Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p06
M. Jaya, Ni Luh Prima Kemala Dewi, I. G. L. M. Rudiartha
Latar Belakang: Puskesmas merupakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di puskesmas selalu menjadi sorotan dari masyarakat dan cenderung berstigma negatif. Paradigma masyarakat khususnya di Kota Denpasar cenderung menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas yang berstandar ISO lebih baik dibandingkan dengan non ISO. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa puskesmas non-ISO di Kota Denpasar tidak memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk menilai seberapa jauh perbedaan kualitas layanan kefarmasian di puskesmas ISO dan non-ISO Kota Denpasar. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas layanan kefarmasian di puskesmas berstandar ISO dan non-ISO meliputi waktu tunggu pelayanan obat, angka kejadian Drug Related Problem (DRP), dan tingkat kepuasan pasien. Metode: Sutau studi observasional analitik dilakukan dengan mengobservasi 184 responden yang menggunakan layanan kesehatan puskesmas di Kota Denpasar dengan luaran kualitas pelayanan kefarmasian. Waktu tunggu dilihat dari pasien menyerahkan resep sampai mendapatkan obat, DRP dilihat angka kejadian interaksi obat, kepatuhan pasien terhadap terapi dan kejadian Adverse Drug Reaction (ADR), serta kepuasan pasien menggunakan kuisioner kepuasan. Hasil: Waktu tunggu pelayanan obat menunjukkan bahwa puskesmas ISO lebih unggul dibandingkan non-ISO (p<0,05) sedangkan variabel kejadian DRP dan terkait kepuasan pasien tidak berbeda signifikan (p>0,05). Kesimpulan: Puskesmas non-ISO di Kota Denpasar menunjukkan kualitas layanan kefarmasian yang kompetetif atau sebanding dengan puskesmas berstandar ISO. Kata kunci: Pelayanan Obat, Drug Related Problem, Kepuasan Pasien, Puskesmas
{"title":"Perbandingan Kualitas Layanan Kefarmasian Di Puskesmas Berstandar ISO dan Non-ISO Kota Denpasar","authors":"M. Jaya, Ni Luh Prima Kemala Dewi, I. G. L. M. Rudiartha","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p06","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p06","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Puskesmas merupakan sarana yang digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di puskesmas selalu menjadi sorotan dari masyarakat dan cenderung berstigma negatif. Paradigma masyarakat khususnya di Kota Denpasar cenderung menyatakan bahwa pelayanan kefarmasian di puskesmas yang berstandar ISO lebih baik dibandingkan dengan non ISO. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa puskesmas non-ISO di Kota Denpasar tidak memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk menilai seberapa jauh perbedaan kualitas layanan kefarmasian di puskesmas ISO dan non-ISO Kota Denpasar. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas layanan kefarmasian di puskesmas berstandar ISO dan non-ISO meliputi waktu tunggu pelayanan obat, angka kejadian Drug Related Problem (DRP), dan tingkat kepuasan pasien. Metode: Sutau studi observasional analitik dilakukan dengan mengobservasi 184 responden yang menggunakan layanan kesehatan puskesmas di Kota Denpasar dengan luaran kualitas pelayanan kefarmasian. Waktu tunggu dilihat dari pasien menyerahkan resep sampai mendapatkan obat, DRP dilihat angka kejadian interaksi obat, kepatuhan pasien terhadap terapi dan kejadian Adverse Drug Reaction (ADR), serta kepuasan pasien menggunakan kuisioner kepuasan. Hasil: Waktu tunggu pelayanan obat menunjukkan bahwa puskesmas ISO lebih unggul dibandingkan non-ISO (p<0,05) sedangkan variabel kejadian DRP dan terkait kepuasan pasien tidak berbeda signifikan (p>0,05). Kesimpulan: Puskesmas non-ISO di Kota Denpasar menunjukkan kualitas layanan kefarmasian yang kompetetif atau sebanding dengan puskesmas berstandar ISO. \u0000 \u0000Kata kunci: Pelayanan Obat, Drug Related Problem, Kepuasan Pasien, Puskesmas","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"84 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80732909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p12
Tuty Taslim, Salim R, M. T.
Pisang ambon merupakan salah satu jenis pisang dan buah meja yang digemari oleh masyarakat. Pisang ambon mengandung kadar kalium yang disarankan untuk menjaga kestabilan tekanan darah sehingga dapat mencegah penyakit hipertensi bagi pra lansia. Akhir-akhir ini selain daging buah pisang ambon yang dimanfaatkan, kulit buah pisang ambon juga telah diolah dengan sebaik mungkin untuk dikonsumsi sebagai salah satu usaha pemenuhan kadar kalium bagi manusia. Hal ini memberikan ide untuk meneliti perbedaan signifikan kadar kalium pada daging dan kulit buah pisang ambon. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel secara non probability accidental. Sampel yang diambil didestruksi basah dan diukur kadar kaliumnya menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian memberikan data kadar kalium daging dan kulit buah pisang ambon berturut-turut adalah 359,19 dan 882,38 mg/100 gram. Perbedaan kadar kalium yang didapat dianalisis menggunakan Independent T-Test SPSS memberikan nilai signifikansi ? < 0,05 yang artinya perbedaan kadar kalium pada daging dan kulit buah pisang signifikan.
{"title":"Kadar Kalium dalam buah Pisang Ambon","authors":"Tuty Taslim, Salim R, M. T.","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p12","url":null,"abstract":"Pisang ambon merupakan salah satu jenis pisang dan buah meja yang digemari oleh masyarakat. Pisang ambon mengandung kadar kalium yang disarankan untuk menjaga kestabilan tekanan darah sehingga dapat mencegah penyakit hipertensi bagi pra lansia. Akhir-akhir ini selain daging buah pisang ambon yang dimanfaatkan, kulit buah pisang ambon juga telah diolah dengan sebaik mungkin untuk dikonsumsi sebagai salah satu usaha pemenuhan kadar kalium bagi manusia. Hal ini memberikan ide untuk meneliti perbedaan signifikan kadar kalium pada daging dan kulit buah pisang ambon. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel secara non probability accidental. Sampel yang diambil didestruksi basah dan diukur kadar kaliumnya menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian memberikan data kadar kalium daging dan kulit buah pisang ambon berturut-turut adalah 359,19 dan 882,38 mg/100 gram. Perbedaan kadar kalium yang didapat dianalisis menggunakan Independent T-Test SPSS memberikan nilai signifikansi ? < 0,05 yang artinya perbedaan kadar kalium pada daging dan kulit buah pisang signifikan.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91046577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p13
Retno Wahyuningrum, Genatrika E, Pahalawati In
Lantana camara is a medicinal plant belongs to family Verbenaceae. It is widely used as traditional medicine for treating various health problems. But there has been no report about potential activity of L. camara that grow in Indonesia and its fractions. The aim of this research were to investigate the antimicrobial activity of extract and its fractions of L. camara leaves in against . Extract was prepared by maceration in ethanol (96%) then fractionated using n-hexane and ethyl acetate. Antimicrobial activity was carried out using agar difussion method and antioxidant activity was carried out using DPPH radical scavenging activity assay. Concentration of extract and fraction tested were 12,5 ?g/mL; 25 ?g/mL; 50 ?g/mL; and 100 ?g/mL. The result showed that extract and fraction of L. camara leaves exhibit strong antibacterial activity against Gram positive bacteria (Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus), weak inhibition against Gram negative bacteria (Escherichia coli), and and were not able to inhibit the growth of Candida albicans. The ethanolic extract of L. camara leaves and its fractions had antioxidant activity. DPPH radical scavenging assay showed the IC50 value of 8.95 ?g / mL for ethanolic extract.
马鞭草是马鞭草科的药用植物。它被广泛用作治疗各种健康问题的传统药物。但是没有关于生长在印度尼西亚的L. camara及其分支的潜在活性的报道。本研究旨在研究山梨叶提取物及其组分对抗真菌的抑菌活性。提取液在96%乙醇中浸渍,然后用正己烷和乙酸乙酯进行分馏。用琼脂扩散法测定其抗菌活性,用DPPH自由基清除法测定其抗氧化活性。提取液和馏分的检测浓度分别为12.5 g/mL;25克/毫升;50 g / mL;100g /mL。结果表明,山茱萸叶提取物和部位对革兰氏阳性菌(枯草芽孢杆菌、金黄色葡萄球菌)有较强的抑菌活性,对革兰氏阴性菌(大肠杆菌)有较弱的抑菌活性,对白色念珠菌的生长没有抑制作用。枸杞叶乙醇提取物及其组分具有抗氧化活性。乙醇提取物对DPPH自由基的IC50值为8.95 g / mL。
{"title":"Aktivitas Antimikroba Dan Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Daun Tembelekan (Lantana camara L.)","authors":"Retno Wahyuningrum, Genatrika E, Pahalawati In","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p13","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p13","url":null,"abstract":"Lantana camara is a medicinal plant belongs to family Verbenaceae. It is widely used as traditional medicine for treating various health problems. But there has been no report about potential activity of L. camara that grow in Indonesia and its fractions. The aim of this research were to investigate the antimicrobial activity of extract and its fractions of L. camara leaves in against . Extract was prepared by maceration in ethanol (96%) then fractionated using n-hexane and ethyl acetate. Antimicrobial activity was carried out using agar difussion method and antioxidant activity was carried out using DPPH radical scavenging activity assay. Concentration of extract and fraction tested were 12,5 ?g/mL; 25 ?g/mL; 50 ?g/mL; and 100 ?g/mL. The result showed that extract and fraction of L. camara leaves exhibit strong antibacterial activity against Gram positive bacteria (Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus), weak inhibition against Gram negative bacteria (Escherichia coli), and and were not able to inhibit the growth of Candida albicans. The ethanolic extract of L. camara leaves and its fractions had antioxidant activity. DPPH radical scavenging assay showed the IC50 value of 8.95 ?g / mL for ethanolic extract.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"471 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76471482","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p09
Pande Made Nova Armita Sari, N. K. Warditiani, Ni Wayan Widi Astuti, I. Wirasuta
Telah dilakukan pengembangan metode dan penetapan kadar metabolit oksida nitrat dalam serum dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Pengembangan metode pengukuran kadar total nitrit dalam serum dilakukan dengan reaksi Griess yang diawali dengan reduksi nitrat menjadi nitrit dengan reduktor seng lapis tembaga. Metode dioptimasi dan divalidasi. Pengujian sampel diawali dengan deproteinisasi serum menggunakan ZnSO4 dan NaOH, kemudian supernatan direduksi dengan granul seng lapis tembaga,direaksikan dengan reagen pendiazo dan pengkopling, absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Data yang dihasilkan diolah secara statitistik. Massa reduktor granul seng lapis tembaga yang optimal adalah 1,5 g dengan waktu reduksi 10 menit, koefisien variansi ? 5%. Koefisien korelasi > 0,995 dengan Vx0 ? 5%, keseksamaan ? 15%, dan kecermatan 85-115%. Kata Kunci: Griess, nitrat, nitrit, oksida nitrat, reduktor, serum
{"title":"Pengembangan Metode Griess dengan Reduktor Logam Seng Berlapis Tembaga untuk Penetapan Kadar Metabolit Oksida Nitrat dalam Serum","authors":"Pande Made Nova Armita Sari, N. K. Warditiani, Ni Wayan Widi Astuti, I. Wirasuta","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p09","url":null,"abstract":"Telah dilakukan pengembangan metode dan penetapan kadar metabolit oksida nitrat dalam serum dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Pengembangan metode pengukuran kadar total nitrit dalam serum dilakukan dengan reaksi Griess yang diawali dengan reduksi nitrat menjadi nitrit dengan reduktor seng lapis tembaga. Metode dioptimasi dan divalidasi. Pengujian sampel diawali dengan deproteinisasi serum menggunakan ZnSO4 dan NaOH, kemudian supernatan direduksi dengan granul seng lapis tembaga,direaksikan dengan reagen pendiazo dan pengkopling, absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Data yang dihasilkan diolah secara statitistik. Massa reduktor granul seng lapis tembaga yang optimal adalah 1,5 g dengan waktu reduksi 10 menit, koefisien variansi ? 5%. Koefisien korelasi > 0,995 dengan Vx0 ? 5%, keseksamaan ? 15%, dan kecermatan 85-115%. \u0000Kata Kunci: Griess, nitrat, nitrit, oksida nitrat, reduktor, serum","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"102 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78137627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p05
I. Antasionasti, Jayanto I
ABSTRACT Cinnamon (Cinnamomum burmani) is a spice that can be used as an additive in food and cakes as well as a pharmaceutical ingredient in the pharmaceutical industry. Therefore, the exploration of cinnamon as a natural antioxidant is highly needed. The study aims is to investigate the antioxidant activity of cinnamon using the DPPH, ABTS radical assay and ferric reducing activity power (FRAP) as well as total phenolic and total flavonoids. Cinnamon was extracted using the maceration technique by ethanol 96% as a solvent and tested for antioxidant activity. The antioxidant activity of DPPH, ABTS, and FRAP that showed by the ethanol extract of cinnamon were 1.939 ± 0.055 ?g/mL; 2,235 ± 0.014 ?g/mL; and 1415.705 ± 38.609 mg of ascorbic acid/gram extract, respectively. The antiradical activity of the ethanol extract of cinnamon was lower than vitamin C, namely 0.554 ± 0.003 ?g/mL (DPPH) and 0.813 ± 0.028 ?g/mL (ABTS). The antioxidant activity provided by the ethanol extract of cinnamon was influenced by the total phenolic content and total flavonoids, respectively 75.685 ± 1.408 % EAG and 60,546 ± 0,670% EK. Cinnamon has very strong antioxidant activity, contains high amounts of total phenolic and total flavonoids so that it has the potential to be a food additive (antioxidant) in the food and pharmaceutical industries.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Manis (Cinnamomum burmani) Secara In Vitro / Antioxidant Activities Of Cinnamon (Cinnamomum burmani) In Vitro","authors":"I. Antasionasti, Jayanto I","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p05","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Cinnamon (Cinnamomum burmani) is a spice that can be used as an additive in food and cakes as well as a pharmaceutical ingredient in the pharmaceutical industry. Therefore, the exploration of cinnamon as a natural antioxidant is highly needed. The study aims is to investigate the antioxidant activity of cinnamon using the DPPH, ABTS radical assay and ferric reducing activity power (FRAP) as well as total phenolic and total flavonoids. Cinnamon was extracted using the maceration technique by ethanol 96% as a solvent and tested for antioxidant activity. The antioxidant activity of DPPH, ABTS, and FRAP that showed by the ethanol extract of cinnamon were 1.939 ± 0.055 ?g/mL; 2,235 ± 0.014 ?g/mL; and 1415.705 ± 38.609 mg of ascorbic acid/gram extract, respectively. The antiradical activity of the ethanol extract of cinnamon was lower than vitamin C, namely 0.554 ± 0.003 ?g/mL (DPPH) and 0.813 ± 0.028 ?g/mL (ABTS). The antioxidant activity provided by the ethanol extract of cinnamon was influenced by the total phenolic content and total flavonoids, respectively 75.685 ± 1.408 % EAG and 60,546 ± 0,670% EK. Cinnamon has very strong antioxidant activity, contains high amounts of total phenolic and total flavonoids so that it has the potential to be a food additive (antioxidant) in the food and pharmaceutical industries.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"77 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91493794","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p10
Resmila Dewi, Nur Rm
Obat tradisional sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau. Bahan baku yang digunakan adalah berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral atau campuran dari bahan tersebut. Bagian tanaman yang biasa digunakan berupa akar, rimpang, batang, buah, daun, bunga, dan kulit kayu. Bahan-bahan tersebut digunakan dalam bentuk segar atau kering (simplisia). Penyimpanan simplisia pada kondisi yang tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan hadirnya berbagai jenis mikroorganisme terutama kapang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat cemaran kapang/khamir pada simplisia tanaman obat tradisional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia rimpang kunyit, rimpang temulawak, rimpang jahe, daun sambiloto, dan buah mahkota dewa. Simplisia diperoleh dari lima pedagang di Pasar Tradisional Aceh. Pengujian cemaran kapang dari sampel menggunakan teknik cawan agar sebar (spread plate method) pada media PDA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AKK simplisia rimpang kunyit 46—120 koloni/gram, rimpang temulawak 50—96 koloni/gram, rimpang jahe 23—43 koloni/gram, daun sambiloto 46—100 koloni/gram, dan buah mahkota dewa 43—83 koloni/gram. Angka kapang/khamir ini kurang dari yang ditetapkan oleh BPOM (?104 koloni/g).
{"title":"Analisis Cemaran Kapang/Khamir Pada Serbuk Simplisia Obat Tradisional","authors":"Resmila Dewi, Nur Rm","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p10","url":null,"abstract":"Obat tradisional sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau. Bahan baku yang digunakan adalah berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral atau campuran dari bahan tersebut. Bagian tanaman yang biasa digunakan berupa akar, rimpang, batang, buah, daun, bunga, dan kulit kayu. Bahan-bahan tersebut digunakan dalam bentuk segar atau kering (simplisia). Penyimpanan simplisia pada kondisi yang tidak terkontrol dengan baik akan menyebabkan hadirnya berbagai jenis mikroorganisme terutama kapang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat cemaran kapang/khamir pada simplisia tanaman obat tradisional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia rimpang kunyit, rimpang temulawak, rimpang jahe, daun sambiloto, dan buah mahkota dewa. Simplisia diperoleh dari lima pedagang di Pasar Tradisional Aceh. Pengujian cemaran kapang dari sampel menggunakan teknik cawan agar sebar (spread plate method) pada media PDA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AKK simplisia rimpang kunyit 46—120 koloni/gram, rimpang temulawak 50—96 koloni/gram, rimpang jahe 23—43 koloni/gram, daun sambiloto 46—100 koloni/gram, dan buah mahkota dewa 43—83 koloni/gram. Angka kapang/khamir ini kurang dari yang ditetapkan oleh BPOM (?104 koloni/g).","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87497904","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p04
Soraya Riyanti, Setyadi Ma, Kumolowati E
Tanaman bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) termasuk dalam marga Lagerstroemia, famili Lythraceae. Asam korosolat merupakan kelompok triterpene pentasiklik yang terkandung di dalam daun bungur jenis Lagerstroemia speciosa L. dan telah dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan mekanisme menghambat alfa-glukosidase. Ekstrak etanol daun bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) yang masih berwarna hijau dilaporkan memiliki aktivitas penghambat alfa-glukosidase sebesar 262, 20 µg/mL, fraksi etil asetat dan n-heksana sebesar 62,73 µg/mL dan 97, 16 µg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas penghambat alfa-glukosidase ekstrak etanol dan fraksi-fraksi daun bungur yang gugur. Proses ekstraksi secara refluks dalam etanol 96%, proses fraksinasi secara ekstraksi cair-cair. Pengujian aktivitas penghambat alfa-glukosidase menggunakan metode kolorimetri pada panjang gelombang 401 nm dengan substrat kromogenik p-nitrofenil-?-D-glukopiranosida (PNPG) dan enzim alfa-glukosidase dari Saccharomyces cerevisiae, akarbose digunakan sebagai pembanding penghambat alfa-glukosidase. Hasil penelitian diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etil asetat dan air berturut-turut sebesar 170,39 µg/mL; 258,41 µg/mL; 382,46 µg/mL; dan 134,27 µg/mL, akarbose sebesar 14,6 µg/mL. Aktivitas penghambatan alfa-glukosidase ekstrak etanol daun bungur yang gugur lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol daun bungur yang masih berwarna hijau dan fraksi air daun bungur yang gugur memberikan aktivitas penghambatan alfa-glukosidase yang terbesar dengan IC50 134,27 µg/mL.
{"title":"Potensi Daun Bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) Yang Gugur Sebagai Penghambat Alfa-Glukosidase","authors":"Soraya Riyanti, Setyadi Ma, Kumolowati E","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p04","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p04","url":null,"abstract":"Tanaman bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) termasuk dalam marga Lagerstroemia, famili Lythraceae. Asam korosolat merupakan kelompok triterpene pentasiklik yang terkandung di dalam daun bungur jenis Lagerstroemia speciosa L. dan telah dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan mekanisme menghambat alfa-glukosidase. Ekstrak etanol daun bungur (Lagerstroemia loudonii Teijsm. & Binn.) yang masih berwarna hijau dilaporkan memiliki aktivitas penghambat alfa-glukosidase sebesar 262, 20 µg/mL, fraksi etil asetat dan n-heksana sebesar 62,73 µg/mL dan 97, 16 µg/mL. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas penghambat alfa-glukosidase ekstrak etanol dan fraksi-fraksi daun bungur yang gugur. Proses ekstraksi secara refluks dalam etanol 96%, proses fraksinasi secara ekstraksi cair-cair. Pengujian aktivitas penghambat alfa-glukosidase menggunakan metode kolorimetri pada panjang gelombang 401 nm dengan substrat kromogenik p-nitrofenil-?-D-glukopiranosida (PNPG) dan enzim alfa-glukosidase dari Saccharomyces cerevisiae, akarbose digunakan sebagai pembanding penghambat alfa-glukosidase. Hasil penelitian diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etil asetat dan air berturut-turut sebesar 170,39 µg/mL; 258,41 µg/mL; 382,46 µg/mL; dan 134,27 µg/mL, akarbose sebesar 14,6 µg/mL. Aktivitas penghambatan alfa-glukosidase ekstrak etanol daun bungur yang gugur lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etanol daun bungur yang masih berwarna hijau dan fraksi air daun bungur yang gugur memberikan aktivitas penghambatan alfa-glukosidase yang terbesar dengan IC50 134,27 µg/mL.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83251505","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p08
I. Putra Nugraha, I. M. S. Dwidhananta, Ni Kadek Rai Nining Sonia Dewi, I. M. A. Gelgel Wirasuta
Latar Belakang Penelitian: Diabetes melitus (DM) tergolong sebagai silent killer di masyarakat. Terapi insulin umumnya menjadi solusi penanganan DM, namun terdapat efek samping kenaikan berat badan akibat dampak hipoglikemik. Solusi lain yang diterapkan yaitu diet makanan berindeks glikemik rendah berupa beras analog. Bahan yang berpotensi dikembangkan sebagai beras analog yaitu umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.), dengan dietary fiber tinggi dan indeks glikemik rendah, serta fortifikasi antioksidan daun kelor (Moringa oleifera). Tujuan: Untuk memperbaharui pengetahuan terkini masyarakat terkait komposisi kimia bahan baku dan manfaat kesehatan untuk penderita DM, beserta teknologi pembuatan beras analog guna memperoleh hasil terbaik. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi literatur (literature review) yang tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif secara sistematis. Hasil: Berbagai penelitian menunjukkan kedua bahan baku dilaporkan memiliki beragam senyawa kimia dan komponen nutrisi, indeks glikemik rendah, aktivitas antioksidan, serta anti-DM. Teknologi ekstrusi panas memberikan hasil terbaik dalam pembuatan beras analog. Kesimpulan: Produksi beras analog berbahan dasar umbi ubi jalar dan fortifikasi antioksidan daun kelor dengan ekstrusi panas berpotensi dikembangkan guna menghasilkan produk herbal fungsional sebagai upaya diversifikasi pangan penderita DM. Kata kunci: Ipomoea batatas L., Moringa oleifera, beras analog, fortifikasi, dan diabetes melitus
{"title":"Fortifikasi Antioksidan Beras Analog Kombinasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) dan Kelor (Moringa oleifera) sebagai Upaya Diversifikasi Pangan Penderita Diabetes Melitus","authors":"I. Putra Nugraha, I. M. S. Dwidhananta, Ni Kadek Rai Nining Sonia Dewi, I. M. A. Gelgel Wirasuta","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p08","url":null,"abstract":"Latar Belakang Penelitian: Diabetes melitus (DM) tergolong sebagai silent killer di masyarakat. Terapi insulin umumnya menjadi solusi penanganan DM, namun terdapat efek samping kenaikan berat badan akibat dampak hipoglikemik. Solusi lain yang diterapkan yaitu diet makanan berindeks glikemik rendah berupa beras analog. Bahan yang berpotensi dikembangkan sebagai beras analog yaitu umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L.), dengan dietary fiber tinggi dan indeks glikemik rendah, serta fortifikasi antioksidan daun kelor (Moringa oleifera). Tujuan: Untuk memperbaharui pengetahuan terkini masyarakat terkait komposisi kimia bahan baku dan manfaat kesehatan untuk penderita DM, beserta teknologi pembuatan beras analog guna memperoleh hasil terbaik. Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan metode studi literatur (literature review) yang tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif secara sistematis. Hasil: Berbagai penelitian menunjukkan kedua bahan baku dilaporkan memiliki beragam senyawa kimia dan komponen nutrisi, indeks glikemik rendah, aktivitas antioksidan, serta anti-DM. Teknologi ekstrusi panas memberikan hasil terbaik dalam pembuatan beras analog. Kesimpulan: Produksi beras analog berbahan dasar umbi ubi jalar dan fortifikasi antioksidan daun kelor dengan ekstrusi panas berpotensi dikembangkan guna menghasilkan produk herbal fungsional sebagai upaya diversifikasi pangan penderita DM. \u0000Kata kunci: Ipomoea batatas L., Moringa oleifera, beras analog, fortifikasi, dan diabetes melitus","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"220 3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90767266","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p11
Anif Nur Artanti, Prabawati N, Prihapsara F, Rakhmawati R
Spirulina platensis diketahui mengandung fikosianin yang berpotensi sebagai antioksidan dan pewarna alami. Minyak nyamplung merupakan bahan baku kosmetik yang belum banyak digunakan. Minyak nyamplung berkhasiat sebagai antibakteri dan antioksidan, sehingga berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetik salah satunya facial wash. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi NaCl terhadap sifat fisik sediaan facial wash ekstrak spirulina dan minyak nyamplung. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium dengan tahapan pembuatan basis sabun, pembuatan facial wash dengan tiga variasi konsentrasi NaCl 1%; 2%; dan 3%, serta uji sifat fisik dan kimia berupa uji organoleptik, uji viskositas, uji stabilitas busa, dan uji pH. Kemudian hasil pengujian organoleptik, uji pH, uji viskositas, uji stabilitas busa dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia dan literatur lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi NaCl memberikan pengaruh signifikan terhadap sifat fisik sediaan, yaitu semakin tinggi konsentrasi NaCl maka viskositas semakin meningkat namun stabilitas busa semakin menurun. Formula 3 dengan konsentrasi NaCl 3% merupakan formula facial wash ekstrak spirulina dan minyak nyamplung yang paling stabil.
{"title":"Pengaruh Variasi Konsentrasi Natrium Klorida dalam Formulasi Sediaan Facial Wash Kombinasi Ekstrak Spirulina (Spirulina platensis )dan Minyak Nyamplung (Chalophyllum inophyllum)","authors":"Anif Nur Artanti, Prabawati N, Prihapsara F, Rakhmawati R","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p11","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p11","url":null,"abstract":"Spirulina platensis diketahui mengandung fikosianin yang berpotensi sebagai antioksidan dan pewarna alami. Minyak nyamplung merupakan bahan baku kosmetik yang belum banyak digunakan. Minyak nyamplung berkhasiat sebagai antibakteri dan antioksidan, sehingga berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetik salah satunya facial wash. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi NaCl terhadap sifat fisik sediaan facial wash ekstrak spirulina dan minyak nyamplung. \u0000Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium dengan tahapan pembuatan basis sabun, pembuatan facial wash dengan tiga variasi konsentrasi NaCl 1%; 2%; dan 3%, serta uji sifat fisik dan kimia berupa uji organoleptik, uji viskositas, uji stabilitas busa, dan uji pH. Kemudian hasil pengujian organoleptik, uji pH, uji viskositas, uji stabilitas busa dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia dan literatur lainnya. \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi konsentrasi NaCl memberikan pengaruh signifikan terhadap sifat fisik sediaan, yaitu semakin tinggi konsentrasi NaCl maka viskositas semakin meningkat namun stabilitas busa semakin menurun. Formula 3 dengan konsentrasi NaCl 3% merupakan formula facial wash ekstrak spirulina dan minyak nyamplung yang paling stabil.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86030023","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-02DOI: 10.24843/jfu.2021.v10.i01.p07
Irma Novrianti, Heriani ., M. F
Acute ST-elevation myocardial infarction (STEMI) occurs when there is a blockage caused by sudden atherosclerotic plaque that blocks blood flow to the heart. The goal of STEMI therapy is to restore myocardial blood flow, to save the heart. Coronary arterial reproduction recommended by the American Heart Association (AHA) and the Indonesian Cardiovascular Specialist Association (PERKI) is primary percutaneous coronary intervention (PCI) or fibrinolytic. However, not all hospitals have catheterization laboratory facilities, so they still use fibrinolytic as reperfusion therapy. To provide a review of currently available fibrinolytic therapies that can be used in STEMI patients. Four databases [Pubmed, Libgen, researchgate, and Scopus] were searched from 1987 to 2019. Include original articles including RCT, comparative, literature review, and observational study about fibrinolytics treatment in Acute STEMI. Fibrinolytic was divided into specific fibrin (alteplase, tenecteplase, and reteplase) and non-specific fibrin (streptokinase and urokinase). Fibrinolytic used in STEMI are streptokinase, alteplase, tenecteplase, and reteplase. Fibrinolytic can be given when the patient has no contraindications. Furthermore, the administration must follow protocols to minimize the risk of side effects such as bleeding. Fibrinolytic can be used as reperfusion therapy in STEMI patients when PCI cannot be done promptly.
{"title":"Terapi Fibrinolitik Pada Pasien St-Segment Elevation Myocardial Infarction (Stemi) : Review Artikel","authors":"Irma Novrianti, Heriani ., M. F","doi":"10.24843/jfu.2021.v10.i01.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jfu.2021.v10.i01.p07","url":null,"abstract":"Acute ST-elevation myocardial infarction (STEMI) occurs when there is a blockage caused by sudden atherosclerotic plaque that blocks blood flow to the heart. The goal of STEMI therapy is to restore myocardial blood flow, to save the heart. Coronary arterial reproduction recommended by the American Heart Association (AHA) and the Indonesian Cardiovascular Specialist Association (PERKI) is primary percutaneous coronary intervention (PCI) or fibrinolytic. However, not all hospitals have catheterization laboratory facilities, so they still use fibrinolytic as reperfusion therapy. To provide a review of currently available fibrinolytic therapies that can be used in STEMI patients. Four databases [Pubmed, Libgen, researchgate, and Scopus] were searched from 1987 to 2019. Include original articles including RCT, comparative, literature review, and observational study about fibrinolytics treatment in Acute STEMI. Fibrinolytic was divided into specific fibrin (alteplase, tenecteplase, and reteplase) and non-specific fibrin (streptokinase and urokinase). Fibrinolytic used in STEMI are streptokinase, alteplase, tenecteplase, and reteplase. Fibrinolytic can be given when the patient has no contraindications. Furthermore, the administration must follow protocols to minimize the risk of side effects such as bleeding. Fibrinolytic can be used as reperfusion therapy in STEMI patients when PCI cannot be done promptly.","PeriodicalId":17752,"journal":{"name":"Jurnal Farmasi Udayana","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89228138","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}