首页 > 最新文献

JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)最新文献

英文 中文
Perbandingan Penggunaan Ajuvan Klonidin dan Ajuvan Fentanyl Pada Spinal Bupivakain Isobarik 0,5 % dalam Menekan Reaksi Inflamasi Dilihat Dari Kadar Netrofil Pada Operasi Ortopedi Ekstremitas Bawah 在脊椎皮皮卡黄中,苯甲酸盐和苯甲酸酯的比例为0.5%
Pub Date : 2018-07-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I2.22335
Fittriyandi Ranudinata, M. S. Harahap
Latar Belakang: Pembedahan merupakan suatu stres fisik dan psikologis. Pembedahan itu sendiri menimbulkan berbagai perubahan neuroendokrin, metabolik, dan sistem imun. Perubahan ini berkaitan erat dengan produksi dan pelepasan substansi proinflamasi pada jaringan yang mengalami inflamasi. Epidural analgesia dapat mempengaruhi respon imun perioperatif dan mengurangi kemoatraktan neutrofil pada jaringan yang mengalami trauma. Fentanyl dan klonidin merupakan adjuvant yang sering di tambahkan pada epidural analgesia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan adjuvant clonidine dan fentanyl dalam menekan reaksi inflamasi dilihat dari kadar netrofil pada operasi ortopedi lower limb.Metode: Dilakukan uji klinis acak tersamar ganda terhadap 30 pasien rencana operasi ortopedi lower limb yang memenuhi kriteria penelitian Penderita yang memenuhi kriteria penelitian menjalani prosedur persiapan operasi elektif. Dilakukan pengambilan sampel darah vena untuk pemeriksaan kadar neutrofil pada saat sebelum pemasangan epidural dan 4 jam pascabedah. Pada kelompok I menggunakan bupivakain 0,5% dengan adjuvant clonidine 75mcg  via kateter epidural dengan volume sesuai perhitungan, sedangkan padakelompok II menggunakan bupivakain 0,5% dengan adjuvant fentanyl 50mcg. Pada kedua kelompok perlakuan di lakuakan pengambilan data durasi obat, nilai VAS, tekanan darah dan nadi pada jam ke 0, 1, 6, 12 dan 24. Data dianalisa secara statistik menggunakan uji Mann Whitney U, dianggap bermakna bila p< 0,05.Hasil: Durasi analgetik kelompok clonidine lebih lama secara bermakna dari pada fentanyl (P<0,01), nilai VAS pada kelompok clonidine menunjukan nilai yang lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok fentanyl (P<0,01). Sedangkan tekanan darah dan nadi pada kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (P>0,01). Peningkatan Kadar netrofil pada kelompok clonidine lebih rendah secara bermakana dibandingkan kelompok fentanyl(P<0,01)Kesimpulan: penggunaan adjuvant clonidine 75 mcg pada bupivacain 0,5% menunjukan penekanan reaksi inflamasi pasca operasi yang lebih baik, dimana peningkatan netrofil pasca operasi lebih rendah secara signifikan dibandingkan adjuvant fentanyl 50 mcg. 
背景:手术是身体和心理上的压力。手术本身会导致神经内分泌、新陈代谢和免疫系统的变化。这些变化与炎症组织的产生和释放过程密切相关。镇痛硬膜会影响痛经性免疫反应,减少受创伤组织的中性粒细胞同吸。芬太尼和克朗丁是一种常见的镇痛硬膜镇痛。目的:研究的目的是确定下淋巴骨科中中性粒细胞水平与抑制炎症反应的adjuvant clonidine和fentanyl在抑制炎症反应方面的比较。方法:对30名患有低淋巴骨科手术的30名患者进行了随机的双盲临床试验,该手术符合符合研究标准的患者在硬膜植入前和手术后4个小时,静脉样本被提取为中性粒细胞检测。在这一组中,我使用0.5%的布皮阿卡明与adjuvant clonidine 75mcg通过硬膜导管,该导管使用0.5%,而阿克波克二世使用的是adpivakain 50mcg。治疗过程中,药物持续时间、花瓶值、血压和脉搏均达到0、1、6、12和24小时。数据在统计学上使用了曼惠特尼U测试,被认为在p< 0.05时具有意义。结果:对苯酚(p0.01)组镇痛持续时间更长。clonidine组的中性粒细胞增长率比fentanyl group低(P< 0.01): bupivacain的adjuvant clonidine 75 mcg表示手术后炎症反应的抑制比adjuvant fentanyl 50 mcg更低。
{"title":"Perbandingan Penggunaan Ajuvan Klonidin dan Ajuvan Fentanyl Pada Spinal Bupivakain Isobarik 0,5 % dalam Menekan Reaksi Inflamasi Dilihat Dari Kadar Netrofil Pada Operasi Ortopedi Ekstremitas Bawah","authors":"Fittriyandi Ranudinata, M. S. Harahap","doi":"10.14710/JAI.V10I2.22335","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I2.22335","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pembedahan merupakan suatu stres fisik dan psikologis. Pembedahan itu sendiri menimbulkan berbagai perubahan neuroendokrin, metabolik, dan sistem imun. Perubahan ini berkaitan erat dengan produksi dan pelepasan substansi proinflamasi pada jaringan yang mengalami inflamasi. Epidural analgesia dapat mempengaruhi respon imun perioperatif dan mengurangi kemoatraktan neutrofil pada jaringan yang mengalami trauma. Fentanyl dan klonidin merupakan adjuvant yang sering di tambahkan pada epidural analgesia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan adjuvant clonidine dan fentanyl dalam menekan reaksi inflamasi dilihat dari kadar netrofil pada operasi ortopedi lower limb.Metode: Dilakukan uji klinis acak tersamar ganda terhadap 30 pasien rencana operasi ortopedi lower limb yang memenuhi kriteria penelitian Penderita yang memenuhi kriteria penelitian menjalani prosedur persiapan operasi elektif. Dilakukan pengambilan sampel darah vena untuk pemeriksaan kadar neutrofil pada saat sebelum pemasangan epidural dan 4 jam pascabedah. Pada kelompok I menggunakan bupivakain 0,5% dengan adjuvant clonidine 75mcg  via kateter epidural dengan volume sesuai perhitungan, sedangkan padakelompok II menggunakan bupivakain 0,5% dengan adjuvant fentanyl 50mcg. Pada kedua kelompok perlakuan di lakuakan pengambilan data durasi obat, nilai VAS, tekanan darah dan nadi pada jam ke 0, 1, 6, 12 dan 24. Data dianalisa secara statistik menggunakan uji Mann Whitney U, dianggap bermakna bila p< 0,05.Hasil: Durasi analgetik kelompok clonidine lebih lama secara bermakna dari pada fentanyl (P<0,01), nilai VAS pada kelompok clonidine menunjukan nilai yang lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok fentanyl (P<0,01). Sedangkan tekanan darah dan nadi pada kedua kelompok tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (P>0,01). Peningkatan Kadar netrofil pada kelompok clonidine lebih rendah secara bermakana dibandingkan kelompok fentanyl(P<0,01)Kesimpulan: penggunaan adjuvant clonidine 75 mcg pada bupivacain 0,5% menunjukan penekanan reaksi inflamasi pasca operasi yang lebih baik, dimana peningkatan netrofil pasca operasi lebih rendah secara signifikan dibandingkan adjuvant fentanyl 50 mcg. ","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126914729","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pemeriksan Kultur Sekret sebagai Penunjang Diagnosis untuk Mengetahui Kejadian Ventilator Associated Pneumonia pada Pasien Pasca Pembedahan di Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang 作为对佩特雷特培养的诊断支持,以确定工伤护理术后患者的呼吸机和肺炎相关事件
Pub Date : 2018-07-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I2.22328
Anindito Andi Nugroho, Johan Arifin, H. Satoto
Latar belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah intubasi endotrakeal dan ditandai dengan infiltrat progresif atau yang baru terjadi, infeksi sistemik (demam, perubahan jumlah leukosit), perubahan sputum, dan ditemukan penyebabnya. VAP merupakan infeksi nosokomial paling sering pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Kejadian VAP merupakan separuh kasus pneumonia yang didapatkan di rumah sakit.Tujuan: Menentukan kejadian VAP pada pasien pasca pembedahan di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan pemeriksaan kultur sekret sebagai penunjang diagnosis, selama 12-16 minggu.Metode: Penelitian ini dirancang sebagai penelitian observasional deskriptif terhadap semua pasien pasca pembedahan yang dirawat di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, menggunakan ventilator mekanik selama 48 jam atau lebih, dan memenuhi kriteria inklusi dan berlangsung dalam waktu 12-16 minggu. Pasien yang dilakukan pembedahan dinilai skoring CPIS, dikirim ke ICU, kemudian diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, kemudian hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Setelah pasien tersebut terpasang mesin ventilator selama 48 jam, dinilai skoring CPIS, kemudian pasien kembali diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Tentukan VAP atau bukan.Hasil penelitian: Didapatkan 16 pasien dengan usia 20-30 tahun sebanyak 1 pasien (6,25%), usia 31-40 tahun sebanyak 2 pasien (12,5%), usia 41-50 tahun sebanyak 5 pasien (31,25%), usia 51-60 tahun sebanyak 8 pasien (50%) dengan pertumbuhan kuman. Hal tersebut dikuatkan dengan skor CPIS > 6. 16 pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 pasien (56,25%), dan perempuan sebanyak 7 pasien (43,75%).Simpulan: Pemeriksaan kultur sekret merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis yang akurat pada penegakan diagnosis VAP, dan untuk mengetahui jenis kuman yang berkembang, sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat.
背景:通风口联合肺炎(VAP)被定义为经气管插管后48小时或以上的肺炎,其特征为进行性或最近的感染、全身感染(发烧、白细胞计数变化)、针刺变化,以及发现原因。VAP是机载传动感染最常见的患者。VAP事件占了医院肺炎病例的一半。目标:在三宝垄Kariadi博士的术后重症监护室(RSUP)对病人进行观察,以分泌物培养作为诊断支持,持续12-16周。方法:本研究被设计为对所有在三宝垄重症监护室接受治疗的术后病人进行的描述性观察研究,使用了48小时或更长时间的机制通气器,并在12-16周内达到包容标准。手术的病人被分级cps,送到ICU,然后用无菌膜膜膜膜接触到体外粘膜粘膜,然后将提取结果送到微生物实验室。等待细菌生长。病人在安装呼吸机48小时后被分级cps,然后病人通过使用无菌提取物膜重新进入气管粘膜(直到整个提取胶体软管进入手术室),将提取结果送到微生物实验室。等待细菌生长。定义VAP或否。研究结果:16名患者获得20-30岁以上的1名患者(6.25%),31-40岁的2名患者(12.5%),41-50岁的5名患者(1.25%),51-60岁的8名患者(50%)的细菌生长。这与cpi > 6的比分相比较。16位患者共有9名患者(56.25%)和7名患者(43.75%)。总结:对sekret培养检查是对VAP诊断的精确诊断支持,了解其发展的细菌类型,以便进行适当的治疗。
{"title":"Pemeriksan Kultur Sekret sebagai Penunjang Diagnosis untuk Mengetahui Kejadian Ventilator Associated Pneumonia pada Pasien Pasca Pembedahan di Intensive Care Unit RSUP Dr. Kariadi Semarang","authors":"Anindito Andi Nugroho, Johan Arifin, H. Satoto","doi":"10.14710/JAI.V10I2.22328","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I2.22328","url":null,"abstract":"Latar belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi 48 jam atau lebih setelah intubasi endotrakeal dan ditandai dengan infiltrat progresif atau yang baru terjadi, infeksi sistemik (demam, perubahan jumlah leukosit), perubahan sputum, dan ditemukan penyebabnya. VAP merupakan infeksi nosokomial paling sering pada pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Kejadian VAP merupakan separuh kasus pneumonia yang didapatkan di rumah sakit.Tujuan: Menentukan kejadian VAP pada pasien pasca pembedahan di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan pemeriksaan kultur sekret sebagai penunjang diagnosis, selama 12-16 minggu.Metode: Penelitian ini dirancang sebagai penelitian observasional deskriptif terhadap semua pasien pasca pembedahan yang dirawat di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang, menggunakan ventilator mekanik selama 48 jam atau lebih, dan memenuhi kriteria inklusi dan berlangsung dalam waktu 12-16 minggu. Pasien yang dilakukan pembedahan dinilai skoring CPIS, dikirim ke ICU, kemudian diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, kemudian hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Setelah pasien tersebut terpasang mesin ventilator selama 48 jam, dinilai skoring CPIS, kemudian pasien kembali diaspirasi sekret endotrakealnya dengan menggunakan mucous extractor steril hingga menyentuh dinding mukosa endotrakeal (hingga seluruh selang mucous extractor masuk ke dalam ETT, hasil aspirasi dikirim ke laboratorium mikrobiologi. Tunggu hasil pertumbuhan kuman. Tentukan VAP atau bukan.Hasil penelitian: Didapatkan 16 pasien dengan usia 20-30 tahun sebanyak 1 pasien (6,25%), usia 31-40 tahun sebanyak 2 pasien (12,5%), usia 41-50 tahun sebanyak 5 pasien (31,25%), usia 51-60 tahun sebanyak 8 pasien (50%) dengan pertumbuhan kuman. Hal tersebut dikuatkan dengan skor CPIS > 6. 16 pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 9 pasien (56,25%), dan perempuan sebanyak 7 pasien (43,75%).Simpulan: Pemeriksaan kultur sekret merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis yang akurat pada penegakan diagnosis VAP, dan untuk mengetahui jenis kuman yang berkembang, sehingga dapat dilakukan pengobatan secara tepat.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"111 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131641194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Preoksigenasi pada Anestesi Umum 全身麻醉的氧化准备
Pub Date : 2018-07-01 DOI: 10.14710/JAI.V10I2.22324
Faizal Rahmat Malawat, Bondan Irtani Cahyadi
Latar Belakang: Pemantauan saturasi hemoglobin selama tatalaksana jalan napas penting untuk keselamatan pasien. Desaturasi di bawah 70% menghantarkan  pasien pada risiko mengalami disritmia, dekompensasi hemodinamik, kerusakan otak akibat hipoksia dan kematian. Tantangan untuk dokter emergensi adalah dapat melakukan intubasi endotrakeal secara cepat tanpa hipoksia atau aspirasi. Preoksigenasi dengan 100% oksigen sebelum induksi anestesi, merupakan manuver yang diterima secara luas yang dapat meningkatkan penyimpanan oksigen tubuh, sehingga menunda onset desaturasi selama periode apnea setelah induksi anestesi dan muscle relaksan.Tujuan: Tujuan preoksigenasi adalah mengganti nitrogen di FRC dengan oksigen; yang disebut proses denitrogenasi. Hal ini memiliki dampak pada penyimpanan oksigen tubuh dan meningkatkan toleransi terhadap apneu secara substansial. Preoksigenasi efektif menghasilkan batas aman untuk intubasi darurat dan memperpanjang durasi dari apnea tanpa desaturasi.Metode: Preoksigenasi di dalam kamar operasi biasanya menggunakan sirkuit yang terpasang pada mesin anestesi, yang akan memberikan FiO2 yang tinggi. Kemudian, keberhasilan dari preoksigenasi dapat terus dinilai dengan memperkirakan derajat denitrogenasi menggunakan penganalisa gas untuk menentukan konsentrasi fraksi oksigen yang dihembuskan (FeO2). Untuk operasi pasien dengan risiko aspirasi yang tinggi, anestesi mengembangkan induksi dengan sekuens cepat dengan cara pemberian sedatif dan paralitik tanpa ventilasi secara simultan sembari menunggu paralitik berefek, sehingga dapat mengurangi risiko aspirasi. Posisi supine tidak ideal untuk mencapai preoksigenasi optimal, karena menjadi lebih sulit untuk mengambil napas penuh dan lebih banyak bagian paru posterior yang menjadi prone sampai kolaps. Sebaliknya posisi trendelenburg akan meningkatkan preoksigenasi dan mungkin berguna pada pasien yang diimobilisasi karena kemungkinan spinal injury.Simpulan: Dalam keadaan apneu, faktor yang memiliki efek terbesar pada waktu tercapainya hipoksia kritis adalah FRC, konsentrasi oksigen alveoli, dan kecepatan metabolisme. Konsentrasi hemoglobin dan derajat shunting sirkulasi kurang penting dibandingkan faktor-faktor diatas. Ahli anestesi dapat menghindari hipoksia dengan preoksigenasi. Sampai kontrol definitif jalan napas dapat dicapai, ahli anestesi dapat memberikan oksigen 100% sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke paru dan membantu mencegah terjadinya hipoksia. 
背景:在气道的外观上监测血红蛋白饱和度对病人的安全是至关重要的。减排低于70%,患者有先天性痛症、血液动力学补偿、缺氧和死亡引起的脑损伤的风险。紧急医生面临的挑战是能够在不缺氧或没有抱负的情况下迅速做气管插管。氧化前期为麻醉前100%的氧气,这是一种被广泛接受的方法,可以增加身体的氧气储存,从而在麻醉后的呼吸暂停和肌肉放松后的呼吸暂停。目的:氧化的目的是用氧代替氮气;这叫做反扩散过程。这对人体氧气储存产生了影响,并大大增加了对apneu的耐受性。有效的氧化前期产生紧急插管的安全限制,并延长无饱和呼吸暂停的持续时间。方法:手术室内的氧化介质通常使用安装在麻醉机上的电路,这将提供高度的FiO2。然后,增氧化成功可以通过通过气体分析来确定呼出氧气成分的浓度来继续进行评估。对于有抱负风险的患者,麻醉药在等待副作用的同时同时通过注射镇静剂和麻痹剂来快速诱导诱导诱导,从而降低期盼风险。supine的位置并不理想,因为更困难的是让你的全呼吸和更多的后宫器官衰竭。另一方面,特伦堡的趋势增加了氧化酶的增殖,可能对固定的病人有用,因为可能是脊椎穿刺。结论:在apneu状态下,关键缺氧时间影响最大的因素是FRC、肺活量氧量和代谢速度。血红蛋白的浓度和循环的分离度比上述因素次要。麻醉师可以避免缺氧缺氧。在达到最终气道控制之前,麻醉师可以提供100%的氧气,使氧气进入肺部并有助于防止缺氧。
{"title":"Preoksigenasi pada Anestesi Umum","authors":"Faizal Rahmat Malawat, Bondan Irtani Cahyadi","doi":"10.14710/JAI.V10I2.22324","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V10I2.22324","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pemantauan saturasi hemoglobin selama tatalaksana jalan napas penting untuk keselamatan pasien. Desaturasi di bawah 70% menghantarkan  pasien pada risiko mengalami disritmia, dekompensasi hemodinamik, kerusakan otak akibat hipoksia dan kematian. Tantangan untuk dokter emergensi adalah dapat melakukan intubasi endotrakeal secara cepat tanpa hipoksia atau aspirasi. Preoksigenasi dengan 100% oksigen sebelum induksi anestesi, merupakan manuver yang diterima secara luas yang dapat meningkatkan penyimpanan oksigen tubuh, sehingga menunda onset desaturasi selama periode apnea setelah induksi anestesi dan muscle relaksan.Tujuan: Tujuan preoksigenasi adalah mengganti nitrogen di FRC dengan oksigen; yang disebut proses denitrogenasi. Hal ini memiliki dampak pada penyimpanan oksigen tubuh dan meningkatkan toleransi terhadap apneu secara substansial. Preoksigenasi efektif menghasilkan batas aman untuk intubasi darurat dan memperpanjang durasi dari apnea tanpa desaturasi.Metode: Preoksigenasi di dalam kamar operasi biasanya menggunakan sirkuit yang terpasang pada mesin anestesi, yang akan memberikan FiO2 yang tinggi. Kemudian, keberhasilan dari preoksigenasi dapat terus dinilai dengan memperkirakan derajat denitrogenasi menggunakan penganalisa gas untuk menentukan konsentrasi fraksi oksigen yang dihembuskan (FeO2). Untuk operasi pasien dengan risiko aspirasi yang tinggi, anestesi mengembangkan induksi dengan sekuens cepat dengan cara pemberian sedatif dan paralitik tanpa ventilasi secara simultan sembari menunggu paralitik berefek, sehingga dapat mengurangi risiko aspirasi. Posisi supine tidak ideal untuk mencapai preoksigenasi optimal, karena menjadi lebih sulit untuk mengambil napas penuh dan lebih banyak bagian paru posterior yang menjadi prone sampai kolaps. Sebaliknya posisi trendelenburg akan meningkatkan preoksigenasi dan mungkin berguna pada pasien yang diimobilisasi karena kemungkinan spinal injury.Simpulan: Dalam keadaan apneu, faktor yang memiliki efek terbesar pada waktu tercapainya hipoksia kritis adalah FRC, konsentrasi oksigen alveoli, dan kecepatan metabolisme. Konsentrasi hemoglobin dan derajat shunting sirkulasi kurang penting dibandingkan faktor-faktor diatas. Ahli anestesi dapat menghindari hipoksia dengan preoksigenasi. Sampai kontrol definitif jalan napas dapat dicapai, ahli anestesi dapat memberikan oksigen 100% sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke paru dan membantu mencegah terjadinya hipoksia. ","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115359470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pemberian Lidokain 1,5 mg/Kg/Jam Intravena untuk Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Laparatomi 静脉注射1.5毫克/公斤/小时用于颅脑切除术后患者的疼痛护理
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6424
Dicky Hartawan, H. Satoto, Uripno Budiono
Latar Belakang: Penanggulangan nyeri post operasi yang efektif merupakan salah satu hal yang penting dan menjadi problema bagi ahli anestesi. Salah satu jenis pembedahan dengan tingkat nyeri pasca operasi tinggi adalah laparotomi. Menurut penelitian terdahulu IVLI (intravenous lidokain infusion) berpotensi dan efektif untuk mengurangi nyeri paska operasi pada kasus bedah abdominal.Tujuan: Mengetahui apakah penggunaan lidokain intravena 1,5mg/kg/jam dapat menjadi salah satu alternatif pengelolaan nyeri paska operasi laparotomiMetode: Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan desain acak tersamar di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel diambil dari pasien yang menjalani operasi laparatomi menggunakan “consecutive sampling” dan dibagi menjadi dua kelompok : Kelompok 1 (K1) diberikan lidokain 1mg/kg/iv 30 menit sebelum insisi kulit dan dilanjutkan dengan lidokain 1,5mg/kg/jam sampai 48 jam paska operasi; Kelompok 2 (K2) diberikan plasebo. Pasien dinilai Score Analog Visual dan parameter hemodinamik post operatif, bila SAV >5 pasien mendapatkan rescue analgesia. Analisis statistik dengan SPSS for Windows versi 17.Hasil: Pasca operasi terdapat perbedaan bermakna pada kebutuhan rescue analgesia (4 vs 15 subjek , p=0.01), waktu dimulainya rescue analgesia(jam ke 18.0±6.92 vs 14.5±5.19, p=0.01), penggunaan opioid (12,9±1,53 vs 16,57±2,59 mg , p=0.01), VAS 12 jam (3,8±0,88 vs 5,3±0,56, p=0.00),VAS 24 jam (4,1±0,54 vs 5,6±0,62, p=0.00),VAS 48 jam (4,5±0,51 vs 5±0,0,p=0,02), dan laju jantung (p=0,00) kedua kelompokSimpulan: Pemberian Lidokain 1,5 mg/kg intravena cukup efektif dalam pengelolaan nyeri post laparotomi dan dapat menurunkan kebutuhan penggunaan analgetik opioid dalam pengelolaan nyeri post laparotomi
背景:有效的术后疼痛治疗是麻醉师的一个重要问题。腹腔镜手术是一种有严重胸痛的手术。根据早先的试管受精(intravenous lido卡因)的研究,它具有降低腹部手术后疼痛的有效和有效的效果。目的:确定使用静脉注射1.5毫克/kg/小时的利多卡因是否可以成为腹腔癌手术后的另一种治疗方法:这项研究是在中央手术中心(IBS)医生开刀时随机设计的临床实验实验试验。从接受拉皮切除术的患者身上取下样本,并将样本分成两组:第一组(K1)在皮肤内30分钟前注射利多卡因1mg/kg/iv,然后在手术后48小时进行利多卡因(lido卡因);第二组服用安慰剂。患者在SAV >5患者获得analgesia救援时,将评分为视觉模拟和术后血液动态参数。用SPSS版本17进行统计分析。结果:术后有区别意义的需要救援镇痛(4)诉15主题,p = 0 . 01),开始救援镇痛(小时0±6到18。92 vs 14±5。19,p = 0 . 01),使用阿片类药物(12,9±1,53 vs 16,57±2,59花瓶mg, p = 0 . 01), 12小时(3.8±0.88 vs 5.3±0,56花瓶,p = 0.00), 24小时(4.1±0.54 vs 5.6±0,62花瓶,p = 0.00), 48小时(4.5±0,51 vs 5±0,0,p = 0.005)、心率(p = 0,00)其次kelompokSimpulan:静脉注射1.5毫克/kg在腹腔镜疼痛管理方面是有效的,可以降低服用阿片类药物在腹腔镜疼痛管理中的需求
{"title":"Pemberian Lidokain 1,5 mg/Kg/Jam Intravena untuk Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Laparatomi","authors":"Dicky Hartawan, H. Satoto, Uripno Budiono","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6424","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6424","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Penanggulangan nyeri post operasi yang efektif merupakan salah satu hal yang penting dan menjadi problema bagi ahli anestesi. Salah satu jenis pembedahan dengan tingkat nyeri pasca operasi tinggi adalah laparotomi. Menurut penelitian terdahulu IVLI (intravenous lidokain infusion) berpotensi dan efektif untuk mengurangi nyeri paska operasi pada kasus bedah abdominal.Tujuan: Mengetahui apakah penggunaan lidokain intravena 1,5mg/kg/jam dapat menjadi salah satu alternatif pengelolaan nyeri paska operasi laparotomiMetode: Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan desain acak tersamar di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel diambil dari pasien yang menjalani operasi laparatomi menggunakan “consecutive sampling” dan dibagi menjadi dua kelompok : Kelompok 1 (K1) diberikan lidokain 1mg/kg/iv 30 menit sebelum insisi kulit dan dilanjutkan dengan lidokain 1,5mg/kg/jam sampai 48 jam paska operasi; Kelompok 2 (K2) diberikan plasebo. Pasien dinilai Score Analog Visual dan parameter hemodinamik post operatif, bila SAV >5 pasien mendapatkan rescue analgesia. Analisis statistik dengan SPSS for Windows versi 17.Hasil: Pasca operasi terdapat perbedaan bermakna pada kebutuhan rescue analgesia (4 vs 15 subjek , p=0.01), waktu dimulainya rescue analgesia(jam ke 18.0±6.92 vs 14.5±5.19, p=0.01), penggunaan opioid (12,9±1,53 vs 16,57±2,59 mg , p=0.01), VAS 12 jam (3,8±0,88 vs 5,3±0,56, p=0.00),VAS 24 jam (4,1±0,54 vs 5,6±0,62, p=0.00),VAS 48 jam (4,5±0,51 vs 5±0,0,p=0,02), dan laju jantung (p=0,00) kedua kelompokSimpulan: Pemberian Lidokain 1,5 mg/kg intravena cukup efektif dalam pengelolaan nyeri post laparotomi dan dapat menurunkan kebutuhan penggunaan analgetik opioid dalam pengelolaan nyeri post laparotomi","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128909760","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Perbandingan Pemberian Heparin Subkutan dan Intravena terhadap Studi Koagulasi dan D-Dimer Pasien dengan Risiko Trombosis Vena 将小肝素和静脉注射与静脉凝血研究与有静脉血栓风险的患者d -调进行比较
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6422
Sigit Kusdaryono, Danu Soesilowati, Himawan Sasongko
Latar Belakang :Trombosis di Amerika Serikat adalah penyebab kematian terbanyak. Sekitar 2 juta orang meninggal setiap tahun karena trombosis arteri dan vena. Dengan 80-90% thrombosis diketahui penyebabnya. Trombosis juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, salah satunya adalah trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis, DVT) yang dapat berlanjut menjadi emboli paru. Tanpa tromboprofilaksis, kejadian DVT nosokomial adalah 10-40% dari keseluruhan pasien medis dan bedah dan 40-60% pada pasien pasca bedah ortopedi mayor.Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas dosis profilaksis heparin subkutan dan intravena terhadap nilai D-Dimer, PPT dan aPTT pada pasien dengan risiko trombosis vena dalam.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kelompok pre dan post test dan dilakukan pada 20 pasien dengan risiko trombosis vena dalam. Sampel darah diambil setelah 1 jam injeksi heparin, kemudian disimpan dalam botol yang mengandung EDTA. Sampel dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Subyek dibagi menjadi dua kelompok secara random sampling. Grup A menerima heparin intravena dan kelompok B menerima heparin subkutan. Analisis statistik dilakukan untuk menguji perbedaan antar kelompok dengan SPSS versi 15.Hasil: Hasil pemeriksaan aPTT dan PPT antara kelompok intravena dan subkutan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05). Hasil pengujian pada D-Dimer intravena dan subkutan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05).Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian heparin intravena dan subkutan dalam nilai aPTT, PPT dan D-Dimer sebagai pencegahan risiko thrombosis vena dalam.
背景:美国的血栓形成是主要死因。每年约有200万人死于动脉和静脉血栓。80% -90%的血栓形成。血栓形成还能引起显著的发病率,其中之一是深静脉血栓(深静脉血栓、DVT),后者可继续形成肺栓塞。在没有血栓分析的情况下,DVT nosocoxal入院人数为整个医疗和手术病人的10-40%,而大术后骨科病人的入院人数为40-60%。目的:比较小剂量肝磷脂和静脉注射对D-Dimer、PPT和aPTT患者及其深静脉血栓风险的影响。方法:本研究采用术前和后测试设计,在20名有深静脉血栓风险的患者中进行。注射一小时后采集血液样本,然后储存在含有EDTA的瓶子里。样品被送到实验室进行检查。受试者被分成两组随机抽样。A组接受肝素注射,B组接受皮下肝素。进行统计分析,以测试SPSS 15版本的组间差异。结果:静脉注射和皮下进行的aPTT和PPT检查没有发现明显的差异(p> 0.05)。静脉和子宫颈的测试结果也没有显示显著差异(p> 0.05)。结论:aPTT、PPT和D-Dimer为预防深静脉血栓风险而提供的静脉注射肝素和分泌物的分泌物没有显著区别。
{"title":"Perbandingan Pemberian Heparin Subkutan dan Intravena terhadap Studi Koagulasi dan D-Dimer Pasien dengan Risiko Trombosis Vena","authors":"Sigit Kusdaryono, Danu Soesilowati, Himawan Sasongko","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6422","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6422","url":null,"abstract":"Latar Belakang :Trombosis di Amerika Serikat adalah penyebab kematian terbanyak. Sekitar 2 juta orang meninggal setiap tahun karena trombosis arteri dan vena. Dengan 80-90% thrombosis diketahui penyebabnya. Trombosis juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, salah satunya adalah trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis, DVT) yang dapat berlanjut menjadi emboli paru. Tanpa tromboprofilaksis, kejadian DVT nosokomial adalah 10-40% dari keseluruhan pasien medis dan bedah dan 40-60% pada pasien pasca bedah ortopedi mayor.Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas dosis profilaksis heparin subkutan dan intravena terhadap nilai D-Dimer, PPT dan aPTT pada pasien dengan risiko trombosis vena dalam.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kelompok pre dan post test dan dilakukan pada 20 pasien dengan risiko trombosis vena dalam. Sampel darah diambil setelah 1 jam injeksi heparin, kemudian disimpan dalam botol yang mengandung EDTA. Sampel dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Subyek dibagi menjadi dua kelompok secara random sampling. Grup A menerima heparin intravena dan kelompok B menerima heparin subkutan. Analisis statistik dilakukan untuk menguji perbedaan antar kelompok dengan SPSS versi 15.Hasil: Hasil pemeriksaan aPTT dan PPT antara kelompok intravena dan subkutan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05). Hasil pengujian pada D-Dimer intravena dan subkutan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05).Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian heparin intravena dan subkutan dalam nilai aPTT, PPT dan D-Dimer sebagai pencegahan risiko thrombosis vena dalam.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125912094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Anestesi pada Pediatrik dengan Kelainan Porfiria Herediter 遗传性卟啉症儿科麻醉剂
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6425
Agus Rukmana, Johan Arifin
Pasien dengan porfiria terjadi perubahan biologi yang penting diketahui berkaitan dengan penggunaan oksigen, transportasi, bentuk dan penyimpanan. Jalur sintetis yang terlibat dalam produksi porfirin kompleks dan melibatkan banyak enzim. Defek pada salah satu hasil enzim dalam akumulasi perantara sebelumnya menghasilkan satu bentuk atau bentuk lain dari penyakit yang dikenal sebagai porfiria.Empat jenis dari porfiria herediter diklasifikasikan sebagai porfiria akut. Cacat enzimatik mengakibatkan akumulasi prekursor porfirin (biasanya ALA dan PGB). Jumlah prekursor ini mungkin normal atau sedikit meningkat pada periode laten tetapi peningkatan selama krisis porphyric dapat menyebabkan bahaya pada tubuh. Induksi iatrogenik dari sintetase ALA dengan pemberian pemicu tertentu (barbiturat) hanya salah satu dari beberapa faktor yang berkontribusi terhadap krisis porphyric. Tanda dan gejala serangan porphyric akut terutama terdiri dari disfungsi neurologis, yang terjadi sekunder pada neurotoksisitas ALA atau berkurang tingkat heme intraneuronal.Setiap pasien yang dicurigai porfiria membutuhkan anamnesa yang teliti mengenai riwayat penyakit, termasuk riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk penilaian neurologis. Titk berat perhatian khusus pada ada atau tidak adanya neuropati perifer dan ketidakstabilan otonom.Manajemen anestesi pada porfiria membutuhkan pengetahuan tentang jenis porfiria (akut vs non-akut), penilaian laten dibandingkan aktif (fase krisis), kesadaran gambaran klinis serangan porphyric, dan pengetahuan tentang intervensi farmakologis yang aman.Persiapan pra operasi pada pasien dengan porphyric meliputi penilaian keseimbangan cairan elektrolit dan status. Teknik anestesi dapat dilakukan regional ataupun anestesi umum tergantung pada kondisi pasien. Premedikasi, teknik anestesi, induksi, pemeliharaan dan pasca anestesi harus yang cukup aman bagi pasien.
卟受定物患者的生物发生了重大变化,这与氧气的使用、运输、形态和储存有关。合成通路,涉及到复杂的卟pfirin生成和许多酶。在前端积累的一种酶中,Defek会产生一种或另一种被称为卟啉的疾病。四种遗传性卟啉症被归类为急性卟啉症。酶有缺陷,前体(通常是ALA和PGB)积累。这些前体的数量可能在较低的时期是正常的或略有增加的,但在porphyric危机期间的增加会对身体造成伤害。某些诱因剂(barbiturat)的合理性诱导的氧化诱因只是引发卟然性危机的几个因素之一。急性脑脊髓炎的症状和症状主要是神经功能障碍,这是神经毒性的继发性或较低的血红素内分泌水平。每一个被怀疑患有卟了事病的病人都需要对疾病史,包括家庭历史和全面的身体检查,包括神经评估。对周围存在或缺乏神经周围神经和自主不稳定性的特别关注。卟受精法中的麻醉管理需要对卟部症的类型(急性与非急性)、潜在的主动评估(危机阶段)、卟部攻击的临床表现意识和安全药物干预的知识。动静脉术前准备包括对电解质液体平衡的评估和状态。麻醉技术可以在区域内进行,也可以根据病人的情况进行全身麻醉。预防性、麻醉技术、诱导、维持和后麻醉技术对病人来说应该足够安全。
{"title":"Anestesi pada Pediatrik dengan Kelainan Porfiria Herediter","authors":"Agus Rukmana, Johan Arifin","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6425","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6425","url":null,"abstract":"Pasien dengan porfiria terjadi perubahan biologi yang penting diketahui berkaitan dengan penggunaan oksigen, transportasi, bentuk dan penyimpanan. Jalur sintetis yang terlibat dalam produksi porfirin kompleks dan melibatkan banyak enzim. Defek pada salah satu hasil enzim dalam akumulasi perantara sebelumnya menghasilkan satu bentuk atau bentuk lain dari penyakit yang dikenal sebagai porfiria.Empat jenis dari porfiria herediter diklasifikasikan sebagai porfiria akut. Cacat enzimatik mengakibatkan akumulasi prekursor porfirin (biasanya ALA dan PGB). Jumlah prekursor ini mungkin normal atau sedikit meningkat pada periode laten tetapi peningkatan selama krisis porphyric dapat menyebabkan bahaya pada tubuh. Induksi iatrogenik dari sintetase ALA dengan pemberian pemicu tertentu (barbiturat) hanya salah satu dari beberapa faktor yang berkontribusi terhadap krisis porphyric. Tanda dan gejala serangan porphyric akut terutama terdiri dari disfungsi neurologis, yang terjadi sekunder pada neurotoksisitas ALA atau berkurang tingkat heme intraneuronal.Setiap pasien yang dicurigai porfiria membutuhkan anamnesa yang teliti mengenai riwayat penyakit, termasuk riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk penilaian neurologis. Titk berat perhatian khusus pada ada atau tidak adanya neuropati perifer dan ketidakstabilan otonom.Manajemen anestesi pada porfiria membutuhkan pengetahuan tentang jenis porfiria (akut vs non-akut), penilaian laten dibandingkan aktif (fase krisis), kesadaran gambaran klinis serangan porphyric, dan pengetahuan tentang intervensi farmakologis yang aman.Persiapan pra operasi pada pasien dengan porphyric meliputi penilaian keseimbangan cairan elektrolit dan status. Teknik anestesi dapat dilakukan regional ataupun anestesi umum tergantung pada kondisi pasien. Premedikasi, teknik anestesi, induksi, pemeliharaan dan pasca anestesi harus yang cukup aman bagi pasien.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"184 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134330883","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pengaruh Blok Paravertebral Injeksi Tunggal dan Multipel Terhadap Kadar Kortisol Plasma Pasien Tumor Payudara Yang Dilakukan Eksisi Biopsi 一种单脊椎、多动注射的多动块对乳腺肿瘤患者的皮质醇水平的影响
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6421
Dian Nugraha, Himawan Sasongko, Witjaksono Witjaksono
Latar Belakang: Tindakan bedah definitif payudara banyak dilakukan dengan anestesi umum. Namun, dengan anestesi umum ada sebagian rangsang nyeri yang tidak terhambat ke otak dan medulla spinalis. Anestesi umum juga dikaitkan dengan insidensi mual dan muntah. Beberapa tehnik anestesi regional yang pernah disebutkan dalam literatur untuk operasi payudara antara lain dengan infiltrasi lokal, anestesi epidural torakal dan blok paravertebral torakal. Blok paravertebral torakal merupakan teknik injeksi lokal di samping vertebra torakal yang menyebabkan blokade saraf somatik dan simpatik ipsilateral pada dermatom torakal di atas dan di bawah lokasi injeksi. Trauma pembedahan menyebabkan respon inflamasi lokal dan respon metabolik endokrin sistemik. Respon sistemik setelah pembedahan meliputi peningkatan hormon katabolik seperti katekolamin, kortisol, renin, aldosteron, dan glukagon.Tujuan: Membandingkan pengaruh antara blok paravertebral injeksi tunggal dan multipel terhadap kadar kortisol plasma dan VAS pasien yang dilakukan operasi eksisi biopsi.Metode: Penelitian ini dilakukan pada 20 penderita tumor payudara yang menjalani operasi eksisi biopsi. Pengambilan sampel darah perifer untuk pemeriksaan kortisol pada jam 8 pagi sebelum operasi dan jam 8 pagi besoknya. Nilai VAS diperiksa pada jam ke-0 (saat pasien masuk ruang pemulihan), dan jam ke-24. Penderita dikelompokkan secara random menjadi 2 kelompok. Kelompok M mendapat injeksi multipel dan kelompok T mendapat injeksi tunggal. Dilakukan uji normalitas distribusi kadar kortisol darah dan VAS dengan menggunakan Shaphio-Wilk test. Apabila p>0,05 maka distribusinya disebut normal. Analisis statistik dilakukan untuk menguji perbedaan kelompok dengan pre dan post test group design, signifikan bila p<0,05.Hasil: Data karakteristik sampel penelitian tiap kelompok terdistribusi normal(p>0,05). Kadar kortisol plasma pasca operasi pada kelompok M (224,73 ± 0,73) dan T (234,01 ± 0,84) lebih rendah dibandingkan sebelum operasi pada kelompok M (256,55 ± 0,91) dan T (258,34 ± 0,91) tetapi tidak berbeda bermakna (p>0,05). VAS pasca operasi jam ke-0 pada kelompok M (3,5 ± 0,2) lebih rendah dibanding kelompok T (3,9 ± 0,2) dan berbeda bermakna (p=0,02). VAS pasca operasi jam ke-24 pada kelompok M (3,3 ± 0,7) lebih rendah dibanding kelompok T (3,7 ± 0,7) tetapi tidak bermakna (p=0,388).Kesimpulan: VAS pasca operasi jam ke-0 kelompok M lebih rendah secara signifikan dibanding kelompok T. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kadar kortisol plasma dan VAS jam ke-24 pasca operasi antara injeksi multipel (M) dan injeksi tunggal (T) pada pasien yang menjalani eksisi biopsi.
背景:确定的乳房手术大多与全身麻醉有关。然而,在全身麻醉的情况下,大脑和脊髓髓的疼痛减轻了一些。全身麻醉还与恶心和呕吐后遗症有关。在乳房手术文献中提到的区域麻醉技术包括局部渗透、硬膜外麻醉和多脊椎动物麻痹。多脊椎动物的无中生有块是一种局部的注射技术,在托拉克脊椎的两侧,导致皮下皮质皮肤和上侧神经的封闭。手术创伤引起局部炎症反应和系统内分泌代谢反应。手术后的系统反应包括代谢激素的增加,如儿球菌素、皮质醇、苯胺、过敏类固醇和葡萄糖。目标:比较单脊椎和多动注射区块对活检手术患者皮质醇和花瓶水平的影响。方法:这项研究是在20名接受活检手术的乳腺癌患者身上进行的。手术前8点和第二天8点进行皮质醇检测的血液样本。在零小时(病人进入康复室)和24小时检查花瓶的值。患者分为两组。M组得到一个多注射器,T组得到一个注射器。用Shaphio-Wilk测试对血液皮质醇和花瓶水平的分布异常进行了测试。如果p> 0.05,那么他的分布就称为正常。进行统计分析,以测试在p0.05时具有重大意义的群体差异。术后血浆皮质醇水平公元小组(224.73±0.73)和T(234.01±在手术前0.84)低于公元小组(256.55±0.91)和T(258.34±0.91)但没有什么不同意义(p > 0。05)。术后小时ke-0花瓶公元小组(3.5±0.2)比T组低(3.9%±0.2)和不同的意义(p = 0.005)。花瓶术后24小时公元小组(3.3±0.7)比T组低(3.7±0.7)但是没有意义(p = 0.388)。结论:在接受活检检查的患者多皮质醇(M)和单个皮质醇(T)手术后的24小时皮质醇和1小时花瓶之间,没有明显的差异。
{"title":"Pengaruh Blok Paravertebral Injeksi Tunggal dan Multipel Terhadap Kadar Kortisol Plasma Pasien Tumor Payudara Yang Dilakukan Eksisi Biopsi","authors":"Dian Nugraha, Himawan Sasongko, Witjaksono Witjaksono","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6421","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6421","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tindakan bedah definitif payudara banyak dilakukan dengan anestesi umum. Namun, dengan anestesi umum ada sebagian rangsang nyeri yang tidak terhambat ke otak dan medulla spinalis. Anestesi umum juga dikaitkan dengan insidensi mual dan muntah. Beberapa tehnik anestesi regional yang pernah disebutkan dalam literatur untuk operasi payudara antara lain dengan infiltrasi lokal, anestesi epidural torakal dan blok paravertebral torakal. Blok paravertebral torakal merupakan teknik injeksi lokal di samping vertebra torakal yang menyebabkan blokade saraf somatik dan simpatik ipsilateral pada dermatom torakal di atas dan di bawah lokasi injeksi. Trauma pembedahan menyebabkan respon inflamasi lokal dan respon metabolik endokrin sistemik. Respon sistemik setelah pembedahan meliputi peningkatan hormon katabolik seperti katekolamin, kortisol, renin, aldosteron, dan glukagon.Tujuan: Membandingkan pengaruh antara blok paravertebral injeksi tunggal dan multipel terhadap kadar kortisol plasma dan VAS pasien yang dilakukan operasi eksisi biopsi.Metode: Penelitian ini dilakukan pada 20 penderita tumor payudara yang menjalani operasi eksisi biopsi. Pengambilan sampel darah perifer untuk pemeriksaan kortisol pada jam 8 pagi sebelum operasi dan jam 8 pagi besoknya. Nilai VAS diperiksa pada jam ke-0 (saat pasien masuk ruang pemulihan), dan jam ke-24. Penderita dikelompokkan secara random menjadi 2 kelompok. Kelompok M mendapat injeksi multipel dan kelompok T mendapat injeksi tunggal. Dilakukan uji normalitas distribusi kadar kortisol darah dan VAS dengan menggunakan Shaphio-Wilk test. Apabila p>0,05 maka distribusinya disebut normal. Analisis statistik dilakukan untuk menguji perbedaan kelompok dengan pre dan post test group design, signifikan bila p<0,05.Hasil: Data karakteristik sampel penelitian tiap kelompok terdistribusi normal(p>0,05). Kadar kortisol plasma pasca operasi pada kelompok M (224,73 ± 0,73) dan T (234,01 ± 0,84) lebih rendah dibandingkan sebelum operasi pada kelompok M (256,55 ± 0,91) dan T (258,34 ± 0,91) tetapi tidak berbeda bermakna (p>0,05). VAS pasca operasi jam ke-0 pada kelompok M (3,5 ± 0,2) lebih rendah dibanding kelompok T (3,9 ± 0,2) dan berbeda bermakna (p=0,02). VAS pasca operasi jam ke-24 pada kelompok M (3,3 ± 0,7) lebih rendah dibanding kelompok T (3,7 ± 0,7) tetapi tidak bermakna (p=0,388).Kesimpulan: VAS pasca operasi jam ke-0 kelompok M lebih rendah secara signifikan dibanding kelompok T. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kadar kortisol plasma dan VAS jam ke-24 pasca operasi antara injeksi multipel (M) dan injeksi tunggal (T) pada pasien yang menjalani eksisi biopsi.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126059724","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pengaruh Profilaksis Trombosis Vena Dalam dengan Heparin Subkutan dan Intravena terhadap aPTT dan Jumlah Trombosit pada Pasien Kritis di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang 深静脉血栓分析作用,经皮下肝素和静脉注射对aPTT和三宝垄重症监护室关键患者血小板数的影响
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6423
Satrio Adi Wicaksono, Jati Listiyanto Pujo, Ery Leksana
Latar belakang: Heparin telah digunakan sebagai terapi maupun sebagai profilaksis primer TVD, walaupun keamanan heparin khususnya pada pasien kritis yang memiliki risiko tinggi perdarahan masih merupakan subyek perdebatan. Belum ada studi prospektif komparatif yang tegas menunjukkan efektivitas dan keamanan pemberian heparin subkutan sebagai profilaksis TVD pada pasien kritis di ICU.Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian heparin subkutan dibandingkan intravena sebagai profilaksis TVD terhadap nilai aPTT dan jumlah trombosit pada pasien kritis di ICU.Metode: Uji klinik dilakukan pada 30 pasien selama 3 hari dengan pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d sebagai kelompok SK (n=15) dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai kelompok IV (n=15) kemudian dibandingkan beberapa parameter koagulasi (D- dimer, aPTT dan trombosit) pada pasien kritis di ICU.Hasil: Setelah 3 hari diberikan profilaksis TVD didapatkan hasil yang bermakna penurunan kadar D-dimer pada kedua kelompok, kelompok SK 959.73(1127.539) (p=0.05) dan kelompok IV 1621.33(1041.654) (p=0.00). Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT, kelompok SK 0.032(0.5284) (p=0.815) dan kelompok IV 0.068(0.5718) (p=0.652). Perubahan jumlah trombosit didapatkan hasil tidak bermakna pada kelompok SK 413.3(51489.76) (p=0.815) sedangkan pada kelompok IV didapatkan perubahan yang bermakna dalam penurunan jumlah trombosit 30186.6(53488.86) (p=0.046).Simpulan: Pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai profilaksis TVD secara bermakna dapat menurunkan kadar D-dimer. Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT dan perubahan yang bermakna pada kelompok heparin IV dalam penurunan jumlah trombosit
背景:肝素既被用作治疗方法,也被用作TVD的主要预防措施,尽管肝素的安全性尤其在高出血风险的关键患者中仍然是一个有争议的话题。目前还没有一项有力的比较前因性研究表明,非特效药对重症监护室的危重患者的预防作用和安全性。目的:了解小肝素对重症监护室关键病人aPTT值和血小板计数的不同影响。方法:临床试验在30名患者进行了三天的临床试验,将肝素注射为SK (n=15)和静脉注射为IV (n=15)的乙肝素注射为5lu -磷酸盐组(n=15),然后比较重症监护室危重病人的一些凝血因子参数(d - dimer, aPTT和血小板)。结果:《TVD概要》通过3天的分析获得了有意义的D-dimer水平下降的结果,分别是SK 959.73(1127.539)和IV . 1621.33(1041.654) (p=0.0)。但在aPTT值更改(0.032 .5284)(p=0.815)和IV .068(0.5718) (p=0.652)方面取得了毫无意义的结果。血小症数量的变化在SK 413.3(5149.76)中得到了无意义的结果(p=0.815),而IV小组在血小症数量30186.6(53488.86)(p= 046)中得到了有意义的变化。结论:先注射乙肝素以b. i.d.为基础,再注射500磅为预防电视,其目的是降低d调。但是,在减少血小板数量的情况下,应用价值的变化和肝素IV的显著变化得到了毫无意义的结果
{"title":"Pengaruh Profilaksis Trombosis Vena Dalam dengan Heparin Subkutan dan Intravena terhadap aPTT dan Jumlah Trombosit pada Pasien Kritis di ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang","authors":"Satrio Adi Wicaksono, Jati Listiyanto Pujo, Ery Leksana","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6423","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6423","url":null,"abstract":"Latar belakang: Heparin telah digunakan sebagai terapi maupun sebagai profilaksis primer TVD, walaupun keamanan heparin khususnya pada pasien kritis yang memiliki risiko tinggi perdarahan masih merupakan subyek perdebatan. Belum ada studi prospektif komparatif yang tegas menunjukkan efektivitas dan keamanan pemberian heparin subkutan sebagai profilaksis TVD pada pasien kritis di ICU.Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian heparin subkutan dibandingkan intravena sebagai profilaksis TVD terhadap nilai aPTT dan jumlah trombosit pada pasien kritis di ICU.Metode: Uji klinik dilakukan pada 30 pasien selama 3 hari dengan pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d sebagai kelompok SK (n=15) dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai kelompok IV (n=15) kemudian dibandingkan beberapa parameter koagulasi (D- dimer, aPTT dan trombosit) pada pasien kritis di ICU.Hasil: Setelah 3 hari diberikan profilaksis TVD didapatkan hasil yang bermakna penurunan kadar D-dimer pada kedua kelompok, kelompok SK 959.73(1127.539) (p=0.05) dan kelompok IV 1621.33(1041.654) (p=0.00). Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT, kelompok SK 0.032(0.5284) (p=0.815) dan kelompok IV 0.068(0.5718) (p=0.652). Perubahan jumlah trombosit didapatkan hasil tidak bermakna pada kelompok SK 413.3(51489.76) (p=0.815) sedangkan pada kelompok IV didapatkan perubahan yang bermakna dalam penurunan jumlah trombosit 30186.6(53488.86) (p=0.046).Simpulan: Pemberian heparin subkutan 5000 IU b.i.d dan heparin 500 IU/jam intravena sebagai profilaksis TVD secara bermakna dapat menurunkan kadar D-dimer. Tetapi didapatkan hasil yang tidak bermakna pada perubahan nilai aPTT dan perubahan yang bermakna pada kelompok heparin IV dalam penurunan jumlah trombosit","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123554533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar Nitric Oxide Makrofag Mencit Balb/C yang Diberi Lipopolisakarida
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6420
Taufik Eko Nugroho, Mohamad Sofyan Harahap, Heru Dwi Jatmiko
Latar belakang: Nitric oxide (NO) berperan dalam patogenesis terjadinya hipotensi sistemik pada syok septik. Pajanan endotoksin akan menyebabkan peningkatan pelepasan NO yang dipengaruhi oleh aktivasi sitokin proinflamasi. Simvastatin diduga menekan produksi sitokin proinflamasi akibat pajanan lipopolisakarida (LPS),  sehingga pembentukan NO dapat dihambat.Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian simvastatin dosis 0,03 mg, 0,06 mg dan 0,12 mg peroral dapat menyebabkan kadar NO mencit yang diberi lipopolisakarida intraperitoneal menjadi lebih rendah.Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only controlled group pada 20 ekor mencit Balb/c yang disuntik lipoplisakarida intraperitoneal dan simvastatin dosis 0,03 mg; 0,06 mg dan 0,12 mg peroral. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok secara random, yaitu K1 sebagai kontrol, K2 yang mendapat simvastatin 0,03 mg, K3 yang mendapat simvastatin 0,06 mg, dan K4 yang mendapat simvastatin 0,12 mg. Pemeriksaan NO diambil dari kultur makrofag intraperitoneal setelah 6 jam pemberian simvastatin dengan metode Griess. Uji statistik yang digunakan adalah parametrik ANOVA dan dilanjutkan uji Posteriori.Hasil: Kadar rerata NO pada kelompok K1(0,680±0,116), K2(0,313±0,136), K3 (0,109±0,005) dan K4(0,091±0,011). Terdapat penurunan yang bermakna kadar NO pada kelompok K2, K3 dan K4 dibanding K1 dengan p <0,05. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar NO kelompok K2 dengan kelompok K3 dan K4, serta kelompok K3 dibanding K4 (p > 0,05).Simpulan: Simvastatin secara bermakna dapat menyebabkan kadar NO makrofag intraperitoneal mencit yang diinduksi lipopolisakarida menjadi lebih rendah.
背景:Nitric oxide(不)在感染性休克中起着发病作用。内生毒素保证不受细胞色素激活影响的释放增加。sivastatin被认为抑制了lipopolisakarida (LPS)分泌的细胞色素,从而形成不受抑制。目的:证明simvastatin剂量0.03 mg, 0.06 mg和0.12 mg口服的副作用可能会导致口内脂肪化物水平降低。方法:设计randomimized post测试的实验性实验室,只控制组在tngt Balb/c,注射利尿剂intraitoneal和simvastatin剂量0.03 mg;0.06 mg和0.12 mg口服。ngt被随机分成4组,K1作为控制,K2得到了0.03 mg, K3得到了0.06 mg, K4得到了0.12 mg。在6个小时的Griess方法之后,没有从宏观内部培养中提取的检查结果。所使用的统计测试是ANOVA parametric,然后再进行后宫测试。结果:平均水平没有组织的K1(0.680±0.116),K2(0.313±0,136),K3(0.109±0.005)和f4(0.091±0.011)。K2集团K3 K4与K1到p . 05的水平有明显的下降。结:Simvastatin的意思是会导致诱导脂肪肝碱的非宏观细胞水平降低。
{"title":"Pengaruh Simvastatin Terhadap Kadar Nitric Oxide Makrofag Mencit Balb/C yang Diberi Lipopolisakarida","authors":"Taufik Eko Nugroho, Mohamad Sofyan Harahap, Heru Dwi Jatmiko","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6420","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6420","url":null,"abstract":"Latar belakang: Nitric oxide (NO) berperan dalam patogenesis terjadinya hipotensi sistemik pada syok septik. Pajanan endotoksin akan menyebabkan peningkatan pelepasan NO yang dipengaruhi oleh aktivasi sitokin proinflamasi. Simvastatin diduga menekan produksi sitokin proinflamasi akibat pajanan lipopolisakarida (LPS),  sehingga pembentukan NO dapat dihambat.Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian simvastatin dosis 0,03 mg, 0,06 mg dan 0,12 mg peroral dapat menyebabkan kadar NO mencit yang diberi lipopolisakarida intraperitoneal menjadi lebih rendah.Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain randomized post test only controlled group pada 20 ekor mencit Balb/c yang disuntik lipoplisakarida intraperitoneal dan simvastatin dosis 0,03 mg; 0,06 mg dan 0,12 mg peroral. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok secara random, yaitu K1 sebagai kontrol, K2 yang mendapat simvastatin 0,03 mg, K3 yang mendapat simvastatin 0,06 mg, dan K4 yang mendapat simvastatin 0,12 mg. Pemeriksaan NO diambil dari kultur makrofag intraperitoneal setelah 6 jam pemberian simvastatin dengan metode Griess. Uji statistik yang digunakan adalah parametrik ANOVA dan dilanjutkan uji Posteriori.Hasil: Kadar rerata NO pada kelompok K1(0,680±0,116), K2(0,313±0,136), K3 (0,109±0,005) dan K4(0,091±0,011). Terdapat penurunan yang bermakna kadar NO pada kelompok K2, K3 dan K4 dibanding K1 dengan p <0,05. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar NO kelompok K2 dengan kelompok K3 dan K4, serta kelompok K3 dibanding K4 (p > 0,05).Simpulan: Simvastatin secara bermakna dapat menyebabkan kadar NO makrofag intraperitoneal mencit yang diinduksi lipopolisakarida menjadi lebih rendah.","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"178 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124421296","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Heparin Intravena Terhadap Rasio PF pada Pasien Acute Lung Injury (ALI) dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) 急性肺损伤(ALI)和急性呼吸窘迫综合征(ARDS)
Pub Date : 2012-11-01 DOI: 10.14710/JAI.V4I3.6417
Aditya Kisara, Mohamad Sofyan Harahap, Uripno Budiono
Latar Belakang: Dengan adanya ICU dan penggunaan ventilator mekanik, ARDS menjadi salah satu perhatian di bidang medis. Pasien ALI/ ARDS berhubungan dengan reaksi inflamasi dalam paru-paru dan terjadinya deposit fibrin yang mengakibatkan kerusakan paru, salah satu tandanya adalah terjadi penurunan PF Ratio. Heparin mungkin dapat mengurangi proses inflamasi dan deposit fibrin dalam paru. Pada penelitian ini dilakukan penilaian apakah pemberian heparin intravena dosis rendah dapat meningkatkan nilai perbandingan PO2/FiO2 (PF ratio).Tujuan: Untuk menilai pengaruh pemberian heparin intravena pada pasien ALI/ARDS dengan ventilator mekanik.Metode: Tiga puluh pasien yang diperkirakan membutuhkan ventilator minimal dua hari dipilih secara acak dan di ikutkan dalam penelitian. Group pertama ( 15 pasien) diberi heparin 10 unit/kgbb/ jam dan group kedua sebagai kontrol. Untuk membandingkan rerata kedua group digunakan tes Mann-Whitney U dan dilakukan uji post hoc dengan LSD.Hasil: Pemberian heparin intravena tidak menunjukkan peningkatan rasio PF secara bermakna baik pada hari 0 (p=0,152) , hari 1 (p=0,287) atau hari 2 (p=0,287). Jumlah rata-rata trombosit juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna baik pada hari 0 (p=0,216), hari 1 (p=0,911) atau hari 2 (p=0,941).Simpulan: Pemberian heparin intavena dengan dosis 10 unit/kgbb/ jam pada pasien ALI/ARDS dengan ventilator mekanik menghasilkan rasio PF yang berbeda tidak bermakna dengan kelompok kontrol. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini
背景:重症监护室和机械呼吸机的使用使ARDS成为医学关注的焦点之一。患者ALI/ ARDS与肺部炎症反应和导致肺损伤的纤维素沉积有关,其中一个迹象是PF Ratio的下降。肝素可能会减少炎症过程和肺纤维素沉积。在这项研究中,对低剂量注射肝素(PF ratio)的比较是否会增加PO2/FiO2 (PF ratio)的价值进行评估。目的:用机械通风机对ALI/ARDS患者静脉注射肝素的影响。方法:30名患者被认为至少需要2天呼吸机随机选择并纳入研究。第一组(15名患者)被分配10个单位的肝素/kgbb/小时,第二组作为控制。比较两组使用的Mann-Whitney U测试和LSD进行的post - hoc测试。结果:在第0天(p= 152)、第1天(p= 287)或第2天(p= 287),血管内的肝素喂养并没有显著增加。血小板的平均数量也显示在第0天(p= 216)、第1天(p= 911)或第2天(p= 941)时的细微差别。总结:在患者ALI/ARDS与机械呼吸机的10单位/kgbb/小时剂量的空腹注射,会产生与对照组不同的无意义的PF比。需要进一步的研究来确认这些研究的结果
{"title":"Heparin Intravena Terhadap Rasio PF pada Pasien Acute Lung Injury (ALI) dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)","authors":"Aditya Kisara, Mohamad Sofyan Harahap, Uripno Budiono","doi":"10.14710/JAI.V4I3.6417","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/JAI.V4I3.6417","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Dengan adanya ICU dan penggunaan ventilator mekanik, ARDS menjadi salah satu perhatian di bidang medis. Pasien ALI/ ARDS berhubungan dengan reaksi inflamasi dalam paru-paru dan terjadinya deposit fibrin yang mengakibatkan kerusakan paru, salah satu tandanya adalah terjadi penurunan PF Ratio. Heparin mungkin dapat mengurangi proses inflamasi dan deposit fibrin dalam paru. Pada penelitian ini dilakukan penilaian apakah pemberian heparin intravena dosis rendah dapat meningkatkan nilai perbandingan PO2/FiO2 (PF ratio).Tujuan: Untuk menilai pengaruh pemberian heparin intravena pada pasien ALI/ARDS dengan ventilator mekanik.Metode: Tiga puluh pasien yang diperkirakan membutuhkan ventilator minimal dua hari dipilih secara acak dan di ikutkan dalam penelitian. Group pertama ( 15 pasien) diberi heparin 10 unit/kgbb/ jam dan group kedua sebagai kontrol. Untuk membandingkan rerata kedua group digunakan tes Mann-Whitney U dan dilakukan uji post hoc dengan LSD.Hasil: Pemberian heparin intravena tidak menunjukkan peningkatan rasio PF secara bermakna baik pada hari 0 (p=0,152) , hari 1 (p=0,287) atau hari 2 (p=0,287). Jumlah rata-rata trombosit juga menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna baik pada hari 0 (p=0,216), hari 1 (p=0,911) atau hari 2 (p=0,941).Simpulan: Pemberian heparin intavena dengan dosis 10 unit/kgbb/ jam pada pasien ALI/ARDS dengan ventilator mekanik menghasilkan rasio PF yang berbeda tidak bermakna dengan kelompok kontrol. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini","PeriodicalId":446295,"journal":{"name":"JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2012-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133809527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
期刊
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1