Pub Date : 2021-04-18DOI: 10.21776/UB.BIOTROPIKA.2021.009.01.05
W. Arini, Venza Rhoma Saputra, Harri Ramadani
Suku Dayak Iban Desa Mensiau merupakan masyarakat asli Kalimantan Barat yang tinggal di daerah penyangga kawasan konservasi, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun. Masyarakat tersebut memanfaatkan sumber daya hutan, baik di dalam maupun luar kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai bahan pangan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam terhadap 40 orang (10%) penduduk Desa Mensiau. Pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan diwariskan secara turun-temurun. Terdapat 17 jenis tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Tumbuhan pantu atau ransa (Astrocaryum sp.) paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan. Daun, batang muda atau umbut, dan tunas merupakan bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan sering diolah dengan cara dimasak sesuai dengan selera. Tumbuhan lokal yang dapat dikonsumsi dipercaya memiliki khasiat sebagai obat sakit perut dan hipertensi. Tumbuh-tumbuhan lokal tersebut dilestarikan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau dengan cara dibudidayakan, terutama jenis sawi hutan, pantu atau ransa, sagu, dan melinjo. Konservasi jenis tumbuhan lokal dan kearifan lokal harus terus dikolaborasikan dan dijaga dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.
{"title":"Pemanfaatan Tumbuhan Lokal secara Tradisional dalam Peningkatan Ketahanan Pangan oleh Suku Dayak Iban di Desa Mensiau, Kalimantan Barat","authors":"W. Arini, Venza Rhoma Saputra, Harri Ramadani","doi":"10.21776/UB.BIOTROPIKA.2021.009.01.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/UB.BIOTROPIKA.2021.009.01.05","url":null,"abstract":"Suku Dayak Iban Desa Mensiau merupakan masyarakat asli Kalimantan Barat yang tinggal di daerah penyangga kawasan konservasi, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun. Masyarakat tersebut memanfaatkan sumber daya hutan, baik di dalam maupun luar kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai bahan pangan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam terhadap 40 orang (10%) penduduk Desa Mensiau. Pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan diwariskan secara turun-temurun. Terdapat 17 jenis tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Tumbuhan pantu atau ransa (Astrocaryum sp.) paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan. Daun, batang muda atau umbut, dan tunas merupakan bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan sering diolah dengan cara dimasak sesuai dengan selera. Tumbuhan lokal yang dapat dikonsumsi dipercaya memiliki khasiat sebagai obat sakit perut dan hipertensi. Tumbuh-tumbuhan lokal tersebut dilestarikan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau dengan cara dibudidayakan, terutama jenis sawi hutan, pantu atau ransa, sagu, dan melinjo. Konservasi jenis tumbuhan lokal dan kearifan lokal harus terus dikolaborasikan dan dijaga dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82056977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-03DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.03.03
Ade Lukman Mubarik, A. Aditya, Chairiza T. Mayrendra, Avandi Latrianto, Yusuf Prasetyo, R. N. Sukma, Eliza N. Alifah, Tasya N. Latifah, Syela P. Kusuma, Yoshe R. Al Karim
Avitourism sebagai salah satu konsep ekowisata memiliki manfaat pada bidang pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Objek wisata Girimanik sebagai kawasan ekowisata menyimpan potensi keanekaragaman burung dengan didukung kondisi habitat yang relatif baik. Akan tetapi, eksplorasi data keanekaragaman burung belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman burung sebagai potensi untuk dijadikan kawasan avitourism di objek wisata Girimanik. Pengambilan data burung dilakukan pada tanggal 11-15 Agustus 2018 di enam jalur pengamatan objek wisata Girimanik, dengan menggunakan metode IPA (Index Point of vbAbundance). Analisis data yang digunakan adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, indeks kemelimpahan relatif, indeks kekayaan jenis, dan analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif untuk menjelaskan potensi avitourism. Hasil penelitian ditemukan 60 spesies burung dalam 32 famili dengan tingkat keanekaragaman tinggi sebesar 3,1. Kemelimpahan burung didapatkan sebanyak 34 jenis termasuk kategori tidak umum, 22 jenis kategori sering, kategori umum sebanyak tiga jenis, dan satu jenis melimpah. Kekayaan jenis tertinggi dijumpai di jalur Air Terjun Manikmoyo. Berdasarkan potensi avitourism, sebanyak sembilan jenis burung endemik Jawa, tiga jenis terindeks daftar merah IUCN dan tiga jenis masuk Apendik II CITES, 10 jenis yang dilindungi pemerintah, lima jenis raptor, dan enam jenis burung yang memiliki bulu indah serta tiga jenis bersuara merdu. Girimanik berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan avitourism
{"title":"Keanekaragaman Burung Sebagai Potensi Pengembangan Avitourism di Objek Wisata Girimanik, Wonogiri, Jawa Tengah","authors":"Ade Lukman Mubarik, A. Aditya, Chairiza T. Mayrendra, Avandi Latrianto, Yusuf Prasetyo, R. N. Sukma, Eliza N. Alifah, Tasya N. Latifah, Syela P. Kusuma, Yoshe R. Al Karim","doi":"10.21776/ub.biotropika.2020.008.03.03","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2020.008.03.03","url":null,"abstract":"Avitourism sebagai salah satu konsep ekowisata memiliki manfaat pada bidang pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Objek wisata Girimanik sebagai kawasan ekowisata menyimpan potensi keanekaragaman burung dengan didukung kondisi habitat yang relatif baik. Akan tetapi, eksplorasi data keanekaragaman burung belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman burung sebagai potensi untuk dijadikan kawasan avitourism di objek wisata Girimanik. Pengambilan data burung dilakukan pada tanggal 11-15 Agustus 2018 di enam jalur pengamatan objek wisata Girimanik, dengan menggunakan metode IPA (Index Point of vbAbundance). Analisis data yang digunakan adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, indeks kemelimpahan relatif, indeks kekayaan jenis, dan analisis deskriptif kuantitatif-kualitatif untuk menjelaskan potensi avitourism. Hasil penelitian ditemukan 60 spesies burung dalam 32 famili dengan tingkat keanekaragaman tinggi sebesar 3,1. Kemelimpahan burung didapatkan sebanyak 34 jenis termasuk kategori tidak umum, 22 jenis kategori sering, kategori umum sebanyak tiga jenis, dan satu jenis melimpah. Kekayaan jenis tertinggi dijumpai di jalur Air Terjun Manikmoyo. Berdasarkan potensi avitourism, sebanyak sembilan jenis burung endemik Jawa, tiga jenis terindeks daftar merah IUCN dan tiga jenis masuk Apendik II CITES, 10 jenis yang dilindungi pemerintah, lima jenis raptor, dan enam jenis burung yang memiliki bulu indah serta tiga jenis bersuara merdu. Girimanik berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan avitourism","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80349300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-14DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.02.05
Aya Shofiyah, L. Hakim
Tanaman pangan yang tumbuh di hutan dan pekarangan rumah masyarakat merupakan sumberdaya penting dalam program ketahanan pangan masyarakat pesisir yang hidup di sekitar hutan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui spesies tanaman pangan yang dimanfaatkan masyarakat Kondang Merak baik yang diperoleh dari hutan maupun pekarangan rumah, dan mengetahui persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pekarangan rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan wawancara semi tersruktur. Analisis data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menggunakan Skala Likert. Dari hasil penelitian ditemukan 17 spesies (15 famili) tanaman pangan dari hutan Kondang Merak dan 20 spesies (17 famili) dalam dari pekarangan rumah. Tanaman pangan dalam penelitian ini dikategorikan dalam bahan pangan tambahan, yaitu umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, bumbu dan aroma masakan, serta bahan minuman. Tanaman penghasil buah-buahan merupakan kelompok dengan persentase pemanfaatan tertinggi (37,5%), diikuti dengan sayuran dan lalapan (25%), bumbu dan aroma masakan (25%), bahan minuman (10,4%), dan persentase paling rendah yaitu umbi-umbian (2,1%). Cara pengolahan yang paling sering dilakukan adalah dengan cara dikonsumsi secara langsung. Masyarakat Kondang Merak telah mengetahui tentang pekarangan rumah (Skala Likert 4,09). Masyarakat cukup setuju (Skala Likert 2,64) terkait pemanfaatan pekarangan rumah dapat bernilai ekonomi dan estetik. Masyarakat cukup setuju (Skala Likert 3,27) terhadap cara pengolahan pekarangan rumah seperti di kebun. Kondisi pekarangan rumah masyarakat cukup terawat (Skala Likert 2,75).
{"title":"Etnobotani Tanaman Pangan dari Hutan dan Pekarangan Rumah pada Masyarakat di Pemukiman Kondang Merak, Malang Selatan","authors":"Aya Shofiyah, L. Hakim","doi":"10.21776/ub.biotropika.2020.008.02.05","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2020.008.02.05","url":null,"abstract":"Tanaman pangan yang tumbuh di hutan dan pekarangan rumah masyarakat merupakan sumberdaya penting dalam program ketahanan pangan masyarakat pesisir yang hidup di sekitar hutan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui spesies tanaman pangan yang dimanfaatkan masyarakat Kondang Merak baik yang diperoleh dari hutan maupun pekarangan rumah, dan mengetahui persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pekarangan rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan wawancara semi tersruktur. Analisis data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menggunakan Skala Likert. Dari hasil penelitian ditemukan 17 spesies (15 famili) tanaman pangan dari hutan Kondang Merak dan 20 spesies (17 famili) dalam dari pekarangan rumah. Tanaman pangan dalam penelitian ini dikategorikan dalam bahan pangan tambahan, yaitu umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, bumbu dan aroma masakan, serta bahan minuman. Tanaman penghasil buah-buahan merupakan kelompok dengan persentase pemanfaatan tertinggi (37,5%), diikuti dengan sayuran dan lalapan (25%), bumbu dan aroma masakan (25%), bahan minuman (10,4%), dan persentase paling rendah yaitu umbi-umbian (2,1%). Cara pengolahan yang paling sering dilakukan adalah dengan cara dikonsumsi secara langsung. Masyarakat Kondang Merak telah mengetahui tentang pekarangan rumah (Skala Likert 4,09). Masyarakat cukup setuju (Skala Likert 2,64) terkait pemanfaatan pekarangan rumah dapat bernilai ekonomi dan estetik. Masyarakat cukup setuju (Skala Likert 3,27) terhadap cara pengolahan pekarangan rumah seperti di kebun. Kondisi pekarangan rumah masyarakat cukup terawat (Skala Likert 2,75).","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90192045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-01DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.01
Rizki Rizki, Irma Leilani
Hutan mangrove memiliki tipe dan jenis vegetasi yang berbeda sesuai dengan kondisi zonasi yang berhubungan dengan faktor fisika-kimia lingkungan, di antara faktor yang menyebabkan perbedaan vegetasi tersebut adalah jenis tanah dan pasang surut air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebaran tumbuhan mangrove berdasarkan tekstur tanah dan kondisi pasang surut yang terdapat di hutan mangrove Teluk Buo Bungus Padang. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan dua transek penelitian yang tegak lurus dari zona depan tumbuhan mangrove sampai ke zona transisi. Ukuran plot 10x10 meter dibuat tegak lurus mengikuti transek yang telah dibuat. Selanjutnya identifikasi jenis dilakukan pada semua tumbuhan yang ditemukan pada masing-masing plot baik dalam bentuk pohon, pohon muda (sapling), anakan pohon (seedling) dan tumbuhan penutup tanah. Untuk menentukan tinggi pasang dan surut air laut digunakan pancang yang telah dibalut dengan kertas krep sedangkan untuk analisis tekstur tanah dilakukan pengambilan sampel tanah di lakuan pada setiap plot masing-masing plot diambil tiga titik. Hasil penelitian diketahui bahwa sebaran tumbuhan terbanyak ditemukan pada tanah lempung berpasir yaitu delapan jenis, pada 21 plot penelitian. Sebaran tumbuhan terkecil terdapat pada tekstur tanah liat, hanya dua jenis yang mampu hidup pada tekstur tanah ini yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneratia caseolaris
{"title":"Sebaran Jenis Tumbuhan Mangrove Di Teluk Buo Bungus Padang Indonesia","authors":"Rizki Rizki, Irma Leilani","doi":"10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.01","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.01","url":null,"abstract":"Hutan mangrove memiliki tipe dan jenis vegetasi yang berbeda sesuai dengan kondisi zonasi yang berhubungan dengan faktor fisika-kimia lingkungan, di antara faktor yang menyebabkan perbedaan vegetasi tersebut adalah jenis tanah dan pasang surut air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebaran tumbuhan mangrove berdasarkan tekstur tanah dan kondisi pasang surut yang terdapat di hutan mangrove Teluk Buo Bungus Padang. Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan dua transek penelitian yang tegak lurus dari zona depan tumbuhan mangrove sampai ke zona transisi. Ukuran plot 10x10 meter dibuat tegak lurus mengikuti transek yang telah dibuat. Selanjutnya identifikasi jenis dilakukan pada semua tumbuhan yang ditemukan pada masing-masing plot baik dalam bentuk pohon, pohon muda (sapling), anakan pohon (seedling) dan tumbuhan penutup tanah. Untuk menentukan tinggi pasang dan surut air laut digunakan pancang yang telah dibalut dengan kertas krep sedangkan untuk analisis tekstur tanah dilakukan pengambilan sampel tanah di lakuan pada setiap plot masing-masing plot diambil tiga titik. Hasil penelitian diketahui bahwa sebaran tumbuhan terbanyak ditemukan pada tanah lempung berpasir yaitu delapan jenis, pada 21 plot penelitian. Sebaran tumbuhan terkecil terdapat pada tekstur tanah liat, hanya dua jenis yang mampu hidup pada tekstur tanah ini yaitu Rhizophora apiculata dan Sonneratia caseolaris","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"51 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84460547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-01DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.06
Dhanang Puspita, A. Wibowo, S. Prasetyo
Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar di Indonesia. Di pulau ini banyak terdapat gua-gua alam yang belum di ekplorasi. Salah satu gua alam adalah Gua Dopaam yang saat ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan gua dan mengidentifikasi makro fauna gua. Metode penelitian dilakukan dengan survey gua, pemetaan gua, dan identifikasi makrofauna secara insitu dengan obsevasi dan dokumentasi, secara eksitu dengan cara studi komparasi dengan data sekunder. Hasil penelitian, gua Dopaam memiliki panjang ± 2.220 m dan terdapat 6 spesies fauna gua yakni kelelawar ( Emballonura cf. semicaudata ), jangkrik ( Rhaphidophora oophaga ), udang ( Macrobrachium bariense ), laba-laba ( Charon grayi ), kepiting ( Varuna litterata ), ular sanca batik ( Malayapyton reticulatus ). Gua Dopaan berfungsi sebagai habitat makrofauna, menjaga ketersediaan air bersih, dan kedepannya bisa dimanfaatkan sebagai potensi wisata minat kusus
{"title":"Identifikasi Makrofauna dan Pemetaan Gua Dopaam Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu","authors":"Dhanang Puspita, A. Wibowo, S. Prasetyo","doi":"10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.06","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2020.008.01.06","url":null,"abstract":"Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar di Indonesia. Di pulau ini banyak terdapat gua-gua alam yang belum di ekplorasi. Salah satu gua alam adalah Gua Dopaam yang saat ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan gua dan mengidentifikasi makro fauna gua. Metode penelitian dilakukan dengan survey gua, pemetaan gua, dan identifikasi makrofauna secara insitu dengan obsevasi dan dokumentasi, secara eksitu dengan cara studi komparasi dengan data sekunder. Hasil penelitian, gua Dopaam memiliki panjang ± 2.220 m dan terdapat 6 spesies fauna gua yakni kelelawar ( Emballonura cf. semicaudata ), jangkrik ( Rhaphidophora oophaga ), udang ( Macrobrachium bariense ), laba-laba ( Charon grayi ), kepiting ( Varuna litterata ), ular sanca batik ( Malayapyton reticulatus ). Gua Dopaan berfungsi sebagai habitat makrofauna, menjaga ketersediaan air bersih, dan kedepannya bisa dimanfaatkan sebagai potensi wisata minat kusus","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80961827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.5
Eko Suyanto, Yasir Saifur Rahman, M. Murwantoko
Permintaan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) semakin meningkat dari tahun ke tahun namun terkendala dalam ketersediaan benih karena tingginya resiko serangan penyakit streptococcosis yang menurunkan kelangsungan hidup (sintasan) benih. Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan bioenkapsulasi Artemia salina dengan Spirulina platensis terhadap sintasan benih ikan nila yang telah diinjeksi bakteri Streptococcus sp. dalam upaya mencegah penyakit streptococcosis. Bioenkapsulasi dilakukan dengan cara kultur A. salina diberi pakan tepung S. platensis ukuran 37 mikron selama 5 jam lalu dipanen dan disimpan pada suhu 4 o C. Bioenkapsulan dianalisis proksimat meliputi kadar air, kadar protein total, kadar lemak, kadar abu, kadar serat kasar dan kadar karbohidrat sedangkan analisis kadar asam lemak dianalisis menggunakan Gas chromatography . Perlakuan pakan benih ikan nila yaitu bioenkapsulan dan pellet ikan dengan perbandingan variasi 25%:75% (BASP1), 50%:50% (BASP2), 75%:25% (BASP3), 100%:0% (BASP4) dan 0%:100% (K) lalu diuji tantang dengan bakteri Streptococcus sp konsentrasi 10 6 CFU/mL secara rendaman. Pakan bioenkapsulasi A. salina dengan S. platensis memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila. Peningkatan kelangsungan hidup terbaik diperoleh pada hari ke-7 sebesar 26,7%. Pemberian pakan bioenkapsulan dengan konsentrasi 50-75% cukup efektif diberikan hingga hari ke-14 untuk meningkatkan sintasan benih ikan nila dalam usaha pencegahan penyakit streptococcosis. Semakin tinggi konsentrasi pakan bioenkapsulan akan meningkatkan resiko kematian benih ikan nila.
尼禄鱼(学名Oreochromis niloticus)的需求逐年增加,但由于链球菌病发病率高,降低了种子的存活率,因此无法获得种子。本研究的目的是确定撒利纳人以螺旋藻为目标的转基因青蒿素对牙髓菌的影响。Bioenkapsulasi方式完成美国文化。是喂养salina面粉。platensis 37微米大小的五个小时,然后收获并储存温度4 o C . Bioenkapsulan proksimat分析包括水分、完全蛋白质,脂肪含量水平,阿布,粗纤维含量和碳水化合物的含量水平而脂肪酸含量分析分析使用chromatography气体。将尼日鱼的种子与25% (BASP1)、50% (BASP2)、75% (BASP2)、75% (BASP2)、100% (BASP3)、100%(0%)和100% (K)与链球菌(Streptococcus)的浓度测试与反吸细菌10 6 CFU/mL进行对抗性测试。A. salina的生物饱和饲料与S. platensis产生了影响罗非鱼种子存活率的影响。在第七天,最佳存活率增加了26.7%。其浓度为50-75%的bioenkapinit实际上是有效的,直到第14天,增加了针对链球菌疾病的寄生虫的种子发芽。高浓度的生物激活将增加罗勒种子死亡的风险。
{"title":"Pengaruh Bioenkapsulasi Artemia salina Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)","authors":"Eko Suyanto, Yasir Saifur Rahman, M. Murwantoko","doi":"10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.5","url":null,"abstract":"Permintaan ikan nila ( Oreochromis niloticus ) semakin meningkat dari tahun ke tahun namun terkendala dalam ketersediaan benih karena tingginya resiko serangan penyakit streptococcosis yang menurunkan kelangsungan hidup (sintasan) benih. Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan bioenkapsulasi Artemia salina dengan Spirulina platensis terhadap sintasan benih ikan nila yang telah diinjeksi bakteri Streptococcus sp. dalam upaya mencegah penyakit streptococcosis. Bioenkapsulasi dilakukan dengan cara kultur A. salina diberi pakan tepung S. platensis ukuran 37 mikron selama 5 jam lalu dipanen dan disimpan pada suhu 4 o C. Bioenkapsulan dianalisis proksimat meliputi kadar air, kadar protein total, kadar lemak, kadar abu, kadar serat kasar dan kadar karbohidrat sedangkan analisis kadar asam lemak dianalisis menggunakan Gas chromatography . Perlakuan pakan benih ikan nila yaitu bioenkapsulan dan pellet ikan dengan perbandingan variasi 25%:75% (BASP1), 50%:50% (BASP2), 75%:25% (BASP3), 100%:0% (BASP4) dan 0%:100% (K) lalu diuji tantang dengan bakteri Streptococcus sp konsentrasi 10 6 CFU/mL secara rendaman. Pakan bioenkapsulasi A. salina dengan S. platensis memberikan pengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila. Peningkatan kelangsungan hidup terbaik diperoleh pada hari ke-7 sebesar 26,7%. Pemberian pakan bioenkapsulan dengan konsentrasi 50-75% cukup efektif diberikan hingga hari ke-14 untuk meningkatkan sintasan benih ikan nila dalam usaha pencegahan penyakit streptococcosis. Semakin tinggi konsentrasi pakan bioenkapsulan akan meningkatkan resiko kematian benih ikan nila.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77122564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.4
Slamet Arif Susanto
Lahan bera telah menjadi bentuk ekosistem yang umum dijumpai di Papua. Mengukur dan mengidentifikasi sebaran ukuran diameter pohon di lahan bera Womnowi Sidey Manokwari Papua Barat adalah tujuan utama penelitian ini. Pada luas 1 hektar dibuat sub petak berukuran 20 x 20 meter yang di dalamnya terdapat sub petak 10 x 10 meter, sehingga total sub petak berjumlah 25. Diameter pohon diukur secara langsung di lapangan pada ketinggian 1.3 meter atau diameter pohon setinggi dada. Data diproses dan dianalisis secara statistik dan tabulasi untuk menentukan pola regenerasi vegetasi pohon. Hasil menunjukkan dominasi sebaran ukuran diameter pohon pada kelas-kelas tertentu, namun tetap menunjukkan kurva J terbalik sebagai ciri proses regenerasi hutan sekunder intermediet yang baik. Nilai korelasi yang tinggi antara jumlah individu per hektar dengan ukuran sebaran kelas diameter vegetasi pohon dominan berturut-turut Pometia pinnata, Lansium domesticum, Dracontomelon dao, dan Octomeles sumatrana. O. sumatrana adalah jenis dominan yang memiliki ukuran diameter pohon terbesar dibanding jenis dominan lainnya. Secara klasik disimpulkan preferensi habitat jenis tumbuhan selama periode bera berperan dalam daya regenerasi dan memengaruhi sebaran ukuran diameter pohon. Kata kunci: alluvial, diameter setinggi dada, hutan sekunder, kurva J terbalik, Papua Barat
{"title":"Sebaran Ukuran Diameter Pohon Untuk Menentukan Umur dan Regenerasi Hutan di Lahan Bera Womnowi, Manokwari","authors":"Slamet Arif Susanto","doi":"10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.4","url":null,"abstract":"Lahan bera telah menjadi bentuk ekosistem yang umum dijumpai di Papua. Mengukur dan mengidentifikasi sebaran ukuran diameter pohon di lahan bera Womnowi Sidey Manokwari Papua Barat adalah tujuan utama penelitian ini. Pada luas 1 hektar dibuat sub petak berukuran 20 x 20 meter yang di dalamnya terdapat sub petak 10 x 10 meter, sehingga total sub petak berjumlah 25. Diameter pohon diukur secara langsung di lapangan pada ketinggian 1.3 meter atau diameter pohon setinggi dada. Data diproses dan dianalisis secara statistik dan tabulasi untuk menentukan pola regenerasi vegetasi pohon. Hasil menunjukkan dominasi sebaran ukuran diameter pohon pada kelas-kelas tertentu, namun tetap menunjukkan kurva J terbalik sebagai ciri proses regenerasi hutan sekunder intermediet yang baik. Nilai korelasi yang tinggi antara jumlah individu per hektar dengan ukuran sebaran kelas diameter vegetasi pohon dominan berturut-turut Pometia pinnata, Lansium domesticum, Dracontomelon dao, dan Octomeles sumatrana. O. sumatrana adalah jenis dominan yang memiliki ukuran diameter pohon terbesar dibanding jenis dominan lainnya. Secara klasik disimpulkan preferensi habitat jenis tumbuhan selama periode bera berperan dalam daya regenerasi dan memengaruhi sebaran ukuran diameter pohon. Kata kunci: alluvial, diameter setinggi dada, hutan sekunder, kurva J terbalik, Papua Barat","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"49 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87264363","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.2
D. Rahayu, Endik Deni Nugroho, Dwi Listyorini
Telaga Sari terletak di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan yang memiliki kelimpahan jenis ikan introduksi dari Famili Poeciliidae. Anggota Poeciliidae merupakan ikan yang berukuran kecil, live-bearers , memiliki dimorfi seksual dari segi ukuran tubuh dan pola warna. Ikan jantan memiliki gonopodium yang merupakan modifikasi sirip anal, dan ikan betina bunting dan melahirkan. Ikan ini terintroduksi di perairan Indonesia sebagai ikan hias, pengontrol perkembangan nyamuk malaria dan dewasa ini diketahui sebagai model pembelajaran dalam studi biologi. Identifikasi cryptic species menjadi tantangan dalam pengelolaan ikan introduksi baik untuk tujuan konservasi dan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi molekuler berdasarkan DNA Barcode COI. Amplifikasi gen target dilakukan dengan menggunakan primer barcode . Analisis identifikasi molekuler melalui kekerabatan pohon filogenetik, similaritas, variasi sekuen DNA, jarak genetik, dan BOLD System. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan terbentuk dua klaster besar yang terdiri atas dua klad, spesies yang teridentifikasi sesuai karakter morfologi, yaitu Poecilia reticulata dan Poecilia mexicana dengan indeks kesamaan 90-100%, sedangkan satu spesies teridentifikasi sebagai Poecilia reticulata (100% identik berdasarkan BOLD System) yang seharusnya secara morfologi adalah Xiphoporus helleri. Hasil analisis karakter nukleotida diagnostik ditemukan empat nukleotida untuk Poecilia reticulata , tujuh nukleotida untuk Xiphoporus helleri dan 23 untuk Poecilia m exicana . Diversitas haplotype basa nukleotida sebesar (0,00566) yang terbagi menjadi sembilan haplotype dengan empat haplogroup . Ketepatan identifikasi spesies ikan menjadi kunci utama dalam budidaya, perdagangan, manajemen, konservasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
{"title":"DNA Barcoding Ikan Introduksi Khas Telaga Sari, Kabupaten Pasuruan","authors":"D. Rahayu, Endik Deni Nugroho, Dwi Listyorini","doi":"10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.2","url":null,"abstract":"Telaga Sari terletak di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan yang memiliki kelimpahan jenis ikan introduksi dari Famili Poeciliidae. Anggota Poeciliidae merupakan ikan yang berukuran kecil, live-bearers , memiliki dimorfi seksual dari segi ukuran tubuh dan pola warna. Ikan jantan memiliki gonopodium yang merupakan modifikasi sirip anal, dan ikan betina bunting dan melahirkan. Ikan ini terintroduksi di perairan Indonesia sebagai ikan hias, pengontrol perkembangan nyamuk malaria dan dewasa ini diketahui sebagai model pembelajaran dalam studi biologi. Identifikasi cryptic species menjadi tantangan dalam pengelolaan ikan introduksi baik untuk tujuan konservasi dan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi molekuler berdasarkan DNA Barcode COI. Amplifikasi gen target dilakukan dengan menggunakan primer barcode . Analisis identifikasi molekuler melalui kekerabatan pohon filogenetik, similaritas, variasi sekuen DNA, jarak genetik, dan BOLD System. Hasil identifikasi molekuler menunjukkan terbentuk dua klaster besar yang terdiri atas dua klad, spesies yang teridentifikasi sesuai karakter morfologi, yaitu Poecilia reticulata dan Poecilia mexicana dengan indeks kesamaan 90-100%, sedangkan satu spesies teridentifikasi sebagai Poecilia reticulata (100% identik berdasarkan BOLD System) yang seharusnya secara morfologi adalah Xiphoporus helleri. Hasil analisis karakter nukleotida diagnostik ditemukan empat nukleotida untuk Poecilia reticulata , tujuh nukleotida untuk Xiphoporus helleri dan 23 untuk Poecilia m exicana . Diversitas haplotype basa nukleotida sebesar (0,00566) yang terbagi menjadi sembilan haplotype dengan empat haplogroup . Ketepatan identifikasi spesies ikan menjadi kunci utama dalam budidaya, perdagangan, manajemen, konservasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"123 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75801723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Serangga Hypothenemus hampei memiliki kemampuan untuk menggerek biji kopi, dan digunakannya sebagai sumber makanan, tempat hidup dan siklus hidup. Aktivitas hidup dari H. hampei menyebabkan rontoknya buah kopi dan penurunan kualitas serta kuantitas buah kopi hingga 40%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri pektinolitik yang memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan khususnya kafein, tanin dan polifenol. Prosedur penelitian terdiri dari tahap pembuatan media skrining bakteri pektinase, isolasi bakteri endosimbion dan identifikasi spesies serta fisiologi bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi dan skrining bakteri pada sistem pencernaan H. hampei didapatkan 15 isolat bakteri pektinolitik endosimbion. Hasil identifikasi tiga isolat terpilih diketahui bahwa isolat 2B termasuk golongan Enterobacter sp. atau Actinobacillus sp., isolat 31B masuk ke dalam Micrococcus sp. dan isolat 42B termasuk Chromobacterium sp. Penelitian ini berguna sebagai kajian untuk strategi penanganan hama serangga H. hampei dengan menghambat pertumbuhan bakteri pektinolitik.
{"title":"Skrining dan Identifikasi Bakteri Pektinolitik Endosimbion dalam Sistem Pencernaan Serangga Penggerek Kopi (Hypothenemus hampei Ferr)","authors":"Gatot Kusiyanto, Purwatiningsih Purwatiningsih, Kahar Muzakhar","doi":"10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.1","url":null,"abstract":"Serangga Hypothenemus hampei memiliki kemampuan untuk menggerek biji kopi, dan digunakannya sebagai sumber makanan, tempat hidup dan siklus hidup. Aktivitas hidup dari H. hampei menyebabkan rontoknya buah kopi dan penurunan kualitas serta kuantitas buah kopi hingga 40%. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri pektinolitik yang memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan khususnya kafein, tanin dan polifenol. Prosedur penelitian terdiri dari tahap pembuatan media skrining bakteri pektinase, isolasi bakteri endosimbion dan identifikasi spesies serta fisiologi bakteri. Berdasarkan hasil identifikasi dan skrining bakteri pada sistem pencernaan H. hampei didapatkan 15 isolat bakteri pektinolitik endosimbion. Hasil identifikasi tiga isolat terpilih diketahui bahwa isolat 2B termasuk golongan Enterobacter sp. atau Actinobacillus sp., isolat 31B masuk ke dalam Micrococcus sp. dan isolat 42B termasuk Chromobacterium sp. Penelitian ini berguna sebagai kajian untuk strategi penanganan hama serangga H. hampei dengan menghambat pertumbuhan bakteri pektinolitik.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78757513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-28DOI: 10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.3
M. Jannah, D. Rahayu, M. Sari, Ludmilla Fitri Untari
A taxonomic study of the fructicose lichens in the forest of Tahura (Taman Hutan Raya) R. Soeryo had been conducted based on morphological, anatomical and chemical characters. In this research involved a method of descriptive explorative and the aim of this research is to identify and determine of fructicose lichens in the forest of Tahura R. Soeryo. Eleven species of fructicose lichen are reported for the firt time from the forest of Tahura R. Soeryo. They are Evernia prunastri , Ramalina calicaris , Teloschistes flavicans U. glabrescens , , U. subfloridana , U. Ceratina , U. floridana , U. hirta and three species were found as new records in Java are Usnea esperantiana , U. flammea , and U. strigosa . Taxonomic descriptions and figures are presented in the articel.
根据形态、解剖和化学特征对塔胡拉(Taman Hutan Raya) R. Soeryo森林中的果糖地衣进行了分类研究。本研究采用描述性探索性方法,目的是鉴定和测定大胡拉森林中果糖地衣的含量。本文首次报道了11种产自苏里约塔胡拉森林的果糖地衣。在爪哇发现新记录的有3种分别是:长叶叶蝉(Evernia prunastri)、狐尾叶蝉(Ramalina calicaris)、黄尾叶蝉(Teloschistes flavicans)、亚佛罗里达叶蝉(U. subflorida)、角叶叶蝉(U. Ceratina)、佛罗里达叶蝉(U. florida)和刺花叶蝉(U. strigosa)。文中给出了分类描述和图表。
{"title":"The Fruticose Lichens In The Forest Tahura (Taman Hutan Raya) R. Soeryo, Jawa Timur","authors":"M. Jannah, D. Rahayu, M. Sari, Ludmilla Fitri Untari","doi":"10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2019.007.02.3","url":null,"abstract":"A taxonomic study of the fructicose lichens in the forest of Tahura (Taman Hutan Raya) R. Soeryo had been conducted based on morphological, anatomical and chemical characters. In this research involved a method of descriptive explorative and the aim of this research is to identify and determine of fructicose lichens in the forest of Tahura R. Soeryo. Eleven species of fructicose lichen are reported for the firt time from the forest of Tahura R. Soeryo. They are Evernia prunastri , Ramalina calicaris , Teloschistes flavicans U. glabrescens , , U. subfloridana , U. Ceratina , U. floridana , U. hirta and three species were found as new records in Java are Usnea esperantiana , U. flammea , and U. strigosa . Taxonomic descriptions and figures are presented in the articel.","PeriodicalId":9004,"journal":{"name":"Biotropika: Journal of Tropical Biology","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73177865","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}