Dalam upaya Pemerintah melakukan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air di seluruh wilayah Indonesia, dalam rangka pengelolaan sumber daya air guna mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan. Upaya pemerintah yang telah dan akan dilakukan diharapkan mampu memberi keseimbangan antara ketersediaan air yang sudah mulai mengalami penurunan ketersediaannya, dengan tingkat kebutuhan air yang semakin meningkat. Fokus dan sasaran utama dalam penerapan kebijakan pengembangan kawasan pertanian, adalah terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Sehubungan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke Tahun 2010-2030, serta mengacu arahan kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Merauke lainnya, terdapat kawasan pengembangan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), sebagai salah satu program konkrit dalam mewujudkan Merauke sebagai kawasan ekonomi khusus pangan nasional. Dalam rangka mendukung program yang telah ditetapkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai kementerian yang mempunyai wewenang dalam pengelolaan sumber daya air yang ada, menyiapkan program pengembangan beberapa kawasan yang berada dalam lingkup pengembangan MIFEE, salah satunya berada dalam lingkup Daerah Rawa Sermayam. Sehubungan dengan langkah strategis tersebut. Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Papua, mengadakan “Review Desain Pengembangan Daerah Irigasi Rawa Sermayam Erom Kabupaten Merauke"
{"title":"BANTUAN TEKNIS PENGEMBANGAN SERTA PENATAAN DAERAH IRIGASI RAWA SERMAYAM EROM KABUPATEN MERAUKE","authors":"Sudirman Indra, Vega Aditama, Nadya Rachma, Endro Yuwono, Ratri Andinisari","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8064","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8064","url":null,"abstract":"Dalam upaya Pemerintah melakukan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air di seluruh wilayah Indonesia, dalam rangka pengelolaan sumber daya air guna mendukung upaya mewujudkan ketahanan pangan. Upaya pemerintah yang telah dan akan dilakukan diharapkan mampu memberi keseimbangan antara ketersediaan air yang sudah mulai mengalami penurunan ketersediaannya, dengan tingkat kebutuhan air yang semakin meningkat. Fokus dan sasaran utama dalam penerapan kebijakan pengembangan kawasan pertanian, adalah terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat. Sehubungan dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke Tahun 2010-2030, serta mengacu arahan kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Merauke lainnya, terdapat kawasan pengembangan Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), sebagai salah satu program konkrit dalam mewujudkan Merauke sebagai kawasan ekonomi khusus pangan nasional. Dalam rangka mendukung program yang telah ditetapkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai kementerian yang mempunyai wewenang dalam pengelolaan sumber daya air yang ada, menyiapkan program pengembangan beberapa kawasan yang berada dalam lingkup pengembangan MIFEE, salah satunya berada dalam lingkup Daerah Rawa Sermayam. Sehubungan dengan langkah strategis tersebut. Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Papua, mengadakan “Review Desain Pengembangan Daerah Irigasi Rawa Sermayam Erom Kabupaten Merauke\"","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"45 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mortar merupakan salah satu bahan bangunan yang digunakan dalam dunia konstruksi. Mortar dapat digunakan untuk komponen struktur maupun komponen nonstruktur dari bangunan. Mortar memiliki sifat mekanis, yakni kuat tekan dan kuat lentur. Kekuatan lentur dari mortar lebih rendah daripada kekuatan tekannya. Angka pori pada mortar juga sangat besar, sehingga rentan mengalami keretakan. Inovasi mortar menggunakan campuran bakteri bacillus subtilis diharapkan akan meningkatkan sifat mekanis mortar tersebut. Bakteri bacillus subtilis merupakan mikroba yang mampu memproduksi kalsium karbonat dan mampu hidup pada suhu 10oC-47oC. Kalsium karbonat tersebut akan mengisi pori dan celah pada mortar, sehingga kekuatannya mengalami peningkatan. Pada penelitian ini menggunakan benda dengan persentase campuran bakteri 0%, 25% dan 40% dari kebutuhan air. Metode curing yang digunakan pada penellitian ini yakni direndam dengan air dan dibiarkan pada suhu ruang dan pengujian dilakukan setelah 28 hari. Hasil dari pengujian mortar kontrol 0% campuran bakteri dengan metode curing direndam dalam air, mendapatkan nilai kuat tekan sebesar 11,33 MPa. Pada pengujian mortar yang diberi campuran bakteri bacillus subtilis dengan metode perawatan dibiarkan pada suhu ruang sebanyak 25%, kuat tekan mortar mengalami penurunan dari kontrol dengan nilai kuat tekan sebesar 7,87 MPa. Untuk campuran bacillus subtilis sebesar 40% mendapat nilai kuat tekan 13,46 MPa atau meningkat 1,13%. Sedangkan perawatan benda uji direndam, mortar mengalami keretakan dan hancur. Hal ini terjadi karena mortar belum mengikat secara sempurna dalam reaksinya. Hasil penelitian ini didapatkan campuran bakteri bacillus subtilis yang terbaik digunakan sebesar 40%.
{"title":"PENGGUNAAN CAMPURAN BAKTERI SUBTILIS DAN AIR KELAPA SEBAGAI AGENT SELF-HEALING UNTUK PENINGKATAN SIFAT MEKANIS MORTAR","authors":"Ester Priskasari, Yuwan Abdiel Zaim Labib, Siswi Astuti","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8039","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8039","url":null,"abstract":"Mortar merupakan salah satu bahan bangunan yang digunakan dalam dunia konstruksi. Mortar dapat digunakan untuk komponen struktur maupun komponen nonstruktur dari bangunan. Mortar memiliki sifat mekanis, yakni kuat tekan dan kuat lentur. Kekuatan lentur dari mortar lebih rendah daripada kekuatan tekannya. Angka pori pada mortar juga sangat besar, sehingga rentan mengalami keretakan. Inovasi mortar menggunakan campuran bakteri bacillus subtilis diharapkan akan meningkatkan sifat mekanis mortar tersebut. Bakteri bacillus subtilis merupakan mikroba yang mampu memproduksi kalsium karbonat dan mampu hidup pada suhu 10oC-47oC. Kalsium karbonat tersebut akan mengisi pori dan celah pada mortar, sehingga kekuatannya mengalami peningkatan. Pada penelitian ini menggunakan benda dengan persentase campuran bakteri 0%, 25% dan 40% dari kebutuhan air. Metode curing yang digunakan pada penellitian ini yakni direndam dengan air dan dibiarkan pada suhu ruang dan pengujian dilakukan setelah 28 hari. Hasil dari pengujian mortar kontrol 0% campuran bakteri dengan metode curing direndam dalam air, mendapatkan nilai kuat tekan sebesar 11,33 MPa. Pada pengujian mortar yang diberi campuran bakteri bacillus subtilis dengan metode perawatan dibiarkan pada suhu ruang sebanyak 25%, kuat tekan mortar mengalami penurunan dari kontrol dengan nilai kuat tekan sebesar 7,87 MPa. Untuk campuran bacillus subtilis sebesar 40% mendapat nilai kuat tekan 13,46 MPa atau meningkat 1,13%. Sedangkan perawatan benda uji direndam, mortar mengalami keretakan dan hancur. Hal ini terjadi karena mortar belum mengikat secara sempurna dalam reaksinya. Hasil penelitian ini didapatkan campuran bakteri bacillus subtilis yang terbaik digunakan sebesar 40%.","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"42 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-09DOI: 10.36040/semsina.v4i01.8116
R. Irawanto
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi Namun demikian Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat keterancaman lingkungan yang tinggi, terutama ancaman kepunahan jenis. Oleh karena itu, perlu upaya konservasi keanekaragaman hayati terutama spesies tumbuhan menjadi suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui gambaran secara umum upaya konservasi di Indonesia dan spesifik mengetahui upaya konservasi ex-situ dalam pengelolaan kebun raya. Metode yang digunakan bersifat naratif deskriptif, melalui observasi selama di kebun raya (Kebun Raya Purwodadi) dan pencarian referensi dari literatur mengenai protokol maupun peraturan yang terkait. Strategi konservasi sumber daya alam hayati di Indonesia dilakukan dalam tiga prinsip, yaitu: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari, serta diwujudkan dalam bentuk program kawasan konservasi in-situ dan ex-situ. Kebun raya berperan penting dalam upaya konservasi tumbuhan secara ex situ dengan mengoleksi berbagai jenis tumbuhan dalam mencegah kepunahan dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan inovasi edukasi konservasi lingkungan yang dapat dirasakan masyarakat. Alur pengelolaan kebun raya dikhususkan pada tusi Kebun Raya Purowdadi melalui tiga unit teknis yaitu: Koleksi, Registrasi dan Pembibitan
{"title":"PENGELOLAAN KEBUN RAYA DALAM KONSERVASI TUMBUHAN INDONESIA","authors":"R. Irawanto","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8116","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8116","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi Namun demikian Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat keterancaman lingkungan yang tinggi, terutama ancaman kepunahan jenis. Oleh karena itu, perlu upaya konservasi keanekaragaman hayati terutama spesies tumbuhan menjadi suatu tindakan yang sangat penting untuk dilakukan. Adapun tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui gambaran secara umum upaya konservasi di Indonesia dan spesifik mengetahui upaya konservasi ex-situ dalam pengelolaan kebun raya. Metode yang digunakan bersifat naratif deskriptif, melalui observasi selama di kebun raya (Kebun Raya Purwodadi) dan pencarian referensi dari literatur mengenai protokol maupun peraturan yang terkait. Strategi konservasi sumber daya alam hayati di Indonesia dilakukan dalam tiga prinsip, yaitu: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari, serta diwujudkan dalam bentuk program kawasan konservasi in-situ dan ex-situ. Kebun raya berperan penting dalam upaya konservasi tumbuhan secara ex situ dengan mengoleksi berbagai jenis tumbuhan dalam mencegah kepunahan dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan inovasi edukasi konservasi lingkungan yang dapat dirasakan masyarakat. Alur pengelolaan kebun raya dikhususkan pada tusi Kebun Raya Purowdadi melalui tiga unit teknis yaitu: Koleksi, Registrasi dan Pembibitan","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"22 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-09DOI: 10.36040/semsina.v4i01.8059
Martinus Edwin Tjahjadi, Fransisca Dwi A, Ratri Andinisari
Pemodelan 3D pada objek kerapatan tinggi merupakan suatu pendekatan yang mendasar pada bidang pengukuran dan pemetaan. Salah satu metode yang berkembang untuk melakukan pemodelan 3D yaitu dengan menggunakan fotogrametri jarak dekat. Fotogrametri jarak dekat memanfaatkan sekumpulan foto dari berbagai sudut untuk dapat merekonstruksi model 3D secara detail. Model tiga dimensi yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya area tampalan antar foto. Penelitian ini berfokus pada penerapan metode fotogrametri jarak dekat dalam pemodelan 3D pada objek kerapatan tinggi. Metode yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengambilan data, pre-processing data, dan merekonstruksi 3D pada objek. Penggunaan teknologi ini memiliki keunggulan dalam mendokumentasikan objek-objek yang sulit untuk dijangkau atau memiliki kerapatan tinggi, seperti bangunan bersejarah, patung, ataupun struktur kompleks lainnya. Selain itu, penelitian ini juga membahas terkait dengan keakuratan dan hasil visualiasi pemodelan 3D yang dapat memberikan wawasan pada potensi dan batasan teknik dalam bidang pemodelan objek kerapatan tinggi. Maka dengan terus berkembangnya teknologi fotogrametri jarak dekat, penelitian ini dapat berkontribusi pada pemahaman lebih lanjut terkait aplikasi praktis dan peningkatan kualitas hasil dari permodelan 3D pada objek kerapatan tinggi. Implementasi pada penelitian ini nantinya dapat merambah ke berbagai bidang yakni arkeologi, dokumentasi bangunan bersejarah, dan pengembangan model 3D untuk keperluan studi dan visualisasi.
{"title":"PEMODELAN 3D PADA OBJEK KERAPATAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT","authors":"Martinus Edwin Tjahjadi, Fransisca Dwi A, Ratri Andinisari","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8059","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8059","url":null,"abstract":"Pemodelan 3D pada objek kerapatan tinggi merupakan suatu pendekatan yang mendasar pada bidang pengukuran dan pemetaan. Salah satu metode yang berkembang untuk melakukan pemodelan 3D yaitu dengan menggunakan fotogrametri jarak dekat. Fotogrametri jarak dekat memanfaatkan sekumpulan foto dari berbagai sudut untuk dapat merekonstruksi model 3D secara detail. Model tiga dimensi yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyaknya area tampalan antar foto. Penelitian ini berfokus pada penerapan metode fotogrametri jarak dekat dalam pemodelan 3D pada objek kerapatan tinggi. Metode yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengambilan data, pre-processing data, dan merekonstruksi 3D pada objek. Penggunaan teknologi ini memiliki keunggulan dalam mendokumentasikan objek-objek yang sulit untuk dijangkau atau memiliki kerapatan tinggi, seperti bangunan bersejarah, patung, ataupun struktur kompleks lainnya. Selain itu, penelitian ini juga membahas terkait dengan keakuratan dan hasil visualiasi pemodelan 3D yang dapat memberikan wawasan pada potensi dan batasan teknik dalam bidang pemodelan objek kerapatan tinggi. Maka dengan terus berkembangnya teknologi fotogrametri jarak dekat, penelitian ini dapat berkontribusi pada pemahaman lebih lanjut terkait aplikasi praktis dan peningkatan kualitas hasil dari permodelan 3D pada objek kerapatan tinggi. Implementasi pada penelitian ini nantinya dapat merambah ke berbagai bidang yakni arkeologi, dokumentasi bangunan bersejarah, dan pengembangan model 3D untuk keperluan studi dan visualisasi.","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"55 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184695","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-08DOI: 10.36040/semsina.v4i01.8042
Geraldi Pakusadewo, Adkha Yulianandha Mabrur, Silvester Sari Sai, D. Susanti
Zona Nilai Tanah (ZNT) merupakan poligon yang menggambarkan nilai tanah yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah didalamnya, yang batasannya bisa bersifat imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya berdasarkan analisa petugas dengan metode perbandingan harga pasar dan biaya. Untuk mengetahui suatu harga tanah maka dibutuhkan penilaian terhadap tanah yang memberikan informasi mengenai karakteristik suatu tanah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penunjang atau patokan dalam bertransaksi seputar tanah. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu informasi terhadap suatu nilai tanah yang disebut dengan Zona Nilai Tanah. Data yang digunakan pada penelitian adalah data hasil survey yang diisi dalam formulir penilaian tanah yang berisikan informasi seputar sampel tanah, hal tersebut dilakukan berdasarkan pedoman petunjuk teknis tahun 2022 yang dikeluarkan oleh BPN. Data hasil survei yang sudah disalin ke format excel akan diolah menggunakan aplikasi yang sudah disediakan BPN yang bernama Zona Nilai Tanah. Hasil survei lapangan dan zona awal yang sudah dibuat akan diolah menggunakan aplikasi tersebut untuk perhitungan standar deviasi dan klasifikasi harga tanah. Hasil yang didapat adalah zona awal yang dibuat untuk lokasi survei penilaian tanah sejumlah 28 zona dan 244 titik sampel pada keseluruhan zona yang berada di Kelurahan Akcaya. Standar deviasi tertinggi pada penelitian yang dilakukan yaitu senilai 19,95% dan terendah senilai 1,09% dengan nilai tersebut maka syarat standar deviasi harus ≤ 25% dapat terpenuhi sesuai petunjuk teknis tahun 2022. Klasifikasi harga pada tiap zona didapat harga tertinggi yaitu Rp. 23.316.000 pada zona 19 dan harga terendah dengan Rp. 1.530.000 pada zona 6
{"title":"KAJIAN TEKNIS PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH TAHUN 2021 BERDASARKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEMENTERIAN ATR/BADAN PERTANAHAN NASIONAL","authors":"Geraldi Pakusadewo, Adkha Yulianandha Mabrur, Silvester Sari Sai, D. Susanti","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8042","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8042","url":null,"abstract":"Zona Nilai Tanah (ZNT) merupakan poligon yang menggambarkan nilai tanah yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah didalamnya, yang batasannya bisa bersifat imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya berdasarkan analisa petugas dengan metode perbandingan harga pasar dan biaya. Untuk mengetahui suatu harga tanah maka dibutuhkan penilaian terhadap tanah yang memberikan informasi mengenai karakteristik suatu tanah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penunjang atau patokan dalam bertransaksi seputar tanah. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu informasi terhadap suatu nilai tanah yang disebut dengan Zona Nilai Tanah. Data yang digunakan pada penelitian adalah data hasil survey yang diisi dalam formulir penilaian tanah yang berisikan informasi seputar sampel tanah, hal tersebut dilakukan berdasarkan pedoman petunjuk teknis tahun 2022 yang dikeluarkan oleh BPN. Data hasil survei yang sudah disalin ke format excel akan diolah menggunakan aplikasi yang sudah disediakan BPN yang bernama Zona Nilai Tanah. Hasil survei lapangan dan zona awal yang sudah dibuat akan diolah menggunakan aplikasi tersebut untuk perhitungan standar deviasi dan klasifikasi harga tanah. Hasil yang didapat adalah zona awal yang dibuat untuk lokasi survei penilaian tanah sejumlah 28 zona dan 244 titik sampel pada keseluruhan zona yang berada di Kelurahan Akcaya. Standar deviasi tertinggi pada penelitian yang dilakukan yaitu senilai 19,95% dan terendah senilai 1,09% dengan nilai tersebut maka syarat standar deviasi harus ≤ 25% dapat terpenuhi sesuai petunjuk teknis tahun 2022. Klasifikasi harga pada tiap zona didapat harga tertinggi yaitu Rp. 23.316.000 pada zona 19 dan harga terendah dengan Rp. 1.530.000 pada zona 6","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"4 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-08DOI: 10.36040/semsina.v4i01.8050
Mohamad Aziz Fiqri, Silvester Sari Sai, Adkha Yulianandha
Pemetaan situasi adalah pemetaan suatu wilayah yang mencakup penyajian dalam tiga dimensi maupun dua dimensi dalam suatu gambar peta. Prinsipnya yaitu dengan menentukan objek penting agar dapat mewakili atau menggambarkan suatu daerah secara jelas mungkin dengan skala tertentu. Pada umunya untuk pemetan situasi menggunakan alat Total Station. Pesatnya perkembangan zaman mengakibatkan pemanfaatan teknologi untuk penentuan posisi seperti survei GNSS (Global Navigation Satelit System). Di Indonesia sudah terdapat statiun yang beroperasi secara kontinu selama 24 jam sebagai referensi penentuan posisi dengan baik atau disebut CORS (Continuously Operating Reference Station). Pada pemanfaatan sistem CORS terdapat metode RTK-NTRIP (Networked Transport of RTCM Via Internet Protocol) yang bertujuan untuk memudahkan surveyor memperoleh data pengukuran secara seketika walaupun jarak dari statiun CORS ke lokasi pemetaan relatif jauh. Akan tetapi banyak surveyor yang mengabaikan hasil ketelitian data yang diperoleh. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap jarak baseline yang berbeda menggunakan metode RTK-NTRIP dalam pengukuran situasi dengan acuan statiun yang sama yaitu CORS BJM di lokasi Jembatan Sulawesi, Jembatan Pangeran, dan Bundaran Pancasila 17 Mei agar mengetahui nilai ketelitian yang dihasilkan. Hasil penelitian dalam pengukuran situasi menggunakan metode RTK-NTRIP dengan acuan statiun CORS BJM di Jembatan Sulawesi jarak baseline 3,14 km diperoleh nilai rata-rata ketelitian sebesar 0.284 meter, Jembatan Pangeran jarak baseline 5,92 km sebesar 0.251 meter, dan Bundaran Pancasila 17 Mei jarak baseline 13,4 km sebesar 0.186 meter. Pada penelitian ini, jarak baseline yang paling jauh menghasilkan nilai ketelitian yang kecil, sedangkan jarak baseline yang paling dekat menghasilkan nilai ketelitian yang besar. Sehingga, jarak baseline mempengaruhi hasil nilai ketelitian yang didapatkan pada pengukuran situasi.
{"title":"ANALISIS PENGARUH PANJANG BASELINE PADA SURVEI GNSS METODE RTK-NTRIP TERHADAP KETELITIAN PENGUKURAN SITUASI","authors":"Mohamad Aziz Fiqri, Silvester Sari Sai, Adkha Yulianandha","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8050","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8050","url":null,"abstract":"Pemetaan situasi adalah pemetaan suatu wilayah yang mencakup penyajian dalam tiga dimensi maupun dua dimensi dalam suatu gambar peta. Prinsipnya yaitu dengan menentukan objek penting agar dapat mewakili atau menggambarkan suatu daerah secara jelas mungkin dengan skala tertentu. Pada umunya untuk pemetan situasi menggunakan alat Total Station. Pesatnya perkembangan zaman mengakibatkan pemanfaatan teknologi untuk penentuan posisi seperti survei GNSS (Global Navigation Satelit System). Di Indonesia sudah terdapat statiun yang beroperasi secara kontinu selama 24 jam sebagai referensi penentuan posisi dengan baik atau disebut CORS (Continuously Operating Reference Station). Pada pemanfaatan sistem CORS terdapat metode RTK-NTRIP (Networked Transport of RTCM Via Internet Protocol) yang bertujuan untuk memudahkan surveyor memperoleh data pengukuran secara seketika walaupun jarak dari statiun CORS ke lokasi pemetaan relatif jauh. Akan tetapi banyak surveyor yang mengabaikan hasil ketelitian data yang diperoleh. Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap jarak baseline yang berbeda menggunakan metode RTK-NTRIP dalam pengukuran situasi dengan acuan statiun yang sama yaitu CORS BJM di lokasi Jembatan Sulawesi, Jembatan Pangeran, dan Bundaran Pancasila 17 Mei agar mengetahui nilai ketelitian yang dihasilkan. Hasil penelitian dalam pengukuran situasi menggunakan metode RTK-NTRIP dengan acuan statiun CORS BJM di Jembatan Sulawesi jarak baseline 3,14 km diperoleh nilai rata-rata ketelitian sebesar 0.284 meter, Jembatan Pangeran jarak baseline 5,92 km sebesar 0.251 meter, dan Bundaran Pancasila 17 Mei jarak baseline 13,4 km sebesar 0.186 meter. Pada penelitian ini, jarak baseline yang paling jauh menghasilkan nilai ketelitian yang kecil, sedangkan jarak baseline yang paling dekat menghasilkan nilai ketelitian yang besar. Sehingga, jarak baseline mempengaruhi hasil nilai ketelitian yang didapatkan pada pengukuran situasi.","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139185258","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-08DOI: 10.36040/semsina.v4i01.8065
M. F. Pratama, Gaguk Sukowiyono, D. Susanti, Hery Setyobudiarso, Institut Teknologi, Nasional Malang
Perkembangan sebuah kota membawa dampak pada struktur fisik kota tersebut, baik pada lingkungan alamiah maupun lingkungan buatan. Perkembangan kota menajdi daya tarik bagi penduduk yang berusaha mencari pekerjaan yang dianggap lebih baik di kota tersebut. Permukiman penduduk merupakan salah satu kawasan yang sangat terpengaruh pada kondisi itu. Permukiman marjinal pada kota besar sebagian besar berada di dekat area sungai yang melintas di kota tersebut. Demikian juga pada lokasi penelitian yang merupakan area DAS Sungai Metro yang berada di Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Kondisi fisik alamiah dari DAS harus tetap dirawat dan dilestarikan agar tetap memberi manfaat bagi warga kota Malang. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menggali upaya untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan yang berada di area sekitar DAS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan arsitektur tropis dalam memetakan potensi kawasan penelitian
{"title":"PENINGKATAN KUALITAS FISIK LINGKUNGAN BUATAN SEBAGAI KEBERTAHANAN SUNGAI KAMPUNG KOTA","authors":"M. F. Pratama, Gaguk Sukowiyono, D. Susanti, Hery Setyobudiarso, Institut Teknologi, Nasional Malang","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8065","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8065","url":null,"abstract":"Perkembangan sebuah kota membawa dampak pada struktur fisik kota tersebut, baik pada lingkungan alamiah maupun lingkungan buatan. Perkembangan kota menajdi daya tarik bagi penduduk yang berusaha mencari pekerjaan yang dianggap lebih baik di kota tersebut. Permukiman penduduk merupakan salah satu kawasan yang sangat terpengaruh pada kondisi itu. Permukiman marjinal pada kota besar sebagian besar berada di dekat area sungai yang melintas di kota tersebut. Demikian juga pada lokasi penelitian yang merupakan area DAS Sungai Metro yang berada di Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Kondisi fisik alamiah dari DAS harus tetap dirawat dan dilestarikan agar tetap memberi manfaat bagi warga kota Malang. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk menggali upaya untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan yang berada di area sekitar DAS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan arsitektur tropis dalam memetakan potensi kawasan penelitian","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"27 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139185293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-08DOI: 10.36040/semsina.v4i01.7913
Iskandar Yasin, Dewie Sulistyorini, Aron Ivan Hasudungan Naingglan, Makpiroh Makpiroh, Dharmawan Dharmawan, Amin Nur Kholifah
Penggunaan bambu telah digunakan baik untuk kontruksi rumah ataupun struktur bangunan lainnya, karena selain bahannya mudah di dapat juga harganya murah. Sifat bambu mempunyai aspek yang mempengaruhi kualitas bambu yakni kerapatan bambu. Dalam penelitian ini bahan utama adalah Bambusa Dendrocalamus Asper. bambu memiliki karateristik mekanik yang berbeda tergantung pada arah serat dan orientasi nya. salah satu sifat mekanik kritis dalam lamina bambu adalah modulus elastisitas, yang mengukur kemampuan material untuk berdeformasi elastis ketika diberi beban. Tujuan penelitian ini tentang sifat mekanik lamina bambu, khusus nya pengaruh tahanan lateral terhadap modulus elastisitas lamina bambu dengan cara di kempa pada tekanan 0 MPa 1,5 MPa, 2 MPa, dan 2,5 MPa dengan interval 0,5 MPa selama minimal 20 jam. Pengujian sifat fisika dan mekanika didasarkan pada Standar ISO 2004 dan ASTM D143-2008. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (0 MPa) adalah 179,558 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (1,5 MPa) adalah 177.693 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (2 MPa) adalah 176.670 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (2,5 MPa) adalah 160.444 MPa
{"title":"PENGARUH TAHANAN LATERAL TERHADAP MODULUS OF ELASTISITAS LAMINA BAMBU","authors":"Iskandar Yasin, Dewie Sulistyorini, Aron Ivan Hasudungan Naingglan, Makpiroh Makpiroh, Dharmawan Dharmawan, Amin Nur Kholifah","doi":"10.36040/semsina.v4i01.7913","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.7913","url":null,"abstract":"Penggunaan bambu telah digunakan baik untuk kontruksi rumah ataupun struktur bangunan lainnya, karena selain bahannya mudah di dapat juga harganya murah. Sifat bambu mempunyai aspek yang mempengaruhi kualitas bambu yakni kerapatan bambu. Dalam penelitian ini bahan utama adalah Bambusa Dendrocalamus Asper. bambu memiliki karateristik mekanik yang berbeda tergantung pada arah serat dan orientasi nya. salah satu sifat mekanik kritis dalam lamina bambu adalah modulus elastisitas, yang mengukur kemampuan material untuk berdeformasi elastis ketika diberi beban. Tujuan penelitian ini tentang sifat mekanik lamina bambu, khusus nya pengaruh tahanan lateral terhadap modulus elastisitas lamina bambu dengan cara di kempa pada tekanan 0 MPa 1,5 MPa, 2 MPa, dan 2,5 MPa dengan interval 0,5 MPa selama minimal 20 jam. Pengujian sifat fisika dan mekanika didasarkan pada Standar ISO 2004 dan ASTM D143-2008. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (0 MPa) adalah 179,558 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (1,5 MPa) adalah 177.693 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (2 MPa) adalah 176.670 MPa. Rata-rata kekuatan lentur yang di peroleh bambu dengan tekanan lateral (2,5 MPa) adalah 160.444 MPa","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"5 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139185030","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desa wisata Penglipuran belakangan ini mulai populer sebagai destinasi wisata alternatif. Untuk mengembangkan desa wisata, diperlukan strategi pengelolaan yang bekelanjutan untuk masa depan. Desa ini memiliki banyak potensi baik dari segi fisik budaya, tataran sosiofak maupun tataran sosiofak. Prinsip Tri Hita Karana (tujuan manusia dalam mencapai kesejahteraan) menjadi acuan utama dalam pengembangan pariwisata Desa Penglipuran dimana menekankan relasi hubungan harmonis antara manusia dengan spritualisme (parahyangan), dengan lingkungan social (pawongan) dan dengan lingkungan fisik (palemahan)Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis Desa Wisata Adat Penglipuran dari segi strategi keberlanjutan. Metode yang digunakan adalah deskripsi kualitatif melalui pegambilan data literatur atau penelitian terdahulu yang sejenis. Menggunakan terori berbasis strategi pembangunan keberlanjutan sebagai parameter yaitu Physical Element, Worthy Environment, Culture, Economic Growth. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Physical Element berkaitan dengan strategi Desa dalam mempertahankan tatanan ruang, Worthy Environment terkait dengan upaya masyarakat dalam melestarikan lingkungan alam dan menjaga kesehatan bersama. Sedangkan culture berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana yang menjadi acuan dalam pengembangan Desa Wisata, yang terakhir adalah Economic Growth yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat setempat.
蓬里普兰旅游村最近作为另一个旅游目的地而受到欢迎。要发展旅游村,就必须为未来制定可持续的管理战略。该村在物质文化、社会事实层面和社会事实层面都有很大的潜力。Tri Hita Karana(人类实现繁荣的目标)原则成为蓬里普兰村旅游业发展的主要参考,该原则强调人类与精神(parahyangan)、社会环境(pawongan)和自然环境(palemahan)之间的和谐关系。研究采用的方法是通过检索文献资料或类似的先前研究进行定性描述。使用基于可持续发展战略的理论作为参数,即物理要素、值得拥有的环境、文化、经济增长。研究结果表明,物质要素与村庄维护空间秩序的策略有关,值得拥有的环境与社区保护自然环境和维护共同健康的努力有关。而文化则与作为 Desa Wisata 发展参考的 Tri Hita Karana 概念有关,最后一个是经济增长,它优先考虑当地社区的赋权。
{"title":"STRATEGI KEBERLANJUTAN PADA DESA WISATA ADAT PENGLIPURAN, BALI","authors":"Kadek Vito Krisna Ary Wijaya, Komang Ayu Laksmi Harshinta Sari, Bayu Teguh Ujianto","doi":"10.36040/semsina.v4i01.8031","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.8031","url":null,"abstract":"Desa wisata Penglipuran belakangan ini mulai populer sebagai destinasi wisata alternatif. Untuk mengembangkan desa wisata, diperlukan strategi pengelolaan yang bekelanjutan untuk masa depan. Desa ini memiliki banyak potensi baik dari segi fisik budaya, tataran sosiofak maupun tataran sosiofak. Prinsip Tri Hita Karana (tujuan manusia dalam mencapai kesejahteraan) menjadi acuan utama dalam pengembangan pariwisata Desa Penglipuran dimana menekankan relasi hubungan harmonis antara manusia dengan spritualisme (parahyangan), dengan lingkungan social (pawongan) dan dengan lingkungan fisik (palemahan)Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis Desa Wisata Adat Penglipuran dari segi strategi keberlanjutan. Metode yang digunakan adalah deskripsi kualitatif melalui pegambilan data literatur atau penelitian terdahulu yang sejenis. Menggunakan terori berbasis strategi pembangunan keberlanjutan sebagai parameter yaitu Physical Element, Worthy Environment, Culture, Economic Growth. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Physical Element berkaitan dengan strategi Desa dalam mempertahankan tatanan ruang, Worthy Environment terkait dengan upaya masyarakat dalam melestarikan lingkungan alam dan menjaga kesehatan bersama. Sedangkan culture berkaitan dengan konsep Tri Hita Karana yang menjadi acuan dalam pengembangan Desa Wisata, yang terakhir adalah Economic Growth yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat setempat.","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"19 10","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139185227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-08DOI: 10.36040/semsina.v4i01.7929
Iskandar Yasin, Widarto Sutrisno, Umi Salamah, Nur Fitra Ananda Syar, Bondan Bayu Nurmayanto
Saat ini kayu dengan kualitas yang baik sudah sulit didapatkan, sehingga kayu tersebut semakin langka untuk konstruksi bangunan. Bambu merupakan tanaman serba guna yang telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun. Tanaman ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat, biasanya dalam beberapa tahun. Selain itu, bambu dapat tumbuh kembali setelah dipanen tanpa merusak lingkungan. Bahan bakunya adalah bambu dendrocalamus asper (bambu petung). Untuk mengetahui Pengaruh Tahanan lateral Terhadap Kuat Geser Lamina Bambu. Tekanan pada bilah bambu dengan varisai tanpa dikempa (0 Mpa), 1,5 Mpa, 2 MPa dan 2,5 MPa. Pembuatan benda uji pendahluan untuk pengujian sifat fisika dan mekanika didasarkan pada standar ISO 2004 dan ASTM D143-2008. Pengujian Eksperimental dilakukan pada pecimen dengan variasi tegangan leteral pada bilah bambu dengan varisai tanpa dikempa (0 Mpa), 1,5 Mpa, 2 MPa dan 2,5 MPa. Pengujian sifat fisik terdiri dari kadar air dan berat jenis dengan, kadar air tegangan lateral rata-rata 0 MPa 13,57%. Pada tegangan lateral 1,5 MPa kadar air rata-rata 13,47%. Kadar air tegangan lateral 2 MPa rata-rata 13,56. Dan kadar air tegangan lateral 2,5 MPa rata-rata 12,80%. Sedangkan pengujian sifat mekanik bambu yaitu kuat geser. Kuat geser rata-rata bambu dengan tegangan lateral 0 MPa, 1,5 MPa, 2 MPa dan 2,5 MPa adalah 7.546 MPa, 7.659 MPa, 7.755 dan 6.510 MPa. Dengan melakukan pengujian sebanyak 10 kali
{"title":"PENGARUH TAHANAN LATERAL TERHADAP KUAT GESER LAMINA BAMBU","authors":"Iskandar Yasin, Widarto Sutrisno, Umi Salamah, Nur Fitra Ananda Syar, Bondan Bayu Nurmayanto","doi":"10.36040/semsina.v4i01.7929","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/semsina.v4i01.7929","url":null,"abstract":"Saat ini kayu dengan kualitas yang baik sudah sulit didapatkan, sehingga kayu tersebut semakin langka untuk konstruksi bangunan. Bambu merupakan tanaman serba guna yang telah digunakan oleh manusia selama ribuan tahun. Tanaman ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat, biasanya dalam beberapa tahun. Selain itu, bambu dapat tumbuh kembali setelah dipanen tanpa merusak lingkungan. Bahan bakunya adalah bambu dendrocalamus asper (bambu petung). Untuk mengetahui Pengaruh Tahanan lateral Terhadap Kuat Geser Lamina Bambu. Tekanan pada bilah bambu dengan varisai tanpa dikempa (0 Mpa), 1,5 Mpa, 2 MPa dan 2,5 MPa. Pembuatan benda uji pendahluan untuk pengujian sifat fisika dan mekanika didasarkan pada standar ISO 2004 dan ASTM D143-2008. Pengujian Eksperimental dilakukan pada pecimen dengan variasi tegangan leteral pada bilah bambu dengan varisai tanpa dikempa (0 Mpa), 1,5 Mpa, 2 MPa dan 2,5 MPa. Pengujian sifat fisik terdiri dari kadar air dan berat jenis dengan, kadar air tegangan lateral rata-rata 0 MPa 13,57%. Pada tegangan lateral 1,5 MPa kadar air rata-rata 13,47%. Kadar air tegangan lateral 2 MPa rata-rata 13,56. Dan kadar air tegangan lateral 2,5 MPa rata-rata 12,80%. Sedangkan pengujian sifat mekanik bambu yaitu kuat geser. Kuat geser rata-rata bambu dengan tegangan lateral 0 MPa, 1,5 MPa, 2 MPa dan 2,5 MPa adalah 7.546 MPa, 7.659 MPa, 7.755 dan 6.510 MPa. Dengan melakukan pengujian sebanyak 10 kali","PeriodicalId":503738,"journal":{"name":"Prosiding SEMSINA","volume":"5 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139185380","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}