Pendahuluan: Berdasarkan Global TB Report 2018, diperkirakan di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 842.000 kasus TB Paru (319 per 100.000) dan kematian akibat TB Paru sebesar 116.000 (44 per 100.000) termasuk TB-HIV positif. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga, penyuluhan, kompensasi kader dan menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Panombeian Panei Tahun 2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik. Populasi adalah kader Puskesmas sebanyak 196 orang dengan sampel sebanyak 132 menggunakan teknik proporsi dan random sampling. Analisa data menggunakan univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji uji regresi logistic. Hasil: Nilai p-value umur (0,059 OR 1,426), pekerjaan (0,008 OR 0,055), pengetahuan (0,026 OR 2,899), sikap (0,821 OR 1,756), jarak (0,041 OR 2,593), dukungan keluarga (0,038 OR 2,617), penyuluhan (0,620 OR 1,297), kompensasi (0,004 OR 6,475). Kesimpulan: Ada pengaruh pekerjaan, pengetahuan, jarak, dukungan keluarga, kompensasi dan tidak ada pengaruh umur, pendidikan, sikap, penyuluhan terhadap penemuan suspek TB. Disarankan pemerintah daerah meningkatkan komitmen kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti instansi kesehatan, kecamatan, pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kesehatan dan keagamaan dalam mencapai keberhasilan strategi penanggulangan TB Paru.
{"title":"Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader terhadap penemuan suspek TB paru di Puskesmas Panombeian Panei Kabupaten Simalungun tahun 2020","authors":"Patrice Armando Sipayung, Asriwati Asriwati, Tengku Moriza","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.232","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.232","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Berdasarkan Global TB Report 2018, diperkirakan di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 842.000 kasus TB Paru (319 per 100.000) dan kematian akibat TB Paru sebesar 116.000 (44 per 100.000) termasuk TB-HIV positif. Tujuan: Untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak, dukungan keluarga, penyuluhan, kompensasi kader dan menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Panombeian Panei Tahun 2020. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik. Populasi adalah kader Puskesmas sebanyak 196 orang dengan sampel sebanyak 132 menggunakan teknik proporsi dan random sampling. Analisa data menggunakan univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat dengan uji uji regresi logistic. Hasil: Nilai p-value umur (0,059 OR 1,426), pekerjaan (0,008 OR 0,055), pengetahuan (0,026 OR 2,899), sikap (0,821 OR 1,756), jarak (0,041 OR 2,593), dukungan keluarga (0,038 OR 2,617), penyuluhan (0,620 OR 1,297), kompensasi (0,004 OR 6,475). Kesimpulan: Ada pengaruh pekerjaan, pengetahuan, jarak, dukungan keluarga, kompensasi dan tidak ada pengaruh umur, pendidikan, sikap, penyuluhan terhadap penemuan suspek TB. Disarankan pemerintah daerah meningkatkan komitmen kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti instansi kesehatan, kecamatan, pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kesehatan dan keagamaan dalam mencapai keberhasilan strategi penanggulangan TB Paru.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"150 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135138850","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stunting (pendek) merupakan kondisi balita dengan panjang atau tinggi badan kurang jika dibandingkan dengan umur yang diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari <-2SD pertumbuhan anak menurut World Health Organization (WHO)Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Desa Serule Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan Uji statistic adalah uji chi square. Populasi sebanyak 48 balita dengan Teknik pengambilan sampel total sampling. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p= 0,002 dan OR = .019. Ada hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadianstunting balita dengan nilai p= 0,001dan OR = .237. Ada hubungan antara sanitasi dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,004 dan OR = .513. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,000 dan OR = .023. Ada hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,000 dan OR = .023. Ada hubungan antara asupan makanan dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,001 dan OR = .035. Kesimpulan penelitian ini adalah Faktor yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita yaitu asupan makanan dengan nilai p = 0.001 dan OR = .035.
{"title":"Kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Desa Serule Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah","authors":"Neni Ekowati Januariana, Tuty Hertati Purba, Agnes Sry Vera Nababan, Simah Bengi","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.233","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.233","url":null,"abstract":"Stunting (pendek) merupakan kondisi balita dengan panjang atau tinggi badan kurang jika dibandingkan dengan umur yang diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari <-2SD pertumbuhan anak menurut World Health Organization (WHO)Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Desa Serule Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan Uji statistic adalah uji chi square. Populasi sebanyak 48 balita dengan Teknik pengambilan sampel total sampling. Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p= 0,002 dan OR = .019. Ada hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadianstunting balita dengan nilai p= 0,001dan OR = .237. Ada hubungan antara sanitasi dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,004 dan OR = .513. Ada hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,000 dan OR = .023. Ada hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,000 dan OR = .023. Ada hubungan antara asupan makanan dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p=0,001 dan OR = .035. Kesimpulan penelitian ini adalah Faktor yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita yaitu asupan makanan dengan nilai p = 0.001 dan OR = .035.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78723344","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-27DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i4.228
Alfi Wahyudi Nasution, Haris Munandar Nasution, Minda Sari Lubis, Yayuk Putri Rahayu
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme merupakan penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Terapi yang digunakan untuk pengobatan infeksi saat ini yaitu dengan pemberian antibiotik. Namun banyak kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik diakibatkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional, sehingga perlu dikembangkannya alternatif pengganti antibiotik yang bersumber dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri adalah Daun Kecombrang (Etlingera elatior) karena mengandung saponin,flavonoid, steroid/triterpenoid,dan glikosida yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi n-heksan dan etil asetat dari daun kecombrang terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, variabel bebas terdiri dari ekstrak etanol daun kecombrang ,fraksi n heksan dan etil asetat. Variabel terikat terdiri dari uji karakteristik simplisia, skrining fitokimia,uji aktivitas antibakteri fraksi daun kecombrang terhadap S.aureus dan E.coli. uji antibakteri menggunakan fraksi n-heksan dan etil asetat yang dibuat dengan konsentrasi 10%,30%,50% dan 70%. kontrol positif menggunakan antibiotik kloramfenikol dan kontrol negatif menggunakan DMSO,dan metode yang digunakan adalah difusi agar dengan kertas cakram. Hasil penelitian uji antibakteri menunjukkan bahwa daun kecombrang memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Daya hambat fraksi etil asetat lebih kuat dibandingkan n heksan. Daya hambat terkuat terdapat pada fraksi etil asetat dengan konsentrasi 30,50,dan 70%, terhadap Staphylococcus aureus yaitu 10,9 mm, 12,6 mm, dan 14,15 mm. sedangkan pada bakteri Escherichia coli yaitu 10,5 mm, 12.3 mm. dan 13,9 mm. dan berdasarkan kategori zona hambat CLSI,2020,fraksi konsentrasi 70% termasuk kategori intermediat,konsentrasi 50,30,dan 10% termasuk kategori resisten. Sedangkan kontrol positif dikategorikan sensitif terhadap kedua bakteri.
{"title":"Uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana dan etil asetat daun kecombrang (Etlingera elatior) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli","authors":"Alfi Wahyudi Nasution, Haris Munandar Nasution, Minda Sari Lubis, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.228","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.228","url":null,"abstract":"Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme merupakan penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Terapi yang digunakan untuk pengobatan infeksi saat ini yaitu dengan pemberian antibiotik. Namun banyak kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik diakibatkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional, sehingga perlu dikembangkannya alternatif pengganti antibiotik yang bersumber dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai antibakteri adalah Daun Kecombrang (Etlingera elatior) karena mengandung saponin,flavonoid, steroid/triterpenoid,dan glikosida yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi n-heksan dan etil asetat dari daun kecombrang terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, variabel bebas terdiri dari ekstrak etanol daun kecombrang ,fraksi n heksan dan etil asetat. Variabel terikat terdiri dari uji karakteristik simplisia, skrining fitokimia,uji aktivitas antibakteri fraksi daun kecombrang terhadap S.aureus dan E.coli. uji antibakteri menggunakan fraksi n-heksan dan etil asetat yang dibuat dengan konsentrasi 10%,30%,50% dan 70%. kontrol positif menggunakan antibiotik kloramfenikol dan kontrol negatif menggunakan DMSO,dan metode yang digunakan adalah difusi agar dengan kertas cakram. Hasil penelitian uji antibakteri menunjukkan bahwa daun kecombrang memiliki daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Daya hambat fraksi etil asetat lebih kuat dibandingkan n heksan. Daya hambat terkuat terdapat pada fraksi etil asetat dengan konsentrasi 30,50,dan 70%, terhadap Staphylococcus aureus yaitu 10,9 mm, 12,6 mm, dan 14,15 mm. sedangkan pada bakteri Escherichia coli yaitu 10,5 mm, 12.3 mm. dan 13,9 mm. dan berdasarkan kategori zona hambat CLSI,2020,fraksi konsentrasi 70% termasuk kategori intermediat,konsentrasi 50,30,dan 10% termasuk kategori resisten. Sedangkan kontrol positif dikategorikan sensitif terhadap kedua bakteri.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80873243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang; Balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat. Status gizi balita dapat diukur secara antropometri, indeks antropometri yang sering digunakan, yaitu: (BB/U), (TB/U), dan (BB/TB). Tujuan; penelitian ini untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Puskesmas Tandun 1 Kabupaten Rokan Hulu Riau. Metode; Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Metode Stratifide Random Sampling. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yamg mempunyai balita usia 0-60 bulan dan sampel pada penelitian ini ibu yang mempunyai balita usia 24-60 bulan. Hasil; penelitian ini menunjukkan bahwa dari variabel pengetahuan dengan nilai p value 0,01 dan asupan makanan dengan nilai p value 0,00 ada hubungan yang signifikan dengan nilai p value < 0,05, sedangkan untuk variabel pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p value 0,08 dan Riwayat Diare dengan nilai p value 0,74 tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai p value > 0,05 pada balita di Puskesamas Tandun 1 Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Diharapkan pihak tenaga kesehatan Puskesmas Tandun 1 meningkatkan upaya pencegahan terjadinya permasalahan status gizi pada balita yang dapat dilakukan upaya seperti pemberian informasi tentang nustrisi yang baik bagi balita dan pemberian makanan tambahan pada balita yang status gizi nya kurang.
{"title":"Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak balita di Puskesmas Tandun 1 Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau","authors":"Tuty Hertati Purba, Prita Delvia Yollanda, Wanda Lestari, Athira Demitri","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.231","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.231","url":null,"abstract":"Latar Belakang; Balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat. Status gizi balita dapat diukur secara antropometri, indeks antropometri yang sering digunakan, yaitu: (BB/U), (TB/U), dan (BB/TB). Tujuan; penelitian ini untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Puskesmas Tandun 1 Kabupaten Rokan Hulu Riau. Metode; Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Metode Stratifide Random Sampling. Populasi penelitian ini adalah ibu-ibu yamg mempunyai balita usia 0-60 bulan dan sampel pada penelitian ini ibu yang mempunyai balita usia 24-60 bulan. Hasil; penelitian ini menunjukkan bahwa dari variabel pengetahuan dengan nilai p value 0,01 dan asupan makanan dengan nilai p value 0,00 ada hubungan yang signifikan dengan nilai p value < 0,05, sedangkan untuk variabel pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p value 0,08 dan Riwayat Diare dengan nilai p value 0,74 tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai p value > 0,05 pada balita di Puskesamas Tandun 1 Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Diharapkan pihak tenaga kesehatan Puskesmas Tandun 1 meningkatkan upaya pencegahan terjadinya permasalahan status gizi pada balita yang dapat dilakukan upaya seperti pemberian informasi tentang nustrisi yang baik bagi balita dan pemberian makanan tambahan pada balita yang status gizi nya kurang.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135138598","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Daun sawo memiliki senyawa zat aktif yang sering disebut dengan senyawa metabolit sekunder yaitu antara lain alkaloid, flavonaid, saponin, tannin, glikosida, steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan daun sawo (Manilkara zapota L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian dilakukan melalui tahap pengumpulan bahan, penyiapan simplisia, pembuatan ekstrak n-heksan daun sawo dan pengujian daya hambat dari daun sawo terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pembuatan ekstrak n-heksan daun sawo dilakukan dengan metode maserasi menggunakan n-heksan. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram. Hasil penelitian berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak n-heksan daun sawo mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin. Sedangkan pada uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan daun sawo ini mempunyai antibakteri atau zona hambat pada bakteri tersebut dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu seperti konsentrasi 35%, 45%, 55%, 65%, dan 75%. Kontrol positif menggunakan kloramfenikol dan untuk kontrol negatif menggunakan aquadest steril. Ekstrak n-heksan daun sawo memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
{"title":"Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana daun sawo (Manilkara zapota L) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli","authors":"Manuppak Irianto Tampubolon, Rani Erlianti Br. Hutabarat","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i4.225","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i4.225","url":null,"abstract":"Daun sawo memiliki senyawa zat aktif yang sering disebut dengan senyawa metabolit sekunder yaitu antara lain alkaloid, flavonaid, saponin, tannin, glikosida, steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan daun sawo (Manilkara zapota L) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pengujian dilakukan melalui tahap pengumpulan bahan, penyiapan simplisia, pembuatan ekstrak n-heksan daun sawo dan pengujian daya hambat dari daun sawo terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pembuatan ekstrak n-heksan daun sawo dilakukan dengan metode maserasi menggunakan n-heksan. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan kertas cakram. Hasil penelitian berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak n-heksan daun sawo mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin. Sedangkan pada uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan daun sawo ini mempunyai antibakteri atau zona hambat pada bakteri tersebut dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu seperti konsentrasi 35%, 45%, 55%, 65%, dan 75%. Kontrol positif menggunakan kloramfenikol dan untuk kontrol negatif menggunakan aquadest steril. Ekstrak n-heksan daun sawo memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80561089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-16DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.204
Nurul Hasanah, Rafita Yuniart, Haris Munandar Nasution, Yayuk Putri Rahayu
Ketika tubuh mengalami paparan berlebihan terhadap radikal bebas, kebutuhan akan antioksidan meningkat karena tubuh tidak memiliki perlindungan yang memadai. beberapa jenis senyawa metabolit sekunder tumbuhan yang dapat berperan sebagai antioksidan meliputi flavonoid, alkaloid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam bahan mentah dan ekstrak dari daun jeruk kuok, serta untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan melalui penentuan nilai IC50. Penelitian ini menggunakan serangkaian metode, termasuk analisis karakteristik simplisia, skrining fitokimia, dan pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil karakterisasi simplisia menunjukkan bahwa kadar air sebesar 6,66%, kandungan senyawa yang larut dalam air sebesar 19,64%, senyawa yang larut dalam etanol sebesar 24,67%, total kandungan abu sebesar 4,44%, dan kandungan abu yang tidak larut dalam asam sebesar 0,66%. Hasil ini sesuai dengan nilai-nilai yang tercatat dalam literatur yang ada di MMI. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa baik simplisia maupun ekstrak etanol dari daun jeruk kuok (Citrus nobilis L.) mengandung berbagai jenis senyawa kimia, termasuk alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan steroid. Nilai IC50 untuk ekstrak etanol dari daun jeruk kuok (Citrus nobilis L.) adalah sekitar 40.4587 µg/mL, yang masuk dalam kategori sangat kuat. Fakta ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol dari daun jeruk kuok memiliki senyawa metabolit sekunder yang memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat.
{"title":"Analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jeruk kuok (Citrus nobilis L.) dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl)","authors":"Nurul Hasanah, Rafita Yuniart, Haris Munandar Nasution, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.204","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.204","url":null,"abstract":"Ketika tubuh mengalami paparan berlebihan terhadap radikal bebas, kebutuhan akan antioksidan meningkat karena tubuh tidak memiliki perlindungan yang memadai. beberapa jenis senyawa metabolit sekunder tumbuhan yang dapat berperan sebagai antioksidan meliputi flavonoid, alkaloid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam bahan mentah dan ekstrak dari daun jeruk kuok, serta untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan melalui penentuan nilai IC50. Penelitian ini menggunakan serangkaian metode, termasuk analisis karakteristik simplisia, skrining fitokimia, dan pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil karakterisasi simplisia menunjukkan bahwa kadar air sebesar 6,66%, kandungan senyawa yang larut dalam air sebesar 19,64%, senyawa yang larut dalam etanol sebesar 24,67%, total kandungan abu sebesar 4,44%, dan kandungan abu yang tidak larut dalam asam sebesar 0,66%. Hasil ini sesuai dengan nilai-nilai yang tercatat dalam literatur yang ada di MMI. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa baik simplisia maupun ekstrak etanol dari daun jeruk kuok (Citrus nobilis L.) mengandung berbagai jenis senyawa kimia, termasuk alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan steroid. Nilai IC50 untuk ekstrak etanol dari daun jeruk kuok (Citrus nobilis L.) adalah sekitar 40.4587 µg/mL, yang masuk dalam kategori sangat kuat. Fakta ini mengindikasikan bahwa ekstrak etanol dari daun jeruk kuok memiliki senyawa metabolit sekunder yang memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"2002 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82878311","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-16DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.200
Selfiani Selfiani, M. Pandapotan Nasution, None Anny Sartika. D, Yayuk Putri Rahayu
Senyawa antioksidan merupakan suatu zat yang bisa menyerap atau menetralkan molekul bebas sehingga bisa mencegah penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, dan kanker. Antioksidan mampu mendonorkan elektronnya untuk menghambat reaksi berantai radikal bebas yang dapat merusak tubuh. Daun bunga melati yang mengandung zat bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin merupakan kandungan yang berpotensial sebagai antioksidan alami. Salah satu metode untuk mengukur atau menentukan antioksidan penangkapan radikal bebas adalah metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bunga melati berdasarkan nilai IC50. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian ini mengngkapkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 yaitu 56,05 µg/mL dan pada vitamin C diperoleh nilai IC50 3,70 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati positif mengandung golongan metabolit sekunder dan berpotensi sebagai antioksidan dengan kasifikasi yang kuat dibandingkan dengan vitamin C merupakan antioksidan dengan klasifikasi sangat kuat.
{"title":"Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) dengan metode DPPH","authors":"Selfiani Selfiani, M. Pandapotan Nasution, None Anny Sartika. D, Yayuk Putri Rahayu","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.200","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.200","url":null,"abstract":"Senyawa antioksidan merupakan suatu zat yang bisa menyerap atau menetralkan molekul bebas sehingga bisa mencegah penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, dan kanker. Antioksidan mampu mendonorkan elektronnya untuk menghambat reaksi berantai radikal bebas yang dapat merusak tubuh. Daun bunga melati yang mengandung zat bioaktif seperti flavonoid, alkaloid, dan tanin merupakan kandungan yang berpotensial sebagai antioksidan alami. Salah satu metode untuk mengukur atau menentukan antioksidan penangkapan radikal bebas adalah metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun bunga melati berdasarkan nilai IC50. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhidrazyl) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian ini mengngkapkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 yaitu 56,05 µg/mL dan pada vitamin C diperoleh nilai IC50 3,70 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bunga melati positif mengandung golongan metabolit sekunder dan berpotensi sebagai antioksidan dengan kasifikasi yang kuat dibandingkan dengan vitamin C merupakan antioksidan dengan klasifikasi sangat kuat.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136391558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-16DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.201
Hastri Kholifah, M. P. Nasution, Anny Sartika Daulay, Haris Munandar Nasution
Obat tradisional merupakan obat yang menggunakan tumbuhan dengan kandungan bahan alami sebagai bahan bakunya. Senyawa bioaktif yang terdapat pada tumbuhan berupa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, steroid dan saponin. Tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder salah satunya yaitu bunga melati. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dan untuk mengetahui kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun bunga melati dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Tahapannya yaitu pengolahan simplisia, pembuatan ektrak etanol, pengujian karakteristik, pengujian skrining fitokimia serta penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun bunga melati metode spektofotometri UV-Vis. Ekstrak daun bunga melati menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, maserat dipekatkan menggunakan rotary evaporator, kemudian penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) mengandung beragam senyawa metabolit sekunder, termasuk flavonoid, glikosida, alkaloid, saponin, steroid dan tanin. Untuk menetapkan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol tersebut, dilakukan serangkaian tahapan, meliputi penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin, waktu operasi, pembuatan kurva kalibrasi kuersetin, serta perhitungan kadar flavonoid total menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun bunga melati adalah sekitar 40,10911 ± 0,5878 mg QE/g.
传统药物是一种以含有天然成分的植物为原料的药物。在次级代谢草本植物中发现的生物活性化合物,包括生物碱、黄酮、单宁、糖苷、类固醇和髓磷脂。植物中含有次级代谢物质,其中之一是茉莉花。这项研究的目的是确定茉莉花乙醇提取物中所含的次级代谢物质,并通过uvs - vis摄谱分析方法确定茉莉花乙醇中总类黄酮的水平。它是由简单处理、乙醇萃取、特性测试、植物化学检测和测定茉莉花总乙醇提取物的含量。茉莉花提取物采用由乙醇96%的溶剂粘合而成的ma纤维,使用蒸发器转子将其固定在一起,然后用UV-Vis光谱法测定出类黄酮水平。研究表明,茉莉花(茉莉花属参宿二)的乙醇提取物溶胶中含有多种次生代谢物质,包括类黄酮、糖苷、生物碱、髓鞘、类固醇和单宁。为了确定乙醇提取物中总黄酮的水平,采用一系列步骤,包括最大波长测定、操作时间、对偶校准曲线的生成,以及使用UV-Vis光谱分析方法对总黄酮的计算。分析结果表明,茉莉花叶乙醇提取物中的类黄酮总量水平大约是40.10911±0.5878 mg QE / g。
{"title":"Penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) dengan spektrofotometri Uv-Vis","authors":"Hastri Kholifah, M. P. Nasution, Anny Sartika Daulay, Haris Munandar Nasution","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.201","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.201","url":null,"abstract":"Obat tradisional merupakan obat yang menggunakan tumbuhan dengan kandungan bahan alami sebagai bahan bakunya. Senyawa bioaktif yang terdapat pada tumbuhan berupa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, steroid dan saponin. Tumbuhan yang mengandung senyawa metabolit sekunder salah satunya yaitu bunga melati. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terkandung dan untuk mengetahui kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun bunga melati dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Tahapannya yaitu pengolahan simplisia, pembuatan ektrak etanol, pengujian karakteristik, pengujian skrining fitokimia serta penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol daun bunga melati metode spektofotometri UV-Vis. Ekstrak daun bunga melati menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, maserat dipekatkan menggunakan rotary evaporator, kemudian penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun bunga melati (Jasminum sambac (L.) Sol. ex Aiton) mengandung beragam senyawa metabolit sekunder, termasuk flavonoid, glikosida, alkaloid, saponin, steroid dan tanin. Untuk menetapkan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol tersebut, dilakukan serangkaian tahapan, meliputi penentuan panjang gelombang maksimum kuersetin, waktu operasi, pembuatan kurva kalibrasi kuersetin, serta perhitungan kadar flavonoid total menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun bunga melati adalah sekitar 40,10911 ± 0,5878 mg QE/g.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86924688","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-16DOI: 10.36490/journal-jps.com.v6i3.199
Selfia Lestary, Muhammad Amin Nasution, Ridwanto Ridwanto, Haris Munandar Nasution
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dan sering dikonsumsi dalam rutinitas sehari-hari. Meskipun konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka panjang dapat berpotensi meningkatkan risiko terjadinya beberapa kondisi kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke, penggunaan kafein masih tetap diminati oleh banyak orang dalam masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan kafein dalam ekstrak daun teh hijau dan teh putih melalui penerapan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Proses penelitian ini mencakup beberapa tahapan, yaitu pengolahan bahan tumbuhan, ekstraksi menggunakan pelarut etanol, analisis karakteristik, pemeriksaan fitokimia, serta pengukuran kadar kafein dalam ekstrak daun teh hijau dan teh putih menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Ekstraksi dari daun teh hijau dan teh putih dilakukan melalui metode maserasi dengan menggunakan etanol 96%, dan ekstrak yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Penentuan kadar kafein dilakukan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Melalui analisis skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dari daun teh hijau dan teh putih, ditemukan adanya beberapa kelompok senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Kandungan kafein dalam sampel ditentukan dengan menghitung luas area di bawah kurva (AUC) pada ekstrak teh hijau dan teh putih. Hasil penentuan kadar kafein pada ekstrak teh hijau menunjukkan nilai sekitar 98,4278069571 mg/g, sedangkan pada ekstrak teh putih tercatat sekitar 136,131488681 mg/g.
{"title":"Penetapan Kadar Kafein Ekstrak Daun Teh Hijau Dan Putih Camellia Sinensis (L.) Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi","authors":"Selfia Lestary, Muhammad Amin Nasution, Ridwanto Ridwanto, Haris Munandar Nasution","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.199","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.199","url":null,"abstract":"Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dan sering dikonsumsi dalam rutinitas sehari-hari. Meskipun konsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka panjang dapat berpotensi meningkatkan risiko terjadinya beberapa kondisi kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan stroke, penggunaan kafein masih tetap diminati oleh banyak orang dalam masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan kafein dalam ekstrak daun teh hijau dan teh putih melalui penerapan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Proses penelitian ini mencakup beberapa tahapan, yaitu pengolahan bahan tumbuhan, ekstraksi menggunakan pelarut etanol, analisis karakteristik, pemeriksaan fitokimia, serta pengukuran kadar kafein dalam ekstrak daun teh hijau dan teh putih menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Ekstraksi dari daun teh hijau dan teh putih dilakukan melalui metode maserasi dengan menggunakan etanol 96%, dan ekstrak yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator. Penentuan kadar kafein dilakukan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Melalui analisis skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dari daun teh hijau dan teh putih, ditemukan adanya beberapa kelompok senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Kandungan kafein dalam sampel ditentukan dengan menghitung luas area di bawah kurva (AUC) pada ekstrak teh hijau dan teh putih. Hasil penentuan kadar kafein pada ekstrak teh hijau menunjukkan nilai sekitar 98,4278069571 mg/g, sedangkan pada ekstrak teh putih tercatat sekitar 136,131488681 mg/g.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89519936","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nanoserum yaitu sediaan sedikit kental warna transparan atau semi transparan yang ukuran partikelnya lebih kecil dari pada serum konvensional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekstrak bonggol nanas mengandung senyawa metabolit sekunder, memiliki mutu fisik dan memiliki tingkat kestabilan yang baik dalam bentuk nanoserum. Metode yang digunakan pada penelitian ini eksperimental, sampel yang digunakan bonggol nanas. Data yang dikumpulkan berupa kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bonggol nanas mengandung senyawa metabolit sekunder Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponin, Steroid, Glikosida. Uji organoleptis semua formula memiliki warna yang jernih dan transparan. Pada uji ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas (F0), (F1), (F2), (F3), semua formula menunjukkan ukuran partikel dan indeks polidipersibilitas memenuhi syarat <1000 nm dan indeks polidispersibilitas <0,5. Uji persen transmitan (F0), (F1), (F2), (F3), semua formula memiliki penampakan visual jernih dan transparan sesuai persyaratan 90%-100%. Uji tingkat kestabilan nanoserum pada uji organoleptis tidak terdapat perubahan, uji ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas (F0), (F1), (F2), (F3). Terdapat perubahan ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas sesudah Cyling test, akan tetapi masih dikategorikan baik karena dalam rentang syarat mutu yaitu <1000 nm dan indeks polidispersibilitas <0,5.
纳米血清是一种小颗粒颗粒,其颗粒大小比传统血清小。本研究的目的是确定菠萝包提取物含有次级代谢化合物,具有良好的物理质量和纳米血清的稳定性。在本实验研究中使用的方法是菠萝球形的样本。定量和定性的数据收集。研究表明,菠萝提取物中含有一种次级生物碱、黄酮、单宁、黄素、类固醇、糖苷的代谢成分。有机检验所有的公式都是透明的。在粒子测量和多态指数(F0)、(F1)、(F2)、(F3)等公式中,所有的公式都显示了粒子的大小和多态指数符合<1000 nm和多态指数< 0.5。测试百分比的传播(F0), F1 (F1), F2 (F3),所有的公式都有一个清晰和透明的视觉外观,符合90%-100%的要求。有机部分试验中的纳米血清稳定性测试没有变化,颗粒大小和多功能指数(F0)、(F1)、(F2)和(F3)。在Cyling测试后,颗粒大小和多功能指数发生了变化,但仍然是很好的分类,因为在质量先决条件范围内,即<1000 nm和< 0.5。
{"title":"Skrining fitokimia, formulasi dan uji mutu fisik nanoserum ekstrak bonggol nanas (Ananas comosus (L.) Merr)","authors":"Rahma Maulidia Fitri, Minda Sari Lubis, Gabena Indrayani Dalimunthe, Rafita Yuniarti","doi":"10.36490/journal-jps.com.v6i3.207","DOIUrl":"https://doi.org/10.36490/journal-jps.com.v6i3.207","url":null,"abstract":"Nanoserum yaitu sediaan sedikit kental warna transparan atau semi transparan yang ukuran partikelnya lebih kecil dari pada serum konvensional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekstrak bonggol nanas mengandung senyawa metabolit sekunder, memiliki mutu fisik dan memiliki tingkat kestabilan yang baik dalam bentuk nanoserum. Metode yang digunakan pada penelitian ini eksperimental, sampel yang digunakan bonggol nanas. Data yang dikumpulkan berupa kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak bonggol nanas mengandung senyawa metabolit sekunder Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponin, Steroid, Glikosida. Uji organoleptis semua formula memiliki warna yang jernih dan transparan. Pada uji ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas (F0), (F1), (F2), (F3), semua formula menunjukkan ukuran partikel dan indeks polidipersibilitas memenuhi syarat <1000 nm dan indeks polidispersibilitas <0,5. Uji persen transmitan (F0), (F1), (F2), (F3), semua formula memiliki penampakan visual jernih dan transparan sesuai persyaratan 90%-100%. Uji tingkat kestabilan nanoserum pada uji organoleptis tidak terdapat perubahan, uji ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas (F0), (F1), (F2), (F3). Terdapat perubahan ukuran partikel dan indeks polidispersibilitas sesudah Cyling test, akan tetapi masih dikategorikan baik karena dalam rentang syarat mutu yaitu <1000 nm dan indeks polidispersibilitas <0,5.","PeriodicalId":50090,"journal":{"name":"Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":2.7,"publicationDate":"2023-08-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77765778","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":4,"RegionCategory":"医学","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}