Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.30871/jatra.v5i1.5239
Benny Haddli Irawan, Mufti Fathonah Muvariz, Nicolanta Hiskia Sembiring, Nur Fitria Pujo Leksonowati, R. Hakim, Ihsan Saputra
Molding adalah proses yang digunakan oleh industri untuk mencetak produk plastik. Salah satu proses pencetakan plastik dilakukan melalui injection molding. Injection molding merupakan proses di mana bijih plastik dimasukkan ke dalam hopper atau lorong, lalu dialirkan ke dalam barrel. Injection didorong menggunakan mekanisme screw melalui nozzle mesin dan sprue bushing masuk ke dalam cavity atau cetakan. Semua ini dilakukan dengan mold yang telah tertutup. Cacat produk flashing adalah cacat yang muncul akibat material berlebih yang terdapat di tepi produk. Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya cacat produk flashing pada alat cukur, digunakanlah diagram fishbone yang terbagi menjadi lima faktor: faktor mesin, faktor material, faktor metode, faktor manusia, dan faktor mold. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa flashing pada alat cukur paling banyak disebabkan oleh faktor mold, di mana 37 cavity mengalami cacat flashing.
{"title":"Identifikasi Flashing Pada Mold Alat Cukur","authors":"Benny Haddli Irawan, Mufti Fathonah Muvariz, Nicolanta Hiskia Sembiring, Nur Fitria Pujo Leksonowati, R. Hakim, Ihsan Saputra","doi":"10.30871/jatra.v5i1.5239","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.5239","url":null,"abstract":"Molding adalah proses yang digunakan oleh industri untuk mencetak produk plastik. Salah satu proses pencetakan plastik dilakukan melalui injection molding. Injection molding merupakan proses di mana bijih plastik dimasukkan ke dalam hopper atau lorong, lalu dialirkan ke dalam barrel. Injection didorong menggunakan mekanisme screw melalui nozzle mesin dan sprue bushing masuk ke dalam cavity atau cetakan. Semua ini dilakukan dengan mold yang telah tertutup. Cacat produk flashing adalah cacat yang muncul akibat material berlebih yang terdapat di tepi produk. Untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya cacat produk flashing pada alat cukur, digunakanlah diagram fishbone yang terbagi menjadi lima faktor: faktor mesin, faktor material, faktor metode, faktor manusia, dan faktor mold. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa flashing pada alat cukur paling banyak disebabkan oleh faktor mold, di mana 37 cavity mengalami cacat flashing.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.30871/jatra.v5i1.5183
Mufti Fathonah Muvariz, Benny Haddli Irawan, Aziz Nur Rahman, Lalu Giat Juangsa Putra
Ship recycling dianggap sebagai alternatif terbaik yang digunakan untuk membuang kapal yang telah usang. Ship recycling merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses daur ulang kapal yaitu seperti penambatan/pengandasan kapal, pengambilan dan perbaikan material kapal. Keberadaan industri ship recycling di Indonesia diantaranya terdapat di Tanjung Jati (Madura), Cilincing (Jakarta Utara), Tenggamus (Lampung) serta Tanjung Uncang (Batam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ship recycling rig hibiscus yang dilakukan di PT. Batam Citra International, Tanjung Uncang Kota Batam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa proses ship recycling rig hibiscus dilakukan menggunakan rencana kerja cutting plan, dengan tahapan sebagai berikut : (1) Proses pra–kedatangan di Sekupang anchorage, (2) Inspeksi bea cukai di Pelabuhan Sekupang, (3) Kapal ditarik dari Pelabuhan Sekupang ke dermaga PT. BES tempat berlabuh kapal, (4) Pemeriksaan umum oleh PT. BCI dan PT. BES, (5) Inspeksi badan lingkungan hidup lokal, (6) Penandaan IHM/ bahan berbahaya pada kapal, (7) Pemindahan bahan berbahaya maupun tidak berbahaya di dalam kapal, (8) Pemindahan Minyak dan barang yang mudah terbakar lainnya, (9) Pembersihan ruang mesin, (10) Ship recycling/ daur ulang kapal dimulai, (11) Tinjauan bulanan pembuangan limbah berbahaya, (12) Tinjauan insiden yang terjadi dan tindakan pencegahan yang diambil, (13) Hasil daur ulang kapal, dan yang terakhir, dan (14) Penyusunan laporan kepatuhan daur ulang kapal.
{"title":"Ship Recycling Rig Hibiscus Ditinjau Dari Sistem Manajemen Daur Ulang Ramah Lingkungan","authors":"Mufti Fathonah Muvariz, Benny Haddli Irawan, Aziz Nur Rahman, Lalu Giat Juangsa Putra","doi":"10.30871/jatra.v5i1.5183","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.5183","url":null,"abstract":"Ship recycling dianggap sebagai alternatif terbaik yang digunakan untuk membuang kapal yang telah usang. Ship recycling merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses daur ulang kapal yaitu seperti penambatan/pengandasan kapal, pengambilan dan perbaikan material kapal. Keberadaan industri ship recycling di Indonesia diantaranya terdapat di Tanjung Jati (Madura), Cilincing (Jakarta Utara), Tenggamus (Lampung) serta Tanjung Uncang (Batam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses ship recycling rig hibiscus yang dilakukan di PT. Batam Citra International, Tanjung Uncang Kota Batam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa proses ship recycling rig hibiscus dilakukan menggunakan rencana kerja cutting plan, dengan tahapan sebagai berikut : (1) Proses pra–kedatangan di Sekupang anchorage, (2) Inspeksi bea cukai di Pelabuhan Sekupang, (3) Kapal ditarik dari Pelabuhan Sekupang ke dermaga PT. BES tempat berlabuh kapal, (4) Pemeriksaan umum oleh PT. BCI dan PT. BES, (5) Inspeksi badan lingkungan hidup lokal, (6) Penandaan IHM/ bahan berbahaya pada kapal, (7) Pemindahan bahan berbahaya maupun tidak berbahaya di dalam kapal, (8) Pemindahan Minyak dan barang yang mudah terbakar lainnya, (9) Pembersihan ruang mesin, (10) Ship recycling/ daur ulang kapal dimulai, (11) Tinjauan bulanan pembuangan limbah berbahaya, (12) Tinjauan insiden yang terjadi dan tindakan pencegahan yang diambil, (13) Hasil daur ulang kapal, dan yang terakhir, dan (14) Penyusunan laporan kepatuhan daur ulang kapal.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367476","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam pembuatan kapal, terdapat beberapa tahapan survei yang dilakukan saat kapal dinyatakan laik, meliputi survei tahunan, survei antara, dan survei khusus/perpanjangan. Pada survei tersebut, umumnya terdeteksi masalah korosi dan pengurangan ketebalan plat yang terkait dengan usia dan tahun pembuatan kapal. Apabila terjadi penurunan ketebalan yang signifikan, dilakukan tindakan replating. Pemeriksaan ketebalan plat menggunakan uji ultrasonik dengan Cygnus Ultrasonic Gauge, dimana uji visual juga dilakukan pada setiap bagian plat sebelumnya. Ketika pemeriksaan mengungkapkan penurunan ketebalan yang cukup berarti dan tanda-tanda korosi selama uji visual, contohnya terlihat pada forepeak dan deep tank. Penurunan ketebalan ini terjadi di area port side dan starboard, dengan ukuran 1.200 mm × 400 mm di setiap jalur plat dan menggunakan material standar tebal 12 mm. Hasil uji diperoleh dari lajur plat nomor 1 hingga 4 pada sisi port & starboard untuk daerah Forepeak Tank, serta lajur plat nomor 1 hingga 3 pada sisi port side dan lajur plat nomor 1 hingga 4 untuk sisi starboard pada daerah Deep Tank.
{"title":"Studi Replating Area Forepeak & Deep Tank pada Kapal Tanker 105 Meter Berdasarkan Hasil Pengujian Ultrasonic Thickness Test","authors":"Arif Hidayatullah, Mufti Fathonah Muvariz, Hendra Saputra, Wowo Rossbandrio, Nidia Yuniarsih","doi":"10.30871/jatra.v5i1.3655","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.3655","url":null,"abstract":"Dalam pembuatan kapal, terdapat beberapa tahapan survei yang dilakukan saat kapal dinyatakan laik, meliputi survei tahunan, survei antara, dan survei khusus/perpanjangan. Pada survei tersebut, umumnya terdeteksi masalah korosi dan pengurangan ketebalan plat yang terkait dengan usia dan tahun pembuatan kapal. Apabila terjadi penurunan ketebalan yang signifikan, dilakukan tindakan replating. Pemeriksaan ketebalan plat menggunakan uji ultrasonik dengan Cygnus Ultrasonic Gauge, dimana uji visual juga dilakukan pada setiap bagian plat sebelumnya. Ketika pemeriksaan mengungkapkan penurunan ketebalan yang cukup berarti dan tanda-tanda korosi selama uji visual, contohnya terlihat pada forepeak dan deep tank. Penurunan ketebalan ini terjadi di area port side dan starboard, dengan ukuran 1.200 mm × 400 mm di setiap jalur plat dan menggunakan material standar tebal 12 mm. Hasil uji diperoleh dari lajur plat nomor 1 hingga 4 pada sisi port & starboard untuk daerah Forepeak Tank, serta lajur plat nomor 1 hingga 3 pada sisi port side dan lajur plat nomor 1 hingga 4 untuk sisi starboard pada daerah Deep Tank.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"85 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.30871/jatra.v5i1.5520
N. P. Ariyanto, A. Wibowo, Wowo Rossbandrio, Hanifah Widiastuti, Domi Kamsyah
Pelapisan (cladding) material corrosion resistant alloy (CRA) menggunakan Inconel 625 memadukan properti ketahanan korosi Inconel 625 dan kekuatan (high strength) pipa baja API 5L X65. Sampel lapisan CRA difabrikasi dengan pengelasan Pulsed Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Filler metal ERNiCrMo-3 dengan dua merk yang berbeda, yaitu RW625 dan NM625, digunakan sebagai material CRA. Pengujian non-destruktif berupa visual testing, liquid penetrant testing dan ultrasonic testing menunjukkan tidak terdapat cacat pengelasan pada deposisi lapisan CRA maupun antar-muka lapisan CRA dan base metal. Pengujian kekerasan Vickers menunjukkan NM625 memiliki nilai kekerasan 228 ±8,8 HV10 (layer 1) dan 231.6 ±10,8 HV10 (layer 2), sedangkan RW625 memiliki nilai kekerasan 203.4 ±8,1 HV10 (layer 1) dan 213.6 ±6,3 HV10. Kedua filler metal menghasilkan nilai Pitting Resistance Equivalent Number (PREN) yang sama 48, yang menunjukkan kedua filler metal memiliki properti ketahanan korosi yang sama.
{"title":"Pengujian Mekanis dan Korosi pada Weld Overlay Pipa API 5L X65 Hasil Pengelasan GTAW","authors":"N. P. Ariyanto, A. Wibowo, Wowo Rossbandrio, Hanifah Widiastuti, Domi Kamsyah","doi":"10.30871/jatra.v5i1.5520","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.5520","url":null,"abstract":"Pelapisan (cladding) material corrosion resistant alloy (CRA) menggunakan Inconel 625 memadukan properti ketahanan korosi Inconel 625 dan kekuatan (high strength) pipa baja API 5L X65. Sampel lapisan CRA difabrikasi dengan pengelasan Pulsed Gas Tungsten Arc Welding (GTAW). Filler metal ERNiCrMo-3 dengan dua merk yang berbeda, yaitu RW625 dan NM625, digunakan sebagai material CRA. Pengujian non-destruktif berupa visual testing, liquid penetrant testing dan ultrasonic testing menunjukkan tidak terdapat cacat pengelasan pada deposisi lapisan CRA maupun antar-muka lapisan CRA dan base metal. Pengujian kekerasan Vickers menunjukkan NM625 memiliki nilai kekerasan 228 ±8,8 HV10 (layer 1) dan 231.6 ±10,8 HV10 (layer 2), sedangkan RW625 memiliki nilai kekerasan 203.4 ±8,1 HV10 (layer 1) dan 213.6 ±6,3 HV10. Kedua filler metal menghasilkan nilai Pitting Resistance Equivalent Number (PREN) yang sama 48, yang menunjukkan kedua filler metal memiliki properti ketahanan korosi yang sama.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"116 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367202","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Heat straightening is a method of repairing material distortion caused by welding heat. Heat straightening is done by heating the material in an area that is distorted and cooled slowly in the air until the desired material dimensions tolerance appropriate are achieved. The Heat Straightening method is carried out at a range suhu 370℃-550℃ using the oxy-acetylene method for the heating process. This research is aimed to find out effect Heat Straightening proses the hardness value on ABS EH36 material. The hardness testing method used is the Hardness Vickers test with load applied 10kgf on Carbon Steel ABS EH 36. From the research it is known that the hardness value in the base metal area is higher than the heat straightening area with an average hardness value of 192.1 HV10 in the base metal area and an average hardness value of 185 HV10 in the heat straightening area.
{"title":"Pengujian Nilai Kekerasan Material ABS EH36 Hasil Proses Heat Straightening","authors":"Nurul Laili Arifin, Ikram Akrabi, Lalu Giat Juangsa Putra, Fedia Restu, Cahyo Budi Nugroho, Nugroho Pratomo Ariyanto","doi":"10.30871/jatra.v5i1.5426","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.5426","url":null,"abstract":"Heat straightening is a method of repairing material distortion caused by welding heat. Heat straightening is done by heating the material in an area that is distorted and cooled slowly in the air until the desired material dimensions tolerance appropriate are achieved. The Heat Straightening method is carried out at a range suhu 370℃-550℃ using the oxy-acetylene method for the heating process. This research is aimed to find out effect Heat Straightening proses the hardness value on ABS EH36 material. The hardness testing method used is the Hardness Vickers test with load applied 10kgf on Carbon Steel ABS EH 36. From the research it is known that the hardness value in the base metal area is higher than the heat straightening area with an average hardness value of 192.1 HV10 in the base metal area and an average hardness value of 185 HV10 in the heat straightening area.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367479","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.30871/jatra.v5i1.4708
Rahman Hakim, Dety Febrianti, Mutiarani Mutiarani, Annisa Fyona, Mega Gemala, Nur Fitria Pujo Leksonowati, Hanifah Widiastuti, Benny Haddli Irawan, A. Wilujeng
Every phase of work activities in a workplace is inevitably associated with potential hazards and risks that can lead to both workplace accidents and occupational illnesses. To mitigate these hazards effectively, the identification and assessment of risks are imperative, providing a foundation for offering constructive recommendations to the respective companies. The process of hazard identification and risk assessment adheres to the risk management stages, aligned with the AS/NZS 4360:2004 standard on Risk Management, encompassing the determination of consequences (severity) and probability levels (likelihood) to ascertain the risk levels within each work process phase. Upon establishing these risk levels, comprehensive recommendations for control programs can be devised, aimed at averting workplace accidents and occupational diseases. Data acquisition is carried out through surveys/observations involving workers and document reviews. The observations were conducted within the production area, specifically focusing on the semi-automatic crimping machine inspection process at PT. SWS in December 2022. The research findings reveal that within the crimping machine inspection process, the risk percentages are distributed as follows: 0% at the extreme risk level, 65% at the high risk level, 35% at the moderate risk level, and 0% at the low risk level. Effective control and supervision measures are essential to prevent the occurrence of workplace accidents and occupational illnesses. These measures offer significant benefits, encompassing enhanced work productivity, improved work morale, and a fortified corporate reputation. The researcher proposes a range of control measures, spanning substitution, engineering, administrative adjustments, and personal protective equipment provisioning.
{"title":"Hazard Identification And Risk Assesment (HIRA) Pada Proses Riksa Uji Mesin Crimping Semi-Otomatis","authors":"Rahman Hakim, Dety Febrianti, Mutiarani Mutiarani, Annisa Fyona, Mega Gemala, Nur Fitria Pujo Leksonowati, Hanifah Widiastuti, Benny Haddli Irawan, A. Wilujeng","doi":"10.30871/jatra.v5i1.4708","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v5i1.4708","url":null,"abstract":"Every phase of work activities in a workplace is inevitably associated with potential hazards and risks that can lead to both workplace accidents and occupational illnesses. To mitigate these hazards effectively, the identification and assessment of risks are imperative, providing a foundation for offering constructive recommendations to the respective companies. The process of hazard identification and risk assessment adheres to the risk management stages, aligned with the AS/NZS 4360:2004 standard on Risk Management, encompassing the determination of consequences (severity) and probability levels (likelihood) to ascertain the risk levels within each work process phase. Upon establishing these risk levels, comprehensive recommendations for control programs can be devised, aimed at averting workplace accidents and occupational diseases. Data acquisition is carried out through surveys/observations involving workers and document reviews. The observations were conducted within the production area, specifically focusing on the semi-automatic crimping machine inspection process at PT. SWS in December 2022. The research findings reveal that within the crimping machine inspection process, the risk percentages are distributed as follows: 0% at the extreme risk level, 65% at the high risk level, 35% at the moderate risk level, and 0% at the low risk level. Effective control and supervision measures are essential to prevent the occurrence of workplace accidents and occupational illnesses. These measures offer significant benefits, encompassing enhanced work productivity, improved work morale, and a fortified corporate reputation. The researcher proposes a range of control measures, spanning substitution, engineering, administrative adjustments, and personal protective equipment provisioning.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139366366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.30871/jatra.v4i2.3885
Nisrina Afifah Novianti, Beni Irawan., N. P. Ariyanto, Hanifah Widiastuti, F. Restu, Nurul Laili Arifin
Power BI merupakan salah satu software intelligence buatan Microsoft yang digunakan untuk mengolah serta memvisualisasikan data dan menampilkannya dengan grafis yang lebih interakif serta variatif dalam bentuk dashboard. Beberapa keunggulan Power BI ini ialah bersifat Share Data, Real Time Dashboard, dan dapat mengolah data original yang jumlahnya melebihi kapasitas aplikasi lainnya. Dashboard pada Power BI akan digunakan untuk mengolah data Non-Conformance Material. Data Non-Conformance Material adalah data yang mencakup keseluruhan informasi dari kumpulan aktual material yang menyimpang dari standar atau ketentuan yang sudah ditetapkan dan dikategorikan ke dalam beberapa Defect Type. Material yang memiliki defect akan dikarantina untuk sementara waktu sampai mendapatkan disposisi yang telah disepakati pada saat Material Review Committee (MRC) Meeting. MRC Meeting merupakan pertemuan dari perwakilan masing-masing departemen untuk menentukan disposisi terhadap material Non-Conformance. Maka dari itu, penggunaan Power BI untuk representasikan data Non-Conformance Material sangat bermanfaat dikarenakan salah satu keunggulannya yaitu dashboard Power BI sendiri bersifat Live Data yang artinya ketika mengubah atau menambahkan sesuatu di Master File, dashboard Power BI akan berubah secara otomatis mengikuti Master File tersebut. Hal ini tentu saja dapat mempermudah visual yang tampak rumit bagi pengguna maupun audience yang melihat.
Power BI是微软创建的智能软件之一,用于处理和可视化数据,并将其呈现在仪表板形式的更复杂和可变图形上。这种BI的一些优势是数据共享、实时仪表盘和处理超过其他应用程序容量的原始数据。功率BI上的仪表板将用于处理不性能材料的数据。非一致性数据是指将偏离既定标准和分类为多个缺陷类型的原始材料集的全部信息。有缺陷的材料将被隔离一段时间,直到在材料审查委员会(MRC)会议上达成一致。MRC会议是各部门代表的会议,以确定对不方便材料的偏好。因此,将功率BI用于解析非常性数据是非常有用的,因为她的仪表盘BI本身的主要功能之一是实时数据,这意味着在对该文件进行修改或添加时,仪表板功率BI将自动跟随该文件的Master。这当然可以使视觉效果更容易,这对视觉用户和观众来说都很复杂。
{"title":"Penggunaan Power BI Untuk Pengolahan Data Non-Conformance Material","authors":"Nisrina Afifah Novianti, Beni Irawan., N. P. Ariyanto, Hanifah Widiastuti, F. Restu, Nurul Laili Arifin","doi":"10.30871/jatra.v4i2.3885","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v4i2.3885","url":null,"abstract":"Power BI merupakan salah satu software intelligence buatan Microsoft yang digunakan untuk mengolah serta memvisualisasikan data dan menampilkannya dengan grafis yang lebih interakif serta variatif dalam bentuk dashboard. Beberapa keunggulan Power BI ini ialah bersifat Share Data, Real Time Dashboard, dan dapat mengolah data original yang jumlahnya melebihi kapasitas aplikasi lainnya. Dashboard pada Power BI akan digunakan untuk mengolah data Non-Conformance Material. Data Non-Conformance Material adalah data yang mencakup keseluruhan informasi dari kumpulan aktual material yang menyimpang dari standar atau ketentuan yang sudah ditetapkan dan dikategorikan ke dalam beberapa Defect Type. Material yang memiliki defect akan dikarantina untuk sementara waktu sampai mendapatkan disposisi yang telah disepakati pada saat Material Review Committee (MRC) Meeting. MRC Meeting merupakan pertemuan dari perwakilan masing-masing departemen untuk menentukan disposisi terhadap material Non-Conformance. Maka dari itu, penggunaan Power BI untuk representasikan data Non-Conformance Material sangat bermanfaat dikarenakan salah satu keunggulannya yaitu dashboard Power BI sendiri bersifat Live Data yang artinya ketika mengubah atau menambahkan sesuatu di Master File, dashboard Power BI akan berubah secara otomatis mengikuti Master File tersebut. Hal ini tentu saja dapat mempermudah visual yang tampak rumit bagi pengguna maupun audience yang melihat.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130252337","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.30871/jatra.v4i2.3650
S. Lesmana, Mufti Fathonah Muvariz, Nur Fadilah, H. Saputra, Sapto Wiratno Satoto
Support Structure merupakan bagian struktur yang memberikan kekakuan dan kekuatan serta menjadi tumpuan berat beban di atasnya. Pembuatan desain awal pada studi ini menggunakan CAD yang kemudian dikonversi ke SolidWorks 2019 untuk dilakukan simulasi. Berat beban yang dihasilkan untuk pengujian support structure berasal dari berat konstruksi module yang ada di atasnya sebesar 30.925 kg, diasumsikan sebagai beban statis. Material yang menjadi bagian dari support structure dalam studi ini berjenis S355J0 yang bertipe structural steel dengan nilai yield strength sebesar 275 N/mm2. Pengujian stress menunjukkan bahwa tegangan maksimum sebesar 198 N/mm2 sehingga dapat dikategorikan aman karena x < nilai yield strength-nya. Pengujian strain menunjukkan nilai maksimum sebesar 5,260 × 10-4, sementara displacement maksimum sebesar 1,168 mm. Pengujian factor of safety dengan simulasi menunjukkan hasil sebesar 1,4.
{"title":"Studi Kekuatan Support Structure (Leg) pada Konstruksi FPSO Bulk Water Separation Module","authors":"S. Lesmana, Mufti Fathonah Muvariz, Nur Fadilah, H. Saputra, Sapto Wiratno Satoto","doi":"10.30871/jatra.v4i2.3650","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v4i2.3650","url":null,"abstract":"Support Structure merupakan bagian struktur yang memberikan kekakuan dan kekuatan serta menjadi tumpuan berat beban di atasnya. Pembuatan desain awal pada studi ini menggunakan CAD yang kemudian dikonversi ke SolidWorks 2019 untuk dilakukan simulasi. Berat beban yang dihasilkan untuk pengujian support structure berasal dari berat konstruksi module yang ada di atasnya sebesar 30.925 kg, diasumsikan sebagai beban statis. Material yang menjadi bagian dari support structure dalam studi ini berjenis S355J0 yang bertipe structural steel dengan nilai yield strength sebesar 275 N/mm2. Pengujian stress menunjukkan bahwa tegangan maksimum sebesar 198 N/mm2 sehingga dapat dikategorikan aman karena x < nilai yield strength-nya. Pengujian strain menunjukkan nilai maksimum sebesar 5,260 × 10-4, sementara displacement maksimum sebesar 1,168 mm. Pengujian factor of safety dengan simulasi menunjukkan hasil sebesar 1,4.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115461491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.30871/jatra.v4i2.4930
Ganesha Aryadi, Ari Wibowo, Cahyo Budi Nugroho, A. Aryswan
Perusahaan migas merupakan pengguna terbesar pipa baja untuk menghasilkan produk minyak dan gas dari proses penambangan, pengolahan, dan distribusi minyak dan gas siap pakai. Pipa baja yang digunakan dalam industri migas bisa mencapai puluhan sampai ribuan kilometer dengan banyaknya sambungan las tiap beberapa meter. Kemungkinan terjadinya korosi pada pipa baja sangat besar sekali sehingga diperlukan lapisan yang tahan korosi. Material Inconel sering dijadikan bahan pelapisan bagian dalam pipa baja yang dilakukan dengan cara pengelasan cladding. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian korosi intergranular lapisan material Inconel hasil pengelasan cladding pada pipa baja dengan filler metal UNS N06625 untuk mengetahui kerentanan material terhadap korosi yang ditimbulkan oleh aliran fluid migas di dalam pipa. Filler metal yang digunakan adalah merek Ra***tna 625 dan Nov***etal 625. Pengujian korosi intergranular dilakukan dengan menggunakan standar ASTM G-28. Hasil pengujian korosi intergranular menunjukkan lapisan cladding menggunakan filler metal merek Ra***tna 625 dan Nov***etal 625 tidak terdapat korosi intergranular yang teramati namun terdapat korosi seragam pada merek Ra***tna 625 dengan laju korosi 0,46 mm/tahun dan 0,50 mm/tahun pada merek Nov***etal 625.
{"title":"Pengujian Korosi Intergranular Pada Material UNS 06625 Sesuai Standar ASTM G-28","authors":"Ganesha Aryadi, Ari Wibowo, Cahyo Budi Nugroho, A. Aryswan","doi":"10.30871/jatra.v4i2.4930","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v4i2.4930","url":null,"abstract":"Perusahaan migas merupakan pengguna terbesar pipa baja untuk menghasilkan produk minyak dan gas dari proses penambangan, pengolahan, dan distribusi minyak dan gas siap pakai. Pipa baja yang digunakan dalam industri migas bisa mencapai puluhan sampai ribuan kilometer dengan banyaknya sambungan las tiap beberapa meter. Kemungkinan terjadinya korosi pada pipa baja sangat besar sekali sehingga diperlukan lapisan yang tahan korosi. Material Inconel sering dijadikan bahan pelapisan bagian dalam pipa baja yang dilakukan dengan cara pengelasan cladding. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian korosi intergranular lapisan material Inconel hasil pengelasan cladding pada pipa baja dengan filler metal UNS N06625 untuk mengetahui kerentanan material terhadap korosi yang ditimbulkan oleh aliran fluid migas di dalam pipa. Filler metal yang digunakan adalah merek Ra***tna 625 dan Nov***etal 625. Pengujian korosi intergranular dilakukan dengan menggunakan standar ASTM G-28. Hasil pengujian korosi intergranular menunjukkan lapisan cladding menggunakan filler metal merek Ra***tna 625 dan Nov***etal 625 tidak terdapat korosi intergranular yang teramati namun terdapat korosi seragam pada merek Ra***tna 625 dengan laju korosi 0,46 mm/tahun dan 0,50 mm/tahun pada merek Nov***etal 625.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"2 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120846399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-31DOI: 10.30871/jatra.v4i2.4875
Mukhlis Ramadhani, I. Saputra, Budi Baharudin
Dalam proses pengangkatan produk benda yang berukuran tinggi dan memiliki berat benda yang sangat besar, di perlukannya alat bantu yang bisa mengatasi pengangkatan. Spreader beam adalah alat bantu yang berfungsi sebagai pembantu pengangkatan beban dan memberikan keseimbangan. Hal itu perlu di perhatikan pada spreader beam, Karena beban yang diangkat tidak melebihi kapasitas maksimum kekuatan material spreader beam. Maka dari itu diperlukan kekuatan struktur dari desain spreader bar yang akan dipergunakan untuk lifting atau pun Crane. Desain produk memberikan gambaran proses benda dan bentuk ukuran yang berfungsi sebagai informasi saat penggambaran desain. Dengan memiliki perangkat pengerjaan sudah lebih modern pada produktivitas yang menggunakan mesin hingga kegiatan yang berbasis software. Pada produktivitas desain modeling menggunakan software SOLIDWORKS sebagai pengerjaan design produk. Dari hasil Analisa dengan menggunakan solidworks dan melakukan pemodelan dan pengujian serta pemberian beban dengan variasi yang berbeda dapat disimpulkan bahwa spreader beam mencapai titik maksimum pada berat beban variasi 60 Ton dengan mengalami Tegangan ( stress ) maximal 1.903 +08 dan Perpindahan ( Displacement ) Maximal 0.77 mm serta Faktor keamanan ( Factor Of Safety ) Maximal dengan nilai 1.2 Terlihat juga pada variasi pembebanan 60 Ton terdapat area berwarna merah yang mengalami displacement dan aktualisasinya bisa terjadinya getas pada suatu saat pengangkatan. Hal tersebut bisa diatasi dengan menambahkan 4 Plate Support tambahan sebagai patokan untuk menahan titik tumpuan, dengan adanya tambahan 4 Plate support tentu tidak mempengaruhi nilai dari kekuatan maksimum ( Yield strength ) berkurang
{"title":"Stress dan Displacement Pada Spreader Beam Akibat Variasi Pembebanan","authors":"Mukhlis Ramadhani, I. Saputra, Budi Baharudin","doi":"10.30871/jatra.v4i2.4875","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v4i2.4875","url":null,"abstract":"Dalam proses pengangkatan produk benda yang berukuran tinggi dan memiliki berat benda yang sangat besar, di perlukannya alat bantu yang bisa mengatasi pengangkatan. Spreader beam adalah alat bantu yang berfungsi sebagai pembantu pengangkatan beban dan memberikan keseimbangan. Hal itu perlu di perhatikan pada spreader beam, Karena beban yang diangkat tidak melebihi kapasitas maksimum kekuatan material spreader beam. Maka dari itu diperlukan kekuatan struktur dari desain spreader bar yang akan dipergunakan untuk lifting atau pun Crane. Desain produk memberikan gambaran proses benda dan bentuk ukuran yang berfungsi sebagai informasi saat penggambaran desain. Dengan memiliki perangkat pengerjaan sudah lebih modern pada produktivitas yang menggunakan mesin hingga kegiatan yang berbasis software. Pada produktivitas desain modeling menggunakan software SOLIDWORKS sebagai pengerjaan design produk. Dari hasil Analisa dengan menggunakan solidworks dan melakukan pemodelan dan pengujian serta pemberian beban dengan variasi yang berbeda dapat disimpulkan bahwa spreader beam mencapai titik maksimum pada berat beban variasi 60 Ton dengan mengalami Tegangan ( stress ) maximal 1.903 +08 dan Perpindahan ( Displacement ) Maximal 0.77 mm serta Faktor keamanan ( Factor Of Safety ) Maximal dengan nilai 1.2 Terlihat juga pada variasi pembebanan 60 Ton terdapat area berwarna merah yang mengalami displacement dan aktualisasinya bisa terjadinya getas pada suatu saat pengangkatan. Hal tersebut bisa diatasi dengan menambahkan 4 Plate Support tambahan sebagai patokan untuk menahan titik tumpuan, dengan adanya tambahan 4 Plate support tentu tidak mempengaruhi nilai dari kekuatan maksimum ( Yield strength ) berkurang","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127994057","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}