Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.22
Nia Novanti, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging masyarakat, sapi bali harus dibawa ke Rumah Potong Hewan (RPH) menggunakan sarana moda transportasi. Akan tetapi, selain memberi kemudahan dalam mobilisasi ternak, transportasi juga memberikan dampak stres bagi ternak. Stres transportasi dapat mengakibatkan perubahan fisiologis dalam tubuh ternak, salah satunya adalah perubahan pada total leukosit dan diferensial leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total leukosit dan diferensial leukosit sapi bali pascatransportasi. Penelitian ini menggunakan sampel darah dari 20 ekor sapi bali jantan yang disembelih di RPH Pesanggaran, Denpasar. Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis yang terletak pada bagian ventrolateral leher menggunakan jarum berukuran 21 gauge. Pemeriksaan total leukosit dan diferensial leukosit dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali menggunakan Hematology Analyzer Sysmex XS-800i. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Rata-rata total leukosit sapi bali jantan pascatransportasi di RPH Pesanggaran Denpasar pada penelitian ini adalah, 12,22 x103/?L, sementara rata-rata diferensial leukosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan leukosit, berturut-turut 0,16 x103/?L, 0,06 x103/?L, 0,19 x103/?L, 0,95 x103/?L, 11,10 x103/?L. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa transportasi dari Pasar Hewan Beringkit ke RPH Pesanggaran Denpasar berpengaruh terhadap total leukosit dan diferensial leukosit sapi bali jantan.
为了满足公众肉类消费的需求,必须使用运输方式将牛肉带到动物屠宰场(RPH)。然而,除了促进牲畜动员外,运输也对牲畜产生压力影响。运输应激会导致牛体内的生理变化,其中之一是总白细胞和差异白细胞的变化。本研究旨在发现运输后的总白细胞减少和差异性牛白细胞减少。这项研究使用了在登巴萨RPH Budget屠宰的20头公奶牛的血液样本。使用21号针头通过位于腹外侧颈部的颈静脉采集血液样本。使用Sysmex XS-800i血液学分析仪在巴厘省UPTD实验室站进行的总白细胞和差异白细胞检测。然后对获得的数据进行描述性分析。本研究中RPH登巴萨预算中运输后雄性牛白细胞病的平均总数为12.22 x 103/?L、 而由中性粒细胞、嗜酸性粒细胞、碱性粒细胞、单核细胞和白细胞组成的平均差异性白细胞增多症为0.16x103/?L、 0.06 x 103/?L、 0.19 x 103/?L、 0.95 x 103/?L、 11.10 x 103/?L.根据获得的结果,可以知道从动物市场到登巴萨预算的RPH的运输会影响总白细胞减少和差异性牛白细胞减少。
{"title":"Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Sapi Bali Jantan Setelah Pengangkutan ke Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar","authors":"Nia Novanti, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.22","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.22","url":null,"abstract":"Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging masyarakat, sapi bali harus dibawa ke Rumah Potong Hewan (RPH) menggunakan sarana moda transportasi. Akan tetapi, selain memberi kemudahan dalam mobilisasi ternak, transportasi juga memberikan dampak stres bagi ternak. Stres transportasi dapat mengakibatkan perubahan fisiologis dalam tubuh ternak, salah satunya adalah perubahan pada total leukosit dan diferensial leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total leukosit dan diferensial leukosit sapi bali pascatransportasi. Penelitian ini menggunakan sampel darah dari 20 ekor sapi bali jantan yang disembelih di RPH Pesanggaran, Denpasar. Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis yang terletak pada bagian ventrolateral leher menggunakan jarum berukuran 21 gauge. Pemeriksaan total leukosit dan diferensial leukosit dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali menggunakan Hematology Analyzer Sysmex XS-800i. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Rata-rata total leukosit sapi bali jantan pascatransportasi di RPH Pesanggaran Denpasar pada penelitian ini adalah, 12,22 x103/?L, sementara rata-rata diferensial leukosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan leukosit, berturut-turut 0,16 x103/?L, 0,06 x103/?L, 0,19 x103/?L, 0,95 x103/?L, 11,10 x103/?L. Berdasarkan hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa transportasi dari Pasar Hewan Beringkit ke RPH Pesanggaran Denpasar berpengaruh terhadap total leukosit dan diferensial leukosit sapi bali jantan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48120918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.49
Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan
Kegiatan transportasi umumnya dapat mengakibatkan stres sehingga memengaruhi perubahan fisiologis pada ternak termasuk kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah sapi bali pascatransportasi. Sampel darah diambil dari sapi bali yang baru datang setelah transportasi. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan venoject dengan jarum berukuran 21G pada vena jugularis dari 20 ekor sapi bali jantan di Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar. Darah yang telah diambil ditampung dalam tabung berisi antikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), lalu dihomogenkan dan disimpan dalam coolbox. Pengujian sampel langsung dilakukan dengan menggunakan glukometer Nesco Multicheck 1. Pemeriksaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh rata-rata kadar glukosa darah pada setiap ekor sapi, data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, dan hasilnya disajikan dalam bentuk range dan simpangan baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sapi bali jantan pascatransportasi di RPH Pesanggaran Denpasar adalah 50,67 mg/dL ± 13,25. Hasil tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan data kisaran kadar glukosa darah sapi bali jantan yang ada yaitu dengan kadar 68,96-72,81 mg/dL. Rendahnya hasil tersebut dapat disebabkan oleh proses transportasi yang dilakukan.
{"title":"Kadar Glukosa Darah Sapi Bali Jantan Pascatransportasi ke Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar","authors":"Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.49","url":null,"abstract":"Kegiatan transportasi umumnya dapat mengakibatkan stres sehingga memengaruhi perubahan fisiologis pada ternak termasuk kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah sapi bali pascatransportasi. Sampel darah diambil dari sapi bali yang baru datang setelah transportasi. Pengambilan sampel darah dilakukan dengan menggunakan venoject dengan jarum berukuran 21G pada vena jugularis dari 20 ekor sapi bali jantan di Rumah Potong Hewan Pesanggaran Denpasar. Darah yang telah diambil ditampung dalam tabung berisi antikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), lalu dihomogenkan dan disimpan dalam coolbox. Pengujian sampel langsung dilakukan dengan menggunakan glukometer Nesco Multicheck 1. Pemeriksaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh rata-rata kadar glukosa darah pada setiap ekor sapi, data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, dan hasilnya disajikan dalam bentuk range dan simpangan baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sapi bali jantan pascatransportasi di RPH Pesanggaran Denpasar adalah 50,67 mg/dL ± 13,25. Hasil tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan data kisaran kadar glukosa darah sapi bali jantan yang ada yaitu dengan kadar 68,96-72,81 mg/dL. Rendahnya hasil tersebut dapat disebabkan oleh proses transportasi yang dilakukan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41860923","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.58
Komang Darma Yudha Putra, I. H. Utama, I. Wirata, L. M. Sudimartini
Cangkok tulang xenograft, salah satunya dengan menggunakan tulang sapi, sering digunakan pada perlakuan ortopedik untuk melakukan implantasi. Implantasi bisa dilakukan dari bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali terhadap kondisi fisiologis hewan model dilihat dari aspek jumlah total leukosit. Jumlah leukosit dapat menjadi acuan untuk mengetahui kondisi responsif tubuh terhadap adanya material asing. Sepuluh ekor kelinci digunakan dalam penelitian ini dan dibagi atas dua kelompok. Setiap kelinci pada setiap kelompok dibuat sebuah lubang dengan diameter 5 mm pada diafisis tulang femur kelinci. Pada Kelompok Kontrol lubang tidak diimplantasi bahan cangkok, sedangkan pada Kelompok Perlakuan, lubang dimplantasi bahan cangkok demineralisasi. Dilakukan pemeriksaan hematologi selama enam minggu dengan interval waktu dua minggu, yaitu hari ke-0 (24 jam), minggu ke-2, 4 dan 6 pasca operasi untuk pemeriksaan jumlah total leukosit yang kemudian diuji secara statistik dan disajikan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa implantasi bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali pada hewan uji selama enam minggu tidak menyebabkan perubahan jumlah total leukosit dari nilai rujukan normal. Bedasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali tidak mengalami penolakan pada tubuh hewan uji.
{"title":"Gambaran Total Leukosit Darah Kelinci Pasca-implantasi Bahan Cangkok Demineralisasi Asal Tulang Sapi Bali","authors":"Komang Darma Yudha Putra, I. H. Utama, I. Wirata, L. M. Sudimartini","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.58","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.58","url":null,"abstract":"Cangkok tulang xenograft, salah satunya dengan menggunakan tulang sapi, sering digunakan pada perlakuan ortopedik untuk melakukan implantasi. Implantasi bisa dilakukan dari bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali terhadap kondisi fisiologis hewan model dilihat dari aspek jumlah total leukosit. Jumlah leukosit dapat menjadi acuan untuk mengetahui kondisi responsif tubuh terhadap adanya material asing. Sepuluh ekor kelinci digunakan dalam penelitian ini dan dibagi atas dua kelompok. Setiap kelinci pada setiap kelompok dibuat sebuah lubang dengan diameter 5 mm pada diafisis tulang femur kelinci. Pada Kelompok Kontrol lubang tidak diimplantasi bahan cangkok, sedangkan pada Kelompok Perlakuan, lubang dimplantasi bahan cangkok demineralisasi. Dilakukan pemeriksaan hematologi selama enam minggu dengan interval waktu dua minggu, yaitu hari ke-0 (24 jam), minggu ke-2, 4 dan 6 pasca operasi untuk pemeriksaan jumlah total leukosit yang kemudian diuji secara statistik dan disajikan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa implantasi bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali pada hewan uji selama enam minggu tidak menyebabkan perubahan jumlah total leukosit dari nilai rujukan normal. Bedasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali tidak mengalami penolakan pada tubuh hewan uji.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44702214","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.31
Alya Diasti Paraningtyas, I. N. Sulabda, I. K. Sumadi
Tepung belatung/maggot telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi pakan ternak, karena dapat menggantikan tepung ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung belatung/maggot black soldier fly pada pakan komersial terhadap persentase karkas dan recahan karkas pada ayam pedaging. Sebanyak 24 ekor ayam pedaging berumur satu hari atau day old chick/DOC dibagi empat perlakuan, masing-masing mendapat perlakuan P0 (tanpa tepung belatung/maggot), P1 (1% tepung belatung/maggot), P2 (2% tepung belatung/maggot), dan P3 (3% tepung belatung/maggot). Pakan perlakuan diberikan mulai hari ke-14 sampai hari ke-35. Hasil menunjukkan bahwa persentase karkas 75,43% sampai 77,78%, persentase dada 35,69% sampai 37,45%, persentase paha 30,73% sampai 32,02%, persentase sayap 10,41% sampai 10,74%, dan persentase punggung 17,44% sampai 19,44%. Uji statistika menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Disimpulkan bahwa penambahan tepung belatung/maggot ke dalam ransum komersial tidak berpengaruh terhadap persentase bobot karkas, bobot dada, bobot paha, dan bobot sayap kecuali persentase bobot punggung.
蛆/maggot面粉被广泛用作饲料的替代品,因为它可以代替鱼粉。这项研究的目的是确定在商业饲料中加入的粉粉“蛆”(maggots black soldier)对卡尔的百分比和肉鸡加减碳的影响。24只鸡有一天或一天的肉原鸡被分为四种不同的治疗方式,每一种鸡都有P0(没有面粉的蛆/ maggots), P1(只有1%的面粉的蛆/ maggots), P2(2%的面粉的蛆虫/maggot), P3(3%的蛆虫面粉/maggot)。从第14天到第35天进行治疗。结果表明,karkas的百分比是77.3%到77.78%,胸部的百分比是35.69%到37.5%,大腿的百分比是30.3%到32.02%,侧翼百分比是10.41%到10.74%,腰椎百分比是17.44%到19.4%。统计结果显示,治疗方法没有明显的差异。根据结论,在商业口粮中加入蛆粉/maggot面粉对卡卡重量、胸部重量、大腿重量和翅膀重量的比例没有影响,只有背部重量的比例。
{"title":"Penambahan Tepung Belatung Lalat Black Soldier pada Pakan Meningkatkan Persentase Punggung dan Tidak untuk Karkas dan Recahan Karkas Ayam Pedaging","authors":"Alya Diasti Paraningtyas, I. N. Sulabda, I. K. Sumadi","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.31","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.31","url":null,"abstract":"Tepung belatung/maggot telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi pakan ternak, karena dapat menggantikan tepung ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung belatung/maggot black soldier fly pada pakan komersial terhadap persentase karkas dan recahan karkas pada ayam pedaging. Sebanyak 24 ekor ayam pedaging berumur satu hari atau day old chick/DOC dibagi empat perlakuan, masing-masing mendapat perlakuan P0 (tanpa tepung belatung/maggot), P1 (1% tepung belatung/maggot), P2 (2% tepung belatung/maggot), dan P3 (3% tepung belatung/maggot). Pakan perlakuan diberikan mulai hari ke-14 sampai hari ke-35. Hasil menunjukkan bahwa persentase karkas 75,43% sampai 77,78%, persentase dada 35,69% sampai 37,45%, persentase paha 30,73% sampai 32,02%, persentase sayap 10,41% sampai 10,74%, dan persentase punggung 17,44% sampai 19,44%. Uji statistika menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan. Disimpulkan bahwa penambahan tepung belatung/maggot ke dalam ransum komersial tidak berpengaruh terhadap persentase bobot karkas, bobot dada, bobot paha, dan bobot sayap kecuali persentase bobot punggung.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43179208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.117
Denselina Lilis Patabang, I. Suartha, Putu Henrywaesa Sudipa
Curvularia sp. merupakan jamur dermatiaceae atau jamur dengan pigmen hitam yang menyebabkan berbagai macam penyakit pada hewan. Peningkatan invasi dan proliferasi jamur Curvularia sp. diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia secara berlebihan. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif lain dalam mengobati penyakit jamur yaitu dengan obat herbal. Madu trigona mengandung senyawa flavonoid dan polyphenol karena lebah trigona dapat mengumpulkan nektar dari bagian bunga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang efektivitas madu trigona dalam menghambat pertumbuhan jamur Curvularia sp. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap terhadap enam perlakuan yaitu madu trigona konsentrasi 20%, 25%, 30% dan 100%, kontrol positif dan kontrol negatif terhadap biakan jamur Curvularia sp. pada media Sabouraud Dextrose Agar. Madu trigona kemudian di uji sensitivitasnya dengan teknik lubang sumuran pada media Sabouraud Dextrose Agar dan dilihat hingga terbentuknya zona hambat. Terbentuknya hambatan di sekitar lubang sumuran yang tidak ditumbuhi jamur menunjukkan hasil positif dan zona hambat dapat diukur. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa madu trigona konsentrasi 20%, 25%, 30% dan kontrol negatif tidak menghasilkan zona hambat (0 mm). Madu trigona konsentrasi 100% menghasilkan zona hambat sebesar 2,14 mm, sedangkan kontrol positif menghasilkan zona hambat sebesar 5,15 mm. Madu trigona yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Curvularia sp. yaitu madu dengan konsentrasi 100%.
{"title":"Madu Trigona Mampu Menghambat Pertumbuhan Jamur Curvularia sp. yang Diisolasi dari Anjing","authors":"Denselina Lilis Patabang, I. Suartha, Putu Henrywaesa Sudipa","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.117","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.117","url":null,"abstract":"Curvularia sp. merupakan jamur dermatiaceae atau jamur dengan pigmen hitam yang menyebabkan berbagai macam penyakit pada hewan. Peningkatan invasi dan proliferasi jamur Curvularia sp. diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia secara berlebihan. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif lain dalam mengobati penyakit jamur yaitu dengan obat herbal. Madu trigona mengandung senyawa flavonoid dan polyphenol karena lebah trigona dapat mengumpulkan nektar dari bagian bunga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang efektivitas madu trigona dalam menghambat pertumbuhan jamur Curvularia sp. Penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap terhadap enam perlakuan yaitu madu trigona konsentrasi 20%, 25%, 30% dan 100%, kontrol positif dan kontrol negatif terhadap biakan jamur Curvularia sp. pada media Sabouraud Dextrose Agar. Madu trigona kemudian di uji sensitivitasnya dengan teknik lubang sumuran pada media Sabouraud Dextrose Agar dan dilihat hingga terbentuknya zona hambat. Terbentuknya hambatan di sekitar lubang sumuran yang tidak ditumbuhi jamur menunjukkan hasil positif dan zona hambat dapat diukur. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa madu trigona konsentrasi 20%, 25%, 30% dan kontrol negatif tidak menghasilkan zona hambat (0 mm). Madu trigona konsentrasi 100% menghasilkan zona hambat sebesar 2,14 mm, sedangkan kontrol positif menghasilkan zona hambat sebesar 5,15 mm. Madu trigona yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Curvularia sp. yaitu madu dengan konsentrasi 100%.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49070146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.76
Salsabila Qutrotu'ain, Ida Bagus Koman Ardana, S. Siswanto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung maggot BSF terhadap AST dan ALT broiler. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 24 ekor ayam pedaging (broiler) jantan, dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah (P0) 100% pakan komersial, (P1) pakan komersial ditambahkan 1% tepung belatung/maggot BSF, (P2) pakan komersial ditambahkan 2% tepung belatung/maggot BSF, dan (P3) pakan komersial ditambahkan 3% tepung belatung/maggot BSF. Pengambilan sampel darah melalui vena brachialis. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji sidik Ragam. Pada penelitian ini nilai AST P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah 249,17 U/L; 341,17 U/L; 307,83 U/L; 340,17 U/L. Sedangkan nilai ALT P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah 70,83 U/L; 46,17 U/L; 43,67 U/L; 44,33 U/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot BSF berpengaruh secara signifikan terhadap AST dan ALT broiler. Kesimpulan yang diperoleh yaitu pemberian tepung maggot BSF dapat meningkatkan kadar AST dan menurunkan kadar ALT namun masih dalam kadar yang normal.
{"title":"Pemberian Tambahan Tepung Belatung atau Maggot Lalat Hermetia illucens Dalam Pakan Broiler Meningkatkan Aspartate Aminotransferase dan Menurunkan Alanine Aminotransferase","authors":"Salsabila Qutrotu'ain, Ida Bagus Koman Ardana, S. Siswanto","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.76","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung maggot BSF terhadap AST dan ALT broiler. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 24 ekor ayam pedaging (broiler) jantan, dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah (P0) 100% pakan komersial, (P1) pakan komersial ditambahkan 1% tepung belatung/maggot BSF, (P2) pakan komersial ditambahkan 2% tepung belatung/maggot BSF, dan (P3) pakan komersial ditambahkan 3% tepung belatung/maggot BSF. Pengambilan sampel darah melalui vena brachialis. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan uji sidik Ragam. Pada penelitian ini nilai AST P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah 249,17 U/L; 341,17 U/L; 307,83 U/L; 340,17 U/L. Sedangkan nilai ALT P0, P1, P2 dan P3 masing-masing adalah 70,83 U/L; 46,17 U/L; 43,67 U/L; 44,33 U/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung maggot BSF berpengaruh secara signifikan terhadap AST dan ALT broiler. Kesimpulan yang diperoleh yaitu pemberian tepung maggot BSF dapat meningkatkan kadar AST dan menurunkan kadar ALT namun masih dalam kadar yang normal.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44929136","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.39
Putu Diva Adiwinata, K. Agustina, I. Sukada
Usaha peternakan babi di Bali berkembang secara pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan produk asal babi. Keberadaan ternak babi tidak terlepas dari berbagai permasalahan salah satunya serangan penyakit. Beberapa penyebab terjadinya kematian babi secara mendadak adalah demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF), hog cholera (Classical Swine Fever/CSF) dan streptococcosis. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya vaksin untuk ASF dan sering terjadinya kegagalan vaksinasi pada S. suis dan CSF. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan strategi pencegahan dan pengendalian yang disesuaikan dari pengetahuan tentang identifikasi dan alokasi risiko untuk masuknya penyakit yang dapat dihasilkan secara transparan melalui penilaian faktor risiko. Sebanyak 82 peternakan babi yang mengalami kematian mendadak pada bulan Januari sampai Desember 2020 dijadikan objek penelitian. Peternakan babi berada di Kecamatan Payangan, Tegalalang, dan Tampaksiring, Gianyar. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan metode cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Data yang diperoleh ditabulasi selanjutnya dilakukan penghitungan Odd Ratio dan Confident interval 95% menggunakan Statistical Product and Service Solutions. Hasil analisis menunjukan 7 dari 12 parameter faktor risiko diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial yang signifikan terhadap kejadian babi mati mendadak (P<0,05). Faktor risiko kejadian babi mati mendadak adalah peternakan yang tidak menerapkan akses terbatas memasuki kandang, tidak menggunakan celup kaki disinfektan, tidak menggunakan baju kandang khusus, tidak melakukan penyemprotan disinfektan, ditemukannya lalat dan serangga di areal kandang, memberikan pakan sisa, dan tidak menerapkan sistem produksi all in-all out. Simpulan dari penelitian ini adalah peternakan yang tidak menggunakan celup kaki disinfektan merupakan peternakan yang paling berisiko mengalami kematian babi.
{"title":"Celup Kaki Tanpa Disinfektan Adalah Faktor Risiko Paling Tinggi Menyebabkan Babi Mati Mendadak pada Peternakan di Gianyar, Bali","authors":"Putu Diva Adiwinata, K. Agustina, I. Sukada","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.39","url":null,"abstract":"Usaha peternakan babi di Bali berkembang secara pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan produk asal babi. Keberadaan ternak babi tidak terlepas dari berbagai permasalahan salah satunya serangan penyakit. Beberapa penyebab terjadinya kematian babi secara mendadak adalah demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF), hog cholera (Classical Swine Fever/CSF) dan streptococcosis. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya vaksin untuk ASF dan sering terjadinya kegagalan vaksinasi pada S. suis dan CSF. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan strategi pencegahan dan pengendalian yang disesuaikan dari pengetahuan tentang identifikasi dan alokasi risiko untuk masuknya penyakit yang dapat dihasilkan secara transparan melalui penilaian faktor risiko. Sebanyak 82 peternakan babi yang mengalami kematian mendadak pada bulan Januari sampai Desember 2020 dijadikan objek penelitian. Peternakan babi berada di Kecamatan Payangan, Tegalalang, dan Tampaksiring, Gianyar. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan metode cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Data yang diperoleh ditabulasi selanjutnya dilakukan penghitungan Odd Ratio dan Confident interval 95% menggunakan Statistical Product and Service Solutions. Hasil analisis menunjukan 7 dari 12 parameter faktor risiko diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial yang signifikan terhadap kejadian babi mati mendadak (P<0,05). Faktor risiko kejadian babi mati mendadak adalah peternakan yang tidak menerapkan akses terbatas memasuki kandang, tidak menggunakan celup kaki disinfektan, tidak menggunakan baju kandang khusus, tidak melakukan penyemprotan disinfektan, ditemukannya lalat dan serangga di areal kandang, memberikan pakan sisa, dan tidak menerapkan sistem produksi all in-all out. Simpulan dari penelitian ini adalah peternakan yang tidak menggunakan celup kaki disinfektan merupakan peternakan yang paling berisiko mengalami kematian babi.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43386255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.95
Wieke Sri Juniartini, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan
Transportasi dibutuhkan untuk pengangkutan ternak menuju tempat pemotongan hewan. Namun, transportasi dapat menyebabkan ternak mengalami stres karena berbagai sebab. Stres yang terjadi menyebabkan perubahan terhadap hematologi, salah satunya indeks eritrosit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai indeks eritrosit Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) sapi bali jantan pascatransportasi. Penelitian menggunakan sampel darah dari 20 ekor sapi bali jantan yang diambil di Rumah Potong Hewan (RPH) Pesanggaran Denpasar yang sebelumnya diangkut dari Pasar Beringkit sejauh 21 km dari RPH. Pengambilan sampel darah dilakukan satu kali dari vena aurikularis atau vena jugularis menggunakan venoject dan ditampung dalam tabung vacutainer ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Pemeriksaan MCV, MCH, dan MCHC dilakukan secara otomatis menggunakan alat hematology analyzer di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali. Data yang diperoleh berupa indeks eritrosit dianalisis secara deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk rataan dan simpangan baku. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai MCV sapi bali jantan pascatransportasi adalah 59,79 fl ± 6,33, MCH: 20,64 pg ± 1,71; dan MCHC: 34,63 g/dl ± 1,70. Nilai indeks eritrosit pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai indeks eritrosit dari referensi yang sudah ada. Namun nilai MCHC secara umum masih dalam kisaran normal.
{"title":"Indeks Eritrosit Sapi Bali Jantan Pasca transportasi ke Rumah Potong Hewan Pesanggaran, Denpasar, Bali","authors":"Wieke Sri Juniartini, I. N. Sulabda, N. S. Dharmawan","doi":"10.19087/imv.2022.11.1.95","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.1.95","url":null,"abstract":"Transportasi dibutuhkan untuk pengangkutan ternak menuju tempat pemotongan hewan. Namun, transportasi dapat menyebabkan ternak mengalami stres karena berbagai sebab. Stres yang terjadi menyebabkan perubahan terhadap hematologi, salah satunya indeks eritrosit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai indeks eritrosit Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) sapi bali jantan pascatransportasi. Penelitian menggunakan sampel darah dari 20 ekor sapi bali jantan yang diambil di Rumah Potong Hewan (RPH) Pesanggaran Denpasar yang sebelumnya diangkut dari Pasar Beringkit sejauh 21 km dari RPH. Pengambilan sampel darah dilakukan satu kali dari vena aurikularis atau vena jugularis menggunakan venoject dan ditampung dalam tabung vacutainer ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Pemeriksaan MCV, MCH, dan MCHC dilakukan secara otomatis menggunakan alat hematology analyzer di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali. Data yang diperoleh berupa indeks eritrosit dianalisis secara deskriptif dan hasilnya disajikan dalam bentuk rataan dan simpangan baku. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai MCV sapi bali jantan pascatransportasi adalah 59,79 fl ± 6,33, MCH: 20,64 pg ± 1,71; dan MCHC: 34,63 g/dl ± 1,70. Nilai indeks eritrosit pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai indeks eritrosit dari referensi yang sudah ada. Namun nilai MCHC secara umum masih dalam kisaran normal.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49290657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-30DOI: 10.19087/imv.2021.10.6.896
Putu Mira Yudiani, I. G. B. Trilaksana, D. Laksmi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu munculnya birahi pascamelahirkan/estrus postpartum pada sapi bali yang dipelihara di Desa Galungan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2020 hingga Februari 2021 di Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali. Penelitian ini menggunakan 91 ekor sapi betina (primipara dan pluripara). Data yang didapat kemudian ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis didapat bahwa manajemen kandang oleh peternak sapi bali di Desa Galungan yaitu kandang tunggal sebanyak 93,38%, kandang terbuka 69,42%, dan tidak adanya pejantan yaitu 52,06%. Rata-rata estrus postpartum kelahiran pertama yaitu 3,8 ± 1,55 bulan, kelahiran kedua yaitu 3,52 ± 1,48 bulan, kelahiran ketiga yaitu 3,37 ± 1,46 bulan, kelahiran keempat yaitu 3,36 ± 1,42 bulan, kelahiran kelima yaitu 3,35 ± 1,32 bulan, kelahiran keenam yaitu 3,42 ± 1,07 bulan, kelahiran ketujuh yaitu 3,75 ± 1,32 bulan, dan kelahiran kedelapan yaitu 4,33 ± 1,67 bulan. Kelahiran kedua hingga kelima pada estrus postpartum lebih cepat dibandingkan kelahiran pertama, dan estrus postpartum keenam hingga kedelapan mulai lambat. Komposisi pakan yang diberikan oleh peternak ke sapi-sapi mereka yaitu 50% rumput gajah, 19% rumput sertaria, dan 15% daun gamal. Sebagian besar peternak hanya mengandalkan pakan hijauan dan tidak menggunakan pakan tambahan. Rata-rata estrus postpartum kelahiran pertama hingga kelahiran kedelapan pada sapi bali di Desa Galungan yaitu 3,6 ± 1,50 bulan sehingga tergolong terjadi keterlambatan munculnya estrus postpartum (anestrus postpartum).
{"title":"Waktu Munculnya Birahi Pascamelahirkan pada Sapi Bali di Desa Galungan, Sawan, Buleleng, Bali","authors":"Putu Mira Yudiani, I. G. B. Trilaksana, D. Laksmi","doi":"10.19087/imv.2021.10.6.896","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2021.10.6.896","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu munculnya birahi pascamelahirkan/estrus postpartum pada sapi bali yang dipelihara di Desa Galungan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2020 hingga Februari 2021 di Desa Galungan, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali. Penelitian ini menggunakan 91 ekor sapi betina (primipara dan pluripara). Data yang didapat kemudian ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis didapat bahwa manajemen kandang oleh peternak sapi bali di Desa Galungan yaitu kandang tunggal sebanyak 93,38%, kandang terbuka 69,42%, dan tidak adanya pejantan yaitu 52,06%. Rata-rata estrus postpartum kelahiran pertama yaitu 3,8 ± 1,55 bulan, kelahiran kedua yaitu 3,52 ± 1,48 bulan, kelahiran ketiga yaitu 3,37 ± 1,46 bulan, kelahiran keempat yaitu 3,36 ± 1,42 bulan, kelahiran kelima yaitu 3,35 ± 1,32 bulan, kelahiran keenam yaitu 3,42 ± 1,07 bulan, kelahiran ketujuh yaitu 3,75 ± 1,32 bulan, dan kelahiran kedelapan yaitu 4,33 ± 1,67 bulan. Kelahiran kedua hingga kelima pada estrus postpartum lebih cepat dibandingkan kelahiran pertama, dan estrus postpartum keenam hingga kedelapan mulai lambat. Komposisi pakan yang diberikan oleh peternak ke sapi-sapi mereka yaitu 50% rumput gajah, 19% rumput sertaria, dan 15% daun gamal. Sebagian besar peternak hanya mengandalkan pakan hijauan dan tidak menggunakan pakan tambahan. Rata-rata estrus postpartum kelahiran pertama hingga kelahiran kedelapan pada sapi bali di Desa Galungan yaitu 3,6 ± 1,50 bulan sehingga tergolong terjadi keterlambatan munculnya estrus postpartum (anestrus postpartum).","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48009368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-30DOI: 10.19087/imv.2021.10.6.887
Rizky Permana, Iwan Harjono Utama, Nyoman Sulabda
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak transportasi terhadap perubahan kadar globulin serum darah sapi bali pascatransportasi dari Pasar Hewan Beringkit menuju Rumah Potong Hewan Pesanggaran, Denpasar dengan jarak tempuh 21 km. Transportasi dapat mengakibatkan terjadinya stres dan dehidrasi. Untuk mendiagnosis terjadinya stres dapat dilakukan dengan uji biokimia. Uji biokimia yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur kadar globulin serum dalam darah. Objek yang digunakan adalah sapi bali jantan yang belum diistirahatkan setelah transportasi sebanyak 20 ekor di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar. Darah di ambil melalui vena auricularis dan dimasukan ke tabung vacutainer yang berisi gel separator. Sampel darah dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali untuk segera dilakukan pemeriksaan kadar globulin serum menggunakan mesin Photometer 5010V5+. Kadar globulin serum dari sampel yang telah diperiksa memiliki kadar terendah 1,6 g/dL dan tertinggi 5,1 g/dL dengan rata-rata 2,8 g/dL. Dari hasil penelitian kadar globulin serum sapi bali pascatransportasi terhitung lebih rendah dari kadar normal sapi ras lain.
{"title":"Kadar Globulin Serum Sapi Bali (Bos sondaicus) Pascatransportasi ke Rumah Potong Hewan, Pesanggaran, Denpasar, Bali","authors":"Rizky Permana, Iwan Harjono Utama, Nyoman Sulabda","doi":"10.19087/imv.2021.10.6.887","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2021.10.6.887","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak transportasi terhadap perubahan kadar globulin serum darah sapi bali pascatransportasi dari Pasar Hewan Beringkit menuju Rumah Potong Hewan Pesanggaran, Denpasar dengan jarak tempuh 21 km. Transportasi dapat mengakibatkan terjadinya stres dan dehidrasi. Untuk mendiagnosis terjadinya stres dapat dilakukan dengan uji biokimia. Uji biokimia yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengukur kadar globulin serum dalam darah. Objek yang digunakan adalah sapi bali jantan yang belum diistirahatkan setelah transportasi sebanyak 20 ekor di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran Denpasar. Darah di ambil melalui vena auricularis dan dimasukan ke tabung vacutainer yang berisi gel separator. Sampel darah dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Bali untuk segera dilakukan pemeriksaan kadar globulin serum menggunakan mesin Photometer 5010V5+. Kadar globulin serum dari sampel yang telah diperiksa memiliki kadar terendah 1,6 g/dL dan tertinggi 5,1 g/dL dengan rata-rata 2,8 g/dL. Dari hasil penelitian kadar globulin serum sapi bali pascatransportasi terhitung lebih rendah dari kadar normal sapi ras lain.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43492293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}