Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.30871/jatra.v4i1.4022
Rakha Aditya Aji, Ari Wibowo
Bejana tekan merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam bidang perminyakan. Bejana tekan memiliki tekanan karena digunakan untuk menyimpan fluida dalam bentuk cair maupun gas dan memiliki karakteristik tahan terhadap suhu tinggi dan suhu rendah. Objek dari penelitian ini adalah bejana tekan yang dioperasikan pada suhu rendah yaitu -25°C. Bejana tekan tersebut difabrikasi melalui pengelasan multi-proses yaitu GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada bagian root, SAW (Submerged Arc Welding) pada bagian outside, dan FCAW (Flux Cored Arc Welding) pada bagian inside. Kualitas dari pengelasan tersebut salah satunya bisa dilihat dari pengujian impact. Pengujian impact dilakukan pada daerah weld metal dan HAZ (Heat Affected Zone) pada masing-masing proses las pada suhu -25oC yang didahului oleh proses PWHT (Post Weld Heat Treatment). Suatu bejana tekan dianggap memenuhi standar apabila hasil pengujian impact menunjukkan energi yang diserap di atas 27 Joule. Hasil pengujian impact menunjukkan bahwa semua spesimen uji menyerap energi di atas 27 Joule, sehingga memenuhi standar untuk digunakan sebagai bejana tekan dan proses las yang digunakan dapat diterapkan dalam pembuatan bejana tekan.
{"title":"Pengujian Impact Sambungan Circuseam Pada Pressure Vessel Dengan Pengelasan Multiproses Material SA 516 70N Melalui Production Test","authors":"Rakha Aditya Aji, Ari Wibowo","doi":"10.30871/jatra.v4i1.4022","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v4i1.4022","url":null,"abstract":"Bejana tekan merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan dalam bidang perminyakan. Bejana tekan memiliki tekanan karena digunakan untuk menyimpan fluida dalam bentuk cair maupun gas dan memiliki karakteristik tahan terhadap suhu tinggi dan suhu rendah. Objek dari penelitian ini adalah bejana tekan yang dioperasikan pada suhu rendah yaitu -25°C. Bejana tekan tersebut difabrikasi melalui pengelasan multi-proses yaitu GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada bagian root, SAW (Submerged Arc Welding) pada bagian outside, dan FCAW (Flux Cored Arc Welding) pada bagian inside. Kualitas dari pengelasan tersebut salah satunya bisa dilihat dari pengujian impact. Pengujian impact dilakukan pada daerah weld metal dan HAZ (Heat Affected Zone) pada masing-masing proses las pada suhu -25oC yang didahului oleh proses PWHT (Post Weld Heat Treatment). Suatu bejana tekan dianggap memenuhi standar apabila hasil pengujian impact menunjukkan energi yang diserap di atas 27 Joule. Hasil pengujian impact menunjukkan bahwa semua spesimen uji menyerap energi di atas 27 Joule, sehingga memenuhi standar untuk digunakan sebagai bejana tekan dan proses las yang digunakan dapat diterapkan dalam pembuatan bejana tekan.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128855746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3714
A. Prakoso, R. Kurniawan, Farchan Mauluddin
Sistem bleed air leak detection pada pesawat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran pada bleed air duct. Sistem ini dapat mendeteksi over heat temperature di luar duct apabila terdapat kebocoran pada sekitar duct. Bleed air leak detection dilengkapi dengan sensing element yang berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu apabila terjadi kebocoran disekitar bleed air duct. Sensing element ini dipasang pada engine pylon, wing, dan fuselage. Kenaikan suhu yang terdeteksi oleh sensing element dapat dimonitor di bleed monitoring computer (BMC) dan kemudian akan diteruskan ke engine bleed switch di cockpit. Troubleshooting Manual (TSM) Task 36-22-00-810-911-A digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sistem bleed air leak detection. Metode fault tree analysis juga digunakan untuk mendapatkan kemungkinan-kemungkinan penyebab kegagalan pada sistem bleed air leak detection. Pada penelitian ini ditemukan kerusakan pada sensing element pada zone 71 HF. Sensing element tersebut telah mencapai usia 24 tahun 8 bulan dari yang ditetapkan oleh manufaktur yaitu 25 tahun, sehingga perlu dilakukan pergantian dengan sensing element yang baru. Berdasarkan hasil fault tree analysis di dapatkan beberapa kemungkinan penyebab kegagalan sistem bleed air leak detection yaitu electorstatic, short circuit, lost continuity, connector fault, control logic fault, thermistor disconnected, degradasi prestasi, dislokasi komponen, dan corrosion.
{"title":"Penanganan dan Analisa Kegagalan Pada Bleed Air Leak Detection System Pesawat Airbus A330-300 di Hanggar 3 PT.GMF AEROASIA","authors":"A. Prakoso, R. Kurniawan, Farchan Mauluddin","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3714","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3714","url":null,"abstract":"Sistem bleed air leak detection pada pesawat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran pada bleed air duct. Sistem ini dapat mendeteksi over heat temperature di luar duct apabila terdapat kebocoran pada sekitar duct. Bleed air leak detection dilengkapi dengan sensing element yang berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu apabila terjadi kebocoran disekitar bleed air duct. Sensing element ini dipasang pada engine pylon, wing, dan fuselage. Kenaikan suhu yang terdeteksi oleh sensing element dapat dimonitor di bleed monitoring computer (BMC) dan kemudian akan diteruskan ke engine bleed switch di cockpit. Troubleshooting Manual (TSM) Task 36-22-00-810-911-A digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sistem bleed air leak detection. Metode fault tree analysis juga digunakan untuk mendapatkan kemungkinan-kemungkinan penyebab kegagalan pada sistem bleed air leak detection. Pada penelitian ini ditemukan kerusakan pada sensing element pada zone 71 HF. Sensing element tersebut telah mencapai usia 24 tahun 8 bulan dari yang ditetapkan oleh manufaktur yaitu 25 tahun, sehingga perlu dilakukan pergantian dengan sensing element yang baru. Berdasarkan hasil fault tree analysis di dapatkan beberapa kemungkinan penyebab kegagalan sistem bleed air leak detection yaitu electorstatic, short circuit, lost continuity, connector fault, control logic fault, thermistor disconnected, degradasi prestasi, dislokasi komponen, dan corrosion.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126967464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3174
Yoga Prisusilo, Ihsanuddin Saputra
Salah satu hal yang menjadi tolak ukur kualitas dari suatu produk adalah produk sesuai dengan spesifikasi dan tidak terdapat cacat produk. Mesin diener tetra 100 berfungsi untuk memproduksi Housing top, Housing Bottom, Rocker switch, Batre door, push button, dan T. Coil. Biasanya produk mesin Diener Tetra 100 sering terjadi reject disebabkan karena kotor, setting parameter salah, serta tingkat pemanasan Coating yang tidak sesuai. Pada penelitian ini dikaji tentang pengaruh perubahan parameter mesin Diener Tetra 100 dan pengecekan pengukuran terhadap hasil coating. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai yang optimal dari pengaturan aliran cairan coating (coating liquid flow rate) dan durasi waktu penyemprotan coating (time duration). Penelitian memvariasikan settingan parameter coating liquid flow rate, coating time duration, dan temperature chamber. Dimana untuk variabel bebas Time duration 10 menit, 30 menit, 45 menit, serta variabel bebas coating liquitd flow rate, 70 mL/second, 100 mL/second, 130 mL/second, dengan temperature chamber yang sama 60oC. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, ditemukan 3 parameter yang optimal pada mesin Diener Tetra 100. Di antaranya adalah parameter coating time duration 45 menit dan coating liquid Flow rate 70 ml/second; Time Duration Liquid 30 menit dan Coating liquid flow rate 100 ml/second; Time Duration Liquid 10 menit dan Coating liquid flow rate 130 mL/second, karena presentase reject produk yang didapatkan dari hasil penelitian ini rendah.
{"title":"Pengujian dan Pengukuran Perubahan Coating Liquid Flow Rate dan Coating Time Duration Terhadap Hasil Coating Quality Angle Mesin Diener Tetra 100","authors":"Yoga Prisusilo, Ihsanuddin Saputra","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3174","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3174","url":null,"abstract":"Salah satu hal yang menjadi tolak ukur kualitas dari suatu produk adalah produk sesuai dengan spesifikasi dan tidak terdapat cacat produk. Mesin diener tetra 100 berfungsi untuk memproduksi Housing top, Housing Bottom, Rocker switch, Batre door, push button, dan T. Coil. Biasanya produk mesin Diener Tetra 100 sering terjadi reject disebabkan karena kotor, setting parameter salah, serta tingkat pemanasan Coating yang tidak sesuai. Pada penelitian ini dikaji tentang pengaruh perubahan parameter mesin Diener Tetra 100 dan pengecekan pengukuran terhadap hasil coating. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai yang optimal dari pengaturan aliran cairan coating (coating liquid flow rate) dan durasi waktu penyemprotan coating (time duration). Penelitian memvariasikan settingan parameter coating liquid flow rate, coating time duration, dan temperature chamber. Dimana untuk variabel bebas Time duration 10 menit, 30 menit, 45 menit, serta variabel bebas coating liquitd flow rate, 70 mL/second, 100 mL/second, 130 mL/second, dengan temperature chamber yang sama 60oC. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, ditemukan 3 parameter yang optimal pada mesin Diener Tetra 100. Di antaranya adalah parameter coating time duration 45 menit dan coating liquid Flow rate 70 ml/second; Time Duration Liquid 30 menit dan Coating liquid flow rate 100 ml/second; Time Duration Liquid 10 menit dan Coating liquid flow rate 130 mL/second, karena presentase reject produk yang didapatkan dari hasil penelitian ini rendah.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"3 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133043362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3662
Rafi Julio Putra, N. Arifin, Tian Havwini, N. P. Ariyanto
Kualifikasi welder adalah pengkualifikasian juru las atau welder yang bertujuan untuk membuktian kualitas welder tersebut yang dilaksanakan sesuai dengan kaidah – kaidah yang ada di dalam international code/standard seperti AWS, API, ASME, ISO dan kode/standar lainnya. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk merancang skema pengkualifikasian welder dengan menggunakan tiga kode/standar sekaligus, yaitu : AWS D1.1 (2020), ASME Sec. IX (2019) dan ISO 9609-1 (2017). Dengan demikian, dapat meminimalisasi penggunaan biaya, waktu dan juga persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan kualifikasi welder tersebut. Metodologi yang digunakan yaitu kajian pustaka untuk mendapatkan kesamaan dari variabel-variabel yang nantinya akan digunakan untuk mengkualifikasi welder dengan menggunakan tiga kode/standar yang digunakan. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan, tahapan selanjutnya ialah implementasi variabel-variabel tersebut untuk melakukan kualifikasi welder mulai dari persiapan material, proses pengelasan hingga pengujian dari hasil lasan. Agar kualifikasi welder dengan tiga kode/standar sekaligus tersebut dapat dilakukan, perlu memperhatikan keterkaitan untuk setiap variabel yang digunakan untuk dapat meng-cover antara satu kode dengan kode yang lainnya. Hal ini disebabkan apabila salah satu variabel tidak dapat terpenuhi di salah satu kode/standar yang digunakan, maka pengkualifikasian welder menggunakan tiga kode/standar tidak dapat dilaksanakan. Material yang digunakan pada kualifikasi welder ini ialah ASTM A106 Grade B dengan panjang material 170 mm × 170 mm dengan ketebalan 18,26 mm dan diameter 6” (168,3 mm) sch 160. Metode pengujian yang digunakan ialah Visual Inspection dan Side Bend Test dengan banyaknya jumlah material yang digunakan untuk Side Bend Test ialah empat buat material uji
焊工资格是焊接pengkualifikasian支会文书或执行这些旨在证明了焊工质量的焊工符合准则——国际法典里的准则/标准如AWS、火、ASME、ISO -其他标准代码。编写这份报告的目的是设计一个基于三个标准代码/标准的welder计划,即AWS d1.1(2020)、ASME Sec. IX(2019)和ISO 9609-1(2017年)。这样,我们就可以将支付焊工资格的费用、时间和所需的准备工作做到最低限度。使用的方法是对库进行比较,以获得变量的相似性,这些变量后来将使用三个代码/标准来资格化焊缝。在获得所需的变量后,下一步将是实现这些变量,从材料准备开始,焊接过程到焊接结果的测试。为了使焊工同时有三个/标准代码的资格,需要注意用于在一个代码和另一个代码之间覆盖的每个变量之间的关系。这是因为其中一个变量不能在使用的任何一个代码/标准中实现,因此焊缝配置使用三个代码/标准不能执行。焊工资格上使用的材料是ASTM A106 B级全长170毫米×170毫米材料18,26毫米厚度和直径6”(sch 168,3毫米)160。使用的测试方法是一种Inspection视觉,侧弯测试用的材料的数量为试验材料侧弯测试是四个
{"title":"Kualifikasi Welder FCAW-GS Pada Posisi 6G Menggunakan Multiple Code (AWS D1.1, ASME Sec. IX, dan ISO 9606-1)","authors":"Rafi Julio Putra, N. Arifin, Tian Havwini, N. P. Ariyanto","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3662","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3662","url":null,"abstract":"Kualifikasi welder adalah pengkualifikasian juru las atau welder yang bertujuan untuk membuktian kualitas welder tersebut yang dilaksanakan sesuai dengan kaidah – kaidah yang ada di dalam international code/standard seperti AWS, API, ASME, ISO dan kode/standar lainnya. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk merancang skema pengkualifikasian welder dengan menggunakan tiga kode/standar sekaligus, yaitu : AWS D1.1 (2020), ASME Sec. IX (2019) dan ISO 9609-1 (2017). Dengan demikian, dapat meminimalisasi penggunaan biaya, waktu dan juga persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan kualifikasi welder tersebut. Metodologi yang digunakan yaitu kajian pustaka untuk mendapatkan kesamaan dari variabel-variabel yang nantinya akan digunakan untuk mengkualifikasi welder dengan menggunakan tiga kode/standar yang digunakan. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan, tahapan selanjutnya ialah implementasi variabel-variabel tersebut untuk melakukan kualifikasi welder mulai dari persiapan material, proses pengelasan hingga pengujian dari hasil lasan. Agar kualifikasi welder dengan tiga kode/standar sekaligus tersebut dapat dilakukan, perlu memperhatikan keterkaitan untuk setiap variabel yang digunakan untuk dapat meng-cover antara satu kode dengan kode yang lainnya. Hal ini disebabkan apabila salah satu variabel tidak dapat terpenuhi di salah satu kode/standar yang digunakan, maka pengkualifikasian welder menggunakan tiga kode/standar tidak dapat dilaksanakan. Material yang digunakan pada kualifikasi welder ini ialah ASTM A106 Grade B dengan panjang material 170 mm × 170 mm dengan ketebalan 18,26 mm dan diameter 6” (168,3 mm) sch 160. Metode pengujian yang digunakan ialah Visual Inspection dan Side Bend Test dengan banyaknya jumlah material yang digunakan untuk Side Bend Test ialah empat buat material uji","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131071919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3029
Aulia Fajrin, N. P. Ariyanto, Aldyno Heryanda
Korosi adalah permasalahan yang selalu terjadi pada logam terhadap pengaplikasiannya dengan lingkungan. Walaupun sudah ada beberapa material pengganti yang lain seperti polimer dan komposit, namun penggunaan logam masih sangat dibutuhkan dan berperan penting terutama pada industri fabrikasi minyak dan gas. Korosi tidak dapat dihindari namun dapat diminimalisir karena sifat logam yang akan kembali ke asalnya. Logam yang digunakan pada industri fabrikasi minyak dan gas dibutuhkan suatu pengujian material terhadap faktor stress dan lingkungannya. Pengujian SSCC (Sulphide Stress Corrosion Cracking) berdasarkan NACE TM0316 merupakan pengujian ketahanan material terhadap stress dan lingkungan asam. Pada pengujian SSCC ini, metode yang digunakan adalah Four-Point Bending yang berarti terdapat four roller jig untuk menekuk spesimen. Spesimen yang digunakan adalah spesimen sambungan las material API 5L X65 pipa dan ASTM A694 flange. Proses pengelasan pada spesimen ini menggunakan proses GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). Spesimen yang diuji memiliki beberapa tahapan mulai dari persiapan material yang sudah dimachining, cleaning, kemudian bending hingga dilakukan perendaman pada cairan yang bersifat asam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui indikasi yang muncul pada permukaan spesimen berupa retakan baik pada bagian lasan maupun base metal. Pengujian menggunakan tiga spesimen dengan IPRR welding process yang berbeda. Spesimen 1 dan 3 termasuk spesimen yang accepted, sedangkan spesimen 2 merupakan spesimen yang rejected berdasarkan SSCC DNV Test Procedure, dimana acceptance criteria dari hasil MPI yaitu acceptable apabila indikasi memiliki panjang kurang dari 1 mm.
{"title":"Pengujian Sulphide Stress Corrosion Cracking Pada Sambungan Las API 5L X65 dan ASTM A694 F65","authors":"Aulia Fajrin, N. P. Ariyanto, Aldyno Heryanda","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3029","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3029","url":null,"abstract":"Korosi adalah permasalahan yang selalu terjadi pada logam terhadap pengaplikasiannya dengan lingkungan. Walaupun sudah ada beberapa material pengganti yang lain seperti polimer dan komposit, namun penggunaan logam masih sangat dibutuhkan dan berperan penting terutama pada industri fabrikasi minyak dan gas. Korosi tidak dapat dihindari namun dapat diminimalisir karena sifat logam yang akan kembali ke asalnya. Logam yang digunakan pada industri fabrikasi minyak dan gas dibutuhkan suatu pengujian material terhadap faktor stress dan lingkungannya. Pengujian SSCC (Sulphide Stress Corrosion Cracking) berdasarkan NACE TM0316 merupakan pengujian ketahanan material terhadap stress dan lingkungan asam. Pada pengujian SSCC ini, metode yang digunakan adalah Four-Point Bending yang berarti terdapat four roller jig untuk menekuk spesimen. Spesimen yang digunakan adalah spesimen sambungan las material API 5L X65 pipa dan ASTM A694 flange. Proses pengelasan pada spesimen ini menggunakan proses GTAW (Gas Tungsten Arc Welding). Spesimen yang diuji memiliki beberapa tahapan mulai dari persiapan material yang sudah dimachining, cleaning, kemudian bending hingga dilakukan perendaman pada cairan yang bersifat asam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui indikasi yang muncul pada permukaan spesimen berupa retakan baik pada bagian lasan maupun base metal. Pengujian menggunakan tiga spesimen dengan IPRR welding process yang berbeda. Spesimen 1 dan 3 termasuk spesimen yang accepted, sedangkan spesimen 2 merupakan spesimen yang rejected berdasarkan SSCC DNV Test Procedure, dimana acceptance criteria dari hasil MPI yaitu acceptable apabila indikasi memiliki panjang kurang dari 1 mm.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116750775","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3652
Silvia Uli Arta Lubis, Mufti Fathonah Muvariz, N. Fadilah, N. A. Prasetyo, Sapto Wiratno Satoto, Nidia Yuniarsih
Pressure Vessel merupakan suatu wadah untuk menyimpan fluida, baik cairan maupun gas berbentuk seperti silinder yang dapat menghasilkan tekanan dari luar maupun dalam. Hampir semua industri minyak dan gas sering menggunakan benda ini, untuk menampung dan memisahkan antara air dan minyak hasil ekplorasi dilepas pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan sebuah Pressure Vessel dan mengetahui mana yang lebih ekonomis dengan membanding 2 jenis material yaitu SA-106 Grade B dan SA-516-70N dengan ketebalan yang sama 12,7 mm. Untuk mengetahui kekuatan dari masing-masing material maka di lakukan simulasi pada bagian shell dengan menggunakan software SolidWorkss. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada salah satu Pressure Vessel dari perusahaan dengan dasar perancangan mengkuti standar ASME section VIII Div.1 tahun 2007, nama dokumen “Cartridge Filter C027-S-U13000-01 A/B” dan nomor dokumen 6522-XXX-C027-ISGP-U40300-MX-4018-00XXX dengan tekanan desain sebesar 10 bar, suhu desain sebesar 121°C, diameter dalam sebesar 444,5 mm, faktor korosi sebesar 3 mm. Dari perhitungan dan simulasi yang sudah dilakukan, maka didapat nilai dari tekanan maksimal pada material SA-516-70N sebesar 34,10 Bar dan material SA-106 Grade B sebesar 16,90 Bar. Tegangan yang diterima dari pressure vessel berdasarkan analisa software SolidWorks yaitu dengan nilai yang sama untuk kedua material sebesar 1758 psi/121 Bar. Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa material SA-106 Grade B jauh lebih ekonomis dengan estimasi anggaran sebesar Rp6.531.951 untuk satu batang pipa sepanjang 10 m.
{"title":"Studi Kekuatan Pressure Vessel Dengan Menggunakan Material SA-106 Grade B dan SA-516-70N","authors":"Silvia Uli Arta Lubis, Mufti Fathonah Muvariz, N. Fadilah, N. A. Prasetyo, Sapto Wiratno Satoto, Nidia Yuniarsih","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3652","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3652","url":null,"abstract":"Pressure Vessel merupakan suatu wadah untuk menyimpan fluida, baik cairan maupun gas berbentuk seperti silinder yang dapat menghasilkan tekanan dari luar maupun dalam. Hampir semua industri minyak dan gas sering menggunakan benda ini, untuk menampung dan memisahkan antara air dan minyak hasil ekplorasi dilepas pantai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan sebuah Pressure Vessel dan mengetahui mana yang lebih ekonomis dengan membanding 2 jenis material yaitu SA-106 Grade B dan SA-516-70N dengan ketebalan yang sama 12,7 mm. Untuk mengetahui kekuatan dari masing-masing material maka di lakukan simulasi pada bagian shell dengan menggunakan software SolidWorkss. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada salah satu Pressure Vessel dari perusahaan dengan dasar perancangan mengkuti standar ASME section VIII Div.1 tahun 2007, nama dokumen “Cartridge Filter C027-S-U13000-01 A/B” dan nomor dokumen 6522-XXX-C027-ISGP-U40300-MX-4018-00XXX dengan tekanan desain sebesar 10 bar, suhu desain sebesar 121°C, diameter dalam sebesar 444,5 mm, faktor korosi sebesar 3 mm. Dari perhitungan dan simulasi yang sudah dilakukan, maka didapat nilai dari tekanan maksimal pada material SA-516-70N sebesar 34,10 Bar dan material SA-106 Grade B sebesar 16,90 Bar. Tegangan yang diterima dari pressure vessel berdasarkan analisa software SolidWorks yaitu dengan nilai yang sama untuk kedua material sebesar 1758 psi/121 Bar. Dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa material SA-106 Grade B jauh lebih ekonomis dengan estimasi anggaran sebesar Rp6.531.951 untuk satu batang pipa sepanjang 10 m.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132567245","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.2990
Farouki Dinda Rassarandi, Oktavianto Gustin, Putra Putra
Kerangka dasar (kontrol) pemetaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu kerangka horizontal (planimetris) dan kerangka vertikal (tinggi). Kerangka peta yang umum dipakai dalam bidang geodesi dapat dibuat dengan beberapa cara, beberapa diantaranya adalah metode triangulasi dan poligon. Untuk memperoleh nilai koordinat yang baik/teliti pada hasil ukuran dengan cara triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode hitung perataan least squares triangulation adjustment, sedangkan untuk poligon menggunakan metode Bowditch dalam pemecahan solusinya. Metode hitung perataan/adjustment yang dikenal ada tiga yaitu metode parameter, kondisi dan kombinasi. Perataan kuadrat terkecil metode triangulasi (least squares triangulation adjustment) dapat menggunakan persamaan kondisi atau persamaan pengukuran baik itu pengukuran azimuth ataupun sudut. Pada prosedurnya melibatkan perataan parameter, dimana parameter tersebut adalah koordinat pada suatu bidang datar. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana perbandingan hasil koordinat kerangka pemetaan Poligon tertutup menggunakan metode Bowditch dengan metode Adjustment Triangulated Quadrilateral. Hasil koordinat dari perhitungan dengan menggunakan metode Bowditch memberikan nilai yang lebih baik daripada metode Adjustment, dimana standar deviasi ukuran koordinat dengan menggunakan metode ini berkisar pada interval konfidensial antara 0,400954085 ft minimum dan 1,020967284 ft maksimum dalam selang kepercayaan 90%, sedangkan metode Adjustment berkisar antara 1,112780078 ft minimum dan 2,833521575 ft maksimum.
{"title":"Perbandingan Hasil Koordinat Kerangka Pemetaan Menggunakan Metode Bowditch Poligon Tertutup Dengan Metode Adjustment Triangulated Quadrilateral","authors":"Farouki Dinda Rassarandi, Oktavianto Gustin, Putra Putra","doi":"10.30871/jatra.v3i2.2990","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.2990","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Kerangka dasar (kontrol) pemetaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu kerangka horizontal (planimetris) dan kerangka vertikal (tinggi). Kerangka peta yang umum dipakai dalam bidang geodesi dapat dibuat dengan beberapa cara, beberapa diantaranya adalah metode triangulasi dan poligon. Untuk memperoleh nilai koordinat yang baik/teliti pada hasil ukuran dengan cara triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode hitung perataan least squares triangulation adjustment, sedangkan untuk poligon menggunakan metode Bowditch dalam pemecahan solusinya. Metode hitung perataan/adjustment yang dikenal ada tiga yaitu metode parameter, kondisi dan kombinasi. Perataan kuadrat terkecil metode triangulasi (least squares triangulation adjustment) dapat menggunakan persamaan kondisi atau persamaan pengukuran baik itu pengukuran azimuth ataupun sudut. Pada prosedurnya melibatkan perataan parameter, dimana parameter tersebut adalah koordinat pada suatu bidang datar. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana perbandingan hasil koordinat kerangka pemetaan Poligon tertutup menggunakan metode Bowditch dengan metode Adjustment Triangulated Quadrilateral. Hasil koordinat dari perhitungan dengan menggunakan metode Bowditch memberikan nilai yang lebih baik daripada metode Adjustment, dimana standar deviasi ukuran koordinat dengan menggunakan metode ini berkisar pada interval konfidensial antara 0,400954085 ft minimum dan 1,020967284 ft maksimum dalam selang kepercayaan 90%, sedangkan metode Adjustment berkisar antara 1,112780078 ft minimum dan 2,833521575 ft maksimum. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124172495","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-29DOI: 10.30871/jatra.v3i2.3113
James Siregar, Lalu Giat juangsa Putra, Rizky Pratama Hudhajanto, Dicky Reza Prawira
Perawatan pesawat udara menjadi hal yang sangat penting dalam keselamatan penerbangan. Oleh karena itu, ICAO (International Civil Aviation Organization) mengatur secara ketat orang-orang yang dapat melakukan proses perawatan tersebut. Untuk dapat menjadi seorang mekanik atau engineer yang merawat pesawat udara perlu memiliki 3 tahapan yaitu basic certificate, type rating dan AMEL (Aircraft Maintenance Engineering License). Saat ini di Indonesia hanya ada 13 AMTO (Aircraft Maintenance Training Organization) yang dapat mengeluarkan sertifikat tersebut. Terbatasnya sekolah AMTO ini dikarenakan fasilitas yang disyaratkan oleh otoritas sangat tinggi dan berharga mahal. Salah satu alat fasilitas tersebut adalah mesin turboprop yaitu jenis mesin pesawat pembangkit yang menggunakan turbine gas untuk menggerakkan propeller. Mahalnya fasilitas alat training tersebut yang dapat mencapai ratusan juta bahkan miliaran memunculkan ide untuk membuat suatu alat peraga sederhana tentang sistem turboprop secara umum yaitu Axial Flow Turbine yang menerapkan konsep dari mesin turboprop yang dimana propeller dapat berputar akibat mechanical dari gear yang bergerak yang bersumber dari motor DC. Pembuatan komponen Axial Flow Turbine menggunakan lathe, dan milling. Adapun material yang digunakan adalah iron, plastic, dan rubber. Axial Flow Turbine dapat menghasilkan rpm maksimal sebesar 200 rpm. Setelah melewati batas maksimum maka kemampuan propeller utuk memutar akan menurun secara signifikan. Pada akhirnya alat peraga Axial Flow Turbine dapat digunakan sebagai media pembelajaran khususnya sistem turboprop.
{"title":"Rancang Bangun Alat Peraga Axial Flow Turbine Dengan Menggunakan Tenaga Electrical Sebagai Media Pembelajaran AMTO","authors":"James Siregar, Lalu Giat juangsa Putra, Rizky Pratama Hudhajanto, Dicky Reza Prawira","doi":"10.30871/jatra.v3i2.3113","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i2.3113","url":null,"abstract":"Perawatan pesawat udara menjadi hal yang sangat penting dalam keselamatan penerbangan. Oleh karena itu, ICAO (International Civil Aviation Organization) mengatur secara ketat orang-orang yang dapat melakukan proses perawatan tersebut. Untuk dapat menjadi seorang mekanik atau engineer yang merawat pesawat udara perlu memiliki 3 tahapan yaitu basic certificate, type rating dan AMEL (Aircraft Maintenance Engineering License). Saat ini di Indonesia hanya ada 13 AMTO (Aircraft Maintenance Training Organization) yang dapat mengeluarkan sertifikat tersebut. Terbatasnya sekolah AMTO ini dikarenakan fasilitas yang disyaratkan oleh otoritas sangat tinggi dan berharga mahal. Salah satu alat fasilitas tersebut adalah mesin turboprop yaitu jenis mesin pesawat pembangkit yang menggunakan turbine gas untuk menggerakkan propeller. Mahalnya fasilitas alat training tersebut yang dapat mencapai ratusan juta bahkan miliaran memunculkan ide untuk membuat suatu alat peraga sederhana tentang sistem turboprop secara umum yaitu Axial Flow Turbine yang menerapkan konsep dari mesin turboprop yang dimana propeller dapat berputar akibat mechanical dari gear yang bergerak yang bersumber dari motor DC. Pembuatan komponen Axial Flow Turbine menggunakan lathe, dan milling. Adapun material yang digunakan adalah iron, plastic, dan rubber. Axial Flow Turbine dapat menghasilkan rpm maksimal sebesar 200 rpm. Setelah melewati batas maksimum maka kemampuan propeller utuk memutar akan menurun secara signifikan. Pada akhirnya alat peraga Axial Flow Turbine dapat digunakan sebagai media pembelajaran khususnya sistem turboprop.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114963785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30871/jatra.v3i1.3055
Sapto Wiratno Satoto, Nidia Yuniarsih, Hendra Saputra, Mufti Fathonah Muvariz, N. A. Prasetyo, N. Pamungkas
Karakter bodi kapal akan sangat menentukan kecepatan dan olah gerak kapal. Daya mesin kapal untuk mengatasi hambatan dipengaruhi oleh lambung kapal tersebut sehingga dalam melakukan perancangan perlu dilakukan perhitungan dengan tepat. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terkait dengan pemasangan alat kontrol nirkabel serta desain lambung kapal tanpa awak namun dengan bentuk lambung serta bentuk mesin yang berbeda. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah ukuran utama kapal adalah sebagai berikut: LWL = 66,74 cm; B = 32,07 cm; T = 4,91 cm; Cb = 0,338. Kapal mengalami pre-planning pada kecepatan 2,5 – 4,75 knot dengan hambatan yang terjadi adalah 6,09 – 19,6 N dan nilai froud number antara 1,028 – 1,952, kemudian mengalami planning pada kecepatan 3,5 knot dengan nilai hambatan dimulai dari 5,59 N dengan nilai froud number dimulai pada 1,439. Untuk mencapai kecepatan 10 knot, kapal membutuhkan daya sekitar 102 W. Obyek dari kapal yang diteliti adalah kapal Gurindam Politeknik Negeri Batam, di mana kapal tersebut pernah dipergunakan untuk kontes kapal cepat nasional se-Indonesia. Semoga dengan penulisan penelitian ini, dapat memberikan suatu pengetahuan terkait dengan hambatan yang terjadi serta kedepan akan dijadikan dasar pengembangan kapal untuk dirancang lebih baik.
{"title":"Karakteristik Lambung Kapal Gurindam Fuel Engine Politeknik Negeri Batam","authors":"Sapto Wiratno Satoto, Nidia Yuniarsih, Hendra Saputra, Mufti Fathonah Muvariz, N. A. Prasetyo, N. Pamungkas","doi":"10.30871/jatra.v3i1.3055","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i1.3055","url":null,"abstract":"Karakter bodi kapal akan sangat menentukan kecepatan dan olah gerak kapal. Daya mesin kapal untuk mengatasi hambatan dipengaruhi oleh lambung kapal tersebut sehingga dalam melakukan perancangan perlu dilakukan perhitungan dengan tepat. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan terkait dengan pemasangan alat kontrol nirkabel serta desain lambung kapal tanpa awak namun dengan bentuk lambung serta bentuk mesin yang berbeda. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah ukuran utama kapal adalah sebagai berikut: LWL = 66,74 cm; B = 32,07 cm; T = 4,91 cm; Cb = 0,338. Kapal mengalami pre-planning pada kecepatan 2,5 – 4,75 knot dengan hambatan yang terjadi adalah 6,09 – 19,6 N dan nilai froud number antara 1,028 – 1,952, kemudian mengalami planning pada kecepatan 3,5 knot dengan nilai hambatan dimulai dari 5,59 N dengan nilai froud number dimulai pada 1,439. Untuk mencapai kecepatan 10 knot, kapal membutuhkan daya sekitar 102 W. Obyek dari kapal yang diteliti adalah kapal Gurindam Politeknik Negeri Batam, di mana kapal tersebut pernah dipergunakan untuk kontes kapal cepat nasional se-Indonesia. Semoga dengan penulisan penelitian ini, dapat memberikan suatu pengetahuan terkait dengan hambatan yang terjadi serta kedepan akan dijadikan dasar pengembangan kapal untuk dirancang lebih baik.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114136895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30871/jatra.v3i1.3050
Domi Kamsyah, Ari Kurniadi, Benny Haddli Irawan, Rahman Hakim, S. Arif
Computer-Aided Design (CAD) and Computer-Aided Manufacturing (CAM) are usually used to draw sketches and model manufacturing work processes on machines that operate using computer numerical control (CNC). To communicate with each other CAD and CAM must have the same format, the drawings produced by CAD must the same format to be run on the CAM. In this study, product images will be created using Autocad software and it will run on the Fikus VisualCAM 19 software to visualize the tool pathway. The program is created to run a CNC machine and the resulting product will check the conformity of its dimensions and geometry. The results obtained are that the images generated from the AutoCAD software can run well on the Fikus VisualCAM 19 software. The program in the form of NC code generated by AutoCAD and Fikus VisualCAM19 software can be run properly by a CNC wire-cutting EDM machine, this can be seen from the product results that match the dimensions and geometry.
{"title":"Integration System of CAD/CAM In Machinary Process Using Wire-EDM","authors":"Domi Kamsyah, Ari Kurniadi, Benny Haddli Irawan, Rahman Hakim, S. Arif","doi":"10.30871/jatra.v3i1.3050","DOIUrl":"https://doi.org/10.30871/jatra.v3i1.3050","url":null,"abstract":"Computer-Aided Design (CAD) and Computer-Aided Manufacturing (CAM) are usually used to draw sketches and model manufacturing work processes on machines that operate using computer numerical control (CNC). To communicate with each other CAD and CAM must have the same format, the drawings produced by CAD must the same format to be run on the CAM. In this study, product images will be created using Autocad software and it will run on the Fikus VisualCAM 19 software to visualize the tool pathway. The program is created to run a CNC machine and the resulting product will check the conformity of its dimensions and geometry. The results obtained are that the images generated from the AutoCAD software can run well on the Fikus VisualCAM 19 software. The program in the form of NC code generated by AutoCAD and Fikus VisualCAM19 software can be run properly by a CNC wire-cutting EDM machine, this can be seen from the product results that match the dimensions and geometry.","PeriodicalId":146905,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi dan Riset Terapan (JATRA)","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128248969","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}