Pub Date : 2022-12-14DOI: 10.15408/jisi.v3i2.29668
Eggy Anugrah, H. Prasetyo
Abstract. This study discusses a comparative study of social capital in primordial and franchise-based Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) with a case study of the Roti Chilma and Roti Kepo business groups. The discussion of this article is focused on the pattern and process of social capital formation in the two groups of bakery businesses, then compares the implementation of social capital in the two business groups. Through a qualitative comparative study approach by dissecting the three main elements of Francis Fukuyama's social capital, namely norms, networks, and trust, this article finds that there are similarities and differences in utilizing the potential of social capital in the two business groups. In the norm aspect, the similarities between the two groups are found in the implementation of informal norms and the consequences for violators of the rules, while the differences are in the member recruitment system, group structure, and product marketing methods. In the network element, the two business groups have differences in the formation of social group identity, the network in the Roti Chilma group is formed because of a shared identity (ethnicity, fate, and area of origin) while the Roti Kepo group is formed on a formal consensus. The aspect of trust acts as a lubricant for cooperative activities in groups as well as preventive actions in dealing with difficulties that arise in the process of achieving their goals.Keywords: MSMEs, social capital, primordial, franchise. Abstrak. Penelitian ini membahas mengenai studi perbandingan modal sosial pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis primordial dan franchise dengan studi kasus kelompok usaha Roti Chilma dan Roti Kepo. Pembahasan artikel ini difokuskan pada pola dan proses terbentuknya modal sosial pada kedua kelompok usaha roti tersebut, kemudian melakukan perbandingan mengenai implementasi modal sosial pada kedua kelompok usaha tersebut. Melalui pendekatan studi komparatif kualitatif dengan membedah tiga unsur utama modal sosial Francis Fukuyama yakni norma, jaringan, dan kepercayaan, artikel ini menemukan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam memanfaatkan potensi modal sosial pada kedua kelompok usaha tersebut. Pada aspek norma persamaan kedua kelompok tersebut terdapat pada diberlakukannya norma informal dan konsekuensi bagi pelanggar aturan, sedangkan perbedaan terdapat pada sistem rekrutmen anggota, struktur kelompok, dan cara pemasaran produk. Pada unsur jaringan kedua kelompok usaha tersebut memiliki perbedaan pada pembentukan identitas kelompok sosial, jaringan dalam kelompok Roti Chilma terbentuk karena adanya identitas bersama (suku, nasib, dan daerah asal) sementara kelompok Roti Kepo terbentuk atas konsensus yang bersifat formal. Adapun aspek kepercayaan berperan sebagai pelumas aktivitas kerja sama dalam kelompok serta tindakan preventif dalam menghadapi kesulitan yang muncul dalam proses mencapai tujuannya.Kata Kunci: UMKM, modal sosial, pri
摘要本研究以Roti Chilma和Roti Kepo商业集团为例,对原始和特许经营的中小微企业(MSMEs)的社会资本进行了比较研究。本文着重讨论了两类烘焙企业社会资本形成的模式和过程,并对两类烘焙企业社会资本的实施情况进行了比较。本文通过定性比较研究的方法,剖析弗朗西斯·福山社会资本的三个主要要素,即规范、网络和信任,发现两个企业集团在利用社会资本潜力方面既有相似之处,也有差异。在规范方面,两个群体在非正式规范的执行和违反规则的后果方面存在相似之处,而在成员招募制度、群体结构和产品营销方式方面存在差异。在网络元素上,两个商业群体在社会群体身份的形成上存在差异,Roti Chilma群体中的网络是由于共同的身份(种族、命运、原籍地区)而形成的,而Roti Kepo群体是在正式的共识上形成的。信任方面是群体合作活动的润滑剂,也是处理在实现其目标过程中出现的困难的预防性行动的润滑剂。关键词:中小微企业;社会资本;原始性;Abstrak。Penelitian ini成员有mengenai研究和模式社会模式Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)基础原始dan特许经营denengan研究kasus kelompok Usaha Roti Chilma dan Roti Kepo。Pembahasan artikel ini difokuskan pada pola提出了terbentuknya模态社会pagada kedua kelompok usaha roti tersebut, kemudian melakukan perbandingand mengenai实现了模态社会pagada kedua kelompok usaha tersebut。Francis Fukuyama yakni norma, jaringan, dan keperkayan, artikel ini menemukan和bahwa terdapat persamaan和dalam memanfaatkan潜在的模态社会paga kedua kelompok usaha tersebut。普通话说的是norma persamaan和kedua kelompok,但是terdapat Pada diberlakukannya norma非正式的dan konsekuensi bagi pelanggar aturan, sedangkan perbedaan和terdapat Pada系统rekrutmen anggota, strucktur kelompok, dan cara pemasaran产品。Pada unsur jaringan kedua kelompok usaha tersebut memiliki perbedaan Pada pembentukan identitas kelompok social, jaringan dalam kelompok Roti Chilma terbentukkarena adanya identitas bersama (suku, nasib, dan daerah asal) sementara kelompok Roti Kepo terbentukatas konsensus yang bersfat formal。西藏自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区。Kata Kunci: UMKM,模态社会,原始,特许经营。
{"title":"Modal Sosial pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berbasis Primordial dan Franchise","authors":"Eggy Anugrah, H. Prasetyo","doi":"10.15408/jisi.v3i2.29668","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i2.29668","url":null,"abstract":"Abstract. This study discusses a comparative study of social capital in primordial and franchise-based Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) with a case study of the Roti Chilma and Roti Kepo business groups. The discussion of this article is focused on the pattern and process of social capital formation in the two groups of bakery businesses, then compares the implementation of social capital in the two business groups. Through a qualitative comparative study approach by dissecting the three main elements of Francis Fukuyama's social capital, namely norms, networks, and trust, this article finds that there are similarities and differences in utilizing the potential of social capital in the two business groups. In the norm aspect, the similarities between the two groups are found in the implementation of informal norms and the consequences for violators of the rules, while the differences are in the member recruitment system, group structure, and product marketing methods. In the network element, the two business groups have differences in the formation of social group identity, the network in the Roti Chilma group is formed because of a shared identity (ethnicity, fate, and area of origin) while the Roti Kepo group is formed on a formal consensus. The aspect of trust acts as a lubricant for cooperative activities in groups as well as preventive actions in dealing with difficulties that arise in the process of achieving their goals.Keywords: MSMEs, social capital, primordial, franchise. Abstrak. Penelitian ini membahas mengenai studi perbandingan modal sosial pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis primordial dan franchise dengan studi kasus kelompok usaha Roti Chilma dan Roti Kepo. Pembahasan artikel ini difokuskan pada pola dan proses terbentuknya modal sosial pada kedua kelompok usaha roti tersebut, kemudian melakukan perbandingan mengenai implementasi modal sosial pada kedua kelompok usaha tersebut. Melalui pendekatan studi komparatif kualitatif dengan membedah tiga unsur utama modal sosial Francis Fukuyama yakni norma, jaringan, dan kepercayaan, artikel ini menemukan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam memanfaatkan potensi modal sosial pada kedua kelompok usaha tersebut. Pada aspek norma persamaan kedua kelompok tersebut terdapat pada diberlakukannya norma informal dan konsekuensi bagi pelanggar aturan, sedangkan perbedaan terdapat pada sistem rekrutmen anggota, struktur kelompok, dan cara pemasaran produk. Pada unsur jaringan kedua kelompok usaha tersebut memiliki perbedaan pada pembentukan identitas kelompok sosial, jaringan dalam kelompok Roti Chilma terbentuk karena adanya identitas bersama (suku, nasib, dan daerah asal) sementara kelompok Roti Kepo terbentuk atas konsensus yang bersifat formal. Adapun aspek kepercayaan berperan sebagai pelumas aktivitas kerja sama dalam kelompok serta tindakan preventif dalam menghadapi kesulitan yang muncul dalam proses mencapai tujuannya.Kata Kunci: UMKM, modal sosial, pri","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133318586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-14DOI: 10.15408/jisi.v3i2.29670
R. Liddle, Saiful Mujani, D. Irvani
Abstract. Studies on the relationship between family politics and democracy are inconclusive. A number of studies suggest that family politics weakens democracy, and some other studies found that family politics does not matter to democracy, and some other works on the issue even reveals that family politics strenghthens democracy. This article is to report the result of a study about the relationships between family politics and democratic support and performance. Mass support for democracy is an indicator of democratic consolidation at the attitudinal level, and mass assessment of democratic performance is also crucial to the extent in which a democracy performs. In addition, this article addresses the issue how political knowledge of family politics predicts support for family politics. Lack of political knowledge among the massess in developing democracy is probably responsible for the support for family politics. This article relies on relevant data of a nation wide public opinion survey of the fourth largest electorate in the world, Indonesian voter. The findings of this study are: Indonesian voters are in general negative towards family politics; attitudes toward family politics do not matter to democratic support, but explain significantly assessment of democratic performance: negative attitude towards family politics decreases positive assessment of democratic performance. This pattern indicates a syndrome of critical citizens, i.e. political knowledge and education reject family politics which positively assesses democratic performance. Family politics does not demand a better democratic performance. Education does.Keywords: Democracy, democratic performance, family politics, critical citizen, political knowledge, education, Indonesia. Abstrak. Studi tentang hubungan antara dinasti politik dan demokrasi sejauh ini belum menghasilkan kesimpulan yang konklusif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dinasti politik telah melemahkan demokrasi, tapi sebagian penelitian yang lain menyebut dinasti politik tidak masalah bagi demokrasi, bahkan memperkuat demokrasi itu sendiri. Artikel ini menampilkan hasil kajian tentang hubungan antara dinasti politik dengan dukungan dan kinerja demokrasi. Dukungan publik terhadap demokrasi merupakan indikator konsolidasi demokrasi pada level sikap, dan penilaian massa terhadap kinerja demokrasi juga penting untuk menguji sejauh mana demokrasi bekerja. Selain itu, artikel ini mengangkat isu bagaimana pengetahuan politik tentang dinasti politik memprediksi dukungan terhadap politik kekeluargaan. Kurangnya pengetahuan politik warga di negara demokrasi yang sedang berkembang menjelaskan mengapa warga mendukung dinasti politik. Artikel ini menggunakan data survei opini publik nasional di negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yakni Indonesia. Temuan dari penelitian ini adalah: Pemilih Indonesia secara umum bersikap negatif terhadap dinasti politik. Meskipun sikap publik terhadap dinasti pol
摘要关于家庭政治与民主关系的研究尚无定论。一些研究认为家庭政治削弱了民主,还有一些研究发现家庭政治对民主并不重要,还有一些关于这个问题的著作甚至揭示了家庭政治加强了民主。本文报告了一项关于家庭政治与民主支持和绩效之间关系的研究结果。民众对民主的支持是民主在态度层面巩固的一个指标,民众对民主表现的评估对民主表现的程度也至关重要。此外,本文还探讨了家庭政治的政治知识如何预测家庭政治的支持。在民主发展过程中,民众缺乏政治知识可能是支持家庭政治的原因。本文依据的是世界第四大选民——印度尼西亚选民的全国民意调查的相关数据。本研究发现:印尼选民普遍对家庭政治持否定态度;对家庭政治的态度与民主支持度无关,但显著解释了民主绩效的评价:对家庭政治的消极态度降低了对民主绩效的积极评价。这种模式表明了一种批判公民综合症,即政治知识和教育拒绝积极评价民主表现的家庭政治。家族政治并不要求更好的民主表现。教育。关键词:民主、民主表现、家庭政治、批判公民、政治知识、教育、印尼。Abstrak。研究对象是土耳其的政治和民主问题,主要研究对象是俄罗斯的政治和民主问题。Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dinasti politik telah melemahkan demokrasi, tapi sebagian penelitian yang lain menyei但是dinasti politik tidak masalah bagi demokrasi, bakan成员kukuat demokrasi是sendiri。阿蒂克尔说:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Dukungan public likk terhadap demokrasi merupakan指标konsolidasdemokrasi paada水平sikap,但penilaian massa terhadap kinerja demokrasi juga penting untuk menguji sejauh mana demokrasi bekerja。Selain itu, artikel ini mengangkat isu bagaimana pengetahuan政治,tendiasti政治成员dukungan, hadap政治,kekeluargaan。Kurangnya pengetahuan政治,warga di negara民主,yang sedang berkembang menjelaskan mengapa warga mendukung dinasti政治。Artikel ini mongunakan数据调查,民意调查,公共国家数据调查,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析。Temuan dari penelitian ini adalah: Pemilih Indonesia secara umum bersikap负面的印尼政治。Meskipun sikipun公共关系,即公共关系,即公共关系,即公共关系,即政治关系,即公共关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即政治关系,即民主关系,即民主关系。波兰是民主的象征,波兰是民主的象征,波兰是民主的象征,波兰是民主的象征,波兰是民主的象征。乌克兰的政治进程是民主的进程,民主是民主的进程。Pendidikan just stru sebaliknya。Kata Kunci:民主,民主,dinasti政治,warga kritis, pengetahuan政治,pendidikan,印度尼西亚。
{"title":"Support for Family Politics and Democracy: Evidence From Indonesia","authors":"R. Liddle, Saiful Mujani, D. Irvani","doi":"10.15408/jisi.v3i2.29670","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i2.29670","url":null,"abstract":"Abstract. Studies on the relationship between family politics and democracy are inconclusive. A number of studies suggest that family politics weakens democracy, and some other studies found that family politics does not matter to democracy, and some other works on the issue even reveals that family politics strenghthens democracy. This article is to report the result of a study about the relationships between family politics and democratic support and performance. Mass support for democracy is an indicator of democratic consolidation at the attitudinal level, and mass assessment of democratic performance is also crucial to the extent in which a democracy performs. In addition, this article addresses the issue how political knowledge of family politics predicts support for family politics. Lack of political knowledge among the massess in developing democracy is probably responsible for the support for family politics. This article relies on relevant data of a nation wide public opinion survey of the fourth largest electorate in the world, Indonesian voter. The findings of this study are: Indonesian voters are in general negative towards family politics; attitudes toward family politics do not matter to democratic support, but explain significantly assessment of democratic performance: negative attitude towards family politics decreases positive assessment of democratic performance. This pattern indicates a syndrome of critical citizens, i.e. political knowledge and education reject family politics which positively assesses democratic performance. Family politics does not demand a better democratic performance. Education does.Keywords: Democracy, democratic performance, family politics, critical citizen, political knowledge, education, Indonesia. Abstrak. Studi tentang hubungan antara dinasti politik dan demokrasi sejauh ini belum menghasilkan kesimpulan yang konklusif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dinasti politik telah melemahkan demokrasi, tapi sebagian penelitian yang lain menyebut dinasti politik tidak masalah bagi demokrasi, bahkan memperkuat demokrasi itu sendiri. Artikel ini menampilkan hasil kajian tentang hubungan antara dinasti politik dengan dukungan dan kinerja demokrasi. Dukungan publik terhadap demokrasi merupakan indikator konsolidasi demokrasi pada level sikap, dan penilaian massa terhadap kinerja demokrasi juga penting untuk menguji sejauh mana demokrasi bekerja. Selain itu, artikel ini mengangkat isu bagaimana pengetahuan politik tentang dinasti politik memprediksi dukungan terhadap politik kekeluargaan. Kurangnya pengetahuan politik warga di negara demokrasi yang sedang berkembang menjelaskan mengapa warga mendukung dinasti politik. Artikel ini menggunakan data survei opini publik nasional di negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, yakni Indonesia. Temuan dari penelitian ini adalah: Pemilih Indonesia secara umum bersikap negatif terhadap dinasti politik. Meskipun sikap publik terhadap dinasti pol","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116803146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-14DOI: 10.15408/jisi.v3i2.26748
Afif Notodewo, Yon Machmudi
Abstract. Saudi Arabia and its ally, UAE (United Arab Emirates), Bahrain, and Egypt decided to end their diplomatic relations with Qatar and at the same time blockade Qatar through land, sea, and air in 2017. Saudi and its ally deemed that Qatar's relations and proximity with Iran and Turkey threaten their existence in the Gulf. But, there are political changes between Saudi and its ally with Qatar in 2021 which is marked by cooperation among them. This research will disclose the main reason why Saudi and Qatar decided to normalize their relationship which there are diplomatic changes in both states. This research uses grand theory neorealism and its middle theory relative gain and prisoner’s dilemma as analytical tools. As the result, there is a struggle for hegemony and geopolitical between Saudi Arabia, Iran, and Turkey in the Middle East and add with political change in the United States of America in which Joe Biden come to power and the spreading of Covid 19.Keywords: Saudi Arabia; Qatar; Neorealism; Relative Gain; Prisoner’s Dilemma. Abstrak. Arab Saudi beserta aliansinya, yaitu UEA (Uni Emirat Arab), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar serta melakukan blokade jalur darat, air, dan udara pada 2017. Saudi dan aliansinya menganggap kedekatan Qatar dengan Iran dan Turki yang mengancam eksistensi mereka di kawasan Teluk. Namun, pada 2021 dunia dikagetkan dengan normalisasi hubungan antara kedua belah pihak ditandai dengan kerjasama. Penelitian ini membahas alasan mengapa Saudi dan Qatar melakukan normalisasi hubungan? Penelitian ini menggunakan kacamata grand theory neorealisme beserta teori relative gain dan prisoner’s dilemma. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat perebutan hegemoni antara Saudi, Iran, dan Turki. Serta kondisi yang tidak menguntungkan Saudi seperti terpilihnya Joe Biden dan merebaknya pandemi Covid 19. Kata Kunci: Arab Saudi; Qatar; Neorealisme; Relative Gain; Prisoner’s dilemma.
摘要。2017年,沙特阿拉伯及其盟友阿联酋、巴林、埃及决定结束与卡塔尔的外交关系,同时对卡塔尔进行海、陆、空封锁。沙特及其盟友认为,卡塔尔与伊朗和土耳其的关系及其邻近威胁到它们在海湾地区的存在。但是,2021年沙特与其盟友卡塔尔之间的政治变化将以合作为标志。本研究将揭示沙特和卡塔尔决定关系正常化的主要原因,这两个国家都有外交变化。本研究以大理论新现实主义及其中间理论相对收益和囚徒困境为分析工具。因此,中东地区的沙特阿拉伯、伊朗、土耳其之间展开了霸权和地缘政治斗争,拜登上台的美国政局也发生了变化,新冠肺炎疫情也在蔓延。关键词:沙特阿拉伯;卡塔尔;新现实主义;相对增益;囚徒困境。Abstrak。阿拉伯沙特阿拉伯,阿拉伯联合酋长国,巴林,丹·梅西尔·梅穆图斯坎·胡邦甘外交使团,卡塔尔,塞塔·梅拉库坎封锁贾鲁尔达拉特,空中,丹·乌达拉帕达2017。沙特阿拉伯,卡塔尔,伊朗,土耳其,土耳其。Namun, pada, 2021年12月1日,dunia dikagetkan dengan normalisisi hubungan antara kedua belah pihak dandai dengan kerjasama。Penelitian ini成员有alasan mengapa沙特阿拉伯卡塔尔melakukan normalisasi hubungan?Penelitian, ini menggunakan, kacamata,大理论,新现实主义,相对收益和囚徒困境。Hasilnya ditemukan bahwa terdapat perebubuan霸权,包括沙特、伊朗和土耳其。沙特副总统乔·拜登与新冠肺炎疫情有关。Kata Kunci:阿拉伯沙特;卡塔尔;Neorealisme;相对增益;囚徒困境。
{"title":"Analisis Normalisasi Hubungan Arab Saudi dengan Qatar Tahun 2021","authors":"Afif Notodewo, Yon Machmudi","doi":"10.15408/jisi.v3i2.26748","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i2.26748","url":null,"abstract":"Abstract. Saudi Arabia and its ally, UAE (United Arab Emirates), Bahrain, and Egypt decided to end their diplomatic relations with Qatar and at the same time blockade Qatar through land, sea, and air in 2017. Saudi and its ally deemed that Qatar's relations and proximity with Iran and Turkey threaten their existence in the Gulf. But, there are political changes between Saudi and its ally with Qatar in 2021 which is marked by cooperation among them. This research will disclose the main reason why Saudi and Qatar decided to normalize their relationship which there are diplomatic changes in both states. This research uses grand theory neorealism and its middle theory relative gain and prisoner’s dilemma as analytical tools. As the result, there is a struggle for hegemony and geopolitical between Saudi Arabia, Iran, and Turkey in the Middle East and add with political change in the United States of America in which Joe Biden come to power and the spreading of Covid 19.Keywords: Saudi Arabia; Qatar; Neorealism; Relative Gain; Prisoner’s Dilemma. Abstrak. Arab Saudi beserta aliansinya, yaitu UEA (Uni Emirat Arab), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar serta melakukan blokade jalur darat, air, dan udara pada 2017. Saudi dan aliansinya menganggap kedekatan Qatar dengan Iran dan Turki yang mengancam eksistensi mereka di kawasan Teluk. Namun, pada 2021 dunia dikagetkan dengan normalisasi hubungan antara kedua belah pihak ditandai dengan kerjasama. Penelitian ini membahas alasan mengapa Saudi dan Qatar melakukan normalisasi hubungan? Penelitian ini menggunakan kacamata grand theory neorealisme beserta teori relative gain dan prisoner’s dilemma. Hasilnya ditemukan bahwa terdapat perebutan hegemoni antara Saudi, Iran, dan Turki. Serta kondisi yang tidak menguntungkan Saudi seperti terpilihnya Joe Biden dan merebaknya pandemi Covid 19. Kata Kunci: Arab Saudi; Qatar; Neorealisme; Relative Gain; Prisoner’s dilemma.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"94 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117167724","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-14DOI: 10.15408/jisi.v3i2.29674
Annajmatul Istiqlali
Abstract. This article aims to identify the role and resistance of Banjar Selasih women in land grabbing conflicts and the struggle for living space through ecofeminism studies. Specifically, the author wants to see how far the contribution of ecofeminism in explaining the domination and discrimination experienced by both the environment and women, with the assumption that these conditions originate from the same problem, namely, patriarchal culture. So that the struggle carried out by Banjar Selasih women for the earth is actually included in the struggle for social-ecological justice and equality. Using a qualitative case study approach, this study indicated that there are factors behind the active participation of Banjar Selasih women in the struggle for living space such as caring for and maintaining, maintaining culture and customs, rejection of domination, and emancipation from tradition which the author then examines through ecofeminism studies with the assumption that feminism and ecology movements actually have mutually reinforcing goals, both want to build a view of the world and its practice that is not based on domination.Keywords: Ecofeminism, Women's Role, Women’s Living Space Dispute, Women's Resistance, Land deprivation. Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan perlawanan perempuan Banjar Selasih dalam konflik perampasan tanah dan perebutan ruang hidup melalui studi ekofeminisme. Secara spesifik penulis akan melihat sejauh mana studi ekofeminisme dapat menjelaskan dominasi serta diskriminasi yang dialami baik oleh lingkungan hidup maupun perempuan, dengan dugaan bahwa kondisi tersebut bersumber dari problem yang sama yakni budaya patriarki. Sehingga perjuangan yang dilakukan oleh perempuan Banjar Selasih untuk bumi sejatinya termasuk ke dalam perjuangan demi keadilan dan kesetaraan sosial-ekologis. Melalui studi kasus kualitatif, studi ini menemukan bahwa terdapat faktor yang melatarbelakangi aktifnya perempuan Banjar Selasih dalam upaya perebutan ruang hidup seperti merawat dan memelihara, menjaga budaya dan adat, penolakan atas dominasi, serta emansipasi dari tradisi. Melalui studi ekofeminisme penulis menyimpulkan bahwa gerakan feminisme dan ekologi sejatinya mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia yang tidak berdasarkan dominasi.Kata Kunci: Ekofeminisme, Peran Perempuan, Perebutan Ruang hidup, Perlawanan Perempuan, Perampasan tanah.
摘要本文旨在通过生态女性主义研究来确定班加尔塞拉西族妇女在土地掠夺冲突和生存空间斗争中的角色和反抗。具体来说,作者想看看生态女性主义在解释环境和女性所经历的统治和歧视方面的贡献有多大,假设这些条件源于同一个问题,即父权文化。因此,班贾尔·塞拉西妇女为地球所进行的斗争实际上包含在争取社会生态正义和平等的斗争中。本研究采用定性案例研究的方法,指出班贾尔塞拉西族妇女积极参与生存空间的斗争背后有一些因素,如关心和维护,维护文化和习俗,拒绝统治,从传统中解放出来,作者随后通过生态女性主义研究来考察这些因素,并假设女权主义和生态运动实际上具有相互促进的目标。两者都希望建立一种不以统治为基础的世界观及其实践。关键词:生态女性主义,女性角色,女性生存空间之争,女性反抗,土地剥夺Abstrak。Artikel ini bertujuan untuk mengidentifii peran an perlawanan perempuan Banjar Selasih dalam konflik perampasan tanah danperebutan ruang hidup melalui study ekoffeminist。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”Melalui studi kasus kalitf, studi ini menemukan bahwa terdapatfaki aktifnya perempuan Banjar Selasih dalam upaya perebutan ruang hidup seperti merawat dan memelihara, menjaga budaya danadat, penolakan atas dominasi, serta emansipasi dari tradisi。女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究,女性主义的研究。我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Kata Kunci:女性主义,Peran Perempuan, Perebutan Ruang hidup, Perlawanan Perempuan, Perampasan tanah。
{"title":"Peran Perempuan dalam Merebut Ruang Hidup: Studi Ekofeminisme Tentang Perlawanan Perempuan di Banjar Selasih, Bali","authors":"Annajmatul Istiqlali","doi":"10.15408/jisi.v3i2.29674","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i2.29674","url":null,"abstract":"Abstract. This article aims to identify the role and resistance of Banjar Selasih women in land grabbing conflicts and the struggle for living space through ecofeminism studies. Specifically, the author wants to see how far the contribution of ecofeminism in explaining the domination and discrimination experienced by both the environment and women, with the assumption that these conditions originate from the same problem, namely, patriarchal culture. So that the struggle carried out by Banjar Selasih women for the earth is actually included in the struggle for social-ecological justice and equality. Using a qualitative case study approach, this study indicated that there are factors behind the active participation of Banjar Selasih women in the struggle for living space such as caring for and maintaining, maintaining culture and customs, rejection of domination, and emancipation from tradition which the author then examines through ecofeminism studies with the assumption that feminism and ecology movements actually have mutually reinforcing goals, both want to build a view of the world and its practice that is not based on domination.Keywords: Ecofeminism, Women's Role, Women’s Living Space Dispute, Women's Resistance, Land deprivation. Abstrak. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran dan perlawanan perempuan Banjar Selasih dalam konflik perampasan tanah dan perebutan ruang hidup melalui studi ekofeminisme. Secara spesifik penulis akan melihat sejauh mana studi ekofeminisme dapat menjelaskan dominasi serta diskriminasi yang dialami baik oleh lingkungan hidup maupun perempuan, dengan dugaan bahwa kondisi tersebut bersumber dari problem yang sama yakni budaya patriarki. Sehingga perjuangan yang dilakukan oleh perempuan Banjar Selasih untuk bumi sejatinya termasuk ke dalam perjuangan demi keadilan dan kesetaraan sosial-ekologis. Melalui studi kasus kualitatif, studi ini menemukan bahwa terdapat faktor yang melatarbelakangi aktifnya perempuan Banjar Selasih dalam upaya perebutan ruang hidup seperti merawat dan memelihara, menjaga budaya dan adat, penolakan atas dominasi, serta emansipasi dari tradisi. Melalui studi ekofeminisme penulis menyimpulkan bahwa gerakan feminisme dan ekologi sejatinya mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia yang tidak berdasarkan dominasi.Kata Kunci: Ekofeminisme, Peran Perempuan, Perebutan Ruang hidup, Perlawanan Perempuan, Perampasan tanah.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"25 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120921147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-14DOI: 10.15408/jisi.v3i2.29669
Maulana Raja Aisyana
Abstract. The state has an important role in managing the energy management needed by the community. But no less important is the regulation of the impact of energy management, namely energy waste. One of Indonesia's largest energy sources comes from coal with the resulting waste called Fly Ash and Bottom Ash (FABA) waste. Initially the government determined FABA waste as hazardous waste (B3), but a new policy emerged that made FABA waste as waste that could be utilized. What are the factors that caused the change? This question is interesting because the policy change invites debate in various perspectives, such as political economy and environmental politics. Through a qualitative approach and a political policy approach, this article finds that policy change is a long process based on factual findings and actual experiences in other countries. The debate arose because there were no convincing steps that became the basis for the seriousness of implementing the previous policy, so it was feared that the new policy would not have a positive impact, or even a destructive impact on the interests of the community.Keywords: Policy Politics, Hazardous Waste, FABA Waste (Fly Ash and Bottom Ash), Utilization and Management Abstrak. Negara mempunyai peran penting dalam menata pengelolaan energi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun tidak kalah pentingnya adalah pengaturan dampak dari pengelolaan energi tersebut, yaitu limbah energi. Salah satu sumber energi Indonesia yang terbesar adalah berasal dari batu bara dengan limbah yang dihasilkan yang disebut dengan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA). Awalnya pemerintah menetapkan limbah FABA sebagai limbah berbahaya (B3), namun muncul kebijakan baru yang menjadikan limbah FABA sebagai limbah yang bisa dimanfaatkan. Apa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut. Pertanyaan ini menarik karena perubahan kebijakan tersebut mengundang perdebatan dalam beragam perspektif, seperti ekonomi politik dan politik lingkungan. Melalui pendekatan kualitatif dan pendekatan politik kebijakan, artikel ini menemukan bahwa perubahan kebijakan tersebut merupakan proses panjang berdasarkan temuan faktual dan pengalaman actual di negara-negara lain. Perdebatan muncul karena belum adanya langkah yang meyakinkan dan menjadi pijakan bagi keseriusan implementasi kebijakan sebelumnya, sehingga kebijakan baru dikhawatirkan tidak memiliki dampak positif, atau malah sebaliknya dampak destruktif bagi kepentingan masyarakat.Kata Kunci: Politik Kebijakan, Limbah B3, Limbah FABA (Fly Ash and Bottom Ash), Pemanfaatan dan Pengelolaan.
摘要国家在管理社区所需的能源管理方面发挥着重要作用。但同样重要的是监管对能源管理的影响,即能源浪费。印尼最大的能源来源之一是煤炭,其产生的废物被称为飞灰和底灰(FABA)废物。最初,政府将FABA废物确定为危险废物(B3),但新的政策出现,使FABA废物成为可以利用的废物。造成这种变化的因素是什么?这个问题很有趣,因为政策的变化引发了政治经济学和环境政治等不同角度的辩论。本文通过定性方法和政治政策方法,结合事实发现和其他国家的实际经验,发现政策变化是一个长期的过程。争论的起因是没有令人信服的步骤成为认真执行先前政策的基础,因此担心新政策不会对社会利益产生积极影响,甚至会产生破坏性影响。关键词:政策政治;危险废物;FABA废物(飞灰和底灰);Negara mempunyya peran penpenam menata penelolaan energi yang dibutuhkan oleh masyarakat。Namun tidak kalah pentingnya adalah pengaturan danpak dari pengelolaan energi tersebut, yitu limbah energi。Salah satu sumber energi Indonesia, yang terbesar adalah berasal dari batu bara dengan limbah yang dihasilkan yang disebut dengan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA)。Awalnya pemerintah menetapkan limbah FABA sebagai limbah berbahaya (3), namun muncul kebijakan baru yang menjadikan limbah FABA sebagai limbah yang bisa dimanfaatkan。杨门叶说:“杨门叶说,杨门叶说,杨门叶说。”Pertanyaan ini menarik karena perubahan kebijakan tersebut mengundang perdebatan dalam beragan perspective, Pertanyaan经济政治和政治lingkungan。Melalui pendekatan kualitatif danpendekatan politik kebijakan, artikel ini menemukan bahwa perubahan kebijakan tersebut merupakan proses panjang berdasarkan teman factual danpengalaman实际的negara-negara lain。Perdebatan munkarena belum langkah yang meyakinkan danmenjadi pijakan bagi keseriusan implementaskebijakan sebelumnya, sehinga kebijakan baru dikhawatirkan tikiliki dampak阳性,atau malah sebalikya dampak摧毁bagi kepentingan masyarakat。Kata Kunci: Politik Kebijakan, Limbah B3, Limbah FABA(飞灰和底灰),Pemanfaatan和Pengelolaan。
{"title":"Politik Kebijakan Limbah Energi: Analisis Kebijakan Penghapusan Limbah Faba dari Daftar Limbah Berbahaya di Indonesia","authors":"Maulana Raja Aisyana","doi":"10.15408/jisi.v3i2.29669","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i2.29669","url":null,"abstract":"Abstract. The state has an important role in managing the energy management needed by the community. But no less important is the regulation of the impact of energy management, namely energy waste. One of Indonesia's largest energy sources comes from coal with the resulting waste called Fly Ash and Bottom Ash (FABA) waste. Initially the government determined FABA waste as hazardous waste (B3), but a new policy emerged that made FABA waste as waste that could be utilized. What are the factors that caused the change? This question is interesting because the policy change invites debate in various perspectives, such as political economy and environmental politics. Through a qualitative approach and a political policy approach, this article finds that policy change is a long process based on factual findings and actual experiences in other countries. The debate arose because there were no convincing steps that became the basis for the seriousness of implementing the previous policy, so it was feared that the new policy would not have a positive impact, or even a destructive impact on the interests of the community.Keywords: Policy Politics, Hazardous Waste, FABA Waste (Fly Ash and Bottom Ash), Utilization and Management Abstrak. Negara mempunyai peran penting dalam menata pengelolaan energi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun tidak kalah pentingnya adalah pengaturan dampak dari pengelolaan energi tersebut, yaitu limbah energi. Salah satu sumber energi Indonesia yang terbesar adalah berasal dari batu bara dengan limbah yang dihasilkan yang disebut dengan limbah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA). Awalnya pemerintah menetapkan limbah FABA sebagai limbah berbahaya (B3), namun muncul kebijakan baru yang menjadikan limbah FABA sebagai limbah yang bisa dimanfaatkan. Apa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut. Pertanyaan ini menarik karena perubahan kebijakan tersebut mengundang perdebatan dalam beragam perspektif, seperti ekonomi politik dan politik lingkungan. Melalui pendekatan kualitatif dan pendekatan politik kebijakan, artikel ini menemukan bahwa perubahan kebijakan tersebut merupakan proses panjang berdasarkan temuan faktual dan pengalaman actual di negara-negara lain. Perdebatan muncul karena belum adanya langkah yang meyakinkan dan menjadi pijakan bagi keseriusan implementasi kebijakan sebelumnya, sehingga kebijakan baru dikhawatirkan tidak memiliki dampak positif, atau malah sebaliknya dampak destruktif bagi kepentingan masyarakat.Kata Kunci: Politik Kebijakan, Limbah B3, Limbah FABA (Fly Ash and Bottom Ash), Pemanfaatan dan Pengelolaan.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127159464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15408/jisi.v3i1.23786
Leonando Arief Yasmin, Ilmi Dwiastuti
Abstract. In 2011, a series of protest in MENA (Middle East and North African) region demanding a change of regime to democracy due to their outgrowing rage over the dictatorship government, poor living condition, and high-rates of unemployment ultimately leading to the Syrian Civil War. This paper aims to discuss the correlation of Russian entrance in the Syrian Civil War whether the war affected Russia’s defense industry through the ‘marketing effect’ it created in the battlefield. A Realist perspective is mainly used in this research paper to help uncover the benefits that Russia had gained in multiple spectrums since its entrance in the Syrian Civil War until the end of 2020, though, the discussion is mainly focuses on Russia’s arms sale industry and its growing partners in MENA after Russia’s entrance to the grand theatre.Keywords: Syrian Civil War, Russia, MENA, Arms sale. Abstrak. Pada tahun 2011, serangkaian protes di wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) menuntut perubahan rezim ke demokrasi karena kemarahan mereka yang semakin besar atas pemerintahan yang diktator, kondisi kehidupan yang buruk, dan tingkat pengangguran yang tinggi pada akhirnya mengarah pada Perang Sipil Suriah. Tulisan ini bertujuan untuk membahas korelasi masuknya Rusia dalam Perang Saudara Suriah, apakah perang tersebut mempengaruhi industri pertahanan Rusia melalui “marketing effect” yang ditimbulkannya di medan perang. Perspektif Realis terutamanya digunakan dalam penelitian ini untuk membantu mengungkap manfaat yang diperoleh Rusia dalam berbagai spektrum sejak masuknya dalam Perang Saudara Suriah hingga akhir tahun 2020. Meskipun demikian, diskusi ini terutama berfokus pada industri penjualan senjata Rusia dan mitra yang berkembang di MENA setelah masuknya Rusia ke teater besar.Kata Kunci: Perang Saudara Suriah, Rusia, MENA, Penjualan Senjata.
摘要2011年,中东和北非地区发生了一系列抗议活动,要求将政权改为民主,因为他们对独裁政府的愤怒日益增长,生活条件恶劣,失业率高,最终导致叙利亚内战。本文旨在探讨俄罗斯进入叙利亚内战是否通过其在战场上创造的“营销效应”影响了俄罗斯的国防工业。本研究论文主要采用现实主义视角,以帮助揭示自俄罗斯进入叙利亚内战至2020年底以来,俄罗斯在多个领域获得的利益,不过,讨论主要集中在俄罗斯进入大剧院后,俄罗斯的武器销售行业及其在中东和北非地区日益增长的合作伙伴。关键词:叙利亚内战,俄罗斯,中东和北非,军售。Abstrak。2011年11月1日,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席,马来西亚人民民主委员会主席。“营销效应”yang ditimbulkannya dimedan Perang,“营销效应”yang ditimbulkannya dimedan Perang。展望2020年,我们将在未来的一年里,在未来的一年里,在未来的一年里,我们将在未来的一年里,在未来的一年里,我们将在未来的一年里,在未来的一年里,我们将在未来的一年里,在未来的一年里,我们将在未来的一年里,在未来的一年里,我们将在未来的一年里。Meskipun demikian, diskusi ini terutama berkus paada industry penjualan senjata俄罗斯dan mitra yang berkembang di MENA setelah masuknya俄罗斯像剧院一样。Kata Kunci: Perang Saudara Suriah,俄罗斯,MENA, Penjualan Senjata。
{"title":"Syria: A Showroom for Russia Latest Generation of Military Equipment","authors":"Leonando Arief Yasmin, Ilmi Dwiastuti","doi":"10.15408/jisi.v3i1.23786","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i1.23786","url":null,"abstract":"Abstract. In 2011, a series of protest in MENA (Middle East and North African) region demanding a change of regime to democracy due to their outgrowing rage over the dictatorship government, poor living condition, and high-rates of unemployment ultimately leading to the Syrian Civil War. This paper aims to discuss the correlation of Russian entrance in the Syrian Civil War whether the war affected Russia’s defense industry through the ‘marketing effect’ it created in the battlefield. A Realist perspective is mainly used in this research paper to help uncover the benefits that Russia had gained in multiple spectrums since its entrance in the Syrian Civil War until the end of 2020, though, the discussion is mainly focuses on Russia’s arms sale industry and its growing partners in MENA after Russia’s entrance to the grand theatre.Keywords: Syrian Civil War, Russia, MENA, Arms sale. Abstrak. Pada tahun 2011, serangkaian protes di wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara) menuntut perubahan rezim ke demokrasi karena kemarahan mereka yang semakin besar atas pemerintahan yang diktator, kondisi kehidupan yang buruk, dan tingkat pengangguran yang tinggi pada akhirnya mengarah pada Perang Sipil Suriah. Tulisan ini bertujuan untuk membahas korelasi masuknya Rusia dalam Perang Saudara Suriah, apakah perang tersebut mempengaruhi industri pertahanan Rusia melalui “marketing effect” yang ditimbulkannya di medan perang. Perspektif Realis terutamanya digunakan dalam penelitian ini untuk membantu mengungkap manfaat yang diperoleh Rusia dalam berbagai spektrum sejak masuknya dalam Perang Saudara Suriah hingga akhir tahun 2020. Meskipun demikian, diskusi ini terutama berfokus pada industri penjualan senjata Rusia dan mitra yang berkembang di MENA setelah masuknya Rusia ke teater besar.Kata Kunci: Perang Saudara Suriah, Rusia, MENA, Penjualan Senjata.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128162230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15408/jisi.v3i1.26018
Devi Deviani, Nur Iman Subono
Abstract. In the beginning of the establishment of West Sumatra and its regencies or cities, it is never a woman elected as regional head. Since the regional elections in 2015, three women successfully contested the major elections, deputy major, and regent. The matrilineal system adopted by the people of West Sumatra, placing women in a central position, but cannot encourage women to be present as regional head. Through the qualitative research methods, this study tries to analyze what factors are the causes of women's insecurity as regional heads in West Sumatra. Then, by using the theory of political recruitment and the glass ceiling, the author finds the factors that women are not elected as regional heads due to the lack of commitment of political parties in West Sumatra in empowering female legislative candidates, in most of the people of West Sumatra, the patriarchal paradigm is still deeply rooted, traditional/cultural system, track record and strong money politics during the campaign period.Keywords: Women and minang politics, elections, matrilineal. Abstrak. Dari awal berdirinya Sumatera Barat beserta kabupaten/kotanya, belum pernah satupun perempuan yang terpilih sebagai kepala daerah dan sejak pelaksanaan pilkada langsung yang dilakukan pada tahun 2005 baru ada tiga orang perempuan yang berhasil ikut bertarung dalam pemilihan walikota, wakil walikota dan bupati. Sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Sumatera Barat, yang menempatkan perempuan pada posisi sentral pun tidak dapat mendorong perempuan untuk hadir sebagai kepala daerah di sana. Dengan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mencoba untuk menganalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab ketidakterpilihan perempuan sebagai kepala daerah di Sumatera Barat. Menggunakan teori rekrutmen politik dan glass ceiling, penulis menemukan faktor-faktor ketidakterpilihan perempuan sebagai kepala daerah karena masih kurangnya komitmen partai politik di Sumatera Barat dalam melakukan pemberdayaan perempuan dalam hal ini melakukan perekrutan terhadap calon-calon perempuan, di sebagian besar masyarakat Sumatera Barat paradigma patriarki masih mengakar kuat, sistem adat/budaya, track record dan masih kuatnya politik uang pada saat kampanye.Kata Kunci: Perempuan Minang dan politik, pilkada, matrilineal.
摘要。在西苏门答腊及其摄政或城市建立之初,从来没有一名妇女当选为地区领导人。自2015年地方选举以来,三名女性成功地竞选了主要选举、副主要选举和摄政王。西苏门答腊人民所采用的母系制度,将妇女置于中心地位,但不能鼓励妇女担任地区首脑。通过定性研究方法,本研究试图分析哪些因素导致了西苏门答腊女性作为地区负责人的不安全感。然后,通过政治招募理论和玻璃天花板理论,作者发现西苏门答腊岛的政党在赋予女性立法候选人权力方面缺乏承诺导致女性未能当选地区负责人的因素,在西苏门答腊岛的大多数人身上,父权范式仍然根深蒂固,传统/文化制度,竞选期间的记录和强烈的金钱政治。关键词:妇女与民族政治,选举,母系。Abstrak。2005年1月1日,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚。系统母系yang dianut oleh masyarakat sumata Barat, yang menempatkan perempuan pada posisi central pun tidak dapat perempuan untuk hadir sebagai kepala daerah di sana。邓安方法penpentitiini mencoba untuk menmenti分析menmengeni因子-因子,因子分析,因子分析,因子分析,因子分析,因子分析,因子分析,因子分析,因子分析孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板,孟古拉克雅那人的政治是玻璃天花板。Kata Kunci: Perempuan Minang dan politik, pilkada,母系。
{"title":"Perempuan dan Politik di Ranah Minang","authors":"Devi Deviani, Nur Iman Subono","doi":"10.15408/jisi.v3i1.26018","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i1.26018","url":null,"abstract":"Abstract. In the beginning of the establishment of West Sumatra and its regencies or cities, it is never a woman elected as regional head. Since the regional elections in 2015, three women successfully contested the major elections, deputy major, and regent. The matrilineal system adopted by the people of West Sumatra, placing women in a central position, but cannot encourage women to be present as regional head. Through the qualitative research methods, this study tries to analyze what factors are the causes of women's insecurity as regional heads in West Sumatra. Then, by using the theory of political recruitment and the glass ceiling, the author finds the factors that women are not elected as regional heads due to the lack of commitment of political parties in West Sumatra in empowering female legislative candidates, in most of the people of West Sumatra, the patriarchal paradigm is still deeply rooted, traditional/cultural system, track record and strong money politics during the campaign period.Keywords: Women and minang politics, elections, matrilineal. Abstrak. Dari awal berdirinya Sumatera Barat beserta kabupaten/kotanya, belum pernah satupun perempuan yang terpilih sebagai kepala daerah dan sejak pelaksanaan pilkada langsung yang dilakukan pada tahun 2005 baru ada tiga orang perempuan yang berhasil ikut bertarung dalam pemilihan walikota, wakil walikota dan bupati. Sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Sumatera Barat, yang menempatkan perempuan pada posisi sentral pun tidak dapat mendorong perempuan untuk hadir sebagai kepala daerah di sana. Dengan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mencoba untuk menganalisis mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab ketidakterpilihan perempuan sebagai kepala daerah di Sumatera Barat. Menggunakan teori rekrutmen politik dan glass ceiling, penulis menemukan faktor-faktor ketidakterpilihan perempuan sebagai kepala daerah karena masih kurangnya komitmen partai politik di Sumatera Barat dalam melakukan pemberdayaan perempuan dalam hal ini melakukan perekrutan terhadap calon-calon perempuan, di sebagian besar masyarakat Sumatera Barat paradigma patriarki masih mengakar kuat, sistem adat/budaya, track record dan masih kuatnya politik uang pada saat kampanye.Kata Kunci: Perempuan Minang dan politik, pilkada, matrilineal.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134106184","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract. This research discusses the management of the largest Islamic philanthropy in Indonesia which has a movement in helping to solve various problems experienced by society using the approach of values in Islam and the concept of community empowerment. The research methods used are descriptive qualitative and phenomenological approaches. The data in this study was taken with interview and documentation techniques. This research focuses on studying two major Islamic philanthropies in Indonesia, namely Dompet Dhuafa and Lazis NU. The results of this study say that Dompet Dhuafa and Lazis NU as Islamic philanthropy have management that is not much different from the concept of social institution management in general. There are two important points in this research. First, Dompet Dhuafa and Lazis NU in the process of distributing aid also involve the concept of empowerment and both Islamic philanthropy also follow the process of empowering well. Second, Dompet Dhuafa and Lazis NU also have organizational management based on Community Base Organization. This is indicated by the orientation owned by the two Islamic philanthropies, namely as a non-profit institute oriented to social change.Keywords: Islamic philanthropy, empowerment, organizational management. Abstrak. Penelitian ini membahas manajemen filantropi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki gerakan dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dialami oleh masyarakat dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai dalam Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan fenomenologi. Data-data dalam penelitian ini diambil dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini fokus mengkaji dua filantropi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Dompet Dhuafa dan Lazis NU. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Dompet Dhuafa dan Lazis NU sebagai filantropi Islam memiliki manajemen pengelolaan yang tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen lembaga sosial pada umumnya. Terdapat dua poin penting dalam penelitian ini. Pertama, Dompet Dhuafa maupun Lazis NU dalam proses penyaluran bantuan melibatkan konsep pemberdayaan dan kedua filantropi Islam tersebut juga mengikuti proses penyelenggaraan pemberdayaan dengan baik. Kedua, Dompet Dhuafa dan Lazis NU memiliki manajemen organisasi yang berbasis Community Base Organization. Hal ini ditunjukkan dengan orientasi yang dimiliki oleh kedua filantropi Islam tersebut, yaitu sebagai lembaga non-profit yang berorientasi pada perubahan sosial.Kata Kunci: Filantropi Islam, pemberdayaan, manajemen organisasi.
摘要。本研究讨论了印度尼西亚最大的伊斯兰慈善机构的管理,该机构利用伊斯兰价值观的方法和社区赋权的概念,帮助解决社会遇到的各种问题。使用的研究方法是描述性、定性和现象学方法。本研究的数据采用访谈和文献技术。本研究重点研究印度尼西亚的两个主要伊斯兰慈善机构,即Dompet Dhuafa和Lazis NU。本研究结果表明,作为伊斯兰慈善机构的Dompet Dhuafa和Lazis NU的管理与一般的社会机构管理概念没有太大区别。在这项研究中有两点很重要。首先,Dompet Dhuafa和Lazis NU在发放援助的过程中也涉及到赋权的概念,这两家伊斯兰慈善机构也很好地遵循了赋权的过程。其次,东华发和Lazis NU也有基于社区基地组织的组织管理。这一点可以从这两个伊斯兰慈善机构所拥有的定位中看出,即作为一个面向社会变革的非营利机构。关键词:伊斯兰慈善,赋权,组织管理。Abstrak。Penelitian ini成员管理filantropi Islam印度尼西亚的terbesar yang memoriliki gerakan dalam membantu menbantu meneleskan berbagai个人yang sedang dialami oleh masyarakat denan menggunakan pendekatan nilai nilai dalam Islam。方法penpenelitian yang digunakan adalah deskkripf定性和pendekatan现象学。数据-数据dalam penelitian ini diambil dengan teknik wawancara and dokumentasi。Penelitian ini focus mengkaji dua filantropi Islam terbesar di Indonesia, yitu Dompet Dhuafa dan Lazis NU。哈西尔penelitian ini mengatakan bahwa Dompet Dhuafa dan Lazis NU sebagai filantropi Islam memiliki管理,penelolaan yang tidak jauh berbeda dengan konsep管理,lembaga social pada umumnya。Terdapat dua point penting dalam penelitian ini。Pertama, Dompet Dhuafa maupun Lazis NU dalam propropenyaluran bantuan melibatkan konsep pemberdayaan dan kedua filantropi Islam tersebut juga mengikuti propropenyelenggaraan pemberdayaan dengan baik。克多瓦,东佩特·杜华法·丹·拉兹,NU记忆管理组织,杨基社区基地组织。halini ditunjukkan dengan orientas yang dimiliki oleh kedua filantropi Islam tersebut, yitu sebagai lembaga非营利的yang beronaspaada perubahan社会。Kata Kunci: Filantropi Islam, pemberdayaan,管理组织。
{"title":"Potret Filantropi Islam Terbesar di Indonesia","authors":"Yulianti Yulianti, Khoniq Nurafiah, Nikmatul Choyroh Pamungkas, Dinda Ayu Prastiwi Berlianti, Raine Syifa Aulia","doi":"10.15408/jisi.v3i1.24995","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i1.24995","url":null,"abstract":"Abstract. This research discusses the management of the largest Islamic philanthropy in Indonesia which has a movement in helping to solve various problems experienced by society using the approach of values in Islam and the concept of community empowerment. The research methods used are descriptive qualitative and phenomenological approaches. The data in this study was taken with interview and documentation techniques. This research focuses on studying two major Islamic philanthropies in Indonesia, namely Dompet Dhuafa and Lazis NU. The results of this study say that Dompet Dhuafa and Lazis NU as Islamic philanthropy have management that is not much different from the concept of social institution management in general. There are two important points in this research. First, Dompet Dhuafa and Lazis NU in the process of distributing aid also involve the concept of empowerment and both Islamic philanthropy also follow the process of empowering well. Second, Dompet Dhuafa and Lazis NU also have organizational management based on Community Base Organization. This is indicated by the orientation owned by the two Islamic philanthropies, namely as a non-profit institute oriented to social change.Keywords: Islamic philanthropy, empowerment, organizational management. Abstrak. Penelitian ini membahas manajemen filantropi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki gerakan dalam membantu menyelesaikan berbagai persoalan yang sedang dialami oleh masyarakat dengan menggunakan pendekatan nilai-nilai dalam Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan fenomenologi. Data-data dalam penelitian ini diambil dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini fokus mengkaji dua filantropi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Dompet Dhuafa dan Lazis NU. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa Dompet Dhuafa dan Lazis NU sebagai filantropi Islam memiliki manajemen pengelolaan yang tidak jauh berbeda dengan konsep manajemen lembaga sosial pada umumnya. Terdapat dua poin penting dalam penelitian ini. Pertama, Dompet Dhuafa maupun Lazis NU dalam proses penyaluran bantuan melibatkan konsep pemberdayaan dan kedua filantropi Islam tersebut juga mengikuti proses penyelenggaraan pemberdayaan dengan baik. Kedua, Dompet Dhuafa dan Lazis NU memiliki manajemen organisasi yang berbasis Community Base Organization. Hal ini ditunjukkan dengan orientasi yang dimiliki oleh kedua filantropi Islam tersebut, yaitu sebagai lembaga non-profit yang berorientasi pada perubahan sosial.Kata Kunci: Filantropi Islam, pemberdayaan, manajemen organisasi.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127493164","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15408/jisi.v3i1.26193
M. Ihsan, Nadya Kharima
Abstract. The issue of fulfilling political rights for voters with mental disabilities in the 2019 general election still left many problems, ranging from the presence of the Constitutional Court's decision to the stigma of society towards voters with mental disabilities. With the decision from the Constitutional Court that allows people with mental disabilities to become voters, it actually causes a lot of disturbance to people with mental disabilities. Therefore, the authors are interested in seeing how the policy direction for fulfilling the political rights of voters with mental disabilities will be in the 2024 election. With a qualitative methodology that aims to reveal facts and provide an overview and phenomena that occur with literature study and interview techniques, it is expected to be able to provide an overview of the policy on fulfillment of the political rights of voters with mental disabilities as expected in the 2024 elections. Based on the findings that existing policies still need to be addressed in order to provide clearer definitions, mechanisms, and requirements for voters with mental disabilities. Access to information on the policy is also felt to be important for both mentally disabled voters and lower-level implementers in order to implement it properly.Keywords: Policy, Voters with Mental Disabilities, 2024 General Election. Abstrak. Persoalan pemenuhan hak politik bagi pemilih disabilitas mental pada pemilu tahun 2019 yang lalu masih menyisakan banyak persoalan, mulai dari hadirnya keputusan MK hingga stigma masyarakat terhadap pemilih disabilitas mental. Dengan keputusan MK yang memperbolehkan penyandang disabilitas mental menjadi pemilih justru banyak menimbulkan pengusikan terhadap penyandang disabilitas mental. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat bagaimana arah kebijakan pemenuhan hak politik pemilih disabilitas mental pada pemilu tahun 2024. Dengan metodologi kualitatif yang memiliki tujuan guna mengungkapkan fakta serta memberikan gambaran dan fenomena yang terjadi dengan teknik studi pustaka dan wawancara diharapkan mampu memberikan gambaran terhadap kebijakan pemenuhan hak politik pemilih disabilitas mental sesuai dengan yang diharapkan di pemilu tahun 2024. Berdasarkan temuan bahwa kebijakan yang sudah ada masih harus dibenahi agar dapat memberikan definisi, mekanisme serta syarat-syarat bagi pemilih disabilitas mental yang lebih jelas. Akses informasi terhadap kebijakan tersebut juga dirasakan penting baik bagi pemilih disabilitas mental maupun pelaksana tingkat bawah agar dapat mengimplementasikan secara baik.Kata Kunci: Kebijakan, Pemilih Disabilitas Mental, Pemilu 2024.
摘要在2019年大选中,精神障碍选民的政治权利实现问题仍然存在许多问题,从宪法法院的判决存在到社会对精神障碍选民的污名化。宪法法院做出了允许智障人士成为选民的决定,这实际上给智障人士带来了很大的困扰。因此,在2024年的大选中,实现智障选民政治权利的政策方向将如何发展,值得关注。通过文献研究和采访等方法,以揭示事实、概述现象为目的的定性研究方法,有望对2024年大选中期待的精神障碍选民政治权利实现政策进行概述。根据调查结果,现有政策仍然需要解决,以便为智障选民提供更明确的定义、机制和要求。人们还认为,获得有关该政策的信息对于精神残疾选民和较低级别执行者都很重要,以便适当地执行该政策。关键词:政策;智障选民;2024年大选Abstrak。peralan penenuhan hak politik bagi pemilih disabilitas mental padpadilu tahun 2019年杨拉鲁masih menyisakan banyak, mulai dari hadirnya keputusan MK hinga stigma masyarakat terhadap penilih disabilitas mental。邓安科普陀山MK yang成员perperbolehkan penyandang disabilitas mental menjadi pemilih justru banyak menimbulkan pengusikan terhadap penyandang disabilitas mental。奥列·卡列纳图(Oleh karena itu),意大利恐怖分子,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人,意大利人。邓坎的方法,质量,杨记忆,图,古那,梦,kapkan, fakta,成员,甘巴拉坎,现象,杨记忆,邓巴坎,技术,研究,普斯卡,丹,瓦,万,卡拉,迪,甘巴拉坎,曼,成员,甘巴拉坎,特,哈,吉,佩,曼,政治,潘,米,残障,精神,邓坎,杨,甘巴拉坎,迪,帕,米,鲁,塔,2024。Berdasarkan temuan bahwa kebijakan yang sudah ada masih harus dibenahi agar dapiat memberikan definisi, mekanisme serta syarat syarat pelilih disability,精神上的残疾yang lebih jelas。Akses informasi terhadap kebijakan terseak,但juga diasakan penting baii pelaksana tingkat bawah agar dapat mengimplementasikan secara baik,但juga diasakan penting baii残疾,精神maupun pelaksana tingkat bawah agar dapat mengimplementasikan secara baik。Kata Kunci: Kebijakan, Pemilih disability itas Mental, Pemilu 2024。
{"title":"Analisis Arah Kebijakan Pemenuhan Hak Politik Pemilih Disabilitas Mental pada Pemilu Tahun 2024","authors":"M. Ihsan, Nadya Kharima","doi":"10.15408/jisi.v3i1.26193","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i1.26193","url":null,"abstract":"Abstract. The issue of fulfilling political rights for voters with mental disabilities in the 2019 general election still left many problems, ranging from the presence of the Constitutional Court's decision to the stigma of society towards voters with mental disabilities. With the decision from the Constitutional Court that allows people with mental disabilities to become voters, it actually causes a lot of disturbance to people with mental disabilities. Therefore, the authors are interested in seeing how the policy direction for fulfilling the political rights of voters with mental disabilities will be in the 2024 election. With a qualitative methodology that aims to reveal facts and provide an overview and phenomena that occur with literature study and interview techniques, it is expected to be able to provide an overview of the policy on fulfillment of the political rights of voters with mental disabilities as expected in the 2024 elections. Based on the findings that existing policies still need to be addressed in order to provide clearer definitions, mechanisms, and requirements for voters with mental disabilities. Access to information on the policy is also felt to be important for both mentally disabled voters and lower-level implementers in order to implement it properly.Keywords: Policy, Voters with Mental Disabilities, 2024 General Election. Abstrak. Persoalan pemenuhan hak politik bagi pemilih disabilitas mental pada pemilu tahun 2019 yang lalu masih menyisakan banyak persoalan, mulai dari hadirnya keputusan MK hingga stigma masyarakat terhadap pemilih disabilitas mental. Dengan keputusan MK yang memperbolehkan penyandang disabilitas mental menjadi pemilih justru banyak menimbulkan pengusikan terhadap penyandang disabilitas mental. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat bagaimana arah kebijakan pemenuhan hak politik pemilih disabilitas mental pada pemilu tahun 2024. Dengan metodologi kualitatif yang memiliki tujuan guna mengungkapkan fakta serta memberikan gambaran dan fenomena yang terjadi dengan teknik studi pustaka dan wawancara diharapkan mampu memberikan gambaran terhadap kebijakan pemenuhan hak politik pemilih disabilitas mental sesuai dengan yang diharapkan di pemilu tahun 2024. Berdasarkan temuan bahwa kebijakan yang sudah ada masih harus dibenahi agar dapat memberikan definisi, mekanisme serta syarat-syarat bagi pemilih disabilitas mental yang lebih jelas. Akses informasi terhadap kebijakan tersebut juga dirasakan penting baik bagi pemilih disabilitas mental maupun pelaksana tingkat bawah agar dapat mengimplementasikan secara baik.Kata Kunci: Kebijakan, Pemilih Disabilitas Mental, Pemilu 2024.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131111946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15408/jisi.v3i1.26310
Muhammad Saleh Mude, Dorothy E. Lovett
Abstract. This article attempts to briefly look at the similarities and differences in the initial conditions for the formation of the two countries: the United States of America and Indonesia, especially in the dynamics of the relations between statesmen and religious leaders, including political relations with religious issues at the beginning of independence until the present. In fact, since 1776, the United States government has chosen a secular-democratic form of state that guarantees freedom of various kinds, and may not protect a particular religion. On the other hand, in Indonesia, although since 1945, the government of the Republic of Indonesia has guaranteed freedom of religion for everyone, in reality, discrimination and persecution of the majority against minorities still often occurs in the name of defending a particular religion.Keywords: The United States of America, Indonesia, issues of religious liberty. Abstrak. Artikel ini mencoba menjelaskan secara singkat kondisi awal tentang persamaan dan perbedaan negara Amerika Serikat dengan Indonesia. Persamaan dan perbedaan yang dimaksud relevansinya pembentukan kedua tersebut, khususnya dalam dinamika hubungan antar negarawan dan tokoh agama, termasuk hubungan politik dengan masalah agama pada awal kemerdekaan hingga saat ini. Padahal, sejak 1776, pemerintah Amerika Serikat telah memilih bentuk negara demokrasi sekuler yang menjamin kebebasan dalam berbagai jenis, dan tidak boleh melindungi agama tertentu. Di sisi lain, di Indonesia, meskipun sejak tahun 1945 Pemerintah Republik Indonesia telah menjamin kebebasan beragama bagi setiap orang, pada kenyataannya diskriminasi dan persekusi terhadap kelompok mayoritas terhadap minoritas masih sering terjadi atas nama membela agama tertentu.Kata Kunci: Amerika Serikat, Indonesia, Isu Kebebasan Beragama.
摘要本文试图简要地看一下两国形成的初始条件的异同:美利坚合众国和印度尼西亚,特别是在政治家和宗教领袖之间的关系的动态,包括政治关系与宗教问题在独立之初,直到现在。事实上,自1776年以来,美国政府选择了一种世俗民主的国家形式,这种形式保证各种自由,并且可能不保护特定的宗教。另一方面,在印度尼西亚,虽然自1945年以来,印度尼西亚共和国政府保障了每个人的宗教自由,但实际上,多数人对少数人的歧视和迫害仍然经常以捍卫某一特定宗教的名义发生。关键词:美国、印尼、宗教自由问题Abstrak。Artikel ini mencoba menjelaskan secara singkat kondisi awal tentang persamaan dan perbedaan negara american Serikat dengan Indonesia。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。帕达哈,1776年7月,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年,美国开国元年。Di sisi lain, Di Indonesia, meskipun sejak tahun 1945年印度尼西亚共和国印度尼西亚telah menjamin kebebasan beragama bagi setiap orang, pada kenyataannya diskriminasi和persekusi terhadap kelompok mayoritas terhadap少数民族masih服务terjadi atas nama membela agama tertentu。Kata Kunci: Amerika Serikat,印度尼西亚,Isu Kebebasan Beragama。
{"title":"Comparative Study of Religious Liberty in America and Indonesia","authors":"Muhammad Saleh Mude, Dorothy E. Lovett","doi":"10.15408/jisi.v3i1.26310","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/jisi.v3i1.26310","url":null,"abstract":"Abstract. This article attempts to briefly look at the similarities and differences in the initial conditions for the formation of the two countries: the United States of America and Indonesia, especially in the dynamics of the relations between statesmen and religious leaders, including political relations with religious issues at the beginning of independence until the present. In fact, since 1776, the United States government has chosen a secular-democratic form of state that guarantees freedom of various kinds, and may not protect a particular religion. On the other hand, in Indonesia, although since 1945, the government of the Republic of Indonesia has guaranteed freedom of religion for everyone, in reality, discrimination and persecution of the majority against minorities still often occurs in the name of defending a particular religion.Keywords: The United States of America, Indonesia, issues of religious liberty. Abstrak. Artikel ini mencoba menjelaskan secara singkat kondisi awal tentang persamaan dan perbedaan negara Amerika Serikat dengan Indonesia. Persamaan dan perbedaan yang dimaksud relevansinya pembentukan kedua tersebut, khususnya dalam dinamika hubungan antar negarawan dan tokoh agama, termasuk hubungan politik dengan masalah agama pada awal kemerdekaan hingga saat ini. Padahal, sejak 1776, pemerintah Amerika Serikat telah memilih bentuk negara demokrasi sekuler yang menjamin kebebasan dalam berbagai jenis, dan tidak boleh melindungi agama tertentu. Di sisi lain, di Indonesia, meskipun sejak tahun 1945 Pemerintah Republik Indonesia telah menjamin kebebasan beragama bagi setiap orang, pada kenyataannya diskriminasi dan persekusi terhadap kelompok mayoritas terhadap minoritas masih sering terjadi atas nama membela agama tertentu.Kata Kunci: Amerika Serikat, Indonesia, Isu Kebebasan Beragama.","PeriodicalId":170402,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Sosial Indonesia (JISI)","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132719655","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}