Informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017, Kecamatan Salawu merupakan daerah yang terkena dampak bencana alam. Korban bencana tersebut adalah semua kelompok umur, termasuk bayi dan balita yang merupakan kelompok rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan pengolahan makanan darurat di Desa Sukarasa Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2018. Mitra yang terlibat adalah kader posyandu sebagai sasaran pengabdian dan bidan puskesmas sebagai fasilitator kegiatan. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran diharapkan pelatihan ini mampu peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan makanan pada kondisi darurat bencana dimana produk tersebut merupakan hasil penelitian. Simpulan pengabdian kepada masyarakat ini adalah adanya perbedaan rerata pengetahuan kader posyandu sebelum dan sesudah pelatihan pengolahan makanan darurat bencana serta kader mampu membuat produk olahan untuk kondisi darurat bencana berbahan baku pisang kapok dan kacang merah.
{"title":"Pelatihan Pengolahan Makanan Darurat Bencana di Desa Sukarasa Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya","authors":"Irma Nuraeni, Deris Aprianty, M. Saragih","doi":"10.26630/jpk.v1i2.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i2.48","url":null,"abstract":"Informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017, Kecamatan Salawu merupakan daerah yang terkena dampak bencana alam. Korban bencana tersebut adalah semua kelompok umur, termasuk bayi dan balita yang merupakan kelompok rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan pengolahan makanan darurat di Desa Sukarasa Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2018. Mitra yang terlibat adalah kader posyandu sebagai sasaran pengabdian dan bidan puskesmas sebagai fasilitator kegiatan. Kontribusi mendasar pada khalayak sasaran diharapkan pelatihan ini mampu peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan makanan pada kondisi darurat bencana dimana produk tersebut merupakan hasil penelitian. Simpulan pengabdian kepada masyarakat ini adalah adanya perbedaan rerata pengetahuan kader posyandu sebelum dan sesudah pelatihan pengolahan makanan darurat bencana serta kader mampu membuat produk olahan untuk kondisi darurat bencana berbahan baku pisang kapok dan kacang merah.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126898873","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
H. Herlinawati, Helm Fitriawan, Ahmad Saudi Samosir, Sri Purwiyanti
Besarnya hasil produksi perikanan laut di Padang Cermin Kabupaten Pesawaran merupakan potensi yang dapat dijadikan unggulan untuk mempromosikan nama Padang Cermin sebagai lokasi minawisata. Salah satu tahap penting dalam pengolahan ikan adalah sorting atau pemilahan ikan. Selama ini proses pemilahan ini dilakukan menggunakan tenaga manusia yang memiliki keterbatasan dalam kecepatan dan ketelitian pemilahan. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pemilah ikan secara otomatis untuk membantu dalam proses pemilahan ikan tersebut. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengaplikasikan teknologi yang dihasilkan dari penelitian di instansi akademis ke masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal ini, teknologi yang dikenalkan di masyarakat adalah teknologi mesin pemilah ikan secara otomatis. Mesin pemilah ini menggunakan motor DC sebagai penggerak pada bagian ayakan dan langsung ke wadah penampung untuk menjatuhkan ikan. Mesin pemilah ikan teri skala rumah tangga yang dihasilkan telah diinstal di salah satu tempat pengolahan ikan teri di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran Bandar Lampung. Sebagai hasilnya, mesin berhasil melakukan pemilahan ikan teri secara otomatis dan menghasilkan tiga macam kualitas ikan berdasarkan ukurannya. Dengan demikian mesin ini berhasil membantu nelayan dalam proses pemilahan ikan dengan lebih cepat dan teliti.
{"title":"Mesin Pemilah Ikan Secara Otomatis di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Bandar Lampung","authors":"H. Herlinawati, Helm Fitriawan, Ahmad Saudi Samosir, Sri Purwiyanti","doi":"10.26630/jpk.v1i2.46","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i2.46","url":null,"abstract":"Besarnya hasil produksi perikanan laut di Padang Cermin Kabupaten Pesawaran merupakan potensi yang dapat dijadikan unggulan untuk mempromosikan nama Padang Cermin sebagai lokasi minawisata. Salah satu tahap penting dalam pengolahan ikan adalah sorting atau pemilahan ikan. Selama ini proses pemilahan ini dilakukan menggunakan tenaga manusia yang memiliki keterbatasan dalam kecepatan dan ketelitian pemilahan. Oleh karena itu dibutuhkan mesin pemilah ikan secara otomatis untuk membantu dalam proses pemilahan ikan tersebut. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengaplikasikan teknologi yang dihasilkan dari penelitian di instansi akademis ke masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal ini, teknologi yang dikenalkan di masyarakat adalah teknologi mesin pemilah ikan secara otomatis. Mesin pemilah ini menggunakan motor DC sebagai penggerak pada bagian ayakan dan langsung ke wadah penampung untuk menjatuhkan ikan. Mesin pemilah ikan teri skala rumah tangga yang dihasilkan telah diinstal di salah satu tempat pengolahan ikan teri di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran Bandar Lampung. Sebagai hasilnya, mesin berhasil melakukan pemilahan ikan teri secara otomatis dan menghasilkan tiga macam kualitas ikan berdasarkan ukurannya. Dengan demikian mesin ini berhasil membantu nelayan dalam proses pemilahan ikan dengan lebih cepat dan teliti.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132681277","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama pada bayi, karena mengandung zat gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi sesuai dengan fase kehidupannya. ASI sangat berperan dalam proses pertumbuhan bayi yang dimulai sejak awal kelahirannya sehingga diharapkan produksi ASI pada ibupost partum dapat mencukupi kebutuhan bayi pada awal kehidupannya. Masalah pada kegiatan ini didapatkan 54 % ibu nifas yang ASI nya belum keluar pada hari ke 3 atau ke 4 sehingga meminta PASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian Warjidin Aliyanto dan Rosmadewi pada tahun 2018 tentang efektifitas sayur daun kelor dan sayur pepaya muda terhadap peningkatan produksi ASI, didapatkan produksi ASI meningkat pada ibu post partum primipara yang mengkonsumsi sayur pepaya muda dilihat dari rata-rata kenaikan berat badan bayi pada usia 30 hari yaitu 930 gram. Pada ibu post partum primipara yang mengkonsumsi sayur daun kelor rata-rata kenaikan berat badan bayi 1270 gram. Sedangkan pada ibu post partum primipara yang tidak mengkonsumsi sayur pepaya muda dan sayur daun kelor rata-rata kenaikan berat badan bayi usia 30 hari yaitu 847 gram. Konsumsi sayur daun kelor dan sayur pepaya muda dapat meningkat kan produksi ASI. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat tentang manfaat daun kelor dan pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI. Metode pemecahan masalah yang dilakukan berupa penyuluhan dan praktik tentang pentingnya ASI eksklusif, perawatan payudara, teknik menyusui dan manfaat sayur daun kelor dan sayur pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat didapatkan peningkatan pengetahuan ibu menyusui dan kader kesehatan tentang pentingnya ASI Ekslusif dalam katagori baik (74%), perawatan payudara pada masa nifas dalam katagori baik (95%), teknik menyusui yang benar dalam katagori baik (73%), manfaat sayur dau kelor untuk meningkatkan produksi ASI dalam katagori baik (97%) dan manfaat sayur pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI (95%). Oleh karena itu, bidan sebagai pemberi pelayanan kepada ibu post partum agar menganjurkan kepada ibu menyusui untuk mengkonsumsi sayur daun kelor atau sayur pepaya muda sebagai tambahan menu makanan pada periode menyusui.
{"title":"Peningkatan Pengetahuan Ibu Menyusui dan Kader Kesehatan Melalui Penyuluhan Tentang Cara Meningkatkan Produksi ASI Dengan Konsumsi Sayur Pepaya Muda dan Sayur Daun Kelor","authors":"Rosmadewi Rosmadewi, Warjidin Aliyanto, Ranny Septiani","doi":"10.26630/jpk.v1i2.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i2.37","url":null,"abstract":"Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama pada bayi, karena mengandung zat gizi yang tinggi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi sesuai dengan fase kehidupannya. ASI sangat berperan dalam proses pertumbuhan bayi yang dimulai sejak awal kelahirannya sehingga diharapkan produksi ASI pada ibupost partum dapat mencukupi kebutuhan bayi pada awal kehidupannya. Masalah pada kegiatan ini didapatkan 54 % ibu nifas yang ASI nya belum keluar pada hari ke 3 atau ke 4 sehingga meminta PASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian Warjidin Aliyanto dan Rosmadewi pada tahun 2018 tentang efektifitas sayur daun kelor dan sayur pepaya muda terhadap peningkatan produksi ASI, didapatkan produksi ASI meningkat pada ibu post partum primipara yang mengkonsumsi sayur pepaya muda dilihat dari rata-rata kenaikan berat badan bayi pada usia 30 hari yaitu 930 gram. Pada ibu post partum primipara yang mengkonsumsi sayur daun kelor rata-rata kenaikan berat badan bayi 1270 gram. Sedangkan pada ibu post partum primipara yang tidak mengkonsumsi sayur pepaya muda dan sayur daun kelor rata-rata kenaikan berat badan bayi usia 30 hari yaitu 847 gram. Konsumsi sayur daun kelor dan sayur pepaya muda dapat meningkat kan produksi ASI. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat tentang manfaat daun kelor dan pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI. Metode pemecahan masalah yang dilakukan berupa penyuluhan dan praktik tentang pentingnya ASI eksklusif, perawatan payudara, teknik menyusui dan manfaat sayur daun kelor dan sayur pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat didapatkan peningkatan pengetahuan ibu menyusui dan kader kesehatan tentang pentingnya ASI Ekslusif dalam katagori baik (74%), perawatan payudara pada masa nifas dalam katagori baik (95%), teknik menyusui yang benar dalam katagori baik (73%), manfaat sayur dau kelor untuk meningkatkan produksi ASI dalam katagori baik (97%) dan manfaat sayur pepaya muda untuk meningkatkan produksi ASI (95%). Oleh karena itu, bidan sebagai pemberi pelayanan kepada ibu post partum agar menganjurkan kepada ibu menyusui untuk mengkonsumsi sayur daun kelor atau sayur pepaya muda sebagai tambahan menu makanan pada periode menyusui.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117265016","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi ini menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri dan 7-14% saat bersalin tanpa rasa nyeri (Prawirohardjo,2007). Hasil presurvey pada bulan April 2019 di Praktek Mandiri Bidan (PMB) Kabupaten Lampung Selatan didapatkan data tahun 2018 dengan jumlah persalinan 360 orang/tahun, dan rata–rata 30 orang/bulan. Hasil wawancara bebas dari 10 orang ibu postpartum di PMB, 7 orang (70%) mengatakan merasakan nyeri sekali saat menjelang persalinan dan 3 orang (30%) mengatakan tidak terlalu nyeri saat ada kontraksi. Berdasarkan wawancara, ibu post partum tersebut mengatakan sampai saat ini belum pernah di ajarkan teknik untuk menghilangkan rasa nyeri atau teknik relaksasi dengan massage effleurage. Berdasarkan survey terhadap bidan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan 80% bidan belum mengetahui bahwa perlakuan massage effleurage dan abdominal lifting dapat mengurangi nyeri persalinan Kala I. Tujuan pelaksanaan Kegiatan pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan kala I adalah mengajarkan teknik mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin kala I kepada bidan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang agar ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Tanjung bintang dapat bersalin dengan nyaman tanpa merasakan nyeri pada persalinan. Berdasarkan fenomena di atas, maka tim pengabmas tertarik melakukan Pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I dengan Massage Effleurage Pada Bidan Di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan Tahun 2019. Kegiatan pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan kala I ini dengan memberikan materi menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan pratikum dengan menonton audio visual serta demonstrasi. Alat bantu yang di gunakan adalah: lembar balik, LCD, Laptop, Film, sound system, untuk pratikum massage Efflurage dengan phantom ibu hamil, selimut, baby oil, handuk, buku dan pulpen. Sebelum pelatihan semua peserta di berikan pre-test dan sesudah pelatihan di lakukan post test. Sebelum pemberian materi, 13 % pengetahuan bidan baik, 70% cukup dan 17% kurang. Setelah pemberian materi rata-rata pengetahuan peserta/bidan meningkat menjadi 90% baik, 10% cukup. Untuk pratikum dalam melakukan massage Efflurage pada ibu inpartu kala 1 dalam mengurangi nyeri di dapatkan 100% bidan dapat melakanakan dengan baik
{"title":"Pelatihan Teknik Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I Dengan Massage Effleurage Pada Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan Tahun 2019","authors":"Riyanti Imron, R. Risneni, Nyimas Aziza","doi":"10.26630/jpk.v1i2.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i2.39","url":null,"abstract":"Nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi ini menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri dan 7-14% saat bersalin tanpa rasa nyeri (Prawirohardjo,2007). Hasil presurvey pada bulan April 2019 di Praktek Mandiri Bidan (PMB) Kabupaten Lampung Selatan didapatkan data tahun 2018 dengan jumlah persalinan 360 orang/tahun, dan rata–rata 30 orang/bulan. Hasil wawancara bebas dari 10 orang ibu postpartum di PMB, 7 orang (70%) mengatakan merasakan nyeri sekali saat menjelang persalinan dan 3 orang (30%) mengatakan tidak terlalu nyeri saat ada kontraksi. Berdasarkan wawancara, ibu post partum tersebut mengatakan sampai saat ini belum pernah di ajarkan teknik untuk menghilangkan rasa nyeri atau teknik relaksasi dengan massage effleurage. Berdasarkan survey terhadap bidan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan 80% bidan belum mengetahui bahwa perlakuan massage effleurage dan abdominal lifting dapat mengurangi nyeri persalinan Kala I. Tujuan pelaksanaan Kegiatan pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan kala I adalah mengajarkan teknik mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin kala I kepada bidan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang agar ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Tanjung bintang dapat bersalin dengan nyaman tanpa merasakan nyeri pada persalinan. Berdasarkan fenomena di atas, maka tim pengabmas tertarik melakukan Pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I dengan Massage Effleurage Pada Bidan Di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Bintang Lampung Selatan Tahun 2019. Kegiatan pelatihan Tekhnik Pengurangan Nyeri Persalinan kala I ini dengan memberikan materi menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan pratikum dengan menonton audio visual serta demonstrasi. Alat bantu yang di gunakan adalah: lembar balik, LCD, Laptop, Film, sound system, untuk pratikum massage Efflurage dengan phantom ibu hamil, selimut, baby oil, handuk, buku dan pulpen. Sebelum pelatihan semua peserta di berikan pre-test dan sesudah pelatihan di lakukan post test. Sebelum pemberian materi, 13 % pengetahuan bidan baik, 70% cukup dan 17% kurang. Setelah pemberian materi rata-rata pengetahuan peserta/bidan meningkat menjadi 90% baik, 10% cukup. Untuk pratikum dalam melakukan massage Efflurage pada ibu inpartu kala 1 dalam mengurangi nyeri di dapatkan 100% bidan dapat melakanakan dengan baik","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123006789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal fundamental bagi kesehatan umum. Penyakit gigi yang paling umum terjadi adalah karies gigi. Karies gigi disebabkan bebarapa faktor yakni : gigi, mikroorganisme, substrat, . Dalam jangka waktu tertentu menyebabkan fermentasi karbohidrat sehingga menurunkan pH di bawah ambang kritis yang menyebabkan demineralisasi email. Beberapa peneliti sepakat bahwa pencegahan karies dengan pendekatan penyuluhan di sekolah yang dilakukan guru dapat meningkatkan derajad kebersihan mulut siswa. Kondisi mitra yang terpantau oleh pengabdi : pengetahuan guru dan siswa tentang cara dan waktu menyikat gigi belum tepat serta indeks kebersiahn mulut yang buruk. Metode yang dilaksanakan adalah : pelatihan guru pendamping, penyuluhan dan pemeriksaan kebersihan mulut siswa, pendampingan sikat gigi setelah makan siang oleh guru di sekolah, pemberian alat peraga serta evaluasi kebersihan mulut siswa selama program pedampingan. Hasil kegiatan sebagai berikut : telah dilatih 3 orang guru pendamping, dan penyuluhan dan pemeriksaan kebersihan mulut terhadap 66 orang siswa. Seluruh siswa dan gurru terlibat aktif selama program berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan telah terlaksana sesuai dengan skema pengabdian, pendampingan guru dalam kegiatan sikat gigi setelah makan siang di sekolah dapat memperbaiki indek kebersihan mulut siswa dari buruk menjadi sedang. Disarankan supaya guru dan orang tua bersama-sama dapat mendampingi siswa untuk berprilaku hidup bersih dan sehat.
{"title":"Pemberdayaan Peran Guru Dalam Pendampingan Kegiatan Sikat Gigi di Sekolah Untuk Meningkatkan Kebersihan Mulut Siswa","authors":"Suryani Catur Suprapti, Aryudhi Armis","doi":"10.26630/jpk.v1i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.24","url":null,"abstract":"Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal fundamental bagi kesehatan umum. Penyakit gigi yang paling umum terjadi adalah karies gigi. Karies gigi disebabkan bebarapa faktor yakni : gigi, mikroorganisme, substrat, . Dalam jangka waktu tertentu menyebabkan fermentasi karbohidrat sehingga menurunkan pH di bawah ambang kritis yang menyebabkan demineralisasi email. Beberapa peneliti sepakat bahwa pencegahan karies dengan pendekatan penyuluhan di sekolah yang dilakukan guru dapat meningkatkan derajad kebersihan mulut siswa. Kondisi mitra yang terpantau oleh pengabdi : pengetahuan guru dan siswa tentang cara dan waktu menyikat gigi belum tepat serta indeks kebersiahn mulut yang buruk. Metode yang dilaksanakan adalah : pelatihan guru pendamping, penyuluhan dan pemeriksaan kebersihan mulut siswa, pendampingan sikat gigi setelah makan siang oleh guru di sekolah, pemberian alat peraga serta evaluasi kebersihan mulut siswa selama program pedampingan. Hasil kegiatan sebagai berikut : telah dilatih 3 orang guru pendamping, dan penyuluhan dan pemeriksaan kebersihan mulut terhadap 66 orang siswa. Seluruh siswa dan gurru terlibat aktif selama program berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan telah terlaksana sesuai dengan skema pengabdian, pendampingan guru dalam kegiatan sikat gigi setelah makan siang di sekolah dapat memperbaiki indek kebersihan mulut siswa dari buruk menjadi sedang. Disarankan supaya guru dan orang tua bersama-sama dapat mendampingi siswa untuk berprilaku hidup bersih dan sehat.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124836525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fitarina Fitarina, Lisa Suarni, Deni Metri, Warjidin Aliyanto, Pranajaya Pranajaya
Riskesdas 2018 terdapat Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular dan perilaku merokok pada remaja yakni dari 7,2 menjadi 9,1 %. Hasil pendataan PIS PK tahun 2018 terdapat masalah Kesehatan di Kabupaten Lampung Utarra antara lain Tingginya angka penderita TB Paru yang berobat tidak sesuai standar (76,19%), dan Tingginya angka perokok (67,5%), khusus untuk wilayah PKM Kotabumi I 63,2 % anggota keluarga merokok. Telah dilakukan intervensi kepada masyarakat di lingkungan (LK) 3 kelurahan Kotabumi Tengah, dan 3 orang di LK 2 Kelurahan Sindang Sari, menghasilkan komitmen warga untuk berupaya berhenti merokok, hanya 40% peserta diskusi/sarasehan yang berkomitmen untuk berhenti merokok. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan kelompok upaya berhenti merokok yang telah dirintis di LK 3 Kelurahan Rejosari dan LK 2 Kelurahan Sindang Sari serta membuat rintisan kelompok Upaya Berhenti Merokok. Pelaksanaan kegiatan Upaya berhenti merokok dengan tahapan kegiatan berupa Penyuluhan, Diskusi Kelompok FGD dan Membangun Komitmen dengan masyarakat, Membentuk kelompok UBM, dan Tindak lanjut. Komitmen yang didapatkan dari kelompok perokok dan non perokok adalah Tidak menyediakan asbak rokok di rumah, Memasang stiker kawasan dilarang merokok di setiap rumah, Tidak menyediakan rokok pada acara-acara yasinan dan acara pertemuan-pertemuan lainnya, Tidak merokok dalam rumah, Berhenti merokok dimulai dari diri sendiri, Dukungan keluarga untuk berhenti merokok. Luaran yang didapat adalah terbangunnya peer group sekaligus pionir yang mampu menggerakkan dan memiliki daya tular yang positif UBM di Kabupaten Lampung Utara. Perlu dukungan dari tokoh agama karena kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan keagamaan dan Perlunya dukungan dari anggota keluarga kelompok merokok yang ingin berhenti berokok serta Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui pelatihan.
{"title":"Pendampingan Masyarakat Dalam Upaya Berhenti Merokok (UBM) di Desa Sindang Sari dan Rejo Sari Kecamatan Kotabumi Tengah Lampung Utara","authors":"Fitarina Fitarina, Lisa Suarni, Deni Metri, Warjidin Aliyanto, Pranajaya Pranajaya","doi":"10.26630/jpk.v1i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.19","url":null,"abstract":"Riskesdas 2018 terdapat Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular dan perilaku merokok pada remaja yakni dari 7,2 menjadi 9,1 %. Hasil pendataan PIS PK tahun 2018 terdapat masalah Kesehatan di Kabupaten Lampung Utarra antara lain Tingginya angka penderita TB Paru yang berobat tidak sesuai standar (76,19%), dan Tingginya angka perokok (67,5%), khusus untuk wilayah PKM Kotabumi I 63,2 % anggota keluarga merokok. Telah dilakukan intervensi kepada masyarakat di lingkungan (LK) 3 kelurahan Kotabumi Tengah, dan 3 orang di LK 2 Kelurahan Sindang Sari, menghasilkan komitmen warga untuk berupaya berhenti merokok, hanya 40% peserta diskusi/sarasehan yang berkomitmen untuk berhenti merokok. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan kelompok upaya berhenti merokok yang telah dirintis di LK 3 Kelurahan Rejosari dan LK 2 Kelurahan Sindang Sari serta membuat rintisan kelompok Upaya Berhenti Merokok. Pelaksanaan kegiatan Upaya berhenti merokok dengan tahapan kegiatan berupa Penyuluhan, Diskusi Kelompok FGD dan Membangun Komitmen dengan masyarakat, Membentuk kelompok UBM, dan Tindak lanjut. Komitmen yang didapatkan dari kelompok perokok dan non perokok adalah Tidak menyediakan asbak rokok di rumah, Memasang stiker kawasan dilarang merokok di setiap rumah, Tidak menyediakan rokok pada acara-acara yasinan dan acara pertemuan-pertemuan lainnya, Tidak merokok dalam rumah, Berhenti merokok dimulai dari diri sendiri, Dukungan keluarga untuk berhenti merokok. Luaran yang didapat adalah terbangunnya peer group sekaligus pionir yang mampu menggerakkan dan memiliki daya tular yang positif UBM di Kabupaten Lampung Utara. Perlu dukungan dari tokoh agama karena kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan keagamaan dan Perlunya dukungan dari anggota keluarga kelompok merokok yang ingin berhenti berokok serta Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan melalui pelatihan.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127757090","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wibowo Ady Sapta, Rifai Agung Mulyono, Suami Indarwati, Amrul Hasan, Yuliati Amperaningsih, Nelly Indrasari
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Permenkes RI, No.3, Th. 2014). Program STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Desa Rejosari dengan jumlah penduduk 5.506 jiwa yang terbagi menjadi 8 Dusun merupakan salah satu desa di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dimana desa tersebut telah dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF), Sedangkan Desa Negara Ratu yang berpenduduk 10.442 jiwa yang berditempat tinggal di 14 Dusun belum dapat mencapai desa ODF, dan langkah selanjutnya akan melakukan kegiatan menjadikan wilayah STBM. Pencapaian pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan melakukan sosialisasi program dan penyuluhan mulai tingkat kecamatan, desa dan dusun sasaran serta yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang STBM dan membentuk kader kesehatan yang mampu membangun desanya menjadi desa sehat, sehingga dengar sadar masyarakat dapat membuat sarana sanitasi dasar dalam rangka mencapai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang meliputi indicator outcome dan output tersebut diatas. Dari hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan pendekatan kepada Kepala Desa, Kepala Dusun dan warga sasaran terdapat peningkatan pemahaman tentang STBM, akan tetapi belum terbentuk organisasi masyarakat berkaitan dengan kelompok STBM tersebut. Selain peningkatan terhadap pemahaman STBM, juga ada peningkatan cakupan sarana sanitasi, diantaranya pembangunan 15 sarana jamban keluarga, 7 sarana pembuangan air limbah rumah tangga, 20 sarana CTPS, dan 10 sarana pembuangan sampah. Pencapaian pengabdian kepada masyarakat belum optimal, hal ini karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, serta partisipasi gotong royong membangun desa belum mengarah kepada kegiatan STBM.
{"title":"Mewujudkan Desa Rejosari dan Negara Ratu Sebagai Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019","authors":"Wibowo Ady Sapta, Rifai Agung Mulyono, Suami Indarwati, Amrul Hasan, Yuliati Amperaningsih, Nelly Indrasari","doi":"10.26630/jpk.v1i1.16","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.16","url":null,"abstract":"Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Permenkes RI, No.3, Th. 2014). Program STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Desa Rejosari dengan jumlah penduduk 5.506 jiwa yang terbagi menjadi 8 Dusun merupakan salah satu desa di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dimana desa tersebut telah dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF), Sedangkan Desa Negara Ratu yang berpenduduk 10.442 jiwa yang berditempat tinggal di 14 Dusun belum dapat mencapai desa ODF, dan langkah selanjutnya akan melakukan kegiatan menjadikan wilayah STBM. Pencapaian pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan melakukan sosialisasi program dan penyuluhan mulai tingkat kecamatan, desa dan dusun sasaran serta yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang STBM dan membentuk kader kesehatan yang mampu membangun desanya menjadi desa sehat, sehingga dengar sadar masyarakat dapat membuat sarana sanitasi dasar dalam rangka mencapai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang meliputi indicator outcome dan output tersebut diatas. Dari hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan pendekatan kepada Kepala Desa, Kepala Dusun dan warga sasaran terdapat peningkatan pemahaman tentang STBM, akan tetapi belum terbentuk organisasi masyarakat berkaitan dengan kelompok STBM tersebut. Selain peningkatan terhadap pemahaman STBM, juga ada peningkatan cakupan sarana sanitasi, diantaranya pembangunan 15 sarana jamban keluarga, 7 sarana pembuangan air limbah rumah tangga, 20 sarana CTPS, dan 10 sarana pembuangan sampah. Pencapaian pengabdian kepada masyarakat belum optimal, hal ini karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih rendah, serta partisipasi gotong royong membangun desa belum mengarah kepada kegiatan STBM.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"144 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124396831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Remaja putri merupakan kelompok yang rawan menderita anemia. Di Indonesia berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5- 14 tahun sebesar 26,4 % dan sebesar 18,4 % pada kelompok umur 15-24 tahun. Akibat jangka panjang anemia pada remaja putri adalah apabila nantinya hamil akan meningkatkan resiko komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematur dan angka kematian perinatal (Riset Kesehatan Dasar, 2017). Rata-rata hasil penelitian di Lampung menunjukkan angka 28-50% remaja putri mengalami anemia Tujuan Pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia, upaya pencegahannya, serta adanya UKS yang mendukung dalam mengatasi anemia termasuk permasalahan kesehatan remaja putri di sekolah. Kegiatan yang akan dilakukan berupa pembentukan dan pelatihan kader kesehatan remaja serta pembinaan UKS dalam upaya menurunkan anemia di kalangan remaja. Kegiatan telah dilakukan pada tanggal 20/6/2019 pembentukan KRR, 26-27/8/2019 praktik pelaksanaan KRR, 31/8/2019 FGD dengan pengelola kesiswaan dan guru, 10/9/2019 Evaluasi dan RTL di SMPN 3 dengan melibatkan siswa sejumlah 100 orang, kepala sekolah dan pelaksana kegiatan UKS. Hasil pengabmas diperoleh 100 kader kesehatan remaja yang akan bertugas menyebarkan informasi tentang anemia ke teman satu kelas untuk mengkonsumsi gizi seimbang dan berperilaku hidup sehat. Target luaran SOP kegiatan upaya mengentaskan anemia dan perilaku hidup sehat remaja di lingkungan sekolah.
{"title":"Pemberdayaan Remaja Putri Mengentaskan Anemia","authors":"Anita Anita, P. Purwati, Rohayati Rohayati","doi":"10.26630/jpk.v1i1.21","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.21","url":null,"abstract":"Remaja putri merupakan kelompok yang rawan menderita anemia. Di Indonesia berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5- 14 tahun sebesar 26,4 % dan sebesar 18,4 % pada kelompok umur 15-24 tahun. Akibat jangka panjang anemia pada remaja putri adalah apabila nantinya hamil akan meningkatkan resiko komplikasi, resiko kematian maternal, angka prematur dan angka kematian perinatal (Riset Kesehatan Dasar, 2017). Rata-rata hasil penelitian di Lampung menunjukkan angka 28-50% remaja putri mengalami anemia Tujuan Pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia, upaya pencegahannya, serta adanya UKS yang mendukung dalam mengatasi anemia termasuk permasalahan kesehatan remaja putri di sekolah. Kegiatan yang akan dilakukan berupa pembentukan dan pelatihan kader kesehatan remaja serta pembinaan UKS dalam upaya menurunkan anemia di kalangan remaja. Kegiatan telah dilakukan pada tanggal 20/6/2019 pembentukan KRR, 26-27/8/2019 praktik pelaksanaan KRR, 31/8/2019 FGD dengan pengelola kesiswaan dan guru, 10/9/2019 Evaluasi dan RTL di SMPN 3 dengan melibatkan siswa sejumlah 100 orang, kepala sekolah dan pelaksana kegiatan UKS. Hasil pengabmas diperoleh 100 kader kesehatan remaja yang akan bertugas menyebarkan informasi tentang anemia ke teman satu kelas untuk mengkonsumsi gizi seimbang dan berperilaku hidup sehat. Target luaran SOP kegiatan upaya mengentaskan anemia dan perilaku hidup sehat remaja di lingkungan sekolah.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121683783","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmad Fikri, Bambang Murwanto, Mei Ahyanti, Purbianto Purbianto
Tanggal 22 Desember 2018, Warga Pesisir Lampung dikejutkan dengan bencana tsunami yang menimpa Pantai Barat Provinsi Banten dan Pantai Selatan Provinsi Lampung. Tidak diduga, tsunami datang tanpa didahului guncangan gempa bumi. Beberapa pekon di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan mengalami kerusakan berat akibat bencana tsunami Selat Sunda. Diantaranya adalah Pekon Rajabasa dan Kunjir. Dua pekon tersebut berada di pinggiran pantai dan mendapat terjangan ombak tsunami yang dasyat. Rumah-rumah di sepanjang pantai, rata dengan tanah. Puluhan orang mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal. Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 19 April 2019, pemukiman baru sudah dibentuk. Masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan sanitasi masyarakat, seperti penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah. Sumber air bersih diperoleh melalui mata air pegunungan. Jumlah air mencukupi namun pendistribusian mengalami kesulitan disebabkan pipa dari sumber dan kontainer untuk menampung tidak cukup. Akibat dari hal tersebut, setiap rumah tidak mendapatkan akses air bersih yang memadai. Penelitian yang dilakukan tahun 2013 menyimpulkan bahwa faktor eksternal yang berasal dari luar yang berupa intervensi dari pihak luar memiliki pengaruh terhadap kualitas permukiman. Salah satu faktor eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal sosial (Giyarsih dan Dalimunthe, 2016). Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan oleh dosen Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dilaksanakaan dengan pemberdayaan masyarakat setempat dalam membangun sistem perpipaan distribusi air bersih di pemukiman warga Pekon Kunjir yang terkena dampak bencana, berjalan lancar. Saat ini telah terbangun sistem perpipaan distribusi air bersih antara container penampungan air di pemukiman ke 92 rumah warga terdampak bencana di Pekon Kunjir. Efek dari kegiatan ini adalah adanya perbaikan tata nilai masyarakat dari sisi keamanan dalam bidang kesehatan. 100% masyarakat di Huntara Kunjir memiliki akses terhadap air bersih dan 100% masyarakat juga memanfaatkan air bersih tersebut. Dengan memanfaatkan air bersih, diharapkan dapat menurunkan kejadian penyakit yang disebarkan melalui air.
{"title":"Penanggulangan Kesehatan Pasca Bencana Berbasis Masyarakat","authors":"Ahmad Fikri, Bambang Murwanto, Mei Ahyanti, Purbianto Purbianto","doi":"10.26630/jpk.v1i1.23","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.23","url":null,"abstract":"Tanggal 22 Desember 2018, Warga Pesisir Lampung dikejutkan dengan bencana tsunami yang menimpa Pantai Barat Provinsi Banten dan Pantai Selatan Provinsi Lampung. Tidak diduga, tsunami datang tanpa didahului guncangan gempa bumi. Beberapa pekon di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan mengalami kerusakan berat akibat bencana tsunami Selat Sunda. Diantaranya adalah Pekon Rajabasa dan Kunjir. Dua pekon tersebut berada di pinggiran pantai dan mendapat terjangan ombak tsunami yang dasyat. Rumah-rumah di sepanjang pantai, rata dengan tanah. Puluhan orang mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal. Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 19 April 2019, pemukiman baru sudah dibentuk. Masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan sanitasi masyarakat, seperti penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah. Sumber air bersih diperoleh melalui mata air pegunungan. Jumlah air mencukupi namun pendistribusian mengalami kesulitan disebabkan pipa dari sumber dan kontainer untuk menampung tidak cukup. Akibat dari hal tersebut, setiap rumah tidak mendapatkan akses air bersih yang memadai. Penelitian yang dilakukan tahun 2013 menyimpulkan bahwa faktor eksternal yang berasal dari luar yang berupa intervensi dari pihak luar memiliki pengaruh terhadap kualitas permukiman. Salah satu faktor eksternal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal sosial (Giyarsih dan Dalimunthe, 2016). Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan oleh dosen Politeknik Kesehatan Tanjungkarang dilaksanakaan dengan pemberdayaan masyarakat setempat dalam membangun sistem perpipaan distribusi air bersih di pemukiman warga Pekon Kunjir yang terkena dampak bencana, berjalan lancar. Saat ini telah terbangun sistem perpipaan distribusi air bersih antara container penampungan air di pemukiman ke 92 rumah warga terdampak bencana di Pekon Kunjir. Efek dari kegiatan ini adalah adanya perbaikan tata nilai masyarakat dari sisi keamanan dalam bidang kesehatan. 100% masyarakat di Huntara Kunjir memiliki akses terhadap air bersih dan 100% masyarakat juga memanfaatkan air bersih tersebut. Dengan memanfaatkan air bersih, diharapkan dapat menurunkan kejadian penyakit yang disebarkan melalui air.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127893556","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Aminah, E. Sulistianingsih, Amrul Hasan, Haris Kadarusman
Pengabdian masyarakat Program Kemitraan Wilayah dilaksanakan di kecamatan Panjang terdiri dari 8 kelurahan, merupakan wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar Lampung. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) kecamatan Panjang tahun 2015-2019 tantangan utamanya adalah pelaksanaan wajib belajar, sarana dan prasarana sekolah, rendahnya kualitas kesehatan penduduk, tingginya angka penemuan kasus penyakit menular. Puskesmas Panjang dengan temuan kasus tertinggi dari 30 puskesmas kota Bandar Lampung, dengan CDR ( case detection rate) 491, jumlah penemuan kasus 110 orang dengan cakupan penemuan kasus tuberkulosis 22%, (Dinkes kota Bandar Lampung,2018). rendahnya cakupan rumah sehat mencapai 64,2%. Tingkat penularan penderita Tuberkulosis 65% (Pedoman nasional pengendalian Tuberkulosis, 2014) Anggota keluarga penderita Tuberkulosis, memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit Tuberkulosis. Dilakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan kader posyandu, pengambilan dan pemeriksaan dahak/sputum mikroskopis pada anggota keluarga penderita Tuberkulosis, pemeriksaan rumah penderita, penyuluhan kepada keluarga penderita, tentang penyakit Tuberkulosis, cara penularan dan cara pencegahannya, rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil pemeriksaan sputum berjumlah 109, 100 % negatif (-). Hasil pemeriksaan rumah yang diperiksa 44, Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat ketersediaan air bersih 72,7% dan 27,3%, tempat pembuangan sampah 72,7% dan 27,3%, ukuran ventilasi rumah 51,2% dan 48,8%, kelembaban udara rumah 84,1% dan 15,9%, lantai rumah 100% dan 0% ketersediaan jamban 97,7% dan 2,27%. Kesimpulan tidak ditemukan penderita Tuberkulosis baru dari keluarga penderita.
{"title":"Deteksi Dini Melalui Pemeriksaan Sputum Pada Anggota Keluarga dan Pemeriksaan Rumah Penderita Tuberkulosis","authors":"S. Aminah, E. Sulistianingsih, Amrul Hasan, Haris Kadarusman","doi":"10.26630/jpk.v1i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jpk.v1i1.27","url":null,"abstract":"Pengabdian masyarakat Program Kemitraan Wilayah dilaksanakan di kecamatan Panjang terdiri dari 8 kelurahan, merupakan wilayah kerja puskesmas Panjang kota Bandar Lampung. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) kecamatan Panjang tahun 2015-2019 tantangan utamanya adalah pelaksanaan wajib belajar, sarana dan prasarana sekolah, rendahnya kualitas kesehatan penduduk, tingginya angka penemuan kasus penyakit menular. Puskesmas Panjang dengan temuan kasus tertinggi dari 30 puskesmas kota Bandar Lampung, dengan CDR ( case detection rate) 491, jumlah penemuan kasus 110 orang dengan cakupan penemuan kasus tuberkulosis 22%, (Dinkes kota Bandar Lampung,2018). rendahnya cakupan rumah sehat mencapai 64,2%. Tingkat penularan penderita Tuberkulosis 65% (Pedoman nasional pengendalian Tuberkulosis, 2014) Anggota keluarga penderita Tuberkulosis, memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit Tuberkulosis. Dilakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan kader posyandu, pengambilan dan pemeriksaan dahak/sputum mikroskopis pada anggota keluarga penderita Tuberkulosis, pemeriksaan rumah penderita, penyuluhan kepada keluarga penderita, tentang penyakit Tuberkulosis, cara penularan dan cara pencegahannya, rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Hasil pemeriksaan sputum berjumlah 109, 100 % negatif (-). Hasil pemeriksaan rumah yang diperiksa 44, Memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat ketersediaan air bersih 72,7% dan 27,3%, tempat pembuangan sampah 72,7% dan 27,3%, ukuran ventilasi rumah 51,2% dan 48,8%, kelembaban udara rumah 84,1% dan 15,9%, lantai rumah 100% dan 0% ketersediaan jamban 97,7% dan 2,27%. Kesimpulan tidak ditemukan penderita Tuberkulosis baru dari keluarga penderita.","PeriodicalId":443290,"journal":{"name":"Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama","volume":"199 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133922871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}