Pub Date : 2018-11-14DOI: 10.21776/ub.biotropika.2018.006.03.01
Nuri Setiani, Fitri Nurwinda, Dewi Astriany
Daun sukun ( Artocarpus altilis ) merupakan herbal yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Kultur jaringan menjadi alternatif dalam meningkatkan produktivitas daun sukun dan metabolit sekunder yang dihasilkannya. Tahap pertama yang menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan adalah teknik sterilisasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode sterilisasi terbaik dengan melihat pengaruh penggunaan natrium hipoklorit 5,25% dan alkohol 70% serta waktu perendaman terhadap penurunan kontaminasi. Pada penelitian ini terdapat 10 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol positif, kontrol negatif, perendaman dengan alkohol 70% selama 5 menit dan 10 menit, perendaman dengan natrium hipoklorit 5,25% selama 5 menit dan 10 menit, serta kombinasi natrium hipoklorit 5,25% dan alkohol 70% selama 5 menit dan 10 menit. Parameter pengamatan meliputi waktu pertama kontaminasi, persentase kontaminasi jamur dan bakteri, dan penampilan eksplan yang diamati selama 40 hari. Hasil penelitian pada penggunaan masing-masing desinfektan, baik alkohol 70% maupun natrium hipoklorit 5,25% dengan waktu perendaman 10 menit menunjukkan tidak adanya kontaminasi jamur dan bakteri, tetapi pada perlakuan natrium hipoklorit 5,25% terjadi perubahan warna eksplan menjadi kecoklatan. Kombinasi dari kedua desinfektan menunjukkan adanya kontaminasi jamur dan bakteri serta adanya perubahan warna eksplan. Sterilisasi eksplan daun sukun yang terbaik dapat dilakukan dengan cara perendaman menggunakan alkohol 70% selama 10 menit.
{"title":"Pengaruh Desinfektan dan Lama Perendaman pada Sterilisasi Eksplan Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson ex. F.A Zorn) Fosberg)","authors":"Nuri Setiani, Fitri Nurwinda, Dewi Astriany","doi":"10.21776/ub.biotropika.2018.006.03.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2018.006.03.01","url":null,"abstract":"Daun sukun ( Artocarpus altilis ) merupakan herbal yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Kultur jaringan menjadi alternatif dalam meningkatkan produktivitas daun sukun dan metabolit sekunder yang dihasilkannya. Tahap pertama yang menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan adalah teknik sterilisasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode sterilisasi terbaik dengan melihat pengaruh penggunaan natrium hipoklorit 5,25% dan alkohol 70% serta waktu perendaman terhadap penurunan kontaminasi. Pada penelitian ini terdapat 10 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol positif, kontrol negatif, perendaman dengan alkohol 70% selama 5 menit dan 10 menit, perendaman dengan natrium hipoklorit 5,25% selama 5 menit dan 10 menit, serta kombinasi natrium hipoklorit 5,25% dan alkohol 70% selama 5 menit dan 10 menit. Parameter pengamatan meliputi waktu pertama kontaminasi, persentase kontaminasi jamur dan bakteri, dan penampilan eksplan yang diamati selama 40 hari. Hasil penelitian pada penggunaan masing-masing desinfektan, baik alkohol 70% maupun natrium hipoklorit 5,25% dengan waktu perendaman 10 menit menunjukkan tidak adanya kontaminasi jamur dan bakteri, tetapi pada perlakuan natrium hipoklorit 5,25% terjadi perubahan warna eksplan menjadi kecoklatan. Kombinasi dari kedua desinfektan menunjukkan adanya kontaminasi jamur dan bakteri serta adanya perubahan warna eksplan. Sterilisasi eksplan daun sukun yang terbaik dapat dilakukan dengan cara perendaman menggunakan alkohol 70% selama 10 menit.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85188013","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.01
Nur Rohmatin Isnaningsih, Mufti P. Patria
{"title":"Peran Komunitas Moluska dalam Mendukung Fungsi Kawasan Mangrove di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten","authors":"Nur Rohmatin Isnaningsih, Mufti P. Patria","doi":"10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.01","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"94 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89091916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.04
Helena Daten, Tri Ardyati
Pakan merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat diproses dengan penambahan probiotik. Probiotik merupakan mikroba yang berperan untuk meningkatkan kesehatan inang dan kualitas pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas bakteri asam laktat (BAL), jumlah bakteri Salmonella dan coliform , kapang, serta kandungan nutrisi pakan. Perlakuan fermentasi terdiri dari tanpa penambahan BAL (kontrol), penambahan BAL Sp. 1, probiotik ( Lactobacillus pentosus K50), dan bakteri konsorsium ( Lactobacillus pentosus K50 dan BAL Sp. 1). Jumlah BAL, Salmonella dan coliform serta kapang dideteksi dengan metode Total Plate Count. Kandungan protein diuji menggunakan metode Kjedahl, karbohidrat dengan metode total carbohydrate by difference , dan lemak, abu, serta air dengan metode gravimetri. Data dianalisis menggunakan one way ANOVA selang kepercayaan 95 %. Viabilitas BAL pada perlakuan penambahan BAL Sp.1 mengalami penurunan dari hari ke-0 sampai 20, sedangkan perlakuan dengan penambahan Lactobacillus pentosus K50 dan konsorsium meningkat dari hari ke- 0 sampai 20 berturut-turut 12,6 x 10 8 CFU/g menjadi 17,4 x 10 8 CFU/g dan 11,2 x 10 8 CFU/g menjadi 14,9 x 10 8 CFU/g. Bakteri Salmonella tidak tumbuh dalam pakan kontrol dan fermentasi. Jumlah bakteri coliform dan kapang dalam pakan terfermentasi dengan perlakuan probiotik dan bakteri konsorsium mengalami penurunan hari ke-5 sampai 20. Jumlah kapang pada perlakuan dengan penambahan BAL Sp. 1 mengalami fluktuasi disebabkan meningkatnya kadar air selama fermentasi. Kandungan protein relatif stabil, sedangkan kandungan lemak, karbohidrat, dan abu mengalami penurunan selama fermentasi. Penambahan probiotik dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan bakteri coliform dan kapang, serta menjaga stabilitas nutrisi pakan.
{"title":"Potensi Penambahan Probiotik (Lactobacillus pentosus K50) untuk Meningkatkan Kualitas Pakan Ikan Air Tawar","authors":"Helena Daten, Tri Ardyati","doi":"10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.04","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.04","url":null,"abstract":"Pakan merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat diproses dengan penambahan probiotik. Probiotik merupakan mikroba yang berperan untuk meningkatkan kesehatan inang dan kualitas pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas bakteri asam laktat (BAL), jumlah bakteri Salmonella dan coliform , kapang, serta kandungan nutrisi pakan. Perlakuan fermentasi terdiri dari tanpa penambahan BAL (kontrol), penambahan BAL Sp. 1, probiotik ( Lactobacillus pentosus K50), dan bakteri konsorsium ( Lactobacillus pentosus K50 dan BAL Sp. 1). Jumlah BAL, Salmonella dan coliform serta kapang dideteksi dengan metode Total Plate Count. Kandungan protein diuji menggunakan metode Kjedahl, karbohidrat dengan metode total carbohydrate by difference , dan lemak, abu, serta air dengan metode gravimetri. Data dianalisis menggunakan one way ANOVA selang kepercayaan 95 %. Viabilitas BAL pada perlakuan penambahan BAL Sp.1 mengalami penurunan dari hari ke-0 sampai 20, sedangkan perlakuan dengan penambahan Lactobacillus pentosus K50 dan konsorsium meningkat dari hari ke- 0 sampai 20 berturut-turut 12,6 x 10 8 CFU/g menjadi 17,4 x 10 8 CFU/g dan 11,2 x 10 8 CFU/g menjadi 14,9 x 10 8 CFU/g. Bakteri Salmonella tidak tumbuh dalam pakan kontrol dan fermentasi. Jumlah bakteri coliform dan kapang dalam pakan terfermentasi dengan perlakuan probiotik dan bakteri konsorsium mengalami penurunan hari ke-5 sampai 20. Jumlah kapang pada perlakuan dengan penambahan BAL Sp. 1 mengalami fluktuasi disebabkan meningkatnya kadar air selama fermentasi. Kandungan protein relatif stabil, sedangkan kandungan lemak, karbohidrat, dan abu mengalami penurunan selama fermentasi. Penambahan probiotik dalam pakan dapat menghambat pertumbuhan bakteri coliform dan kapang, serta menjaga stabilitas nutrisi pakan.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"SE-9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84634853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.02
Luhur Septiadi, Berry Fakhry Hanifa, Ainul Khatimah, Yunita Indawati, Muhammad Zakaria Alwi, Muhammad Prayogi Erfanda
Malang is one of the areas that have a high diversity of reptiles and amphibians because of the strategic ecosystem but still minimal in terms of research publications. The purpose of this study was to know the diversity of reptiles and amphibian through the existence of herpetofauna species, microhabitat and indicator species. Data was collected during the rainy season, once a month in the period of three months from October 2017 to January 2018 at night. Data collection was conducted using the Virtual Encounter Survey method with different zones and limited by time. The collected specimens were identified with the guidance of literatures. The collected specimens were then preserved at the Animal Physiology Laboratory, Department of Biology, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Then, the data was analyzed to obtain the diversity index, frequency and dominance. The result showed that the number of reptiles found in the location site was seven species consisting of Famili Gekkonidae, Scincidae, Agamidae and Elapidae. Mean while for the species of amphibians, it was obtained nine species consisting of Famili Bufonidae, Ranidae, Rhacophoridae, Dicroglossidae, and Microhylidae. The ecosystem consisted of four habitat types including terrestrial, arboreal, semi-aquatic and aquatic. However, based on the value of diversity index, relative frequency, and dominance value, as well as the indicator species, this area has a relatively low diversity, the disturbed environment and therefore conservation efforts need to be undertaken.
由于战略生态系统,玛琅是爬行动物和两栖动物多样性高的地区之一,但在研究出版物方面仍然很少。本研究的目的是通过爬行动物物种、微生境和指示物种的存在来了解爬行动物和两栖动物的多样性。数据在雨季收集,在2017年10月至2018年1月的三个月期间每月一次夜间收集。数据收集采用虚拟相遇调查的方法,有不同的区域和时间限制。在文献的指导下对采集的标本进行鉴定。收集到的标本随后被保存在Maulana Malik Ibrahim Malang州立伊斯兰大学生物系动物生理学实验室。然后对数据进行分析,得到多样性指数、频次和优势度。结果表明,该地点共发现爬行动物7种,包括壁虎科、蜘蛛科、蜘蛛科和蜘蛛科。两栖动物有9种,分别为蟾蜍科、貂科、虻科、双虻科和小虻科。该生态系统由陆生、树栖、半水生和水生四种生境类型组成。然而,从多样性指数、相对频率值和优势度值以及指示种来看,该地区的多样性相对较低,环境受到干扰,需要采取保护措施。
{"title":"Study of Reptile and Amphibian Diversity at Ledok Amprong Poncokusumo, Malang East Java","authors":"Luhur Septiadi, Berry Fakhry Hanifa, Ainul Khatimah, Yunita Indawati, Muhammad Zakaria Alwi, Muhammad Prayogi Erfanda","doi":"10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.02","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.02","url":null,"abstract":"Malang is one of the areas that have a high diversity of reptiles and amphibians because of the strategic ecosystem but still minimal in terms of research publications. The purpose of this study was to know the diversity of reptiles and amphibian through the existence of herpetofauna species, microhabitat and indicator species. Data was collected during the rainy season, once a month in the period of three months from October 2017 to January 2018 at night. Data collection was conducted using the Virtual Encounter Survey method with different zones and limited by time. The collected specimens were identified with the guidance of literatures. The collected specimens were then preserved at the Animal Physiology Laboratory, Department of Biology, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Then, the data was analyzed to obtain the diversity index, frequency and dominance. The result showed that the number of reptiles found in the location site was seven species consisting of Famili Gekkonidae, Scincidae, Agamidae and Elapidae. Mean while for the species of amphibians, it was obtained nine species consisting of Famili Bufonidae, Ranidae, Rhacophoridae, Dicroglossidae, and Microhylidae. The ecosystem consisted of four habitat types including terrestrial, arboreal, semi-aquatic and aquatic. However, based on the value of diversity index, relative frequency, and dominance value, as well as the indicator species, this area has a relatively low diversity, the disturbed environment and therefore conservation efforts need to be undertaken.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"135 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87019379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.03
Junda Fauzul Izza, Luqman Qurata Aini, Restu Rizkyta Kusuma
Penyakit layu bakteri yang diakibatkan oleh patogen Ralstonia solanacearum merupakan kendala yang sering terjadi pada budidaya tanaman kentang. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan rhizobakteri yang efektif mengendalikan penyakit layu bakteri dan meningkatkan pertumbuhan pada tanaman kentang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, UB Forest, dan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Rhizobakteri diisolasi dari perakaran gulma di UB Forest kemudian dilakukan pengujian aktivitas sebagai pemicu pertumbuhan. Rhizobakteri yang terpilih dilakukan pengujian sifat antagonis terhadap R. solanacearum secara in vitro dan penekanan terhadap angka kejadian penyakit serta pertumbuhan tanaman kentang. Identifikasi isolat dilakukan secara fisiologi, biokimia dan molekuler. Hasil eksplorasi didapatkan 20 isolat rhizobakteri yang bersifat antagonis terhadap R. solanacearum . Isolat AGR 2 memiliki diameter penghambatan yang sama dengan bakterisida secara in vitro . Secara in vivo isolat bakteri AGR 1, AGR 2 dan EPT 9 dapat meningkatkan rerata jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan bakterisida pada 1 dan 2 MSA (minggu setelah aplikasi). EPT 9 mampu menekan angka kejadian penyakit layu bakteri 55,6 % setelah 5 MSA dan meningkatkan berat umbi sebesar 59,3 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Isolat AGR 2 diketahui sebagai Pseudomonas aeruginosa dan EPT 9 merupakan Bacillus cereus .
{"title":"Pemanfaatan Rhizobakteri dari Gulma di UB Forest sebagai Agen Antagonis Penyakit Layu Bakteri pada Kentang","authors":"Junda Fauzul Izza, Luqman Qurata Aini, Restu Rizkyta Kusuma","doi":"10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.03","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2018.006.02.03","url":null,"abstract":"Penyakit layu bakteri yang diakibatkan oleh patogen Ralstonia solanacearum merupakan kendala yang sering terjadi pada budidaya tanaman kentang. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan rhizobakteri yang efektif mengendalikan penyakit layu bakteri dan meningkatkan pertumbuhan pada tanaman kentang. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, UB Forest, dan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Rhizobakteri diisolasi dari perakaran gulma di UB Forest kemudian dilakukan pengujian aktivitas sebagai pemicu pertumbuhan. Rhizobakteri yang terpilih dilakukan pengujian sifat antagonis terhadap R. solanacearum secara in vitro dan penekanan terhadap angka kejadian penyakit serta pertumbuhan tanaman kentang. Identifikasi isolat dilakukan secara fisiologi, biokimia dan molekuler. Hasil eksplorasi didapatkan 20 isolat rhizobakteri yang bersifat antagonis terhadap R. solanacearum . Isolat AGR 2 memiliki diameter penghambatan yang sama dengan bakterisida secara in vitro . Secara in vivo isolat bakteri AGR 1, AGR 2 dan EPT 9 dapat meningkatkan rerata jumlah daun lebih tinggi dibandingkan dengan bakterisida pada 1 dan 2 MSA (minggu setelah aplikasi). EPT 9 mampu menekan angka kejadian penyakit layu bakteri 55,6 % setelah 5 MSA dan meningkatkan berat umbi sebesar 59,3 % lebih tinggi dari perlakuan kontrol. Isolat AGR 2 diketahui sebagai Pseudomonas aeruginosa dan EPT 9 merupakan Bacillus cereus .","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89664524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-01DOI: 10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.05
Bernadetta Octavia, Tri Yuwono, A. Taftazani
Pelaparan dan akumulasi polifosfat pada bakteri diduga dapat meningkatkan biopresipitasi uranium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pelaparan dan akumulasi polifosfat terhadap peningkatan biopresipitasi uranium pada Bacillus cereus A66. Pada penelitian ini B. cereus A66 ditumbuhkan terlebih dahulu (prakultur) dalam Tryptone Glucose Yeast Extract (TGY), pada suhu ruang (± 28oC) hingga fase logaritmik (± 16 jam). Pada perlakuan pertama, prakultur B. cereus A66 diberi perlakuan pelaparan fosfat dalam medium P- free, selanjutnya dipindahkan ke medium P- uptake untuk akumulasi fosfat. Untuk mengamati biopresipitasi uranium, sel bakteri dipindahkan ke dalam larutan uranium 1 mM. Pada perlakuan kedua, prakultur B. cereus A66 langsung dipindahkan ke dalam larutan uranium tanpa fase pelaparan dan akumulasi polifosfat. Sedangkan pada perlakuan ketiga, B. cereus A66 tanpa fase pelaparan dikultur dalam medium P- uptake kemudian dipindahkan ke larutan uranium. Pada perlakuan keempat, B. cereus A66 dikondisikan dengan pelaparan fosfat dalam medium P- free , diikuti dengan pemindahan ke dalam larutan uranium. Perlakuan kedua, ketiga dan keempat dirancang untuk mengkonfirmasi efek perlakuan pertama dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. cereus A66 yang mengalami pelaparan fosfat dapat mengakumulasi fosfat delapan kali lebih banyak ketika dipindahkan ke medium P- uptake , dibandingkan dengan B. cereus A66 yang tidak mengalami pelaparan fosfat. Selain itu, B. cereus A66 yang mengakumulasi lebih banyak fosfat juga menunjukkan peningkatan biopresipitasi uranium sebesar 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan B. cereus A66 yang tidak mengalami pelaparan fosfat. Fenomena ini diyakini digerakkan oleh metabolisme polifosfat yang dikontrol oleh aktivitas gen PPK da n PPX . Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak polifosfat terakumulasi dalam sel, semakin meningkat respon biopresipitasi uranium dalam hal jumlah uranium yang diambil dari larutan dan efisiensi waktu pengambilannya . S trategi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk bioremediasi air dan tanah yang terkontaminasi uranium.
{"title":"Efek Pelaparan dan Akumulasi Polifosfat terhadap Biopresipitasi Uranium pada Bacillus cereus A66","authors":"Bernadetta Octavia, Tri Yuwono, A. Taftazani","doi":"10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.BIOTROPIKA.2018.006.02.05","url":null,"abstract":"Pelaparan dan akumulasi polifosfat pada bakteri diduga dapat meningkatkan biopresipitasi uranium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pelaparan dan akumulasi polifosfat terhadap peningkatan biopresipitasi uranium pada Bacillus cereus A66. Pada penelitian ini B. cereus A66 ditumbuhkan terlebih dahulu (prakultur) dalam Tryptone Glucose Yeast Extract (TGY), pada suhu ruang (± 28oC) hingga fase logaritmik (± 16 jam). Pada perlakuan pertama, prakultur B. cereus A66 diberi perlakuan pelaparan fosfat dalam medium P- free, selanjutnya dipindahkan ke medium P- uptake untuk akumulasi fosfat. Untuk mengamati biopresipitasi uranium, sel bakteri dipindahkan ke dalam larutan uranium 1 mM. Pada perlakuan kedua, prakultur B. cereus A66 langsung dipindahkan ke dalam larutan uranium tanpa fase pelaparan dan akumulasi polifosfat. Sedangkan pada perlakuan ketiga, B. cereus A66 tanpa fase pelaparan dikultur dalam medium P- uptake kemudian dipindahkan ke larutan uranium. Pada perlakuan keempat, B. cereus A66 dikondisikan dengan pelaparan fosfat dalam medium P- free , diikuti dengan pemindahan ke dalam larutan uranium. Perlakuan kedua, ketiga dan keempat dirancang untuk mengkonfirmasi efek perlakuan pertama dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. cereus A66 yang mengalami pelaparan fosfat dapat mengakumulasi fosfat delapan kali lebih banyak ketika dipindahkan ke medium P- uptake , dibandingkan dengan B. cereus A66 yang tidak mengalami pelaparan fosfat. Selain itu, B. cereus A66 yang mengakumulasi lebih banyak fosfat juga menunjukkan peningkatan biopresipitasi uranium sebesar 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan B. cereus A66 yang tidak mengalami pelaparan fosfat. Fenomena ini diyakini digerakkan oleh metabolisme polifosfat yang dikontrol oleh aktivitas gen PPK da n PPX . Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak polifosfat terakumulasi dalam sel, semakin meningkat respon biopresipitasi uranium dalam hal jumlah uranium yang diambil dari larutan dan efisiensi waktu pengambilannya . S trategi ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk bioremediasi air dan tanah yang terkontaminasi uranium.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79340268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}