Pembangunan nasional di segala bidang yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah, telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Berdsarkan Susenas tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa setara dengan 8.03% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki, 10,77 juta lansia dibandingkan dengan 9,47 juta laki-laki dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 11,34% (BPS, 2014). Pemberian latihan olahraga pada usia lanjut dimulai dengan intensitas dan waktu yang ringan kemudian meningkat secara pelahan-lahan serta tidak bersifat kompetitif/ bertanding. Latihan olahraga bagi manula mempunyai manfaat besar karena dapat meningkatkan kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran dan volume pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak. Hal ini didukung oleh penelitian selama 10 tahun pada pria usia lanjut berdasarkan data dari Finlandia, Italia dan Belanda oleh B.M. Van Gelder dan kawan-kawan (2004) tentang hubungan aktifitas fisik dengan penurunan kognitif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat proses penurunan fungsi kognitif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre eksperiment dengan rancangan penelitian yang digunakan one group pre and post test. yaitu sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kondisi setelah diberikan perlakuan sampel. Analisis dilakukan dengan univariat dan analisis bivariat. Sebelum uji statistik, dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorof Smirnov yang dikumpulkan kemudian di tentukan uji statistik yang akan dilakukan dengan uji Wilcoxon bertujuan untuk mengetahui dampak dari perlakuan terhadap nilai MMSE setelah senam lansia dengan tingkat kepercayaan 95% atau nilai α = 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden lansia menurut tingkat pendidikan sebanyak 16 orang atau 80% dengan tingkat pendidikan SD, dan menurut umur minimal 60 tahun dan maksimal 84 tahun nilai mean MMSE untuk pre senam lansia sebesar 21,70 dan nilai mean MMSE untuk post senam lansia sebesar 25,35, terjadi peningkatan nilai mean sebesar 3,65. Nilai p value 0,001 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kognitif lansia
{"title":"PENGARUH SENAM LANSIA DALAM PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF KELOMPOK LANSIA DI BALAI PELAYANAN PENYANTUNAN LANJUT USIA (BPPLU) BENGKULU","authors":"S. Pardosi, Derison Marsinova","doi":"10.33088/jmk.v14i2.701","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i2.701","url":null,"abstract":"Pembangunan nasional di segala bidang yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah, telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat dari menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya angka umur harapan hidup. Berdsarkan Susenas tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa setara dengan 8.03% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada laki-laki, 10,77 juta lansia dibandingkan dengan 9,47 juta laki-laki dan diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat sebesar 11,34% (BPS, 2014). \u0000Pemberian latihan olahraga pada usia lanjut dimulai dengan intensitas dan waktu yang ringan kemudian meningkat secara pelahan-lahan serta tidak bersifat kompetitif/ bertanding. Latihan olahraga bagi manula mempunyai manfaat besar karena dapat meningkatkan kemampuan aerobik yaitu akan meningkatkan aliran dan volume pasokan darah yang membawa oksigen ke organ-organ tubuh terutama ke organ otak. Hal ini didukung oleh penelitian selama 10 tahun pada pria usia lanjut berdasarkan data dari Finlandia, Italia dan Belanda oleh B.M. Van Gelder dan kawan-kawan (2004) tentang hubungan aktifitas fisik dengan penurunan kognitif. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penurunan intensitas dan durasi aktifitas akan mempercepat proses penurunan fungsi kognitif. \u0000Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre eksperiment dengan rancangan penelitian yang digunakan one group pre and post test. yaitu sampel pada penelitian ini diobservasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan, kondisi setelah diberikan perlakuan sampel. Analisis dilakukan dengan univariat dan analisis bivariat. Sebelum uji statistik, dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorof Smirnov yang dikumpulkan kemudian di tentukan uji statistik yang akan dilakukan dengan uji Wilcoxon bertujuan untuk mengetahui dampak dari perlakuan terhadap nilai MMSE setelah senam lansia dengan tingkat kepercayaan 95% atau nilai α = 0,05. \u0000Hasil penelitian menunjukan bahwa responden lansia menurut tingkat pendidikan sebanyak 16 orang atau 80% dengan tingkat pendidikan SD, dan menurut umur minimal 60 tahun dan maksimal 84 tahun nilai mean MMSE untuk pre senam lansia sebesar 21,70 dan nilai mean MMSE untuk post senam lansia sebesar 25,35, terjadi peningkatan nilai mean sebesar 3,65. Nilai p value 0,001 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kognitif lansia","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77111635","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Problems : The indirect cause of maternal death is that there are still many late cases. Case 3 is late, including: being late in recognizing the danger signs of childbirth and making decisions, being referred too late to a health facility, being late being handled by health workers at a health service facility. Readiness in the face of childbirth is one solution to prevent maternal death. The aim of the research: to determine the effect of health education using video media on the readiness of pregnant women in facing childbirth in the working area of UPTD Puskesmas Talun, Cirebon Regency. Method: The research design used a quasi-experimental design with pretest and posttest with one group design. The sampling technique was carried out by non-probability sampling technique. Sampling used a total sampling technique (30 pregnant women) in the second and third trimesters. Bivariate analysis using Wilcoxon test. Results: The results of the pre test and post test showed an increase. The effect of health education using video media on mother's readiness in facing childbirth (p value = 0.000). Conclusion: There is an effect of health education using video media on the readiness of pregnant women in facing childbirth. Keywords: Health Education Using Video Media, Readiness, Pregnant Women
{"title":"PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPAN IBU HAMIL DALAM MENGHADAPI PERSALINAN","authors":"Lisnawati Lisnawati, Dara Linggar Adi Prahastuti","doi":"10.33088/jmk.v14i2.714","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i2.714","url":null,"abstract":"Problems : The indirect cause of maternal death is that there are still many late cases. Case 3 is late, including: being late in recognizing the danger signs of childbirth and making decisions, being referred too late to a health facility, being late being handled by health workers at a health service facility. Readiness in the face of childbirth is one solution to prevent maternal death. The aim of the research: to determine the effect of health education using video media on the readiness of pregnant women in facing childbirth in the working area of UPTD Puskesmas Talun, Cirebon Regency. Method: The research design used a quasi-experimental design with pretest and posttest with one group design. The sampling technique was carried out by non-probability sampling technique. Sampling used a total sampling technique (30 pregnant women) in the second and third trimesters. Bivariate analysis using Wilcoxon test. Results: The results of the pre test and post test showed an increase. The effect of health education using video media on mother's readiness in facing childbirth (p value = 0.000). Conclusion: There is an effect of health education using video media on the readiness of pregnant women in facing childbirth. \u0000 \u0000Keywords: Health Education Using Video Media, Readiness, Pregnant Women","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"43 10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82864560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. D. Sarihati, Putu Dita Pratiwi, I. A. A. Swastini
Description of Blood Glucose Levels in Hypertension Patients in Mendoyo Public Health Center
Abstract
Hypertension is a degenerative disease that still affects many people in Bali Province. Hypertension occurs due to many factors where it can start from genetics and lifestyle. Hypertension can lead to insulin resistance which is the main cause of increased blood glucose, so that people who suffer from hypertension have the risk of suffering from diabetes mellitus. The purpose of this study is to describe the current blood glucose levels in patients with hypertension at Puskesmas II Mendoyo. Method this research uses descriptive quantitative method involving 30 respondents through purposive sampling technique. The research was conducted in March - April 2021. Data collection was carried out by filling out questionnaires and examining blood glukose level with POCT EasyTouch GCU. The results showed that (13.3%) patients with hypertension had blood glucose levels in the non-DM category, (80%) with the uncertain DM category, and (6.7%) in the DM category. The average blood glucose level is 120.7 mg/dl with the lowest level is 84 mg/dl and the highest level up to 273 mg/dl. In conclusion, most patients with hypertension have blood glucose levels during the uncertain DM category.
摘要高血压是一种退行性疾病,仍然影响着巴厘岛省的许多人。高血压的发生是由许多因素引起的,从遗传和生活方式开始。高血压可导致胰岛素抵抗,这是血糖升高的主要原因,因此高血压患者有患糖尿病的风险。本研究的目的是描述Puskesmas II Mendoyo的高血压患者当前的血糖水平。方法本研究采用描述性定量方法,通过有目的抽样技术对30名调查对象进行调查。该研究于2021年3月至4月进行。通过填写问卷和使用POCT EasyTouch GCU检测血糖水平来收集数据。结果显示,13.3%的高血压患者血糖水平为非糖尿病类型,80%的患者血糖水平不确定,6.7%的患者血糖水平为糖尿病类型。平均血糖水平为120.7 mg/dl,最低为84 mg/dl,最高可达273 mg/dl。总之,大多数高血压患者的血糖水平处于不确定的糖尿病类别。关键词:血糖水平;高血压;糖尿病melitus
{"title":"Gambaran Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas II Mendoyo","authors":"I. D. Sarihati, Putu Dita Pratiwi, I. A. A. Swastini","doi":"10.26630/jak.v10i2.2956","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jak.v10i2.2956","url":null,"abstract":"<p class=\"normal\" align=\"center\"><strong>Description </strong><strong>o</strong><strong>f Blood Glucose Levels </strong><strong>i</strong><strong>n Hypertension Patients </strong><strong>in</strong><strong> Mendoyo Public </strong><strong>H</strong><strong>ealth </strong><strong>C</strong><strong>enter</strong></p><p class=\"normal\" align=\"center\"> </p><p class=\"normal\"><strong> Abstract</strong></p><p class=\"normal\"> </p><p>Hypertension is a degenerative disease that still affects many people in Bali Province. Hypertension occurs due to many factors where it can start from genetics and lifestyle. Hypertension can lead to insulin resistance which is the main cause of increased blood glucose, so that people who suffer from hypertension have the risk of suffering from diabetes mellitus. The purpose of this study is to describe the current blood glucose levels in patients with hypertension at Puskesmas II Mendoyo. Method this research uses descriptive quantitative method involving 30 respondents through purposive sampling technique. The research was conducted in March - April 2021. Data collection was carried out by filling out questionnaires and examining blood glukose level with POCT EasyTouch GCU. The results showed that (13.3%) patients with hypertension had blood glucose levels in the non-DM category, (80%) with the uncertain DM category, and (6.7%) in the DM category. The average blood glucose level is 120.7 mg/dl with the lowest level is 84 mg/dl and the highest level up to 273 mg/dl. In conclusion, most patients with hypertension have blood glucose levels during the uncertain DM category.</p><p><strong>Keyword</strong>s: blood glucose levels; hypertension; diabetes melitus</p>","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80234482","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Oktoviani Oktoviani, R. Pertiwi, D. Notriawan, B. A. Putri, Y. Karlina
Daun nangka kuning (Vincetoxicum villosum Blume) banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional namun penelitian mengenai daun nangka kuning masih sangat terbatas sehingga memiliki potensi besar untuk pengembangan obat herbal. Penelitian ini menggunakan dua bakteri yang mewakili kelompok gram positif dan gram negatif. Dari golongan gram positif, digunakan salah satu bakteri tersering yang dapat menyebakan penyakit yaitu bakteri Enterococcus faecalis. Kemudian dari golongan gram negatif digunakan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan penyebab paling umum dari infeksi oportunistik pada pasien rawat inap. Untuk menguji daya aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol, bakteri dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif dengan pemberian kloramfenikol, kelompok kontrol negatif dengan pemberian pelarut Dimethyl Sulfoxide (DMSO) 10% dan 6 kelompok perlakuan dengan menggunakan ekstrak etanol konsentrasi 12,5%; 15%; 17,5%; 20%; 22,5%; 25%. Kultur bakteri dilakukan dengan menggunakan media dan dinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. Bakteri Enterococcus Faecalis menggunakan media Trypticase Soy Both (TSB) dan bakteri Pseudomonas Aeruginosa menggunakan media Trypticase Soy Agar (TSA). Penghambatan optimal untuk bakteri Enterococcus faecalis adalah pada ekstrak etanol Vincetoxicum Villosum Blume konsentrasi 25% dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah pada ekstrak etanol Vincetoxicum Villosum Blume konsentrasi 15%.
{"title":"AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NANGKA KUNING (VINCETOXICUM VILLOSUM (BLUME) KUNTZE) TERHADAP BAKTERI ENTEROCOCCUS FAECALIS DAN PSEUDOMONAS AERUGINOSA","authors":"Oktoviani Oktoviani, R. Pertiwi, D. Notriawan, B. A. Putri, Y. Karlina","doi":"10.33088/jmk.v14i1.631","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.631","url":null,"abstract":"Daun nangka kuning (Vincetoxicum villosum Blume) banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional namun penelitian mengenai daun nangka kuning masih sangat terbatas sehingga memiliki potensi besar untuk pengembangan obat herbal. Penelitian ini menggunakan dua bakteri yang mewakili kelompok gram positif dan gram negatif. Dari golongan gram positif, digunakan salah satu bakteri tersering yang dapat menyebakan penyakit yaitu bakteri Enterococcus faecalis. Kemudian dari golongan gram negatif digunakan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan penyebab paling umum dari infeksi oportunistik pada pasien rawat inap. Untuk menguji daya aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol, bakteri dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif dengan pemberian kloramfenikol, kelompok kontrol negatif dengan pemberian pelarut Dimethyl Sulfoxide (DMSO) 10% dan 6 kelompok perlakuan dengan menggunakan ekstrak etanol konsentrasi 12,5%; 15%; 17,5%; 20%; 22,5%; 25%. Kultur bakteri dilakukan dengan menggunakan media dan dinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. Bakteri Enterococcus Faecalis menggunakan media Trypticase Soy Both (TSB) dan bakteri Pseudomonas Aeruginosa menggunakan media Trypticase Soy Agar (TSA). Penghambatan optimal untuk bakteri Enterococcus faecalis adalah pada ekstrak etanol Vincetoxicum Villosum Blume konsentrasi 25% dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah pada ekstrak etanol Vincetoxicum Villosum Blume konsentrasi 15%.","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79511239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan masker dan menjaga kebersihan tangan menjadi pilihan utama dalam usaha penurunan penularan Covid-19 saat berkegiatan di luar rumah. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam sosialisasi anjuran ini kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk mahasiswa. Mahasiswa sebagai lapisan dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki kepatuhan terhadap himbauan yang diberikan termasuk mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kepatuhan penggunaan masker dan hand sanitizer mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 saat pandemi Covid-19. Metode yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner daring yang berisi pertanyaan tertutup. Total 309 orang berpartisipasi dalam survey ini dan menjawab penggunaan masker dan hand sanitizer. Mahasiswa Universitas 17 Agustus menggunakan masker dan hand sanitizer selama pandemi Covid-19. Tingkat kepatuhan penggunaan masker 68,6% dan hand sanitizer 78,3% selama pandemi Covid-19. Laki-laki lebih patuh menggunakan masker 73,6% dan hand sanitizer 84,3% dibandingkan dengan perempuan menggunakan masker 64,5% dan hand sanitizer 73,4%.
{"title":"TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DAN HAND SANITIZER MAHASISWA UNIVERSITAS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA SELAMA PANDEMI COVID-19","authors":"Ekajayanti Kining, Dinaria Br Ginting, Sogandi Sogandi","doi":"10.33088/jmk.v14i1.621","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.621","url":null,"abstract":"Penggunaan masker dan menjaga kebersihan tangan menjadi pilihan utama dalam usaha penurunan penularan Covid-19 saat berkegiatan di luar rumah. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam sosialisasi anjuran ini kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk mahasiswa. Mahasiswa sebagai lapisan dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki kepatuhan terhadap himbauan yang diberikan termasuk mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kepatuhan penggunaan masker dan hand sanitizer mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 saat pandemi Covid-19. Metode yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner daring yang berisi pertanyaan tertutup. Total 309 orang berpartisipasi dalam survey ini dan menjawab penggunaan masker dan hand sanitizer. Mahasiswa Universitas 17 Agustus menggunakan masker dan hand sanitizer selama pandemi Covid-19. Tingkat kepatuhan penggunaan masker 68,6% dan hand sanitizer 78,3% selama pandemi Covid-19. Laki-laki lebih patuh menggunakan masker 73,6% dan hand sanitizer 84,3% dibandingkan dengan perempuan menggunakan masker 64,5% dan hand sanitizer 73,4%.","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83334806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Menstrual disturbance in adolescense often related with reproductive health problem. Nearly 75% of adolescents experience menstrual-related disorders such as irregular menstrual cycles. This study aims to analyze the factors that affect the regularity of the menstrual cycle in adolescent girls, including body mass index, hemoglobin levels, physical activity, stress levels, and age of menarche. This research is a correlational analytic study with a cross sectional approach. A total of 65 young women became respondents in this study, which were determined using stratified simple random sampling technique. The data collection tools used were questionnaires, weight scales, height gauges and HBmeter. Data were analyzed using descriptive and correlational statistics with a confidence level of 95%. Based on the results of data analysis, it was found that in general the majority of respondents had a normal BMI (50.8%), 18 years old (60%), low Hb (52.3%), light physical activity (50.8%), stress levels. moderate (44.6%), and the age of menarche was at the age of 13 years (36.9%). The results of the correlation analysis showed that the relationship between body mass index, hemoglobin levels, physical activity, stress levels, and age of menarche was respectively (p = 0.219; r - 0.155, p = 0.007; r = -0.330, p = 0.047 ; r = -0.232, p = 0.005; r = 0.334, p = 0.696; r = -0.044). There is a relationship between Hb levels, physical activity and stress levels on menstrual cycle regularity. There is no relationship between BMI and age of menarche with menstrual cycle regularity in adolescent girls.
青春期月经紊乱往往与生殖健康问题有关。近75%的青少年患有与月经有关的疾病,如月经周期不规律。本研究旨在分析影响青春期少女月经周期规律的因素,包括身体质量指数、血红蛋白水平、体力活动、压力水平和月经初潮年龄。本研究采用横断面方法进行相关分析研究。本研究共有65名年轻女性成为调查对象,调查对象采用分层简单随机抽样方法确定。数据收集工具为问卷调查、体重秤、身高计和体重计。数据分析采用描述性统计和相关统计,置信水平为95%。根据数据分析结果发现,总体而言,大多数受访者BMI正常(50.8%),18岁(60%),Hb低(52.3%),轻度体育活动(50.8%),压力水平。中度(44.6%),初潮年龄在13岁(36.9%)。相关分析结果显示,体重指数、血红蛋白水平、体力活动、应激水平与月经初潮年龄的相关性分别为(p = 0.219;R = 0.155, p = 0.007;R = -0.330, p = 0.047;R = -0.232, p = 0.005;R = 0.334, p = 0.696;R = -0.044)。Hb水平、体力活动和应激水平对月经周期规律有一定的影响。青春期少女BMI、月经初潮年龄与月经周期规律无相关性。
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 SINGARAJA","authors":"Luh Yenny Armayanti, Putu Ayu Sista Damayanti","doi":"10.33088/jmk.v14i1.630","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.630","url":null,"abstract":"Menstrual disturbance in adolescense often related with reproductive health problem. Nearly 75% of adolescents experience menstrual-related disorders such as irregular menstrual cycles. This study aims to analyze the factors that affect the regularity of the menstrual cycle in adolescent girls, including body mass index, hemoglobin levels, physical activity, stress levels, and age of menarche. This research is a correlational analytic study with a cross sectional approach. A total of 65 young women became respondents in this study, which were determined using stratified simple random sampling technique. The data collection tools used were questionnaires, weight scales, height gauges and HBmeter. Data were analyzed using descriptive and correlational statistics with a confidence level of 95%. Based on the results of data analysis, it was found that in general the majority of respondents had a normal BMI (50.8%), 18 years old (60%), low Hb (52.3%), light physical activity (50.8%), stress levels. moderate (44.6%), and the age of menarche was at the age of 13 years (36.9%). The results of the correlation analysis showed that the relationship between body mass index, hemoglobin levels, physical activity, stress levels, and age of menarche was respectively (p = 0.219; r - 0.155, p = 0.007; r = -0.330, p = 0.047 ; r = -0.232, p = 0.005; r = 0.334, p = 0.696; r = -0.044). There is a relationship between Hb levels, physical activity and stress levels on menstrual cycle regularity. There is no relationship between BMI and age of menarche with menstrual cycle regularity in adolescent girls. \u0000 ","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89828730","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background: The Coronavirus mostly attacks people with low immune systems and can results in death. Adequate vitamin D can increase immunity. Most of the Indonesian population is deficient in vitamin D. Exposure to sunlight can increase vitamin D however inappropriate and long hours causes many health problems. Aim Of This Paper: is to determine the best sunbathing time to increase vitamin D in the prevention of Coronavirus Disease 2019 (covid-19). Discussion: Optimal sun exposure in various areas, influenced by environmental and human factors. Most of the Indonesian population needs 1 minimal erythemal dose (MED) which can be obtained by sunbathing at 11:00 a.m. to 14:00 p.m. for 37.5 – 64.5 minutes a day but is more risky causing health problems than before 10:00 a.m. According to Perdoski, sunbathe started from 9 to 10 a.m. for 15 minutes a day or until the skin turns pink, 2-3 times a week with at least 22.5 % area of the body exposed is sufficient and safer. Conclusion: sunbathing from 9:00-10:00 a.m., maximum 15 minutes or skin starts pink, 2-3 times a week is sufficient to increase vitamin D and prevent Covid-19. Wearing a hat and sunscreen is still recommended.
{"title":"WAKTU BERJEMUR TERBAIK GUNA MENINGKATKAN VITAMIN D DALAM PENCEGAHAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)","authors":"Muliani Joewono","doi":"10.33088/jmk.v14i1.622","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.622","url":null,"abstract":"Background: The Coronavirus mostly attacks people with low immune systems and can results in death. Adequate vitamin D can increase immunity. Most of the Indonesian population is deficient in vitamin D. Exposure to sunlight can increase vitamin D however inappropriate and long hours causes many health problems. Aim Of This Paper: is to determine the best sunbathing time to increase vitamin D in the prevention of Coronavirus Disease 2019 (covid-19). Discussion: Optimal sun exposure in various areas, influenced by environmental and human factors. Most of the Indonesian population needs 1 minimal erythemal dose (MED) which can be obtained by sunbathing at 11:00 a.m. to 14:00 p.m. for 37.5 – 64.5 minutes a day but is more risky causing health problems than before 10:00 a.m. According to Perdoski, sunbathe started from 9 to 10 a.m. for 15 minutes a day or until the skin turns pink, 2-3 times a week with at least 22.5 % area of the body exposed is sufficient and safer. Conclusion: sunbathing from 9:00-10:00 a.m., maximum 15 minutes or skin starts pink, 2-3 times a week is sufficient to increase vitamin D and prevent Covid-19. Wearing a hat and sunscreen is still recommended.","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83959454","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Riana Versita, Ikhsan Ikhsan, Maria Herliana Esa Kristiani
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep yang baik harus memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan untuk mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Penulisan dan pengisian blangko resep yang jelas perlu diperhatikan untuk menghindari medication error. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan penulisan resep pasien di Instalasi Farmasi RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu Sebelum Akreditasi dan Sesudah Akreditasi berdasarkan aspek administratif dan aspek farmasetik. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik Quota Sampling menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi kelengkapan penulisan berdasarkan aspek kelengkapan administartif sebelum akreditasi sebesar 73,25%dan sesudah akreditasi sebesar 81,21%, sedangkan deskripsi aspek kelengkapan farmasetik sebelum akreditasi sebesar 91,05%dan sesudah akreditasi sebesar 99% Dari 4444 sampel yang diteliti di tahun 2017 dan 2019 didapatkan terjadi peningkatan kelengkapan dalam penulisan resep baik secara aspek administrasi yaitu 7,96% dan 7,95% aspek farmasetik
{"title":"EVALUASI KELENGKAPAN PENULISAN RESEP PASIEN DI INSTALASI FARMASI RSKJ SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU SEBELUM DAN SESUDAH AKREDITASI","authors":"Riana Versita, Ikhsan Ikhsan, Maria Herliana Esa Kristiani","doi":"10.33088/jmk.v14i1.642","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.642","url":null,"abstract":"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep yang baik harus memuat cukup informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan untuk mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Penulisan dan pengisian blangko resep yang jelas perlu diperhatikan untuk menghindari medication error. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan penulisan resep pasien di Instalasi Farmasi RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu Sebelum Akreditasi dan Sesudah Akreditasi berdasarkan aspek administratif dan aspek farmasetik. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik Quota Sampling menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi kelengkapan penulisan berdasarkan aspek kelengkapan administartif sebelum akreditasi sebesar 73,25%dan sesudah akreditasi sebesar 81,21%, sedangkan deskripsi aspek kelengkapan farmasetik sebelum akreditasi sebesar 91,05%dan sesudah akreditasi sebesar 99% Dari 4444 sampel yang diteliti di tahun 2017 dan 2019 didapatkan terjadi peningkatan kelengkapan dalam penulisan resep baik secara aspek administrasi yaitu 7,96% dan 7,95% aspek farmasetik","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76717473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kerasionalan penggunaan obat dan pola penggunaan pada pasien malaria di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross-Sectional menggunakan data rekam medik. Hasil penelitian menunjukan dari 101 pasien malaria yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi 23 orang diantaranya mengalami perubahan diagnosa dan 78 pasien yang tidak mengalami perubahan diagnosa. Selanjutnya dilakukan uji karakteristik demografi dan klinis serta evaluasi kerasionalan dengan pendekatan Gyssen dan DRP, juga hubungan antar variable menggunakan uji Chie-square dan Independent T Test dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95%. Hubungan karakteristik sosial demografi terhadap perubahan diagnosa, kelompok usia lebih berisiko dan berpengaruh 4,314 kali terhadap terjadinya perubahan diagnosa dibandingkan jenis kelamin dan pendidikan. Pada pola penggunaan obat terhadap lama rawatan diperoleh obat tunggal dan kombinasi tidak berbeda secara bermakna terhadap lama rawatan (p>0,05) secara statistik penggunaan obat tunggal lebih efektif tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian relaps pada pasien malaria yang menggunakan obat tunggal. Hubungan kerasionalan obat terhadap lama rawatan perawatan berbeda secara bermakna (p<0.05), obat yang rasional mempunyai lama rawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan obat tidak rasional, sehingga lebih efektif dan lebih efisien dapat menghemat anggaran belanja obat jika digunakan obat secara rasional. Hasil pengkajian antimalaria yang sudah tepat atau sesuai (34,26%).
{"title":"POLA PENGGUNAAN DAN KERASIONALAN OBAT TERHADAP LAMA RAWATAN PADA PASIEN MALARIA DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU","authors":"Riana Versita, Dedy Almasdy, Zaini Dahlan","doi":"10.33088/jmk.v14i1.628","DOIUrl":"https://doi.org/10.33088/jmk.v14i1.628","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kerasionalan penggunaan obat dan pola penggunaan pada pasien malaria di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross-Sectional menggunakan data rekam medik. Hasil penelitian menunjukan dari 101 pasien malaria yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi 23 orang diantaranya mengalami perubahan diagnosa dan 78 pasien yang tidak mengalami perubahan diagnosa. Selanjutnya dilakukan uji karakteristik demografi dan klinis serta evaluasi kerasionalan dengan pendekatan Gyssen dan DRP, juga hubungan antar variable menggunakan uji Chie-square dan Independent T Test dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95%. Hubungan karakteristik sosial demografi terhadap perubahan diagnosa, kelompok usia lebih berisiko dan berpengaruh 4,314 kali terhadap terjadinya perubahan diagnosa dibandingkan jenis kelamin dan pendidikan. Pada pola penggunaan obat terhadap lama rawatan diperoleh obat tunggal dan kombinasi tidak berbeda secara bermakna terhadap lama rawatan (p>0,05) secara statistik penggunaan obat tunggal lebih efektif tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian relaps pada pasien malaria yang menggunakan obat tunggal. Hubungan kerasionalan obat terhadap lama rawatan perawatan berbeda secara bermakna (p<0.05), obat yang rasional mempunyai lama rawatan yang lebih singkat dibandingkan dengan obat tidak rasional, sehingga lebih efektif dan lebih efisien dapat menghemat anggaran belanja obat jika digunakan obat secara rasional. Hasil pengkajian antimalaria yang sudah tepat atau sesuai (34,26%).","PeriodicalId":17791,"journal":{"name":"Jurnal Media Analis Kesehatan","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78008779","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}