ABSTRAKLatar belakang: Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan bagian dari Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Penerima program ini merupakan sekelompk wanita yang tergabung dalam kelompok wanita tani. Melalui program ini diharapkan masyarakat penerima program memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik dan tercapainya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, terutama pada aspek ketersediaan dan konsumsi pangan, khususnya pada konsumsi sayuran.Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat penerima P2KP dan Non-P2KP.Metode: Penetian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 – Agustus 2022 menggunakan analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel purposive sampling sebanyak 43 penerima P2KP dan 43 Non-P2KP. Pengambilan data tingkat pengetahuan gizi menggunakan kuesioner pengetahuan gizi, pada ketersediaan pangan rumah tangga menggunakan kuesioner HFIAS (Household Food Insecurity Access Scale), serta konsumsi sayuran menggunakan kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnaire). Analisis data menggunakan uji statistik t-test independen dan Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil: Pada penerima P2KP nilai rata-rata tingkat pengetahuan gizi sebesar 93,00 sedangkan pada Non-P2KP memiliki nilai rata-rata 82,10 yang menunjukkan ada perbedaan dengan nilai (p=0,001). Pada variabel ketersedian pangan rumah tangga penerima P2KP memiliki skor nilai rata-rata 2,27 dan Non-P2KP memiliki skor nilai rata-rata sebesar 5,18 dengan nilai (p=0,001). Pada variabel konsumsi sayuran, penerima P2KP mengonsumsi rata-arta 25,276 kali per bulan, sedangkan pada Non-P2KP 9,102 kali per bulan (p=0,001).Simpulan: Ada perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat Penerima P2KP dan Non-P2KP.
{"title":"PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KETERSEDIAAN PANGAN RUMAH TANGGA, DAN KONSUMSI SAYURAN PADA MASYARAKAT PENERIMA P2KP DAN NON P2KP","authors":"Rahmawati Rasidin, Prita Dhyani Swamilaksita, Vitria Melani, Putri Ronitawati, Mury Kuswari","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36723","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36723","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan bagian dari Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Penerima program ini merupakan sekelompk wanita yang tergabung dalam kelompok wanita tani. Melalui program ini diharapkan masyarakat penerima program memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik dan tercapainya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, terutama pada aspek ketersediaan dan konsumsi pangan, khususnya pada konsumsi sayuran.Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat penerima P2KP dan Non-P2KP.Metode: Penetian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 – Agustus 2022 menggunakan analitik observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel purposive sampling sebanyak 43 penerima P2KP dan 43 Non-P2KP. Pengambilan data tingkat pengetahuan gizi menggunakan kuesioner pengetahuan gizi, pada ketersediaan pangan rumah tangga menggunakan kuesioner HFIAS (Household Food Insecurity Access Scale), serta konsumsi sayuran menggunakan kuesioner FFQ (Food Frequency Questionnaire). Analisis data menggunakan uji statistik t-test independen dan Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil: Pada penerima P2KP nilai rata-rata tingkat pengetahuan gizi sebesar 93,00 sedangkan pada Non-P2KP memiliki nilai rata-rata 82,10 yang menunjukkan ada perbedaan dengan nilai (p=0,001). Pada variabel ketersedian pangan rumah tangga penerima P2KP memiliki skor nilai rata-rata 2,27 dan Non-P2KP memiliki skor nilai rata-rata sebesar 5,18 dengan nilai (p=0,001). Pada variabel konsumsi sayuran, penerima P2KP mengonsumsi rata-arta 25,276 kali per bulan, sedangkan pada Non-P2KP 9,102 kali per bulan (p=0,001).Simpulan: Ada perbedaan tingkat pengetahuan gizi, ketersediaan pangan rumah tangga, dan konsumsi sayuran pada masyarakat Penerima P2KP dan Non-P2KP. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"120 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87795320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTBackground: Factors that cause anemia in pregnancy include food taboos and adherence to taking iron tablets. The application of food taboos affects the diversity of food consumption so that it has an impact on meeting the need for iron. The Iron supplement program is a government effort to reduce the incidence of anemia in pregnancy.Objectives: This study aims to analyze the relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women.Methods: This type of research was survey research with a cross-sectional approach. A sample of 35 people from 37 pregnant women was selected using simple random sampling. Samples were randomly selected using software on a mobile phone. This research was conducted on September 5-23, 2022. In this study, food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets were the independent variables, and the dependent variable was anemia in pregnant women. In this study, primary data included: general characteristics of the respondents (age, working status, education, distance between pregnancies, family income), food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets. Primary data was collected by filling out a questionnaire and secondary data related to Hb in the second trimester of pregnant women was obtained from the MCH handbook. Bivariate analysis using chi square.Results: The results showed that 40.0% of the respondents who applied food taboos had anemia and 25.7% of them experienced anemia. Based on the results of the chi-square test, a p-value of 0.001 was obtained, which means that there is a relationship between food taboos and the incidence of anemia in pregnant women. 28.6% of respondents get anemia from 45.7% of respondents who were non-compliant in consuming iron-supplement tablets and the results of the chi-square test between adherence to consuming iron-supplement tablets and the incidence of anemia in pregnant women obtained a p-value of 0.001, which means there is a relationship between both;Conclusions: There is a relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women in the working area of Sukowono Public Health Center, Jember Regency.Keyword: Anemia; Food taboos; The adherenceABSTRAKLatar Belakang: Faktor penyebab anemia kehamilan diantaranya adalah food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah. Penerapan food taboo mempengaruhi keberagaman konsumsi pangan sehingga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi. Program pemberian tablet tambah darah merupakan upaya pemerintah untuk menurunkan kejadian anemia kehamilan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil.Metode: Jenis penelitian ini yakni penelitian survei dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 35 orang dari 37 ibu hamil yang dipili
摘要背景:饮食禁忌和坚持服用铁片是导致妊娠期贫血的因素。食物禁忌的应用影响了食物消费的多样性,从而对满足铁的需求产生影响。铁补充计划是政府为减少怀孕期间贫血发生率所做的努力。目的:分析孕妇饮食禁忌及铁补充剂服用依从性与贫血发生率的关系。方法:采用横断面调查法进行调查研究。采用简单随机抽样的方法,从37名孕妇中选取35人作为样本。使用手机上的软件随机选择样本。这项研究于2022年9月5日至23日进行。在本研究中,食物禁忌和服用补铁片的依从性为自变量,因变量为孕妇贫血。本研究的主要数据包括:调查对象的一般特征(年龄、工作状况、教育程度、怀孕间隔、家庭收入)、饮食禁忌、补铁片服用情况。主要资料通过填写调查问卷收集,与妊娠中期Hb相关的次要资料来自MCH手册。使用卡方进行双变量分析。结果:应用食物禁忌者中有贫血者占40.0%,出现贫血者占25.7%。根据卡方检验的结果,p值为0.001,说明食物禁忌与孕妇贫血的发生率存在一定的关系。28.6%的应答者出现贫血,45.7%的应答者不遵医嘱服用补铁片,坚持服用补铁片与孕妇贫血发生率的卡方检验的结果p值为0.001,说明两者之间存在关系;摄政年11月Sukowono公共卫生中心工作区域孕妇贫血发生率与食物禁忌和服用补铁片依从性之间存在关系。关键字:贫血;食物禁忌;【摘要】latar Belakang: Faktor penyebab贫血kehamilan diantaranya adalah食物禁忌dan kepatuhan mengkonsumsi片tambah darah。日本饮食禁忌mempengaruhi keberagaman konsumsi pangan sehinga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi。项目:羊水片tambah darah merupakan upaya permerintah untuk menurunkan kejadian贫血。土鹃:Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan antara食物禁忌dan kepatuhan mengkonsumsi片tambah darah dengan kejadian贫血pada ibu hamil。Metode: Jenis penelitian ini yakni penelitian survei dengan pendekatan横断面。样本35只,橙37只,哈密阳,迪皮利,孟古纳坎,简单随机抽样。样本dipilih secara akakdengan menggunakan perangkat lunak pad手机。Penelitian ini dilaksanakan pad2022年9月5日至23日。饮食禁忌dan kepatuhan mengkonsumsi片tambah darah merupakan可变bebas(独立),serta可变terikatnya adalah贫血pada ibu hamil。Pada penelitian ini数据primer meliputi karakteristik umum responden (usia, status bekerja, pendidikan, jarak kehamilan, pendapatan keluarga),食物禁忌dan kepatuhan dalam mengkonsumsi片tambah darah。数据引物dikumpulkan melalui pengisian kusioner和数据搜索在terkait下,在hamil trimester II diperoleh dari buku KIA。双变量蒙古那坎卡方分析。哈西尔:哈西尔penelitian dinunjukkan dari 40%应答阳menerapkan食物禁忌sebesar 25,7%应答mengalami贫血。[中文][中文][中文][中文][中文][中文][中文]食物禁忌[中文][中文]Sebesar 28日6% responden mengalami贫血达里语45岁,7% responden杨有些patuh dalam mengkonsumsi平板tambah darah丹hasil里头x平方分布安塔拉kepatuhan mengkonsumsi平板tambah darah dengan kejadian贫血篇伊布·hamil hamil mendapatkan假定值Sebesar 0001杨artinya terdapat hubungan diantara keduanya。猴:Terdapat hubungan antara食物禁忌dan kepatuhan mengkonsumsi片剂tambah darah dengan kejadian贫血pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember。卡塔昆慈:贫血,食物禁忌,克帕图汗
{"title":"HUBUNGAN ANTARA FOOD TABOO DAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL","authors":"Rifatul Imaliyah, Lirista Dyah Ayu Oktafiani, Farida Wahyu Ningtyias","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36973","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36973","url":null,"abstract":"ABSTRACTBackground: Factors that cause anemia in pregnancy include food taboos and adherence to taking iron tablets. The application of food taboos affects the diversity of food consumption so that it has an impact on meeting the need for iron. The Iron supplement program is a government effort to reduce the incidence of anemia in pregnancy.Objectives: This study aims to analyze the relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women.Methods: This type of research was survey research with a cross-sectional approach. A sample of 35 people from 37 pregnant women was selected using simple random sampling. Samples were randomly selected using software on a mobile phone. This research was conducted on September 5-23, 2022. In this study, food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets were the independent variables, and the dependent variable was anemia in pregnant women. In this study, primary data included: general characteristics of the respondents (age, working status, education, distance between pregnancies, family income), food taboos and adherence to consuming iron supplement tablets. Primary data was collected by filling out a questionnaire and secondary data related to Hb in the second trimester of pregnant women was obtained from the MCH handbook. Bivariate analysis using chi square.Results: The results showed that 40.0% of the respondents who applied food taboos had anemia and 25.7% of them experienced anemia. Based on the results of the chi-square test, a p-value of 0.001 was obtained, which means that there is a relationship between food taboos and the incidence of anemia in pregnant women. 28.6% of respondents get anemia from 45.7% of respondents who were non-compliant in consuming iron-supplement tablets and the results of the chi-square test between adherence to consuming iron-supplement tablets and the incidence of anemia in pregnant women obtained a p-value of 0.001, which means there is a relationship between both;Conclusions: There is a relationship between food taboos and compliance with consuming iron supplement tablets with the incidence of anemia in pregnant women in the working area of Sukowono Public Health Center, Jember Regency.Keyword: Anemia; Food taboos; The adherenceABSTRAKLatar Belakang: Faktor penyebab anemia kehamilan diantaranya adalah food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah. Penerapan food taboo mempengaruhi keberagaman konsumsi pangan sehingga berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan zat besi. Program pemberian tablet tambah darah merupakan upaya pemerintah untuk menurunkan kejadian anemia kehamilan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara food taboo dan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil.Metode: Jenis penelitian ini yakni penelitian survei dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 35 orang dari 37 ibu hamil yang dipili","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"44 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90955377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.37720
M. Wihelmina, Yuni Afriani, Endri Yuliati
ABSTRAKLatar belakang: Suplemen merupakan produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Pembentukan massa otot yang optimal membutuhkan zat gizi, salah satunya adalah protein.Mempunyai massa otot yang baik menjadi salah satu tujuan seseorang mengikuti latihan pada fitness centre.Tujuan: Penelitian ini bertujuan unntuk mengetahui hubungan konsumsi suplemen protein dengan massa otot pada anggota fitness centre di Lembah Fitness Centre Tajem.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional, dengan desain cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang anggota fitness centre yang aktif dan berusia 20 – 35 tahun. Data konsumsi suplemen diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner konsumsi suplemen sedangkan massa otot diperoleh dari pengukuran LOLA (lingkar otot lengan atas) dan LILA (lingkar lengan atas) dengan 3 kali pengulangan. Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengkonsumsi suplemen yaitu sebanyak 25 orang (62,5%) dan memiliki massa otot dalam kategori normal yaitu 33 orang (82,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi suplemen dan massa otot (p > 0,05).Simpulan: Konsumsi suplemen protein tidak berhubungan dengan massa otot. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengendalikan variabel-variabel perancu seperti asupan protein dari makanan dan intensitas latihan.
{"title":"HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN PROTEIN DENGAN MASSA OTOT PADA ANGGOTA LEMBAH FITNESS CENTRE TAJEM, YOGYAKARTA","authors":"M. Wihelmina, Yuni Afriani, Endri Yuliati","doi":"10.14710/jnc.v12i3.37720","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.37720","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Suplemen merupakan produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Pembentukan massa otot yang optimal membutuhkan zat gizi, salah satunya adalah protein.Mempunyai massa otot yang baik menjadi salah satu tujuan seseorang mengikuti latihan pada fitness centre.Tujuan: Penelitian ini bertujuan unntuk mengetahui hubungan konsumsi suplemen protein dengan massa otot pada anggota fitness centre di Lembah Fitness Centre Tajem.Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional, dengan desain cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang anggota fitness centre yang aktif dan berusia 20 – 35 tahun. Data konsumsi suplemen diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner konsumsi suplemen sedangkan massa otot diperoleh dari pengukuran LOLA (lingkar otot lengan atas) dan LILA (lingkar lengan atas) dengan 3 kali pengulangan. Analisa data menggunakan uji chi-square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden tidak mengkonsumsi suplemen yaitu sebanyak 25 orang (62,5%) dan memiliki massa otot dalam kategori normal yaitu 33 orang (82,5%). Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi suplemen dan massa otot (p > 0,05).Simpulan: Konsumsi suplemen protein tidak berhubungan dengan massa otot. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan mengendalikan variabel-variabel perancu seperti asupan protein dari makanan dan intensitas latihan. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"161 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77419615","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.40395
Nuryanto Nuryanto, Astrid Rossalia Putri, Ekowati Chasanah, Muhammad Sulchan, Diana Nur Afifah, Pujoyuwono Martosuyono, Nazulatul G B Asmak
ABSTRAKLatar belakang: Ikan kuniran merupakan sumber protein yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Agar nilai cerna protein tinggi maka dapat dilakukan hidrolisat protein.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan asam amino pada MP-ASI protein hidrolisat ikan kuniran.Metode: Penelitian eksperimen dengan design rancangan acak lengkap (RAL) dua kali ulangan. Sampel penelitian ini adalah produk MP-ASI Protein hidrolisat ikan kuniran yang di bagi menjadi tiga formula MP-ASI yaitu formulasi 1 (F1), formulasi 2 (F2) dan Fromulasi 3 (F3) dengan komposisi bahan baku protein hidrolisat ikan (PHIK), susu skim beras merah dan kacang hijau yang berbeda setiap formulasi. Variabel bebas penelitian ini adalah formulasi F1, F2 dan F3, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah kandungan asam amino. Analisis asam amino menggunakan metode AOAC 2005, dengan HPLC. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan di sajikan dalam bentuk grafikHasil: Formula MP-ASI PHIK mengandung 15 asam amino yang terdiri dari 9 asam amino esensial yaitu histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin dan 6 asam amino non esensial yaitu asam glutamat, asam aspartat, serin, glisin, alanin, dan tirosin. Kandungan asam amino esensial yang tinggi adalah leusin dan lisin sedangkan asam amino non esensial tertinggi yaitu asam glutamat yang terdapat pada F2.Simpulan: Kandungan asam amino yang tertinggi adalah leusin, lisin dan asam glutamat yang terdapat pada MP-ASI F2.
{"title":"PROFIL ASAM AMINO MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PROTEIN HIDROLISAT IKAN KUNIRAN","authors":"Nuryanto Nuryanto, Astrid Rossalia Putri, Ekowati Chasanah, Muhammad Sulchan, Diana Nur Afifah, Pujoyuwono Martosuyono, Nazulatul G B Asmak","doi":"10.14710/jnc.v12i3.40395","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.40395","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Ikan kuniran merupakan sumber protein yang tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Agar nilai cerna protein tinggi maka dapat dilakukan hidrolisat protein.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan asam amino pada MP-ASI protein hidrolisat ikan kuniran.Metode: Penelitian eksperimen dengan design rancangan acak lengkap (RAL) dua kali ulangan. Sampel penelitian ini adalah produk MP-ASI Protein hidrolisat ikan kuniran yang di bagi menjadi tiga formula MP-ASI yaitu formulasi 1 (F1), formulasi 2 (F2) dan Fromulasi 3 (F3) dengan komposisi bahan baku protein hidrolisat ikan (PHIK), susu skim beras merah dan kacang hijau yang berbeda setiap formulasi. Variabel bebas penelitian ini adalah formulasi F1, F2 dan F3, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah kandungan asam amino. Analisis asam amino menggunakan metode AOAC 2005, dengan HPLC. Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan di sajikan dalam bentuk grafikHasil: Formula MP-ASI PHIK mengandung 15 asam amino yang terdiri dari 9 asam amino esensial yaitu histidin, arginin, treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin dan 6 asam amino non esensial yaitu asam glutamat, asam aspartat, serin, glisin, alanin, dan tirosin. Kandungan asam amino esensial yang tinggi adalah leusin dan lisin sedangkan asam amino non esensial tertinggi yaitu asam glutamat yang terdapat pada F2.Simpulan: Kandungan asam amino yang tertinggi adalah leusin, lisin dan asam glutamat yang terdapat pada MP-ASI F2. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88501718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.37648
Intan Yusuf Habibie, Agni Nur Imanti, Ghina Putri Dyanti, Rohis Inggrit Aprilia
ABSTRAKLatar belakang: Berdasarkan data terakhir SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada tahun 2021, stunting masuk dalam kategori sedang dengan prevalensi kejadian stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Salah satu upaya intervensi untuk mencegah stunting dapat dilakukan dimulai dari calon pengantin dan ibu balita dengan meningkatkan pengetahuan terkait stunting. Peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dapat dibantu dengan suatu media seperti kalender. Kalender dapat dijadikan sebagai upaya preventif yang dapat memberikan dampak positif yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga dapat merubah perilaku terkait upaya pencegahan kejadian stunting.Tujuan: Mengetahui efektifitas kalender dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai stunting di Indonesia.Metode: Penelitian ini berupa literature review dengan metode naratif serta mengkaji dua artikel berdasarkan tujuan, metode dan hasil yang disajikan dari artikel tersebut. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan artikel nasional dan internasional yang ditelusuri dengan database Google Scholar, ScienceDirect dan Academia.edu.Hasil: Hasil kajian literatur menyatakan bahwa edukasi gizi menggunakan media kalender dapat meningkatkan pengetahuan terkait stunting dan upaya pencegahan stunting. Selain itu, penggunaan media kalender dalam edukasi gizi juga dapat meningkatkan sikap terhadap perubahan perilaku, perspektif, dan praktik terhadap upaya peningkatan kesehatan pada ibu dan anak.Simpulan: Pemberian edukasi gizi kalender memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai upaya pencegahan stunting di Indonesia.
{"title":"NARRATIVE LITERATURE REVIEW: MEDIA EDUKASI KALENDER BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN PERILAKU MENGENAI STUNTING DI INDONESIA","authors":"Intan Yusuf Habibie, Agni Nur Imanti, Ghina Putri Dyanti, Rohis Inggrit Aprilia","doi":"10.14710/jnc.v12i3.37648","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.37648","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Berdasarkan data terakhir SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) pada tahun 2021, stunting masuk dalam kategori sedang dengan prevalensi kejadian stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Salah satu upaya intervensi untuk mencegah stunting dapat dilakukan dimulai dari calon pengantin dan ibu balita dengan meningkatkan pengetahuan terkait stunting. Peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dapat dibantu dengan suatu media seperti kalender. Kalender dapat dijadikan sebagai upaya preventif yang dapat memberikan dampak positif yang dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga dapat merubah perilaku terkait upaya pencegahan kejadian stunting.Tujuan: Mengetahui efektifitas kalender dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai stunting di Indonesia.Metode: Penelitian ini berupa literature review dengan metode naratif serta mengkaji dua artikel berdasarkan tujuan, metode dan hasil yang disajikan dari artikel tersebut. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan artikel nasional dan internasional yang ditelusuri dengan database Google Scholar, ScienceDirect dan Academia.edu.Hasil: Hasil kajian literatur menyatakan bahwa edukasi gizi menggunakan media kalender dapat meningkatkan pengetahuan terkait stunting dan upaya pencegahan stunting. Selain itu, penggunaan media kalender dalam edukasi gizi juga dapat meningkatkan sikap terhadap perubahan perilaku, perspektif, dan praktik terhadap upaya peningkatan kesehatan pada ibu dan anak.Simpulan: Pemberian edukasi gizi kalender memiliki pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku mengenai upaya pencegahan stunting di Indonesia. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"68 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84172588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.34499
Adriana Inna Natara, Tri Siswati, Almira Sitasari
ABSTRAKLatar Belakang: Stunting atau pendek masih menjadi masalah gizi di negara berkembang khususnya Indonesia. Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan menyumbang tingginya kasus tersebut.Tujuan: untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan mikro dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Radamata, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara TimurMetode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus-kontrol (case-control) yang di lakukan dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 40 balita dan kelompok kontrol sebanyak 40 balita. Pengumpulan data meliputi asupan makan balita dengan pengisin kuesioner SQ-FFQ dan menghitung hasil asupan zat gizi mikro dan makro menggunakan program nutria survey kemudian hasil dirata-rata dan bandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Penelitian ini menggunakan uji chi-squareHasil: Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara stunting dengan asupan energi (p<0.05), asupan lemak (p<0,05) dengan nilai OR= 9.08 (95% CI=3.28-5.08) dan 3,56(95% CI 1,40 - 9,08). Balita memiliki risiko stunting 9.08 kali dan 3.56 kali lebih besar jika kekurangan asupan energi dan lemak.Simpulan: Dalam upaya penanggulangan stunting, sangat penting untuk memonitor asupan zat gizi makro khususnya jumlah energi dan lemak.
{"title":"ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RADAMATA","authors":"Adriana Inna Natara, Tri Siswati, Almira Sitasari","doi":"10.14710/jnc.v12i3.34499","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.34499","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang: Stunting atau pendek masih menjadi masalah gizi di negara berkembang khususnya Indonesia. Nusa Tenggara Timur merupakan daerah dengan menyumbang tingginya kasus tersebut.Tujuan: untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro dan mikro dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Radamata, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara TimurMetode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kasus-kontrol (case-control) yang di lakukan dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 40 balita dan kelompok kontrol sebanyak 40 balita. Pengumpulan data meliputi asupan makan balita dengan pengisin kuesioner SQ-FFQ dan menghitung hasil asupan zat gizi mikro dan makro menggunakan program nutria survey kemudian hasil dirata-rata dan bandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).Penelitian ini menggunakan uji chi-squareHasil: Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara stunting dengan asupan energi (p<0.05), asupan lemak (p<0,05) dengan nilai OR= 9.08 (95% CI=3.28-5.08) dan 3,56(95% CI 1,40 - 9,08). Balita memiliki risiko stunting 9.08 kali dan 3.56 kali lebih besar jika kekurangan asupan energi dan lemak.Simpulan: Dalam upaya penanggulangan stunting, sangat penting untuk memonitor asupan zat gizi makro khususnya jumlah energi dan lemak. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79275298","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.33746
Yunita Sekar Asri, Gemala Anjani, D. N. Afifah, Rachma Purwanti
ABSTRAK Latar Belakang: Pelabelan gizi pada produk susu cair di pasaran tidak menggunakan acuan kebutuhan yang sesuai dengan anjuran kecukupan harian batita, sehingga informasi kecukupan kandungan pada produk menjadi kurang tepat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan makronutrien dan gula tambahan pada produk susu cair dan kontribusinya sesuai anjuran kecukupan harian batita.Metode: Merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional secara cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan memenuhi kriteria inklusi. Total sebanyak 30 sampel meliputi varian plain(n=10) dan berperisa(n=20) didapatkan melalui pembelian produk dari tiga pasar retail di wilayah Tangerang Selatan. Data kandungan makronutrien dan gula tambahan didapatkan melalui label informasi nilai gizi pada kemasan produk. Kandungan makronutrien dan gula tambahan pada sampel dibandingkan dengan kecukupan harian untuk batita.Hasil: Tiap 100ml produk susu cair plain dibandingkan susu cair berperisa memiliki rerata kandungan lemak (4,90±1,84g vs 2,8±0,89g) dan protein (3,02±0,76 vs 2,11±0,48 g). Sedangkan kandungan energi total (59,58±4,44 vs 69,06±10,51 kkal), karbohidrat total (5,04±1,01 vs 10,42±1,77 g), gula tambahan (0,15±0,47 vs 6,11±2,18 g) lebih tinggi pada susu cair berperisa.Simpulan: Secara keseluruhan kontribusi kandungan makronutrien pada produk susu cair tergolong rendah terhadap kecukupan harian batita, namun pada susu cair plain memiliki kecukupan tinggi pada kandungan protein sedangkan susu cair berperisa pada kandungan gula tambahan.
背景:市场上液体乳制品的营养标签没有使用与batita每日舒适性建议相匹配的需求参考,从而降低了产品的舒适性信息。目的:本研究旨在描述液体乳制品的makronutrien和含糖量的补充,并根据《蝙蝠塔日报》的舒适性做出贡献。方法:一种具有交叉观察方法的定量描述性研究。抽样是有目的的,符合纳入标准。共30个样本,其中包括plain变种(10)和berperisa(20),是通过购买南部南部三家零售市场的产品获得的。通过产品包装上的营养价值信息标签获得了额外的makronutrien和糖含量的数据。样本中加入的makronutrien和额外的糖含量与batita的每日配额相比。结果:每100ml液态奶产品相比普通液态奶什么有平均脂肪含量(4,90±1,84g vs±2.8 0,89g)和蛋白质(3.02±vs 2,11,捡起一些尘土±0.48 g)深。而总能量含量(59.58±4.44 vs 69.06±10.51 kkal)、总碳水化合物(5.04±1.01 vs 10.42±1.77 g),额外的糖(0,15±0,47 vs 6,11±2,18 g)更高的液态奶什么。总结:总而言之,液体乳脂的makronutrien含量低于每日的营养素,但plain牛奶的蛋白质含量较高,而液态牛奶的含糖量较高。
{"title":"PROFIL KANDUNGAN MAKRONUTRIEN DAN GULA TAMBAHAN PADA PRODUK SUSU CAIR DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KECUKUPAN HARIAN BATITA","authors":"Yunita Sekar Asri, Gemala Anjani, D. N. Afifah, Rachma Purwanti","doi":"10.14710/jnc.v12i3.33746","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.33746","url":null,"abstract":"ABSTRAK Latar Belakang: Pelabelan gizi pada produk susu cair di pasaran tidak menggunakan acuan kebutuhan yang sesuai dengan anjuran kecukupan harian batita, sehingga informasi kecukupan kandungan pada produk menjadi kurang tepat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan makronutrien dan gula tambahan pada produk susu cair dan kontribusinya sesuai anjuran kecukupan harian batita.Metode: Merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional secara cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan memenuhi kriteria inklusi. Total sebanyak 30 sampel meliputi varian plain(n=10) dan berperisa(n=20) didapatkan melalui pembelian produk dari tiga pasar retail di wilayah Tangerang Selatan. Data kandungan makronutrien dan gula tambahan didapatkan melalui label informasi nilai gizi pada kemasan produk. Kandungan makronutrien dan gula tambahan pada sampel dibandingkan dengan kecukupan harian untuk batita.Hasil: Tiap 100ml produk susu cair plain dibandingkan susu cair berperisa memiliki rerata kandungan lemak (4,90±1,84g vs 2,8±0,89g) dan protein (3,02±0,76 vs 2,11±0,48 g). Sedangkan kandungan energi total (59,58±4,44 vs 69,06±10,51 kkal), karbohidrat total (5,04±1,01 vs 10,42±1,77 g), gula tambahan (0,15±0,47 vs 6,11±2,18 g) lebih tinggi pada susu cair berperisa.Simpulan: Secara keseluruhan kontribusi kandungan makronutrien pada produk susu cair tergolong rendah terhadap kecukupan harian batita, namun pada susu cair plain memiliki kecukupan tinggi pada kandungan protein sedangkan susu cair berperisa pada kandungan gula tambahan. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73461355","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.34518
Yulia Wahyuni, M. Mexitalia, M. Z. Rahfiludin
ABSTRACTBackground: Mother's nutritional knowledge and parents' feeding practices will influence children's eating behavior which have an impact on the child's growth.Objective: The purpose of this study was to determine the effects of Taburia fortification and nutrition education of mothers on the nutritional status of children in Waipare Public health center in East Nusa Tenggara.Materials and Methods: This study was a randomized controlled trial. A total of 180 mothers and their children aged 12-24 months who had malnourished (z-score -3 to -2). The group divided into teams were the intervention group (IG) (n=90) and the control group (CG) (n=90). The IG give intervention for three months. The mothers were given nutrition education, while their children were given taburia. The CG, mothers were given nutrition education. Data feeding rules obtained using a self-administered feeding practice-Questionnaire (FPQ). Dietary intake assessment of macronutrient and micronutrient three-day food records, nutritional status, and percentage of child's sick day was conducted before and after the intervention.Results: The result of the study showed that there was no significant difference in the mean increase (P> 0.01) between knowledge scores in IG and CG, post-intervention. Lower percentage of sickness among children in IG than CG. The average nutrient intake, WAZ (0.97±0.52), WLZ (1.02±0.42) of IG increased and was higher than CG after the intervention. The LAZ of IG increased (0.34±0.66 SD) while on the CG declined (0.27±0,31 SD).Conclusion: Thus, The Taburia fortification intervention was useful in improving WAZ, LAZ, WLZ in children who experienced malnutrition, but the intervention nutrition education of mothers can increase WAZ and WLZ.
{"title":"THE EFFECT OF TABURIA FORTIFICATION AND NUTRITION EDUCATION OF MOTHERS TO ON NUTRITIONAL STATUS OF 12-24 MONTHS OLD CHILDREN IN INDONESIA : RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL STUDY","authors":"Yulia Wahyuni, M. Mexitalia, M. Z. Rahfiludin","doi":"10.14710/jnc.v12i3.34518","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.34518","url":null,"abstract":"ABSTRACTBackground: Mother's nutritional knowledge and parents' feeding practices will influence children's eating behavior which have an impact on the child's growth.Objective: The purpose of this study was to determine the effects of Taburia fortification and nutrition education of mothers on the nutritional status of children in Waipare Public health center in East Nusa Tenggara.Materials and Methods: This study was a randomized controlled trial. A total of 180 mothers and their children aged 12-24 months who had malnourished (z-score -3 to -2). The group divided into teams were the intervention group (IG) (n=90) and the control group (CG) (n=90). The IG give intervention for three months. The mothers were given nutrition education, while their children were given taburia. The CG, mothers were given nutrition education. Data feeding rules obtained using a self-administered feeding practice-Questionnaire (FPQ). Dietary intake assessment of macronutrient and micronutrient three-day food records, nutritional status, and percentage of child's sick day was conducted before and after the intervention.Results: The result of the study showed that there was no significant difference in the mean increase (P> 0.01) between knowledge scores in IG and CG, post-intervention. Lower percentage of sickness among children in IG than CG. The average nutrient intake, WAZ (0.97±0.52), WLZ (1.02±0.42) of IG increased and was higher than CG after the intervention. The LAZ of IG increased (0.34±0.66 SD) while on the CG declined (0.27±0,31 SD).Conclusion: Thus, The Taburia fortification intervention was useful in improving WAZ, LAZ, WLZ in children who experienced malnutrition, but the intervention nutrition education of mothers can increase WAZ and WLZ. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88064423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-31DOI: 10.14710/jnc.v12i3.36266
Rd. Yadi Andayani, Ibnu Zaki, F. Farida
ABSTRAKLatar belakang: Kejadian malnutrisi masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia. Sebanyak 20-50% pasien mengalami malnutrisi di rumah sakit sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, meningkatkan resiko komplikasi penyakit, memperpanjang terapi medis dan masa rawat inap sebanyak 1,6 kali. Kejadian malnutrisi di rumah sakit dapat diminimalisir apabila proses skrining gizi pasien baru dilakukan secara efektif. RSUD Cideres Kabupaten Majalengka menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) sebagai instrument skrining gizi. Namun penggunaan MST memiliki keterbatasan dalam mengkuantifikasikan penurunan berat badan . Simple Nutrition Screening Tool (SNST) merupakan instrumen skrining gizi yang dikembangkan menurut populasi Indonesia. Oleh karena itu instrumen SNST dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi kelemahan MST.Tujuan: membandingkan persepsi perawat dalam penggunaan MST dan SNST sebagai instrument skrining gizi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka.Metode: Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, kemudian dilakukan triangulasi metode dan referensi wawancara mendalam difokuskan pada pada bagaimana pemahaman, cara pandang, atau penafsiran narasumber tentang aspek kemudahan penggunaan kedua instrumen tersebut.Hasil: sebanyak lima narasumber menyatakan MST lebih unggul dibandingkan dengan SNST. Berdasarkan durasi, pelaksanaan skrining gizi dengan MST lebih singkat dibanding SNST. Lima narasumber menyatakan instrument MST lebih mudah dipelajari daripada SNST. Instrumen MST berdasarkan kebutuhan lebih sesuai jika dibandingkan SNST karena lebih sederhana sehingga lebih efisien. Sebagian narasumber menyatakan bahwa pertanyaan yang terdapat pada MST lebih tepat untuk digunakan karena lebih mudah dipahami dan di sampaikan kepada pasien.Simpulan: Penggunaan MST sebagai instrument skrining gizi lebih disukai dibandingkan dengan SNST.
{"title":"PERSEPSI PERAWAT TERHADAP INSTRUMEN SKRINING MST DAN SNST DI RSUD CIDERES","authors":"Rd. Yadi Andayani, Ibnu Zaki, F. Farida","doi":"10.14710/jnc.v12i3.36266","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i3.36266","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Kejadian malnutrisi masih menjadi masalah di rumah sakit di Indonesia. Sebanyak 20-50% pasien mengalami malnutrisi di rumah sakit sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, meningkatkan resiko komplikasi penyakit, memperpanjang terapi medis dan masa rawat inap sebanyak 1,6 kali. Kejadian malnutrisi di rumah sakit dapat diminimalisir apabila proses skrining gizi pasien baru dilakukan secara efektif. RSUD Cideres Kabupaten Majalengka menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) sebagai instrument skrining gizi. Namun penggunaan MST memiliki keterbatasan dalam mengkuantifikasikan penurunan berat badan . Simple Nutrition Screening Tool (SNST) merupakan instrumen skrining gizi yang dikembangkan menurut populasi Indonesia. Oleh karena itu instrumen SNST dapat menjadi solusi alternatif dalam mengatasi kelemahan MST.Tujuan: membandingkan persepsi perawat dalam penggunaan MST dan SNST sebagai instrument skrining gizi di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka.Metode: Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam, kemudian dilakukan triangulasi metode dan referensi wawancara mendalam difokuskan pada pada bagaimana pemahaman, cara pandang, atau penafsiran narasumber tentang aspek kemudahan penggunaan kedua instrumen tersebut.Hasil: sebanyak lima narasumber menyatakan MST lebih unggul dibandingkan dengan SNST. Berdasarkan durasi, pelaksanaan skrining gizi dengan MST lebih singkat dibanding SNST. Lima narasumber menyatakan instrument MST lebih mudah dipelajari daripada SNST. Instrumen MST berdasarkan kebutuhan lebih sesuai jika dibandingkan SNST karena lebih sederhana sehingga lebih efisien. Sebagian narasumber menyatakan bahwa pertanyaan yang terdapat pada MST lebih tepat untuk digunakan karena lebih mudah dipahami dan di sampaikan kepada pasien.Simpulan: Penggunaan MST sebagai instrument skrining gizi lebih disukai dibandingkan dengan SNST. ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88972811","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT Background: Physical fitness is something that needs to be considered by teenagers because it can relate to aspects of their health. Factors of physical fitness can be influenced by several things, such as hemoglobin levels, nutritional status, percent fat, and physical activity.Objectives: The purpose of this study to determine the relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent fat and physical activity with the physical fitness of female adolescents at MAN 2 Kota SemarangMethods: This research was conducted using a cross-sectional design with a total sample of 87 female students. The sample was collected with proportionate stratified sampling. Data on hemoglobin levels were taken from capillary blood which were then measured using the kapiler blood with Point of Care Testing (easytouch GCHB brand), while nutritional status was measured using the BMI/U indicator, percent fat using the BIA tool and physical activity was measured using the IPAQ questionnaire. Bivariate analysis in this study used the Gamma test and multivariate used the ordinal logistic regression test.Results The results of this study showed that the samples had normal hemoglobin levels (67.8%), good nutritional status (79.3%), normal fat percentage (67.8%) and strenuous physical activity (49.4%). The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between hemoglobin level (p<0.001), nutritional status (p= 0.005), percent fat (p<0.001) and physical activity (p<0.001) and physical fitness of female adolescents. Conclusion: There is a relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent body fat and physical activity with the physical fitness of young women and what most influences the physical fitness of young women is nutritional status.Keywords: Hemoglobin level; Nutritional status; Percent fat; Physical activity; Physical fitness.ABSTRAKLatar belakang: Kebugaran jasmani merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh remaja karena dapat berhubungan dengan aspek kesehatannya. Faktor kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri di MAN 2 Kota Semarang.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang siswi. Sampil diambil dengan menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data kadar hemoglobin diambil dari darah kapiler yang kemudian diukur dengan menggunakan darah kapiler metode digital (Point of Care Testing) merk easytouch GCHB, sedangkan status gizi diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), persen lemak dengan menggunakan alat bioimpedance analysis (BIA) dan aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire
摘要背景:身体健康是青少年需要考虑的事情,因为它关系到他们健康的各个方面。身体健康的因素可以受到几个因素的影响,比如血红蛋白水平、营养状况、脂肪百分比和身体活动。目的:本研究的目的是确定曼2哥打semaran女青少年血红蛋白水平、营养状况、脂肪百分比和体力活动与身体健康的关系。方法:本研究采用横断面设计,共抽样87名女学生。样本采集采用比例分层抽样。血红蛋白水平数据取自毛细血管血,然后使用卡珀尔血液与护理点测试(easytouch GCHB品牌)进行测量,营养状况使用BMI/U指标测量,使用BIA工具测量脂肪百分比,使用IPAQ问卷测量体力活动。本研究的双变量分析采用Gamma检验,多变量分析采用有序逻辑回归检验。结果血色素正常(67.8%),营养状况良好(79.3%),脂肪率正常(67.8%),体力活动剧烈(49.4%)。双变量分析结果显示,女性青少年的血红蛋白水平(p<0.001)、营养状况(p= 0.005)、脂肪百分比(p<0.001)和体力活动(p<0.001)与身体健康存在相关性。结论:年轻女性血红蛋白水平、营养状况、体脂率和体力活动与身体健康有一定的关系,而对身体健康影响最大的是营养状况。关键词:血红蛋白水平;营养状况;脂肪百分比;身体活动;身体健康。【摘要】中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:Faktor kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh beberapa halperperti kadar血红蛋白,状态gizi,人的lemak和活动性finisik。图胡安:图胡安dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, person lemak dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri di MAN 2哥打三宝朗。方法:Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan设计了横断面dengan jumlah样品sebanyak 87猩猩siswi。丹安,孟古纳坎,比例分层抽样。数据卡达尔血红蛋白diambil dari darah kapiler yang kemudian diukur dengan menggunakan方法数字(护理点测试)标记easytouch GCHB, sedangkan状态gizi diukur dengan menggunakan指标指标Massa Tubuh menuut umur (IMT/U),个人lemak dengan menggunakan生物阻抗分析(BIA)和aktivitas fidiukur dengan menggunakan国际体育活动问卷(IPAQ)。一元一元一元一元回归logistic序数分析。Hasil分析双变量menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kadar血红蛋白(p< 0.001),状态gizi (p= 0.005), person lemak (p< 0.001)和活动蛋白fisik (p< 0.001), dengan kebugaran jasmani remaja putri。猴:Terdapat hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, person lemak tubuh dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri。变量状态gizi yitu变量yang paling berpengaruh terhadap kebugaran jasmani。Kata Kunci: Aktivitas fisik;阿提拉·血红蛋白;Kebugaran jasmani;Persen laksa;gizi地位。
{"title":"ANALISIS FAKTOR DETERMINAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH","authors":"Angga Hardiansyah, Aratsia Wahdinia Alamsah, Ines Rohmattul Hinyah, Moh Arifin","doi":"10.14710/jnc.v12i2.36755","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jnc.v12i2.36755","url":null,"abstract":"ABSTRACT Background: Physical fitness is something that needs to be considered by teenagers because it can relate to aspects of their health. Factors of physical fitness can be influenced by several things, such as hemoglobin levels, nutritional status, percent fat, and physical activity.Objectives: The purpose of this study to determine the relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent fat and physical activity with the physical fitness of female adolescents at MAN 2 Kota SemarangMethods: This research was conducted using a cross-sectional design with a total sample of 87 female students. The sample was collected with proportionate stratified sampling. Data on hemoglobin levels were taken from capillary blood which were then measured using the kapiler blood with Point of Care Testing (easytouch GCHB brand), while nutritional status was measured using the BMI/U indicator, percent fat using the BIA tool and physical activity was measured using the IPAQ questionnaire. Bivariate analysis in this study used the Gamma test and multivariate used the ordinal logistic regression test.Results The results of this study showed that the samples had normal hemoglobin levels (67.8%), good nutritional status (79.3%), normal fat percentage (67.8%) and strenuous physical activity (49.4%). The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship between hemoglobin level (p<0.001), nutritional status (p= 0.005), percent fat (p<0.001) and physical activity (p<0.001) and physical fitness of female adolescents. Conclusion: There is a relationship between hemoglobin levels, nutritional status, percent body fat and physical activity with the physical fitness of young women and what most influences the physical fitness of young women is nutritional status.Keywords: Hemoglobin level; Nutritional status; Percent fat; Physical activity; Physical fitness.ABSTRAKLatar belakang: Kebugaran jasmani merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh remaja karena dapat berhubungan dengan aspek kesehatannya. Faktor kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin, status gizi, persen lemak dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani remaja putri di MAN 2 Kota Semarang.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang siswi. Sampil diambil dengan menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data kadar hemoglobin diambil dari darah kapiler yang kemudian diukur dengan menggunakan darah kapiler metode digital (Point of Care Testing) merk easytouch GCHB, sedangkan status gizi diukur dengan menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), persen lemak dengan menggunakan alat bioimpedance analysis (BIA) dan aktivitas fisik diukur dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire ","PeriodicalId":16594,"journal":{"name":"Journal of Nutrition College","volume":"49 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84081372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}