Corncob is a source of dietary fiber, contains xylan polysaccharides (12.4%–31.94%), and is classified as the highest xylan-producing source compared to other agricultural wastes. Human digestive enzymes cannot degrade xylan but can be enzymatically degraded by lactic acid bacteria (LAB) through fermentation. This research aimed to evaluate the effect of corncob extract on the growth of Bifidobacterium. Corncob extract is obtained through alkaline extraction. The growth of Bifidobacterium bifidum FNCC 0462 and Bifidobacterium longum FNCC 0463 was observed through in vitro fermentation for 48 h using the total plate count (TPC) method. Bifidobacterium bifidum FNCC 0462 showed the ability to ferment corn cob extract for 48 h of fermentation with the highest growth at 8 h of fermentation (4,08 log10 CFU/mL) while B. longum FNCC 0463 was able to grow up to 16 h of fermentation only. The results indicated that corncob extract could support B. bifidum FNCC 0462 growth.
{"title":"The Effect of Corn (Zea mays) Cob Extract on the Growth of Bifidobacteria","authors":"None Ribka Ananda Sejati, None Catarina Aprilia Ariestanti, Charis Amarantini","doi":"10.24002/biota.v8i3.6942","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i3.6942","url":null,"abstract":"Corncob is a source of dietary fiber, contains xylan polysaccharides (12.4%–31.94%), and is classified as the highest xylan-producing source compared to other agricultural wastes. Human digestive enzymes cannot degrade xylan but can be enzymatically degraded by lactic acid bacteria (LAB) through fermentation. This research aimed to evaluate the effect of corncob extract on the growth of Bifidobacterium. Corncob extract is obtained through alkaline extraction. The growth of Bifidobacterium bifidum FNCC 0462 and Bifidobacterium longum FNCC 0463 was observed through in vitro fermentation for 48 h using the total plate count (TPC) method. Bifidobacterium bifidum FNCC 0462 showed the ability to ferment corn cob extract for 48 h of fermentation with the highest growth at 8 h of fermentation (4,08 log10 CFU/mL) while B. longum FNCC 0463 was able to grow up to 16 h of fermentation only. The results indicated that corncob extract could support B. bifidum FNCC 0462 growth.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"2015 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136360951","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kerang Gafrarium pectinatum, dengan nama lokal mambekorai, ditemukan pada ekosistem mangrove di pesisir Manokwari Selatan, Papua Barat. Sampai saat ini, spesies kerang ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai makanan. Penelitian mengenai populasi kerang G. pectinatum di lokasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pertumbuhan dan parameter pertumbuhan yang meliputi panjang asimtotik (Lµ), koefisien pertumbuhan (K), dan perkiraan umur (t0). Sampel kerang dikumpulkan pada tiga zona (bagian bawah, tengah, dan atas) dengan menggunakan metode transek dan kuadrat. Pada setiap sampel kerang dilakukan pengukuran panjang cangkang dan berat total. Sebanyak 194 individu kerang berhasil dikumpulkan. Ukuran panjang cangkang dan berat total secara berturut-turut berkisar di antara 19,6-44,1 mm dan 2,15-30,74 g. Nilai b yang diperoleh sebesar 0,7214 dengan pola pertumbuhan alometrik negatif yang menunjukan bahwa pertambahan panjang cangkang lebih cepat dibandingkan berat totalnya. L∞, K dan t0 secara berturut-turut sebesar 45,94 mm, 0,96 tahun-1, dan -0,15 tahun. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam memantau perubahan kondisi populasi kerang, sehingga upaya pengelolaannya dapat berlangsung dengan baik dan keberadaan sumber daya hayati ini dapat dipertahankan.
{"title":"Pertumbuhan Kerang Gafrarium pectinatum pada Ekosistem Mangrove di Pesisir Oransbari, Manokwari Selatan, Papua Barat","authors":"Frida Aprilia Loinenak, Elsa Ancolina Sembay, Gandi Yantri Sevantina Purba, Yuanike Kaber, Paskalina Theresia Lefaan, Duait Kolibongso, Emmanuel Manangkalangi","doi":"10.24002/biota.v8i3.7025","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i3.7025","url":null,"abstract":"Kerang Gafrarium pectinatum, dengan nama lokal mambekorai, ditemukan pada ekosistem mangrove di pesisir Manokwari Selatan, Papua Barat. Sampai saat ini, spesies kerang ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai makanan. Penelitian mengenai populasi kerang G. pectinatum di lokasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pertumbuhan dan parameter pertumbuhan yang meliputi panjang asimtotik (Lµ), koefisien pertumbuhan (K), dan perkiraan umur (t0). Sampel kerang dikumpulkan pada tiga zona (bagian bawah, tengah, dan atas) dengan menggunakan metode transek dan kuadrat. Pada setiap sampel kerang dilakukan pengukuran panjang cangkang dan berat total. Sebanyak 194 individu kerang berhasil dikumpulkan. Ukuran panjang cangkang dan berat total secara berturut-turut berkisar di antara 19,6-44,1 mm dan 2,15-30,74 g. Nilai b yang diperoleh sebesar 0,7214 dengan pola pertumbuhan alometrik negatif yang menunjukan bahwa pertambahan panjang cangkang lebih cepat dibandingkan berat totalnya. L∞, K dan t0 secara berturut-turut sebesar 45,94 mm, 0,96 tahun-1, dan -0,15 tahun. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam memantau perubahan kondisi populasi kerang, sehingga upaya pengelolaannya dapat berlangsung dengan baik dan keberadaan sumber daya hayati ini dapat dipertahankan.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"265 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136361125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-10DOI: 10.24002/biota.v8i3.6718
Cindy Octaviana, Medista Lisa Watumbara, Marcelia Sugata, Juandy Jo
Mikrobiota susu kambing dapat mencakup bakteri asam laktat (BAL), khususnya Lactobacillus spp., yang berpotensi sebagai kandidat probiotik dan dapat dipergunakan dalam berbagai produk fermentasi. Pada penelitian ini, dilakukan isolasi dan karakterisasi BAL, khususnya Lactobacillus spp., dari susu kambing yang berasal dari peternakan lokal. Pada awalnya, didapatkan 25 isolat BAL dari susu kambing lokal. Semua isolat dikarakterisasi sesuai Bergey’s Manual of Systematics Archaea and Bacteria, yang dimulai dengan pewarnaan Gram, endospora dan ketahanan asam. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas biokimia (uji aktivitas katalase, uji aktivitas hemolitik, serta uji fermentasi karbohidrat) dan uji ketahanan isolat terhadap berbagai konsentrasi NaCl, pH dan suhu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, isolat B4 dan B6 dipilih untuk diidentifikasi lebih lanjut. Kedua isolat menunjukkan kemiripan karakteristik dengan Lactobacillus spp., yaitu berbentuk basil atau kokobasil, Gram positif, tidak membentuk spora, tidak tahan asam, katalase negatif, tidak memfermentasi manitol, sensitif terhadap konsentrasi NaCl tinggi, serta tumbuh optimum pada pH 5.5-6.2 dan pada suhu 37-45°C. Identifikasi kedua isolat berdasarkan sekuens 16S rRNA menunjukkan bahwa isolat B4 adalah Lacticaseibacillus paracasei dan isolat B6 adalah Limosilactobacillus fermentum. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa susu kambing peternakan lokal dapat menjadi sumber alternatif untuk mendapatkan isolat Lactobacillus spp.
{"title":"Isolasi dan Karakterisasi Lactobacillus Species dari Susu Kambing Peternakan Lokal","authors":"Cindy Octaviana, Medista Lisa Watumbara, Marcelia Sugata, Juandy Jo","doi":"10.24002/biota.v8i3.6718","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i3.6718","url":null,"abstract":"Mikrobiota susu kambing dapat mencakup bakteri asam laktat (BAL), khususnya Lactobacillus spp., yang berpotensi sebagai kandidat probiotik dan dapat dipergunakan dalam berbagai produk fermentasi. Pada penelitian ini, dilakukan isolasi dan karakterisasi BAL, khususnya Lactobacillus spp., dari susu kambing yang berasal dari peternakan lokal. Pada awalnya, didapatkan 25 isolat BAL dari susu kambing lokal. Semua isolat dikarakterisasi sesuai Bergey’s Manual of Systematics Archaea and Bacteria, yang dimulai dengan pewarnaan Gram, endospora dan ketahanan asam. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas biokimia (uji aktivitas katalase, uji aktivitas hemolitik, serta uji fermentasi karbohidrat) dan uji ketahanan isolat terhadap berbagai konsentrasi NaCl, pH dan suhu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, isolat B4 dan B6 dipilih untuk diidentifikasi lebih lanjut. Kedua isolat menunjukkan kemiripan karakteristik dengan Lactobacillus spp., yaitu berbentuk basil atau kokobasil, Gram positif, tidak membentuk spora, tidak tahan asam, katalase negatif, tidak memfermentasi manitol, sensitif terhadap konsentrasi NaCl tinggi, serta tumbuh optimum pada pH 5.5-6.2 dan pada suhu 37-45°C. Identifikasi kedua isolat berdasarkan sekuens 16S rRNA menunjukkan bahwa isolat B4 adalah Lacticaseibacillus paracasei dan isolat B6 adalah Limosilactobacillus fermentum. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menunjukkan bahwa susu kambing peternakan lokal dapat menjadi sumber alternatif untuk mendapatkan isolat Lactobacillus spp.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136361132","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam menjalankan usaha peternakan unggas, para peternak tak lepas dari hambatan dan masalah yang harus dihadapi, salah satunya adalah penyakit yang menyerang unggas. Ascaridia galli merupakan nematoda parasitik yang sering ditemukan pada unggas. Penanggulangan cacing oleh peternak dapat dilakukan dengan pemberian anthelmintik dari bahan-bahan kimiawi atau anthelmintik sintetik. Namun, penggunaan anthelmintik sintetik dalam jangka panjang dapat mengakibatkan resistensi terhadap cacing dan meninggalkan residu pada daging serta telur. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan alami. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui potensi tepung daun kelor dan efektivitasnya sebagai anthelmintik terhadap A. galli. Perlakuan pemberian tepung daun kelor dilakukan dengan cara dicampurkan pada pakan dengan 4 dosis berbeda selama 14 hari. Data jumlah telur cacing dalam Egg Per Gram (EPG) kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA dan didapatkan perbedaan yang signifikan, maka selanjutnya dilakukan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun kelor berpotensi sebagai anthelmintik terhadap cacing A. galli karena mampu mereduksi nilai EPG sebelum perlakuan. Dosis efektif pemberian tepung daun kelor yakni terdapat pada dosis 20% dari 120 kg pakan namun belum mampu mencapai standar efektivitas (≥ 95 %).
{"title":"Uji Potensi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Anthelmintik Terhadap Ascaridia galli pada Ayam Petelur (Gallus domesticus)","authors":"Hanifa Fauzia Utami, Emantis Rosa, Gina Dania Pratami, None Hendri Busman","doi":"10.24002/biota.v8i3.6475","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i3.6475","url":null,"abstract":"Dalam menjalankan usaha peternakan unggas, para peternak tak lepas dari hambatan dan masalah yang harus dihadapi, salah satunya adalah penyakit yang menyerang unggas. Ascaridia galli merupakan nematoda parasitik yang sering ditemukan pada unggas. Penanggulangan cacing oleh peternak dapat dilakukan dengan pemberian anthelmintik dari bahan-bahan kimiawi atau anthelmintik sintetik. Namun, penggunaan anthelmintik sintetik dalam jangka panjang dapat mengakibatkan resistensi terhadap cacing dan meninggalkan residu pada daging serta telur. Oleh karena itu, disarankan menggunakan bahan alami. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui potensi tepung daun kelor dan efektivitasnya sebagai anthelmintik terhadap A. galli. Perlakuan pemberian tepung daun kelor dilakukan dengan cara dicampurkan pada pakan dengan 4 dosis berbeda selama 14 hari. Data jumlah telur cacing dalam Egg Per Gram (EPG) kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA dan didapatkan perbedaan yang signifikan, maka selanjutnya dilakukan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun kelor berpotensi sebagai anthelmintik terhadap cacing A. galli karena mampu mereduksi nilai EPG sebelum perlakuan. Dosis efektif pemberian tepung daun kelor yakni terdapat pada dosis 20% dari 120 kg pakan namun belum mampu mencapai standar efektivitas (≥ 95 %).","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136360179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.6360
Khaleda Zia Zia, Tetty Marta Linda
Biosurfaktan adalah makromolekul ekstraseluler yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki sifat ramah lingkungan serta memiliki berbagai fungsi salah satunya untuk emulsifikasi limbah minyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi isolat Bacillus spp. dalam menghasilkan senyawa biosurfaktan untuk pengolahan limbah minyak pelumas. Metode yang digunakan adalah penetapan indeks emulsifikasi dan analisis aktivitas emulsifikasi (drop collapse test, oil spreading technique, uji tegangan muka) dari supernatan kultur Bacillus spp., serta karakterisasi biosurfaktan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Supernatan dari ketiga isolat Bacillus spp. menunjukkan hasil positif dengan uji drop collapse test dan oil spreading technique dengan diameter zona bening tertinggi diperoleh dari Bacillus sp 48 sebesar 10,2 mm, serta nilai indeks emulsifikasi (E24) sebesar 99,5%. Berdasarkan hasil KLT diketahui bahwa biosurfaktan yang dihasilkan oleh ketiga isolat bakteri Bacillus spp. adalah golongan lipopeptida. Bacillus spp. yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari minyak pelumas adalah Bacillus sp 48 yaitu sebesar 19,7 dyne/cm, Bacillus sp 34 sebesar 17,9 dyne/cm dan Bacillus sp 84 sebesar 15,7 dyne/cm. Biosurfaktan dari ketiga isolat Bacillus spp. berpotensi dikembangkan dalam berbagai bidang industri.
{"title":"Potensi Bacillus spp. Sebagai Penghasil Biosurfaktan untuk Pengolahan Limbah Minyak Pelumas","authors":"Khaleda Zia Zia, Tetty Marta Linda","doi":"10.24002/biota.v8i2.6360","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.6360","url":null,"abstract":"Biosurfaktan adalah makromolekul ekstraseluler yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki sifat ramah lingkungan serta memiliki berbagai fungsi salah satunya untuk emulsifikasi limbah minyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi isolat Bacillus spp. dalam menghasilkan senyawa biosurfaktan untuk pengolahan limbah minyak pelumas. Metode yang digunakan adalah penetapan indeks emulsifikasi dan analisis aktivitas emulsifikasi (drop collapse test, oil spreading technique, uji tegangan muka) dari supernatan kultur Bacillus spp., serta karakterisasi biosurfaktan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Supernatan dari ketiga isolat Bacillus spp. menunjukkan hasil positif dengan uji drop collapse test dan oil spreading technique dengan diameter zona bening tertinggi diperoleh dari Bacillus sp 48 sebesar 10,2 mm, serta nilai indeks emulsifikasi (E24) sebesar 99,5%. Berdasarkan hasil KLT diketahui bahwa biosurfaktan yang dihasilkan oleh ketiga isolat bakteri Bacillus spp. adalah golongan lipopeptida. Bacillus spp. yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari minyak pelumas adalah Bacillus sp 48 yaitu sebesar 19,7 dyne/cm, Bacillus sp 34 sebesar 17,9 dyne/cm dan Bacillus sp 84 sebesar 15,7 dyne/cm. Biosurfaktan dari ketiga isolat Bacillus spp. berpotensi dikembangkan dalam berbagai bidang industri. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84328298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.6554
Michell Suphandi, Marcelia Sugata, Tjie Jan Tan
Bakteri asam laktat (BAL) diketahui memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pada penelitian ini, BAL yang diisolasi dari susu sapi di Indonesia diidentifikasi melalui pengamatan morfologi dan analisis molekuler. Pengamatan morfologi meliputi pewarnaan Gram dan endospora. Selanjutnya, identifikasi molekuler dilakukan dengan ekstraksi DNA, amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer universal, sekuensing dan analisis BLAST. Uji aktivitas antibakteri dari cell free supernatant (CFS) yang dihasilkan isolat dilakukan dengan metode sumuran. Selain itu, dilakukan juga evaluasi terkait pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas antibakteri dari CFS. Berdasarkan pengamatan morfologi, isolat merupakan bakteri berbantuk batang, Gram positif, tidak menghasilkan endospora, dan tidak termasuk bakteri acid-fast. Hasil analisis 16S rRNA menunjukkan bahwa isolat memiliki kekerabatan yang erat dengan L. paracasei strain L1 (100%) dan L. casei strain WX121 (99,84%). Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa isolat mampu menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Aktivitas penghambatan tersebut dipengaruhi oleh pH, tetapi tidak oleh suhu. Aktivitas penghambatan terbaik ditunjukkan oleh CFS dengan pH yang sangat rendah (pH 3). Suhu tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri karena senyawa antibakteri yang dihasilkan isolat kemungkinan besar tahan terhadap panas.
{"title":"Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Susu Sapi di Indonesia","authors":"Michell Suphandi, Marcelia Sugata, Tjie Jan Tan","doi":"10.24002/biota.v8i2.6554","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.6554","url":null,"abstract":"Bakteri asam laktat (BAL) diketahui memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pada penelitian ini, BAL yang diisolasi dari susu sapi di Indonesia diidentifikasi melalui pengamatan morfologi dan analisis molekuler. Pengamatan morfologi meliputi pewarnaan Gram dan endospora. Selanjutnya, identifikasi molekuler dilakukan dengan ekstraksi DNA, amplifikasi gen 16S rRNA menggunakan primer universal, sekuensing dan analisis BLAST. Uji aktivitas antibakteri dari cell free supernatant (CFS) yang dihasilkan isolat dilakukan dengan metode sumuran. Selain itu, dilakukan juga evaluasi terkait pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas antibakteri dari CFS. Berdasarkan pengamatan morfologi, isolat merupakan bakteri berbantuk batang, Gram positif, tidak menghasilkan endospora, dan tidak termasuk bakteri acid-fast. Hasil analisis 16S rRNA menunjukkan bahwa isolat memiliki kekerabatan yang erat dengan L. paracasei strain L1 (100%) dan L. casei strain WX121 (99,84%). Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa isolat mampu menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Aktivitas penghambatan tersebut dipengaruhi oleh pH, tetapi tidak oleh suhu. Aktivitas penghambatan terbaik ditunjukkan oleh CFS dengan pH yang sangat rendah (pH 3). Suhu tidak mempengaruhi aktivitas antibakteri karena senyawa antibakteri yang dihasilkan isolat kemungkinan besar tahan terhadap panas.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76265284","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.5991
Tati Barus, Meinanda Ashar, R. Hutagalung
Jenis media tanam menentukan kualitas pertumbuhan tanaman pada sistem hidroponik. Brassica rapa (pakchoi) dan Brassica oleracea (kale) merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan pakchoi dan kale pada rockwool impor, rockwool lokal, dan spons sebagai media tanam pada sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT). Bibit pakchoi dan kale dipindahkan ke perangkat hidroponik pada umur delapan hari setelah semai. Tanaman dipanen setelah 28 hari berada di perangkat hidroponik. Jumlah daun dihitung tiap minggu dan bobot tanaman diukur saat panen. Jumlah daun dan bobot tanaman pakchoi, serta jumlah daun kale tidak berbeda signifikan antara media tanam rockwool impor, rockwool lokal dan spons. Namun, bobot kale pada media tanam rockwool lokal dan rockwool impor signifikan lebih tinggi dibandingkan bobot kale pada media tanam spons. Dapat disimpulkan bahwa tanaman pakchoi memiliki kemampuan tumbuh yang sama pada media tanam rockwool impor, rockwool lokal, dan spons, namun tanaman kale memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik pada media tanam rockwool impor dan rockwool lokal dibandingkan pada spons. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa setiap tanaman memiliki respon pertumbuhan yang berbeda terhadap berbagai jenis media tanam. Pemanfaatan spons sebagai alternatif media tanam rockwool perlu diteliti pada jenis tanaman yang lain.
{"title":"Pertumbuhan Pakchoi (Brassica rapa) dan Kale (Brassica oleracea) pada Jenis Media Tanam Hidroponik Berbeda","authors":"Tati Barus, Meinanda Ashar, R. Hutagalung","doi":"10.24002/biota.v8i2.5991","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.5991","url":null,"abstract":"Jenis media tanam menentukan kualitas pertumbuhan tanaman pada sistem hidroponik. Brassica rapa (pakchoi) dan Brassica oleracea (kale) merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan pakchoi dan kale pada rockwool impor, rockwool lokal, dan spons sebagai media tanam pada sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT). Bibit pakchoi dan kale dipindahkan ke perangkat hidroponik pada umur delapan hari setelah semai. Tanaman dipanen setelah 28 hari berada di perangkat hidroponik. Jumlah daun dihitung tiap minggu dan bobot tanaman diukur saat panen. Jumlah daun dan bobot tanaman pakchoi, serta jumlah daun kale tidak berbeda signifikan antara media tanam rockwool impor, rockwool lokal dan spons. Namun, bobot kale pada media tanam rockwool lokal dan rockwool impor signifikan lebih tinggi dibandingkan bobot kale pada media tanam spons. Dapat disimpulkan bahwa tanaman pakchoi memiliki kemampuan tumbuh yang sama pada media tanam rockwool impor, rockwool lokal, dan spons, namun tanaman kale memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik pada media tanam rockwool impor dan rockwool lokal dibandingkan pada spons. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa setiap tanaman memiliki respon pertumbuhan yang berbeda terhadap berbagai jenis media tanam. Pemanfaatan spons sebagai alternatif media tanam rockwool perlu diteliti pada jenis tanaman yang lain. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"102 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75712232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.6075
Nim Kadek Sandiase, Jurusan Biologi, dan Perikanan Kelautan, Kata Kunci
Salah satu agen hayati yang berpotensi sebagai biopestisida adalah plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). PGPR memiliki kemampuan dalam menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum melalui mekanisme secara langsung dan secara tidak langsung. PGPR diketahui ada pada akar bambu yang memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman bambu dan menekan aktivitas fitopatogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat serta konsentrasi optimum dari PGPR rendaman akar bambu dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. Metode pengujian digunakan adalah metode uji antagonis pada media PDA, dan media campuran PDA dan NA. Variasi konsentrasi PGPR rendaman akar bambu yang digunakan adalah 2,5, 5, 7,5 dan 10%. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis statistik menggunakan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan daya hambat PGPR rendaman akar bambu berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum pada media uji PDA dan media campuran. Konsentrasi PGPR rendaman akar bambu yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum adalah 10%.
{"title":"Variasi Konsentrasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Rendaman Akar Bambu Menghambat Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Secara In Vitro","authors":"Nim Kadek Sandiase, Jurusan Biologi, dan Perikanan Kelautan, Kata Kunci","doi":"10.24002/biota.v8i2.6075","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.6075","url":null,"abstract":"Salah satu agen hayati yang berpotensi sebagai biopestisida adalah plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). PGPR memiliki kemampuan dalam menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum melalui mekanisme secara langsung dan secara tidak langsung. PGPR diketahui ada pada akar bambu yang memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman bambu dan menekan aktivitas fitopatogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat serta konsentrasi optimum dari PGPR rendaman akar bambu dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. Metode pengujian digunakan adalah metode uji antagonis pada media PDA, dan media campuran PDA dan NA. Variasi konsentrasi PGPR rendaman akar bambu yang digunakan adalah 2,5, 5, 7,5 dan 10%. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis statistik menggunakan uji One Way Anova dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan daya hambat PGPR rendaman akar bambu berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum pada media uji PDA dan media campuran. Konsentrasi PGPR rendaman akar bambu yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum adalah 10%.","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"82 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86635285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.6375
Azkiya Dieny, Aminullah, Dwi Aryanti Nur’utami, S. Aminah
Daun beluntas memiliki aktivitas antimikroba yang dapat mengawetkan produk tahu yang memiliki masa simpan yang pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ekstrak daun beluntas dan lama perendaman terhadap daya hambat mikroba tahu putih. Penelitian terdiri dari tahapan pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan meliputi tahap pengamatan tahu putih tanpa perlakuan di hari ke-0 (H+0), ke-1(H+1), ke-2 (H+2) dan ke-3 (H+3), serta penyiapan ekstrak daun beluntas menggunakan metode maserasi. Penelitian utama yaitu aplikasi ekstrak beluntas pada rendaman tahu putih dengan berbagai variasi konsentrasi lama perendaman. Pertumbuhan mikroba pada tahu dianalisis dengan uji Total Plate Count (TPC) dan uji visual. Pada H+2, tofu mengandung mikrobia 4,9 x 108 koloni/mL dengan aroma masam, memiliki kenampakan berlendir serta warna putih kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa H+2 sebagai hari kritis. Tahu pada H+2 tersebut kemudian diberi perlakuan ekstrak daun beluntas pada penelitian utama. Analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak daun beluntas dan lama perendaman menurunkan secara signifikan jumlah total mikroba pada tahu putih. Secara visual, tahu putih yang direndam dengan ekstrak daun beluntas memiliki permukaan tidak berlendir, dan memiliki aroma ekstrak daun beluntas.
{"title":"Efektivitas Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica) sebagai Antimikroba pada Tahu Putih","authors":"Azkiya Dieny, Aminullah, Dwi Aryanti Nur’utami, S. Aminah","doi":"10.24002/biota.v8i2.6375","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.6375","url":null,"abstract":"Daun beluntas memiliki aktivitas antimikroba yang dapat mengawetkan produk tahu yang memiliki masa simpan yang pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ekstrak daun beluntas dan lama perendaman terhadap daya hambat mikroba tahu putih. Penelitian terdiri dari tahapan pendahuluan dan utama. Penelitian pendahuluan meliputi tahap pengamatan tahu putih tanpa perlakuan di hari ke-0 (H+0), ke-1(H+1), ke-2 (H+2) dan ke-3 (H+3), serta penyiapan ekstrak daun beluntas menggunakan metode maserasi. Penelitian utama yaitu aplikasi ekstrak beluntas pada rendaman tahu putih dengan berbagai variasi konsentrasi lama perendaman. Pertumbuhan mikroba pada tahu dianalisis dengan uji Total Plate Count (TPC) dan uji visual. Pada H+2, tofu mengandung mikrobia 4,9 x 108 koloni/mL dengan aroma masam, memiliki kenampakan berlendir serta warna putih kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa H+2 sebagai hari kritis. Tahu pada H+2 tersebut kemudian diberi perlakuan ekstrak daun beluntas pada penelitian utama. Analisis statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak daun beluntas dan lama perendaman menurunkan secara signifikan jumlah total mikroba pada tahu putih. Secara visual, tahu putih yang direndam dengan ekstrak daun beluntas memiliki permukaan tidak berlendir, dan memiliki aroma ekstrak daun beluntas. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85522470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-02DOI: 10.24002/biota.v8i2.4541
D. S. Yudha, Rury Eprilurahman, Muhammad Khevin Fathah Alfarizi, Wintang Gagat Bangun Rahino, Nur Indah Candra Dewi, Rashif Naufal Andhika
Penelitian mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong telah dilaksanakan pada tahun 2014, tetapi setelah lima tahun berlalu terjadi perubahan kondisi sungai yang dimungkinkan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kemelimpahan ular. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong pada tahun 2019, serta membandingkan dengan data penelitian tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey), river bank cruising dan transek di sepanjang tepi sungai. Pengambilan sampel dilakukan di tiga bagian lokasi, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir, dengan setiap lokasi dibagi menjadi tiga titik sampling. Hasil yang diperoleh pada tahun 2019 ditemukan enam spesies ular yaitu Ahaetulla prasina, Ahaetulla sp., Xenocrhophis trianguligerus, Xenocrhophis melanzostus, Dendrelaphis pictus dari familia Colubridae, dan Homalopsis buccata dari familia Homalopsidae. Ahaetulla prasina merupakan spesies yang memiliki jumlah paling melimpah di Sungai Gadjah Wong tahun 2019. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular pada bagian hulu dan hilir di Sungai Gadjah Wong tahun 2019 lebih rendah dari pada tahun 2014. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular tahun 2019 pada bagian hilir memiliki nilai yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh penambangan pasir yang terdapat di bagian hilir pada tahun 2014 tidak ditemukan lagi di tahun 2019.
{"title":"Monitoring Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ular (Squamata: Serpentes) di Sungai Gadjah Wong, Daerah Istimewa Yogyakarta","authors":"D. S. Yudha, Rury Eprilurahman, Muhammad Khevin Fathah Alfarizi, Wintang Gagat Bangun Rahino, Nur Indah Candra Dewi, Rashif Naufal Andhika","doi":"10.24002/biota.v8i2.4541","DOIUrl":"https://doi.org/10.24002/biota.v8i2.4541","url":null,"abstract":"Penelitian mengenai keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong telah dilaksanakan pada tahun 2014, tetapi setelah lima tahun berlalu terjadi perubahan kondisi sungai yang dimungkinkan berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kemelimpahan ular. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kemelimpahan ular di Sungai Gadjah Wong pada tahun 2019, serta membandingkan dengan data penelitian tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey), river bank cruising dan transek di sepanjang tepi sungai. Pengambilan sampel dilakukan di tiga bagian lokasi, yaitu bagian hulu, tengah, dan hilir, dengan setiap lokasi dibagi menjadi tiga titik sampling. Hasil yang diperoleh pada tahun 2019 ditemukan enam spesies ular yaitu Ahaetulla prasina, Ahaetulla sp., Xenocrhophis trianguligerus, Xenocrhophis melanzostus, Dendrelaphis pictus dari familia Colubridae, dan Homalopsis buccata dari familia Homalopsidae. Ahaetulla prasina merupakan spesies yang memiliki jumlah paling melimpah di Sungai Gadjah Wong tahun 2019. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular pada bagian hulu dan hilir di Sungai Gadjah Wong tahun 2019 lebih rendah dari pada tahun 2014. Keanekaragaman dan kemelimpahan ular tahun 2019 pada bagian hilir memiliki nilai yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh penambangan pasir yang terdapat di bagian hilir pada tahun 2014 tidak ditemukan lagi di tahun 2019. ","PeriodicalId":8967,"journal":{"name":"Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati","volume":"886 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90368462","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}