Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.15578/jksekp.v10i2.9271
Estu Sri Luhur, A. Asnawi, Freshty Yulia Arthatiani, Siti hajar Suryawati
Kepiting/rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang terus meningkat permintaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis permintaan ekspor kepiting/rajungan olahan Indonesia ke Amerika Serikat sebagai pasar tujuan utama. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat, volume produksi kepiting/rajungan di dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Data tersebut diperoleh dari UN-Comtrade, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis data yang digunakan adalah ekonometrika dinamis dengan pendekatan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap permintaan ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat pada jangka pendek adalah harga ekspor dan volume produksi di dalam negeri dengan nilai koefisien masing-masing sebesar -0.7818 dan 0.5270. Pada jangka panjang, variabel yang berpengaruh adalah harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dengan nilai koefisien sebesar - 0.7938. Upaya peningkatan volume ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilakukan dengan kebijakan melalui usaha nelayan dan perbaikan mekanisme rantai pasok (foodchains) yang berdampak menurunkan harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dan perbaikan kualitas produksi kepiting/rajungan di Indonesia. Selain itu, seiring dengan meningkatnya permintaan kepiting/rajungan di Amerika Serikat dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kepiting/rajungan ke Amerika Serikat.Title: Determinants of Demand for Indonesian Export of Processed Crabs to the United States: An Error Correction Model ApproachCrab is one of fishery export commodity that has continuing increase in demand. This study aimed to analyze demand for Indonesian processed crab exports to the United States as the main destination market. Data used are secondary data, namely data on export price of Indonesian crabs to the United States, the volume of domestic crab production, and exchange rate of the rupiah against the US dollar. Data was obtained from UN-Comtrade, Ministry of Marine Affairs and Fisheries (KKP), and Central Statistics Agency (BPS). Data were analyzed using dynamic econometrics method with the Error Correction Model (ECM) approach. Variables of the study are export price of Indonesian crab to the United States, production volume of crab in Indonesia, and exchange rate of rupiah against United States dollar. The results showed that export prices and domestic production volume are variables influencing demand for Indonesian crab exports to the United States in the short term with coefficient value of -0.7818 and 0.5270 respectively. In the long term, the influencing variables is domestic production volume with coefficient value of 0.7938. Export volume to the United States could be increased through policy on fishing effor
{"title":"DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR KEPITING/RAJUNGAN OLAHAN INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT: PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL","authors":"Estu Sri Luhur, A. Asnawi, Freshty Yulia Arthatiani, Siti hajar Suryawati","doi":"10.15578/jksekp.v10i2.9271","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i2.9271","url":null,"abstract":"Kepiting/rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang terus meningkat permintaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis permintaan ekspor kepiting/rajungan olahan Indonesia ke Amerika Serikat sebagai pasar tujuan utama. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat, volume produksi kepiting/rajungan di dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Data tersebut diperoleh dari UN-Comtrade, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis data yang digunakan adalah ekonometrika dinamis dengan pendekatan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap permintaan ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat pada jangka pendek adalah harga ekspor dan volume produksi di dalam negeri dengan nilai koefisien masing-masing sebesar -0.7818 dan 0.5270. Pada jangka panjang, variabel yang berpengaruh adalah harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dengan nilai koefisien sebesar - 0.7938. Upaya peningkatan volume ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilakukan dengan kebijakan melalui usaha nelayan dan perbaikan mekanisme rantai pasok (foodchains) yang berdampak menurunkan harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dan perbaikan kualitas produksi kepiting/rajungan di Indonesia. Selain itu, seiring dengan meningkatnya permintaan kepiting/rajungan di Amerika Serikat dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kepiting/rajungan ke Amerika Serikat.Title: Determinants of Demand for Indonesian Export of Processed Crabs to the United States: An Error Correction Model ApproachCrab is one of fishery export commodity that has continuing increase in demand. This study aimed to analyze demand for Indonesian processed crab exports to the United States as the main destination market. Data used are secondary data, namely data on export price of Indonesian crabs to the United States, the volume of domestic crab production, and exchange rate of the rupiah against the US dollar. Data was obtained from UN-Comtrade, Ministry of Marine Affairs and Fisheries (KKP), and Central Statistics Agency (BPS). Data were analyzed using dynamic econometrics method with the Error Correction Model (ECM) approach. Variables of the study are export price of Indonesian crab to the United States, production volume of crab in Indonesia, and exchange rate of rupiah against United States dollar. The results showed that export prices and domestic production volume are variables influencing demand for Indonesian crab exports to the United States in the short term with coefficient value of -0.7818 and 0.5270 respectively. In the long term, the influencing variables is domestic production volume with coefficient value of 0.7938. Export volume to the United States could be increased through policy on fishing effor","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127282916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.15578/jksekp.v10i2.9305
Yeyen Mardyani, Tahmat Kurnia, Luky Adrianto
Pengelolaan perikanan skala kecil di Kabupaten Bangka pada beberapa kurun waktu terakhir menunjukkan produktivitas yang semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan ruang laut yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan, tetapi juga sebagai wilayah eksploitasi penambangan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pemanfaatan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder; analisis bioekonomi digunakan pada ketiga zona daerah penangkapan ikan (DPI) dengan memisahkan sumberdaya ikan pelagis dan demersal untuk melihat status pemanfaatan perikanan pada masing-masing zona. Ketiga zona daerah penangkapan ikan didasarkan pada kondisi eksisting menurut RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: Zona A (DPI dengan IUP), Zona A1 (DPI dengan IUP tanpa kegiatan), dan Zona B (DPI tanpa IUP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan pelagis Zona A cenderung economical overfishing; sedangkan perikanan demersal sudah menunjukkan kondisi economical overfishing; Zona A1 berada pada kondisi underfishing; serta Zona B berada pada kondisi underfishing. Pemanfaatan perikanan Zona A dan A1 tidak mencapai 50% TAC; sedangkan pada Zona B hanya 15% TAC. Agar pemanfaatan perikanan baik pelagis ataupun demersal dapat berkelanjutan baik secara ekologi maupun ekonomi, pengelolaan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka perlu dilakukan pengelolaan input pada upaya tangkap yang berbeda-beda pada tiap zona serta pengelolaan ekologi dan ekosistem.Title: Management of Small-Scale Fisheries in The Coastal Waters of Bangka Regency with Bioeconomic ApproachManagement of small-scale fisheries in Bangka Regency has recently shown decreased productivity. This is caused by the management of marine area which is not only used as a fishing ground, but also as an area of exploitation for off-shore mining. Based on these conditions, this study aims to determine the level of utilization of small-scale fisheries in the waters of Bangka Regency. This research uses primary and secondary data; bio-economic analysis was carried out in the three fishing ground zones by separating pelagic and demersal fish resources to see the utilization status of each zone. The three fishing ground zones are based on the existing fishing ground conditions according to RZWP3K Bangka Belitung Islands Province, namely: Zone A (fishing ground with IUP), Zone A1 (fishing ground with IUP without activities), and Zone B (fishing ground without IUP). The results showed that Pelagic Zone A fisheries tend to be economical, whereas demersal fisheries have shown economical overfishing; Zone A1 is under fishing; Zone B is under fishing. The utilization of fisheries in Zone A and A1 does not reach 50% TAC, while in Zone B it is only 15% TAC. For the utilization of pelagic and demersal fisheries to be sustainable both ecologically and economically, the management of small-scale fisheries in Bangka Reg
过去几年中,邦加摄政的小规模渔业管理显示,生产率在下降。这是由于海洋管理,它不仅被用作渔业,而且被用作海洋开采的开采区域。本研究旨在确定邦加摄政地区渔业规模较小的情况。研究采用初级和二级数据进行;生物经济分析被用于三个渔区,分离远鱼资源和渔业资源,以评估每个区域的渔业利用状况。根据邦加比里通省的rzwpac的说法,这三个渔区是基于存在条件的,即A区(DPI对IUP), A1区(DPI对IUP), B区(DPI对IUP)。研究结果表明,A区远洋渔业倾向于经济过度捕捞;而demersal渔业已经显示出过度捕捞的经济状况;A1区在捕鱼条件下;B区是禁鱼区。A和A1区渔业利用不足50%的TAC;B区只有15% TAC。为了使渔业在生态和经济上都能可持续发展,邦卡摄政水域的小规模渔业管理需要对每个区域的不同捕获努力以及生态和生态系统的管理进行管理。标题:以人类在海岸水域的微不足道的生物经济冲突中展开的家畜捕捞管理。这是由于海洋管理地区的情况,它不仅被用作钓鱼场,而且是一个用于外缘挖掘的爆炸区域。基于这些条件,这项研究旨在确定在古氏水域中游刃捕鱼的比率。这项研究的首要研究和secondary数据;生物经济分析结果在三个钓鱼地点都被分开的区域和半鱼类资源捕获,以查看每个区域的公用状况。三振出局的区域分布在正在下沉的区域区域,以rzwaid struck为基础,namely:区域A,区域A1 (fishing ground without activities),区域B (fishing ground without up)。结果表明,游泳区的养殖场倾向于经济学家,而渔民们则倾向于过度捕捞;A1区是在钓鱼;B区被封锁了。在A区和A1区fisheries的功能性并不是50%的TAC,而在B区只使用15%的TAC。对于pelagic和demersal fisheries在经济和经济上都是可行的,即在邦利马水域的女性捕捞需要以不同的生态和生态系统管理手段手段进行管理。
{"title":"PENGELOLAAN PERIKANAN SKALA KECIL DI PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BANGKA DENGAN PENDEKATAN BIOEKONOMI","authors":"Yeyen Mardyani, Tahmat Kurnia, Luky Adrianto","doi":"10.15578/jksekp.v10i2.9305","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i2.9305","url":null,"abstract":"Pengelolaan perikanan skala kecil di Kabupaten Bangka pada beberapa kurun waktu terakhir menunjukkan produktivitas yang semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan ruang laut yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan, tetapi juga sebagai wilayah eksploitasi penambangan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pemanfaatan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder; analisis bioekonomi digunakan pada ketiga zona daerah penangkapan ikan (DPI) dengan memisahkan sumberdaya ikan pelagis dan demersal untuk melihat status pemanfaatan perikanan pada masing-masing zona. Ketiga zona daerah penangkapan ikan didasarkan pada kondisi eksisting menurut RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: Zona A (DPI dengan IUP), Zona A1 (DPI dengan IUP tanpa kegiatan), dan Zona B (DPI tanpa IUP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan pelagis Zona A cenderung economical overfishing; sedangkan perikanan demersal sudah menunjukkan kondisi economical overfishing; Zona A1 berada pada kondisi underfishing; serta Zona B berada pada kondisi underfishing. Pemanfaatan perikanan Zona A dan A1 tidak mencapai 50% TAC; sedangkan pada Zona B hanya 15% TAC. Agar pemanfaatan perikanan baik pelagis ataupun demersal dapat berkelanjutan baik secara ekologi maupun ekonomi, pengelolaan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka perlu dilakukan pengelolaan input pada upaya tangkap yang berbeda-beda pada tiap zona serta pengelolaan ekologi dan ekosistem.Title: Management of Small-Scale Fisheries in The Coastal Waters of Bangka Regency with Bioeconomic ApproachManagement of small-scale fisheries in Bangka Regency has recently shown decreased productivity. This is caused by the management of marine area which is not only used as a fishing ground, but also as an area of exploitation for off-shore mining. Based on these conditions, this study aims to determine the level of utilization of small-scale fisheries in the waters of Bangka Regency. This research uses primary and secondary data; bio-economic analysis was carried out in the three fishing ground zones by separating pelagic and demersal fish resources to see the utilization status of each zone. The three fishing ground zones are based on the existing fishing ground conditions according to RZWP3K Bangka Belitung Islands Province, namely: Zone A (fishing ground with IUP), Zone A1 (fishing ground with IUP without activities), and Zone B (fishing ground without IUP). The results showed that Pelagic Zone A fisheries tend to be economical, whereas demersal fisheries have shown economical overfishing; Zone A1 is under fishing; Zone B is under fishing. The utilization of fisheries in Zone A and A1 does not reach 50% TAC, while in Zone B it is only 15% TAC. For the utilization of pelagic and demersal fisheries to be sustainable both ecologically and economically, the management of small-scale fisheries in Bangka Reg","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130535452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7440
Deshinta Vibriyanti
Sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Namun pada kenyataannya belum mampu membuat nelayan keluar dari jeratan kemiskinan. Pendapatan yang bersifat tidak pasti membuat keberlanjutan profesi sebagai nelayan tangkap menjadi terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dan pengelolaan sumber daya perikanan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Pengumpulan data primer di lakukan pada bulan Mei tahun 2015 di desa Purirano dan Bungkutoko dengan mewawancarai 200 responden di tingkat rumah tangga. Data primer diperoleh juga melalui Focus Group Discussion (FGD). Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan rumah tangga sampel perbulan di kedua lokasi Rp2.307.863. Pendapatan rata-rata di Kelurahan Purirano Rp3.094.803 lebih tinggi dari pendapatan di Kelurahan Bungkutoko sebesar Rp1.981.209. Rata-rata pendapatan rumah tangga tertinggi diperoleh pada musim gelombang tenang (sekitar Rp3 juta), dan terendah pada musim panceklik (sekitar Rp1,6 juta). Faktor pembeda pendapatan nelayan yaitu (1) faktor internal (kepemilikan jenis armada dan alat tangkap dan besarnya biaya produksi), (2) faktor eksternal (musim, harga dan pemasaran, dan degradasi sumber daya laut). Title: Descriptive Analysis of Socio Economic Factors Influencing to Fishers’ Household Income (Case Study: Kendari City)Fisheries resources are potential to improve the living standard and welfare of fishers, however, its production has not able yet to lift fishers out of poverty. The uncertain level of income threaten the sustainability of the fishers livelihood. This study aims to determine factors that influence the income of fishers and fisheries resources management in Kendari City, Southeast Sulawesi. Primary data were collected from 200 household respondents in May 2015 through Focus Group Discussion (FGD) in Purirano and Bungkutoko villages. Secondary data were collected from literature. Data were analysed using SPSS program. The results showed that average household income per month in the two locations was IDR2,307,863. The average income in Purirano Sub-district was IDR3,094,803. It was IDR1,981,209 higher than the income in Bungkutoko Sub-District.The highest average household income was obtained during the calm wave season (around IDR 3 million), and the lowest income was obtained in the strong wave season (around IDR 1.6 million). The fishers income differentiate factors are (1) internal factors (ownership of fleet type, fishing gear, and production costs), (2) external factors (season, prices and marketing, and degradation of marine resources).
{"title":"ANALISIS DESKRIPTIF FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN TANGKAP (Studi Kasus: Kota Kendari)","authors":"Deshinta Vibriyanti","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7440","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7440","url":null,"abstract":"Sumber daya perikanan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan. Namun pada kenyataannya belum mampu membuat nelayan keluar dari jeratan kemiskinan. Pendapatan yang bersifat tidak pasti membuat keberlanjutan profesi sebagai nelayan tangkap menjadi terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dan pengelolaan sumber daya perikanan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Pengumpulan data primer di lakukan pada bulan Mei tahun 2015 di desa Purirano dan Bungkutoko dengan mewawancarai 200 responden di tingkat rumah tangga. Data primer diperoleh juga melalui Focus Group Discussion (FGD). Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan rumah tangga sampel perbulan di kedua lokasi Rp2.307.863. Pendapatan rata-rata di Kelurahan Purirano Rp3.094.803 lebih tinggi dari pendapatan di Kelurahan Bungkutoko sebesar Rp1.981.209. Rata-rata pendapatan rumah tangga tertinggi diperoleh pada musim gelombang tenang (sekitar Rp3 juta), dan terendah pada musim panceklik (sekitar Rp1,6 juta). Faktor pembeda pendapatan nelayan yaitu (1) faktor internal (kepemilikan jenis armada dan alat tangkap dan besarnya biaya produksi), (2) faktor eksternal (musim, harga dan pemasaran, dan degradasi sumber daya laut). Title: Descriptive Analysis of Socio Economic Factors Influencing to Fishers’ Household Income (Case Study: Kendari City)Fisheries resources are potential to improve the living standard and welfare of fishers, however, its production has not able yet to lift fishers out of poverty. The uncertain level of income threaten the sustainability of the fishers livelihood. This study aims to determine factors that influence the income of fishers and fisheries resources management in Kendari City, Southeast Sulawesi. Primary data were collected from 200 household respondents in May 2015 through Focus Group Discussion (FGD) in Purirano and Bungkutoko villages. Secondary data were collected from literature. Data were analysed using SPSS program. The results showed that average household income per month in the two locations was IDR2,307,863. The average income in Purirano Sub-district was IDR3,094,803. It was IDR1,981,209 higher than the income in Bungkutoko Sub-District.The highest average household income was obtained during the calm wave season (around IDR 3 million), and the lowest income was obtained in the strong wave season (around IDR 1.6 million). The fishers income differentiate factors are (1) internal factors (ownership of fleet type, fishing gear, and production costs), (2) external factors (season, prices and marketing, and degradation of marine resources). ","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124176539","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7359
Alfian Hidayat, Purnami Safitri
Rumput laut sebagai komoditas unggulan daerah NTB belum secara maksimal dikelola dengan baik. Potensi yang besar serta didukung dengan kultur masyarakat pesisir seharusnya mampu menjadikan komoditas rumput laut NTB berdaya saing tinggi. Kondisi permasalahan mendasar diatas kemudian menarik untuk diteliti dengan model Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL) sebagai metode dalam melihat permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan PEL model Hexagon dengan melihat dalam 6 dimensi terkait yakni target group, locational factors, policy focus and synergy, sustainability, governance serta planning. Hasil penelitian menemukan bahwa pemerintah daerah Provinsi NTB sesungguhnya telah memulai program Pembangunan Ekonomi Lokal, namun belum optimal dalam beberapa program yang telah dilakukan mulai dari pemilihan kelompok target yang disesuaikan dengan kapasitas industrial daerah, penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang aktifitas ekonomi, keberhadiran kebijakan dan regulasi yang bersiat pro-environment dan pro-poor untuk mewujudkan prinsip pembangunan berkelanjutan, hingga pada upaya sinergisitas para stakeholders serta upaya monitoring dan evaluasi.Title: Development of Seaweed Commodities in West Nusa Tenggara Using the Hexagon Model for Local Economic DevelopmentSeaweed, one of the competitive commodities in West Nusa Tenggara (NTB), has not been well governed. High potential value and coastal community culture are supposed to improve the competitiveness of the seaweed. Those conditions are the background of this research using Local Economic Development (LED) approach to describe the problems. LED has six dimensions of analysis; targeting group, location factors, policy focus and synergy, sustainability, governance and planning. This study found that NTB government has actually begun to implement LED dimension. However, there should be more optimal efforts to implement this program including selection of targeting group, development of infrastructure, pro-environment and pro-poor policy and regulation to support sustainable development, collaboration among stakeholders and monitoring and evaluation.
{"title":"PENGEMBANGAN KOMODITAS RUMPUT LAUT NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MODEL HEXAGON UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL","authors":"Alfian Hidayat, Purnami Safitri","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7359","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7359","url":null,"abstract":"Rumput laut sebagai komoditas unggulan daerah NTB belum secara maksimal dikelola dengan baik. Potensi yang besar serta didukung dengan kultur masyarakat pesisir seharusnya mampu menjadikan komoditas rumput laut NTB berdaya saing tinggi. Kondisi permasalahan mendasar diatas kemudian menarik untuk diteliti dengan model Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL) sebagai metode dalam melihat permasalahan yang ada. Penelitian ini menggunakan PEL model Hexagon dengan melihat dalam 6 dimensi terkait yakni target group, locational factors, policy focus and synergy, sustainability, governance serta planning. Hasil penelitian menemukan bahwa pemerintah daerah Provinsi NTB sesungguhnya telah memulai program Pembangunan Ekonomi Lokal, namun belum optimal dalam beberapa program yang telah dilakukan mulai dari pemilihan kelompok target yang disesuaikan dengan kapasitas industrial daerah, penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang aktifitas ekonomi, keberhadiran kebijakan dan regulasi yang bersiat pro-environment dan pro-poor untuk mewujudkan prinsip pembangunan berkelanjutan, hingga pada upaya sinergisitas para stakeholders serta upaya monitoring dan evaluasi.Title: Development of Seaweed Commodities in West Nusa Tenggara Using the Hexagon Model for Local Economic DevelopmentSeaweed, one of the competitive commodities in West Nusa Tenggara (NTB), has not been well governed. High potential value and coastal community culture are supposed to improve the competitiveness of the seaweed. Those conditions are the background of this research using Local Economic Development (LED) approach to describe the problems. LED has six dimensions of analysis; targeting group, location factors, policy focus and synergy, sustainability, governance and planning. This study found that NTB government has actually begun to implement LED dimension. However, there should be more optimal efforts to implement this program including selection of targeting group, development of infrastructure, pro-environment and pro-poor policy and regulation to support sustainable development, collaboration among stakeholders and monitoring and evaluation.","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133496452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sektor perikanan tangkap adalah sektor yang memberikan kontibusi yang cukup besar bagi perikanan Indonesia. Sektor ini diharapkan bisa menjadi peranan strategis bagi pembangunan perikanan Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah peningkatan hasil perikanan tangkap. Indramayu merupakan daerah dengan hasil perikanan tangkap yang memberikan kontribusi sebesar 60% dari perikananan tangkap Jawa Barat, menjadikan Indramayu sebagai daerah dengan tingkat kontribusi produksi perikanan terbesar diantara daerah-daerah lainnya. Produksi dari aktivitas perikanan ini didapatkan rata-rata sebesar 2500 ton dengan nilai rata-rata 30 miliar perbulan. Nilai ini akan lebih meningkat dengan adanya aktivitas pengolahan menjadi suatu produk. Untuk mendapatkan hasil produk perikanan yang bernilai tinggi, diperlukan suatu upaya salah satunya adalah dengan praktik manufaktur yang baik atau good manufacturing practice (GMP). Universitas Padjadjaran melalui program pelatihan GMP Eretan telah melakukan pelatihan GMP dari tahun 2013-2015. Sebagai evaluasi, analisis kesejahteraan dilakukan. Sejauh ini kesejahteraan dinilai secara objektif. Pada penelitian ini, kesejahteraan secara subjektif dianalisis untuk memberikan gambaran dari perspektiv individu responden dengan analisis kesejahteraan subjektif dan regresi logistik untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh. Hasilnya kesejahteraan subjektif di pesisir Indramayu bisa meningkat dengan adanya pelatihan GMP dimana responden yang mendapatkan pelatihan GMP meningkat kesejahteraan subjektifnya dibandingkan dengan sebelum adanya pelatihan. Title: Training Results Evaluation on Good Manufacturing Practices (GMP) for the Coastal Women: A Subjective Well-being AnalysisCapture fisheries give significant contribution to Indonesian fisheries. This sector is expected to be a strategic role in Indonesia fisheries development. One of the strategies is increasing capture fisheries products. Indramayu is an area with capture fisheries products which contributes 60% of West Java capture fisheries, therefore, Indramayu has the most significant contribution to fisheries production among other regions. Average production of this sector is 2500 tons with average value of 30 billion per month. This value will increase with the fisheries processing product actitivites. Good Manufacturing Practice (GMP) is one of effort to obtain high-value fishery products. Padjadjaran University has conducted GMP Eretan training from 2013 to 2015. There is an evaluation to analyzed the welfare of the community. So far, welfare has been assessed objectively. In this study, subjective welfare was analyzed to provide an overview of individual respondents’ perspectives with subjective welfare analysis and logistic regression to determine other influential factors. As a result, subjective welfare on the coastal area of Indramayu can be increased with GMP training. It means that respondents with GMP training have increased subjective welfare compared
{"title":"EVALUASI HASIL PELATIHAN GOOD MANUFACTURING PRACTICES (GMP) UNTUK PEREMPUAN PESISIR: ANALISIS KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF","authors":"Zuzy Anna, Rahmahwati Rosidah, Armida Alisjahbana, Robi Andoyo","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7238","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7238","url":null,"abstract":"Sektor perikanan tangkap adalah sektor yang memberikan kontibusi yang cukup besar bagi perikanan Indonesia. Sektor ini diharapkan bisa menjadi peranan strategis bagi pembangunan perikanan Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah peningkatan hasil perikanan tangkap. Indramayu merupakan daerah dengan hasil perikanan tangkap yang memberikan kontribusi sebesar 60% dari perikananan tangkap Jawa Barat, menjadikan Indramayu sebagai daerah dengan tingkat kontribusi produksi perikanan terbesar diantara daerah-daerah lainnya. Produksi dari aktivitas perikanan ini didapatkan rata-rata sebesar 2500 ton dengan nilai rata-rata 30 miliar perbulan. Nilai ini akan lebih meningkat dengan adanya aktivitas pengolahan menjadi suatu produk. Untuk mendapatkan hasil produk perikanan yang bernilai tinggi, diperlukan suatu upaya salah satunya adalah dengan praktik manufaktur yang baik atau good manufacturing practice (GMP). Universitas Padjadjaran melalui program pelatihan GMP Eretan telah melakukan pelatihan GMP dari tahun 2013-2015. Sebagai evaluasi, analisis kesejahteraan dilakukan. Sejauh ini kesejahteraan dinilai secara objektif. Pada penelitian ini, kesejahteraan secara subjektif dianalisis untuk memberikan gambaran dari perspektiv individu responden dengan analisis kesejahteraan subjektif dan regresi logistik untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh. Hasilnya kesejahteraan subjektif di pesisir Indramayu bisa meningkat dengan adanya pelatihan GMP dimana responden yang mendapatkan pelatihan GMP meningkat kesejahteraan subjektifnya dibandingkan dengan sebelum adanya pelatihan. Title: Training Results Evaluation on Good Manufacturing Practices (GMP) for the Coastal Women: A Subjective Well-being AnalysisCapture fisheries give significant contribution to Indonesian fisheries. This sector is expected to be a strategic role in Indonesia fisheries development. One of the strategies is increasing capture fisheries products. Indramayu is an area with capture fisheries products which contributes 60% of West Java capture fisheries, therefore, Indramayu has the most significant contribution to fisheries production among other regions. Average production of this sector is 2500 tons with average value of 30 billion per month. This value will increase with the fisheries processing product actitivites. Good Manufacturing Practice (GMP) is one of effort to obtain high-value fishery products. Padjadjaran University has conducted GMP Eretan training from 2013 to 2015. There is an evaluation to analyzed the welfare of the community. So far, welfare has been assessed objectively. In this study, subjective welfare was analyzed to provide an overview of individual respondents’ perspectives with subjective welfare analysis and logistic regression to determine other influential factors. As a result, subjective welfare on the coastal area of Indramayu can be increased with GMP training. It means that respondents with GMP training have increased subjective welfare compared","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127422845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7343
Titis Istiqomah, M. Pudjihardjo, S. Sumarno, Bagyo Yanuwiadi
Permasalahan sektor perikanan saling terkait antar sub sektor perikanan tangkap, budidaya, serta olahan dan pemasaran hasil perikanan. Penelitian bertujuan menganalisis potensi keberlanjutan usaha multi sub sektor perikanan skala kecil - menengah oleh masyarakat di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian deskriptif dilaksanakan April 2015 s/d April 2018. Survey terestris dengan teknik rekam data tertutup dan terarah menggunakan alat bantu kuesioner. Data diberi bobot dan dianalisa menggunakan analisis shift share dan statistik untuk mengetahui keterkaitan antar sub sektor perikanan terhadap potensi keberlanjutannya. Hasil analisis keberlanjutan usaha tangkap (kode 01.T) bernilai terendah 2,3529 gap 6,0 dari nilai tertinggi 8,3529. Nilai regresi usaha penangkapan ikan Y = 0,005 + 0,961 X menunjukkan usaha penangkapan ikan belum mampu memberdayakan sektor lain. Tingkat signifikansi uji T tidak nyata 22,2%. Nilai R Square 0,005 dan Adjusted R Square -0,061 merepresentasikan tingkat kepercayaan usaha penangkapan ikan sangat rendah. Keberlanjutan usaha perikanan budidaya di tambak (simbol 02.Y) bernilai terendah 2,9783. Nilai regresi linier sebesar Y = 0,980 + 3,375 X menunjukkan usaha budidaya memberikan keberdayaan bagi sub sektor lain secara signifikan 97,8%*. Nilai R Square 0,225 dan Adjusted R Square 0,188 merepresentasikan keberlanjutan usaha budidaya kurang menjanjikan. Keberlanjutan olahan dan pemasaran hasil perikanan (kode 03.U) bernilai terendah 7,2600 dengan shift share gap positif 0,2600. Nilai regresi linier Y = 6,031 + 3,235 X signifikansi 100% menunjukkan usaha olahan dan pemasaran berpengaruh terhadap usaha lainnya, dengan nilai R Square 0,651 dan nilai Adjusted R Square 0,636. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sub sektor olahan dan pemasaran hasil perikanan berpeluang besar untuk ditumbuh-kembangkan.Title: Analysis of Potential Sustainability of Multi Fisheries Sub Sector Business in the Sidoarjo RegencyThe problems of fisheries sector are interrelated between the capture fisheries, cultivation, processing and marketing of fishery products. The research aims to analyze the potential sustainability of small and medium scale multi sub-sector fisheries businesses by people in Sidoarjo Regency. Descriptive research was conducted from April 2015 to April 2018. Terrestrial survey with closed data recording techniques and questionnaires were used in the study. Data were measured and analyzed using shift share matrix and statistics to find out the relation between fisheries sub-sectors to their potential sustainability. Results of the capture business sustainability analysis (code 01.T) have the lowest value of 2.3529 gap 6.0 from the highest value of 8.3529. The regression value of fishing business Y = 0.005 + 0.961 X indicates that fishing businesses have not been able to empower other sectors. The significance level of the T test is not real 22.2%. The R Square value of 0.005 and Adjusted R Square -0.061 represents the relatively low level of tr
{"title":"ANALISIS POTENSI KEBERLANJUTAN MULTI USAHA SUB SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN SIDOARJO","authors":"Titis Istiqomah, M. Pudjihardjo, S. Sumarno, Bagyo Yanuwiadi","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7343","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7343","url":null,"abstract":"Permasalahan sektor perikanan saling terkait antar sub sektor perikanan tangkap, budidaya, serta olahan dan pemasaran hasil perikanan. Penelitian bertujuan menganalisis potensi keberlanjutan usaha multi sub sektor perikanan skala kecil - menengah oleh masyarakat di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian deskriptif dilaksanakan April 2015 s/d April 2018. Survey terestris dengan teknik rekam data tertutup dan terarah menggunakan alat bantu kuesioner. Data diberi bobot dan dianalisa menggunakan analisis shift share dan statistik untuk mengetahui keterkaitan antar sub sektor perikanan terhadap potensi keberlanjutannya. Hasil analisis keberlanjutan usaha tangkap (kode 01.T) bernilai terendah 2,3529 gap 6,0 dari nilai tertinggi 8,3529. Nilai regresi usaha penangkapan ikan Y = 0,005 + 0,961 X menunjukkan usaha penangkapan ikan belum mampu memberdayakan sektor lain. Tingkat signifikansi uji T tidak nyata 22,2%. Nilai R Square 0,005 dan Adjusted R Square -0,061 merepresentasikan tingkat kepercayaan usaha penangkapan ikan sangat rendah. Keberlanjutan usaha perikanan budidaya di tambak (simbol 02.Y) bernilai terendah 2,9783. Nilai regresi linier sebesar Y = 0,980 + 3,375 X menunjukkan usaha budidaya memberikan keberdayaan bagi sub sektor lain secara signifikan 97,8%*. Nilai R Square 0,225 dan Adjusted R Square 0,188 merepresentasikan keberlanjutan usaha budidaya kurang menjanjikan. Keberlanjutan olahan dan pemasaran hasil perikanan (kode 03.U) bernilai terendah 7,2600 dengan shift share gap positif 0,2600. Nilai regresi linier Y = 6,031 + 3,235 X signifikansi 100% menunjukkan usaha olahan dan pemasaran berpengaruh terhadap usaha lainnya, dengan nilai R Square 0,651 dan nilai Adjusted R Square 0,636. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sub sektor olahan dan pemasaran hasil perikanan berpeluang besar untuk ditumbuh-kembangkan.Title: Analysis of Potential Sustainability of Multi Fisheries Sub Sector Business in the Sidoarjo RegencyThe problems of fisheries sector are interrelated between the capture fisheries, cultivation, processing and marketing of fishery products. The research aims to analyze the potential sustainability of small and medium scale multi sub-sector fisheries businesses by people in Sidoarjo Regency. Descriptive research was conducted from April 2015 to April 2018. Terrestrial survey with closed data recording techniques and questionnaires were used in the study. Data were measured and analyzed using shift share matrix and statistics to find out the relation between fisheries sub-sectors to their potential sustainability. Results of the capture business sustainability analysis (code 01.T) have the lowest value of 2.3529 gap 6.0 from the highest value of 8.3529. The regression value of fishing business Y = 0.005 + 0.961 X indicates that fishing businesses have not been able to empower other sectors. The significance level of the T test is not real 22.2%. The R Square value of 0.005 and Adjusted R Square -0.061 represents the relatively low level of tr","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127002341","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7420
Andrian Ramadhan, Wilmar Salim
Pesisir dan laut telah sejak kala mengalami tekanan aktivitas manusia sehingga mengancam keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem di dalamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, perhatian terhadap masalah ini menjadi semakin besar dan melahirkan konsep-konsep keberlanjutan pada wilayah pesisir dan laut seperti Marine Spatial Planning (MSP). Tulisan berikut mengeksplorasi konsepsi MSP dan hambatan yang dihadapi dalam tinjauan prosedur perencanaan. Metode yang digunakan adalah systematic review dalam rangka mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi berbagai literatur atau hasil kajian terkait. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya problematika empiris untuk diimplementasikan dalam tataran praktis. Idealisme MSP yang menggabungkan pendekatan komprehensif dan partisipatif akan menghadapi berbagai rintangan mulai dari ketiadaan data dan informasi, terbatasnya pengetahuan, keterikatan terhadap nilai dan budaya, sampai dengan isu dominasi kekuasaan atas suatu perencanaan yang bersifat kolaboratif. Penulis berargumentasi bahwa perencana perlu memberikan perhatian terhadap kekuasaan dan mampu mengontrol kekuasaan tersebut. Hal ini diperlukan agar kelemahan konsep MSP dapat tertutup dengan keberpihakan kekuasaan terhadap isuisu keberlanjutan. Title: Achieving Marine Ecosystem Sustainability Through Marine Spatial Planning (MSP): Is it possible?Since a long time ago, the coast and the sea have undergone hard pressure from human activities that threaten the sustainability of the ecosystem functions. As time goes by, the attention to this problem becomes greater and creates sustainability concepts in coastal and marine areas such as MSP. The following article explores MSP conceptions and its theoretical problems by reviewing the planning procedures. The method used in this study is a systematic review in order to identify, evaluate and interpret various literatures or results of related studies. The results indicate a theoretical weakness to be implemented. The idealism of MSP which combines a comprehensive and participatory approach will face various obstacles starting from the absence of data and information, limited knowledge, attachment to value and culture, to the issue of domination of power over a collaborative plan. I argues that planners need to pay attention to power and take control of it. This is necessary so that the weakness of the MSP concept can be covered by the alignment of power towards sustainability issues.
{"title":"MENCAPAI KEBERLANJUTAN EKOSISTEM LAUT MELALUI MARINE SPATIAL PLANNING (MSP): MUNGKINKAH?","authors":"Andrian Ramadhan, Wilmar Salim","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7420","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7420","url":null,"abstract":"Pesisir dan laut telah sejak kala mengalami tekanan aktivitas manusia sehingga mengancam keberlanjutan fungsi-fungsi ekosistem di dalamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, perhatian terhadap masalah ini menjadi semakin besar dan melahirkan konsep-konsep keberlanjutan pada wilayah pesisir dan laut seperti Marine Spatial Planning (MSP). Tulisan berikut mengeksplorasi konsepsi MSP dan hambatan yang dihadapi dalam tinjauan prosedur perencanaan. Metode yang digunakan adalah systematic review dalam rangka mengidentifikasi, mengevaluasi dan menginterpretasi berbagai literatur atau hasil kajian terkait. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya problematika empiris untuk diimplementasikan dalam tataran praktis. Idealisme MSP yang menggabungkan pendekatan komprehensif dan partisipatif akan menghadapi berbagai rintangan mulai dari ketiadaan data dan informasi, terbatasnya pengetahuan, keterikatan terhadap nilai dan budaya, sampai dengan isu dominasi kekuasaan atas suatu perencanaan yang bersifat kolaboratif. Penulis berargumentasi bahwa perencana perlu memberikan perhatian terhadap kekuasaan dan mampu mengontrol kekuasaan tersebut. Hal ini diperlukan agar kelemahan konsep MSP dapat tertutup dengan keberpihakan kekuasaan terhadap isuisu keberlanjutan. Title: Achieving Marine Ecosystem Sustainability Through Marine Spatial Planning (MSP): Is it possible?Since a long time ago, the coast and the sea have undergone hard pressure from human activities that threaten the sustainability of the ecosystem functions. As time goes by, the attention to this problem becomes greater and creates sustainability concepts in coastal and marine areas such as MSP. The following article explores MSP conceptions and its theoretical problems by reviewing the planning procedures. The method used in this study is a systematic review in order to identify, evaluate and interpret various literatures or results of related studies. The results indicate a theoretical weakness to be implemented. The idealism of MSP which combines a comprehensive and participatory approach will face various obstacles starting from the absence of data and information, limited knowledge, attachment to value and culture, to the issue of domination of power over a collaborative plan. I argues that planners need to pay attention to power and take control of it. This is necessary so that the weakness of the MSP concept can be covered by the alignment of power towards sustainability issues. ","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"122 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134604160","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7324
Riesti Triyanti, I. Susilowati
Pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan memerlukan peran dan dukungan seluruh stakeholders. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran, kepentingan, dan pengaruh stakeholders dalam pengelolaan kawasan pesisir Gunungkidul, serta merumuskan strategi untuk pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan alat bantu kuesioner dan wawancara mendalam. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Juli 2018; sedangkan pengolahan data menggunakan software Mactor dan dianalisis menggunakan analisis stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Gunungkidul melibatkan tiga pemangku kepentingan kunci, enam pemangku kepentingan utama, dan tiga pemangku kepentingan pendukung, yang bertindak sebagai koordinator, fasilitator, dan pelaksana. Pemetaan stakeholders menunjukkan kategori pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan kawasan pesisir sebagai subyek, pemain, aktor, dan penonton. Strategi untuk mengoptimalkan pengaturan pemangku kepentingan dalam mewujudkan pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan diperlukan melalui peningkatan kolaborasi dan kerja sama antara subyek dan pemain yang memiliki tingkat kekuasaan dan kepentingan yang tinggi terhadap kebijakan pengelolaan kawasan pesisir. Hal ini dapat terwujud melalui peningkatan kerja sama dan kolaborasi yang efektif antara pemerintah dan masyarakat dalam perwujudan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan. Strategi pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat melindungi sumber daya alam dan jasa lingkungan, memperhatikan kualitas lingkungan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Title: Stakeholders Analysis of Sustainable Coastal Zone Management in the Gunungkidul RegencySustainable management of coastal area requires a role and support from all stakeholders. The aims of this study are to analyze the role, interest, and influence of stakeholders in the coastal zone management of Gunungkidul, as well as to formulate sustainable coastal management strategies. The research used quantitative and qualitative methods with questionnaires and in-depth interview. Data were collected from April to July 2018; processed by Mactor software and analysed using stakeholder analysis. The results showed that coastal management of Gunungkidul Regency involved three key stakeholders, six primary stakeholders, and three supporting stakeholders as a coordinator, facilitator, and implementer. Mapping stakeholders shows the categories of stakeholders involved in the management of coastal zones as subjects, players, actors, and spectator. Therefore, strategies are necessary to optimize stakeholder arrangements in realizing sustainable coastal area management through increasing collaboration and cooperation between subjects and players who have a level high of power and interest in coastal management policies. The sustainable co
{"title":"ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR BERKELANJUTAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL","authors":"Riesti Triyanti, I. Susilowati","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7324","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7324","url":null,"abstract":"Pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan memerlukan peran dan dukungan seluruh stakeholders. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran, kepentingan, dan pengaruh stakeholders dalam pengelolaan kawasan pesisir Gunungkidul, serta merumuskan strategi untuk pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan alat bantu kuesioner dan wawancara mendalam. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Juli 2018; sedangkan pengolahan data menggunakan software Mactor dan dianalisis menggunakan analisis stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Gunungkidul melibatkan tiga pemangku kepentingan kunci, enam pemangku kepentingan utama, dan tiga pemangku kepentingan pendukung, yang bertindak sebagai koordinator, fasilitator, dan pelaksana. Pemetaan stakeholders menunjukkan kategori pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan kawasan pesisir sebagai subyek, pemain, aktor, dan penonton. Strategi untuk mengoptimalkan pengaturan pemangku kepentingan dalam mewujudkan pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan diperlukan melalui peningkatan kolaborasi dan kerja sama antara subyek dan pemain yang memiliki tingkat kekuasaan dan kepentingan yang tinggi terhadap kebijakan pengelolaan kawasan pesisir. Hal ini dapat terwujud melalui peningkatan kerja sama dan kolaborasi yang efektif antara pemerintah dan masyarakat dalam perwujudan kebijakan pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan. Strategi pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat melindungi sumber daya alam dan jasa lingkungan, memperhatikan kualitas lingkungan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Title: Stakeholders Analysis of Sustainable Coastal Zone Management in the Gunungkidul RegencySustainable management of coastal area requires a role and support from all stakeholders. The aims of this study are to analyze the role, interest, and influence of stakeholders in the coastal zone management of Gunungkidul, as well as to formulate sustainable coastal management strategies. The research used quantitative and qualitative methods with questionnaires and in-depth interview. Data were collected from April to July 2018; processed by Mactor software and analysed using stakeholder analysis. The results showed that coastal management of Gunungkidul Regency involved three key stakeholders, six primary stakeholders, and three supporting stakeholders as a coordinator, facilitator, and implementer. Mapping stakeholders shows the categories of stakeholders involved in the management of coastal zones as subjects, players, actors, and spectator. Therefore, strategies are necessary to optimize stakeholder arrangements in realizing sustainable coastal area management through increasing collaboration and cooperation between subjects and players who have a level high of power and interest in coastal management policies. The sustainable co","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131715594","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JKSEKP.V9I1.7267
Christina Yuliaty, Nendah Kurniasari, Rizky Muhartono, Fatriyandi NurNur Priyatna Priyatna
Kebijakan yang diambil Kementerian Kelautan Perikanan berupa relokasi wilayah tangkap kapal berijin pusat ( > 30 GT) dari WPP 712 ke wilayah-wilayah yang dianggap masih mempunyai sumberdaya perikanan yang lebih moderat, di antaranya ke WPP 718 memberikan dampak bagi masyarakat di wilayah tujuan relokasi. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan implikasi nelayan pendatang terhadap relasi dan pola usaha nelayan lokal yang berada di Kepulauan Aru. Kajian ini dilakukan di Kota Dobo dan beberapa desa di Kepulauan Aru sebagai salah satu lokasi relokasi kapal berijin pusat. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini berupaya memberikan gambaran kondisi secara nasional, meskipun pendalaman dilakukan pada lokasi sampel yang terbatas. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah kapal berijin pusat di Wilayah Pengelolaan Perikanan 718 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu 293,2% selama periode 2015-Maret 2018 dan terdapat potensi konflik terkait perebutan ruang tangkapan dan perubahan terhadap potensi relasi produksi ilegal. Title: Policy Implications of Relocating Centralized Vessels Licensie to Local Fishers in the Aru IslandsThe policy of Ministry of Marine Affairs and Fisheries to relocate the capture areas of in central licensed vessels (> 30 GT) from Fisheries Management Area (WPP) 712 to other more moderate fishery areas including to WPP 718 gives an impact on communities in the destination areas. This paper aims to describe the implications of migrant fishers on the relations and business patterns of local fishers in the Aru Islands. This study was conducted in Dobo City and several villages in the Aru Islands as one of destination fishing area. This is a descriptive qualitative reserach. This study gives an overview of national condition, even though more comprehensive analysis focused on limited sample location. The results showed a significant increase in the number of central licensed vessels in the WPP 718 Fisheries Management Region of 293.2% during 2015 to March 2018. This study also found potential conflicts related to struggle for fishing areas and changes to the potential of illegal production.
{"title":"IMPLIKASI KEBIJAKAN RELOKASI KAPAL IZIN PUSAT TERHADAP NELAYAN LOKAL DI KEPULAUAN ARU","authors":"Christina Yuliaty, Nendah Kurniasari, Rizky Muhartono, Fatriyandi NurNur Priyatna Priyatna","doi":"10.15578/JKSEKP.V9I1.7267","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V9I1.7267","url":null,"abstract":"Kebijakan yang diambil Kementerian Kelautan Perikanan berupa relokasi wilayah tangkap kapal berijin pusat ( > 30 GT) dari WPP 712 ke wilayah-wilayah yang dianggap masih mempunyai sumberdaya perikanan yang lebih moderat, di antaranya ke WPP 718 memberikan dampak bagi masyarakat di wilayah tujuan relokasi. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan implikasi nelayan pendatang terhadap relasi dan pola usaha nelayan lokal yang berada di Kepulauan Aru. Kajian ini dilakukan di Kota Dobo dan beberapa desa di Kepulauan Aru sebagai salah satu lokasi relokasi kapal berijin pusat. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini berupaya memberikan gambaran kondisi secara nasional, meskipun pendalaman dilakukan pada lokasi sampel yang terbatas. Hasil penelitian memperlihatkan jumlah kapal berijin pusat di Wilayah Pengelolaan Perikanan 718 mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu 293,2% selama periode 2015-Maret 2018 dan terdapat potensi konflik terkait perebutan ruang tangkapan dan perubahan terhadap potensi relasi produksi ilegal. Title: Policy Implications of Relocating Centralized Vessels Licensie to Local Fishers in the Aru IslandsThe policy of Ministry of Marine Affairs and Fisheries to relocate the capture areas of in central licensed vessels (> 30 GT) from Fisheries Management Area (WPP) 712 to other more moderate fishery areas including to WPP 718 gives an impact on communities in the destination areas. This paper aims to describe the implications of migrant fishers on the relations and business patterns of local fishers in the Aru Islands. This study was conducted in Dobo City and several villages in the Aru Islands as one of destination fishing area. This is a descriptive qualitative reserach. This study gives an overview of national condition, even though more comprehensive analysis focused on limited sample location. The results showed a significant increase in the number of central licensed vessels in the WPP 718 Fisheries Management Region of 293.2% during 2015 to March 2018. This study also found potential conflicts related to struggle for fishing areas and changes to the potential of illegal production.","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128926762","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-24DOI: 10.15578/JKSEKP.V10I2.9614
Redaksi Pelaksana
{"title":"Front and Back Matter","authors":"Redaksi Pelaksana","doi":"10.15578/JKSEKP.V10I2.9614","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JKSEKP.V10I2.9614","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":258657,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"136 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131857428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}