Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.32528/bioma.v7i1.7277
Novy Eurika
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Biosistematik Hewan dengan muatan TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) yang valid. Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan 4D Thiagarajan. Data validitas dikumpulkan melalui angket penilaian pakar, dan didukung dengan data respon mahasiswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria validitas produk pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan valid dengan skor sebesar 3,8 untuk Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) dan 3,5 untuk Rancangan Tugas Mahasiswa (RTM). Uji coba produk pengembangan menunjukkan bahwa 72% mahasiswa memberikan respon sangat baik dan baik pada perkuliahan Biosistematik Hewan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dengan demikian hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran Biosistematik Hewan bermuatan TPACK memenuhi kualifikasi valid.
{"title":"Perangkat Pembelajaran Biosistematik Hewan Bermuatan TPACK: Sebuah Kajian Kelayakan","authors":"Novy Eurika","doi":"10.32528/bioma.v7i1.7277","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/bioma.v7i1.7277","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Biosistematik Hewan dengan muatan TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) yang valid. Pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada model pengembangan 4D Thiagarajan. Data validitas dikumpulkan melalui angket penilaian pakar, dan didukung dengan data respon mahasiswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria validitas produk pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinyatakan valid dengan skor sebesar 3,8 untuk Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) dan 3,5 untuk Rancangan Tugas Mahasiswa (RTM). Uji coba produk pengembangan menunjukkan bahwa 72% mahasiswa memberikan respon sangat baik dan baik pada perkuliahan Biosistematik Hewan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Dengan demikian hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran Biosistematik Hewan bermuatan TPACK memenuhi kualifikasi valid.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84160909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.32528/bioma.v7i1.7405
Kurniawan Pandu Wicaksono
{"title":"Hubungan antara Learning Loss dan Motivasi Belajar Mahasiswa pada Proses Pembelajaran Jarak Jauh","authors":"Kurniawan Pandu Wicaksono","doi":"10.32528/bioma.v7i1.7405","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/bioma.v7i1.7405","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74048980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.32528/bioma.v7i1.5822
Irene Agni Teatrawan, Kukuh Madyaningrana, Catarina Aprilia Ariestanti, Guruh Prihatmo
Waste in the form of coffee grounds can pollute the environment if disposed of without processing. The research objectives were to study the impact of fermented and non-fermented Robusta coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer on growth in height, number of leaves, wet weight, dry weight and root length of Brazilian spinach plants (Altenanthera Sissoo) and to determine the quality of coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer based on the content of C, N, P, and K compounds. The research design was a randomized block (RAK), analyzed by UNIANOVA, DMRT test and LSD test. The result of this research is that fermented coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer with a dose of 140 g has a significant effect in supporting the growth of Brazilian spinach plants (Altenanthera Sissoo).
{"title":"Pemanfaatan Limbah Ampas Coffea Canephora sebagai Pupuk Pendukung Pertumbuhan Altenanthera Sissoo","authors":"Irene Agni Teatrawan, Kukuh Madyaningrana, Catarina Aprilia Ariestanti, Guruh Prihatmo","doi":"10.32528/bioma.v7i1.5822","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/bioma.v7i1.5822","url":null,"abstract":"Waste in the form of coffee grounds can pollute the environment if disposed of without processing. The research objectives were to study the impact of fermented and non-fermented Robusta coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer on growth in height, number of leaves, wet weight, dry weight and root length of Brazilian spinach plants (Altenanthera Sissoo) and to determine the quality of coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer based on the content of C, N, P, and K compounds. The research design was a randomized block (RAK), analyzed by UNIANOVA, DMRT test and LSD test. The result of this research is that fermented coffee (Coffea canephora) grounds fertilizer with a dose of 140 g has a significant effect in supporting the growth of Brazilian spinach plants (Altenanthera Sissoo).","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"59 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91297469","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-03-30DOI: 10.32528/bioma.v7i1.2904
R. Maharani, Siti Fatimah
Hand sanitizer digunakan sebagai bahan antiseptik yang praktis dan mengandung alkohol yang dapat membuat kulit menjadi iritasi. Penggunaan daun mangkokan sebagai bahan formula gel dan mengandung antibakteri flavonoid saponin. Tujuan untuk mengetahui zona hambat pada biogel ekstrak daun mangkokan. Penelitian ini perlakuan variasi suhu yaitu 30℃, 40℃, 50℃, 60℃, dan 70℃ menggunakan variasi waktu perendaman yaitu 0, 2, 4, 6, 8 hari. Dilakukan uji organoleptik, pH, daya sebar, daya lekat, zona hambat bakteri. Hasil menunjukkan bahwa uji homogenitas telah memenuhi persyaratan. pH hasil formulasi ekstrak daun mangkokan yaitu 5,8 – 6,4, pH aman untuk kulit. Uji zona hambat bakteri, metode yang digunakan yaitu metode disc plate dan metode difusi sumuran. Metode disc plate variasi suhu menghasilkan daya hambat medium dan sangat kuat dengan diameter sekitar 13-16 mm. Variasi waktu perendaman menghasilkan daya hambat lemah, medium, dan sangat kuat dengan diamater sekitar 8-35 mm. Metode difusi sumuran variasi suhu menghasilkan daya hambat yang sangat kuat dengan diameter sekitar 28-33 mm. Sedangkan pada variasi waktu perendaman menghasilkan daya hambat medium dan sangat kuat dengan diamater sekitar 18-36 mm.
{"title":"Kajian Suhu dan Waktu Perendaman pada Biogel Berbahan Dasar Daun Mangkokan","authors":"R. Maharani, Siti Fatimah","doi":"10.32528/bioma.v7i1.2904","DOIUrl":"https://doi.org/10.32528/bioma.v7i1.2904","url":null,"abstract":"Hand sanitizer digunakan sebagai bahan antiseptik yang praktis dan mengandung alkohol yang dapat membuat kulit menjadi iritasi. Penggunaan daun mangkokan sebagai bahan formula gel dan mengandung antibakteri flavonoid saponin. Tujuan untuk mengetahui zona hambat pada biogel ekstrak daun mangkokan. Penelitian ini perlakuan variasi suhu yaitu 30℃, 40℃, 50℃, 60℃, dan 70℃ menggunakan variasi waktu perendaman yaitu 0, 2, 4, 6, 8 hari. Dilakukan uji organoleptik, pH, daya sebar, daya lekat, zona hambat bakteri. Hasil menunjukkan bahwa uji homogenitas telah memenuhi persyaratan. pH hasil formulasi ekstrak daun mangkokan yaitu 5,8 – 6,4, pH aman untuk kulit. Uji zona hambat bakteri, metode yang digunakan yaitu metode disc plate dan metode difusi sumuran. Metode disc plate variasi suhu menghasilkan daya hambat medium dan sangat kuat dengan diameter sekitar 13-16 mm. Variasi waktu perendaman menghasilkan daya hambat lemah, medium, dan sangat kuat dengan diamater sekitar 8-35 mm. Metode difusi sumuran variasi suhu menghasilkan daya hambat yang sangat kuat dengan diameter sekitar 28-33 mm. Sedangkan pada variasi waktu perendaman menghasilkan daya hambat medium dan sangat kuat dengan diamater sekitar 18-36 mm.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82233068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p07
Rachel Anggia, Ramadhani Eka Putra
Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) merupakan serangga yang sekarang digunakan sebagai salah satu agen hayati untuk mengendalikan limbah organik dengan merubahnya menjadi biomasa tubuh yang bernilai ekonomi. Dalam hal memaksimalkan kemampuan dari serangga ini, maka pemeliharaan buatan dan rekayasa siklus hidup lalat tentara hitam perlu dilakukan sehingga didapatkan proses pengurangan limbah organik yang optimal serta peningkatan biomassa panen. Salah satu faktor pembatas dalam pemanfaatan serangga ini dalam skala besar adalah pada produksi telur. Pada produksi telur digunakan perangkap telur yang dikombinasikan dengan media atraktan. Penggunaan perangkap telur dan media atraktan bertujuan untuk memfasilitasi panen telur agar lebih efektif karena telur akan terkonsentrasi pada satu lokasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kinerja dari berbagai media atraktan dalam upaya mencari bahan yang paling optimal dalam menarik lalat tentara hitam meletakkan telur pada perangkap telur. Media atraktan yang digunakan adalah sayur kol busuk, buah pepaya busuk, ampas tahu dan pakan ikan. Kinerja media atraktan kemudian dievaluasi berdasarkan berat telur yang didapat pada perangkap telur. Studi ini melaporkan bahwa sebagian besar atraktan dapat menarik lalat tentara hitam. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis diketahui terdapat perbedaan signifikan pada berat telur yang didapat dari setiap atraktan yang digunakan dimana atraktran berupa tepung ikan merupakan atraktan yang paling efektif dengan berat telur rata-rata per perangkap adalah 2,17 gr. Di sisi lain atraktan yang terbuat dari ampas tahu merupakan atraktan yang paling tidak diminati dimana berat rata-rata telur per perangkap adalah 0,06 gr.
{"title":"Perbandingan preferensi oviposisi lalat tentara hitam (Hermetia illucens) terhadap berbagai media penarik bertelur","authors":"Rachel Anggia, Ramadhani Eka Putra","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p07","url":null,"abstract":"Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) merupakan serangga yang sekarang digunakan sebagai salah satu agen hayati untuk mengendalikan limbah organik dengan merubahnya menjadi biomasa tubuh yang bernilai ekonomi. Dalam hal memaksimalkan kemampuan dari serangga ini, maka pemeliharaan buatan dan rekayasa siklus hidup lalat tentara hitam perlu dilakukan sehingga didapatkan proses pengurangan limbah organik yang optimal serta peningkatan biomassa panen. Salah satu faktor pembatas dalam pemanfaatan serangga ini dalam skala besar adalah pada produksi telur. Pada produksi telur digunakan perangkap telur yang dikombinasikan dengan media atraktan. Penggunaan perangkap telur dan media atraktan bertujuan untuk memfasilitasi panen telur agar lebih efektif karena telur akan terkonsentrasi pada satu lokasi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kinerja dari berbagai media atraktan dalam upaya mencari bahan yang paling optimal dalam menarik lalat tentara hitam meletakkan telur pada perangkap telur. Media atraktan yang digunakan adalah sayur kol busuk, buah pepaya busuk, ampas tahu dan pakan ikan. Kinerja media atraktan kemudian dievaluasi berdasarkan berat telur yang didapat pada perangkap telur. Studi ini melaporkan bahwa sebagian besar atraktan dapat menarik lalat tentara hitam. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis diketahui terdapat perbedaan signifikan pada berat telur yang didapat dari setiap atraktan yang digunakan dimana atraktran berupa tepung ikan merupakan atraktan yang paling efektif dengan berat telur rata-rata per perangkap adalah 2,17 gr. Di sisi lain atraktan yang terbuat dari ampas tahu merupakan atraktan yang paling tidak diminati dimana berat rata-rata telur per perangkap adalah 0,06 gr.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45070366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pengendalian populasi nyamuk Ae. Aegypti di Indonesia dilakukan sebagai upaya untuk menekan penularan virus dengue, salah satunya dengan penaburan larvasida temephos. Dosis operasional penggunaan temephos di Indonesia (1 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dosis yang disarankan World Health Organization (WHO) (0,012 mg/L). Di Jawa Timur, terdapat temephos yang beredar komersial dengan perbedaan pada dosis penggunaan, yaitu10 gram/100 L air (10 G) dan 8 gram/100 L air (8G). Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kerentanan populasi larva Ae. aegypti yang berasal dari Jember (JEM), Surabaya (SBY), dan koleksi Laboratorium Entomologi Universitas Airlangga (LAB) terhadap temephos10G dan 8G pada dosis pemakaian tinggi (1 mg/L) hingga rendah (0,015625 mg/L). Uji mortalitas pada larva dilakukan sesuai dengan ketentuan WHO dengan replikasi 4 kali. Data dianalisis secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa ketiga kelompoklarva Ae. aegypti mengalami >90% mortalitas dengan penambahan temephos pada dosis rendah (0,015625 mg/L) pada ambang waktu 240 menit, baik untuk temephos10 G maupun 8 G. Perbedaan respon mortalitas yang signifikan antara dosis tertinggi (1 mg/L) dan dosisterendah (0,015625 mg/L) ditemukan pada kelompok JEM pada dosis 8 G dan 10 G serta LAB pada dosis 8 G. Kelompok JEM dan SBY memiliki rasio resistensi 95 (RR95) temephos dengan kategori rendah (<5) dibandingkan dengan kelompok LAB. Semua kelompok masih memiliki kerentanan pada temephoskomersial pada dosis rendah (0,015625 mg/L). Dari hasil penelitian ini, kami menyarankan untuk menurunkan dosis operasional larvasida temephos yang digunakan untuk pengendalian populasi larva Ae. aegypti di Jawa Timur.
{"title":"Kerentanan larva Aedes aegypti di Jawa Timur terhadap Temephos komersial dengan dosis berbeda","authors":"Firas Khaleyla, Etik Ainun Rohmah, Kris Cahyo Mulyatno","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p08","url":null,"abstract":"Pengendalian populasi nyamuk Ae. Aegypti di Indonesia dilakukan sebagai upaya untuk menekan penularan virus dengue, salah satunya dengan penaburan larvasida temephos. Dosis operasional penggunaan temephos di Indonesia (1 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dosis yang disarankan World Health Organization (WHO) (0,012 mg/L). Di Jawa Timur, terdapat temephos yang beredar komersial dengan perbedaan pada dosis penggunaan, yaitu10 gram/100 L air (10 G) dan 8 gram/100 L air (8G). Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa kerentanan populasi larva Ae. aegypti yang berasal dari Jember (JEM), Surabaya (SBY), dan koleksi Laboratorium Entomologi Universitas Airlangga (LAB) terhadap temephos10G dan 8G pada dosis pemakaian tinggi (1 mg/L) hingga rendah (0,015625 mg/L). Uji mortalitas pada larva dilakukan sesuai dengan ketentuan WHO dengan replikasi 4 kali. Data dianalisis secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa ketiga kelompoklarva Ae. aegypti mengalami >90% mortalitas dengan penambahan temephos pada dosis rendah (0,015625 mg/L) pada ambang waktu 240 menit, baik untuk temephos10 G maupun 8 G. Perbedaan respon mortalitas yang signifikan antara dosis tertinggi (1 mg/L) dan dosisterendah (0,015625 mg/L) ditemukan pada kelompok JEM pada dosis 8 G dan 10 G serta LAB pada dosis 8 G. Kelompok JEM dan SBY memiliki rasio resistensi 95 (RR95) temephos dengan kategori rendah (<5) dibandingkan dengan kelompok LAB. Semua kelompok masih memiliki kerentanan pada temephoskomersial pada dosis rendah (0,015625 mg/L). Dari hasil penelitian ini, kami menyarankan untuk menurunkan dosis operasional larvasida temephos yang digunakan untuk pengendalian populasi larva Ae. aegypti di Jawa Timur.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45380177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p11
Putu Aprilia Candra Dewi, L. P. E. K. Yuni, N. L. Watiniasih
Bali Zoo merupakan lembaga konservasi eksitu bagi berbagai jenis satwa, termasuk harimau benggala dan harimau sumatra. Kedua jenis ini termasuk dalam daftar IUCN dengan status terancam punah untuk harimau benggala dan status kritis untuk harimau sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas harian kedua jenis harimau tersebut di Bali Zoo. Pengambilan dan pengumpulan data aktivitas harian dilakukan dengan metode focal animal sampling, pencatatan menggunakan metode instantaneous recording dengan interval 30 detik selama 30 menit. Pengambilan data dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Kedua jenis harimau mengalokasikan waktunya paling banyak untuk beristirahat. Harimau sumatra mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 64,69 ± 2,52%, moving 31,32 ± 2,46%, grooming 2,72 ± 0,40%, buang air 0,37 ± 0,08%, makan 0,33 ± 0,11%, minum 0,31 ± 0,07% dan aktivitas sosial 0,26 ± 0,08%. Untuk harimau benggala, harimau ini mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 68,23± 2,20%, moving 24,14 ± 1,99%, sosial 3,54 ± 0,34%, grooming 2,23 ± 0,29%, buang air 0,39 ± 0,08%, minum 0,39 ± 0,09%, dan makan 0,08 ± 0,18%. Aktivitas pacing tercatat sangat rendah pada kedua jenis harimau mengindikasikan kondisi harimau yang cukup nyaman berada pada kandangnya.
{"title":"Aktivitas harian harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan harimau benggala (Panthera tigris tigris) di Bali Zoo, Gianyar","authors":"Putu Aprilia Candra Dewi, L. P. E. K. Yuni, N. L. Watiniasih","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p11","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p11","url":null,"abstract":"Bali Zoo merupakan lembaga konservasi eksitu bagi berbagai jenis satwa, termasuk harimau benggala dan harimau sumatra. Kedua jenis ini termasuk dalam daftar IUCN dengan status terancam punah untuk harimau benggala dan status kritis untuk harimau sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas harian kedua jenis harimau tersebut di Bali Zoo. Pengambilan dan pengumpulan data aktivitas harian dilakukan dengan metode focal animal sampling, pencatatan menggunakan metode instantaneous recording dengan interval 30 detik selama 30 menit. Pengambilan data dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari. Kedua jenis harimau mengalokasikan waktunya paling banyak untuk beristirahat. Harimau sumatra mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 64,69 ± 2,52%, moving 31,32 ± 2,46%, grooming 2,72 ± 0,40%, buang air 0,37 ± 0,08%, makan 0,33 ± 0,11%, minum 0,31 ± 0,07% dan aktivitas sosial 0,26 ± 0,08%. Untuk harimau benggala, harimau ini mengalokasikan waktunya untuk istirahat sebesar 68,23± 2,20%, moving 24,14 ± 1,99%, sosial 3,54 ± 0,34%, grooming 2,23 ± 0,29%, buang air 0,39 ± 0,08%, minum 0,39 ± 0,09%, dan makan 0,08 ± 0,18%. Aktivitas pacing tercatat sangat rendah pada kedua jenis harimau mengindikasikan kondisi harimau yang cukup nyaman berada pada kandangnya.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45581506","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p10
Arga Darmawan Wally, E. S. Pribadi, Surachmi Setyaningsih
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi faga spesifik Escherichia coli pada beberapa titik contoh air di Bogor Tengah Kota Bogor dan menyimpannya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor pada bulan Maret dan April 2020. Pengkayaan faga dilakukan dua kali sebagai metode baku (gold standard) mengisolasi faga. Uji plak dilakukan untuk mengukuhkan adanya faga di dalam contoh air yang diperiksa menggunakan filtrat yang diperoleh dari metode pengkayaan faga. Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini adalah isolat E. coli yang diisolasi dalam semua contoh air dan faga yang hanya diperoleh satu contoh air, yakni air celupan daging Pasar Merdeka Kota Bogor. kandungan faga dalam contoh air sebesar 9,1 x 108 PFU/ml. Kadar faga tersebut dinilai cukup tinggi yang berpotensi digunakan pada terapi terhadap infeksi bakteri yang disebabkan oleh E. coli.
这项研究的目的是在茂物中心城市的一些水样点分离大肠杆菌的特异性噬菌体并将其储存。研究于2020年3月和4月在茂物市进行。相富集作为噬菌体分离的默认方法(金标准)进行两次。进行菌斑测试是为了确认使用粪便富集法获得的滤液测试的水样中是否存在粪便。这项研究的结果是在所有水和法加的例子中分离出的大肠杆菌分离株,只有一个例子是水,即来自茂物商人市场的蒸汽水。水样中的相含量9.1 x 108 PFU/ml。据估计,这些阶段的发病率足够高,有可能用于治疗大肠杆菌引起的细菌感染。
{"title":"Bakteriofag spesifik Escherichia coli yang diisolasi dari berbagai sumber air di Bogor Tengah, Kota Bogor sebagai antibiotika alternatif","authors":"Arga Darmawan Wally, E. S. Pribadi, Surachmi Setyaningsih","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p10","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi faga spesifik Escherichia coli pada beberapa titik contoh air di Bogor Tengah Kota Bogor dan menyimpannya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor pada bulan Maret dan April 2020. Pengkayaan faga dilakukan dua kali sebagai metode baku (gold standard) mengisolasi faga. Uji plak dilakukan untuk mengukuhkan adanya faga di dalam contoh air yang diperiksa menggunakan filtrat yang diperoleh dari metode pengkayaan faga. Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini adalah isolat E. coli yang diisolasi dalam semua contoh air dan faga yang hanya diperoleh satu contoh air, yakni air celupan daging Pasar Merdeka Kota Bogor. kandungan faga dalam contoh air sebesar 9,1 x 108 PFU/ml. Kadar faga tersebut dinilai cukup tinggi yang berpotensi digunakan pada terapi terhadap infeksi bakteri yang disebabkan oleh E. coli.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47955343","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p12
Rochmalia Juniarti Putri, R. Kawuri, A. Darmadi, I. Narayani
Red chilli plant (Capsicum annum L.) is one of the most popular vegetable crops in Indonesian society. One of them the pathogens attacks is Colletotrichum acutatum, a fungus causing anthracnose on red chilli. This study aims to determine the existence of Streptomyces sp. bacteria in the rhizosphere of the red chilli plant; the ability of Streptomyces sp. in inhibiting C. acutatum; Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Streptomyces isolates extracts in inhibiting C. acutatum; The Streptomyces isolation was carried out by dilution method using selective meida, namely Yeast Malt Agar. The Dual Culture method was used as an inhibition test between Streptomyces sp. and C. acutatum in vitro. A well diffusion method was used to test the effectiveness of the Streptomyces sp. and MIC filtrate concentration in inhibiting C. acutatum. The data obtained in this study were analyzed with Analysis of Varian (ANOVA) then continued with Duncan Multiple Range Test with 5% significance. Five Streptomyces isolates were found, namely Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3, Streptomyces sp.4, and Streptomyces sp.5 in the rhizosphere of healthy C. annum L. plants in Daup Village, Kintamani District, Bangli Regency. Streptomyces sp. isolates. can significantly inhibit the growth of the fungus C. acuatum with inhibitory power ranging from 50.30% to 83.76%, Streptomyces sp.5 isolate was able to provide the highest percentage of inhibition in C. acutatum of 83.76 ± 2.91% with MIC 7% (v/v) with a diameter of 6.40 mm.
{"title":"Potential of Streptomyces sp. in preventing the in vitro growth of Colletotrichum acutatum, the causative agent of infection in Capsicum annum L.","authors":"Rochmalia Juniarti Putri, R. Kawuri, A. Darmadi, I. Narayani","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p12","url":null,"abstract":"Red chilli plant (Capsicum annum L.) is one of the most popular vegetable crops in Indonesian society. One of them the pathogens attacks is Colletotrichum acutatum, a fungus causing anthracnose on red chilli. This study aims to determine the existence of Streptomyces sp. bacteria in the rhizosphere of the red chilli plant; the ability of Streptomyces sp. in inhibiting C. acutatum; Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of Streptomyces isolates extracts in inhibiting C. acutatum; The Streptomyces isolation was carried out by dilution method using selective meida, namely Yeast Malt Agar. The Dual Culture method was used as an inhibition test between Streptomyces sp. and C. acutatum in vitro. A well diffusion method was used to test the effectiveness of the Streptomyces sp. and MIC filtrate concentration in inhibiting C. acutatum. The data obtained in this study were analyzed with Analysis of Varian (ANOVA) then continued with Duncan Multiple Range Test with 5% significance. Five Streptomyces isolates were found, namely Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3, Streptomyces sp.4, and Streptomyces sp.5 in the rhizosphere of healthy C. annum L. plants in Daup Village, Kintamani District, Bangli Regency. Streptomyces sp. isolates. can significantly inhibit the growth of the fungus C. acuatum with inhibitory power ranging from 50.30% to 83.76%, Streptomyces sp.5 isolate was able to provide the highest percentage of inhibition in C. acutatum of 83.76 ± 2.91% with MIC 7% (v/v) with a diameter of 6.40 mm.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42652646","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-22DOI: 10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p13
D. Malini, Nur Fitriani, Adnin Laila, N. Ratningsih, T. Setiawati
In a long term, diabetes mellitus (DM) leads to nephropathy due to glomerular hyperfiltration. One of the plant used as a diabetic drug by the community in Karangwangi Village, Cianjur Regency, West Java is the fruit peel of jengkol. Therefore, this study aims to determine the effect of the ethanolic extract of Jengkol fruit peel (EEJFP) toward the morphological and histological structure on the kidney of the diabetic rat model. The method adopted was the Randomized Design (CRD) with 6 treatments namely NC (Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 0.5%), PC (CMC 0.5%), Pb (Glibenclamide 5 mg/kg BW), P1, P2, and P3 (EEJFP 385; 770; and 1,540 mg/kg BW) with 4 replications for 14 consecutive days. Furthermore, the induction of diabetes with streptozotocin dose of 60 mg/Kg BW was performed intravenously in experimental animals except for the NC group. The parameters observed include relative weight, morphological, and histological structure of kidney which include glomerular diameter, Bowman space distance, and percentage of proximal tubular cell necrosis. The non-parametric and parametric data were tested by Kruskal Wallis and ANOVA test as well as Duncan's follow-up test, respectively. The results showed that there was no significant difference in the morphological structure of the kidney between treatment groups. Furthermore, the relative weights of kidney in the PC, Pb, P1, and P3 groups were larger and significantly different compared to NC and P2 also, the histological structure showed that the glomerular diameter (65.43 ± 0.7 m), Bowman space distance (4.19 ± 1.7 µm), and the percentage of proximal tubular cell necrosis (24.6 ± 5.5%) at P2 were not significantly different from NC. Based on this results, it was concluded that EEJFP has no effect on the kidney’s morphological structure, however, it decreases its relative weight and repair the kidney’s histological damage of the diabetic rat model with the optimum dose of 770 mg/kg BW.
{"title":"Morphological and histological kidney structure in diabetic rats model treated with ethanol extracts of jengkol fruit peel (Archidendron pauciflorum)","authors":"D. Malini, Nur Fitriani, Adnin Laila, N. Ratningsih, T. Setiawati","doi":"10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p13","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jbiounud.2021.v25.i02.p13","url":null,"abstract":"In a long term, diabetes mellitus (DM) leads to nephropathy due to glomerular hyperfiltration. One of the plant used as a diabetic drug by the community in Karangwangi Village, Cianjur Regency, West Java is the fruit peel of jengkol. Therefore, this study aims to determine the effect of the ethanolic extract of Jengkol fruit peel (EEJFP) toward the morphological and histological structure on the kidney of the diabetic rat model. The method adopted was the Randomized Design (CRD) with 6 treatments namely NC (Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 0.5%), PC (CMC 0.5%), Pb (Glibenclamide 5 mg/kg BW), P1, P2, and P3 (EEJFP 385; 770; and 1,540 mg/kg BW) with 4 replications for 14 consecutive days. Furthermore, the induction of diabetes with streptozotocin dose of 60 mg/Kg BW was performed intravenously in experimental animals except for the NC group. The parameters observed include relative weight, morphological, and histological structure of kidney which include glomerular diameter, Bowman space distance, and percentage of proximal tubular cell necrosis. The non-parametric and parametric data were tested by Kruskal Wallis and ANOVA test as well as Duncan's follow-up test, respectively. The results showed that there was no significant difference in the morphological structure of the kidney between treatment groups. Furthermore, the relative weights of kidney in the PC, Pb, P1, and P3 groups were larger and significantly different compared to NC and P2 also, the histological structure showed that the glomerular diameter (65.43 ± 0.7 m), Bowman space distance (4.19 ± 1.7 µm), and the percentage of proximal tubular cell necrosis (24.6 ± 5.5%) at P2 were not significantly different from NC. Based on this results, it was concluded that EEJFP has no effect on the kidney’s morphological structure, however, it decreases its relative weight and repair the kidney’s histological damage of the diabetic rat model with the optimum dose of 770 mg/kg BW.","PeriodicalId":53348,"journal":{"name":"Jurnal Biologi Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43037626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}