Gempa merupakan peristiwa alam yang disebabkan pergerakan lempeng bumi yang tidak bisa diketahui kuat gempa dan kapan terjadi gempa tersebut. Gempa memberikan dampak bagi manusia berupa kematian, luka-luka serta kerusakan bangunan dan fasilitas umum. Negara indonesia khususnya Kota Jakarta merupakan daerah dengan intensitas gempa tinggi, maka bangunan dapat mengalami kerusakan ringan, sedang bahkan hancur akibat getaran gempa bumi. Kurva respons spectrum gempa di dapat dengan program SAP 2000. Tahap desain dan tahap evaluasi suatu struktur bangunan menggunakan progam SAP 2000. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja struktur bangunan apabila terkena gempa. Berdasarkan analisis respons spectrum yang mengacu pada perencanaan gempa SNI 1726-2012, bahwa data bangunan didapat nilai S1 = 0,3823 g, Ss = 0,7086 g, SDS = 0,624 g, dan SD1 = 0,459 g. Tinjauan displacement dari hasil analisis, didapat simpangan antar lantai paling besar yaitu 5,847 mm dan tidak melebihi simpangan yang diizinkan yaitu 53,846 mm dan simpangan antar tingkat dinyatakan aman.Kata Kunci: Gempa, SAP 2000, Response Spectrum, Displacement
{"title":"RESPONS SPECTRUM ANALYSIS STRUKTUR BANGUNAN TINGKAT TINGGI (STUDI KASUS: BANGUNAN RUMAH SUSUN STASIUN TANJUNG BARAT DI JAKARTA)","authors":"Diah Sarasanty, Zainul Arifin","doi":"10.31602/jk.v5i1.7396","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7396","url":null,"abstract":"Gempa merupakan peristiwa alam yang disebabkan pergerakan lempeng bumi yang tidak bisa diketahui kuat gempa dan kapan terjadi gempa tersebut. Gempa memberikan dampak bagi manusia berupa kematian, luka-luka serta kerusakan bangunan dan fasilitas umum. Negara indonesia khususnya Kota Jakarta merupakan daerah dengan intensitas gempa tinggi, maka bangunan dapat mengalami kerusakan ringan, sedang bahkan hancur akibat getaran gempa bumi. Kurva respons spectrum gempa di dapat dengan program SAP 2000. Tahap desain dan tahap evaluasi suatu struktur bangunan menggunakan progam SAP 2000. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja struktur bangunan apabila terkena gempa. Berdasarkan analisis respons spectrum yang mengacu pada perencanaan gempa SNI 1726-2012, bahwa data bangunan didapat nilai S1 = 0,3823 g, Ss = 0,7086 g, SDS = 0,624 g, dan SD1 = 0,459 g. Tinjauan displacement dari hasil analisis, didapat simpangan antar lantai paling besar yaitu 5,847 mm dan tidak melebihi simpangan yang diizinkan yaitu 53,846 mm dan simpangan antar tingkat dinyatakan aman.Kata Kunci: Gempa, SAP 2000, Response Spectrum, Displacement","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127871944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peralatan merupakan sarana yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembangunan dan sebagai salah satu sumber daya dalam pembangunan. Untuk itu para pemakai peralatan pembangunan dituntut supaya meningkatkan kemampuan dalam pengenalan, pengetahuan, dan dapat menghitung spesifikasi atau data teknis peralatan terutama yang menyangkut standar produksi pralatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang analisa biaya peralatan secara benar dan efisien sesuai dengan standar spesifikasi teknis Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, dengan metode analisa perhitungan empiris. Hasil penelitian ini menunjukkan biaya operasional masing-masing peralatan per/jam untuk galian biasa yaitu bulldozer sebesar Rp. 279.049,40, excavator sebesar Rp. 274.557,37 dan dump truck sebesar Rp. 200.269,37. Urugan biasa untuk dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Penyiapan badan jalan untuk motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Lapis pondasi anggregat klas B untuk whel loader sebesar Rp. 177.486,87, dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Lapis pondasi anggregat klas A untuk whel loader sebesar Rp. 177.486,87, dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75.Kata kunci : alat berat, pembangunan jalan, biaya
{"title":"STUDI PEMAKAIAN ALAT – ALAT BERAT PROYEK PEMBANGUNAN JALAN POROS TRANS KALTIM TANJUNG REDEB -LABANAN (RING ROAD) BERAU","authors":"Eswan Eswan","doi":"10.31602/jk.v5i1.7394","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7394","url":null,"abstract":"Peralatan merupakan sarana yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembangunan dan sebagai salah satu sumber daya dalam pembangunan. Untuk itu para pemakai peralatan pembangunan dituntut supaya meningkatkan kemampuan dalam pengenalan, pengetahuan, dan dapat menghitung spesifikasi atau data teknis peralatan terutama yang menyangkut standar produksi pralatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang analisa biaya peralatan secara benar dan efisien sesuai dengan standar spesifikasi teknis Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, dengan metode analisa perhitungan empiris. Hasil penelitian ini menunjukkan biaya operasional masing-masing peralatan per/jam untuk galian biasa yaitu bulldozer sebesar Rp. 279.049,40, excavator sebesar Rp. 274.557,37 dan dump truck sebesar Rp. 200.269,37. Urugan biasa untuk dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Penyiapan badan jalan untuk motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Lapis pondasi anggregat klas B untuk whel loader sebesar Rp. 177.486,87, dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75. Lapis pondasi anggregat klas A untuk whel loader sebesar Rp. 177.486,87, dump truck sebesar Rp. 200.269,37, motor greder sebesar Rp. 238.073,19, vibrator roller sebesar Rp. 150.064,40 dan water tank truck sebesar Rp. 166.163,75.Kata kunci : alat berat, pembangunan jalan, biaya","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131003750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yayu Sriwahyuni Hamzah, Yoki Triwahyudi, Husni Marsha Auliyah
Pantai Pasir Putih Trenggalek memiliki potensi wisata yang dapat di kembangkan. Untuk itu perlu adanya layanan dan fasilitas yang memadai. Keberadaan industri jasa kapal wisata yang berada di pantai Pasir Putih perlu mendapatkan dukungan sarana dan prasarana pendukung keselamatan dan keamanan pelayaran salah satunya dengan dermaga wisata yang difungsikan untuk sandar kapal. Dalam merencanakan kelayakan pembangunan dermaga wisata, perlu meninjau beberapa aspek teknis, diantaranya adalah aspek Hidro-Oceanografi. Parameter utama yang biasanya diperhitungkan adalah pasang surut, gelombang dan angin.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji parameter hidro-oceanografi dalam menentukan kelayakan pembangunan dermaga wisata di pantai Pasir Putih Trenggalek. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Dari hasil pengamatan aspek hidro-oceanografi diperoleh bahwa pasang surut di lokasi pekerjaan di dapatkan HWS sebesar 2,85 m dengan MSL 1,44 m dan LWS adalah 0,30 m. Kecepatan arus di teluk Prigi khususnya kawasan pantai Pasit Putih bervariasi dengan kecepatan rata – rata pada seluruh perairan 5,70 – 8,80 cm/s. Untuk kondisi tinggi gelombang di teluk Prigi memiliki ketinggian gelombang 0,5 – 1,5 m. Berdasarkan kajian batimetri, kedalaman di lokasi -10 m dengan kondisi LWS sebagai kedalaman terendah dengan jarak dari garis pantai -/+ 2 km. Sedangkan untuk titik kedalaman terendah adalah – 0,5 m dengan kondisi LWS dengan jarak dari garis pantai 500 m. Dari hasil pengamatan aspek hidro- oceanografi, maka pembangunan dermaga wisata di pantai Pasir Putih Trenggalek layak untuk dibangun dan di kembangkan, dengan lokasi/area rencana yang dapat di pilih adalah lokasi 2 yang berada di bagian tengah pantai Pasir Putih. Kata Kunci: hidro-oceanografi, dermaga, wisata, pasang-surut, gelombang
{"title":"KAJIAN HIDRO-OCEANOGRAFI DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA WISATA PANTAI PASIR PUTIH TRENGGALEK","authors":"Yayu Sriwahyuni Hamzah, Yoki Triwahyudi, Husni Marsha Auliyah","doi":"10.31602/jk.v5i1.7601","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7601","url":null,"abstract":"Pantai Pasir Putih Trenggalek memiliki potensi wisata yang dapat di kembangkan. Untuk itu perlu adanya layanan dan fasilitas yang memadai. Keberadaan industri jasa kapal wisata yang berada di pantai Pasir Putih perlu mendapatkan dukungan sarana dan prasarana pendukung keselamatan dan keamanan pelayaran salah satunya dengan dermaga wisata yang difungsikan untuk sandar kapal. Dalam merencanakan kelayakan pembangunan dermaga wisata, perlu meninjau beberapa aspek teknis, diantaranya adalah aspek Hidro-Oceanografi. Parameter utama yang biasanya diperhitungkan adalah pasang surut, gelombang dan angin.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji parameter hidro-oceanografi dalam menentukan kelayakan pembangunan dermaga wisata di pantai Pasir Putih Trenggalek. Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Dari hasil pengamatan aspek hidro-oceanografi diperoleh bahwa pasang surut di lokasi pekerjaan di dapatkan HWS sebesar 2,85 m dengan MSL 1,44 m dan LWS adalah 0,30 m. Kecepatan arus di teluk Prigi khususnya kawasan pantai Pasit Putih bervariasi dengan kecepatan rata – rata pada seluruh perairan 5,70 – 8,80 cm/s. Untuk kondisi tinggi gelombang di teluk Prigi memiliki ketinggian gelombang 0,5 – 1,5 m. Berdasarkan kajian batimetri, kedalaman di lokasi -10 m dengan kondisi LWS sebagai kedalaman terendah dengan jarak dari garis pantai -/+ 2 km. Sedangkan untuk titik kedalaman terendah adalah – 0,5 m dengan kondisi LWS dengan jarak dari garis pantai 500 m. Dari hasil pengamatan aspek hidro- oceanografi, maka pembangunan dermaga wisata di pantai Pasir Putih Trenggalek layak untuk dibangun dan di kembangkan, dengan lokasi/area rencana yang dapat di pilih adalah lokasi 2 yang berada di bagian tengah pantai Pasir Putih. Kata Kunci: hidro-oceanografi, dermaga, wisata, pasang-surut, gelombang","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129664760","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Biofiisk alur Sungai Karang Mumus mempengaruhi karakteristik hidrograf aliran yang penting untuk diketahui adalah volume aliran air, debit banjir dan waktu sampai terjadinya debit banjir maksimum. Bentuk DAS kemiringan lereng geologi jenis tanah dan penutupan lahan merupakan karakteristik fisik yang akan mempengaruhi besarnya peningkatan aliran air permukaan sebagai respon curah hujan. Perubahan faktor biofisik memberikan dampak nyata terhadap volume peningkatan aliran air permukaan, terjadinya debit banjir maksimum, intensitas hujan dan waktu. Banjir merupakan suatu keadaan Sungai dimana aliran airnya tidak tertampung oleh palung Sungai karena debit banjir lebih besar dari kapasitas Sungai yang ada. Potensi daerah banjir berdasarkan peta topografi dan peta luas genangan banjir.Kata kunci : biofisik, wilayah banjir alur Sungai
{"title":"KONDISI BIOFISIK SUNGAI BERPENGARUH TERHADAP TERJADINYA BANJIR PADA ALUR SUNGAI KARANG MUMUS DI KOTA SAMARINDA","authors":"Y. Sundari","doi":"10.31602/jk.v5i1.7268","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7268","url":null,"abstract":"Biofiisk alur Sungai Karang Mumus mempengaruhi karakteristik hidrograf aliran yang penting untuk diketahui adalah volume aliran air, debit banjir dan waktu sampai terjadinya debit banjir maksimum. Bentuk DAS kemiringan lereng geologi jenis tanah dan penutupan lahan merupakan karakteristik fisik yang akan mempengaruhi besarnya peningkatan aliran air permukaan sebagai respon curah hujan. Perubahan faktor biofisik memberikan dampak nyata terhadap volume peningkatan aliran air permukaan, terjadinya debit banjir maksimum, intensitas hujan dan waktu. Banjir merupakan suatu keadaan Sungai dimana aliran airnya tidak tertampung oleh palung Sungai karena debit banjir lebih besar dari kapasitas Sungai yang ada. Potensi daerah banjir berdasarkan peta topografi dan peta luas genangan banjir.Kata kunci : biofisik, wilayah banjir alur Sungai","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126415263","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kinerja transportasi udara di Provinsi Kalimantan Timur dari persepsi pengguna moda transportasi udara pada 2 bandar udara pengumpul (Hub) yaitu Bandar Udara APT. Pranoto Samarinda dan Bandar Udara SAMS. Sepinggan Balikpapan. Pengambilan data menggunakan kuisioner online berdasarkan atribut pertanyaan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Metode CSI dan IPA. Hasil kinerja pelayanan transportasi udara di Provinsi Kalimantan Timur dalam kondisi Baik dengan nilai skor Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 0,79 sehingga berdasarkan tabel Standart Criteria Custumer Satisfaction Indeks (CSI) berada pada rentang 0,66 s/d 0,81 dengan kriteria “PUAS”. Hasil analisis antara Kinerja dan Harapan masih terdapat kesenjangan (GAP) antara kinerja dan harapan rata-rata sebesar 0,53 (skala linkert), sehingga perlu adanya perbaikan pelayanan terutama pada 4 (empat) atribut kinerja yaitu keterpaduan moda, delay penerbangan, tarif/biaya perjalanan udara, dan polusi / kelestarian lingkungan sedangkan 9 (sembilan) atribut kinerja transportasi udara lainnya berdasarkan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan kondisi pelayanan yang sudah baik (pertahankan). Titik koordinat IPA antara harapan dan kinerja berada pada sumbu cartesius (x = 3,97; y = 4,50), dimana x adalah kinerja yang ada dan y adalah harapan yang diinginkan oleh masyarakat.Kata kunci: Kinerja Infrastruktur, Transportasi Udara, Kalimantan Timur
{"title":"ANALISIS KINERJA INSFRASTRUKTUR MODA TRANSPORTASI UDARA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR","authors":"Tukimun Tukimun","doi":"10.31602/jk.v5i1.7395","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7395","url":null,"abstract":"Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kinerja transportasi udara di Provinsi Kalimantan Timur dari persepsi pengguna moda transportasi udara pada 2 bandar udara pengumpul (Hub) yaitu Bandar Udara APT. Pranoto Samarinda dan Bandar Udara SAMS. Sepinggan Balikpapan. Pengambilan data menggunakan kuisioner online berdasarkan atribut pertanyaan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) yang kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Metode CSI dan IPA. Hasil kinerja pelayanan transportasi udara di Provinsi Kalimantan Timur dalam kondisi Baik dengan nilai skor Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 0,79 sehingga berdasarkan tabel Standart Criteria Custumer Satisfaction Indeks (CSI) berada pada rentang 0,66 s/d 0,81 dengan kriteria “PUAS”. Hasil analisis antara Kinerja dan Harapan masih terdapat kesenjangan (GAP) antara kinerja dan harapan rata-rata sebesar 0,53 (skala linkert), sehingga perlu adanya perbaikan pelayanan terutama pada 4 (empat) atribut kinerja yaitu keterpaduan moda, delay penerbangan, tarif/biaya perjalanan udara, dan polusi / kelestarian lingkungan sedangkan 9 (sembilan) atribut kinerja transportasi udara lainnya berdasarkan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan kondisi pelayanan yang sudah baik (pertahankan). Titik koordinat IPA antara harapan dan kinerja berada pada sumbu cartesius (x = 3,97; y = 4,50), dimana x adalah kinerja yang ada dan y adalah harapan yang diinginkan oleh masyarakat.Kata kunci: Kinerja Infrastruktur, Transportasi Udara, Kalimantan Timur","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133709395","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kebutuhan air irigasi di Desa Plumpang, belum mencukupi dengan tersedianya air disebabkan pengaruh musim hujan dan kemarau. Sehingga diperlukan pengolahan air irigasi dengan baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian. Untuk dapat mengetahui kebutuhan air irigasi, diperlukan analisis dimana akan dipengaruhi beberapa faktor seperti pengolaan tanah, curah hujan efektif, perkolasi , evapotranspirasi, efisiensi irigasi, dan koefisien tanaman. Perhitungan yang digunakan untuk curah hujan rerata dengan metode aritmatik selanjutnya untuk debit andalan dilakukan dengan metode FJ. Mock, dan untuk mengetahui nilai evapotranspirasi menggunakan perhitungan menggunakan motode penman modifikasi. Dari hasil analisis diperoleh nilai debit andalan di desa Plumpang sebesar 0,71 m3/detik. Dari hasil analisis diperoleh nilai NFR sebesar 27,421 lt/detik/hari dikonversikan menjadi 0,027421 m3/detik/hari digunakan alternatif ke-7. Dimana alternatif masa awal tanam pada bulan Mei periode I dengan pola tanam Padi – Padi – Palawija. Kata kunci: Debit Andalan, Kebutuhan Air Irigasi, Optimalisasi Pola Tanam
{"title":"OPTIMALISASI POLA TATA TANAM PADA PETAK SAWAH DESA PLUMPANG KECAMATAN PLUMPANG KABUPATEN TUBAN","authors":"Nurma Wahyuningrum, Faradlillah Saves","doi":"10.31602/jk.v5i1.7605","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7605","url":null,"abstract":"Kebutuhan air irigasi di Desa Plumpang, belum mencukupi dengan tersedianya air disebabkan pengaruh musim hujan dan kemarau. Sehingga diperlukan pengolahan air irigasi dengan baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian. Untuk dapat mengetahui kebutuhan air irigasi, diperlukan analisis dimana akan dipengaruhi beberapa faktor seperti pengolaan tanah, curah hujan efektif, perkolasi , evapotranspirasi, efisiensi irigasi, dan koefisien tanaman. Perhitungan yang digunakan untuk curah hujan rerata dengan metode aritmatik selanjutnya untuk debit andalan dilakukan dengan metode FJ. Mock, dan untuk mengetahui nilai evapotranspirasi menggunakan perhitungan menggunakan motode penman modifikasi. Dari hasil analisis diperoleh nilai debit andalan di desa Plumpang sebesar 0,71 m3/detik. Dari hasil analisis diperoleh nilai NFR sebesar 27,421 lt/detik/hari dikonversikan menjadi 0,027421 m3/detik/hari digunakan alternatif ke-7. Dimana alternatif masa awal tanam pada bulan Mei periode I dengan pola tanam Padi – Padi – Palawija. Kata kunci: Debit Andalan, Kebutuhan Air Irigasi, Optimalisasi Pola Tanam","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"196 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134520945","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada sebuah perencanaan proyek pembangunan, faktor utama yang perlu diperhitungkan adalah perihal biaya dan waktu, karena dua faktor itu adalah hal yang terpenting dalam perencanaan. Dengan berkembangnya teknologi, maka metode dalam proyek pembangunan juga mengalami kemajuan pesat, sehingga setiap pembangunan proyek konstruksi dituntut agar bisa diselesaikan tepat waktu. Dalam hal ini metode yang dipakai untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode Least Cost Analysis. Tujuan dari metode Least Cost Analysis adalah untuk memperoleh hasil hubungan yang optimal antara waktu dengan biaya proyek pembangunan. Berdasarkan hasil Analisa dan pembahasan yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru MAN Kota Surabaya setelah dipercepat menggunakan metode Least Cost Analysis dengan durasi normal 165 hari dan biaya proyek sebesar Rp. 4.422.881.344,65, dan setelah dilakukan percepatan dengan menggunakan metode Least Cost Analysis durasi proyek berubah menjadi 161 hari dan biaya proyek menjadi Rp. 4.420.460.852,65. Dengan presentasi pengurangan waktu sebesar 2,42% dari perencanaan dan presentase pengurangan biaya proyek sebesar 0,04% dari perencanaan. Perbandingan biaya normal dengan biaya setelah dipercepat adalah sebesar Rp. 2.420.492,00. Kata Kunci: Biaya Optimal, Durasi Optimal, Least Cost Analysis
{"title":"ANALISA BIAYA DAN WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAST COST ANALYSIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUANG KELAS BARU MAN KOTA SURABAYA","authors":"M. Riza, Budi Witjaksana","doi":"10.31602/jk.v5i1.7560","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7560","url":null,"abstract":"Pada sebuah perencanaan proyek pembangunan, faktor utama yang perlu diperhitungkan adalah perihal biaya dan waktu, karena dua faktor itu adalah hal yang terpenting dalam perencanaan. Dengan berkembangnya teknologi, maka metode dalam proyek pembangunan juga mengalami kemajuan pesat, sehingga setiap pembangunan proyek konstruksi dituntut agar bisa diselesaikan tepat waktu. Dalam hal ini metode yang dipakai untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode Least Cost Analysis. Tujuan dari metode Least Cost Analysis adalah untuk memperoleh hasil hubungan yang optimal antara waktu dengan biaya proyek pembangunan. Berdasarkan hasil Analisa dan pembahasan yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru MAN Kota Surabaya setelah dipercepat menggunakan metode Least Cost Analysis dengan durasi normal 165 hari dan biaya proyek sebesar Rp. 4.422.881.344,65, dan setelah dilakukan percepatan dengan menggunakan metode Least Cost Analysis durasi proyek berubah menjadi 161 hari dan biaya proyek menjadi Rp. 4.420.460.852,65. Dengan presentasi pengurangan waktu sebesar 2,42% dari perencanaan dan presentase pengurangan biaya proyek sebesar 0,04% dari perencanaan. Perbandingan biaya normal dengan biaya setelah dipercepat adalah sebesar Rp. 2.420.492,00. Kata Kunci: Biaya Optimal, Durasi Optimal, Least Cost Analysis","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"1993 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131147367","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemacetan jalan iala masalah lalu lintas yang biasa dijumpai di Indonesia. Kemacetan jalan biasa diakibatkan banyaknya penumpukan kendaraan yang menyebabkan lalu lintas jaringan jalan menjadi macet. Keadaan kemacetan jalan tidak hanya terjadi pada pusat perkotaan namun juga terjadi pada daerah sekitarnya. Hal ini terjadi dikarenakan semakin banyaknya jumlah kendaraan pada setiap tahunnya sehingga kapasitas jalan tidak mampu untuk menampung volume kendaraan yang melintas. Pembangunan jalan baru merupakan suatu program yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kemacetan pada suatu daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah. Pembangunan jalan harus memperhatikan berbagai faktor yang diantaranya tata ruang dan standar kenyamanan dan keselamatan untuk pengguna jalan. Pada pembangunan jalan juga diharuskan untuk memperhitungkan tiga faktor yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan adanya jalan yang bebas hambatan roda perekonomian akan semakin maju dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jalan Lintas Selatan Tulungagung – Trenggalek sendiri merupakan salah satu ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek. Jalan ini diharapkan dapat membantu kelancaran arus lalu lintas dan dapat mempersingkat jarak tempuh dari Tulungagung – Trenggalek atau sebaliknya dan menjadi akses penghubung tempat wisata pantai di wilayah wilis khususnya yang ada di wilayah Tulungagung dan Trenggalek. Pada penelitian ini menggunakan Metode Bina Marga 2017 untuk merencanakan sruktur perkerasan. Dari perhitungan perencanaan didapatkan tebal perkerasan adalah 52,5 cm Kata Kunci: AASHTO 1993, Kemacetan jalam, Pembangunan Jalan
{"title":"PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN LINTAS SELATAN TULUNGAGUNG – TRENGGALEK MENGGUNAKAN METODE AASHTO 1993","authors":"A. Nugroho, Hanie Teki Tjendani","doi":"10.31602/jk.v5i1.7606","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7606","url":null,"abstract":"Kemacetan jalan iala masalah lalu lintas yang biasa dijumpai di Indonesia. Kemacetan jalan biasa diakibatkan banyaknya penumpukan kendaraan yang menyebabkan lalu lintas jaringan jalan menjadi macet. Keadaan kemacetan jalan tidak hanya terjadi pada pusat perkotaan namun juga terjadi pada daerah sekitarnya. Hal ini terjadi dikarenakan semakin banyaknya jumlah kendaraan pada setiap tahunnya sehingga kapasitas jalan tidak mampu untuk menampung volume kendaraan yang melintas. Pembangunan jalan baru merupakan suatu program yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kemacetan pada suatu daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah. Pembangunan jalan harus memperhatikan berbagai faktor yang diantaranya tata ruang dan standar kenyamanan dan keselamatan untuk pengguna jalan. Pada pembangunan jalan juga diharuskan untuk memperhitungkan tiga faktor yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan adanya jalan yang bebas hambatan roda perekonomian akan semakin maju dan meningkatkan pendapatan perkapita. Jalan Lintas Selatan Tulungagung – Trenggalek sendiri merupakan salah satu ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Trenggalek. Jalan ini diharapkan dapat membantu kelancaran arus lalu lintas dan dapat mempersingkat jarak tempuh dari Tulungagung – Trenggalek atau sebaliknya dan menjadi akses penghubung tempat wisata pantai di wilayah wilis khususnya yang ada di wilayah Tulungagung dan Trenggalek. Pada penelitian ini menggunakan Metode Bina Marga 2017 untuk merencanakan sruktur perkerasan. Dari perhitungan perencanaan didapatkan tebal perkerasan adalah 52,5 cm Kata Kunci: AASHTO 1993, Kemacetan jalam, Pembangunan Jalan","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115305897","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkerasan lentur adalah salah satu perkerasan yang paling umum digunakan di jalan raya. Salah satu jenis perkerasan lentur adalah HRS-WC. Banyaknya rehabilitasi jalan yang umumnya menggunakan perkerasan HRS-WC, namun kekuatan HRS-WC tidak cukup untuk menahan beban, sehingga dilakukan penelitian untuk meningkatkan kekuatan menahan beban dengan menambahkan abu sekam padi. Campuran HRS-WC memiliki karakteristik marshall sebagaimana diatur dalam Spesifikasi Umum 2018 revisi 2 dengan nilai VIM minimum 3,0% dan maksimum 5,0%, VMA dengan nilai minimum 17%, nilai VFWA 68%, Stabilitas Marshall dengan nilai minimum 600 kg, Flow dengan nilai minimum 3 mm, MQ dengan nilai minimum 250 kg/mm, dan Stabilitas Marshall dengan nilai minimum 90%. Pembuatan sampel normal dengan taksiran kadar aspal yang digunakan adalah 6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5%, dan 8,0%, setelah dilakukan pengujian kelima variasi aspal normal didapatkan hasil bahwa sampel dengan aspal 8,0% memenuhi nilai standar sesuai spesifikasi umum 2018 revisi 2. Setelah KAO, selanjutnya pembuatan sampel abu sekam padi dengan variasi0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, 1.0%, 1.2%, dan 1.4% menggunakan kadar aspal 8.0%. Dari hasil pengujian pada variasi keseluruhan abu sekam, diketahui bahwa penambahan abu sekam mempengaruhi nilai karakteristik marshall dan dikatakan belum memenuhi spesifikasi umum 2018 revisi 2.Kata Kunci: HRS-WC, KAO, Marshall, Abu Sekam Padi
{"title":"Meningkatkan Nilai Rongga Stabilitas Dan Flow Campuran Aspal HRS-WC Dengan Memanfaatkan Sekam Padi","authors":"Hermansyah Hermansyah, Bambang Wansa Putra, Opan Wawan Widiansyah","doi":"10.31602/jk.v5i1.7562","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7562","url":null,"abstract":"Perkerasan lentur adalah salah satu perkerasan yang paling umum digunakan di jalan raya. Salah satu jenis perkerasan lentur adalah HRS-WC. Banyaknya rehabilitasi jalan yang umumnya menggunakan perkerasan HRS-WC, namun kekuatan HRS-WC tidak cukup untuk menahan beban, sehingga dilakukan penelitian untuk meningkatkan kekuatan menahan beban dengan menambahkan abu sekam padi. Campuran HRS-WC memiliki karakteristik marshall sebagaimana diatur dalam Spesifikasi Umum 2018 revisi 2 dengan nilai VIM minimum 3,0% dan maksimum 5,0%, VMA dengan nilai minimum 17%, nilai VFWA 68%, Stabilitas Marshall dengan nilai minimum 600 kg, Flow dengan nilai minimum 3 mm, MQ dengan nilai minimum 250 kg/mm, dan Stabilitas Marshall dengan nilai minimum 90%. Pembuatan sampel normal dengan taksiran kadar aspal yang digunakan adalah 6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5%, dan 8,0%, setelah dilakukan pengujian kelima variasi aspal normal didapatkan hasil bahwa sampel dengan aspal 8,0% memenuhi nilai standar sesuai spesifikasi umum 2018 revisi 2. Setelah KAO, selanjutnya pembuatan sampel abu sekam padi dengan variasi0.2%, 0.4%, 0.6%, 0.8%, 1.0%, 1.2%, dan 1.4% menggunakan kadar aspal 8.0%. Dari hasil pengujian pada variasi keseluruhan abu sekam, diketahui bahwa penambahan abu sekam mempengaruhi nilai karakteristik marshall dan dikatakan belum memenuhi spesifikasi umum 2018 revisi 2.Kata Kunci: HRS-WC, KAO, Marshall, Abu Sekam Padi","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116723415","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kecamatan semen di Kota Kediri merupakan salah satu desa dalam pemantauan apabila ada kekeringan. Ada beberapa desa yang pernah mengalami kekerigan di musim kemarau, maka perlu dianalisa kebutuhan air dan sarana yang diperlukan seperti penampungan reservoir selama beberapa tahun kedepan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kebutuhan air dan penampungan yang dibutuhkab masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kebutuhan jumlah penduduk selama 10 tahun kedepan sebesar 9.042 KK dari awal 2099 KK tahun 2021, kemudian dalam memenuhi kebutuhan air domestik dan non domestik dimensi reservoir yang dibutuhkan 5m x 4m x 6,2m dengan 3 jam puncak.Kata Kunci: Proyeksi, Jam puncak, Kebutuhan air, Volume Reservoir
{"title":"ANALISA KETERSEDIAAN AIR DI DUSUN KLODRAN, DESA SIDOMULYO, KEDIRI","authors":"Sony Susanto, Romadhon Romadhon, Herlan Pratikto","doi":"10.31602/jk.v5i1.7265","DOIUrl":"https://doi.org/10.31602/jk.v5i1.7265","url":null,"abstract":"Kecamatan semen di Kota Kediri merupakan salah satu desa dalam pemantauan apabila ada kekeringan. Ada beberapa desa yang pernah mengalami kekerigan di musim kemarau, maka perlu dianalisa kebutuhan air dan sarana yang diperlukan seperti penampungan reservoir selama beberapa tahun kedepan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kebutuhan air dan penampungan yang dibutuhkab masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kebutuhan jumlah penduduk selama 10 tahun kedepan sebesar 9.042 KK dari awal 2099 KK tahun 2021, kemudian dalam memenuhi kebutuhan air domestik dan non domestik dimensi reservoir yang dibutuhkan 5m x 4m x 6,2m dengan 3 jam puncak.Kata Kunci: Proyeksi, Jam puncak, Kebutuhan air, Volume Reservoir","PeriodicalId":105055,"journal":{"name":"Jurnal Kacapuri : Jurnal Keilmuan Teknik Sipil","volume":"425 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126719442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}