Pub Date : 2020-05-18DOI: 10.21111/tsaqafah.v16i1.4337
Mohammad Hatta Fahamsyah
Abstract Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) is one of the most prominent boarding school-based educational institutions in Indonesia that is more than 90 years old and never advertise in any media. The purpose of this study is to uncover the PMDG positioning and its strategy in maintaining its position as an educational institution in the current era of globalization. This study uses a phenomenological approach with conducting interviews with respondents, namely senior teachers and alumni. The results of this study found that PMDG determines its positioning as a community service oriented educational institution and the existence of the PMDG admission tutorial course and also the boarding school established by its alumnus make it a very effective marketing channel. Marketing channels that are formed naturally are one concrete example of a new concept, namely spiritual marketing. Keywords : Marketing, Positioning, Spiritual Marketing, Educational Institution, Boarding School. Abstrak Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren ternama di Indonesia. Usianya sudah lebih dari 90 tahun, namun dalam rentang usia itu, uniknya pondok ini sama sekali tidak melakukan promosi iklan lewat media apapun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap positioning PMDG dan strateginya dalam mempertahankan positioning -nya sebagai lembaga pendidikan di era globalisasi saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan wawancara kepada para responden yaitu guru senior dari PMDG di pusat, PMDG cabang dan alumni yang telah berkarir di luar pondok. Hasil penelitian ini menemukan bahwa PMDG menentukan positioning-nya sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi pada kemasyarakatan. Selain itu juga didukung dengan adanya lembaga-lembaga bimbingan masuk gontor dan pondok-pondok pesantren yang didirikan oleh para alumninya. Hal inilah yang menjadi saluran pemasaran yang sangat efektif. Saluran-saluran pemasaran yang terbentuk secara alami merupakan salah satu contoh nyata dari sebuah konsep baru yaitu spiritual marketing. Kata K unci : Pemasaran, Positioning, Spiritual Marketing, Lembaga Pendidikan, Pesantren.
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG)是印度尼西亚最著名的寄宿学校之一,已有90多年的历史,从未在任何媒体上做过广告。本研究的目的是揭示PMDG的定位及其在当前全球化时代保持其教育机构地位的策略。本研究采用现象学方法与受访者进行访谈,即高级教师和校友。本研究结果发现,PMDG决定了其社区服务型教育机构的定位,PMDG入学辅导课程的存在以及校友创办的寄宿学校使其成为一个非常有效的营销渠道。自然形成的营销渠道是一种新概念的具体体现,即精神营销。关键词:市场营销,定位,精神营销,教育机构,寄宿学校【摘要】Pondok现代达鲁萨兰国贡(PMDG) merupakan salah satu lembaga pendidikan beranternama印度尼西亚。在此之前,我曾说过:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap positioning PMDG dan strateginya dalam member - pertahankan positioning -nya sebagai lembaga pendidikan di era globalisasi saat ini。Penelitian ini menggunakan pendekatan现象学登甘wawanara kepada回应yitu上师高级达PMDG迪普萨,PMDG卡邦丹校友杨特拉berkarir迪普萨。哈西尔penelitian ini menemukan bahwa PMDG menentukan定位-nya sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi pada kemasyarakatan。Selain itjuga didukung dengan adanya lembaga-lembaga bimbingan masuk gontor dan pondok-pondok pesantren yang didirikan oleh para alumninya。halinilah yang menjadi saluran pemasaran yang sangat efektif。Saluran-saluran - pemasaran yang terbentuk secara alami merupakan salah satu contoto nyata dari sebuah konsep baru yaitu精神营销。Kata K unci: pesasaran,定位,精神营销,Lembaga Pendidikan, Pesantren。
{"title":"Spiritual Marketing Gontor dalam Mempertahankan Positioning","authors":"Mohammad Hatta Fahamsyah","doi":"10.21111/tsaqafah.v16i1.4337","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v16i1.4337","url":null,"abstract":"Abstract Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) is one of the most prominent boarding school-based educational institutions in Indonesia that is more than 90 years old and never advertise in any media. The purpose of this study is to uncover the PMDG positioning and its strategy in maintaining its position as an educational institution in the current era of globalization. This study uses a phenomenological approach with conducting interviews with respondents, namely senior teachers and alumni. The results of this study found that PMDG determines its positioning as a community service oriented educational institution and the existence of the PMDG admission tutorial course and also the boarding school established by its alumnus make it a very effective marketing channel. Marketing channels that are formed naturally are one concrete example of a new concept, namely spiritual marketing. Keywords : Marketing, Positioning, Spiritual Marketing, Educational Institution, Boarding School. Abstrak Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren ternama di Indonesia. Usianya sudah lebih dari 90 tahun, namun dalam rentang usia itu, uniknya pondok ini sama sekali tidak melakukan promosi iklan lewat media apapun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap positioning PMDG dan strateginya dalam mempertahankan positioning -nya sebagai lembaga pendidikan di era globalisasi saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan wawancara kepada para responden yaitu guru senior dari PMDG di pusat, PMDG cabang dan alumni yang telah berkarir di luar pondok. Hasil penelitian ini menemukan bahwa PMDG menentukan positioning-nya sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi pada kemasyarakatan. Selain itu juga didukung dengan adanya lembaga-lembaga bimbingan masuk gontor dan pondok-pondok pesantren yang didirikan oleh para alumninya. Hal inilah yang menjadi saluran pemasaran yang sangat efektif. Saluran-saluran pemasaran yang terbentuk secara alami merupakan salah satu contoh nyata dari sebuah konsep baru yaitu spiritual marketing. Kata K unci : Pemasaran, Positioning, Spiritual Marketing, Lembaga Pendidikan, Pesantren.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47258771","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3953
Devid Frastiawan Amir Sup
Abstract Production waste and product waste (after being used/consumed by consumers) from industry, in general there are too many that have a negative impact on the environment, in the long time it will affect environmental sustainability. Waste is a logical impact of an industry, it seems impossible to eliminate it, but it is very possible to minimize the amount and impact of the waste. Damaging the environment is very contrary to the values of production. To guard these values so that they are maintained, an regulation is needed. In the context of the laws and regulations in Indonesia, one of which can maximize the application of EIA (Environmental Impact Assessment or in Indonesia ussually called by Amdal) to an industry. This study aims to describe the role of EIA in guarding the values of production. The methodology used is qualitative-descriptive-literature. The results, that EIA is very important in determining the feasibility of a business and/or activity that has an important impact on the environment so that it can be in line with the values of production, produce mashlaḥaḥ both for the industry itself, humans, and the environment. Keywords: Industry, The Values of Production, EIA, Environment. Abstrak Limbah produksi serta limbah produk (setelah digunakan/dipakai/dikonsumsi oleh konsumen) yang berasal dari industri, secara umum masih banyak yang berdampak buruk terhadap lingkungan, tentunya dalam jangka panjang dan berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Limbah merupakan dampak logis dari sebuah industri, tampaknya tidak mungkin untuk meniadakannya namun sangat mungkin untuk dapat diminimalisir jumlah maupun dampak dari limbah tersebut. Merusak lingkungan sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai produksi. Untuk mengawal nilai-nilai tersebut agar tetap terjaga, maka diperlukan suatu pengaturan. Dalam konteks peraturan perundang-undangan di Indonesia, salah satunya dapat memaksimalkan penerapan Amdal terhadap suatu industri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Amdal dalam mengawal nilai-nilai produksi tersebut. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif-kepustakaan. Hasil yang didapat, bahwa Amdal sangat berperan penting dalam menentukan kelayakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan agar selaras dengan nilai-nilai produksi, menciptakan mashlaḥaḥ baik bagi industri itu sendiri, manusia, maupun terhadap lingkungan. Kata Kunci: Industri, Nilai-Nilai Produksi, Amdal, Lingkungan.
{"title":"Mengawal Nilai-Nilai Produksi melalui AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dalam Perspektif Ekonomi Syariah","authors":"Devid Frastiawan Amir Sup","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3953","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3953","url":null,"abstract":"Abstract Production waste and product waste (after being used/consumed by consumers) from industry, in general there are too many that have a negative impact on the environment, in the long time it will affect environmental sustainability. Waste is a logical impact of an industry, it seems impossible to eliminate it, but it is very possible to minimize the amount and impact of the waste. Damaging the environment is very contrary to the values of production. To guard these values so that they are maintained, an regulation is needed. In the context of the laws and regulations in Indonesia, one of which can maximize the application of EIA (Environmental Impact Assessment or in Indonesia ussually called by Amdal) to an industry. This study aims to describe the role of EIA in guarding the values of production. The methodology used is qualitative-descriptive-literature. The results, that EIA is very important in determining the feasibility of a business and/or activity that has an important impact on the environment so that it can be in line with the values of production, produce mashlaḥaḥ both for the industry itself, humans, and the environment. Keywords: Industry, The Values of Production, EIA, Environment. Abstrak Limbah produksi serta limbah produk (setelah digunakan/dipakai/dikonsumsi oleh konsumen) yang berasal dari industri, secara umum masih banyak yang berdampak buruk terhadap lingkungan, tentunya dalam jangka panjang dan berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Limbah merupakan dampak logis dari sebuah industri, tampaknya tidak mungkin untuk meniadakannya namun sangat mungkin untuk dapat diminimalisir jumlah maupun dampak dari limbah tersebut. Merusak lingkungan sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai produksi. Untuk mengawal nilai-nilai tersebut agar tetap terjaga, maka diperlukan suatu pengaturan. Dalam konteks peraturan perundang-undangan di Indonesia, salah satunya dapat memaksimalkan penerapan Amdal terhadap suatu industri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Amdal dalam mengawal nilai-nilai produksi tersebut. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif-kepustakaan. Hasil yang didapat, bahwa Amdal sangat berperan penting dalam menentukan kelayakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan agar selaras dengan nilai-nilai produksi, menciptakan mashlaḥaḥ baik bagi industri itu sendiri, manusia, maupun terhadap lingkungan. Kata Kunci: Industri, Nilai-Nilai Produksi, Amdal, Lingkungan.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43450803","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3663
Teddy Kusuma
Abstract Cryptocurrency is virtual money that does not have a physical form or concrete form in cyberspace. One of the few types of crypto money is bitcoin. The use of bitcoin as a means of payment in e-commerce lately has become increasingly widespread and unstoppable, even though the government has banned the practice. In early 2019, the government of Indonesia issued regulations regarding the legalization of bitcoin (crypto assets) in Commodity Futures Trading. The dual function of bitcoin as a commodity and exchange tool raises the pros and cons of scholars and economists. This study aims to obtain answers about bitcoin and cryptocurrencies, its usage in commodity futures trading according to the perspective of Islamic law and bitcoin’s chance as sharia commodity in Indonesia. The theory applied is a theory of legitimate and vanity business transactions in Islam. This research is a literature study and is qualitative. The data analysis technique used is descriptive-analytical with normative juridical Islamic law approach. This research found that cryptocurrency can be traded in Islamic commodity exchanges, provided that the State issues or create their cryptocurrencies whose price depends on gold or the country's currency. Bitcoin cannot be used as a commodity in Sharia Derivative Contracts in Indonesia, because it contains a lot of speculation, may and is vulnerable to use for illegal activities. Bitcoin is ḥ ar â m lighairihi or haram because of external factors, so it should be avoided. Keywords : Cryptocurrency, Bitcoin, Commodity Futures Trading, Sharia Derivative Contracts. Abstrak Cryptocurrency adalah mata uang virtual yang tidak memiliki bentuk fisik atau wujud konkrit dan terdapat di dunia maya. Salah satu dari beberapa macam uang kripto yaitu bitcoin . Penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual beli online belakangan ini semakin marak, meski pemerintah telah melarang praktek tersebut. Pada awal tahun 2019, pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan tentang dilegalkannya bitcoin (kripto aset) dalam Perdagangan Berjangka Komoditi. Dwifungsi bitcoin sebagai komoditas dan alat tukar transaksi online memunculkan pro dan kontra di kalangan ulama dan pakar ekonomi. Penelitian ini bertujuan memperoleh jawaban seputar mata uang kripto sebagai komoditas di Indonesia dan bagaimana peluang bitcoin sebagai subjek dalam komoditi syariah di Bursa Komoditi. Teori yang diterapkan adalah teori transaksi bisnis yang sah dan batil dalam Islam. Penelitian ini merupakan studi pustaka dan bersifat kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan hukum Islam yuridis normatif. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa cryptocurrency dapat diperdagangkan dalam bursa komoditi syariah dengan syarat, negara melindungi perdagangan tersebut dengan payung hukum serta menerbitkan mata uang kripto dimana penetapan harganya bersandar pada emas atau mata uang negara tersebut. Bit
加密货币是在网络空间中没有物理形态或具体形态的虚拟货币。比特币是为数不多的加密货币之一。最近,在电子商务中使用比特币作为支付手段变得越来越普遍,而且势不可挡,尽管政府已经禁止了这种做法。2019年初,印度尼西亚政府发布了关于商品期货交易中比特币(加密资产)合法化的规定。比特币作为商品和交易工具的双重功能引发了学者和经济学家的赞成和反对意见。本研究旨在从伊斯兰教法的角度获得关于比特币和加密货币的答案,以及比特币在商品期货交易中的使用情况,以及比特币在印度尼西亚作为伊斯兰教法商品的机会。所适用的理论是伊斯兰教中合法和虚荣的商业交易理论。本研究为文献研究,属质性研究。使用的数据分析技术是描述性分析与规范的司法伊斯兰法的方法。这项研究发现,加密货币可以在伊斯兰商品交易所进行交易,前提是国家发行或创建其加密货币,其价格取决于黄金或该国货币。在印度尼西亚,比特币不能在伊斯兰教法衍生品合约中作为商品使用,因为它包含大量投机,可能而且很容易被用于非法活动。由于外部因素,比特币是haram,所以应该避免使用。关键词:加密货币,比特币,商品期货交易,伊斯兰衍生品合约【摘要】加密货币adalah mata wang虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币,虚拟货币Salah satu dari beberapa macam wang kripto yitu比特币。Penggunaan比特币sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual belakangan ini semakin market, meski peremintah telah melarang praktek tersebut。Pada awal tahun 2019, peremerintah印度尼西亚telah menerbitkan peraturan tentang dilegalkannya比特币(加密货币资产)dalam Perdagangan Berjangka Komoditi。Dwifungsi比特币sebagai komoditas dan alat tukar transaksi在线memunculkan pro和kontra di kalangan ulama dan pakar经济。Penelitian ini bertujuan,成员,jawaban, seputar, mata, kripto, sebagai, komoditas di Indonesia,比特币,bitcoin, sebagai, subjek dalam komoditi, syariah di Bursa komoditi。Teori yang diiterapkan adalah Teori transaksi bisnis yang sah dan batil dalam Islam。Penelitian ini merupakan研究pustaka和bersifat quality。技术分析数据yang digunakan adalah deskriptif分析dengan pendekatan hukum is normatim。加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币加密货币比特币在印尼是非法的,在印尼,比特币是非法的。比特币hukumnya ḥarâm lighhairihi atau haram karena faktor luar, maka sebaiknya dihindari。Kata Kunci:加密货币,比特币,Perdagangan Berjangka Komoditi, Kontrak衍生伊斯兰教。
{"title":"Cryptocurrency dalam Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia Perspektif Hukum Islam","authors":"Teddy Kusuma","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3663","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3663","url":null,"abstract":"Abstract Cryptocurrency is virtual money that does not have a physical form or concrete form in cyberspace. One of the few types of crypto money is bitcoin. The use of bitcoin as a means of payment in e-commerce lately has become increasingly widespread and unstoppable, even though the government has banned the practice. In early 2019, the government of Indonesia issued regulations regarding the legalization of bitcoin (crypto assets) in Commodity Futures Trading. The dual function of bitcoin as a commodity and exchange tool raises the pros and cons of scholars and economists. This study aims to obtain answers about bitcoin and cryptocurrencies, its usage in commodity futures trading according to the perspective of Islamic law and bitcoin’s chance as sharia commodity in Indonesia. The theory applied is a theory of legitimate and vanity business transactions in Islam. This research is a literature study and is qualitative. The data analysis technique used is descriptive-analytical with normative juridical Islamic law approach. This research found that cryptocurrency can be traded in Islamic commodity exchanges, provided that the State issues or create their cryptocurrencies whose price depends on gold or the country's currency. Bitcoin cannot be used as a commodity in Sharia Derivative Contracts in Indonesia, because it contains a lot of speculation, may and is vulnerable to use for illegal activities. Bitcoin is ḥ ar â m lighairihi or haram because of external factors, so it should be avoided. Keywords : Cryptocurrency, Bitcoin, Commodity Futures Trading, Sharia Derivative Contracts. Abstrak Cryptocurrency adalah mata uang virtual yang tidak memiliki bentuk fisik atau wujud konkrit dan terdapat di dunia maya. Salah satu dari beberapa macam uang kripto yaitu bitcoin . Penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi jual beli online belakangan ini semakin marak, meski pemerintah telah melarang praktek tersebut. Pada awal tahun 2019, pemerintah Indonesia telah menerbitkan peraturan tentang dilegalkannya bitcoin (kripto aset) dalam Perdagangan Berjangka Komoditi. Dwifungsi bitcoin sebagai komoditas dan alat tukar transaksi online memunculkan pro dan kontra di kalangan ulama dan pakar ekonomi. Penelitian ini bertujuan memperoleh jawaban seputar mata uang kripto sebagai komoditas di Indonesia dan bagaimana peluang bitcoin sebagai subjek dalam komoditi syariah di Bursa Komoditi. Teori yang diterapkan adalah teori transaksi bisnis yang sah dan batil dalam Islam. Penelitian ini merupakan studi pustaka dan bersifat kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan hukum Islam yuridis normatif. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa cryptocurrency dapat diperdagangkan dalam bursa komoditi syariah dengan syarat, negara melindungi perdagangan tersebut dengan payung hukum serta menerbitkan mata uang kripto dimana penetapan harganya bersandar pada emas atau mata uang negara tersebut. Bit","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47997489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3695
R. Robbie, K. Novianti
Abstract Islamic banking has increased rapidly in Indonesia for the last few decades. As a country with Moslem domination religion, religiosity is considered as one of the essential determinants for Moslem consumers to using Islamic/sharia banking products. The primary purpose of this paper is to analyze and test the influence of organizational culture, especially the ethical values dominated by the influence of Javanese and Madura culture on employee organizational commitment and performance, and to examine how the influence of religiosity as a moderating variable on the relationship between commitment organizational and employees of performance. Data were obtained from 109 employees working in the sharia banking (both state-owned and private sharia bank) located in Jember, East Java. Data were collected through a questionnaire carried out from August to September 2019 and analyzed using PLS software. The findings indicate the ethical value of the company does not have a significant influence on organizational commitment, and the variable of religiosity turns out to play a significant role in increasing the interaction between organizational commitment to employee performance. This paper contributes to show the importance of religiosity aspects that needs to be maintained to ensure increased employee performance. Keywords: Religiosity, Ethical Values, Organizational Commitment, Performance. Abstrak Perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai negara dengan dominasi agama Islam, faktor religiusitas menjadi pertimbangan penting bagi konsumen Muslim dalam menggunakan produk perbankan syariah. Artikel ini bertujuan menganalisis dan menguji pengaruh budaya organisasi khususnya nilai etis yang didominasi dari pengaruh budaya Jawa dan Madura terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan serta menguji pengaruh religiusitas dalam memoderasi pengaruh antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Data diperoleh dari 109 karyawan yang bekerja di sektor perbankan syariah (baik bank syariah milik BUMN maupun bank syariah swasta) yang berada di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dilaksanakan sejak Agustus hingga bulan September 2019 dan dianalisis menggunakan software PLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai etis perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi dan religiusitas memiliki peran penting dalam meningkatkan interaksi antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Artikel ini berkontribusi dalam menunjukkan pentingnya aspek religiusitas yang perlu dikelola dalam memastikan peningkatan kinerja karyawan. Kata Kunci : Religiusitas, Nilai Etis, Komitmen Organisasi, Kinerja.
在过去的几十年里,伊斯兰银行在印度尼西亚迅速发展。作为一个穆斯林主导宗教的国家,宗教信仰被认为是穆斯林消费者使用伊斯兰/伊斯兰银行产品的重要决定因素之一。本文的主要目的是分析和检验组织文化,特别是以爪哇文化和马杜拉文化为主导的伦理价值观对员工组织承诺和绩效的影响,并考察宗教信仰作为调节变量对组织承诺和员工绩效之间关系的影响。数据来自东爪哇Jember的伊斯兰教法银行(国有和私人伊斯兰教法银行)的109名雇员。通过2019年8月至9月的问卷调查收集数据,并使用PLS软件进行分析。研究结果表明,公司伦理价值观对组织承诺没有显著影响,而宗教信仰这一变量在增加组织承诺与员工绩效之间的交互作用方面发挥了显著作用。这篇论文有助于展示宗教虔诚方面的重要性,需要保持以确保增加员工绩效。关键词:宗教性、伦理价值观、组织承诺、绩效。摘要:Perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam beberapa十年terakhir。Sebagai negara dengan dominasi agama Islam(伊斯兰教),宗教学家menjadi pertimbangan(伊斯兰教),穆斯林学者dalam menggunakan(伊斯兰教)。Artikel ini bertujuan menganalis dan menguji pengaruh budaya organisis khususnya nilaii ' m, didominis dari pengaruh budaya Jawa, Madura, terhadap komitmen, organisis dan kinerja karyawan, menguji, pengaruh, religiusuis, dalam memorderis, pengaruh, antara komitmen, organisis dan kinerja karyawan。数据diperoleh dari 109 karyawan yang bekerja di sector perbankan ysariah(银行ysariah milik humn maupun bank ysariah swasta) yang berada di Kabupaten 12月,爪哇Timur。数据dikumpulkan melalui kuesioner yang dilaksanakan sejak Agustus hinga bulan 2019年9月数据分析menggunakan软件PLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai etis perusaan tidak memiliki pengaru signikan terhadap komitmen organisasi dan religiusitas memiliki peran penting dalam meningkatkan interaksi antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan。Artikel ini berkontribusi dalam menunjukkan pentingnya说,宗教学者yang perlu dikelola dalam memastikan peningkatan kinerja karyawan。Kata Kunci: Religiusitas, Nilai ettis, Komitmen Organisasi, Kinerja。
{"title":"Exploring the Role of Religiosity in Moderating Employee Commitments in Islamic Banking (Study at Sharia Banks in East Java, Indonesia)","authors":"R. Robbie, K. Novianti","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3695","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3695","url":null,"abstract":"Abstract Islamic banking has increased rapidly in Indonesia for the last few decades. As a country with Moslem domination religion, religiosity is considered as one of the essential determinants for Moslem consumers to using Islamic/sharia banking products. The primary purpose of this paper is to analyze and test the influence of organizational culture, especially the ethical values dominated by the influence of Javanese and Madura culture on employee organizational commitment and performance, and to examine how the influence of religiosity as a moderating variable on the relationship between commitment organizational and employees of performance. Data were obtained from 109 employees working in the sharia banking (both state-owned and private sharia bank) located in Jember, East Java. Data were collected through a questionnaire carried out from August to September 2019 and analyzed using PLS software. The findings indicate the ethical value of the company does not have a significant influence on organizational commitment, and the variable of religiosity turns out to play a significant role in increasing the interaction between organizational commitment to employee performance. This paper contributes to show the importance of religiosity aspects that needs to be maintained to ensure increased employee performance. Keywords: Religiosity, Ethical Values, Organizational Commitment, Performance. Abstrak Perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sebagai negara dengan dominasi agama Islam, faktor religiusitas menjadi pertimbangan penting bagi konsumen Muslim dalam menggunakan produk perbankan syariah. Artikel ini bertujuan menganalisis dan menguji pengaruh budaya organisasi khususnya nilai etis yang didominasi dari pengaruh budaya Jawa dan Madura terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan serta menguji pengaruh religiusitas dalam memoderasi pengaruh antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Data diperoleh dari 109 karyawan yang bekerja di sektor perbankan syariah (baik bank syariah milik BUMN maupun bank syariah swasta) yang berada di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dilaksanakan sejak Agustus hingga bulan September 2019 dan dianalisis menggunakan software PLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai etis perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi dan religiusitas memiliki peran penting dalam meningkatkan interaksi antara komitmen organisasi dan kinerja karyawan. Artikel ini berkontribusi dalam menunjukkan pentingnya aspek religiusitas yang perlu dikelola dalam memastikan peningkatan kinerja karyawan. Kata Kunci : Religiusitas, Nilai Etis, Komitmen Organisasi, Kinerja.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43103175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract Halal tourism has recently become jargon in Indonesia. The concept of halal tourism as the embodiment of Islamic tourism is considered ambiguous by certain groups. The concept of Halal Tourism or other similar terms such as Muslim-friendly or Islamic Tourism now raises a number of debates, whether the concept has a strong ontological basis with Islam, or it is merely a manifestation of economic interest that seeks to build competitive tourism and increase acceptance from the foreign Muslims segment. We apply the perspective of maqâshid s y ari’a h to analyze the accuracy of the concept of Halal Tourism as a derivation of Islamic tourism and compare it with indicators used by Global Muslim Travel Index (GMTI). The result shows that the term Halal Tourism can proportionately represent the concept of tourism in Islam. However, the adoption of maqâshid s y ari’a h in Indonesian halal tourism is still neglected. The need for the adoption of legal policy based on sharia’s principles is something that we should consider in the future. Keywords : Muslim -Friendly Tourism , Maqâshid S y ari’a h , Tourism, Halal Tourism. Abstrak Wisata halal telah menjadi jargon di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kelompok menilai bahwa konsep wisata halal sebagai reseprentasi dari pariwisata islami adalah hal yang ambigu. Konsep wisata halal atau istilah lain seperti halal tourism atau Muslim-friendly tourism kini menimbulkan sejumlah perdebatan, apakah konsep tersebut memiliki basis ontologis yang kuat dengan Islam, ataukah sebagai bentuk strategi ekonomi untuk membangun pariwisata yang kompetitif dan meningkatkan penerimaan dari segmen Muslim asing. Dalam tulisan ini, kami menggunakan perspektif maqâshid syari’ah untuk menimbang keakuratan konsep wisata halal sebagai derivasi dari pariwisata yang Islami, dan membandingkannya dengan sejumlah indikator dalam penyusunan indeks Global Muslim Travel Index (GMTI). Hasil telaah terhadap tata kelola dan praktik wisata halal menunjukkan bahwa Wisata Halal adalah konsep yang tepat dan proporsional dalam merepresentasikan pariwisata yang Islami. Namun masih terdapat distorsi dalam tata kelola pariwisata halal di Indonesia yang mengabaikan prinsip maqâshid syari’ah . Adanya kebijakan legal yang mengadopsi prinsip-prinsip dalam syariah adalah hal yang patut kita pertimbangkan di masa mendatang. Kata Kunci : Muslim-Friendly Tourism , Maqâshid Syari’ah , Pariwisata, Wisata Halal.
清真旅游最近成为印尼的行话。清真旅游作为伊斯兰旅游的体现的概念被某些群体认为是模糊的。清真旅游的概念或其他类似的术语,如穆斯林友好或伊斯兰旅游,现在引起了许多争论,这个概念是否与伊斯兰教有很强的本体论基础,或者它仅仅是一种经济利益的表现,旨在建立有竞争力的旅游业,增加外国穆斯林部分的接受度。我们运用maq shid s y ari 'a h的视角来分析清真旅游作为伊斯兰旅游衍生概念的准确性,并将其与全球穆斯林旅游指数(GMTI)使用的指标进行比较。研究结果表明,清真旅游一词能较好地代表伊斯兰教的旅游概念。然而,在印尼的清真旅游中,maq shid s y ari 'a h的采用仍然被忽视。在伊斯兰教法原则的基础上采取法律政策的必要性是我们未来应该考虑的问题。关键词:穆斯林友好型旅游,麦加清真寺,旅游,清真旅游。【摘要】印尼清真语(印尼语)。Sejumlah kelompok menilai bahwa konsep wisata halal sebagai代表dari pariwisata islami adalah hal yang ambigu。清真旅游是对穆斯林友好的旅游,是对穆斯林友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游,是对伊斯兰教友好的旅游。Dalam tulisan ini, kami menggunakan perspektif maqshid syari 'ah untuk menimbang keakuratan konsep wisata halal sebagai衍生asi dari pariwisata yang Islami, dan membandingkannya dengan sejumlah指标Dalam penyusunan指数全球穆斯林旅游指数(GMTI)。halil telaah terhadap tata kelola dan praktik wisata halal menunjukkan bahwa wisata halal adalah konsep yang tepat dan比例dalam代表亚洲pariwisata yang Islami。Namun masih terdapat distorsi dalam tata kelola pariwisata清真印度尼西亚杨mengabaikan王子maqshid伊斯兰教。Adanya kebijakan法律yang mengadopsi校长-校长dalam syariah adalah hal yang patut kita pertimbangkan di masa mendatang。Kata Kunci:穆斯林友好旅游,maq希德伊斯兰教,巴黎,维萨塔清真。
{"title":"Polemik Kebijakan Wisata Halal di Indonesia serta Tinjauannya dalam Maqashid Syariah","authors":"Surwandono Surwandono, Rizki Dian Nursita, Rashda Diana, Ade Meiliyana","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3594","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3594","url":null,"abstract":"Abstract Halal tourism has recently become jargon in Indonesia. The concept of halal tourism as the embodiment of Islamic tourism is considered ambiguous by certain groups. The concept of Halal Tourism or other similar terms such as Muslim-friendly or Islamic Tourism now raises a number of debates, whether the concept has a strong ontological basis with Islam, or it is merely a manifestation of economic interest that seeks to build competitive tourism and increase acceptance from the foreign Muslims segment. We apply the perspective of maqâshid s y ari’a h to analyze the accuracy of the concept of Halal Tourism as a derivation of Islamic tourism and compare it with indicators used by Global Muslim Travel Index (GMTI). The result shows that the term Halal Tourism can proportionately represent the concept of tourism in Islam. However, the adoption of maqâshid s y ari’a h in Indonesian halal tourism is still neglected. The need for the adoption of legal policy based on sharia’s principles is something that we should consider in the future. Keywords : Muslim -Friendly Tourism , Maqâshid S y ari’a h , Tourism, Halal Tourism. Abstrak Wisata halal telah menjadi jargon di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kelompok menilai bahwa konsep wisata halal sebagai reseprentasi dari pariwisata islami adalah hal yang ambigu. Konsep wisata halal atau istilah lain seperti halal tourism atau Muslim-friendly tourism kini menimbulkan sejumlah perdebatan, apakah konsep tersebut memiliki basis ontologis yang kuat dengan Islam, ataukah sebagai bentuk strategi ekonomi untuk membangun pariwisata yang kompetitif dan meningkatkan penerimaan dari segmen Muslim asing. Dalam tulisan ini, kami menggunakan perspektif maqâshid syari’ah untuk menimbang keakuratan konsep wisata halal sebagai derivasi dari pariwisata yang Islami, dan membandingkannya dengan sejumlah indikator dalam penyusunan indeks Global Muslim Travel Index (GMTI). Hasil telaah terhadap tata kelola dan praktik wisata halal menunjukkan bahwa Wisata Halal adalah konsep yang tepat dan proporsional dalam merepresentasikan pariwisata yang Islami. Namun masih terdapat distorsi dalam tata kelola pariwisata halal di Indonesia yang mengabaikan prinsip maqâshid syari’ah . Adanya kebijakan legal yang mengadopsi prinsip-prinsip dalam syariah adalah hal yang patut kita pertimbangkan di masa mendatang. Kata Kunci : Muslim-Friendly Tourism , Maqâshid Syari’ah , Pariwisata, Wisata Halal.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49053697","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3889
S. Sudarman, K. Amal, K SafrudinHalimy, R. Rahmawati, Urwatul Wusqo
Abstract The research is undertaken with several aims in mind. First, to analyze the local trade conducted in the Kingdom of Inderapura within the 17th-18th century CE. Second, to classify several types of local trade conducted under the patronage of the Kingdom of Inderapura in its effort to ascertain its position as the main patron of commerce on the west coast of Sumatera. One of the policies issued by the king of Inderapura to boost the kingdom’s commerce was not to burden the anchoring merchant ships with paying customs. Here lies the difference between the port of the Kingdom of Inderapura with other ports on the west coast of Sumatera. The article approaches the problem through maritime historical research method. It utilizes the Dutch colonial archives and the T ambo of the Kingdom of Inderapura as the primary sources. Besides that, the research also makes use of related books and scientific journals as secondary sources. To enrich and bring depth to its analysis, the research approaches the research question socio-economically. These sources, then, need to pass the internal and external criticism to validate its reliability. The final steps are synthesis and historiography (putting and arranging those facts into historical writing). The writers discover that there are three types of local trade conducted by the Kingdom of Inderapura along with the 17th-18th century CE: intra-island, inter-ports, and inter-islands trade. Keyword s : The Kingdom of Inderapura, Local Trade, VOC, The Kingdom of Aceh Darussalam, The Kingdom of Banten. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang pola perniagaan lokal di kerajaan Inderapura pada abad XVII-XVIII M. Hal ini sekaligus untuk mendalami bagaimana pola-pola perniagaan yang dibangun oleh kerajaan Inderapura sehingga kerajaan ini mampu menjadi penopang utama perniagaan di Pantai Barat Sumatera. Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh raja Inderapura adalah setiap pedagang yang berlabuh tidak dibebani untuk membayar bea cukai, inilah yang membedakan antara pelabuhan Inderapura dengan pelabuhan yang lainnya di Pantai Barat Sumatera. Penelitian ini menggunakan metode riset sejarah maritim dengan sumber primer berupa arsip kolonial, sumber lokal berupa Tambo kerajaan Inderapura dan sumber sekunder serta pendekatan sosial ekonomi, kemudian sumber-sumber tersebut dikritik dengan melalui kritik internal dan eksternal (memvalidasi akurasi terhadap keaslian sumber), setelah itu dilakukan sintesis dan historigrafi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pola perniagaan yang dipergunakan oleh Kerajaan Inderapura pada abad XVII-XVIII M adalah; pertama, pola perniagaan antar pelabuhan. Kedua, Pola perniagaan antar pulau. Ketiga, pola perniagaan ke pedalaman. Kata Kunci: Kerajaan Inderapura, Perdagangan Lokal, VOC, Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Banten.
{"title":"Local Trade in the Kingdom of Inderapura in the 17th-18th Century Ce","authors":"S. Sudarman, K. Amal, K SafrudinHalimy, R. Rahmawati, Urwatul Wusqo","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3889","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3889","url":null,"abstract":"Abstract The research is undertaken with several aims in mind. First, to analyze the local trade conducted in the Kingdom of Inderapura within the 17th-18th century CE. Second, to classify several types of local trade conducted under the patronage of the Kingdom of Inderapura in its effort to ascertain its position as the main patron of commerce on the west coast of Sumatera. One of the policies issued by the king of Inderapura to boost the kingdom’s commerce was not to burden the anchoring merchant ships with paying customs. Here lies the difference between the port of the Kingdom of Inderapura with other ports on the west coast of Sumatera. The article approaches the problem through maritime historical research method. It utilizes the Dutch colonial archives and the T ambo of the Kingdom of Inderapura as the primary sources. Besides that, the research also makes use of related books and scientific journals as secondary sources. To enrich and bring depth to its analysis, the research approaches the research question socio-economically. These sources, then, need to pass the internal and external criticism to validate its reliability. The final steps are synthesis and historiography (putting and arranging those facts into historical writing). The writers discover that there are three types of local trade conducted by the Kingdom of Inderapura along with the 17th-18th century CE: intra-island, inter-ports, and inter-islands trade. Keyword s : The Kingdom of Inderapura, Local Trade, VOC, The Kingdom of Aceh Darussalam, The Kingdom of Banten. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang pola perniagaan lokal di kerajaan Inderapura pada abad XVII-XVIII M. Hal ini sekaligus untuk mendalami bagaimana pola-pola perniagaan yang dibangun oleh kerajaan Inderapura sehingga kerajaan ini mampu menjadi penopang utama perniagaan di Pantai Barat Sumatera. Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh raja Inderapura adalah setiap pedagang yang berlabuh tidak dibebani untuk membayar bea cukai, inilah yang membedakan antara pelabuhan Inderapura dengan pelabuhan yang lainnya di Pantai Barat Sumatera. Penelitian ini menggunakan metode riset sejarah maritim dengan sumber primer berupa arsip kolonial, sumber lokal berupa Tambo kerajaan Inderapura dan sumber sekunder serta pendekatan sosial ekonomi, kemudian sumber-sumber tersebut dikritik dengan melalui kritik internal dan eksternal (memvalidasi akurasi terhadap keaslian sumber), setelah itu dilakukan sintesis dan historigrafi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pola perniagaan yang dipergunakan oleh Kerajaan Inderapura pada abad XVII-XVIII M adalah; pertama, pola perniagaan antar pelabuhan. Kedua, Pola perniagaan antar pulau. Ketiga, pola perniagaan ke pedalaman. Kata Kunci: Kerajaan Inderapura, Perdagangan Lokal, VOC, Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Banten.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42827165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.4006
Alimin Alimin, Rizal Fahlefi
Abstract Islamic Financial Institutions (IFI) have business and social functions. One source of income for social funds other than infaq, shadaqah, and zakah is a fine fund for late payment of debt to able customers. This phenomenon is different from conventional financial institutions that make fines as one of their income. The fine at the IFI serves to discipline customers to pay debts, but the collection of these fines should not be done haphazardly because it can lead to ribawi practices and abuse of the situation. Decisions of various fatwa institutions have been made available regarding the rules for implementing this fine (DSN-MUI No. 17 of 2000 and the Sharia Standards of the AAOIFI Sharia Board of Bahrain No.8 and Majma 'al-Fiqh al-Islami Islamic Conference Organization No. 109 of 2000). Based on the results of this study it was found that the implementation of this fine was very varied. The study also found that the potential for these fines was quite large and would contribute positively to IFI's social functions while enhancing the positive image of the community. Variations in the application of these fines can be seen in terms of a) whether or not the fines are carried out with the aim of the promotion strategy, b) the amount of fines applied based on the effectiveness of the deterrence function, c) customer knowledge and understanding is still very low on these sanctions rules, and even IFI practitioners are still not optimally understood. Keywords: Sanction Fines, Usury, BMT, Capable Customers, Bad Debth, Islamic Financial Institutions. Abstrak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mempunyai fungsi bisnis dan sosial. Salah satu sumber pemasukan dari dana sosial selain infak, sedekah dan zakat adalah denda keterlambatan pembayaran utang atas nasabah yang mampu. Hal ini berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yang menjadikan denda sebagai salah satu pendapatan lembaga keuangan. Denda pada LKS tersebut berfungsi untuk mendisiplinkan nasabah terutang, namun dalam penerapan denda keterlambatan pembayaran tidak boleh dilakukan sembarangan karena dapat menjurus kepada praktik ribawi dan penyalahgunaan keadaan. Keputusan berbagai lembaga fatwa pun sudah ada tentang pelaksanaan denda ini (DSN-MUI No. 17 Th. 2000 dan Standar Syariah Dewan Syariah AAOIFI Bahrain No. 8 serta Majma' al-Fiqh al-Islami Organisasi Konferensi Islam No. 109 Th. 2000). Namun, berdasarkan hasil penelitian ternyata di lapangan terdapat berbagai variasi pelaksanaannya. Penelitian ini juga menemukan bahwa potensi denda tersebut cukup besar dan akan memberikan kontribusi positif bagi fungsi sosial LKS sekaligus meningkatkan kesan positif dari masyarakat. Variasi penerapan terlihat dari sisi a) dilaksanakan atau tidaknya denda tersebut dengan alasan strategi promosi, b) jumlah denda yang diterapkan berdasarkan efektifnya tujuan penjeraan, c) pengetahuan dan pemahaman nasabah masih sangat rendah terhadap aturan sanksi ini, dan bahkan praktisi terhadap aturan sanksi ini masi
{"title":"Pelaksanaan Denda atas Nasabah Mampu Penunda Pembayaran Utang di Lembaga Keuangan Syariah","authors":"Alimin Alimin, Rizal Fahlefi","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.4006","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.4006","url":null,"abstract":"Abstract Islamic Financial Institutions (IFI) have business and social functions. One source of income for social funds other than infaq, shadaqah, and zakah is a fine fund for late payment of debt to able customers. This phenomenon is different from conventional financial institutions that make fines as one of their income. The fine at the IFI serves to discipline customers to pay debts, but the collection of these fines should not be done haphazardly because it can lead to ribawi practices and abuse of the situation. Decisions of various fatwa institutions have been made available regarding the rules for implementing this fine (DSN-MUI No. 17 of 2000 and the Sharia Standards of the AAOIFI Sharia Board of Bahrain No.8 and Majma 'al-Fiqh al-Islami Islamic Conference Organization No. 109 of 2000). Based on the results of this study it was found that the implementation of this fine was very varied. The study also found that the potential for these fines was quite large and would contribute positively to IFI's social functions while enhancing the positive image of the community. Variations in the application of these fines can be seen in terms of a) whether or not the fines are carried out with the aim of the promotion strategy, b) the amount of fines applied based on the effectiveness of the deterrence function, c) customer knowledge and understanding is still very low on these sanctions rules, and even IFI practitioners are still not optimally understood. Keywords: Sanction Fines, Usury, BMT, Capable Customers, Bad Debth, Islamic Financial Institutions. Abstrak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mempunyai fungsi bisnis dan sosial. Salah satu sumber pemasukan dari dana sosial selain infak, sedekah dan zakat adalah denda keterlambatan pembayaran utang atas nasabah yang mampu. Hal ini berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yang menjadikan denda sebagai salah satu pendapatan lembaga keuangan. Denda pada LKS tersebut berfungsi untuk mendisiplinkan nasabah terutang, namun dalam penerapan denda keterlambatan pembayaran tidak boleh dilakukan sembarangan karena dapat menjurus kepada praktik ribawi dan penyalahgunaan keadaan. Keputusan berbagai lembaga fatwa pun sudah ada tentang pelaksanaan denda ini (DSN-MUI No. 17 Th. 2000 dan Standar Syariah Dewan Syariah AAOIFI Bahrain No. 8 serta Majma' al-Fiqh al-Islami Organisasi Konferensi Islam No. 109 Th. 2000). Namun, berdasarkan hasil penelitian ternyata di lapangan terdapat berbagai variasi pelaksanaannya. Penelitian ini juga menemukan bahwa potensi denda tersebut cukup besar dan akan memberikan kontribusi positif bagi fungsi sosial LKS sekaligus meningkatkan kesan positif dari masyarakat. Variasi penerapan terlihat dari sisi a) dilaksanakan atau tidaknya denda tersebut dengan alasan strategi promosi, b) jumlah denda yang diterapkan berdasarkan efektifnya tujuan penjeraan, c) pengetahuan dan pemahaman nasabah masih sangat rendah terhadap aturan sanksi ini, dan bahkan praktisi terhadap aturan sanksi ini masi","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44379421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-03DOI: 10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3572
S. Syamsuri, Syamsuddin Arif, Alfarid Fedro, Vina Fithriana Wibisono
Abstract Good waqf corporate management will contribute to the maximum achievement of waqf goals. Responsibility is one of the achievement of good waqf corporate management, however few waqf institutions cannot produce waqf assets due to lack of responsibility in management. This paper aims to analyze the practice of management responsibility in waqf institutions, evidenced by Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) waqf management. This research is a field research with a qualitative approach. Data collection techniques using interviews, observation, documentation were analyzed with descriptive and thematic analysis. The result of the responsibility practice at PMDG intended for sustainability of independence education, namely; First, its waqf corporate management stands on official law in accordance with prevailed regulations. Second, the awareness of the responsibility of waqf governance, PMDG has implemented the vision, mission and objectives of the Gontor waqf charter as well as the application of Islamic corporate governance. Third, mapping waqf assets by producing various business units, expanding and utilizing land assets annually, and implementing the waqf motto that waqf must always move. Keywords: Waqf, Responsibility, Waqf Institution, Pondok Pesantren, Waqf Corporate Management. Abstrak Manajemen pengelolaan wakaf yang baik akan berkontribusi maksimal tercapainya tujuan wakaf. Tanggungjawab merupakan salah satu tercapainya pengelolaan korporasi wakaf yang baik, namun tidak sedikit institusi wakaf yang tidak bisa memproduktifkan asset wakaf dikarenakan oleh kurang terciptanya tanggungjawab dalam manajemennya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis praktek responsibilitas manajemen dalam institusi wakaf, dibuktikan dengan fakta yang terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi yang dianalisis dengan deskriptif dan tematik analisis. Hasilnya adalah praktek prinsip tanggungjawab di PMDG bertujuan untuk mendorong keberlansungan kemandirian pendidikan melalui yaitu; pertama, pengelolaan wakaf berdiri di atas legal resmi sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Kedua, dilihat dari kesadaran pertanggungjawaban tata kelola wakaf, PMDG telah menerapkan visi, misi dan tujuan piagam wakaf Gontor serta menerapkan manajemen korporasi islam. Ketiga, pemetaan aset wakaf yaitu dengan memproduktifkan berbagai unit-unit usaha, perluasan dan pemanfaatan aset tanah pertahunnya, serta menerapkan motto wakaf yaitu wakaf harus selalu bergerak. Kata Kunci : Wakaf, Responsibilitas, Institusi Wakaf, Pondok Pesantren, Manajemen Korporasi Wakaf.
摘要责任是良好的宗教基金公司管理的成就之一,但由于缺乏管理责任,很少有宗教基金机构不能生产宗教基金资产。本文旨在分析管理责任在宗教基金机构中的实践,以Pondok Modern Darlas Gontor(PMDG)宗教基金管理为例。本研究采用定性方法进行实地研究。采用访谈、观察、文献资料等数据收集技术,进行描述性和专题分析。PMDG旨在实现独立教育可持续性的责任实践的结果,即:;首先,它的宗教基金公司管理依据现行法规,以官方法律为依据。第二,意识到宗教基金治理的责任,PMDG实施了Gontor宗教基金章程的愿景、使命和目标,以及伊斯兰公司治理的应用。第三,通过生产各种业务单元来绘制宗教基金资产图,每年扩大和利用土地资产,并落实宗教基金必须始终行动的座右铭。关键词:宗教基金,责任,宗教基金机构,Pondok Pesantren,宗教基金公司管理。[Abstrak[UNK]良好的时间管理管理将有助于最大限度地实现wakaf目标。责任是一个好的wakaf公司的成功管理之一,但也有不少wakaf机构因为管理缺乏责任而无法生产wakaf资产。本文的目的是分析时间咖啡馆机构的管理责任实践,这一实践已被Pondok Modern Darlas Gontor(PMDG)发生的事实所证明。这项研究是采用定性方法进行的实地研究。数据收集技术使用访谈、观察、文献分析以及描述性和专题分析。其结果是实践了PMDG的责任原则,以促进教育的独立性;首先,时间咖啡馆的管理是根据适用的邀请规则建立在官方法律基础上的。其次,鉴于wakaf时钟系统的责任意识,PMDG实现了wakaf Gontor违约和伊斯兰公司管理的愿景、使命和目的。第三,绘制瓦卡夫资产是通过生产各种努力单位、扩大和开发其土地资产,并应用瓦卡夫必须始终移动的座右铭。关键词:Wakaf,责任,Wakaf机构,Pondok Pesantren,管理Wakaf公司。
{"title":"Critic Analysis of Responsibility Practices of Waqf Institution: Reason Condition from Pondok Modern Darussalam Gontor","authors":"S. Syamsuri, Syamsuddin Arif, Alfarid Fedro, Vina Fithriana Wibisono","doi":"10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3572","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/TSAQAFAH.V16I1.3572","url":null,"abstract":"Abstract Good waqf corporate management will contribute to the maximum achievement of waqf goals. Responsibility is one of the achievement of good waqf corporate management, however few waqf institutions cannot produce waqf assets due to lack of responsibility in management. This paper aims to analyze the practice of management responsibility in waqf institutions, evidenced by Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) waqf management. This research is a field research with a qualitative approach. Data collection techniques using interviews, observation, documentation were analyzed with descriptive and thematic analysis. The result of the responsibility practice at PMDG intended for sustainability of independence education, namely; First, its waqf corporate management stands on official law in accordance with prevailed regulations. Second, the awareness of the responsibility of waqf governance, PMDG has implemented the vision, mission and objectives of the Gontor waqf charter as well as the application of Islamic corporate governance. Third, mapping waqf assets by producing various business units, expanding and utilizing land assets annually, and implementing the waqf motto that waqf must always move. Keywords: Waqf, Responsibility, Waqf Institution, Pondok Pesantren, Waqf Corporate Management. Abstrak Manajemen pengelolaan wakaf yang baik akan berkontribusi maksimal tercapainya tujuan wakaf. Tanggungjawab merupakan salah satu tercapainya pengelolaan korporasi wakaf yang baik, namun tidak sedikit institusi wakaf yang tidak bisa memproduktifkan asset wakaf dikarenakan oleh kurang terciptanya tanggungjawab dalam manajemennya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis praktek responsibilitas manajemen dalam institusi wakaf, dibuktikan dengan fakta yang terjadi di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi yang dianalisis dengan deskriptif dan tematik analisis. Hasilnya adalah praktek prinsip tanggungjawab di PMDG bertujuan untuk mendorong keberlansungan kemandirian pendidikan melalui yaitu; pertama, pengelolaan wakaf berdiri di atas legal resmi sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku. Kedua, dilihat dari kesadaran pertanggungjawaban tata kelola wakaf, PMDG telah menerapkan visi, misi dan tujuan piagam wakaf Gontor serta menerapkan manajemen korporasi islam. Ketiga, pemetaan aset wakaf yaitu dengan memproduktifkan berbagai unit-unit usaha, perluasan dan pemanfaatan aset tanah pertahunnya, serta menerapkan motto wakaf yaitu wakaf harus selalu bergerak. Kata Kunci : Wakaf, Responsibilitas, Institusi Wakaf, Pondok Pesantren, Manajemen Korporasi Wakaf.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44587869","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-05DOI: 10.21111/tsaqafah.v15i2.3382
Fiqih Risallah, T. Denisova
Abstract This paper aims to reflect on al-Attas’ conception of human creation. It argues that human creation model in Islamic perspective differs from evolutionary and positivist model. The issue centers upon a question as to when Adam was initially present on earth. Al-Attas asserts that human knowledge of his origin is limited in such a way that only through revelation it is truly revealed. Divine information is crucial without which knowledge of his origin would be a matter of purely speculative presumption. By employing a taw ḥ i d approach, al-Attas managed to establish the time frame of Adam first appearance with a view to clarifying that his arrival along with his wife was in approximately between 7000 and 8000 years ago, not in terms of hundreds of thousands of years ago. This estimative calculation can only be done when the definition of human being is clearly justified. Al-Ḥayaw â n al-N â ṭiq is more than a mere rational animal , conceived as having a connection with prior organism. Al-Attas defines it a living being that speaks signifying his given power to apprehend what knowledge communicates and to communicate what it apprehends. This paper found that human being is a special and a new creation, and Adam is the Father of mankind nothing to do with biological evolutionary theory. This creation is a recent event in the history of time. Hence, human was created with purpose justifying that his existence on earth is a grace and his life historically is purposeful. Keywords: al-Attas, Human Being, Human Origin, Missing Link, Prophet Adam. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk merefleksikan konsepsi al-Attas tentang penciptaan manusia. Menyatakan bahwa model penciptaan manusia dari perspektif Islam bertentangan dengan model dari kelompok evolusionis dan positivis. Permasalahan utamanya berkaitan dengan pertanyaan kapan Adam hadir di bumi pertama kali. Al-Attas menegaskan bahwa pengetahuan manusia tentang asal-usulnya sangat terbatas sehingga hanya melalui perantaraan wahyu hal itu bisa terungkap. Informasi ilahi sangat krusial yang dengan tanpanya, pengetahuan manusia terhadap asal-usulnya akan menjadi anggapan yang bersifat spekulatif. Dengan menerapkan pendekatan tawḥ i d , al-Attas berhasil menetapkan jangkaan waktu keberadaan Adam pertama kali di bumi yang bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa kedatangannya bersama istrinya adalah berkisar antara 7000 sampai 8000 tahun yang lalu; bukan ratusan ribu tahun yang lalu. Kalkulasi ini hanya dapat dilakukan jika definisi tentang manusia telah diformulasikan dengan benar dan tepat. Al-Ḥayaw â n al-N â ṭiq tidak hanya sekedar bermaksud ‘hewan rasional’ yang dianggap memiliki keterkaitan dengan organisme sebelumnya. Al-Attas mendefinisikannya sebagai makhluk hidup yang bertutur-kata yang menunjukkan akan kekuatan yang dimilikinya untuk mampu memahami apa yang dikomunikasikan sebagai pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan apa yang ditangkapnya. Artikel ini menemukan bahwa asal-usul manusia ada
{"title":"Syed Muhammad Naquib al-Attas on Human Origin","authors":"Fiqih Risallah, T. Denisova","doi":"10.21111/tsaqafah.v15i2.3382","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v15i2.3382","url":null,"abstract":"Abstract This paper aims to reflect on al-Attas’ conception of human creation. It argues that human creation model in Islamic perspective differs from evolutionary and positivist model. The issue centers upon a question as to when Adam was initially present on earth. Al-Attas asserts that human knowledge of his origin is limited in such a way that only through revelation it is truly revealed. Divine information is crucial without which knowledge of his origin would be a matter of purely speculative presumption. By employing a taw ḥ i d approach, al-Attas managed to establish the time frame of Adam first appearance with a view to clarifying that his arrival along with his wife was in approximately between 7000 and 8000 years ago, not in terms of hundreds of thousands of years ago. This estimative calculation can only be done when the definition of human being is clearly justified. Al-Ḥayaw â n al-N â ṭiq is more than a mere rational animal , conceived as having a connection with prior organism. Al-Attas defines it a living being that speaks signifying his given power to apprehend what knowledge communicates and to communicate what it apprehends. This paper found that human being is a special and a new creation, and Adam is the Father of mankind nothing to do with biological evolutionary theory. This creation is a recent event in the history of time. Hence, human was created with purpose justifying that his existence on earth is a grace and his life historically is purposeful. Keywords: al-Attas, Human Being, Human Origin, Missing Link, Prophet Adam. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk merefleksikan konsepsi al-Attas tentang penciptaan manusia. Menyatakan bahwa model penciptaan manusia dari perspektif Islam bertentangan dengan model dari kelompok evolusionis dan positivis. Permasalahan utamanya berkaitan dengan pertanyaan kapan Adam hadir di bumi pertama kali. Al-Attas menegaskan bahwa pengetahuan manusia tentang asal-usulnya sangat terbatas sehingga hanya melalui perantaraan wahyu hal itu bisa terungkap. Informasi ilahi sangat krusial yang dengan tanpanya, pengetahuan manusia terhadap asal-usulnya akan menjadi anggapan yang bersifat spekulatif. Dengan menerapkan pendekatan tawḥ i d , al-Attas berhasil menetapkan jangkaan waktu keberadaan Adam pertama kali di bumi yang bertujuan untuk mengklarifikasi bahwa kedatangannya bersama istrinya adalah berkisar antara 7000 sampai 8000 tahun yang lalu; bukan ratusan ribu tahun yang lalu. Kalkulasi ini hanya dapat dilakukan jika definisi tentang manusia telah diformulasikan dengan benar dan tepat. Al-Ḥayaw â n al-N â ṭiq tidak hanya sekedar bermaksud ‘hewan rasional’ yang dianggap memiliki keterkaitan dengan organisme sebelumnya. Al-Attas mendefinisikannya sebagai makhluk hidup yang bertutur-kata yang menunjukkan akan kekuatan yang dimilikinya untuk mampu memahami apa yang dikomunikasikan sebagai pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan apa yang ditangkapnya. Artikel ini menemukan bahwa asal-usul manusia ada","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45219324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-05DOI: 10.21111/tsaqafah.v15i2.3610
Queen Rahmah Rizqi Zaidah
Abstract Levels of stress and mental health disorders of adulthood increased five times higher than the conditions experienced in the era of the great depression in 1938 ago. The triggers came from school and popular culture in everyday life. The symptoms of burnout were also found in some college students, for example at the University of Maulana Malik Ibrahim Malang. This problem greatly affects their psychological well-being (PWB) which can make other continuity psychological problems. Shalawat Albanjari activities which have been found in Ma’had Sunan Ampel al-Aly (MSAA) UIN Malang as an old tradition has some certain values that can be expressed in terms of PWB. This study is ethnographic qualitative research. Subjects in this study are some students who become the active players of Shalawat Albanjari. The results showed that Shalawat Albanjari contains some values: psychological values, education values, social values, and spiritual values. Moreover, PWB can be conceptualized as a state of “being calm and peaceful because of the remembrance of God”. Doing Shalawat Albanjari as a routine activity can indirectly improve the PWB of the players. Keywords: Shalawat Albanjari, Shalawat, Psychological Well-Being, Music, Higher Education Students. Abstrak Tingkat stres dan gangguan kesehatan mental di masa dewasa meningkat lima kali lebih tinggi dari kondisi yang dialami saat era depresi hebat pada 1938 lalu. Pemicunya berasal dari sekolah dan budaya populer dalam kehidupan sehari-hari. Gejala-gejala burnout juga ditemukan pada beberapa pelajar Perguruan Tinggi, tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada pengurus Ma’had Sunan Ampel al-Aly UIN Malang. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka (PWB). Adanya kegiatan Shalawat Albanjari di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang sebagai tradisi lama memiliki beberapa nilai tertentu yang dapat diungkapkan dalam kaitannya dengan Psychological Well Being pelakunya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif etnografi. Dua mahasiswa yang menjadi pelaku aktif Shalawat Albanjari menjadi subjek dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shalawat Albanjari mengandung beberapa nilai utama, yaitu: nilai psikologis, nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai spiritual. Selain itu, PWB dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan “menjadi tenang dan damai karena mengingat Allah”. Melakukan Shalawat Albanjari sebagai kegiatan rutin secara tidak langsung dapat meningkatkan PWB para pelakunya. Kata Kunci: Shalawat Albanjari, Shalawat, Kesejahteraan Psikologis, Musik, Pelajar Perguruan Tinggi.
成年人的压力和心理健康障碍水平比1938年大萧条时期高出5倍。这些诱因来自学校和日常生活中的流行文化。在一些大学生中也发现了倦怠的症状,例如在毛拉·马利克·易卜拉欣·玛朗大学。这一问题严重影响了他们的心理健康,并可能导致其他连续性心理问题。在马朗的Ma 'had Sunan Ampel al-Aly (MSAA)发现的Shalawat Albanjari活动作为一种古老的传统,具有可以用PWB来表达的某些价值。本研究属于民族志定性研究。本研究的对象是一些成为《沙拉瓦特·阿尔巴尼亚里》活跃玩家的学生。结果表明,《沙拉瓦·阿尔巴尼亚里》包含着心理价值、教育价值、社会价值和精神价值。此外,PWB可以被概念化为一种“因记念上帝而平静祥和”的状态。将“沙拉瓦·阿尔巴尼亚里”作为一项常规活动,可以间接提高球员的PWB。关键词:沙拉瓦特·阿尔巴尼亚里,沙拉瓦特,心理健康,音乐,高等教育学生[摘要][font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana] [font - verdana]Pemicunya berasal dari sekolah dan budaya populya dalam kehidupan sehari-hari。Gejala-gejala burnout juga ditemukan pada beberapa pelajar perguran Tinggi, tidak menutup kemungkinan juga terjadi padpengurus Ma 'had Sunan Ampel al-Aly un Malang。Hal ini tentu sangat mempengaruhi kesejahteraan psychological merka (PWB)。Adanya kegiatan Shalawat Albanjari di Ma 'had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) unmalang sebagai tradisi lama memiliki beberapa nilai tertentu yang dapat diungkapkan dalam kaitannya dengan心理健康pelakunya。Penelitian ini adalah Penelitian quality etnography。Dua mahasiswa yang menjadi pelaku aktif Shalawat Albanjari menjadi subjek dalam penelitian ini。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shalawat Albanjari mengandung beberapa nilai utama, yitu: nilai心理学,nilai pendidikan, nilai社会,dan nilai精神。Selain itu, PWB dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan“menjadi tenang dan damai karena mengingat Allah”。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Kata Kunci: Shalawat Albanjari, Shalawat, Kesejahteraan心理学,音乐学,Pelajar Perguruan Tinggi。
{"title":"Shalawat Albanjari: a Musical Uniqueness for Psychological Well-Being Improvement among Higher Education Students","authors":"Queen Rahmah Rizqi Zaidah","doi":"10.21111/tsaqafah.v15i2.3610","DOIUrl":"https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v15i2.3610","url":null,"abstract":"Abstract Levels of stress and mental health disorders of adulthood increased five times higher than the conditions experienced in the era of the great depression in 1938 ago. The triggers came from school and popular culture in everyday life. The symptoms of burnout were also found in some college students, for example at the University of Maulana Malik Ibrahim Malang. This problem greatly affects their psychological well-being (PWB) which can make other continuity psychological problems. Shalawat Albanjari activities which have been found in Ma’had Sunan Ampel al-Aly (MSAA) UIN Malang as an old tradition has some certain values that can be expressed in terms of PWB. This study is ethnographic qualitative research. Subjects in this study are some students who become the active players of Shalawat Albanjari. The results showed that Shalawat Albanjari contains some values: psychological values, education values, social values, and spiritual values. Moreover, PWB can be conceptualized as a state of “being calm and peaceful because of the remembrance of God”. Doing Shalawat Albanjari as a routine activity can indirectly improve the PWB of the players. Keywords: Shalawat Albanjari, Shalawat, Psychological Well-Being, Music, Higher Education Students. Abstrak Tingkat stres dan gangguan kesehatan mental di masa dewasa meningkat lima kali lebih tinggi dari kondisi yang dialami saat era depresi hebat pada 1938 lalu. Pemicunya berasal dari sekolah dan budaya populer dalam kehidupan sehari-hari. Gejala-gejala burnout juga ditemukan pada beberapa pelajar Perguruan Tinggi, tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada pengurus Ma’had Sunan Ampel al-Aly UIN Malang. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka (PWB). Adanya kegiatan Shalawat Albanjari di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang sebagai tradisi lama memiliki beberapa nilai tertentu yang dapat diungkapkan dalam kaitannya dengan Psychological Well Being pelakunya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif etnografi. Dua mahasiswa yang menjadi pelaku aktif Shalawat Albanjari menjadi subjek dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Shalawat Albanjari mengandung beberapa nilai utama, yaitu: nilai psikologis, nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai spiritual. Selain itu, PWB dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan “menjadi tenang dan damai karena mengingat Allah”. Melakukan Shalawat Albanjari sebagai kegiatan rutin secara tidak langsung dapat meningkatkan PWB para pelakunya. Kata Kunci: Shalawat Albanjari, Shalawat, Kesejahteraan Psikologis, Musik, Pelajar Perguruan Tinggi.","PeriodicalId":53315,"journal":{"name":"Tsaqafah","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48324666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}