Pub Date : 2022-07-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.4.507
M. Ananda, M. S. Anthara, I. M. P. Erawan, Putu Devi Devi Jayanti
Cacing tambang atau Ancylostoma spp. merupakan cacing yang banyak menyerang manusia dan hewan kesayangan seperti anjing. Parasit Ancylostoma spp. merupakan nematoda gastrointestinal yang bersifat zoonosis. Jalur utama penularan cacing tambang ini secara fecaloral oleh tanah yang terkontaminasi, penetrasi kulit, transplasenta, dan transmammaria. Tanda-tanda klinis paling umum yang ditunjukkan yaitu lemah, anemia, kehilangan bobot badan, diare, rambut kusam, dan perut buncit. Ancylostomiasis dapat mengakibatkan perut membuncit, dispnea, lesu, anoreksia, muntah, kelemahan, dan ketidaknyamanan. Hewan kasus merupakan seekor anjing betina persilangan pomeranian berumur empat bulan, berwarna coklat dengan berat badan 1,2 kg. Hewan datang dengan keluhan bagian abdomen membesar, serta mengalami muntah berbusa warna putih. Pada pemeriksaan fisik diketahui bahwa pembesaran abdomen diakibatkan oleh adanya cairan. Pada pemeriksaan feses ditemukan cacing Ancylostoma spp. dengan infestasi telur sebanyak 1000 epg (egg per gram). Anjing didiagnosis mengalami ascites akibat infeksi Ancylostoma spp. Terapi yang diberikan berupa fursultiamin HCl tablet 5 mg sekali sehari selama lima hari, kemudian vitamin B Kompleks, dan furosemide dengan dosis 3,3 mg/kgBB diberikan dua kali sehari secara oral selama lima hari. Disarankan juga pada pemilik anjing untuk melanjutkan pemberian pirantel pamoat sebanyak 0,5 tablet. Setelah lima hari perawatan anjing kasus menunjukkan tanda-tanda kesembuhan yang ditunjukkan dengan anjing kasus mulai aktif beraktivitas.
{"title":"Laporan Kasus: Infeksi Cacing Tambang (Ancylostomiasis) yang Menimbulkan Ascites pada Anjing Peranakan Pomeranian Umur Empat Bulan","authors":"M. Ananda, M. S. Anthara, I. M. P. Erawan, Putu Devi Devi Jayanti","doi":"10.19087/imv.2022.11.4.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.4.507","url":null,"abstract":"Cacing tambang atau Ancylostoma spp. merupakan cacing yang banyak menyerang manusia dan hewan kesayangan seperti anjing. Parasit Ancylostoma spp. merupakan nematoda gastrointestinal yang bersifat zoonosis. Jalur utama penularan cacing tambang ini secara fecaloral oleh tanah yang terkontaminasi, penetrasi kulit, transplasenta, dan transmammaria. Tanda-tanda klinis paling umum yang ditunjukkan yaitu lemah, anemia, kehilangan bobot badan, diare, rambut kusam, dan perut buncit. Ancylostomiasis dapat mengakibatkan perut membuncit, dispnea, lesu, anoreksia, muntah, kelemahan, dan ketidaknyamanan. Hewan kasus merupakan seekor anjing betina persilangan pomeranian berumur empat bulan, berwarna coklat dengan berat badan 1,2 kg. Hewan datang dengan keluhan bagian abdomen membesar, serta mengalami muntah berbusa warna putih. Pada pemeriksaan fisik diketahui bahwa pembesaran abdomen diakibatkan oleh adanya cairan. Pada pemeriksaan feses ditemukan cacing Ancylostoma spp. dengan infestasi telur sebanyak 1000 epg (egg per gram). Anjing didiagnosis mengalami ascites akibat infeksi Ancylostoma spp. Terapi yang diberikan berupa fursultiamin HCl tablet 5 mg sekali sehari selama lima hari, kemudian vitamin B Kompleks, dan furosemide dengan dosis 3,3 mg/kgBB diberikan dua kali sehari secara oral selama lima hari. Disarankan juga pada pemilik anjing untuk melanjutkan pemberian pirantel pamoat sebanyak 0,5 tablet. Setelah lima hari perawatan anjing kasus menunjukkan tanda-tanda kesembuhan yang ditunjukkan dengan anjing kasus mulai aktif beraktivitas.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41927960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.350
Firnanda Septianira, I. K. Berata, Ni Nyoman Werdi Susari
Organ ginjal berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairantubuh. Pembatasan air minum jangka panjang dapat menyebabkan dehidrasi sehingga meningkatkan risiko terjadinya batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran histopatologi ginjal mencit akibat pembatasan pemberian air minum.Penelitianinimenggunakan24ekormencityang dibagi atasempatperlakuanterdiri dari P0 (diberikan air minum 5 mL/hari), P1 (diberikan air minum 3,75 mL/hari), P2 (diberikan air minum 2,5 mL/hari),dan P3 (diberikan air minum 1,25 mL/hari) selama 30 hari. Pada hari ke-31 semua mencit dinekropsidengandislokasi leher kemudian dilakukan pengambilanorgan ginjaldan selanjutnya dibuat preparathistopatologi dengan metode pewarnaan hematoksilin eosin (HE).Perubahan histopatologi diamati dan diskoring berdasarkan lesi tahapan nekrosis pada sel tubulus ginjal yaitu piknosis, karyorrheksis,dan karyolisis.Perubahan histopatologi lainnya diuraikan secara deskriptif.Hasil penelitian diperoleh rerata tingkat kerusakan sel tubulus tertinggi pada P3 dengan skor 2 yaitu antara 25-50%, lebih besar dibandingkan P1 dengan rata-rata skor 1 yaitu <25% dan P2 dengan rata-rata skor 1,2 yaitu <25%. Pada P3 menunjukkan perbedaan yang signifikan denganperlakuan-perlakuan lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa pembatasan pemberian air minum selama 30 hari dengan pembatasan air minum sebesar 75% dari volume normal yaitu 1,25 mL/hari menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi ginjal mencit meliputi lesi nekrosis, penyempitan kapsula Bowman, adanyaendapan protein pada lumen tubulus dan terjadi peningkatan kerusakan sel tubulus pada organ ginjal.
{"title":"Perubahan Histopatologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Akibat Pembatasan Pemberian Air Minum","authors":"Firnanda Septianira, I. K. Berata, Ni Nyoman Werdi Susari","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.350","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.350","url":null,"abstract":"Organ ginjal berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairantubuh. Pembatasan air minum jangka panjang dapat menyebabkan dehidrasi sehingga meningkatkan risiko terjadinya batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran histopatologi ginjal mencit akibat pembatasan pemberian air minum.Penelitianinimenggunakan24ekormencityang dibagi atasempatperlakuanterdiri dari P0 (diberikan air minum 5 mL/hari), P1 (diberikan air minum 3,75 mL/hari), P2 (diberikan air minum 2,5 mL/hari),dan P3 (diberikan air minum 1,25 mL/hari) selama 30 hari. Pada hari ke-31 semua mencit dinekropsidengandislokasi leher kemudian dilakukan pengambilanorgan ginjaldan selanjutnya dibuat preparathistopatologi dengan metode pewarnaan hematoksilin eosin (HE).Perubahan histopatologi diamati dan diskoring berdasarkan lesi tahapan nekrosis pada sel tubulus ginjal yaitu piknosis, karyorrheksis,dan karyolisis.Perubahan histopatologi lainnya diuraikan secara deskriptif.Hasil penelitian diperoleh rerata tingkat kerusakan sel tubulus tertinggi pada P3 dengan skor 2 yaitu antara 25-50%, lebih besar dibandingkan P1 dengan rata-rata skor 1 yaitu <25% dan P2 dengan rata-rata skor 1,2 yaitu <25%. Pada P3 menunjukkan perbedaan yang signifikan denganperlakuan-perlakuan lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa pembatasan pemberian air minum selama 30 hari dengan pembatasan air minum sebesar 75% dari volume normal yaitu 1,25 mL/hari menyebabkan terjadinya perubahan histopatologi ginjal mencit meliputi lesi nekrosis, penyempitan kapsula Bowman, adanyaendapan protein pada lumen tubulus dan terjadi peningkatan kerusakan sel tubulus pada organ ginjal.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46649485","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.322
Muchammad Wildan Firdaus, S. Widyastuti, A. Kendran
Albumin merupakan protein plasma yang sebagian besar dihasilkan oleh hati. Albumin memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak, serta penting dalam memelihara tekanan cairan intravaskuler.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin darah sapi bali betina dewasa di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sebanyak 25 ekorsapi bali betina dewasa digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap sapi bali betina dewasa yang sehat secaraklinis. Setiap sapi bali dilakukan satu kali pengambilan sampel darah,kemudian data dicatat dan dilakukan pengukuran rata-rata kadar albumin. Pengujian sampel menggunakan metode dye-binding bromocresol green (BCG)diperiksa dengan menggunakan mesin Rayto Veterinary Chemistry Analyzer RT-1904 CV versi 1,8e lite.Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar albumin darah sapi balibetina di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung adalah 6,79 ± 0,69 g/dL.Hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda serta memperhatikan keadaan kesehatan sapi pasca melahirkan atau dalam masa laktasi sapi bali di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
白蛋白是血浆中的一种蛋白质,主要由肝脏产生。白蛋白对健康有多种重要的作用,即形成新的细胞组织,加速受损组织的再生,以及维持血管内分泌物压力的关键。这项研究的目的是确定巴厘岛成年雌性巴东牛血的含量。巴东村苏安特邦、巴东省(Badung village)的葡维农场牛的幼崽中。这项研究使用了多达25只成年雌性巴厘母牛。对健康的成年雌性巴厘岛奶牛进行了随机采样。巴厘岛的每头奶牛都进行了一次血液采样,然后记录数据并进行了平均的白蛋白测量。样品测试采用了ddo -binding green (BCG)方法检测,使用瑞托兽医分析机rto -1904 CV版本1.8e lite。研究结果显示平均血白蛋白水平在苗圃agatis balibetina牛巴厘岛Sobangan村,街道Mengwi,地区的土耳其人是6.79±0,69 g / dL。因此,该研究建议对不同变量进行进一步研究,并考虑产后或巴厘岛奶牛的健康状况。
{"title":"Kadar Albumin Darah Sapi Bali Betina di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali","authors":"Muchammad Wildan Firdaus, S. Widyastuti, A. Kendran","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.322","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.322","url":null,"abstract":"Albumin merupakan protein plasma yang sebagian besar dihasilkan oleh hati. Albumin memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak, serta penting dalam memelihara tekanan cairan intravaskuler.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar albumin darah sapi bali betina dewasa di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sebanyak 25 ekorsapi bali betina dewasa digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap sapi bali betina dewasa yang sehat secaraklinis. Setiap sapi bali dilakukan satu kali pengambilan sampel darah,kemudian data dicatat dan dilakukan pengukuran rata-rata kadar albumin. Pengujian sampel menggunakan metode dye-binding bromocresol green (BCG)diperiksa dengan menggunakan mesin Rayto Veterinary Chemistry Analyzer RT-1904 CV versi 1,8e lite.Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar albumin darah sapi balibetina di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung adalah 6,79 ± 0,69 g/dL.Hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang berbeda serta memperhatikan keadaan kesehatan sapi pasca melahirkan atau dalam masa laktasi sapi bali di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48926872","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.362
Carmelita Soares de Jesus, I. W. Batan, I. G. A. G. P. Pemayun
Kambing boer-kacang atau kambing boerka merupakan kambing jenis baru yang diperkenalkan ke peternakan di Bali. Informasi mengenai fisiologi dan patologi kambing boerka belum banyak di laporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sedimen urin pada 16 ekor kambing boerka yang diberi pakan hijauan lokal dan imbuhan Indigoferasp. Pengambilan sampel urin dan pemeriksaan urinalisis dilakukan di Peternakan kambing Walung Amertha di Desa Sanda, Pupuan, Tabanan,Bali dan di laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Urin di sentrifuge kemudian diperiksa dibawahmikroskop cahaya dan dilaporlan berdasarkan pengamatan lapang pandang kuat (lpk) dan lapang pandang lemah (lpl). Data ditabulasi hasilnya disajikan dalam bentuk tabel serta gambar dan akan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sedimen urin yang ditemukan pada kambing boerka yaitu kristal magnesium amonium fosfat, kristal kalsium karbonat, silinder granuler, sel epitel squamous, sel epitel transisional, sel eritrosit, dan sel leukosit, sedangkan kristal kalsium monohidrat, kristal kalsium dihidrat, bahan amorf dan miskroorganisme tidak ditemukan pada urin kambing boerka.
{"title":"Gambaran Sedimen Urin Kambing Peranakan Boer-Kacang di Desa Sanda, Pupuan, Tabanan, Bali","authors":"Carmelita Soares de Jesus, I. W. Batan, I. G. A. G. P. Pemayun","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.362","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.362","url":null,"abstract":"Kambing boer-kacang atau kambing boerka merupakan kambing jenis baru yang diperkenalkan ke peternakan di Bali. Informasi mengenai fisiologi dan patologi kambing boerka belum banyak di laporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sedimen urin pada 16 ekor kambing boerka yang diberi pakan hijauan lokal dan imbuhan Indigoferasp. Pengambilan sampel urin dan pemeriksaan urinalisis dilakukan di Peternakan kambing Walung Amertha di Desa Sanda, Pupuan, Tabanan,Bali dan di laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Urin di sentrifuge kemudian diperiksa dibawahmikroskop cahaya dan dilaporlan berdasarkan pengamatan lapang pandang kuat (lpk) dan lapang pandang lemah (lpl). Data ditabulasi hasilnya disajikan dalam bentuk tabel serta gambar dan akan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sedimen urin yang ditemukan pada kambing boerka yaitu kristal magnesium amonium fosfat, kristal kalsium karbonat, silinder granuler, sel epitel squamous, sel epitel transisional, sel eritrosit, dan sel leukosit, sedangkan kristal kalsium monohidrat, kristal kalsium dihidrat, bahan amorf dan miskroorganisme tidak ditemukan pada urin kambing boerka.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41348183","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.424
I. D. A. A. I. Aristawati, I. N. A. N. Sibang, I. W. Batan, M. S. Anthara
Urolithiasis adalah kondisi terbentuknya urolit atau kalkuli di saluran perkencingan.Urolit dapat menimbulkan sumbatan dan perlukaan pada saluran urinaria. Hewan kasus adalahseekor kura-kura sulcatabetina bernama Yuka,berumur tiga tahun dengan bobot badan 3,25 kgdibawa ke Rumah Sakit HewanPendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan tidak nafsu makan sejak pagihari itudan kura-kura tidak buang air kecil (urinasi) dan defekasi sejak tujuhhari sebelumnya. Kura-kura menunjukkan kondisi lemah, kurang lincah, kencing berdarah (hematuria), dan oliguria.Skala kondisi tubuh dan indeks kondisi tubuh kura-kura kasus normal dan sangat baik.Pemeriksaan radiografi menunjukkanadanya kalkuli di vesika urinariadan bentukan makanan yang mengeras pada lambung.Urinterlihat berwarna keruh kecoklatan, bau urinpesing, adanya buih berwarna putih dan terlihat adanya endapan. Pemeriksaan mikroskopis urinmenunjukkan adanya kristal phosphate amorphdan kristal tyrosin.Hasil pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanyaleukosit +, protein +, eritrosit +, pH (8,0), berat jenis (1,010), tidak terdapat nitrit, glukosa, bilirubin, dan keton. Berdasarkan serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan, kura-kura didiagnosis menderita urolithiasis.Terapi yang diberikan dengan pengangkatan kalkuli pada vesika urinaria dengan rochester carmalt hemostatic forceps, cefotaxime35mg/kg BBsecaraintramuskuler, antibiotikciprofloxaxin50mg/kg BB peroral(PO) satu kali dua hari sekali selama 10 hari, antiradang carprofen4mg/kg BB POsatu kali sehariselama limahari, allopurinol15mg/kg BBdua kali sehari selama 10 hari dannephrolitsatu kapsul POsatu kali sehari selama 12 hari.Kura-kurasembuh dan aktif kembali setelah tujuhhari pascaterapi.
{"title":"Laporan Kasus: Penanganan Urolithiasis disertai Hematuria pada Kura-kura Sulcata","authors":"I. D. A. A. I. Aristawati, I. N. A. N. Sibang, I. W. Batan, M. S. Anthara","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.424","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.424","url":null,"abstract":"Urolithiasis adalah kondisi terbentuknya urolit atau kalkuli di saluran perkencingan.Urolit dapat menimbulkan sumbatan dan perlukaan pada saluran urinaria. Hewan kasus adalahseekor kura-kura sulcatabetina bernama Yuka,berumur tiga tahun dengan bobot badan 3,25 kgdibawa ke Rumah Sakit HewanPendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan tidak nafsu makan sejak pagihari itudan kura-kura tidak buang air kecil (urinasi) dan defekasi sejak tujuhhari sebelumnya. Kura-kura menunjukkan kondisi lemah, kurang lincah, kencing berdarah (hematuria), dan oliguria.Skala kondisi tubuh dan indeks kondisi tubuh kura-kura kasus normal dan sangat baik.Pemeriksaan radiografi menunjukkanadanya kalkuli di vesika urinariadan bentukan makanan yang mengeras pada lambung.Urinterlihat berwarna keruh kecoklatan, bau urinpesing, adanya buih berwarna putih dan terlihat adanya endapan. Pemeriksaan mikroskopis urinmenunjukkan adanya kristal phosphate amorphdan kristal tyrosin.Hasil pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanyaleukosit +, protein +, eritrosit +, pH (8,0), berat jenis (1,010), tidak terdapat nitrit, glukosa, bilirubin, dan keton. Berdasarkan serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan, kura-kura didiagnosis menderita urolithiasis.Terapi yang diberikan dengan pengangkatan kalkuli pada vesika urinaria dengan rochester carmalt hemostatic forceps, cefotaxime35mg/kg BBsecaraintramuskuler, antibiotikciprofloxaxin50mg/kg BB peroral(PO) satu kali dua hari sekali selama 10 hari, antiradang carprofen4mg/kg BB POsatu kali sehariselama limahari, allopurinol15mg/kg BBdua kali sehari selama 10 hari dannephrolitsatu kapsul POsatu kali sehari selama 12 hari.Kura-kurasembuh dan aktif kembali setelah tujuhhari pascaterapi.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42082893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.313
Mario Woro Danastri
Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan paling populer di dunia. Pemilik kucing kini semakin memperhatikan kesejahteraan hewan peliharaannya termasuk dari aspek kesehatan. Kucing dilaporkan sering mengalami gangguan kesehatan, salah satunya penyakit saluran kencing bagian bawah atau feline lower urinary tract diseae (FLUTD).FLUTD mencakup berbagai penyakit dengan gejala serupa, yaitu:feline idiopathic cystitis (FIC), urinary tract infection (UTI), urethral plugs(UP), urolit, dan neoplasia saluran kemih. Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang dilakukan pada kucing yang didiagnosis menderitapenyakit FLUTD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor penyebab FLUTD pada kucing di Klinik Hewan Adika, Surakarta. Menggunakan pendekatan cross-sectional dilakukan pengumpulan sampel rekam medis kucing pada periode September 2017-Agustus 2020.Data rekam medis yang dikumpulkan berupa: jenis kelamin, bobotkucing, dan musim.Analisis statistikauntuk mengetahui hubungan faktor-faktor terhadap kejadian FLUTD dilakukan menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi FLUTD di Klinik Hewan Adikaadalah 2,4-2,8% dengan rata-rata 2,6%.Dapat disimpulkan bahwajenis kelamin memiliki hubungan signifikan terhadap FLUTD karenakucing jantan empat kali lebih berisiko dibandingkan kucing betina.Tidak terdapat hubungan yang nyata antara bobotdan musim terhadap kejadian FLUTD. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kejadian FLUTD di Surakarta tahun 2017-2020 adalah 2,6% dan hanya variabel jenis kelamin yang memiliki hubungan nyata dengan kejadian FLUTD.
{"title":"Tingkat Kejadian dan Faktor Risiko Penyakit Saluran Kencing Bagian Bawah pada Populasi Kucing di Surakarta tahun 2017-2020","authors":"Mario Woro Danastri","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.313","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.313","url":null,"abstract":"Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan paling populer di dunia. Pemilik kucing kini semakin memperhatikan kesejahteraan hewan peliharaannya termasuk dari aspek kesehatan. Kucing dilaporkan sering mengalami gangguan kesehatan, salah satunya penyakit saluran kencing bagian bawah atau feline lower urinary tract diseae (FLUTD).FLUTD mencakup berbagai penyakit dengan gejala serupa, yaitu:feline idiopathic cystitis (FIC), urinary tract infection (UTI), urethral plugs(UP), urolit, dan neoplasia saluran kemih. Penelitian ini merupakan studi retrospektif yang dilakukan pada kucing yang didiagnosis menderitapenyakit FLUTD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor penyebab FLUTD pada kucing di Klinik Hewan Adika, Surakarta. Menggunakan pendekatan cross-sectional dilakukan pengumpulan sampel rekam medis kucing pada periode September 2017-Agustus 2020.Data rekam medis yang dikumpulkan berupa: jenis kelamin, bobotkucing, dan musim.Analisis statistikauntuk mengetahui hubungan faktor-faktor terhadap kejadian FLUTD dilakukan menggunakan uji chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi FLUTD di Klinik Hewan Adikaadalah 2,4-2,8% dengan rata-rata 2,6%.Dapat disimpulkan bahwajenis kelamin memiliki hubungan signifikan terhadap FLUTD karenakucing jantan empat kali lebih berisiko dibandingkan kucing betina.Tidak terdapat hubungan yang nyata antara bobotdan musim terhadap kejadian FLUTD. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kejadian FLUTD di Surakarta tahun 2017-2020 adalah 2,6% dan hanya variabel jenis kelamin yang memiliki hubungan nyata dengan kejadian FLUTD.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45059134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.466
Made Krisna Ananda, Ida Kurnia, Violeta Vickysagita, Ni Luh Risna Cahyani, Dimas Norman Medellu, Claudia Tracy Agustya Marpaung, I. W. Batan
Penyakit ingus tenang atau Stranglesadalah penyakityang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus equipada kuda, paling sering ditandai oleh demam akut, radang selaput lendir hidung bagian atas, dan leleranmukopurulen hidung disertaidengan limfadenopati submandibular dan faring akut.Dari sepuluh kasus yang dilaporkan penyakit ini menyerang kuda dari segala umur.Tanda klinis muncul setelah masa inkubasi sekitar 3-8 hari, yang umumnya berlangsung selama 3-4 minggu. Wabah juga dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun disuatupeternakan dan menyebabkan dampak kerugian ekonomi yang besar.Pemeriksaan dengan sampel ulas nasal, bilasan hidung, atau aspirasi purulen dari abses menjadi gold standart untuk mendeteksi S. equi. Pemeriksaan menggunkan Polymerase Chain Reaction (PCR) juga disarankan. Saat ini, banyak kelompok penelitian di seluruh dunia yang fokus pada produksi vaksin yang aman dan efektif terhadap penyakit strangles yang sangat menular ini. Pengendalian penyakit sulit tanpa efektivitas vaksin yang tinggi. Penggunaan antibiotik berupa Ceftiofur crystalline free acid (CCFA)dan procaine penicilline G(PPG) disarankan serta pemberian antiinflamasi seperti phenylbutazoneatau flunixin megluminedapat membantu menangani rasa nyeri, demam, dan bengkak karena peradangan pada lokasi abses dan meningkatkan kemauan hewan untuk makan dan minum.Dalam laporan ini dibahas mengenai bagaimana strangles pada kuda dan mencakupEtiologi, pathogenesis, gejala klinis, diagnosis hingga terapi dan pengobatan.
{"title":"Kajian Pustaka: Mendiagnosis Kejadian Penyakit Strangles (Equine Distemper) Pada Kuda","authors":"Made Krisna Ananda, Ida Kurnia, Violeta Vickysagita, Ni Luh Risna Cahyani, Dimas Norman Medellu, Claudia Tracy Agustya Marpaung, I. W. Batan","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.466","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.466","url":null,"abstract":"Penyakit ingus tenang atau Stranglesadalah penyakityang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus equipada kuda, paling sering ditandai oleh demam akut, radang selaput lendir hidung bagian atas, dan leleranmukopurulen hidung disertaidengan limfadenopati submandibular dan faring akut.Dari sepuluh kasus yang dilaporkan penyakit ini menyerang kuda dari segala umur.Tanda klinis muncul setelah masa inkubasi sekitar 3-8 hari, yang umumnya berlangsung selama 3-4 minggu. Wabah juga dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun disuatupeternakan dan menyebabkan dampak kerugian ekonomi yang besar.Pemeriksaan dengan sampel ulas nasal, bilasan hidung, atau aspirasi purulen dari abses menjadi gold standart untuk mendeteksi S. equi. Pemeriksaan menggunkan Polymerase Chain Reaction (PCR) juga disarankan. Saat ini, banyak kelompok penelitian di seluruh dunia yang fokus pada produksi vaksin yang aman dan efektif terhadap penyakit strangles yang sangat menular ini. Pengendalian penyakit sulit tanpa efektivitas vaksin yang tinggi. Penggunaan antibiotik berupa Ceftiofur crystalline free acid (CCFA)dan procaine penicilline G(PPG) disarankan serta pemberian antiinflamasi seperti phenylbutazoneatau flunixin megluminedapat membantu menangani rasa nyeri, demam, dan bengkak karena peradangan pada lokasi abses dan meningkatkan kemauan hewan untuk makan dan minum.Dalam laporan ini dibahas mengenai bagaimana strangles pada kuda dan mencakupEtiologi, pathogenesis, gejala klinis, diagnosis hingga terapi dan pengobatan.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42612738","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.371
Genta Dhamara Adam Putranto, I. M. A. Bhaskara, I. W. Batan, I. G. Soma
Tumor Kelamin Menular atau Transmissible Venereal Tumor(TVT) adalah tumorganas pada anjing yangbersifat menular melalui aktivitas seksual yang tidak terkontrol.Sel tumor hidup juga dapatditularkan melalui jilatan dan perilaku mengendus diantara anjing yang terinfeksi. Berdasarkan lokasi tumor, TVT terbagi menjadi kelompok genital dan ekstragenital. Artikel ini membahas kasus TVT yang telah mengalami metastasis ekstragenital pada anjing peranakanpomeranianjantan berusia 3,5 tahun. Pasien sebelumnya pernah didiagnosismengalamiTVT, namun lesi tumor mengalami regresi setelah dilakukan kemoterapiawal. Lesi tumor kemudian muncul kembali dengan derajat keparahan yang meningkat. Pemeriksaan hematologilengkapmenunjukkan pasien mengalami anemia normokromik.Pada ulas darahterlihat penurunan kromasi sel darah merah dan peningkatan jumlah sel granulosit yang signifikan dalam satu lapang pandang.Hasil pemeriksaan sitologi dan biopsi tumor menunjukkan sel tumor berupa sel limfoblasberbentuk bulat dengan inti sel bulat, besar, dan hiperkromatikyang bersifat basa. Penanganan kasus dilakukan melalui kemoterapi agen tunggal vincristine sulfatedengan dosis 0,025 mg/kgBBsebanyak limakalidengan interval seminggu secara intravena.Pemberian agen kemoterapi tunggal vincristine sulfateberhasil dilakukan untuk meregresikan lesi tumor TVTyang bermetastasiskeseluruh tubuh anjing.
{"title":"Laporan Kasus: Metastasis Ekstragenital Tumor Kelamin Menular pada Anjing Peranakan Pomeranian Jantan","authors":"Genta Dhamara Adam Putranto, I. M. A. Bhaskara, I. W. Batan, I. G. Soma","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.371","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.371","url":null,"abstract":"Tumor Kelamin Menular atau Transmissible Venereal Tumor(TVT) adalah tumorganas pada anjing yangbersifat menular melalui aktivitas seksual yang tidak terkontrol.Sel tumor hidup juga dapatditularkan melalui jilatan dan perilaku mengendus diantara anjing yang terinfeksi. Berdasarkan lokasi tumor, TVT terbagi menjadi kelompok genital dan ekstragenital. Artikel ini membahas kasus TVT yang telah mengalami metastasis ekstragenital pada anjing peranakanpomeranianjantan berusia 3,5 tahun. Pasien sebelumnya pernah didiagnosismengalamiTVT, namun lesi tumor mengalami regresi setelah dilakukan kemoterapiawal. Lesi tumor kemudian muncul kembali dengan derajat keparahan yang meningkat. Pemeriksaan hematologilengkapmenunjukkan pasien mengalami anemia normokromik.Pada ulas darahterlihat penurunan kromasi sel darah merah dan peningkatan jumlah sel granulosit yang signifikan dalam satu lapang pandang.Hasil pemeriksaan sitologi dan biopsi tumor menunjukkan sel tumor berupa sel limfoblasberbentuk bulat dengan inti sel bulat, besar, dan hiperkromatikyang bersifat basa. Penanganan kasus dilakukan melalui kemoterapi agen tunggal vincristine sulfatedengan dosis 0,025 mg/kgBBsebanyak limakalidengan interval seminggu secara intravena.Pemberian agen kemoterapi tunggal vincristine sulfateberhasil dilakukan untuk meregresikan lesi tumor TVTyang bermetastasiskeseluruh tubuh anjing.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49453992","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.480
Putu Angga Prasetyawan, Monica Lewinsky, A. Nafis, Anggia Yustisia, Ni Putu Nicky Mirahsanti, Ni Made Wirani Ari Tiasnitha, I. W. Batan
Obstruksi esofagus adalah suatu kondisi abnormal akibatterjadi penyumbatan pada esofagus. Umumnya kerongkongan tersumbatinijarang terjadi pada ruminansia besarseperti kerbau. Penyumbatan pada esofagus dapat disebabkan oleh tertelannya benda asing, striktura, maupun massajaringan. Penyumbatan esofagus yang telah lama terjadi dapat menyebabkan bloatpada penderita karena hewansulit untuk melakukan eruktasi gas yang umum dilakukan ruminansia besar. Tandaklinis yang diderita hewan berbeda-beda berdasarkan penyebabnya, namun tandaklinis yang umum ditemukanialah hewan terlihat hipersalivasi, menjulurkan lehernya, regurgitasi pakan melalui lubanghidung, penurunan nafsu makan hingga anoreksia.Tiga dari enam kasus kerbau yang dibahas, peneguhan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan radiografi.Hasil pemeriksaan radiografi umumnya adalah adanya massa obstruktif di daerah servikalisesofagus. Penanganan pada kasus obstruksi esofagus adalah mendorong massa obstruktifsecara manual dengan alat probang atau dengan pembedahan. Pada keenam kasus yang dilaporkan,penanganandilakukan dengan pembedahan. Pengobatan pascaoperasi, pasien diberikan antibiotik sepertienrofloxacilin, streptopenicillin, serta meloxicam.
{"title":"Kajian Pustaka: Gambaran Diagnostik dan Penanganan Obstruksi Esofaguspada Ternak Kerbau","authors":"Putu Angga Prasetyawan, Monica Lewinsky, A. Nafis, Anggia Yustisia, Ni Putu Nicky Mirahsanti, Ni Made Wirani Ari Tiasnitha, I. W. Batan","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.480","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.480","url":null,"abstract":"Obstruksi esofagus adalah suatu kondisi abnormal akibatterjadi penyumbatan pada esofagus. Umumnya kerongkongan tersumbatinijarang terjadi pada ruminansia besarseperti kerbau. Penyumbatan pada esofagus dapat disebabkan oleh tertelannya benda asing, striktura, maupun massajaringan. Penyumbatan esofagus yang telah lama terjadi dapat menyebabkan bloatpada penderita karena hewansulit untuk melakukan eruktasi gas yang umum dilakukan ruminansia besar. Tandaklinis yang diderita hewan berbeda-beda berdasarkan penyebabnya, namun tandaklinis yang umum ditemukanialah hewan terlihat hipersalivasi, menjulurkan lehernya, regurgitasi pakan melalui lubanghidung, penurunan nafsu makan hingga anoreksia.Tiga dari enam kasus kerbau yang dibahas, peneguhan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan radiografi.Hasil pemeriksaan radiografi umumnya adalah adanya massa obstruktif di daerah servikalisesofagus. Penanganan pada kasus obstruksi esofagus adalah mendorong massa obstruktifsecara manual dengan alat probang atau dengan pembedahan. Pada keenam kasus yang dilaporkan,penanganandilakukan dengan pembedahan. Pengobatan pascaoperasi, pasien diberikan antibiotik sepertienrofloxacilin, streptopenicillin, serta meloxicam.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48930228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-31DOI: 10.19087/imv.2022.11.3.412
Ni Putu Nicky Mirahsanti, I. G. Soma, I. W. Batan
Minmin, seekor kucing kampungjantanberumur satutahun dengan bobotbadan 4,3 kgmengalamipenurunan nafsu makan sertaabdomen yang membesar. Pada pemeriksaan fisik diketahui adanya distensi abdomen. Pemeriksaan hematologi rutin dan biokimia darahmenunjukkan adanya peradangan kronis dan abnormalitas fungsi hati dan ginjal. Pemeriksaan radiografidan abdominocentesismenunjukkanterjadi akumulasi cairan pada abdomen(ascites) dengan cairan berwarna kuning pucat dan konsistensi cair mengental. Hasil tesrivalta menunjukkan hasil positif akumulasi eksudat yang ditandai dengan bentukan seperti ubur-ubur. Kucing didiagnosis menderita radang peritoneum menular bentuk efusif. Terapi yang diberikan berupa pemberian diuretik furosemide5 mg/kgBB(dua kalisehari) secara intravena(IV), antibiotik cefotaximsodium 30 mg/kgBB(dua kalisehari) secara IV, antiinflamasi dexamethasone0,5mg/kgBB(dua kalisehari) secara subkutan(SC), hepatoprotektorbetaine2,5mg/kgBB (duahari sekali) SC, dan asam keto peroral 11 mg/kgBB (setiap duahari sekali)selama satu minggu.Hasil pengobatan selama satu minggu hanya memberikan hasil yang sementara terhadap penurunan derajat distensi abdomen.Kucing kasus mati pada bulan keenam setelah terapi.
{"title":"Laporan Kasus: Radang Peritonium Menular pada Kucing Kampung yang Diteguhkan dengan Uji Rivalta","authors":"Ni Putu Nicky Mirahsanti, I. G. Soma, I. W. Batan","doi":"10.19087/imv.2022.11.3.412","DOIUrl":"https://doi.org/10.19087/imv.2022.11.3.412","url":null,"abstract":"Minmin, seekor kucing kampungjantanberumur satutahun dengan bobotbadan 4,3 kgmengalamipenurunan nafsu makan sertaabdomen yang membesar. Pada pemeriksaan fisik diketahui adanya distensi abdomen. Pemeriksaan hematologi rutin dan biokimia darahmenunjukkan adanya peradangan kronis dan abnormalitas fungsi hati dan ginjal. Pemeriksaan radiografidan abdominocentesismenunjukkanterjadi akumulasi cairan pada abdomen(ascites) dengan cairan berwarna kuning pucat dan konsistensi cair mengental. Hasil tesrivalta menunjukkan hasil positif akumulasi eksudat yang ditandai dengan bentukan seperti ubur-ubur. Kucing didiagnosis menderita radang peritoneum menular bentuk efusif. Terapi yang diberikan berupa pemberian diuretik furosemide5 mg/kgBB(dua kalisehari) secara intravena(IV), antibiotik cefotaximsodium 30 mg/kgBB(dua kalisehari) secara IV, antiinflamasi dexamethasone0,5mg/kgBB(dua kalisehari) secara subkutan(SC), hepatoprotektorbetaine2,5mg/kgBB (duahari sekali) SC, dan asam keto peroral 11 mg/kgBB (setiap duahari sekali)selama satu minggu.Hasil pengobatan selama satu minggu hanya memberikan hasil yang sementara terhadap penurunan derajat distensi abdomen.Kucing kasus mati pada bulan keenam setelah terapi.","PeriodicalId":13461,"journal":{"name":"Indonesia Medicus Veterinus","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49471767","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}