinteraksi dengan mad'u (target dakwah). Kajian ini menyimpulkan bahwa tidak menampilkan wajahnya dalam berkomunikasi dakwah di Instagram tidak menghambat terjadinya proses interaksi sosial. Ustazah Halimah Alaydrus tetap mampu membina komunikasi yang efektif dengan pengikutnya dan mencapai tujuan dakwahnya meskipun tidak membagikan gambar dirinya. \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125828717","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The phenomenon of wearing a face veil (bercadar) in Aceh, which has now become a model for Muslim women's attire, is believed to have originated not from local eccentricities but from local traditions. The practice of wearing a face veil represents a newly formed cultural expression in the contemporary religious context of Acehnese Muslim women. This article explores various aspects related to the use of the veil among Muslim women in Aceh today, including the historical emergence of the veil within the socio-cultural context of Acehnese society, the cultural and objective conditions of Acehnese society that allow for the emergence of the veil, and the theological motives underlying the contemporary usage of the veil by Acehnese women. This study is based on observations and interviews. Observations were conducted on the increasing number of women wearing the veil in society, particularly among students at various universities and educational institutions in Aceh. The study indicates that although the veil does not have historical roots in Acehnese fashion, it is still accepted as a new Islamic culture. The use of the veil in Aceh has become a cultural necessity as Aceh opens itself up to a globalized world system, which inevitably leads to intercultural connections. The theological significance of wearing the veil among Acehnese Muslim women also indicates an increased awareness of improving their relationship with the Divine Creator. Therefore, the phenomenon of wearing a face veil as a contemporary fashion style among Acehnese Muslim women to express their religious identity is not bound by local history and even remains open to embracing cultures and expressions of beliefs from outside, as long as those cultures do not contradict Islamic values. Abstrak Bercadar yang kini menjadi sebuah model berpakaian muslimah Aceh diyakini bukan berasal dari tradisi lokal keacehan. Fenomena bercadar merupakan sebuah bentukan budaya baru dalam ekspresi keagamaan muslimah Aceh kontemporer. Artikel membahas beberapa sisi terkait penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh hari ini yang meliputi; sejarah kemunculan cadar dalam konteks sosial budaya masyarakat Aceh, budaya dan kondisi objektif masyarakat Aceh yang memberi ruang kemunculan cadar, dan motif teologi dalam konteks penggunaan cadar perempuan Aceh kontemporer. Kajian ini didasarkan pada observasi dan wawancara. Observasi dilakukan atas fenomena pemakai cadar yang semakin bertambah dalam masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa di beberapa universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Aceh. Kajian ini menunjukkan bahwa meskipun cadar tidak memiliki akar sejarah dalam model berbusana di Aceh namun tetap diterima sebagai sebuah budaya baru yang islami. Penggunaan cadar di Aceh menjadi keniscayaan budaya ketika Aceh membuka diri dalam sebuah sistem dunia yang global, yang memungkinkan terjadi keterhubungan antar budaya yang tidak mungkin terelakkan. Penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh ini se
在亚齐,戴面纱(bercadar)的现象现在已经成为穆斯林妇女着装的典范,人们认为这种现象不是源于当地的怪癖,而是源于当地的传统。戴面纱的做法代表了亚齐穆斯林妇女在当代宗教背景下新形成的文化表达。本文探讨了与今天亚齐穆斯林妇女使用面纱有关的各个方面,包括在亚齐社会的社会文化背景下面纱的历史出现,亚齐社会允许面纱出现的文化和客观条件,以及亚齐妇女当代使用面纱背后的神学动机。本研究基于观察和访谈。对社会上戴面纱的妇女越来越多,特别是在亚齐各大学和教育机构的学生中戴面纱的情况进行了观察。研究表明,尽管面纱在亚齐时尚中没有历史根源,但它仍然被接受为一种新的伊斯兰文化。随着亚齐向全球化的世界体系开放,在亚齐使用面纱已成为一种文化必需品,这不可避免地导致了文化间的联系。在亚齐穆斯林妇女中,戴面纱的神学意义也表明,她们越来越意识到要改善与神圣造物主的关系。因此,在亚齐穆斯林妇女中,戴面纱作为一种当代时尚风格来表达其宗教身份的现象不受当地历史的约束,甚至对外来的文化和信仰表达持开放态度,只要这些文化与伊斯兰价值观不相抵触。[摘要]贝卡达,杨,基尼,menjadi, sebuah,模特,巴基斯坦穆斯林,亚齐,diyakini, bukan, berasal, dari, tradisi,当地,keacehan。现象bercadar merupakan sebuah bentukan budaya baru dalam ekspresi keagamaan穆斯林亚齐kontempoer。Artikel成员beberapa sisi terkait penggunaan cadar di kalangan muslim Aceh hari ini yang meliputi;在亚齐,亚齐人是亚齐人,亚齐人是亚齐人,亚齐人是亚齐人,亚齐人是亚齐人,亚齐人是亚齐人。Kajian ini didasarkan pada observasi dan wawankara。在亚齐观察到的现象中,有一种现象是:在亚齐观察到的现象中,有一种现象是:在亚齐观察到的现象中,有一种现象是:在亚齐观察到的现象中,有一种现象是:在亚齐观察到的现象中,有一种现象是:在亚齐观察到的现象中。我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”,我的名字叫“我的名字”。彭古那亚cadar di亚齐menjadi keniscayaan budaya ketika亚齐menbuka diri dalam sebuah系统dudua yang global, yang menungkinkan terjadi keterhubungan antar budaya yang tidak mungkin terelakkan。Penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh ini secara technology juga menunjukkan peningkatan kesadaran memperbaiki hubungan yang lebih baik dengan khalik。在亚齐,有一种特殊的现象,那就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐,有一种特殊的现象,就是在亚齐。
{"title":"Fenomena Bercadar Perempuan Aceh Kontemporer dalam Analisis Sejarah, Budaya dan Teologi","authors":"Lukman Hakim","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2704","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2704","url":null,"abstract":"The phenomenon of wearing a face veil (bercadar) in Aceh, which has now become a model for Muslim women's attire, is believed to have originated not from local eccentricities but from local traditions. The practice of wearing a face veil represents a newly formed cultural expression in the contemporary religious context of Acehnese Muslim women. This article explores various aspects related to the use of the veil among Muslim women in Aceh today, including the historical emergence of the veil within the socio-cultural context of Acehnese society, the cultural and objective conditions of Acehnese society that allow for the emergence of the veil, and the theological motives underlying the contemporary usage of the veil by Acehnese women. This study is based on observations and interviews. Observations were conducted on the increasing number of women wearing the veil in society, particularly among students at various universities and educational institutions in Aceh. The study indicates that although the veil does not have historical roots in Acehnese fashion, it is still accepted as a new Islamic culture. The use of the veil in Aceh has become a cultural necessity as Aceh opens itself up to a globalized world system, which inevitably leads to intercultural connections. The theological significance of wearing the veil among Acehnese Muslim women also indicates an increased awareness of improving their relationship with the Divine Creator. Therefore, the phenomenon of wearing a face veil as a contemporary fashion style among Acehnese Muslim women to express their religious identity is not bound by local history and even remains open to embracing cultures and expressions of beliefs from outside, as long as those cultures do not contradict Islamic values. \u0000Abstrak \u0000Bercadar yang kini menjadi sebuah model berpakaian muslimah Aceh diyakini bukan berasal dari tradisi lokal keacehan. Fenomena bercadar merupakan sebuah bentukan budaya baru dalam ekspresi keagamaan muslimah Aceh kontemporer. Artikel membahas beberapa sisi terkait penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh hari ini yang meliputi; sejarah kemunculan cadar dalam konteks sosial budaya masyarakat Aceh, budaya dan kondisi objektif masyarakat Aceh yang memberi ruang kemunculan cadar, dan motif teologi dalam konteks penggunaan cadar perempuan Aceh kontemporer. Kajian ini didasarkan pada observasi dan wawancara. Observasi dilakukan atas fenomena pemakai cadar yang semakin bertambah dalam masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa di beberapa universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Aceh. Kajian ini menunjukkan bahwa meskipun cadar tidak memiliki akar sejarah dalam model berbusana di Aceh namun tetap diterima sebagai sebuah budaya baru yang islami. Penggunaan cadar di Aceh menjadi keniscayaan budaya ketika Aceh membuka diri dalam sebuah sistem dunia yang global, yang memungkinkan terjadi keterhubungan antar budaya yang tidak mungkin terelakkan. Penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh ini se","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121294784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Several tourist attractions in Indonesia have involved local communities in their management and development. Community empowerment strategies include human resource development, productive endeavors, provision of information, capital development, and group institutionalization. This article focuses on women's participation in the empowerment of coastal communities in the tourist attraction of Pulau Banyak, Aceh Singkil. The objective of this article is to describe women's participation, forms of empowerment, and inhibiting factors. This study is based on qualitative field research to be conducted in 2022. Data was collected through in-depth interviews with relevant informants. The study showed that, in addition to the economic potential of marine and fisheries resources, Pulau Banyak also possesses promising tourism potential due to its attractive natural landscapes. This tourism potential has been utilized by the local community and women through microeconomic activities. However, women's empowerment strategies in the context of tourism on Pulau Banyak are still limited and rely on government assistance. Insufficient mentoring and limited marketing access are obstacles to women's empowerment. Abstrak Beberapa objek wisata di Indonesia telah melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangan. Strategi pemberdayaan masyarakat termasuk pengembangan sumber daya manusia, usaha produktif, penyediaan informasi, pengembangan modal, dan kelembagaan kelompok. Artikel ini fokus pada partisipasi perempuan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di objek wisata Pulau Banyak, Aceh Singkil. Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan partisipasi perempuan, bentuk pemberdayaan, dan faktor penghambatnya. Kajian ini didasarkan pada penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada tahun 2022. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan informan terkait. Kajian ini menunjukkan bahwa selain potensi ekonomi dari hasil kelautan dan perikanan, Pulau Banyak juga memiliki potensi wisata yang menjanjikan karena panorama alamnya yang menarik. Potensi wisata tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan kaum perempuan dalam bentuk aktivitas ekonomi mikro, Namun, strategi pemberdayaan perempuan dalam konteks wisata di pulau banyak masih terbatas dan bergantung pada bantuan pemerintah. Kurangnya pendampingan dan akses pemasaran yang terbatas menjadi kendala dalam pemberdayaan perempuan.
印度尼西亚的几个旅游景点都有当地社区参与其管理和发展。社区赋权策略包括人力资源开发、生产性努力、信息提供、资本开发和群体制度化。本文重点关注亚齐辛基尔省Banyak岛旅游景点的妇女参与赋予沿海社区权力。本文的目的是描述妇女的参与、赋予权力的形式和抑制因素。本研究基于将于2022年进行的定性实地调查。通过对相关举报人的深度访谈收集数据。研究显示,除了海洋和渔业资源的经济潜力外,巴尼亚岛亦因其迷人的自然景观而拥有可观的旅游潜力。当地社区和妇女通过微观经济活动利用了这种旅游潜力。然而,在巴尼亚岛旅游业的背景下,赋予妇女权力的战略仍然有限,并依赖于政府援助。指导不足和市场准入有限是赋予妇女权力的障碍。【摘要】印尼语中,“Beberapa objjek wisata di Indonesia”的意思是:Strategi pemberdayaan masyarakat termasuk pengembangan sumber daya manusia, usaha product, penyediaan informasi, pengembangan modal, dan kelembagaan kelompok。在亚齐Singkil的Banyak岛,Artikel ini为重点关注政治党派。Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan partisipasi perempuan, bentuk pemberdayaan, dan faktor penghambatnya。Kajian ini didasarkan pada penelitian lapangan dengan pendekatan qualitatif yang dilakukan pada tahun 2022。数据统计,数据统计,数据统计,数据统计。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。这句话的意思是:“我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。”Kurangnya pendampingan dan akses pemasaran yang terbatas menjadi kendala dalam pemberdayaan perempuan。
{"title":"Partisipasi Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat di Objek Wisata Pulau Banyak Aceh Singkil","authors":"Sopar Sopar, Mursyidin Mursyidin, Arfriani Maifizar, Rika Yulianda, Rahmah Husna Yana","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2570","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2570","url":null,"abstract":"Several tourist attractions in Indonesia have involved local communities in their management and development. Community empowerment strategies include human resource development, productive endeavors, provision of information, capital development, and group institutionalization. This article focuses on women's participation in the empowerment of coastal communities in the tourist attraction of Pulau Banyak, Aceh Singkil. The objective of this article is to describe women's participation, forms of empowerment, and inhibiting factors. This study is based on qualitative field research to be conducted in 2022. Data was collected through in-depth interviews with relevant informants. The study showed that, in addition to the economic potential of marine and fisheries resources, Pulau Banyak also possesses promising tourism potential due to its attractive natural landscapes. This tourism potential has been utilized by the local community and women through microeconomic activities. However, women's empowerment strategies in the context of tourism on Pulau Banyak are still limited and rely on government assistance. Insufficient mentoring and limited marketing access are obstacles to women's empowerment. \u0000Abstrak \u0000Beberapa objek wisata di Indonesia telah melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangan. Strategi pemberdayaan masyarakat termasuk pengembangan sumber daya manusia, usaha produktif, penyediaan informasi, pengembangan modal, dan kelembagaan kelompok. Artikel ini fokus pada partisipasi perempuan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di objek wisata Pulau Banyak, Aceh Singkil. Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan partisipasi perempuan, bentuk pemberdayaan, dan faktor penghambatnya. Kajian ini didasarkan pada penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada tahun 2022. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan informan terkait. Kajian ini menunjukkan bahwa selain potensi ekonomi dari hasil kelautan dan perikanan, Pulau Banyak juga memiliki potensi wisata yang menjanjikan karena panorama alamnya yang menarik. Potensi wisata tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan kaum perempuan dalam bentuk aktivitas ekonomi mikro, Namun, strategi pemberdayaan perempuan dalam konteks wisata di pulau banyak masih terbatas dan bergantung pada bantuan pemerintah. Kurangnya pendampingan dan akses pemasaran yang terbatas menjadi kendala dalam pemberdayaan perempuan. \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131545251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Philosophical thought has implications for the process of societal transformation, encompassing both the development of science and technology and the development of multicultural societies themselves. This study aims to examine how philosophy plays a role in the transformation of multicultural societies and the position of philosophy within the social framework of a multicultural society. A qualitative approach with a literature review model is employed in this study. The findings of this study demonstrate that multicultural societies in Indonesia have undergone transformation parallel to global advancements in science, technology, and societal progress. Consequently, the study of philosophy needs to be revitalized both academically and sociologically. There are three crucial points that require revitalization, namely through the three pillars of El: social philosophy's eligibility, the elimination of perennialistic thinking, and the elaboration of progressive multicultural philosophy. Abstrak Pemikiran filsafat memiliki implikasi terhadap proses transformasi masyarakat, baik itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan masyarakat multikultural itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana filsafat berperan dalam transformasi masyarakat multikultural dan bagaimana kedudukan filsafat dan tatanan sosial masyarakat yang multikulturalistik. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi kepustakaan. Kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat multikultural di Indonesia telah bertransformasi seiring dengan perkembangan dunia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, studi filsafat perlu direvitalisasi, baik secara akademis ataupun sosiologis. Ada tiga poin penting yang perlu direvitalisasi, yaitu melalui tiga pilar El; eligibilitas filsafat sosial, eliminasi berpikir perenialistik, dan elaborasi filsafat multikulturalisme progresif.
哲学思想对社会转型的过程具有影响,既包括科学技术的发展,也包括多元文化社会本身的发展。本研究旨在探讨哲学如何在多元文化社会的转型中发挥作用,以及哲学在多元文化社会的社会框架中的地位。本研究采用文献回顾模型的定性方法。本研究的结果表明,印度尼西亚的多元文化社会正在经历与全球科学、技术和社会进步同步的转型。因此,哲学研究需要在学术上和社会学上重新焕发活力。有三个关键点需要振兴,即通过El的三大支柱:社会哲学的资格,消除永恒主义思维,阐述进步的多元文化哲学。摘要:Pemikiran filsafat memoriliki implikasi terhadap proses transformasi masyarakat, baik itu perkembang and ilmu pengetahuan and teknologi maupun perkembang and masyarakat multicultural itu sendiri。多元文化,多元文化,多元文化,多元文化,多元文化,多元文化喀吉安,孟古纳坎,彭德甘,等。喀吉安的质量模型研究。Kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat multi - cultural di Indonesia telah bertransformasi seiring dengan perkembangan dunia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi。Oleh karena itu,研究生物多样性和生物多样性,北京科学院生物生理学研究所。Ada tiga穴,阳阳perlu direjuvenisasi, yitu melalui tiga柱El;资格主义是社会主义的,消除主义是社会主义的,发展主义是多元文化进步的。
{"title":"Revitalisasi Peran Filsafat sebagai Proses Transformasi Masyarakat Multikultural","authors":"Juwaini Juwaini","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2690","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2690","url":null,"abstract":"Philosophical thought has implications for the process of societal transformation, encompassing both the development of science and technology and the development of multicultural societies themselves. This study aims to examine how philosophy plays a role in the transformation of multicultural societies and the position of philosophy within the social framework of a multicultural society. A qualitative approach with a literature review model is employed in this study. The findings of this study demonstrate that multicultural societies in Indonesia have undergone transformation parallel to global advancements in science, technology, and societal progress. Consequently, the study of philosophy needs to be revitalized both academically and sociologically. There are three crucial points that require revitalization, namely through the three pillars of El: social philosophy's eligibility, the elimination of perennialistic thinking, and the elaboration of progressive multicultural philosophy. \u0000Abstrak \u0000Pemikiran filsafat memiliki implikasi terhadap proses transformasi masyarakat, baik itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan masyarakat multikultural itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana filsafat berperan dalam transformasi masyarakat multikultural dan bagaimana kedudukan filsafat dan tatanan sosial masyarakat yang multikulturalistik. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi kepustakaan. Kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat multikultural di Indonesia telah bertransformasi seiring dengan perkembangan dunia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, studi filsafat perlu direvitalisasi, baik secara akademis ataupun sosiologis. Ada tiga poin penting yang perlu direvitalisasi, yaitu melalui tiga pilar El; eligibilitas filsafat sosial, eliminasi berpikir perenialistik, dan elaborasi filsafat multikulturalisme progresif.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131610019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ibnu Phonna Nurdin, Dara Fatia, Cut Lusi Chairunnisak
Barriers in salt farming endeavors are constantly encountered by salt farming communities, thereby impacting the future sustainability of salt production. This article aims to describe the sustainability threats posed by traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Simpang Tiga Subdistrict, Pidie Regency. The article presents findings from a qualitative field research conducted using observational data and in-depth interviews with selected traditional salt farmers employing purposive sampling technique. The study reveals that the existence of traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Pidie Regency, is confronted with several issues that could potentially jeopardize their future existence. Firstly, the regeneration process of salt farmers is not progressing effectively. Secondly, the declining participation and capabilities of salt farmers due to their advanced age. Thirdly, government policies have led to a decrease in production and distribution of salt. Lastly, the conversion of agricultural land into residential areas has occurred. Abstrak Hambatan dalam usaha pegaraman selalu terjadi pada komunitas petani garam yang berdampak pada keberlanjutan usaha garam di masa mendatang. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang ancaman keberlanjutan dari aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang tiga, Kabupaten Pidie. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada petani garam tradisional yang dipilih menggunakan teknik purposive. Kajian ini menunjukkan bahwa eksistensi aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie dihadapkan pada beberapa persoalan yang kemudian dapat mengancam eksistensi mereka di masa mendatang. Pertama, proses regenerasi pertani garam yang tidak berjalan dengan baik. Kedua, partisipasi dan kemampuan petani garam yang semakin menurun karena telah memasuki usia senja. Ketiga, kebijakan pemerintah yang berdampak pada menurunnya aktivitas produksi dan distribusi garam. Keempat, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.
盐农社区在盐业发展中不断遇到障碍,从而影响了盐业生产的未来可持续性。本文旨在描述Pidie摄政县Simpang Tiga街道Gampong Cebrek传统盐业活动对可持续性构成的威胁。本文采用有目的抽样技术,利用观察数据和对选定的传统盐农的深入访谈进行定性实地研究。该研究表明,在Pidie摄政的Gampong Cebrek,传统的盐农活动面临着几个可能危及其未来生存的问题。一是盐农再生进程没有得到有效推进。二是盐农年龄偏大,参与率和能力下降。第三,政府的政策导致了盐的生产和分配的减少。最后,出现了农用地转为居住区的现象。Abstrak Hambatan dalam usaha pegaraman selalu terjadi篇komunitas petani胡椒籽杨berdampak篇keberlanjutan usaha胡椒籽di玛莎mendatang。Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang和aman keberlanjutan dari aktivitas pertanian garam传统di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang tiga, Kabupaten Pidie。Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan menggunakan方法定性。数据diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada petani garam传统杨dipilih mongunakan技术的目的。Kajian ini menunjukkan bahwa eksistensi aktivitas pertanian garam传统di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie dihadapkan pada beberapa个人,yang kemudian dapat mengancam eksistensi mereka di masa mendatang。Pertama, proses regenerasi pertani garam yang tidak berjalan dengan baik。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Ketiga, kebijakan permerintah yang berdampak padmenurunnya活动产品和分销garam。keep empat, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman。
{"title":"Eksistensi dan Ancaman Usaha Pegaraman di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie","authors":"Ibnu Phonna Nurdin, Dara Fatia, Cut Lusi Chairunnisak","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2611","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2611","url":null,"abstract":"Barriers in salt farming endeavors are constantly encountered by salt farming communities, thereby impacting the future sustainability of salt production. This article aims to describe the sustainability threats posed by traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Simpang Tiga Subdistrict, Pidie Regency. The article presents findings from a qualitative field research conducted using observational data and in-depth interviews with selected traditional salt farmers employing purposive sampling technique. The study reveals that the existence of traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Pidie Regency, is confronted with several issues that could potentially jeopardize their future existence. Firstly, the regeneration process of salt farmers is not progressing effectively. Secondly, the declining participation and capabilities of salt farmers due to their advanced age. Thirdly, government policies have led to a decrease in production and distribution of salt. Lastly, the conversion of agricultural land into residential areas has occurred. \u0000Abstrak \u0000Hambatan dalam usaha pegaraman selalu terjadi pada komunitas petani garam yang berdampak pada keberlanjutan usaha garam di masa mendatang. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang ancaman keberlanjutan dari aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang tiga, Kabupaten Pidie. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada petani garam tradisional yang dipilih menggunakan teknik purposive. Kajian ini menunjukkan bahwa eksistensi aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie dihadapkan pada beberapa persoalan yang kemudian dapat mengancam eksistensi mereka di masa mendatang. Pertama, proses regenerasi pertani garam yang tidak berjalan dengan baik. Kedua, partisipasi dan kemampuan petani garam yang semakin menurun karena telah memasuki usia senja. Ketiga, kebijakan pemerintah yang berdampak pada menurunnya aktivitas produksi dan distribusi garam. Keempat, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"156 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125776059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The waste picker community faces social exclusion and poverty, resulting in a high degree of social vulnerability. To implement effective social policies, it is crucial to understand the complex social vulnerabilities experienced by these individuals. This study aims to illuminate the extent of deprivation faced by urban Indonesian waste pickers in the modern world, revealing not only the intricacies and depth of their vulnerabilities but also the contributing factors. A qualitative research approach was employed, consisting of interviews and observations within a South Tangerang waste picker community from 2014 to 2018. The findings reveal that waste pickers' vulnerabilities stem from interrelated, multidimensional, and layered deprivations. These vulnerabilities should not be viewed as isolated individual conditions but rather as collective community experiences. Consequently, social policies must be developed with a focus on the collectivity of waste pickers, taking into account their relationships and vulnerabilities, and implemented progressively over time. AbstrakKomunitas pemulung hidup dalam eksklusi sosial dan kemiskinan, yang menyebabkan derajat kerentanan sosial mereka tinggi. Kebijakan sosial yang tepat tidak akan bisa terlaksana jika tidak diketahui kompleksitas kerentanan sosial yang dialami pemulung. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana pemulung di perkotaan Indonesia mengalami deprivasi dalam dunia modern, sehingga dapat terungkap bukan hanya lapisan-lapisan dan kedalaman dari kerentanan mereka, tetapi juga beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Untuk itu, peneliti melakukan studi kualitatif dengan wawancara dan observasi pada satu komunitas pemulung di kota Tangerang Selatan, sejak tahun 2014 hingga 2018. Hasil temuan menunjukkan bahwa kerentanan yang dialami pemulung disebabkan oleh deprivasi yang berlapis, multidimensional dan saling berkaitan. Kerentanan pemulung juga tidak dapat dipahami sebagai kondisi individual, tapi pengalaman kolektif yang berbasis komunitas. Oleh sebab itu, kebijakan sosial yang dikembangkan harus memahami kolektivitas pemulung tersebut, harus menimbang semua relasi dan kerentanan yang dimiliki pemulung, dan harus dilaksanakan secara bertahap dalam waktu yang tidak sebentar.
拾荒者群体面临社会排斥和贫困,造成高度的社会脆弱性。为了实施有效的社会政策,了解这些人所经历的复杂的社会脆弱性至关重要。本研究旨在阐明在现代世界中印度尼西亚城市拾荒者所面临的剥夺程度,不仅揭示了他们脆弱性的复杂性和深度,还揭示了促成因素。采用定性研究方法,于2014年至2018年在南坦格朗拾荒者社区进行访谈和观察。研究结果表明,拾荒者的脆弱性源于相互关联的、多维的、分层的剥夺。这些脆弱性不应被视为孤立的个人状况,而应被视为集体的社区经验。因此,社会政策的制定必须把重点放在拾取废物者的集体上,考虑到他们的关系和脆弱性,并逐步执行。[摘要]社会主义社会主义,社会主义社会主义,社会主义社会主义。Kebijakan社会阳tepat akan bisa terlaksana jika tiak diketahui kompleksitas kerentanan社会阳dialami pemulung。研究,在印尼,在印尼,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度,在印度。Untuk itu, peneliti melakukan研究质量,dengan wawanara和观测,pemulung di kota Tangerang Selatan, sejak tahun 2014, hinga 2018。Hasil temuan menunjukkan bahwa kerentanan yang dialami pemulung disebabkan oleh deprivasi yang berlapis,多维dan saling berkaitan。Kerentanan pemulung juga tidak dapat dipahami sebagai kondisi individual, tapi pengalaman kolektif yang berbasis komunitas。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。
{"title":"Kerentanan Sosial pada Komunitas Pemulung di Perkotaan","authors":"M. Seruni, Rakhmat Hidayat","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2129","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2129","url":null,"abstract":"The waste picker community faces social exclusion and poverty, resulting in a high degree of social vulnerability. To implement effective social policies, it is crucial to understand the complex social vulnerabilities experienced by these individuals. This study aims to illuminate the extent of deprivation faced by urban Indonesian waste pickers in the modern world, revealing not only the intricacies and depth of their vulnerabilities but also the contributing factors. A qualitative research approach was employed, consisting of interviews and observations within a South Tangerang waste picker community from 2014 to 2018. The findings reveal that waste pickers' vulnerabilities stem from interrelated, multidimensional, and layered deprivations. These vulnerabilities should not be viewed as isolated individual conditions but rather as collective community experiences. Consequently, social policies must be developed with a focus on the collectivity of waste pickers, taking into account their relationships and vulnerabilities, and implemented progressively over time. \u0000AbstrakKomunitas pemulung hidup dalam eksklusi sosial dan kemiskinan, yang menyebabkan derajat kerentanan sosial mereka tinggi. Kebijakan sosial yang tepat tidak akan bisa terlaksana jika tidak diketahui kompleksitas kerentanan sosial yang dialami pemulung. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana pemulung di perkotaan Indonesia mengalami deprivasi dalam dunia modern, sehingga dapat terungkap bukan hanya lapisan-lapisan dan kedalaman dari kerentanan mereka, tetapi juga beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Untuk itu, peneliti melakukan studi kualitatif dengan wawancara dan observasi pada satu komunitas pemulung di kota Tangerang Selatan, sejak tahun 2014 hingga 2018. Hasil temuan menunjukkan bahwa kerentanan yang dialami pemulung disebabkan oleh deprivasi yang berlapis, multidimensional dan saling berkaitan. Kerentanan pemulung juga tidak dapat dipahami sebagai kondisi individual, tapi pengalaman kolektif yang berbasis komunitas. Oleh sebab itu, kebijakan sosial yang dikembangkan harus memahami kolektivitas pemulung tersebut, harus menimbang semua relasi dan kerentanan yang dimiliki pemulung, dan harus dilaksanakan secara bertahap dalam waktu yang tidak sebentar.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"134 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123209816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dewa Putu Oka Prasiasa, Yeyen Komalasari, D. A. N. Widari
Women are often positioned as marginal people in various fields of life, including the position of Balinese women in managing tourism in Bali. This article aims to analyze the position of Balinese women in tourism management in Bali. This research is a literature study with a qualitative descriptive analysis. This research found that Balinese women are very enthusiastic as homeworkers because they are related to domestic activities. These symptoms are related to the ideological superstructure and work ethic. This study also found that social structure and material infrastructure strengthen the work ethic. Balinese women think that work is yadnya, needs to be carried out and practiced to improve self-quality. Even though Balinese women experience injustice in the management of tourism in Bali, they are still eager to earn a living. Abstrak Perempuan sering diposisikan sebagai kaum marginal dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Artikel ini bertujuan menganalisis posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan perempuan Bali amat bergairah sebagai pekerja rumahan karena berkaitan dengan kegiatan domestik. Gejala ini terkait dengan superstruktur ideologi dan etos kerja. Penelitian ini juga menemukan struktur sosial dan infrastruktur material memberikan penguatan terhadap etos kerja. Perempuan Bali menganggap kerja adalah yadnya, perlu dilaksanakan serta diamalkan untuk peningkatan kualitas diri. Meskipun perempuan Bali mengalami ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata di Bali, namun mereka tetap bersemangat untuk memperoleh nafkah.
在生活的各个领域中,妇女往往被定位为边缘人,包括巴厘岛妇女在管理巴厘岛旅游业中的地位。本文旨在分析巴厘岛女性在巴厘岛旅游管理中的地位。本研究采用定性描述分析法进行文献研究。本研究发现,巴厘女性因为与家庭活动相关,所以非常热衷于做家务。这些症状与思想上层建筑和职业道德有关。研究还发现,社会结构和物质基础设施加强了职业道德。巴厘妇女认为工作是一种享受,需要通过实践来提高自我素质。尽管巴厘岛女性在巴厘岛的旅游管理中受到不公正待遇,但她们仍然渴望谋生。【摘要】【摘要】巴厘人在巴厘的生活与生活,巴厘人在巴厘的生活与生活。文章介绍了巴厘的发展趋势,并对巴厘的发展趋势进行了分析。Penelitian ini merupakan研究文献登格和分析文献质量。Penelitian ini menemukan perempuan Bali .(我的女儿)我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Gejala ini terkait dengan超结构意识形态dan etos kerja。Penelitian ini juga menemukan structutur社会和基础结构材料成员,企鹅和terhadap etokerja。Perempuan Bali menganggap kerja adalah yadnya, perlu dilaksanakan serta diamalkan untuk peningkatan kualitas diri。Meskipun perempuan Bali mengalami ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata di Bali, namun mereka tetap bersemangat untuk memperoleh nafkah。
{"title":"Perempuan Bali dalam Pengelolaan Pariwisata di Bali","authors":"Dewa Putu Oka Prasiasa, Yeyen Komalasari, D. A. N. Widari","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2557","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2557","url":null,"abstract":"Women are often positioned as marginal people in various fields of life, including the position of Balinese women in managing tourism in Bali. This article aims to analyze the position of Balinese women in tourism management in Bali. This research is a literature study with a qualitative descriptive analysis. This research found that Balinese women are very enthusiastic as homeworkers because they are related to domestic activities. These symptoms are related to the ideological superstructure and work ethic. This study also found that social structure and material infrastructure strengthen the work ethic. Balinese women think that work is yadnya, needs to be carried out and practiced to improve self-quality. Even though Balinese women experience injustice in the management of tourism in Bali, they are still eager to earn a living. \u0000Abstrak \u0000Perempuan sering diposisikan sebagai kaum marginal dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Artikel ini bertujuan menganalisis posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan perempuan Bali amat bergairah sebagai pekerja rumahan karena berkaitan dengan kegiatan domestik. Gejala ini terkait dengan superstruktur ideologi dan etos kerja. Penelitian ini juga menemukan struktur sosial dan infrastruktur material memberikan penguatan terhadap etos kerja. Perempuan Bali menganggap kerja adalah yadnya, perlu dilaksanakan serta diamalkan untuk peningkatan kualitas diri. Meskipun perempuan Bali mengalami ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata di Bali, namun mereka tetap bersemangat untuk memperoleh nafkah. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124974316","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article aims to discuss populism, a term in politics that is increasingly used throughout the world, including in Indonesia. Populism has been used to describe many leaders and situations in different contexts, and scholars have not agreed on a definitive formulation. This article will fill this gap by using a literature review to increase and enrich knowledge about populism and deepen its surrounding discourse, specifically academic discourse in social and political fields. This article contends that although scholars differ in their definition of populism, the political phenomenon can still be identified. Empirically, populism can be identified through behaviors, attitudes, and political rhetoric. Furthermore, the article concludes that increased populism in a global and national context is influenced by various contexts and problems that exist in different countries. Abstrak Artikel ini membahas tentang populisme, yaitu sebuah term politik yang akhir-akhir ini menguat di dunia, termasuk di Indonesia. Populisme telah digunakan untuk menggambarkan pemimpin dan situasi dalam konteks yang beragam, dan para scholar belum menemukan kata sepakat mengenai formulasi definisi yang tepat tentang populisme. Artikel ini mencoba mendiskusikannya dengan menggunakan pendekatan studi literatur dengan harapan dapat memberikan kontribusi dan pengayaan pengetahuan, memperdalam diskursus dan menambah wacana akademik, khususnya dalam bidang ilmu sosial dan politik. Kajian ini berpendapat bahwa meskipun para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang populisme, tidak berarti fenomena sosial politik ini tidak dapat diidentifikasi. Pada tingkat empiris, populisme dapat diidentifikasi melalui sikap, perilaku dan retorika politiknya. Artikel ini berkesimpulan bahwa menguatnya populisme di tingkat global dan nasional dipengaruhi oleh faktor yang beragam sesuai dengan konteks dan persoalan yang dihadapi oleh masing-masing negara.
本文旨在讨论民粹主义,这是一个在世界各地越来越多使用的政治术语,包括在印度尼西亚。民粹主义被用来描述不同背景下的许多领导人和情况,学者们尚未就一个明确的表述达成一致。本文将通过文献综述来填补这一空白,以增加和丰富关于民粹主义的知识,并深化其周围的话语,特别是社会和政治领域的学术话语。本文认为,尽管学者们对民粹主义的定义不同,但这种政治现象仍然是可以识别的。从经验上看,民粹主义可以通过行为、态度和政治修辞来识别。此外,文章得出结论,全球和国家背景下民粹主义的增加受到不同国家存在的各种背景和问题的影响。【摘要】印尼人民党成员的民粹主义倾向,印尼人民党成员的民粹主义倾向,印尼人民党成员的民粹主义倾向。民粹主义telah digunakan untuk menggambarkan pemimpin dan situasi dalam konteks yang beragam, danpara学者belum menemukan kata sepakat mengenai formulasi definisi yang tepat tentang Populisme。Artikel ini mencoba mendiskusikannya dengan menggunakan pendekatan研究文学dengan harapan dapat成员kan kontribusi dan pengayaan pengetahuan,成员dalam diskursus dan menambah wakana akademik, khususnya dalam bidang ilmu社会和政治。“民粹主义”、“社会政治”、“社会政治”、“民族主义”。民粹主义、民族主义、民族主义、民族主义、民族主义、民族主义、民族主义、民族主义。阿蒂克尔尼(Artikel ini)代表了普世性和民粹主义,代表了全球,代表了国家,代表了中国,代表了中国,代表了个人,代表了中国,代表了中国。
{"title":"Memahami Fenomena Populisme di Abad ke-21","authors":"M. Sahlan, Muhammad Yunus Ahmad","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2691","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2691","url":null,"abstract":"This article aims to discuss populism, a term in politics that is increasingly used throughout the world, including in Indonesia. Populism has been used to describe many leaders and situations in different contexts, and scholars have not agreed on a definitive formulation. This article will fill this gap by using a literature review to increase and enrich knowledge about populism and deepen its surrounding discourse, specifically academic discourse in social and political fields. This article contends that although scholars differ in their definition of populism, the political phenomenon can still be identified. Empirically, populism can be identified through behaviors, attitudes, and political rhetoric. Furthermore, the article concludes that increased populism in a global and national context is influenced by various contexts and problems that exist in different countries. \u0000Abstrak \u0000Artikel ini membahas tentang populisme, yaitu sebuah term politik yang akhir-akhir ini menguat di dunia, termasuk di Indonesia. Populisme telah digunakan untuk menggambarkan pemimpin dan situasi dalam konteks yang beragam, dan para scholar belum menemukan kata sepakat mengenai formulasi definisi yang tepat tentang populisme. Artikel ini mencoba mendiskusikannya dengan menggunakan pendekatan studi literatur dengan harapan dapat memberikan kontribusi dan pengayaan pengetahuan, memperdalam diskursus dan menambah wacana akademik, khususnya dalam bidang ilmu sosial dan politik. Kajian ini berpendapat bahwa meskipun para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang populisme, tidak berarti fenomena sosial politik ini tidak dapat diidentifikasi. Pada tingkat empiris, populisme dapat diidentifikasi melalui sikap, perilaku dan retorika politiknya. Artikel ini berkesimpulan bahwa menguatnya populisme di tingkat global dan nasional dipengaruhi oleh faktor yang beragam sesuai dengan konteks dan persoalan yang dihadapi oleh masing-masing negara. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125349364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The Aceh peace process has been ongoing for nearly two decades. Some studies note that an essential aspect contributing to the Aceh peace context is the presence of local political parties in the post-peace era. This article aims to describe the declining existence of local political parties in the political life of Aceh society. This study employs a qualitative method, with primary data obtained from interviews and secondary data gathered from relevant literature reviews. The study reveals that local political parties in post-conflict Aceh have essentially gone through three of the four phases and are beginning to enter the fourth. The first phase is the formation of local political parties, the second is their rise, and the third is their victory in Aceh's political contestation. The fourth phase is decline or reduction, characterized by local parties being abandoned by their supporters. This research identifies several factors indicating the current existence of local political parties in the decline phase: 1) Loss of public trust; 2) Pessimism among political actors; 3) Weak party integrity and human resources; 4) Unprofessional organizational management; and 5) Internal conflicts within the party. These factors are not independent but are interconnected with one another.
{"title":"The Decline of Local Political Parties in Post-Conflict Aceh: A Qualitative Study","authors":"Siti Ikramatoun, Z. Zulfan, Aminah Aminah","doi":"10.22373/jsai.v4i1.2644","DOIUrl":"https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2644","url":null,"abstract":"The Aceh peace process has been ongoing for nearly two decades. Some studies note that an essential aspect contributing to the Aceh peace context is the presence of local political parties in the post-peace era. This article aims to describe the declining existence of local political parties in the political life of Aceh society. This study employs a qualitative method, with primary data obtained from interviews and secondary data gathered from relevant literature reviews. The study reveals that local political parties in post-conflict Aceh have essentially gone through three of the four phases and are beginning to enter the fourth. The first phase is the formation of local political parties, the second is their rise, and the third is their victory in Aceh's political contestation. The fourth phase is decline or reduction, characterized by local parties being abandoned by their supporters. This research identifies several factors indicating the current existence of local political parties in the decline phase: 1) Loss of public trust; 2) Pessimism among political actors; 3) Weak party integrity and human resources; 4) Unprofessional organizational management; and 5) Internal conflicts within the party. These factors are not independent but are interconnected with one another. \u0000 ","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125411725","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}