Pub Date : 2018-12-13DOI: 10.24014/JUSH.V26I2.5374
Muhammad Akmaluddin
The fuqahâ’ (Legal Scholars) and muḥadditsûn (Hadith experts) have constructed theepistemology of Sharḥ Hadith in al-Andalus by its use and application. Interpreting Hadithby understanding the reality and context in al-Andalus provides a comparative understandingfor society to better get the messages of the Hadith, rather than focus on its transmission andvalidity rules. Such approach is taken considering the situation and condition in al-Andalusdemand the dissemination of practical knowledge, not theoretical knowledge as in Masyriq (theEast) where the people have achieved deeper knowledge. The epistemology developed by ‘Abdal-Malik bin Ḥabîb (d. 238/852) in the second to the third century AH gives an illustration thatSharḥ Hadith is developed in its epistemic corridor. Basically, the study of Sharḥ Hadith in Al-Andalus does not only have a passive role in the domination of Islamic centrist in the Masyriq,but also play an active role in interpreting various situations and conditions in the region.The relation of power between the Mâlik School and local knowledge in the epistemology ofSharḥ Hadith hadith are productive, producing practical and principle-based knowledge forthe people in al-Andalus
fuqah(法律学者)和muḥadditsûn(圣训专家)通过对圣训的使用和应用,构建了安达卢斯圣训的认识论。通过理解安达卢斯的现实和背景来解读圣训,为社会提供了一种比较的理解,以便更好地理解圣训的信息,而不是专注于它的传播和有效性规则。这种方法是考虑到al- andalus的情况和条件,需要传播实践知识,而不是像Masyriq(东部)那样的理论知识,那里的人们已经获得了更深入的知识。由' Abdal-Malik bin Ḥabîb(公元238/852年)在公元二世纪至三世纪发展的认识论说明了圣训是在其认识论走廊中发展起来的。基本上,对Al-Andalus圣训的研究不仅在伊斯兰中间派在Masyriq的统治中起着被动的作用,而且在解释该地区的各种情况和条件方面也起着积极的作用。在《圣训》的认识论中,密里克学派和地方知识之间的权力关系是富有成效的,为安达卢斯人民提供了实用的、基于原则的知识
{"title":"THE EPISTEMOLOGY OF SHARḤ HADITH IN AL-ANDALUS IN THE SECOND TO THE THIRD CENTURY AH: A BOOK STUDY OF TAFSÎR GHARÎB ALMUWAṬṬA BY ‘ABD AL-MALIK BIN ḤABÎB","authors":"Muhammad Akmaluddin","doi":"10.24014/JUSH.V26I2.5374","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I2.5374","url":null,"abstract":"The fuqahâ’ (Legal Scholars) and muḥadditsûn (Hadith experts) have constructed theepistemology of Sharḥ Hadith in al-Andalus by its use and application. Interpreting Hadithby understanding the reality and context in al-Andalus provides a comparative understandingfor society to better get the messages of the Hadith, rather than focus on its transmission andvalidity rules. Such approach is taken considering the situation and condition in al-Andalusdemand the dissemination of practical knowledge, not theoretical knowledge as in Masyriq (theEast) where the people have achieved deeper knowledge. The epistemology developed by ‘Abdal-Malik bin Ḥabîb (d. 238/852) in the second to the third century AH gives an illustration thatSharḥ Hadith is developed in its epistemic corridor. Basically, the study of Sharḥ Hadith in Al-Andalus does not only have a passive role in the domination of Islamic centrist in the Masyriq,but also play an active role in interpreting various situations and conditions in the region.The relation of power between the Mâlik School and local knowledge in the epistemology ofSharḥ Hadith hadith are productive, producing practical and principle-based knowledge forthe people in al-Andalus","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41573186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-13DOI: 10.24014/JUSH.V26I2.4899
Yundri Akhyar, Wilaela Wilaela
Education should lead to creating human beings who believe in the Divine. Here, their personality in the characteristics of ‘Ibadurrahman is to become true believers, as mentioned in the Holy Qur’an. Such characteristics as the faithful servants of God are necessarily taught in Islamic education. The word ‘Ibadurrahman as stated in the Qur’an (Surah al-Furqan, verse 63-77) is indeed the core of character education. This article describes what and how the character of ‘Ibadurrahman works and how it constructs the objectives of Islamic education. Methodically, this article is a library research considering the data examined and analyzed are based on library references. The result shows the Holy Qur’an has set an example of human personality, a true believer who owns the character of ‘Ibadurrahman, the loving servant of God. To this end, the millennial character education must refer to constructing the personality of ‘Ibadurrahman to build civilization
{"title":"THE PERSONALITY OF ‘IBADURRAHMAN IN QUR’AN (Character Education Construction in Building Civilization)","authors":"Yundri Akhyar, Wilaela Wilaela","doi":"10.24014/JUSH.V26I2.4899","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I2.4899","url":null,"abstract":"Education should lead to creating human beings who believe in the Divine. Here, their personality in the characteristics of ‘Ibadurrahman is to become true believers, as mentioned in the Holy Qur’an. Such characteristics as the faithful servants of God are necessarily taught in Islamic education. The word ‘Ibadurrahman as stated in the Qur’an (Surah al-Furqan, verse 63-77) is indeed the core of character education. This article describes what and how the character of ‘Ibadurrahman works and how it constructs the objectives of Islamic education. Methodically, this article is a library research considering the data examined and analyzed are based on library references. The result shows the Holy Qur’an has set an example of human personality, a true believer who owns the character of ‘Ibadurrahman, the loving servant of God. To this end, the millennial character education must refer to constructing the personality of ‘Ibadurrahman to build civilization","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49337925","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/jush.v26i1.4224
Cecep Zakarias El Bilad
Artikel ini akan membahas konsep gerak dalam perspektif filsafat Mullâ Ṣadrâ dan aplikasinya dalam memahami perubahan-perubahan pada diri manusia, baik secara fisik maupun mental. Secara esensial, sesuatu itu tersusun atas substansi dan aksiden. Setiap sesuatu juga bergerak atau berubah. Di sini para filsuf berdebat tentang bagaimana sebuah gerak bisa terjadi. Apakah gerak terjadi hanya pada aksiden sesuatu tersebut seperti warna, bentuk, bobot, posisi, dan lain sebagainya, ataukah pada keduanya? Mullâ Ṣadrâ menyakini bahwa ketika sesuatu bergerak, gerak tersebut terjadi baik di tataran substansi maupun aksidennya. Bahkan, dari keduanya substansilah yang merupakan sumber. Gerak pada aksiden bersumber dari gerak substansi. Dalam filsafat Ṣadrâ, pembahasan tentang gerak terkait erat dengan kajian ontologi. Artikel ini akan mencoba menelusuri definisi dan latar ontologis gerak. Ini adalah riset kepustakaan. Data yang terkumpul akan dianalisis secara interpretatif untuk menjelaskan perubahan-perubahan gradual pada alam semesta khususnya pada diri manusia. Ditemukan bahwa jiwa merupakan substansi manusia yang berbeda dari substansi entitas-entitas lain di alam semesta. Jiwa adalah pijakan eksistensial bagi aksiden manusia, yakni tubuhnya, untuk menopang keberadaannya. Semua aktivitas tubuh digerakkan oleh jiwa dan semua perubahan yang dialaminya dari waktu ke waktu adalah efek dari dari perubahan-perubahan pada jiwa. Tanpa jiwa, tubuh hanyalah seonggok daging yang akan terurai
{"title":"THE CONCEPT OF MOTION IN MULLÂ ṢADRÂ’S PHILOSOPHY: AN ONTOLOGICAL UNDERSTANDING OF THE HUMAN SOUL’S DEVELOPMENT","authors":"Cecep Zakarias El Bilad","doi":"10.24014/jush.v26i1.4224","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/jush.v26i1.4224","url":null,"abstract":"Artikel ini akan membahas konsep gerak dalam perspektif filsafat Mullâ Ṣadrâ dan aplikasinya dalam memahami perubahan-perubahan pada diri manusia, baik secara fisik maupun mental. Secara esensial, sesuatu itu tersusun atas substansi dan aksiden. Setiap sesuatu juga bergerak atau berubah. Di sini para filsuf berdebat tentang bagaimana sebuah gerak bisa terjadi. Apakah gerak terjadi hanya pada aksiden sesuatu tersebut seperti warna, bentuk, bobot, posisi, dan lain sebagainya, ataukah pada keduanya? Mullâ Ṣadrâ menyakini bahwa ketika sesuatu bergerak, gerak tersebut terjadi baik di tataran substansi maupun aksidennya. Bahkan, dari keduanya substansilah yang merupakan sumber. Gerak pada aksiden bersumber dari gerak substansi. Dalam filsafat Ṣadrâ, pembahasan tentang gerak terkait erat dengan kajian ontologi. Artikel ini akan mencoba menelusuri definisi dan latar ontologis gerak. Ini adalah riset kepustakaan. Data yang terkumpul akan dianalisis secara interpretatif untuk menjelaskan perubahan-perubahan gradual pada alam semesta khususnya pada diri manusia. Ditemukan bahwa jiwa merupakan substansi manusia yang berbeda dari substansi entitas-entitas lain di alam semesta. Jiwa adalah pijakan eksistensial bagi aksiden manusia, yakni tubuhnya, untuk menopang keberadaannya. Semua aktivitas tubuh digerakkan oleh jiwa dan semua perubahan yang dialaminya dari waktu ke waktu adalah efek dari dari perubahan-perubahan pada jiwa. Tanpa jiwa, tubuh hanyalah seonggok daging yang akan terurai","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43281976","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4070
Lalu Supriadi bin Mujib
Ilmu tafsir sebagai disiplin keilmuan Islam semakin berkembang dan menarik untuk dikaji karena karakter isi dan kandungan al-Qur’an bagaikan lautan yang tak pernih kering airnya dan tak akan habis keajaibannya. Juga didukung oleh eksistensinya sebagai kitab suci umat Islam dan kedudukannya yang menempati urutan pertama dalam memahami ajaran Islam. Kemajuan ilmu agama dan sains dengan berbagai corak dan ragamnya memberi ruang munculnya berbagai model pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an. Model pendekatan sastra adalah salah satu tawaran penting bagi para pengkaji al-Qur’an untuk menyelami keindahan bahasa dan menemukan aspek i`jâz (ke-mu’jizatan) al-Qur’an. I'jâz berfungsi menjadi bukti yang mempertegas posisi al-Qur’an sebagai firman Allah (Kalam allah) untuk membedakannya dengan perkataan manusia. Beragam varian uslûb (gaya bahasa) bisa ditemukan dalam al-Qur’an dan itu dipergunakan sesuai dengan kondisi dan konteks realita sosial budaya yang berkembang saat turunnya al-Qur’an. Hal tersebut tidak muncul begitu saja namun dipastikan mengandung nilai dan muatan sastra untuk mendukung ke-mu’jizat-annya
{"title":"ANALISIS PEMIKIRAN SASTRA NAJM AL-DÎN AL-THÛFÎ DALAM AL-IKSÎR FÎ `ILMI AL-TAFSÎR","authors":"Lalu Supriadi bin Mujib","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4070","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4070","url":null,"abstract":"Ilmu tafsir sebagai disiplin keilmuan Islam semakin berkembang dan menarik untuk dikaji karena karakter isi dan kandungan al-Qur’an bagaikan lautan yang tak pernih kering airnya dan tak akan habis keajaibannya. Juga didukung oleh eksistensinya sebagai kitab suci umat Islam dan kedudukannya yang menempati urutan pertama dalam memahami ajaran Islam. Kemajuan ilmu agama dan sains dengan berbagai corak dan ragamnya memberi ruang munculnya berbagai model pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’an. Model pendekatan sastra adalah salah satu tawaran penting bagi para pengkaji al-Qur’an untuk menyelami keindahan bahasa dan menemukan aspek i`jâz (ke-mu’jizatan) al-Qur’an. I'jâz berfungsi menjadi bukti yang mempertegas posisi al-Qur’an sebagai firman Allah (Kalam allah) untuk membedakannya dengan perkataan manusia. Beragam varian uslûb (gaya bahasa) bisa ditemukan dalam al-Qur’an dan itu dipergunakan sesuai dengan kondisi dan konteks realita sosial budaya yang berkembang saat turunnya al-Qur’an. Hal tersebut tidak muncul begitu saja namun dipastikan mengandung nilai dan muatan sastra untuk mendukung ke-mu’jizat-annya","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44081150","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.3512
Rohmansyah Rohmansyah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Corak Tafsir Muhammadiyah. Corak Tafsir tersebut ditujukan kepada dua karya tafsir yang digagas lembaga Majelis Tarjih dan Tajdid yang khusus membahas bidang keagamaan, yaitu Tafsir al-Qoer’an dan Tafsir Tematik tentang Hubungan Antar Umat Beragama. Metode penelitian yang digunakan adalah literatur kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukan, Corak Tafsir Muhammadiyah adalah tafsîr bi al-ra’yi yang dikenal di kalangan Muhammadiyah dengan tafsir yang bersifat ijtihadi (pemikiran), sehingga dalam perkembangan penafsirannya tidak hanya menggunakan pendapat para ulama semata, namun juga menginterkoneksikan dan mengkorelasikan dengan ayat lain, hadis Nabi, pendapat sahabat dan tab’in. Dua metode yang digunakan dalam menghantarkan penafsirannya adalah metode maudû'i dan tahlîli. Penafsiran tersebut dilakukan Muhammadiyah agar al-Qur’an benar-benar menjadi sâlihun li kulli zamânin wa makânin (sesuai dengan segala waktu dan tempat), sehingga ajarannya dapat difahami dan aplikasikan dalam kehidupan nyata
{"title":"CORAK TAFSIR MUHAMMADIYAH","authors":"Rohmansyah Rohmansyah","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.3512","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.3512","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Corak Tafsir Muhammadiyah. Corak Tafsir tersebut ditujukan kepada dua karya tafsir yang digagas lembaga Majelis Tarjih dan Tajdid yang khusus membahas bidang keagamaan, yaitu Tafsir al-Qoer’an dan Tafsir Tematik tentang Hubungan Antar Umat Beragama. Metode penelitian yang digunakan adalah literatur kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif-analitis. Hasil penelitian menunjukan, Corak Tafsir Muhammadiyah adalah tafsîr bi al-ra’yi yang dikenal di kalangan Muhammadiyah dengan tafsir yang bersifat ijtihadi (pemikiran), sehingga dalam perkembangan penafsirannya tidak hanya menggunakan pendapat para ulama semata, namun juga menginterkoneksikan dan mengkorelasikan dengan ayat lain, hadis Nabi, pendapat sahabat dan tab’in. Dua metode yang digunakan dalam menghantarkan penafsirannya adalah metode maudû'i dan tahlîli. Penafsiran tersebut dilakukan Muhammadiyah agar al-Qur’an benar-benar menjadi sâlihun li kulli zamânin wa makânin (sesuai dengan segala waktu dan tempat), sehingga ajarannya dapat difahami dan aplikasikan dalam kehidupan nyata","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45607680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4269
Atiyatul Ulya
Islam sangat memuliakan perempuan, bahkan terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menyatakan bahwa perempuan adalah makhluk mulia dan sama seperti laki-laki. Namun, terdapat sebuah hadis yang menjustifikasi bahwa kaum perempuan adalah makhluk yang lemah akalnya, kurang agamanya dan penghuni neraka terbanyak. Stigma atau justifikasi terhadap perempuan tersebut sangat bertolak belakang dengan gambaran umum tentang perempuan pada masa Rasulullah SAW yang cerdas dan berakal. Untuk mengetahui keotentikan hadis tersebut, maka perlu sekali dilakukan pengkajian hadis terutama dari segi matan. Dari beberapa metode kritik matan yang ada, teori tentang ke-sahîh-an matan yang relatif memadai adalah metodologi Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi. Setelah melakukan pengkajian hadis berdasarkan metodologi tersebut, maka disimpulkan bahwa kualitas matan hadis tersebut tidak memenuhi kriteria ke-sahîh-an matan hadis
伊斯兰教高度尊重妇女,甚至有许多古兰经和圣训,声称妇女是高贵的,与男人一样。然而,有一个圣训明确指出,妇女是思想薄弱的生物,缺乏宗教信仰,是地狱里最大的居民。这种女性的耻辱或正确性与先知时代的女性的一般形象形成了鲜明的对比。要了解圣训的真实性,圣训的研究必须首先是出于荣誉。在现存的一些流行批评方法中,关于获得合法地位的理论是Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi的方法。根据该方法进行了圣训研究,得出结论,圣训的质量不符合圣训的最高标准
{"title":"KRITIK KUALITAS MATAN HADIS PEREMPUAN LEMAH AKALNYA PERSPEKTIF SALAHUDIN IBN AHMAD AL-ADLABI","authors":"Atiyatul Ulya","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4269","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4269","url":null,"abstract":"Islam sangat memuliakan perempuan, bahkan terdapat banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menyatakan bahwa perempuan adalah makhluk mulia dan sama seperti laki-laki. Namun, terdapat sebuah hadis yang menjustifikasi bahwa kaum perempuan adalah makhluk yang lemah akalnya, kurang agamanya dan penghuni neraka terbanyak. Stigma atau justifikasi terhadap perempuan tersebut sangat bertolak belakang dengan gambaran umum tentang perempuan pada masa Rasulullah SAW yang cerdas dan berakal. Untuk mengetahui keotentikan hadis tersebut, maka perlu sekali dilakukan pengkajian hadis terutama dari segi matan. Dari beberapa metode kritik matan yang ada, teori tentang ke-sahîh-an matan yang relatif memadai adalah metodologi Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi. Setelah melakukan pengkajian hadis berdasarkan metodologi tersebut, maka disimpulkan bahwa kualitas matan hadis tersebut tidak memenuhi kriteria ke-sahîh-an matan hadis","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43353989","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4542
Afrizal Mansur, Kurnial Ilahi, J. Jamaluddin, M. Hb
Kajian metode kalam mendiskusikan sumber dan langkah-langkah yang ditempuh untuk memecahkan persoalan kalam dengan baik untuk memelihara akidah umat. Menurut Ibn Rusyd dasar akidah adalah nash, tetapi para mutakallim tidak dapat memakai teks nash secara harfiah saja bila terjadi benturan nash dengan logika. Ini dilakukan dengan mendiskripsikan pendekatan setiap aliran kalam agar jelas kekuatan dan kelemahan argumentas setiap aliran. Dari sini kelihatan bagaimana Ibn Rusyd mendudukkan persoalan ini dalam memelihara akidah umat. Ternyata melalui ketajaman berpikir yang diimbangi dengan kebijakan yang tepat, Ibn Rusyd berhasil mendudukkan persoalan kalam secara tepat dalam kondisi umat yang cenderung diskriminatif
{"title":"METODE KALAM IBN RUSYD (KRITIK ATAS METODE MUTAKALLIMIN)","authors":"Afrizal Mansur, Kurnial Ilahi, J. Jamaluddin, M. Hb","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4542","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4542","url":null,"abstract":"Kajian metode kalam mendiskusikan sumber dan langkah-langkah yang ditempuh untuk memecahkan persoalan kalam dengan baik untuk memelihara akidah umat. Menurut Ibn Rusyd dasar akidah adalah nash, tetapi para mutakallim tidak dapat memakai teks nash secara harfiah saja bila terjadi benturan nash dengan logika. Ini dilakukan dengan mendiskripsikan pendekatan setiap aliran kalam agar jelas kekuatan dan kelemahan argumentas setiap aliran. Dari sini kelihatan bagaimana Ibn Rusyd mendudukkan persoalan ini dalam memelihara akidah umat. Ternyata melalui ketajaman berpikir yang diimbangi dengan kebijakan yang tepat, Ibn Rusyd berhasil mendudukkan persoalan kalam secara tepat dalam kondisi umat yang cenderung diskriminatif","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43446071","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4243
Wahyudi Wahyudi
Tradisi sufisme dalam Islam masih diperdebatkan oleh para pakar. Sebagian menyebut sumber rujukan dari sufisme adalah paham emanasi Neo-Platonisme. Ada pula yang menyebutkan bahwa sumber utama ajaran sufi adalah riyâdah dan perilaku spiritual. Pengetahuan perspektif tasawuf adalah limpahan ilahiyah (al-fayd al-Ilahiyyah) yang bersifat transendental. Secara umum kontak sufisme dengan al-Qur’an berlangsung dalam aktivitas exegenis dan eisegesis sekaligus. Persinggungan ini memunculkan dua macam aliran tasawuf, nazari dan amali. Salah satu ulama yang berhasil membangun epistemologi ta’wil esoterik adalah al-Ghazâli. Ia menulis kitab Yaqut al-Ta'wîl fi Tafsir al-Tanzîl, namun kitab tersebut tidak dapat kita warisi. Epistemologi ta’wil al-Ghazâli terformulasikan dalam kitab Jawâhir al-Qur'ân. Ta'wîl al-Ghazâli berangkat dari pemahaman bahwa al-Qur’an memiliki sisi zahir dan batin. Dimensi lahir dalam istilah al-Ghazâli disebut dengan ‘ilm al- al-sadf. Sementara sisi batin al-Qur’an al-Ghazâli menyebutnya dengan ‘ilm al-lubâb. Penyeberangan dari ‘ilm al-sadf ke al-lubâb merupakan sistematika membumbung dari partikular ke universal. Jika ilmu masih mendekati kulit, maka nilainya kecil, sementara nilai ilmu akan bertambah jika menjauh dari kulit awal dan mendekati esensi
{"title":"TAFSIR SUFI: ANALISIS EPISTEMOLOGI TA’WÎL AL-GHAZÂLI DALAM KITAB JAWÂHIR AL-QUR’ÂN","authors":"Wahyudi Wahyudi","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4243","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4243","url":null,"abstract":"Tradisi sufisme dalam Islam masih diperdebatkan oleh para pakar. Sebagian menyebut sumber rujukan dari sufisme adalah paham emanasi Neo-Platonisme. Ada pula yang menyebutkan bahwa sumber utama ajaran sufi adalah riyâdah dan perilaku spiritual. Pengetahuan perspektif tasawuf adalah limpahan ilahiyah (al-fayd al-Ilahiyyah) yang bersifat transendental. Secara umum kontak sufisme dengan al-Qur’an berlangsung dalam aktivitas exegenis dan eisegesis sekaligus. Persinggungan ini memunculkan dua macam aliran tasawuf, nazari dan amali. Salah satu ulama yang berhasil membangun epistemologi ta’wil esoterik adalah al-Ghazâli. Ia menulis kitab Yaqut al-Ta'wîl fi Tafsir al-Tanzîl, namun kitab tersebut tidak dapat kita warisi. Epistemologi ta’wil al-Ghazâli terformulasikan dalam kitab Jawâhir al-Qur'ân. Ta'wîl al-Ghazâli berangkat dari pemahaman bahwa al-Qur’an memiliki sisi zahir dan batin. Dimensi lahir dalam istilah al-Ghazâli disebut dengan ‘ilm al- al-sadf. Sementara sisi batin al-Qur’an al-Ghazâli menyebutnya dengan ‘ilm al-lubâb. Penyeberangan dari ‘ilm al-sadf ke al-lubâb merupakan sistematika membumbung dari partikular ke universal. Jika ilmu masih mendekati kulit, maka nilainya kecil, sementara nilai ilmu akan bertambah jika menjauh dari kulit awal dan mendekati esensi","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47264429","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4042
I. Nasution, R. Hasbi
Ungkapan Rasulullah SAW atas pengakuan kebaikan tiga generasi berkaitan dengan keimanan, penegakan hukum, dan moral mereka. Realitas generasi ini berhadapan dengan akan terjadinya suatu perubahan sosial yang berkorelasi dengan ketetapan hukum Islam. Perspektif “khair al-qurun” menunjukkan bahwa perubahan struktur sosial dan sistem yang terjadi, antara masa hidup Rasulullah SAW dengan zaman hidup Sahabat, begitu juga antara zaman Sahabat dengan zaman Tabi`in dan sesudahnya terdapat transformasi hukum. Transformasi hukum dengan transformasi sosial merupakan suatu keniscayaan dalam sebuah kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara kolektif. Ajaran Islam yang bersandarkan pada al-Qur'an dan hadis dihadapkan pada idealisme dan realisme, juga antara stabilisme dan perubahan. Dalam pemahaman hadis “khair al-qurun” menunjukkan bahwa realisme dan perubahan diperhatikan dalam konteks wahyu, sebab manusia secara alami memiliki sifat tidak statis dalam sebuah kondisi, sebab cenderung aktif merespons sejumlah kejadian dan peristiwa yang ada di sekelilingnya. Respons inilah yang membuat hidup manusia selalu dinamis dan pada akhirnya menciptakan sejumlah gagasan dan ide-ide baru dalam rangka memenuhi harapan serta kebutuhannya
{"title":"HADIS “KHAIR AL-QURUN” DAN PERUBAHAN SOSIAL DALAM DINAMIKA HUKUM","authors":"I. Nasution, R. Hasbi","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4042","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4042","url":null,"abstract":"Ungkapan Rasulullah SAW atas pengakuan kebaikan tiga generasi berkaitan dengan keimanan, penegakan hukum, dan moral mereka. Realitas generasi ini berhadapan dengan akan terjadinya suatu perubahan sosial yang berkorelasi dengan ketetapan hukum Islam. Perspektif “khair al-qurun” menunjukkan bahwa perubahan struktur sosial dan sistem yang terjadi, antara masa hidup Rasulullah SAW dengan zaman hidup Sahabat, begitu juga antara zaman Sahabat dengan zaman Tabi`in dan sesudahnya terdapat transformasi hukum. Transformasi hukum dengan transformasi sosial merupakan suatu keniscayaan dalam sebuah kehidupan manusia, baik secara individu maupun secara kolektif. Ajaran Islam yang bersandarkan pada al-Qur'an dan hadis dihadapkan pada idealisme dan realisme, juga antara stabilisme dan perubahan. Dalam pemahaman hadis “khair al-qurun” menunjukkan bahwa realisme dan perubahan diperhatikan dalam konteks wahyu, sebab manusia secara alami memiliki sifat tidak statis dalam sebuah kondisi, sebab cenderung aktif merespons sejumlah kejadian dan peristiwa yang ada di sekelilingnya. Respons inilah yang membuat hidup manusia selalu dinamis dan pada akhirnya menciptakan sejumlah gagasan dan ide-ide baru dalam rangka memenuhi harapan serta kebutuhannya","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47432566","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-04DOI: 10.24014/JUSH.V26I1.4071
Arivaie Rahman, Munzir Hitami, Zikri Darussamin
Artikel ini secara spesifik untuk mengenal dan mengkaji tafsir Melayu Nūr al-Ihsān karya Syekh Muhammad Sa’īd al-Qadhī. Penelitian ini membuktikan bahwa tafsir berbahasa Melayu beraksara Arab-Jawi masih eksis dan bertahan hingga abad ke-20 M. Menarik untuk melihat praktik penafsiran yang diterapkan oleh Muhammad Sa’īd dalam tafsirnya. Setelah melakukan penelitian secara deskriptif-analitis, karya ini sangat kaya dengan berbagai nuansa dan corak penafsian terutama berkaitan dengan teologis, fiqh, dan sufistik. Fakta ini tidak mengherankan, karena disamping sebagai seorang agamawan, Muhammad Sa’īd merupakan seorang ahli hukum (qādhi) bermazhab Imam al-Syafi’i di negeri Kedah, dan penganut setia tarekat Naqsyabandiyah Ahmadiyah
{"title":"TAFSIR MELAYU: MENGENAL TAFSIR NŪR AL-IHSĀN KARYA SYEKH MUHAMMAD SA’ĪD AL-QADHĪ","authors":"Arivaie Rahman, Munzir Hitami, Zikri Darussamin","doi":"10.24014/JUSH.V26I1.4071","DOIUrl":"https://doi.org/10.24014/JUSH.V26I1.4071","url":null,"abstract":"Artikel ini secara spesifik untuk mengenal dan mengkaji tafsir Melayu Nūr al-Ihsān karya Syekh Muhammad Sa’īd al-Qadhī. Penelitian ini membuktikan bahwa tafsir berbahasa Melayu beraksara Arab-Jawi masih eksis dan bertahan hingga abad ke-20 M. Menarik untuk melihat praktik penafsiran yang diterapkan oleh Muhammad Sa’īd dalam tafsirnya. Setelah melakukan penelitian secara deskriptif-analitis, karya ini sangat kaya dengan berbagai nuansa dan corak penafsian terutama berkaitan dengan teologis, fiqh, dan sufistik. Fakta ini tidak mengherankan, karena disamping sebagai seorang agamawan, Muhammad Sa’īd merupakan seorang ahli hukum (qādhi) bermazhab Imam al-Syafi’i di negeri Kedah, dan penganut setia tarekat Naqsyabandiyah Ahmadiyah","PeriodicalId":17770,"journal":{"name":"Jurnal Ushuluddin","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41868600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}