Dian Amirulloh, Silvia Tri Widyaningtyas, Budiman Bela
AbstractHepatitis C virus (HCV) infection can cause chronic liver disease that develops into cirrhosis and liver cancer. It is estimated that are more than 170 million of th world’s population suffering from HCV. Accurate diagnosis is needed to provide appropriate early treatmen, including preventing further transmission of the virus. The purpose of this study was to construct plasmid expression of recombinant antigen for detection of anti-HCV antibodies. The antigen coding gene is designed so that is composed to epitopes that are immunodominant, sustainable and and represent HCV subtypes circulating in Indonesia and globally. Furthermore, the gene was made by synthetic DNA techniques by DNA synthesis service providers and accepted by the researchers in the form of blinding on the PUC57 plasmid to pQE80L plasmid with BamHI and HindIII cloning sites. Subcloned recombinant plasmids were then propagated on Top10 Escherichia coli cells and verified by PCR colony tecnique, restriction, and sequencing analysis. HCV recombinant antigen coding gene is 1200 bp. Cloning of these gene on the PUC57 vector produced a plasmid pUC57-HCV_ME (3910 bp) and subcloned in the pQE80L vector producing pQE80L-HCV_ME plasmid (5909bp). Based on verification results of pQE80L-HCV_ME plasmid the expression of recombinant antigen for detection of anti-HCV antibodies has been successfully constructed. AbstrakInfeksi hepatitis C virus (HCV) dapat menyebabkan penyakit hati kronis yang berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penduduk dunia menderita HCV. Diagnosis yang akurat diperlukan untuk memberikan penanganan tepat secara dini, termasuk mencegah penularan virus tersebut lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengonstruksi plasmid pengekspresi antigen rekombinan untuk deteksi antibodi anti-HCV. Gen pengode antigen tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga tersusun atas epitop yang bersifat imunodominan, lestari, serta mewakili subtipe HCV yang bersirkulasi di Indonesia maupun global. Selanjutnya gen tersebut dibuat dengan teknik DNA sintetik oleh perusahaan penyedia jasa sintesis DNA dan diterima oleh peneliti dalam bentuk terklona pada plasmid pUC57. Untuk ekspresi pada sel Escherichia coli, gen penyandi antigen rekombinan disubklona dari plasmid pUC57 ke plasmid pQE80L dengan situs pengklonaan BamHI dan HindIII. Plasmid rekombinan hasil subklona kemudian dipropagasi pada sel Escherichia coli Top10 dan diverifikasi dengan teknik PCR koloni, analisis dengan enzim restriksi dan sekuensing. Gen penyandi antigen rekombinan HCV berbasis epitop multipel (HCV_ME) berukuran 1200 pb. Pengklonaan gen tersebut pada vektor pUC57 menghasilkan plasmid pUC57-HCV_ME (3910 pb) dan subklona pada vektor pQE80L menghasilkan plasmid pQE80L-HCV_ME (5909 pb). Berdasarkan pada hasil verifikasi plasmid pQE80L-HCV_ME pengekspresi antigen rekombinan untuk deteksi antibodi anti-HCV telah berhasil dikonstruksi.
丙型肝炎病毒(HCV)感染可导致发展为肝硬化和肝癌的慢性肝病。据估计,世界上有超过1.7亿人患有丙型肝炎病毒。需要准确诊断,以便提供适当的早期治疗,包括防止病毒的进一步传播。本研究的目的是构建表达重组抗原的质粒,用于检测抗hcv抗体。抗原编码基因被设计成由免疫优势、可持续和代表在印度尼西亚和全球流行的HCV亚型的表位组成。此外,该基因由DNA合成服务商通过合成DNA技术制备,并以BamHI和HindIII克隆位点在PUC57质粒上致盲到pQE80L质粒的形式被研究者接受。亚克隆重组质粒在Top10大肠杆菌细胞上繁殖,并通过PCR集落技术、酶切和测序分析进行验证。HCV重组抗原编码基因为1200bp。在PUC57载体上克隆得到PUC57 - hcv_me质粒(3910 bp),在pQE80L载体上亚克隆得到pQE80L- hcv_me质粒(5909bp)。基于pQE80L-HCV_ME质粒的验证结果,成功构建了检测抗hcv抗体的重组抗原表达。摘要:感染型丙型肝炎病毒(HCV)可引起乙型肝炎、乙型肝炎、乙型肝炎、乙型肝炎、乙型肝炎和乙型肝炎。Diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penduduk dunia menderita HCV。诊断为白桦尺蠖病毒属白桦尺蠖病毒属白桦尺蠖病毒属白桦尺蠖。土娟penpenelitian ini alalmengonstrk质粒pengekspresi抗原重组蛋白检测抗hcv抗体。Gen pengode抗原tersebut but dirancang semikian rupa sehinga tersusun . as epitop yang bersifat immunity - dominan, lestari, serta mewakili subti亚型HCV yang bersikulasi di Indonesia maupun global。Selanjutnya gen ternbut分布在dengan和tekknik DNA上,sinintetik和perushaa和penyedia sintesa DNA上,diterima oleh peneliti dalam和bentuk terklonada质粒pUC57。Untuk eksprespa serserescherichia coli, gen penyandi抗原重组蛋白,二次克隆克隆质粒pUC57,质粒pQE80L dengan situs pengklonaan BamHI和HindIII。重组质粒重组菌株hasil subklona kemudian dipropagasi pasada sel大肠埃希菌Top10 dan diverdikasi dengan teknik PCR koloni,分析denengan酶重组与sekuensing。genpenyandi抗原重组HCV基础表位多细胞(HCV_ME) berukuran 1200 pb。Pengklonaan gen tersebut转录载体pUC57 menghasilkan质粒pUC57- hcv_me (3910 pb)和subklona转录载体pQE80L menghasilkan质粒pQE80L- hcv_me (5909 pb)。用pQE80L-HCV_ME pgekspresi抗原重组质粒进行验证,检测抗hcv抗体。
{"title":"Konstruksi Plasmid Pengekspresi Antigen Rekombinan HCV Berbasis Multiepitop untuk Deteksi Antibodi Anti-HCV","authors":"Dian Amirulloh, Silvia Tri Widyaningtyas, Budiman Bela","doi":"10.22435/mpk.v28i3.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.39","url":null,"abstract":"AbstractHepatitis C virus (HCV) infection can cause chronic liver disease that develops into cirrhosis and liver cancer. It is estimated that are more than 170 million of th world’s population suffering from HCV. Accurate diagnosis is needed to provide appropriate early treatmen, including preventing further transmission of the virus. The purpose of this study was to construct plasmid expression of recombinant antigen for detection of anti-HCV antibodies. The antigen coding gene is designed so that is composed to epitopes that are immunodominant, sustainable and and represent HCV subtypes circulating in Indonesia and globally. Furthermore, the gene was made by synthetic DNA techniques by DNA synthesis service providers and accepted by the researchers in the form of blinding on the PUC57 plasmid to pQE80L plasmid with BamHI and HindIII cloning sites. Subcloned recombinant plasmids were then propagated on Top10 Escherichia coli cells and verified by PCR colony tecnique, restriction, and sequencing analysis. HCV recombinant antigen coding gene is 1200 bp. Cloning of these gene on the PUC57 vector produced a plasmid pUC57-HCV_ME (3910 bp) and subcloned in the pQE80L vector producing pQE80L-HCV_ME plasmid (5909bp). Based on verification results of pQE80L-HCV_ME plasmid the expression of recombinant antigen for detection of anti-HCV antibodies has been successfully constructed. \u0000AbstrakInfeksi hepatitis C virus (HCV) dapat menyebabkan penyakit hati kronis yang berkembang menjadi sirosis dan kanker hati. Diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penduduk dunia menderita HCV. Diagnosis yang akurat diperlukan untuk memberikan penanganan tepat secara dini, termasuk mencegah penularan virus tersebut lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah mengonstruksi plasmid pengekspresi antigen rekombinan untuk deteksi antibodi anti-HCV. Gen pengode antigen tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga tersusun atas epitop yang bersifat imunodominan, lestari, serta mewakili subtipe HCV yang bersirkulasi di Indonesia maupun global. Selanjutnya gen tersebut dibuat dengan teknik DNA sintetik oleh perusahaan penyedia jasa sintesis DNA dan diterima oleh peneliti dalam bentuk terklona pada plasmid pUC57. Untuk ekspresi pada sel Escherichia coli, gen penyandi antigen rekombinan disubklona dari plasmid pUC57 ke plasmid pQE80L dengan situs pengklonaan BamHI dan HindIII. Plasmid rekombinan hasil subklona kemudian dipropagasi pada sel Escherichia coli Top10 dan diverifikasi dengan teknik PCR koloni, analisis dengan enzim restriksi dan sekuensing. Gen penyandi antigen rekombinan HCV berbasis epitop multipel (HCV_ME) berukuran 1200 pb. Pengklonaan gen tersebut pada vektor pUC57 menghasilkan plasmid pUC57-HCV_ME (3910 pb) dan subklona pada vektor pQE80L menghasilkan plasmid pQE80L-HCV_ME (5909 pb). Berdasarkan pada hasil verifikasi plasmid pQE80L-HCV_ME pengekspresi antigen rekombinan untuk deteksi antibodi anti-HCV telah berhasil dikonstruksi.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84419645","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indri Yunita Suryaputri, Nurillah Amaliah, Bunga Christitha Rosha, Kencana Sari
AbstractThe level of infant mortality and morbidity in Indonesia still high. The factor that is one of the causes of neonatal death is Low Birth Weight (LBW). Therefore, knowing the practices of early initiation breast feeding, exclusive breast feeding, and child feeding of children with normal nutritional status who had low birth weight history is very important. This research is a qualitative study part of growth and development cohort study held in Kota Bogor in 2017. In-depth interviews were conducted to 12 informants of mothers who have children with normal nutritional status (WAZ/WHZ) who at birth had a history of low birth weight. The results showed that most of the informants did not practice early breast-feeding initiation. However, the practice of feeding shows that the frequency of feeding to children tends to be in accordance with recommendation from the WHO. Promotion and education are very necessary to be done for mothers and families to support the success of initial breast feeding practices, exclusive breast-feeding appropriate and varied frequency for low birth weight children. AbstrakTingkat morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia masih tinggi. Faktor yang menjadi salah satu penyebab kematian neonatus ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Oleh karena itu, mengetahui praktik Inisasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif serta pola pemberian makan pada bayi di bawah dua tahun (baduta) dengan status gizi normal yang mempunyai riwayat BBLR sangatlah penting. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bagian dari penelitian kohor tumbuh kembang anak (TKA) tahun 2017 di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam terhadap 12 informan ibu yang memiliki anak baduta dengan status gizi normal (BB/U dan BB/TB) yang pada saat lahir mempunyai riwayat berat badan lahir rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan tidak melakukan IMD. Namun pada praktik pemberian makanan memperlihatkan bahwa frekuensi pemberian makan kepada anak cenderung sesuai dengan anjuran dari WHO. Promosi dan edukasi amat perlu dilakukan pada ibu dan keluarga untuk mendukung keberhasilan praktik IMD, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan dengan frekuensi sesuai dan beragam pada anak BBLR.
摘要印度尼西亚的婴儿死亡率和发病率仍然很高。低出生体重是新生儿死亡的原因之一。因此,了解有低出生体重史的营养状况正常儿童的早期开始母乳喂养、纯母乳喂养和儿童喂养的做法是非常重要的。本研究是2017年在哥打茂物举行的生长与发展队列研究的定性研究部分。对12名营养状况正常(WAZ/WHZ)的母亲进行了深度访谈,这些母亲在出生时有低出生体重史。结果显示,大多数被调查者没有进行早期母乳喂养。然而,喂养的实践表明,喂养儿童的频率往往符合世卫组织的建议。对母亲和家庭进行宣传和教育是非常必要的,以支持初步母乳喂养做法的成功,对低出生体重儿童进行适当的纯母乳喂养和不同的频率。【中文摘要】【中文摘要】【中文摘要】【中文摘要】【中文摘要】【中文摘要】羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年羊年。Oleh karena, mengetahui praktik Inisasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif serta pola pemberian makan pada bayi di bawah dua tahun (baduta) dengan status gizi normal yang mempunyai riwayat BBLR sangatlah penting。Penelitian ini merupakan Penelitian kualitatif bagian dari Penelitian kohor tumbuh kembang anak (TKA) tahun 2017在哥打茂物。【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】【翻译】Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan melakukan IMD。世界卫生组织(世卫组织)的一项研究表明,巴基斯坦是巴基斯坦的一个重要组成部分。Promosi dan edukasi amat perlu dilakukan pada ibu dan keluarga untuk keberhasilan praktik IMD, perberian akskluif, perberan makanan dengan frekuensi sesuai dan beragan pada anak BBLR。
{"title":"Pemberian Makanan dengan Frekuensi Sesuai dan Beragam Merupakan Salah Satu Kunci Status Gizi Normal pada Baduta yang Memiliki Riwayat BBLR di Kota Bogor (Studi Kualitatif di Kecamatan Bogor Tengah)","authors":"Indri Yunita Suryaputri, Nurillah Amaliah, Bunga Christitha Rosha, Kencana Sari","doi":"10.22435/mpk.v28i3.233","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.233","url":null,"abstract":"AbstractThe level of infant mortality and morbidity in Indonesia still high. The factor that is one of the causes of neonatal death is Low Birth Weight (LBW). Therefore, knowing the practices of early initiation breast feeding, exclusive breast feeding, and child feeding of children with normal nutritional status who had low birth weight history is very important. This research is a qualitative study part of growth and development cohort study held in Kota Bogor in 2017. In-depth interviews were conducted to 12 informants of mothers who have children with normal nutritional status (WAZ/WHZ) who at birth had a history of low birth weight. The results showed that most of the informants did not practice early breast-feeding initiation. However, the practice of feeding shows that the frequency of feeding to children tends to be in accordance with recommendation from the WHO. Promotion and education are very necessary to be done for mothers and families to support the success of initial breast feeding practices, exclusive breast-feeding appropriate and varied frequency for low birth weight children. \u0000AbstrakTingkat morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia masih tinggi. Faktor yang menjadi salah satu penyebab kematian neonatus ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Oleh karena itu, mengetahui praktik Inisasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif serta pola pemberian makan pada bayi di bawah dua tahun (baduta) dengan status gizi normal yang mempunyai riwayat BBLR sangatlah penting. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bagian dari penelitian kohor tumbuh kembang anak (TKA) tahun 2017 di Kota Bogor. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara mendalam terhadap 12 informan ibu yang memiliki anak baduta dengan status gizi normal (BB/U dan BB/TB) yang pada saat lahir mempunyai riwayat berat badan lahir rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar informan tidak melakukan IMD. Namun pada praktik pemberian makanan memperlihatkan bahwa frekuensi pemberian makan kepada anak cenderung sesuai dengan anjuran dari WHO. Promosi dan edukasi amat perlu dilakukan pada ibu dan keluarga untuk mendukung keberhasilan praktik IMD, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan dengan frekuensi sesuai dan beragam pada anak BBLR.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79080075","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Made Ayu Lely Suratri, T. A. Jovina, Indirawati Tjahja Notohartojo
AbstractThe prevalence of dental caries in Indonesia is quite high, the results of the 2013 Basic Health Research (Riskesdas) population in Indonesian with 25,9% problems with their teeth and mouth. The average dental caries measured by the DMF-T index was 4.6, which means that the average Indonesian population has experienced tooth decay as much as 5 teeth per person. Dental caries can occur due to low dental and oral hygiene, and less exposure to fluorida. The incidence of dental caries is also related to the fluorine content contained in drinking water. The purpose of the study was to determine the relationship between dental caries and drinking water consumption in Indonesia. This study is a non-intervention research with cross-sectional design conducted by the National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health of the Republic of Indonesia through Riskesdas 2013. The study population was all Indonesians aged ≥ 12 years in 33 provinces, 497 districts/cities. Collecting Dental data is done by conducting interviews and oral and dental examinations. The results showed that almost all types of drinking water sources can cause dental caries except the type of drinking water from refill water, with p> 0,05 (p = 0,178) and retail tap water, with p> 0,05 (p = 0.307) and also almost all types of water sources that are widely used for household needs can cause dental caries except the type of water source from dug well is protected, with p> 0,05 (p = 0,979), where OR: 1,026 (CI 95 %: 0.979-1.076). The Conclusio is the incidence of dental caries has to do with at the drinking water except the type of drinking water from refill water. AbstrakPrevalensi karies gigi di Indonesia cukup tinggi, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 penduduk Indonesia yang bermasalah dengan gigi dan mulutnya sebesar 25,9%. Rata-rata karies gigi yang diukur dengan indeks DMF-T sebesar 4,6 yang berarti rata-rata penduduk Indonesia telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang. Karies gigi dapat terjadinya karena rendahnya kebersihan gigi dan mulut, dan kurang terpaparnya dengan fluorida. Kejadian karies gigi berhubungan juga dengan kandungan fluor yang terdapat dalam air minum. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara kejadian karies gigi dengan konsumsi air minum masyarakat di Indonesia. Metode penelitian ini merupakan penelitian non intervensi dengan desain penelitian potong lintang yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Riskesdas Tahun 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia ≥ 12 tahun di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Pengumpulan data gigi dilakukan dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua jenis sumber air minum dapat menyebabkan terjadinya karies gigi kecuali jenis air minum dari air isi ulang, dengan nilai p>0,05 (p= 0,178) dan air ledeng ec
【摘要】根据2013年印尼基础健康研究(Riskesdas)的调查结果,印尼的龋齿患病率相当高,有25.9%的人口存在牙齿和口腔问题。DMF-T指数测量的平均蛀牙率为4.6,这意味着印度尼西亚人口平均每人有5颗蛀牙。由于牙齿和口腔卫生不卫生以及较少接触氟,可能会发生龋齿。龋齿的发病率也与饮用水中的氟含量有关。这项研究的目的是确定在印度尼西亚蛀牙和饮水量之间的关系。本研究是由印度尼西亚共和国卫生部国家卫生研究与发展研究所通过2013年Riskesdas进行的一项横断面设计的非干预研究。研究人群为印度尼西亚33个省、497个区/市年龄≥12岁的人群。收集牙科资料的方法是进行面谈和口腔及牙科检查。结果表明,几乎所有类型的饮用水源可以导致龋齿除了饮用水从补充水的类型,p > 0, 05年(p = 0178)和零售自来水,p > 0, 05年(p = 0.307),几乎所有的水源类型广泛用于家庭需求会导致龋齿除了从挖井水源保护的类型,p > 0, 05年(p = 0979),或者:1026 (95% CI: 0.979—-1.076)。结论:龋病的发生与饮用水源的种类有关,但与饮用水源的种类无关。[摘要]prevalensi karies gigi di Indonesia cuup tinggi, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013 penduduk Indonesia yang bermasalah dengan gigi dan mulutnya sebesar 25.9%。Rata-rata karies gigi yang diukur dengan索引DMF-T sebesar 4,6 yang berarti Rata-rata penduduk印度尼西亚telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orange。Karies gigi dapat terjadinya karena rendahnya kebersihan gigi dan mulut, dan kurang terpaparniya dengan fluorida。Kejadian karies gigi berhubungan juga dengan kandungan fluang terdapat dalam air minum。Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara kejadian karies gigi dengan konsumsi air minminmasyarakat di Indonesia。Metode penelitian ini merupakan penelian non - intervenins dendenan desain penelitian poong lintang yang dilaksanakan oleh Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan共和国印度尼西亚melalei riskdas Tahun 2013。Populasi penelitian adalah seluruh penduduk印度尼西亚yang berusia≥12 tahun, 33个省,497 kabupaten/kota。彭普兰的数据是:dilakukan dengan melakukan wawancara和permeriksaan和gigi dan mulut。Hasil penelitian menunjukkan hampir semua jenis sumper air最小值,dangan nilai p> 0.05 (p= 0.178), dangan nilai p> 0.05 (p= 0.307), dangan nilai最小值,dangan nilai p> 0.05 (p= 0.979), dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,dangan nilai最小值,p> 0.05 (p= 0.979), dimana OR: 1026 (CI 95%: 0.979 - 1076)。kespulpan penelitian menunjukkan kejadian karies gigi ada hubungannya dengan konsumsi air最小的kecuali jenis空气最小的dari空气是ulang。
{"title":"Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Air Minum pada Masyarakat di Indonesia","authors":"Made Ayu Lely Suratri, T. A. Jovina, Indirawati Tjahja Notohartojo","doi":"10.22435/mpk.v28i3.254","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.254","url":null,"abstract":"AbstractThe prevalence of dental caries in Indonesia is quite high, the results of the 2013 Basic Health Research (Riskesdas) population in Indonesian with 25,9% problems with their teeth and mouth. The average dental caries measured by the DMF-T index was 4.6, which means that the average Indonesian population has experienced tooth decay as much as 5 teeth per person. Dental caries can occur due to low dental and oral hygiene, and less exposure to fluorida. The incidence of dental caries is also related to the fluorine content contained in drinking water. The purpose of the study was to determine the relationship between dental caries and drinking water consumption in Indonesia. This study is a non-intervention research with cross-sectional design conducted by the National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health of the Republic of Indonesia through Riskesdas 2013. The study population was all Indonesians aged ≥ 12 years in 33 provinces, 497 districts/cities. Collecting Dental data is done by conducting interviews and oral and dental examinations. The results showed that almost all types of drinking water sources can cause dental caries except the type of drinking water from refill water, with p> 0,05 (p = 0,178) and retail tap water, with p> 0,05 (p = 0.307) and also almost all types of water sources that are widely used for household needs can cause dental caries except the type of water source from dug well is protected, with p> 0,05 (p = 0,979), where OR: 1,026 (CI 95 %: 0.979-1.076). The Conclusio is the incidence of dental caries has to do with at the drinking water except the type of drinking water from refill water. \u0000AbstrakPrevalensi karies gigi di Indonesia cukup tinggi, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 penduduk Indonesia yang bermasalah dengan gigi dan mulutnya sebesar 25,9%. Rata-rata karies gigi yang diukur dengan indeks DMF-T sebesar 4,6 yang berarti rata-rata penduduk Indonesia telah mengalami kerusakan gigi sebanyak 5 gigi per orang. Karies gigi dapat terjadinya karena rendahnya kebersihan gigi dan mulut, dan kurang terpaparnya dengan fluorida. Kejadian karies gigi berhubungan juga dengan kandungan fluor yang terdapat dalam air minum. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara kejadian karies gigi dengan konsumsi air minum masyarakat di Indonesia. Metode penelitian ini merupakan penelitian non intervensi dengan desain penelitian potong lintang yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Riskesdas Tahun 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia ≥ 12 tahun di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Pengumpulan data gigi dilakukan dengan melakukan wawancara dan pemeriksaan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan hampir semua jenis sumber air minum dapat menyebabkan terjadinya karies gigi kecuali jenis air minum dari air isi ulang, dengan nilai p>0,05 (p= 0,178) dan air ledeng ec","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88778677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractHealth crisis is an event/series of events that threaten the health of individuals or communities caused by disasters and / or potentially disasters. Researchs on health crisis as scientific source in disaster policy making in Indonesia is still very limited. The description of health crises events of including victims, displacement and damage to health facilities and support for health crisis response in the form of emergency response along with the initial recovery by the Ministry of Health in 2016 were the aims of this study. This study is a qualitative study, using literature review method, reference / electronic information tracking such as through Health Crisis Management Information System, National Disaster Management Agency (BNPB) website, Regional Disaster Management Agency (BPBD), Social Service, Regional Government Police and other related agencies. Secondary data from related units/agencies and the main Ministry of Health units are obtained through focus group discussions (FGDs). The frequency of health crisis events due to the disaster in 2016 was 661 incidents dominated by natural disasters as many as 400 events (60%), while the frequency of non-natural disasters was 237 events (36%) and social disasters 24 events (4%). Most of the health crisis incidents due to the 2016 disaster (97%) were the remaining hydrometeorological disasters, 3% of the most non-natural disasters were outbreaks of food poisoning, transportation accidents, fire, technology failure, industrial accidents and outbreaks of disease. The ratio of refugees due to natural disaster is 693 per event, while social disasters are 225 per incident The ratio of deaths from non-natural disasters is 1.5 times higher than natural disaster. Poisoning has the highest victim ratio of 20 per incident of poisoning. Health facility damage caused by disaster 174 units. The greatest health impacts arising from the health crisis in 2016 was. dominated by natural disasters in the forms of floods, landslides and earthquake disasters. Effective emergency response efforts must involve as many sub-clusters as possible that have special expertise to overcome the impact on disasters. AbstrakKrisis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Penelitian tentang krisis kesehatan sebagai sumber ilmiah dalam pengambilan kebijakan kebencanaan di Indonesia masih sangat terbatas. Deskripsi kejadian krisis kesehatan meliputi korban, pengungsian dan kerusakan fasilitas kesehatan serta penanggulangan krisis kesehatan dalam bentuk tanggap darurat beserta pemulihan awal yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menjadi tujuan dari kajian ini. Kajian ini merupakan kajian kualitatif, menggunakan metode literature review, penelusuran referensi/informasi elektronik seperti melalui Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan, website Badan Nasional Penanggulangan Bencana
健康危机是由灾害和/或潜在灾害引起的威胁个人或社区健康的事件或一系列事件。在印度尼西亚,将健康危机作为灾害决策的科学来源的研究仍然非常有限。本研究的目的是描述卫生危机事件,包括受害者、流离失所和对卫生设施的破坏,以及卫生部在2016年以应急形式支持卫生危机应对以及初步恢复。本研究为质性研究,采用文献回顾法、参考文献/电子资讯追踪,例如透过健康危机管理资讯系统、国家灾害管理局(BNPB)网站、地区灾害管理局(BPBD)、社会服务、地区政府警察等相关机构。通过焦点小组讨论获得了来自相关单位/机构和卫生部主要单位的次要数据。2016年因灾害导致的健康危机事件频次为661次,其中自然灾害占主导,多达400次(60%),非自然灾害为237次(36%),社会灾害为24次(4%)。2016年灾害导致的健康危机事件中,大部分(97%)是剩余的水文气象灾害,3%的非自然灾害是食物中毒、交通事故、火灾、技术故障、工业事故和疾病暴发。每次自然灾害造成的难民比率为693人,每次社会灾害造成的难民比率为225人,非自然灾害造成的死亡比率是自然灾害的1.5倍。中毒的受害者比例最高,每起中毒事件有20人受害。灾害造成的卫生设施损坏174个单位。2016年卫生危机对健康的最大影响是:自然灾害以洪水、滑坡和地震灾害的形式为主。有效的应急工作必须涉及尽可能多的具有克服灾害影响的专门知识的分组。【摘要】krisis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individual;【摘要】yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana。Penelitian tenttanan sebagai summiah dalam pengambilan kebijakan kebencanan di Indonesia masih sangat terbatas。2016年12月1日,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们,我的朋友们。摘要/ references / informaselektronik seperi melali system informaspenanggulangan Krisis Kesehatan,网站Badan national Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan penanggunganan Bencana Daerah (BPBD), Dinas社会,Kepolisian penemerintah Daerah daninstanterkait lainnya。数据入门单元/实例单元/实例单元:数据入门单元/实例单元:数据入门单元/实例单元Frekuensi kejadian krisis kesehatan akibat bencana pada tahun 2016 sejumlah 661 kejadian, juga didominasi oleh bencana alam sebanyak 400 kejadian (60%), sementara Frekuensi bencana non alam 237 kejadian(36%)和bencana social 24 kejadian(4%)。2016年(97%)merupakan kejadian bencana hydrometeorologi sisanya 3% bencana non alam terbanyak adalah KLB Keracunan makanan, keecelakaan transportasi, kebakaran, gagal technology, keecelakaan industri dan KLB Penyakit。Rasio pengungsi akibat bencana alam sebesar 693 / kejadian, sedangkan bencana social 225 / kejadian。1.中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:中文翻译:喀喇昆南:喀喇昆南:喀喇昆南:喀喇昆南:喀喇昆南。Kerusakan fasilitas kesehatan akibat benana 174单元。2016年12月1日,在北京举行了一场为期一年的会议,会议结束后,在北京举行了一场会议,会议结束后,会议结束。
{"title":"Penanggulangan Krisis Kesehatan di Indonesia Tahun 2016","authors":"Masdalina Pane, Ina Agustina Isturini, M. Wahidin","doi":"10.22435/mpk.v28i3.115","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.115","url":null,"abstract":"AbstractHealth crisis is an event/series of events that threaten the health of individuals or communities caused by disasters and / or potentially disasters. Researchs on health crisis as scientific source in disaster policy making in Indonesia is still very limited. The description of health crises events of including victims, displacement and damage to health facilities and support for health crisis response in the form of emergency response along with the initial recovery by the Ministry of Health in 2016 were the aims of this study. This study is a qualitative study, using literature review method, reference / electronic information tracking such as through Health Crisis Management Information System, National Disaster Management Agency (BNPB) website, Regional Disaster Management Agency (BPBD), Social Service, Regional Government Police and other related agencies. Secondary data from related units/agencies and the main Ministry of Health units are obtained through focus group discussions (FGDs). The frequency of health crisis events due to the disaster in 2016 was 661 incidents dominated by natural disasters as many as 400 events (60%), while the frequency of non-natural disasters was 237 events (36%) and social disasters 24 events (4%). Most of the health crisis incidents due to the 2016 disaster (97%) were the remaining hydrometeorological disasters, 3% of the most non-natural disasters were outbreaks of food poisoning, transportation accidents, fire, technology failure, industrial accidents and outbreaks of disease. The ratio of refugees due to natural disaster is 693 per event, while social disasters are 225 per incident The ratio of deaths from non-natural disasters is 1.5 times higher than natural disaster. Poisoning has the highest victim ratio of 20 per incident of poisoning. Health facility damage caused by disaster 174 units. The greatest health impacts arising from the health crisis in 2016 was. dominated by natural disasters in the forms of floods, landslides and earthquake disasters. Effective emergency response efforts must involve as many sub-clusters as possible that have special expertise to overcome the impact on disasters. \u0000AbstrakKrisis kesehatan merupakan peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana. Penelitian tentang krisis kesehatan sebagai sumber ilmiah dalam pengambilan kebijakan kebencanaan di Indonesia masih sangat terbatas. Deskripsi kejadian krisis kesehatan meliputi korban, pengungsian dan kerusakan fasilitas kesehatan serta penanggulangan krisis kesehatan dalam bentuk tanggap darurat beserta pemulihan awal yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menjadi tujuan dari kajian ini. Kajian ini merupakan kajian kualitatif, menggunakan metode literature review, penelusuran referensi/informasi elektronik seperti melalui Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan, website Badan Nasional Penanggulangan Bencana ","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77110032","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract Indonesia is rich in biodiversity. The treatment that uses herbs or medicinal plants (MP) by the community is an effort of the community to live a healthy life independently. Therefore, the Government should encourage the development of MP in the multi-sector areas, among others: health, agriculture, forestry and the informal sector, therefore policies related to MP should be implemented coordinatively, so that the MP development program can run well. The policy for the development of the MP study carried out in 2013 was aimed at analyzing policies and coordination across sectors of the MP development program. It is a qualitative study whose information is obtained from managers and implementers of policies related to MP in the health sector, agriculture, forestry, central & regional government, PKK administrators, research bodies and universities. The study was conducted in Jakarta, West Java, Central Java and Yogyakarta. The study results show that policies related to the development of MP in each sector have different priority levels. The central policy in the health sector is more directed at how treatment with MP can integrate with formal health services and self-medication, while the agricultural and forestry sectors lead to industrialization to improve the economic level of the community. At the regional level, the development of MP still expects. AbstrakIndonesia kaya dengan keanekaragaman hayati. Pengobatan yang menggunakan herbal atau tanaman obat (TO) oleh masyarakat merupakan upaya masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri. Oleh karena itu, seyogyanya pemerintah mendorong pengembangan TO yang berada pada wilayah multisektor antara lain: sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, dan sektor informal. Karena itu kebijakan terkait TO seharusnya dapat diimplementasikan secara koordinatif, sehingga program pengembangan TO dapat bejalan baik. Studi kebijakan pengembangan TO yang dilaksanakan tahun 2013 bertujuan untuk menganalisis kebijakan dan koordinasi lintas sektor program pengembangan TO. Studi ini merupakan studi kualitatif yang informasinya diperoleh dari pengelola dan pelaksana kebijakan terkait TO pada sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, pemerintahan pusat dan daerah, pengurus PKK, badan penelitian, dan universitas. Studi dilakukan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Hasil studi memperlihatkan kebijakan terkait pengembangan TO di masing-masing sektor memiliki tingkat prioritas yang berbeda-beda. Kebijakan pusat di sektor kesehatan lebih mengarah bagaimana pengobatan dengan TO bisa berintegrasi dengan pelayanan kesehatan formal dan swamedikasi, sementara sektor pertanian dan kehutanan mengarah kepada industrialisasi untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Pada tingkat daerah, pengembangan TO masih mengharapkan dukungan dari pusat terutama untuk anggaran dan pembinaan. Hasil analisis menunjukkan masih ada gap antara kebijakan dengan pelaksanaan pengembangan TO. Secara umum, koordinasi masih menjadi
印度尼西亚生物多样性丰富。社区使用草药或药用植物(MP)的治疗是社区独立过上健康生活的一种努力。因此,政府应鼓励在卫生、农业、林业和非正规部门等多部门领域发展初级保健,因此,应协调执行与初级保健有关的政策,使初级保健发展方案能够顺利开展。2013年开展的农业发展政策研究旨在分析农业发展计划各部门的政策和协调。这是一项定性研究,其信息来自卫生部门、农业、林业、中央和地区政府、库尔德工人党行政人员、研究机构和大学中与未成年人有关的政策的管理人员和执行者。这项研究在雅加达、西爪哇、中爪哇和日惹进行。研究结果表明,各部门与中小企业发展相关的政策优先级不同。保健部门的中央政策更侧重于如何将中老年痴呆症的治疗与正规保健服务和自我药疗结合起来,而农业和林业部门则引导工业化,以提高社区的经济水平。在区域层面,MP的发展仍有期待。[摘要]印度尼西亚kaya dengan keanekaragaman hayati。Pengobatan yang menggunakan herbal atau tanaman obat (TO) oleh masyarakat merupakan upaya masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri。Oleh karena itu, seyogyanya peremintah mendorong pengembangan TO yang berada pada wilayah multisector antara lain: sector kesehatan, pertanian, kehutanan, dan sector informal。Karena itu kebijakan terkait TO seharusnya dapat diimplementaskan secara协调,执行一个项目pengembangan TO dapat bejalan baik。研究kebijakan pengembangan TO yang dilaksanakan tahun 2013 bertujuan untuk menganalis kebijakan dan koordinasi lintas部门计划pengembangan TO。学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习,学习。雅加达,爪哇Barat,爪哇Tengah,日惹。Hasil研究成员lihatkan kebijakan terkait pengembangan TO di masing-masing部门memoriliki tingkat priorities yang berbeda-beda。Kebijakan pusat di部门kesehatan lebih mengarah bagaimana pengobatan dengan TO bisa berintegrasi dengan pelayanan kesehatan formal dan swamedikasi, sementara部门pertanan kehutanan mengarah kepata industrialisasuntuk meningkatkan tarafekonomi masyarakat。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Hasil分析menunjukkan masih ada gap antara kebijakan dengan pelaksanaan pengembangan TO。Secara umum, koordinasi masih menjadi kelemahan setiap sector, baik koordinasi lintas sector maupun koordinasi dari pusat ke daerah。节目-节目yang sudah baik di tingkat pusat menjadi kurang berarti karena kurangnya social - isasi dan pelaksanaan and di lapangan。Diperlukan adanya kebijakan terobosan untuk peningkatan pmanfaatan TO baik untuk kesehatan maupun peningkatan ekonoman。
{"title":"Studi Kebijakan Pengembangan Tanaman Obat di Indonesia","authors":"Selma Siahaan, Ni Ketut Aryastami","doi":"10.22435/mpk.v28i3.119","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.119","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Indonesia is rich in biodiversity. The treatment that uses herbs or medicinal plants (MP) by the community is an effort of the community to live a healthy life independently. Therefore, the Government should encourage the development of MP in the multi-sector areas, among others: health, agriculture, forestry and the informal sector, therefore policies related to MP should be implemented coordinatively, so that the MP development program can run well. The policy for the development of the MP study carried out in 2013 was aimed at analyzing policies and coordination across sectors of the MP development program. It is a qualitative study whose information is obtained from managers and implementers of policies related to MP in the health sector, agriculture, forestry, central & regional government, PKK administrators, research bodies and universities. The study was conducted in Jakarta, West Java, Central Java and Yogyakarta. The study results show that policies related to the development of MP in each sector have different priority levels. The central policy in the health sector is more directed at how treatment with MP can integrate with formal health services and self-medication, while the agricultural and forestry sectors lead to industrialization to improve the economic level of the community. At the regional level, the development of MP still expects. \u0000AbstrakIndonesia kaya dengan keanekaragaman hayati. Pengobatan yang menggunakan herbal atau tanaman obat (TO) oleh masyarakat merupakan upaya masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri. Oleh karena itu, seyogyanya pemerintah mendorong pengembangan TO yang berada pada wilayah multisektor antara lain: sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, dan sektor informal. Karena itu kebijakan terkait TO seharusnya dapat diimplementasikan secara koordinatif, sehingga program pengembangan TO dapat bejalan baik. Studi kebijakan pengembangan TO yang dilaksanakan tahun 2013 bertujuan untuk menganalisis kebijakan dan koordinasi lintas sektor program pengembangan TO. Studi ini merupakan studi kualitatif yang informasinya diperoleh dari pengelola dan pelaksana kebijakan terkait TO pada sektor kesehatan, pertanian, kehutanan, pemerintahan pusat dan daerah, pengurus PKK, badan penelitian, dan universitas. Studi dilakukan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Hasil studi memperlihatkan kebijakan terkait pengembangan TO di masing-masing sektor memiliki tingkat prioritas yang berbeda-beda. Kebijakan pusat di sektor kesehatan lebih mengarah bagaimana pengobatan dengan TO bisa berintegrasi dengan pelayanan kesehatan formal dan swamedikasi, sementara sektor pertanian dan kehutanan mengarah kepada industrialisasi untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Pada tingkat daerah, pengembangan TO masih mengharapkan dukungan dari pusat terutama untuk anggaran dan pembinaan. Hasil analisis menunjukkan masih ada gap antara kebijakan dengan pelaksanaan pengembangan TO. Secara umum, koordinasi masih menjadi","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82485878","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractFilariasis program in Indonesia is carried out through two main strategies, namely breaking the chain of transmission with mass drug administration in endemic areas and clinical case management. This research was aimed to assess the implementation of administration of filariasis preventive drugs in Mbilur Pangadu village, Central Sumba Regency. Mass drug administration in Central Sumba is the first program that has been carried out and has not been evaluated yet. The study was conducted with a descriptive survey method of Mbilur Pangadu Village population aged ≥ 13 years. The results showed that the majority of respondents who did not receive the drug were in all age groups (> 50%), sex male (64.7%), lack of knowledge about filariasis (85.8%) and distance of treatment posts difficult to reach (65.4%). Most respondents with high or low knowledge did not receive drugs (>50%), but they received the program well. Health activities have an impact of drug acceptance, which is 95.6%. The method of distribution and side effects of treatment does not affect the behavior of taking medication. Guidelines for the implementation of mass treatment must be known and can be carried out by all health workers to achieve the expected target. AbstrakProgram filariasis di Indonesia dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal di daerah endemis dan penatalaksanaan kasus klinis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pelaksanaan pemberian obat massal pencegah filariasis di Desa Mbilur Pangadu Kabupaten Sumba Tengah. Pemberian obat massal di Sumba Tengah adalah program yang pertama kali dilakukan dan belum pernah dievaluasi. Penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif pada seluruh penduduk Desa Mbilur Pangadu yang berumur ≥13 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak menerima obat berada pada semua kelompok umur (> 50%), berjenis kelamin laki-laki (64,7%), pengetahuan kurang tentang filariasis (85,8%) dan jarak pos pengobatan sulit dijangkau (65,4%). Sebagian besar responden dengan pengetahuan tinggi maupun rendah tidak menerima obat (>50%), namun mereka menerima program dengan baik. Keaktifan petugas kesehatan sangat berdampak terhadap penerimaan obat yaitu 95,6%. Cara pendistribusian dan efek samping pengobatan tidak berdampak pada perilaku minum obat. Pedoman pelaksanaan pengobatan massal harus diketahui dan bisa dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan agar mencapai terget yang diharapkan.
摘要印度尼西亚的丝虫病规划主要通过两种策略来实施,即在流行地区通过大规模给药来打破传播链和临床病例管理。本研究旨在评估松巴县中部Mbilur Pangadu村丝虫病预防药物管理的实施情况。中松巴的大规模药物管理是第一个已实施但尚未得到评价的规划。本研究采用描述性调查方法对Mbilur Pangadu村≥13岁人口进行调查。结果显示,未接受药物治疗的受访人群以各年龄组(> 50%)、性别男性(64.7%)、对丝虫病知识缺乏(85.8%)和医疗点距离难以到达(65.4%)居多。知识知晓程度高或低的受访者中,大部分(>50%)没有收到药物,但他们对项目的接受程度很好。卫生活动对药物接受度有影响,为95.6%。药物的分配方法和副作用不影响服药行为。实施大规模治疗的准则必须为人所知,所有卫生工作者都可以执行这些准则,以实现预期目标。[摘要]计划印度尼西亚的丝虫病,如:印尼的丝虫病、印尼的丝虫病、印尼的丝虫病、印尼的丝虫病、印尼的丝虫病、印尼的丝虫病和印尼的丝虫病。Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pelaksanaan pemberian obat massmasspenegah丝虫病di Desa Mbilur Pangadu Kabupaten Sumba Tengah。Pemberian obat massal di Sumba Tengah adalah程序yang pertama kali dilakukan and belum pernah dievaluasi。Penelitian dilakukan dengan方法调查表,pada seluru penduduk Desa Mbilur Pangadu yang berumr≥13 tahun。Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar应答yang tidak menerima obat berada pada semua kelompok umur (> 50%), berjenis kelamin laki-laki (64,7%), pengetahuan kurang tentang丝虫病(85,8%),dan jarak pos pengobatan sulit dijangkau(65,4%)。巴吉安州回应登甘彭格塔环廷吉maupun rendah tidak menerima obat (>50%), namun mereka menerima方案登甘baik。Keaktifan petugas kesehatan sangat berdampak terhahap - peneriman,占比95,6%。Cara pendistribuian dan efek samping pengobatan tidak berdampak pada peraku minum obat。Pedoman pelaksanaan pengobatan massal harus diketahui dan bisa dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan agar mencapai目标yang diharapkan。
{"title":"Pemberian Obat Massal Pencegah Filariasis di Desa Mbilur Pangadu Kabupaten Sumba Tengah","authors":"Varry Lobo, A. K. Bulu, Monika Noshirma","doi":"10.22435/mpk.v28i3.530","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.530","url":null,"abstract":"AbstractFilariasis program in Indonesia is carried out through two main strategies, namely breaking the chain of transmission with mass drug administration in endemic areas and clinical case management. This research was aimed to assess the implementation of administration of filariasis preventive drugs in Mbilur Pangadu village, Central Sumba Regency. Mass drug administration in Central Sumba is the first program that has been carried out and has not been evaluated yet. The study was conducted with a descriptive survey method of Mbilur Pangadu Village population aged ≥ 13 years. The results showed that the majority of respondents who did not receive the drug were in all age groups (> 50%), sex male (64.7%), lack of knowledge about filariasis (85.8%) and distance of treatment posts difficult to reach (65.4%). Most respondents with high or low knowledge did not receive drugs (>50%), but they received the program well. Health activities have an impact of drug acceptance, which is 95.6%. The method of distribution and side effects of treatment does not affect the behavior of taking medication. Guidelines for the implementation of mass treatment must be known and can be carried out by all health workers to achieve the expected target. \u0000AbstrakProgram filariasis di Indonesia dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu memutuskan rantai penularan dengan pemberian obat massal di daerah endemis dan penatalaksanaan kasus klinis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pelaksanaan pemberian obat massal pencegah filariasis di Desa Mbilur Pangadu Kabupaten Sumba Tengah. Pemberian obat massal di Sumba Tengah adalah program yang pertama kali dilakukan dan belum pernah dievaluasi. Penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif pada seluruh penduduk Desa Mbilur Pangadu yang berumur ≥13 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak menerima obat berada pada semua kelompok umur (> 50%), berjenis kelamin laki-laki (64,7%), pengetahuan kurang tentang filariasis (85,8%) dan jarak pos pengobatan sulit dijangkau (65,4%). Sebagian besar responden dengan pengetahuan tinggi maupun rendah tidak menerima obat (>50%), namun mereka menerima program dengan baik. Keaktifan petugas kesehatan sangat berdampak terhadap penerimaan obat yaitu 95,6%. Cara pendistribusian dan efek samping pengobatan tidak berdampak pada perilaku minum obat. Pedoman pelaksanaan pengobatan massal harus diketahui dan bisa dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan agar mencapai terget yang diharapkan.","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86136452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Poedji Hastoety, Nunik Kusuma Wardhani, Sihadi Sihadi, Kencana Sari, Dwi Siska Kumala Putri, Rika Rachmalina, N. Utami, M. Susilawati, Reviana Chitijani, Febriani Febriani
AbstractMalnutrition has a role not only to increase morbidity and mortality, but also to psychosocial aspects and intellectual development. Three criteria for malnutrition are: underweight, stunting and wasting, reflecting both past and present growth failures. Growth failure in children under five that occur simultaneously is strongly influenced by the socio-economic conditions of the family. This analysis discusses how disparities in malnourished children in Indonesia are seen from the socioeconomic dimensions of the household. The analysis was done by using Riskesdas 2013 data that was processed by using the HEAT (Health Equity Assessment Toolkit) program issued by WHO 2016. From the analysis, the prevalence of underweight, stunting and wasting simultaneously CIAF (Composite Index of Anthropometric Failure) was 2.5%. The lower the economy the higher the prevalence of underfive children experiencing CIAF, under-fives with CIAF mostly live in rural areas compared to CIAF children under five living in urban areas. There are still 15 provinces that have a CIAF prevalence higher than the national figure. CIAF toddlers are more prevalent in mothers with lower level education compared to mothers who have a fairly good level of education. CIAF toddlers occur more common at age over 36 months from the age under 36 months. The provincial dimension gives the highest disparity compared to other dimensions. Abstrak Kurang gizi mempunyai peran tidak hanya terhadap bertambahnya angka kesakitan dan kematian, tetapi juga terganggunya aspek psikososial dan perkembangan intelektual. Tiga kriteria kurang gizi yaitu underweight (berat kurang), stunting (pendek), dan wasting (kurus), mencerminkan kegagalan pertumbuhan baik di masa lalu maupun dimasa kini. Kegagalan pertumbuhan pada balita yang terjadi bersamaan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Analisis ini membahas bagaimana disparitas pada anak kurang gizi di Indonesia dilihat dari dimensi sosial ekonomi rumah tangga. Analisis dilakukan dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diolah dengan menggunakan program Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) yang dikeluarkan oleh WHO 2016. Dari analisis yang dilakukan prevalensi balita yang mengalami underweight, stunting, dan wasting secara bersamaan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) (sebesar 2,5%. Semakin rendah status ekonomi rumah tangga semakin tinggi prevalensi balita mengalami CIAF. Balita dengan CIAF lebih banyak tinggal di perdesaan dibandingkan dengan balita CIAF yang tinggal di perkotaan. Masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi balita CIAF lebih tinggi dari angka nasional. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan cukup baik. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada usia diatas 36 bulan dari pada usia dibawah 36 bulan. Dimensi provinsi memberikan perbedaan disparitas yang paling tinggi dibandingkan de
营养不良不仅会增加发病率和死亡率,还会影响心理社会和智力发展。营养不良的三个标准是:体重不足、发育迟缓和消瘦,反映了过去和现在的生长失败。同时发生的五岁以下儿童成长失败受到家庭社会经济条件的强烈影响。本分析讨论了如何从家庭的社会经济层面看待印度尼西亚营养不良儿童的差异。使用2013年Riskesdas数据进行分析,并使用2016年世卫组织发布的HEAT(卫生公平评估工具包)规划进行处理。从分析来看,体重不足、发育迟缓和消瘦同时发生的发生率为2.5%(人体测量失败综合指数)。经济水平越低,五岁以下儿童发生CIAF的比例越高,与五岁以下CIAF儿童生活在城市地区相比,患有CIAF的五岁以下儿童大多生活在农村地区。中国仍有15个省份的CIAF患病率高于全国水平。与受过良好教育的母亲相比,受教育程度较低的母亲更容易出现CIAF幼儿。CIAF幼儿更常见于36个月以上的年龄,而不是36个月以下的年龄。与其他维度相比,省级维度的差异最大。摘要Kurang gizi mempunyai peran tidak hanya terhadap bertambahnya angka kesakitan dan kematian, tetapi juga terganggunya说的是精神上的dan kembangan知识分子。Tiga kriteria kurang gizi yitu体重不足(berat kurang),发育迟缓(pendek),丹消瘦(kurus), menerminkan kegagalan pertumbuhan baik dimasa lalu maupun dimasa kini。Kegagalan pertumbuhan pada balita yang terjadi bersamaan sangat dipengaruhi oleh kondisi社会经济keluarga。分析经济学家在印尼的社会经济维度上的差异。数据分析,见《世界卫生组织2013年报告》(Riskesdas);卫生公平评估工具包(HEAT);卫生组织2016年。体重不足,发育迟缓,消瘦,身体机能障碍,人体测量失败综合指数(CIAF) (sebesar 2,5%)。我国经济发展现状与经济发展趋势的研究。Balita dengan CIAF lebih banyak tinggal di perdesaan dibandingkan dengan Balita CIAF yang tinggal di perkotaan。马西哈省共有15个省,全国共有16个省。Balita CIAF lebih banyak terjadi padada ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan cuup baik。Balita CIAF lebih banyak terjadi padusia diata 36 bulan dari padusia dibawah 36 bulan。维省委员、政协委员、政协委员、政协委员、政协委员、政协委员、政协委员、政协委员。
{"title":"Disparitas Balita Kurang Gizi di Indonesia","authors":"Sri Poedji Hastoety, Nunik Kusuma Wardhani, Sihadi Sihadi, Kencana Sari, Dwi Siska Kumala Putri, Rika Rachmalina, N. Utami, M. Susilawati, Reviana Chitijani, Febriani Febriani","doi":"10.22435/mpk.v28i3.219","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.219","url":null,"abstract":"AbstractMalnutrition has a role not only to increase morbidity and mortality, but also to psychosocial aspects and intellectual development. Three criteria for malnutrition are: underweight, stunting and wasting, reflecting both past and present growth failures. Growth failure in children under five that occur simultaneously is strongly influenced by the socio-economic conditions of the family. This analysis discusses how disparities in malnourished children in Indonesia are seen from the socioeconomic dimensions of the household. The analysis was done by using Riskesdas 2013 data that was processed by using the HEAT (Health Equity Assessment Toolkit) program issued by WHO 2016. From the analysis, the prevalence of underweight, stunting and wasting simultaneously CIAF (Composite Index of Anthropometric Failure) was 2.5%. The lower the economy the higher the prevalence of underfive children experiencing CIAF, under-fives with CIAF mostly live in rural areas compared to CIAF children under five living in urban areas. There are still 15 provinces that have a CIAF prevalence higher than the national figure. CIAF toddlers are more prevalent in mothers with lower level education compared to mothers who have a fairly good level of education. CIAF toddlers occur more common at age over 36 months from the age under 36 months. The provincial dimension gives the highest disparity compared to other dimensions. \u0000Abstrak \u0000Kurang gizi mempunyai peran tidak hanya terhadap bertambahnya angka kesakitan dan kematian, tetapi juga terganggunya aspek psikososial dan perkembangan intelektual. Tiga kriteria kurang gizi yaitu underweight (berat kurang), stunting (pendek), dan wasting (kurus), mencerminkan kegagalan pertumbuhan baik di masa lalu maupun dimasa kini. Kegagalan pertumbuhan pada balita yang terjadi bersamaan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Analisis ini membahas bagaimana disparitas pada anak kurang gizi di Indonesia dilihat dari dimensi sosial ekonomi rumah tangga. Analisis dilakukan dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diolah dengan menggunakan program Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) yang dikeluarkan oleh WHO 2016. Dari analisis yang dilakukan prevalensi balita yang mengalami underweight, stunting, dan wasting secara bersamaan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) (sebesar 2,5%. Semakin rendah status ekonomi rumah tangga semakin tinggi prevalensi balita mengalami CIAF. Balita dengan CIAF lebih banyak tinggal di perdesaan dibandingkan dengan balita CIAF yang tinggal di perkotaan. Masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi balita CIAF lebih tinggi dari angka nasional. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada ibu dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan cukup baik. Balita CIAF lebih banyak terjadi pada usia diatas 36 bulan dari pada usia dibawah 36 bulan. Dimensi provinsi memberikan perbedaan disparitas yang paling tinggi dibandingkan de","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83463171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractPublic Health Development Index (PHDI) is a picture of progress in the health sector and a further elaboration of the health component of the Human Development Index (HDI) in Indonesia. PHDI 2014 consists of seven component sub-indexes which are sub-index of Non Communicable Diseases (NCD). The analytical method used is multiple linear regression, while data from data Basic Health Research (Riskesdas) 2013 and the Potential of Village (PODES) 2011 which are consisted of 497 districts / cities throughout Indonesia. The purpose of analysis is to find the relationship of NCD sub index with behavioral and health services as well as making a prediction value of NCD index variable through independent variables which include the proportion of tobacco consumption, the proportion of properly brushing teeth, the proportion of adequately physical activity, the proportion of the number of doctors in sub-district, and the proportion of Health Care Assurance ownership. The analysis showed that the variables such as brushing teeth, physical activity, and smoking absence have a significant relationship with the sub-index of NCD (p-value = 0.000) with influence of 10.7%. Variables that have the most impact on the sub-index of NCD is adequately physical activity with a coefficient of 0.002. Abstrak IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) merupakan gambaran kemajuan di bidang kesehatan dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari komponen kesehatan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. IPKM 2014 terdiri dari 7 komponen sub indeks diantaranya adalah sub indeks Penyakit Tidak Menular (PTM). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, sedangkan data berasal dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan Potensi Desa (PODES) 2011 terdiri dari 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tujuan analisis adalah untuk mencari hubungan sub indeks PTM dengan perilaku dan pelayanan kesehatan serta membuat prediksi nilai variabel indeks PTM melalui variabel-variabel independen yang meliputi proporsi perilaku konsumsi tembakau, proporsi perilaku menggosok gigi benar, proporsi aktivitas fisik cukup, proporsi jumlah dokter perkecamatan serta proporsi kepemilikan Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel menggosok gigi, aktivitas fisik dan tidak merokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan sub indeks PTM (p-value=0,000) dengan pengaruh sebesar 10,7%. Variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap sub indeks PTM adalah cukup aktivitas fisik dengan koefisien sebesar 0,002.
摘要公共卫生发展指数(PHDI)反映了印度尼西亚卫生部门的进展情况,是对人类发展指数(HDI)中卫生部分的进一步阐述。PHDI 2014由7个组成子指数组成,其中非传染性疾病(NCD)子指数。所使用的分析方法是多元线性回归,而数据来自2013年基本卫生研究(Riskesdas)和2011年村庄潜力(PODES)数据,其中包括印度尼西亚全国497个县/城市。分析的目的是寻找NCD分项指数与行为和卫生服务的关系,并通过烟草消费比例、正确刷牙比例、充分体育活动比例、街道医生人数比例、医疗保障拥有率等自变量对NCD分项指数变量进行预测值。分析表明,刷牙、运动、不吸烟等变量与非传染性疾病分类指数有显著关系(p值= 0.000),影响程度为10.7%。对非传染性疾病分类指数影响最大的变量是充分的身体活动,其系数为0.002。摘要IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) merupakan gambaran kemajuan di bidang Kesehatan dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari komponen Kesehatan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia。IPKM 2014 terdiri dari 7 komponen子索引diantaranya adalah子索引Penyakit Tidak Menular (PTM)。方法分析(Metode analysis) yang digunakan adalah regresi linier berganda, sedangkan数据beralal dari数据Riset keshatan Dasar (Riskesdas) 2013和Potensi Desa (PODES) 2011 terdiri dari 497 kabupaten/kota di seluruh印度尼西亚。图集分析了PTM分指标PTM dengan peraku dan pelayanan kesehatan serta member prediksi nilai变量指标PTM melalui变量-变量独立yang meliputi proporsi peraku konsumsi tembakau, proporsi peraku menggosok gigi benar, proporsi aktivitas fisik cuup, proporsi jumlah dokter perkecamatan serta proporsi kepemilikan Jaminan pelayanan kesehatan (JPK)。Hasil分析menunjukkan bahwa变量menggosok gigi, aktivitas fisik dan tidak merokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan子指标PTM (p值= 0000)dengan pengaruh sebesar 10.7%。变量yang mempunyai pengaruh - paling besar, 5个子指标PTM和alalcuup活动,fisik dengan koefisien sebesar, 2002.02。
{"title":"Hubungan Indikator Perilaku dan Pelayanan Kesehatan dengan Sub Indeks Penyakit Tidak Menular (Analisis Lanjut IPKM 2014)","authors":"Olwin Nainggolan, Puti Sari H","doi":"10.22435/mpk.v28i3.111","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.111","url":null,"abstract":"AbstractPublic Health Development Index (PHDI) is a picture of progress in the health sector and a further elaboration of the health component of the Human Development Index (HDI) in Indonesia. PHDI 2014 consists of seven component sub-indexes which are sub-index of Non Communicable Diseases (NCD). The analytical method used is multiple linear regression, while data from data Basic Health Research (Riskesdas) 2013 and the Potential of Village (PODES) 2011 which are consisted of 497 districts / cities throughout Indonesia. The purpose of analysis is to find the relationship of NCD sub index with behavioral and health services as well as making a prediction value of NCD index variable through independent variables which include the proportion of tobacco consumption, the proportion of properly brushing teeth, the proportion of adequately physical activity, the proportion of the number of doctors in sub-district, and the proportion of Health Care Assurance ownership. The analysis showed that the variables such as brushing teeth, physical activity, and smoking absence have a significant relationship with the sub-index of NCD (p-value = 0.000) with influence of 10.7%. Variables that have the most impact on the sub-index of NCD is adequately physical activity with a coefficient of 0.002. \u0000Abstrak \u0000IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) merupakan gambaran kemajuan di bidang kesehatan dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari komponen kesehatan pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. IPKM 2014 terdiri dari 7 komponen sub indeks diantaranya adalah sub indeks Penyakit Tidak Menular (PTM). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, sedangkan data berasal dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan Potensi Desa (PODES) 2011 terdiri dari 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tujuan analisis adalah untuk mencari hubungan sub indeks PTM dengan perilaku dan pelayanan kesehatan serta membuat prediksi nilai variabel indeks PTM melalui variabel-variabel independen yang meliputi proporsi perilaku konsumsi tembakau, proporsi perilaku menggosok gigi benar, proporsi aktivitas fisik cukup, proporsi jumlah dokter perkecamatan serta proporsi kepemilikan Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel menggosok gigi, aktivitas fisik dan tidak merokok mempunyai hubungan yang bermakna dengan sub indeks PTM (p-value=0,000) dengan pengaruh sebesar 10,7%. Variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap sub indeks PTM adalah cukup aktivitas fisik dengan koefisien sebesar 0,002. ","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76446798","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstractTrombocytopenia is related with severity of malaria. Parasitaemia and immune system have important roles for the reactions that occur in malaria infections including thrombocytopenia. Therefore, we conducted a study to determine the association between thrombocytopenia, parasitaemia and cytokines in Plasmodium falciparum and P.vivax. This was a cross-sectional and hospital based study at Mitra Masyarakat Hospital,Timika, Papua, in 2010. Subjects were all age groups with uncomplicated malaria. On admission, characteristics subjects were recorded, parasitaemia was calculated by using microscope, platelets were measured by Hematology analyzer (Sysmex), and cytokines were measured by Multiplex Flow Cytometry Assay (Luminex).Thrombocytopenia was defined if platelet count <150,000/mm . Cytokines were presented in ratio of TNFα/IL10, IFNγ/IL10, and IL12/IL10. The association thrombocytopenia, parasitaemia and cytokines were determined by logistic multivariate analysis. A total 76 subjects were recruited, 51.3% infected with P. falciparum and 48.7% infected with P. vivax infection. The mean age of subjects was 15 (range: 5 – 55) years and 82.9% with thrombocytopenia (platelet range:18958-341123/mm ). The geometric mean of parasitemia was 3393 (43–412503) /mm , while the median of ratios TNFα/IL10, IFN γ/IL10 and IL12/IL10 were 1.05; 0.99; and 0.99, respectively. Bivariate anaylsis showed that trombocytopenia was associated with low level of TNFα/IL10 (p=0.015) and IL12/IL10 (0.020). The multivariate anaysis data also showed a relationship between thrombocytopenia and ratio of TNFα/IL10 with adjusted OR of 7,33 (95%CI: 1,5–35,8), p=0.014. Thrombocytopenia is associated with low ratio of TNFα/IL10 in patients with uncomplicated infection of P. falciparum and P.vivax. AbstrakTrombositopenia berhubungan dengan tingkat keparahan malaria. Parasitemia dan sistem kekebalan tubuh memiliki peran penting pada manifestasi infeksi malaria termasuk trombositopenia. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara trombositopenia, parasitemia, dan sitokin pada Plasmodium falciparum dan P.vivax. Disain studi adalah potong lintang, dilaksanakan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Timika, Papua pada tahun 2010. Subjek penelitian adalah semua kelompok umur dengan malaria tanpa komplikasi. Pada perekrutan, karakteristik subjek akan dicatat, parasitemia dihitung dengan mikroskop, trombosit diukur dengan Hematology analyzer (Sysmex) dan sitokin diukur dengan Multiplex Flow Cytometry Assay (Luminex). Trombositopenia didefinisikan jika jumlah trombosit < 150.000 mm . Sitokin yang dipaparkan adalah rasio TNFα/IL10, IFNγ/IL10, dan IL12/IL10. Hubungan trombositopenia, parasitemia, dan sitokin ditentukan dengan analisis multivariat logistik. Sebanyak 76 subjek malaria mono-infeksi direkrut, 51,3% terinfeksi P. falciparum dan 48,7% P. vivax. Rata-rata umur subjek adalah 15 (kisaran : 5-55) tahun dan 82,9% dengan trombositopenia (kisaran : 18.958-341.123
【摘要】原细胞减少症与疟疾的严重程度有关。寄生虫病和免疫系统在包括血小板减少症在内的疟疾感染反应中起重要作用。因此,我们进行了一项研究,以确定恶性疟原虫和间日疟原虫的血小板减少症、寄生虫血症和细胞因子之间的关系。这是2010年在巴布亚蒂米卡Mitra Masyarakat医院进行的一项横断面和基于医院的研究。研究对象均为患有非复杂性疟疾的年龄组。入院时记录特征,显微镜下计算寄生虫率,血液学分析仪(Sysmex)测定血小板,多重流式细胞术(Luminex)测定细胞因子。血小板计数<150,000/mm为血小板减少症。细胞因子以TNFα/IL10、IFNγ/IL10、IL12/IL10比值表示。通过logistic多因素分析确定血小板减少、寄生虫血症和细胞因子的相关性。共招募76名受试者,其中51.3%感染恶性疟原虫,48.7%感染间日疟原虫。受试者的平均年龄为15岁(范围:5 - 55岁),82.9%患有血小板减少症(血小板范围:18958-341123/mm)。寄生虫病几何平均值为3393 (43 ~ 412503)/mm, TNFα/IL10、IFN γ/IL10和IL12/IL10比值中位数为1.05;0.99;分别是0.99。双因素分析显示,血小板减少症与TNFα/IL10 (p=0.015)和IL12/IL10 (p= 0.020)水平低相关。多因素分析数据也显示血小板减少与TNFα/ il - 10比值呈正相关,校正OR为7,33 (95%CI: 1,5 - 35,8), p=0.014。恶性疟原虫和间日疟原虫无并发症感染患者血小板减少与TNFα/ il - 10比值低相关。【摘要】恙虫病与疟疾的关系。寄生虫病与寄生虫病系统的关系及其与寄生虫病的关系。疟疾,寄生虫病,恶性疟原虫和间日疟原虫。Disain studi adalah potong lintang, dilaksanakan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Timika,巴布亚帕达,2010年。科目:penelitian adalah semua kelompok umur dengan疟疾tanpa komplikasi。Pada perekrutan, karakteristik subjek akan dicatat, parasitemia dihitung dengan mickroskop, trobosit diukur dengan血液学分析仪(Sysmex)和sitokin diukur dengan多重流式细胞术检测(Luminex)。Trombositopenia didefinisikan jika jumlah trombosit < 150.000 mm。与TNFα/IL10、IFNγ/IL10、IL12/IL10的关系。多变量logistic分析:嗜氧杆菌减少症、寄生虫病、单胞菌血症。Sebanyak 76例直接单染疟,恶性疟51.3%,间日疟48.7%。Rata-rata umur subjek adalah 15 (kisaran: 5-55) tahun dan 82,9% dengan trobositopenia (kisaran: 18.958-341.123/ mm 33)。Rerata geometrik parasitemia adalah 3393 (43-412503)/mm, sedangkan中位聚集比TNFα/IL10, IFNγ/IL10和IL12/IL10 yaitu 1,05, 0,99;丹0,99。分析双变量menunjukkan bahwa trobositopenia berhubungan dengan rendahnya tingkat TNFα/IL10 (p= 0.015)和tingginya rasio IL12/ IL10 (p= 0.020)。多变量分析:menunjukkan adanya hubungan antara trobositopenia与TNFα/IL10的相关性(< 1,05),OR: 7,33 (95% CI: 1,5-35,8), p = 0,014。恶性疟原虫、间日疟原虫、间日疟原虫、白蛉、白蛉、白蛉。
{"title":"Hubungan Trombositopenia, Parasitemia serta Mediator Pro dan Anti Inflamasi pada Infeksi Malaria, Timika 2010","authors":"A. Hasugian, Heri Wibowo, Emiliana Tjitra","doi":"10.22435/mpk.v28i3.110","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.110","url":null,"abstract":"AbstractTrombocytopenia is related with severity of malaria. Parasitaemia and immune system have important roles for the reactions that occur in malaria infections including thrombocytopenia. Therefore, we conducted a study to determine the association between thrombocytopenia, parasitaemia and cytokines in Plasmodium falciparum and P.vivax. This was a cross-sectional and hospital based study at Mitra Masyarakat Hospital,Timika, Papua, in 2010. Subjects were all age groups with uncomplicated malaria. On admission, characteristics subjects were recorded, parasitaemia was calculated by using microscope, platelets were measured by Hematology analyzer (Sysmex), and cytokines were measured by Multiplex Flow Cytometry Assay (Luminex).Thrombocytopenia was defined if platelet count <150,000/mm . Cytokines were presented in ratio of TNFα/IL10, IFNγ/IL10, and IL12/IL10. The association thrombocytopenia, parasitaemia and cytokines were determined by logistic multivariate analysis. A total 76 subjects were recruited, 51.3% infected with P. falciparum and 48.7% infected with P. vivax infection. The mean age of subjects was 15 (range: 5 – 55) years and 82.9% with thrombocytopenia (platelet range:18958-341123/mm ). The geometric mean of parasitemia was 3393 (43–412503) /mm , while the median of ratios TNFα/IL10, IFN γ/IL10 and IL12/IL10 were 1.05; 0.99; and 0.99, respectively. Bivariate anaylsis showed that trombocytopenia was associated with low level of TNFα/IL10 (p=0.015) and IL12/IL10 (0.020). The multivariate anaysis data also showed a relationship between thrombocytopenia and ratio of TNFα/IL10 with adjusted OR of 7,33 (95%CI: 1,5–35,8), p=0.014. Thrombocytopenia is associated with low ratio of TNFα/IL10 in patients with uncomplicated infection of P. falciparum and P.vivax. \u0000AbstrakTrombositopenia berhubungan dengan tingkat keparahan malaria. Parasitemia dan sistem kekebalan tubuh memiliki peran penting pada manifestasi infeksi malaria termasuk trombositopenia. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara trombositopenia, parasitemia, dan sitokin pada Plasmodium falciparum dan P.vivax. Disain studi adalah potong lintang, dilaksanakan di Rumah Sakit Mitra Masyarakat, Timika, Papua pada tahun 2010. Subjek penelitian adalah semua kelompok umur dengan malaria tanpa komplikasi. Pada perekrutan, karakteristik subjek akan dicatat, parasitemia dihitung dengan mikroskop, trombosit diukur dengan Hematology analyzer (Sysmex) dan sitokin diukur dengan Multiplex Flow Cytometry Assay (Luminex). Trombositopenia didefinisikan jika jumlah trombosit < 150.000 mm . Sitokin yang dipaparkan adalah rasio TNFα/IL10, IFNγ/IL10, dan IL12/IL10. Hubungan trombositopenia, parasitemia, dan sitokin ditentukan dengan analisis multivariat logistik. Sebanyak 76 subjek malaria mono-infeksi direkrut, 51,3% terinfeksi P. falciparum dan 48,7% P. vivax. Rata-rata umur subjek adalah 15 (kisaran : 5-55) tahun dan 82,9% dengan trombositopenia (kisaran : 18.958-341.123","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81250871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Back Matter Media Vol28 No 2","authors":"Febri Aryanto","doi":"10.22435/mpk.v28i2.643","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mpk.v28i2.643","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":18323,"journal":{"name":"Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan","volume":"146 2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83088910","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}