Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2199
Y. Abror
Golongan darah ditentukan oleh adanya Antigen yang berada di permukaan sel eritrosit. Pemeriksaan golongan darah sistem ABO yang paling sering digunakan adalah metode slide menggunakan reagen antisera. Pada umumnya yang digunakam adalah antisera komersial dengan harga yang relatif mahal. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Homemade antisera yang lebih terjangkau dari bahan serum dan plasma serta membandingkan hasilnya dengan reagen komersial. Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain static group comparison. Sampel berjumlah 55 dengan kategori golongan darah A sebanyak 12, golongan darah B sebanyak 13, golongan darah AB sebanyak 5 dan golongan darah O sebanyak 25. Sampel kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO menggunakan antisera komersial dan Homemade antisera lalu dibandingkan hasilnya. Analisis data secara statistik pada penelitian menggunakan uji friedman. Hasil dari analisis uji friedman diperoleh nilai signifikansi golongan darah A > 0.05 yaitu 1,000, nilai signifikansi golongan darah B > 0.05 yaitu 1,000, nilai signifikansi golongan darah AB > 0.05 yaitu 1,002 dan nilai signifikansi golongan darah O > 0.05 yaitu 1,000. Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan hasil secara signifikan pada pemeriksaan golongan darah ABO menggunakan reagen antisera komersial dan homemade antisera dari serum dan plasma A, B dan O.
{"title":"PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO MENGGUNAKAN HOMEMADE ANTISERA SERUM DAN PLASMA","authors":"Y. Abror","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2199","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2199","url":null,"abstract":"Golongan darah ditentukan oleh adanya Antigen yang berada di permukaan sel eritrosit. Pemeriksaan golongan darah sistem ABO yang paling sering digunakan adalah metode slide menggunakan reagen antisera. Pada umumnya yang digunakam adalah antisera komersial dengan harga yang relatif mahal. Penelitian ini bertujuan untuk membuat Homemade antisera yang lebih terjangkau dari bahan serum dan plasma serta membandingkan hasilnya dengan reagen komersial. Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain static group comparison. Sampel berjumlah 55 dengan kategori golongan darah A sebanyak 12, golongan darah B sebanyak 13, golongan darah AB sebanyak 5 dan golongan darah O sebanyak 25. Sampel kemudian dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO menggunakan antisera komersial dan Homemade antisera lalu dibandingkan hasilnya. Analisis data secara statistik pada penelitian menggunakan uji friedman. Hasil dari analisis uji friedman diperoleh nilai signifikansi golongan darah A > 0.05 yaitu 1,000, nilai signifikansi golongan darah B > 0.05 yaitu 1,000, nilai signifikansi golongan darah AB > 0.05 yaitu 1,002 dan nilai signifikansi golongan darah O > 0.05 yaitu 1,000. Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan hasil secara signifikan pada pemeriksaan golongan darah ABO menggunakan reagen antisera komersial dan homemade antisera dari serum dan plasma A, B dan O.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132566565","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2256
Supriadi Supriadi, Washudi Washudi
Meningkatnya proporsi usia lanjut, menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada usia lanjut. Masalah kesehatan terbesar adalah penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% usia lanjut menderita penyakit degeneratif dan tidak dapat beraktivitas. Salah satu gangguan akibat proses degeneratif tersebut adalah penurunan fungsi kognitif. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh aktifitas fisik terprogram terhadap peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut. Desain penelitian ini adalah quasi-experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group. Sampel penelitian sebesar 15 orang untuk subjek perlakuan, dan 15 orang untuk kontrol, dengan kriteria: usia 60 – 70 tahun, mampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal, dan keadaan umum baik/normal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Terhadap sampel diberikan intervensi latihan aktifitas fisik secara terprogram selama satu bulan, dan dilakukan pengukuran fungsi kognitif sebelum dan setelah intervensi. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dengan mean dan analisis bivariat dengan uji t. Hasil penelitian menunjukan fungsi kognitif pada usia lanjut sebelum dan sesuah melakukan aktifitas fisik terprogram mengalami kenaikan dari rerata skor 24,67 menjadi 26,53 dengan peningkatan skor 1,86, p-value 0.000, artinya bahwa aktifitas fisik terprogram efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut.
{"title":"AKTIFITAS FISIK TERPROGRAM EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT","authors":"Supriadi Supriadi, Washudi Washudi","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2256","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2256","url":null,"abstract":"Meningkatnya proporsi usia lanjut, menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada usia lanjut. Masalah kesehatan terbesar adalah penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% usia lanjut menderita penyakit degeneratif dan tidak dapat beraktivitas. Salah satu gangguan akibat proses degeneratif tersebut adalah penurunan fungsi kognitif. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh aktifitas fisik terprogram terhadap peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut. Desain penelitian ini adalah quasi-experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group. Sampel penelitian sebesar 15 orang untuk subjek perlakuan, dan 15 orang untuk kontrol, dengan kriteria: usia 60 – 70 tahun, mampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal, dan keadaan umum baik/normal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Terhadap sampel diberikan intervensi latihan aktifitas fisik secara terprogram selama satu bulan, dan dilakukan pengukuran fungsi kognitif sebelum dan setelah intervensi. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat dengan mean dan analisis bivariat dengan uji t. Hasil penelitian menunjukan fungsi kognitif pada usia lanjut sebelum dan sesuah melakukan aktifitas fisik terprogram mengalami kenaikan dari rerata skor 24,67 menjadi 26,53 dengan peningkatan skor 1,86, p-value 0.000, artinya bahwa aktifitas fisik terprogram efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133256709","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-30DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2213
Wiwi Sartika, Sara Herlina, Siti Qomariah
Infancy is a stage where growth and development are very fast, from the baby's birth until he is one year old. The baby's developmental age is divided into 2, namely, neonates from birth to 28 days old and babies from 29 days to 12 months. This study aims to see the effect of infant massage on growth in infants. This research method uses a pre-experimental design with a one-group pre-test and post-test research approach. The sampling technique used purposive sampling. There were 26 samples in the study between the ages of 0-12 months. Data analysis was used univariately and bivariate using the Wilcoxon pre-test -post-test. Obtained a p-value of 0.025 (p <0.05) means that Ha is accepted and Ho is rejected. It can be concluded that there is an influence between Baby Massage on growth in infants in the Simpang Baru Health Center work area. It is recommended for mothers who have babies to be able to massage the baby as often as possible because the mother's touch can increase the baby's growth.
{"title":"PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI","authors":"Wiwi Sartika, Sara Herlina, Siti Qomariah","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2213","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2213","url":null,"abstract":"Infancy is a stage where growth and development are very fast, from the baby's birth until he is one year old. The baby's developmental age is divided into 2, namely, neonates from birth to 28 days old and babies from 29 days to 12 months. This study aims to see the effect of infant massage on growth in infants. This research method uses a pre-experimental design with a one-group pre-test and post-test research approach. The sampling technique used purposive sampling. There were 26 samples in the study between the ages of 0-12 months. Data analysis was used univariately and bivariate using the Wilcoxon pre-test -post-test. Obtained a p-value of 0.025 (p <0.05) means that Ha is accepted and Ho is rejected. It can be concluded that there is an influence between Baby Massage on growth in infants in the Simpang Baru Health Center work area. It is recommended for mothers who have babies to be able to massage the baby as often as possible because the mother's touch can increase the baby's growth.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"61 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127003052","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-14DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2215
Rida Almira Septiani, A. Nurhayati, P. Pujiono
Rumah duka X merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk kegiatan kedukaan di Kota Bandung. Kegiatan yang berlangsung di rumah duka X melibatkan banyak orang sehingga pengendalian kesehatan harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penularan penyakit dari limbah medis padat dan cair yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini mengetahui penanganan limbah medis padat dan limbah medis cair di rumah duka X. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode observasi kondisi rumah duka, serta dilakukan metode survey dengan adanya suatu riset yang dilengkapi dengan nilai atau angka hasil observasi. Hasil penelitian di rumah duka terdapat kegiatan pemandian jenazah yang menghasilkan limbah medis padat dengan rata-rata besar timbulan sebesar 1,41 kg/hari dan limbah medis cair dengan besar volume 200 liter/pemandian jenazah. Rumah duka X belum sepenuhnya menjalankan penanganan yang sesuai dengan ketentuan, dimana terdapat hasil 75% tidak memenuhi syarat pada tahap penanganan limbah medis padat, dan 50% tidak memenuhi syarat pada tahap penanganan limbah medis cair. Rumah duka X disarankan dapat menjalankan penanganan limbah medis padat dan limbah medis cair sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu menyediakan kantong plastik warnanya disesuaikan dengan karakteristik limbah untuk pewadahan, memasang label peringatan limbah B3, memisahkan TPS dan bak penampung sementara antara limbah medis dengan limbah domestik, serta segera menyelesaikan perizinan penanganan limbah B3 agar dapat menjalankan penanganan dengan baik.
{"title":"PENANGANAN LIMBAH MEDIS PADAT DAN LIMBAH MEDIS CAIR","authors":"Rida Almira Septiani, A. Nurhayati, P. Pujiono","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2215","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2215","url":null,"abstract":"Rumah duka X merupakan salah satu tempat yang digunakan untuk kegiatan kedukaan di Kota Bandung. Kegiatan yang berlangsung di rumah duka X melibatkan banyak orang sehingga pengendalian kesehatan harus diperhatikan guna mencegah terjadinya penularan penyakit dari limbah medis padat dan cair yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini mengetahui penanganan limbah medis padat dan limbah medis cair di rumah duka X. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode observasi kondisi rumah duka, serta dilakukan metode survey dengan adanya suatu riset yang dilengkapi dengan nilai atau angka hasil observasi. Hasil penelitian di rumah duka terdapat kegiatan pemandian jenazah yang menghasilkan limbah medis padat dengan rata-rata besar timbulan sebesar 1,41 kg/hari dan limbah medis cair dengan besar volume 200 liter/pemandian jenazah. Rumah duka X belum sepenuhnya menjalankan penanganan yang sesuai dengan ketentuan, dimana terdapat hasil 75% tidak memenuhi syarat pada tahap penanganan limbah medis padat, dan 50% tidak memenuhi syarat pada tahap penanganan limbah medis cair. Rumah duka X disarankan dapat menjalankan penanganan limbah medis padat dan limbah medis cair sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu menyediakan kantong plastik warnanya disesuaikan dengan karakteristik limbah untuk pewadahan, memasang label peringatan limbah B3, memisahkan TPS dan bak penampung sementara antara limbah medis dengan limbah domestik, serta segera menyelesaikan perizinan penanganan limbah B3 agar dapat menjalankan penanganan dengan baik.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130348397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-27DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2219
Devira Nuradzila Wahyudiniar, P. Pujiono
Air minum sebagai salah satu kebutuhan penting untuk manusia, sehingga harus sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Air minum yang ada di Kantin PT. X melakukan pengolahan hanya dengan memasak air hingga mendidih, hasil pemeriksaan kualitas bakteriologis tidak memenuhi syarat untuk parameter Coliform sebesar 119 APM/100 ml menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sumber air berasal dari sumur bor, jarak sumur bor < 10 meter sumber pencemar. Perlu adanya pengolahan tambahan dengan metode filtrasi menggunakan filter Bio Ceramic Ball untuk menurunkan nilai total Bakteri Coliform. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas variasi ketebalan filter Bio Ceramic Ball terhadap penurunan total Coliform, dengan variasi ketebalan 25 cm, 30 cm, dan 35 cm. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimen dengan desain pretest postest whitout control. Besar sampel sebanyak 36 sampel dengan kebutuhan air minum untuk pemeriksaan sebanyak 3,6 liter. uji yang dilakukan menggunakan uji one way anova karena data penelitian berdistribusi normal. Rata-rata penurunan nilai total Coliform pada variasi ketebalan 25 cm sebesar 104 APM/100 ml, variasi ketebalan 30 cm sebesar 112 APM/100 ml dan variasi ketebalan 35 cm sebesar 116 APM/100 ml. Ini menunjukkan hasil penelitian yang paling efektif penurunan total Bakteri Coliform adalah ketebalan filter Bio Ceramic Ball 35 cm yang mencapai 99,02%. Ketebalan dapat ditingkatkan sehingga hasilnya lebih baik.
{"title":"VARIASI KETEBALAN MEDIA BIO CERAMIC BALL FILTER UNTUK MENURUNKAN TOTAL COLIFORM PADA AIR MINUM","authors":"Devira Nuradzila Wahyudiniar, P. Pujiono","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2219","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2219","url":null,"abstract":"Air minum sebagai salah satu kebutuhan penting untuk manusia, sehingga harus sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Air minum yang ada di Kantin PT. X melakukan pengolahan hanya dengan memasak air hingga mendidih, hasil pemeriksaan kualitas bakteriologis tidak memenuhi syarat untuk parameter Coliform sebesar 119 APM/100 ml menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sumber air berasal dari sumur bor, jarak sumur bor < 10 meter sumber pencemar. Perlu adanya pengolahan tambahan dengan metode filtrasi menggunakan filter Bio Ceramic Ball untuk menurunkan nilai total Bakteri Coliform. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas variasi ketebalan filter Bio Ceramic Ball terhadap penurunan total Coliform, dengan variasi ketebalan 25 cm, 30 cm, dan 35 cm. Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimen dengan desain pretest postest whitout control. Besar sampel sebanyak 36 sampel dengan kebutuhan air minum untuk pemeriksaan sebanyak 3,6 liter. uji yang dilakukan menggunakan uji one way anova karena data penelitian berdistribusi normal. Rata-rata penurunan nilai total Coliform pada variasi ketebalan 25 cm sebesar 104 APM/100 ml, variasi ketebalan 30 cm sebesar 112 APM/100 ml dan variasi ketebalan 35 cm sebesar 116 APM/100 ml. Ini menunjukkan hasil penelitian yang paling efektif penurunan total Bakteri Coliform adalah ketebalan filter Bio Ceramic Ball 35 cm yang mencapai 99,02%. Ketebalan dapat ditingkatkan sehingga hasilnya lebih baik.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123156986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-13DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2137
S. Taufik, Widartika Widartika
Free radicals in the body can be produced endogenously and exogenously. Free radicals can cause adverse health effects such as cell damage and premature aging. Ice cream is a food that having good tastes. Blackberry (Rubus sp.), Raspberry (Rubusidaeus L.) and Mulberry (Morus Alba R.) are fruits that contain polyphenolic compounds such as anthocyanins and are rich in antioxidants. The antioxidant properties of these fruits can absorb oxygen radicals to fight perosokil radicals, hydrogen peroxide, superoxide, singlet oxygen, and hydroxyl radicals. This study aims to determine the effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the organolpetic properties, antioxidant levels and anthocyanins of mix berries ice cream. The addition of blackberries, raspberries and mulberries was made in 3 formulas, namely 40 grams (Formula 1), 30 grams (Formula 2) and 20 grams (Formula 2) grams into 100 grams of ice cream ingredients. From the results of the statistical test above, it can be concluded that there is an effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the taste and color (p value <0.05) and there is no effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the aroma and texture of the snack bar (p value> 0 ,05) mix berries ice cream. Formula 1 with the addition of mixed berries has more advantages in terms of taste, aroma and texture, antioxidant and anthocyanin content.
体内的自由基可由内源性和外源性产生。自由基会对健康造成不良影响,如细胞损伤和过早衰老。冰淇淋是一种味道很好的食物。黑莓(Rubus sp.)、覆盆子(Rubusidaeus L.)和桑葚(Morus Alba R.)是含有花青素等多酚类化合物和富含抗氧化剂的水果。这些水果的抗氧化特性可以吸收氧自由基,对抗过氧化氢、超氧化物、单线态氧和羟基自由基。本研究旨在确定添加黑莓、覆盆子和桑葚对混合莓冰淇淋的有机特性、抗氧化水平和花青素的影响。将黑莓、覆盆子、桑葚按40克(公式1)、30克(公式2)、20克(公式2)三种配方添加到100克冰淇淋原料中。从以上统计检验的结果可以得出,添加黑莓、覆盆子和桑葚对混合浆果冰淇淋的口感和颜色都有影响(p值为0.05)。加入混合浆果的f1在口感、香气和质地、抗氧化和花青素含量等方面都更有优势。
{"title":"MIX BERRIES ICE CREAM BERBASIS BLACKBERRY, RASPBERRY DAN MULBERRY ALTERNATIF MAKANAN TINGGI ANTIOKSIDAN DAN ANTOSIANIN","authors":"S. Taufik, Widartika Widartika","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2137","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2137","url":null,"abstract":"Free radicals in the body can be produced endogenously and exogenously. Free radicals can cause adverse health effects such as cell damage and premature aging. Ice cream is a food that having good tastes. Blackberry (Rubus sp.), Raspberry (Rubusidaeus L.) and Mulberry (Morus Alba R.) are fruits that contain polyphenolic compounds such as anthocyanins and are rich in antioxidants. The antioxidant properties of these fruits can absorb oxygen radicals to fight perosokil radicals, hydrogen peroxide, superoxide, singlet oxygen, and hydroxyl radicals. This study aims to determine the effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the organolpetic properties, antioxidant levels and anthocyanins of mix berries ice cream. The addition of blackberries, raspberries and mulberries was made in 3 formulas, namely 40 grams (Formula 1), 30 grams (Formula 2) and 20 grams (Formula 2) grams into 100 grams of ice cream ingredients. From the results of the statistical test above, it can be concluded that there is an effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the taste and color (p value <0.05) and there is no effect of adding blackberries, raspberries and mulberries to the aroma and texture of the snack bar (p value> 0 ,05) mix berries ice cream. Formula 1 with the addition of mixed berries has more advantages in terms of taste, aroma and texture, antioxidant and anthocyanin content.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"19 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125836821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-12DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2179
Fusvita Merdekawati, Betty Nurhayati
Corona virus or severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is a virus that attacks the respiratory system. Disease caused by infection with this virus is called Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Infection due to SARS-CoV-2 was declared by the World Health Organization (WHO) as a pandemic. Detection of infection due to SARS COV2 is carried out using Real Time Polymerase Chain Reaction by detecting the viral RNA sequence as the gold standard. One of the targeted viral genes is RNA-dependent RNA polymerase (RdRp). Detection using PCR consists of nucleic acid isolation, DNA amplification using qPCR and amplification curve reading. Testing for SARS-COV2 using molecular techniques uses several reagents that have been recommended by WHO. These reagents are special and close system where the master mix reagent component has been mixed with the primer so you cannot use reagents in general. Primer is an important component in a molecular detection system. Primer functions as a barrier for the target DNA fragment to be amplified. Each target fragment requires a pair of primers that match the target DNA. This primer needs to be designed to achieve a high success rate in detecting SARS-COV2. In silico primer design will make it easier to obtain good primers for the amplification of gene fragments. Based on the research results, the forward primer sequence was ACCGTAGCTGGTGTCTCTAT and the reverse primer sequence was GTGCCAACCACCATAGAATTTG. Furthermore, an in vitro detection process was carried out to test the success of the primer in forming the desired product. Based on the research results, the primer can stick to the DNA template as evidenced by the formation of an amplification curve with a CT value of 21,627 with optimal PCR conditions through the following stages: Reverse transcription at 37°C, 15 minutes, 1 cycle, Inactivation of Reverse transcriptase and Activation of DNA Polymerase at 95°C for 10 minutes, 1 cycle, Denaturation at 95°C for 10 seconds, 40 cycles, annealing at 56°C for 10 seconds 40 cycles. Followed by the extension stage at 72°C for 30 seconds for 1 cycle.
冠状病毒或严重急性呼吸综合征冠状病毒2 (SARS-CoV-2)是一种攻击呼吸系统的病毒。由这种病毒感染引起的疾病被称为19冠状病毒病(COVID-19)。世界卫生组织(WHO)宣布SARS-CoV-2感染为大流行。SARS COV2感染检测采用Real Time Polymerase Chain Reaction,以检测病毒RNA序列为金标准。其中一个目标病毒基因是RNA依赖性RNA聚合酶(RdRp)。PCR检测包括核酸分离、qPCR DNA扩增和扩增曲线读取。使用分子技术检测SARS-COV2使用了世卫组织推荐的几种试剂。这些试剂是特殊和封闭的系统,其中主混合试剂成分已与引物混合,因此不能使用一般试剂。引物是分子检测系统的重要组成部分。引物作为靶DNA片段扩增的屏障。每个目标片段都需要一对与目标DNA匹配的引物。该引物需要设计以达到检测SARS-COV2的高成功率。芯片引物设计将使基因片段的扩增更容易获得好的引物。根据研究结果,正向引物序列为ACCGTAGCTGGTGTCTCTAT,反向引物序列为GTGCCAACCACCATAGAATTTG。此外,进行了体外检测过程,以测试引物是否成功形成所需的产品。根据研究结果,经37℃反转录15分钟1循环、95℃反转录酶失活和DNA聚合酶活化10分钟1循环、95℃变性10秒40循环、56℃退火10秒40循环,最佳PCR条件下,引物可粘附在DNA模板上,形成CT值为21,627的扩增曲线。然后在72℃下延长30秒,持续1个周期。
{"title":"DESAIN PRIMER GEN PENGKODE RNA DEPENDENT RNA POLIMERASE (RdRp) UNTUK DETEKSI SARS COV2 DENGAN MENGGUNAKAN REAL TIME POLYMERASE CHAIN REACTION","authors":"Fusvita Merdekawati, Betty Nurhayati","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2179","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2179","url":null,"abstract":"Corona virus or severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) is a virus that attacks the respiratory system. Disease caused by infection with this virus is called Corona Virus Disease 19 (COVID-19). Infection due to SARS-CoV-2 was declared by the World Health Organization (WHO) as a pandemic. Detection of infection due to SARS COV2 is carried out using Real Time Polymerase Chain Reaction by detecting the viral RNA sequence as the gold standard. One of the targeted viral genes is RNA-dependent RNA polymerase (RdRp). Detection using PCR consists of nucleic acid isolation, DNA amplification using qPCR and amplification curve reading. Testing for SARS-COV2 using molecular techniques uses several reagents that have been recommended by WHO. These reagents are special and close system where the master mix reagent component has been mixed with the primer so you cannot use reagents in general. Primer is an important component in a molecular detection system. Primer functions as a barrier for the target DNA fragment to be amplified. Each target fragment requires a pair of primers that match the target DNA. This primer needs to be designed to achieve a high success rate in detecting SARS-COV2. In silico primer design will make it easier to obtain good primers for the amplification of gene fragments. Based on the research results, the forward primer sequence was ACCGTAGCTGGTGTCTCTAT and the reverse primer sequence was GTGCCAACCACCATAGAATTTG. Furthermore, an in vitro detection process was carried out to test the success of the primer in forming the desired product. Based on the research results, the primer can stick to the DNA template as evidenced by the formation of an amplification curve with a CT value of 21,627 with optimal PCR conditions through the following stages: Reverse transcription at 37°C, 15 minutes, 1 cycle, Inactivation of Reverse transcriptase and Activation of DNA Polymerase at 95°C for 10 minutes, 1 cycle, Denaturation at 95°C for 10 seconds, 40 cycles, annealing at 56°C for 10 seconds 40 cycles. Followed by the extension stage at 72°C for 30 seconds for 1 cycle.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"258 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114396598","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-09DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2211
P. Pujiono
Lingkungan kerja pekerja dapat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Jika persyaratan lingkungan kerja tidak terpenuhi, maka dapat menimbulkan risiko terjadinya salah satu penyakit akibat kerja yang umum dialami, yaitu gangguan fungsi paru. Debu yang masuk melalui saluran pernapasan dan masuk ke paru-paru dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gangguan fungsi paru dapat menyebabkan masalah pernapasan dan tentunya mempengaruhi fungsi paru-paru. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 90 pekerja di industri yang terpapar debu di udara yangdipilih secara random sampling. Data penggunaan alat pelindung diri (APD), kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga digunakan kuesioner, sedangkan pengukuran dilakukan untuk mendapatkan tingkat debu yang dihirup. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan tingkat debu yang terhirup dengan terjadinya gangguan fungsi paru di kalangan pekerja di industri, sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga dengan terjadinya gangguan fungsi paru di kalangan pekerja di industri. APD menjadi syarat utama digunakan bagi pekerja.
{"title":"HUBUNGAN PENGGUNAAN APD, KEBIASAAN MEROKOK, KEBIASAAN OLAHRAGA, DAN KADAR DEBU YANG TERHIRUP TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA","authors":"P. Pujiono","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2211","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2211","url":null,"abstract":"Lingkungan kerja pekerja dapat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Jika persyaratan lingkungan kerja tidak terpenuhi, maka dapat menimbulkan risiko terjadinya salah satu penyakit akibat kerja yang umum dialami, yaitu gangguan fungsi paru. Debu yang masuk melalui saluran pernapasan dan masuk ke paru-paru dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gangguan fungsi paru dapat menyebabkan masalah pernapasan dan tentunya mempengaruhi fungsi paru-paru. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian terdiri dari 90 pekerja di industri yang terpapar debu di udara yangdipilih secara random sampling. Data penggunaan alat pelindung diri (APD), kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga digunakan kuesioner, sedangkan pengukuran dilakukan untuk mendapatkan tingkat debu yang dihirup. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan APD dengan tingkat debu yang terhirup dengan terjadinya gangguan fungsi paru di kalangan pekerja di industri, sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga dengan terjadinya gangguan fungsi paru di kalangan pekerja di industri. APD menjadi syarat utama digunakan bagi pekerja.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125154607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-09DOI: 10.34011/juriskesbdg.v15i1.2119
Diantika Arifianti, Trini Sudiarti
Anemia remaja putri masih menjadi masalah Kesehatan di Indonesia. Remaja Putri di Pondok Pesantren rentan mengalami anemia. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui determinan anemia remaja putri di Pondok Pesantren di Indonesia. Literature review ini disusun untuk menemukan determinan anemia pada santri putri di Pondok Pesantren di Indonesia pada 22 artikel. Penelusuran artikel dilakukan melalui electronic database yaitu Proquest, Google Scholar dan PubMed dengan tahun publikasi 2017-2022. Hasil dari review 22 artikel menunjukkan bahwa sarana kesehatan dalam pencegahan anemia, dukungan teman sebaya, umur, status gizi, konsumsi sumber zat besi, konsumsi inhibitor zat besi, asupan folat, kecukupan vitamin C, pengetahuan gizi, sikap gizi, praktik gizi, sikap dan perilaku guru, genotip polimorfisme gen transferin P570S dan menstruasi merupakan determinan anemia pada santri perempuan di Pondok Pesantren di Indonesia. Suplementasi zat besi, asam folat dan vitamin C, ketersediaan dan kualitas makanan yang disajikan di Pondok Pesantren perlu diperhatikan untuk pencegahan anemia santri perempuan di Indonesia. Pesantren dapat membuka kerja sama dengan Puskesmas setempat dalam penyediaan suplemen tablet tambah darah, konsultasi menu sehat yang dapat disajikan, dan dalam edukasi gizi dan kesehatan santri di Pondok Pesantren.
{"title":"DETERMINAN ANEMIA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN DI INDONESIA: LITERATURE REVIEW","authors":"Diantika Arifianti, Trini Sudiarti","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i1.2119","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i1.2119","url":null,"abstract":"Anemia remaja putri masih menjadi masalah Kesehatan di Indonesia. Remaja Putri di Pondok Pesantren rentan mengalami anemia. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengetahui determinan anemia remaja putri di Pondok Pesantren di Indonesia. Literature review ini disusun untuk menemukan determinan anemia pada santri putri di Pondok Pesantren di Indonesia pada 22 artikel. Penelusuran artikel dilakukan melalui electronic database yaitu Proquest, Google Scholar dan PubMed dengan tahun publikasi 2017-2022. Hasil dari review 22 artikel menunjukkan bahwa sarana kesehatan dalam pencegahan anemia, dukungan teman sebaya, umur, status gizi, konsumsi sumber zat besi, konsumsi inhibitor zat besi, asupan folat, kecukupan vitamin C, pengetahuan gizi, sikap gizi, praktik gizi, sikap dan perilaku guru, genotip polimorfisme gen transferin P570S dan menstruasi merupakan determinan anemia pada santri perempuan di Pondok Pesantren di Indonesia. Suplementasi zat besi, asam folat dan vitamin C, ketersediaan dan kualitas makanan yang disajikan di Pondok Pesantren perlu diperhatikan untuk pencegahan anemia santri perempuan di Indonesia. Pesantren dapat membuka kerja sama dengan Puskesmas setempat dalam penyediaan suplemen tablet tambah darah, konsultasi menu sehat yang dapat disajikan, dan dalam edukasi gizi dan kesehatan santri di Pondok Pesantren.\u0000 ","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131601317","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Online learning during the Covid-19 pandemic resulted in excessive use of gadgets in adolescents which could have negative impacts. The results of a preliminary study on 10 teenagers in Bandung showed that most teenagers often shared their gadgets compared to socializing with their families. The purpose of this study was to determine the categories of gadget use among adolescents after online learning during the Covid-19 pandemic. This type of research was a quantitative descriptive study. The population of this research was all high school students in Bandung. The research sample consisted of 341 students from three schools that were randomly selected, with the inclusion criteria being teenagers who had gadgets and participated in online learning and the exclusion criteria for teenagers with special needs. The data collection technique was by measuring gadget addiction categories using the adapted Smartphone Addiction Scale Short Version. Validity and reliability tests were carried out on 30 respondents using the Pearson Product Moment correlation technique with a calculated R-value of each item above 0.361 which indicated that each item in the questionnaire was valid. The reliability test used Cronbach's Alpha with the result of Cronbach's Alpha value of 0.741 which indicated that the instrument in this study was reliable. Data analysis used univariate analysis. The results of the study found that 69.5% of adolescents were in the addiction category and 30.5% of adolescents were in the non-addicted category. It is recommended for teenagers, parents, and schools understand prevention and self-control in using gadgets.
{"title":"KECANDUAN GADGET PADA REMAJA PASCA PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID 19","authors":"Vera Fauziah Fatah, Nursyamsiyah Nursyamsiyah, Kamsatun Kamsatun, Metia Ariyanti, Susi Susanti","doi":"10.34011/juriskesbdg.v14i2.2131","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v14i2.2131","url":null,"abstract":"Online learning during the Covid-19 pandemic resulted in excessive use of gadgets in adolescents which could have negative impacts. The results of a preliminary study on 10 teenagers in Bandung showed that most teenagers often shared their gadgets compared to socializing with their families. The purpose of this study was to determine the categories of gadget use among adolescents after online learning during the Covid-19 pandemic. This type of research was a quantitative descriptive study. The population of this research was all high school students in Bandung. The research sample consisted of 341 students from three schools that were randomly selected, with the inclusion criteria being teenagers who had gadgets and participated in online learning and the exclusion criteria for teenagers with special needs. The data collection technique was by measuring gadget addiction categories using the adapted Smartphone Addiction Scale Short Version. Validity and reliability tests were carried out on 30 respondents using the Pearson Product Moment correlation technique with a calculated R-value of each item above 0.361 which indicated that each item in the questionnaire was valid. The reliability test used Cronbach's Alpha with the result of Cronbach's Alpha value of 0.741 which indicated that the instrument in this study was reliable. Data analysis used univariate analysis. The results of the study found that 69.5% of adolescents were in the addiction category and 30.5% of adolescents were in the non-addicted category. It is recommended for teenagers, parents, and schools understand prevention and self-control in using gadgets.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114154686","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}