Pub Date : 2023-12-20DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2354
Yuliati Farida, A. Fariji, Mardianti Mardianti
Berdasarkan survei Riskesdas 2018, terdapat angka prevalensi gizi buruk dan kurang pada anak usia lima tahun ke bawah sebesar 17,7%. Permasalahan tantangan gizi pada balita tidak dapat dipisahkan dari terjadinya kesulitan makan yang umum terjadi pada kelompok usia ini. Sebuah penelitian yang dilakukan di Jakarta, Indonesia, berfokus pada anak-anak usia prasekolah dan mengungkapkan tingkat prevalensi masalah makan sebesar 33,6%. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, 270 bayi dan anak kecil menderita gizi buruk pada tahun 2016. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah pepaya mungkin berdampak positif terhadap nafsu makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas pemberian buah pepaya sebagai sarana meningkatkan nafsu makan balita di Puskesmas Adiarsa yang terletak di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen. Kelompok perlakuan mendapat pijat nafsu makan dan buah pepaya dan kelompok kontrol hanya mendapat pijat nafsu makan. Pengamatan selanjutnya dilakukan untuk membandingkan hasil kedua kelompok. Teknik sampling mengunakan purposive sampling, sehingga diperoleh total 116 sampel yang terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Uji statistik menggunakan Uji T-Independen. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada rata-rata tingkat nafsu makan antara balita yang mengonsumsi buah pepaya dan yang tidak mengonsumsi buah pepaya (p=0,744). Salah satu rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah mengatasi potensi variabel perancu untuk memitigasi dampaknya terhadap hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika dilakukan standarisasi penyediaan menu makanan untuk meminimalkan pengaruh perbedaan pola makan. Durasi penelitian dapat melebihi satu bulan, yang mencakup kegiatan pemantauan dan evaluasi. Selain itu, penelitian dapat dilakukan secara offline.
{"title":"EFEKTIVITAS KONSUMSI BUAH PEPAYA TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN BALITA","authors":"Yuliati Farida, A. Fariji, Mardianti Mardianti","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2354","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2354","url":null,"abstract":"Berdasarkan survei Riskesdas 2018, terdapat angka prevalensi gizi buruk dan kurang pada anak usia lima tahun ke bawah sebesar 17,7%. Permasalahan tantangan gizi pada balita tidak dapat dipisahkan dari terjadinya kesulitan makan yang umum terjadi pada kelompok usia ini. Sebuah penelitian yang dilakukan di Jakarta, Indonesia, berfokus pada anak-anak usia prasekolah dan mengungkapkan tingkat prevalensi masalah makan sebesar 33,6%. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, 270 bayi dan anak kecil menderita gizi buruk pada tahun 2016. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah pepaya mungkin berdampak positif terhadap nafsu makan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas pemberian buah pepaya sebagai sarana meningkatkan nafsu makan balita di Puskesmas Adiarsa yang terletak di Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen. Kelompok perlakuan mendapat pijat nafsu makan dan buah pepaya dan kelompok kontrol hanya mendapat pijat nafsu makan. Pengamatan selanjutnya dilakukan untuk membandingkan hasil kedua kelompok. Teknik sampling mengunakan purposive sampling, sehingga diperoleh total 116 sampel yang terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Uji statistik menggunakan Uji T-Independen. Temuan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada rata-rata tingkat nafsu makan antara balita yang mengonsumsi buah pepaya dan yang tidak mengonsumsi buah pepaya (p=0,744). Salah satu rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah mengatasi potensi variabel perancu untuk memitigasi dampaknya terhadap hasil penelitian. Untuk penelitian selanjutnya, akan lebih baik jika dilakukan standarisasi penyediaan menu makanan untuk meminimalkan pengaruh perbedaan pola makan. Durasi penelitian dapat melebihi satu bulan, yang mencakup kegiatan pemantauan dan evaluasi. Selain itu, penelitian dapat dilakukan secara offline.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"92 7","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138954350","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2410
Eti Surtiati, Anna Sunita, Ati Nuraeni, D. Susilowati
Model keperawatan Adaptasi Callista Roy ini memandang bahwa setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Ibu hamil dapat merasakan kekhawatirannya mengenai perubahan bentuk tubuh yang terjadi dan dapat juga merasa ragu akan kemampuan peran barunya sebagai ibu, sehingga pengalaman ini menimbulkan bermacam rasa antara bahagia dan cemas selama kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model keperawatan Adaptasi Fungsi Fisiologis Callista Roy terhadap body image ibu hamil trimester III di Puskesmas kota Bogor. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental pre post with control group design. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk mengukur adaptasi psikologis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang berkunjung di Puskesmas Pancasan Kota Bogor yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi berjumlah 40 ibu. Sampel terdiri atas 20 orang kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan uji t-independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan body image ibu hamil trimester III antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah diberikan model keperawatan adaptasi fungsi fisiologi Callista Roy dengan nilai p=0,032 untuk body image. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pada body image ibu hamil setelah diberikan model keperawatan adaptasi fungsi fisiologi Callista Roy.
{"title":"MODEL KEPERAWATAN ADAPTASI CALISTA ROY TERHADAP BODY IMAGE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III","authors":"Eti Surtiati, Anna Sunita, Ati Nuraeni, D. Susilowati","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2410","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2410","url":null,"abstract":"Model keperawatan Adaptasi Callista Roy ini memandang bahwa setiap manusia pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia. Ibu hamil dapat merasakan kekhawatirannya mengenai perubahan bentuk tubuh yang terjadi dan dapat juga merasa ragu akan kemampuan peran barunya sebagai ibu, sehingga pengalaman ini menimbulkan bermacam rasa antara bahagia dan cemas selama kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model keperawatan Adaptasi Fungsi Fisiologis Callista Roy terhadap body image ibu hamil trimester III di Puskesmas kota Bogor. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental pre post with control group design. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk mengukur adaptasi psikologis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III yang berkunjung di Puskesmas Pancasan Kota Bogor yang memenuhi kriteria inklusi dan esklusi berjumlah 40 ibu. Sampel terdiri atas 20 orang kelompok perlakuan dan 20 orang kelompok kontrol. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisis bivariat menggunakan uji t-independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan body image ibu hamil trimester III antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah diberikan model keperawatan adaptasi fungsi fisiologi Callista Roy dengan nilai p=0,032 untuk body image. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna pada body image ibu hamil setelah diberikan model keperawatan adaptasi fungsi fisiologi Callista Roy.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"70 3‐4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138995329","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2423
Susmadi Susmadi, Anna Sunita, Eti Sutiarti, Iskari Ngadiarti
Hypertension is a worldwide health problem that causes complications of kidney damage, coronary heart disease, stroke, disability, and even death. Roasted garlic, slow deep breathing relaxation, and autogenic relaxation are complementary alternative therapies that have not been fully utilized. These therapies are scientifically meaningful, so they need to be developed. This study aimed to determine the effectiveness of roasted garlic consumption, autogenic relaxation, deep breath relaxation on blood pressure reduction. The research design is Quasi-Experiment with control group Pre-test Post-test. Sampling method using non-probability random sampling - purposive sampling. The sample in 1 group is at least 30 respondents. Anticipating lost to follow-up of 10%, each group was 31-32 respondents. The sample was of productive age in the West Bogor. All groups were given hypertension management leaflets. Intervention group I consumed roasted garlic for 3 days at the rate of 15-17 grams morning and evening. Intervention group II performed breath relaxation morning and evening for 3 days. Intervention group III performed autogenic relaxation, while the control group was only given hypertension management leaflets. The results showed that consumption of roasted garlic compared to the control on systole p=0.001 and diastole p=0.001, autogenic relaxation compared to the control, systole p=0.042 and diastole p=0.009, deep breath relaxation compared to the control, obtained systole p=0.367 and diastole p=0.125. It is concluded that roasted garlic is more effectively used to reduce hypertensive patients' systole and diastole blood pressure. The recommendation is that roasted garlic can reduce blood pressure in hypertensive patients.
高血压是一个世界性的健康问题,会引起肾损伤、冠心病、中风、残疾甚至死亡等并发症。烤大蒜、缓慢深呼吸放松法和自生放松法是尚未得到充分利用的辅助替代疗法。这些疗法具有科学意义,因此需要加以发展。本研究旨在确定食用烤蒜、自生放松和深呼吸放松对降低血压的效果。研究设计为准实验,对照组为前测和后测。抽样方法采用非概率随机抽样--目的性抽样。每组至少有 30 名受访者。预计有 10%的受访者未参加后续调查,因此每组的受访者人数为 31-32 人。样本均为西茂物地区的生育年龄人口。所有小组都获得了高血压管理宣传单。干预组 I 连续 3 天早晚食用烤大蒜,每次 15-17 克。干预组 II 每天早晚进行呼吸放松,为期 3 天。干预组 III 进行自发放松,而对照组只发放高血压管理宣传单。结果显示,与对照组相比,食用烤蒜在收缩期的P=0.001,舒张期的P=0.001;与对照组相比,自发放松在收缩期的P=0.042,舒张期的P=0.009;与对照组相比,深呼吸放松在收缩期的P=0.367,舒张期的P=0.125。结论是烤蒜能更有效地降低高血压患者的收缩压和舒张压。建议烤大蒜可以降低高血压患者的血压。
{"title":"EFEKTIVITAS KONSUMSI BAWANG PUTIH PANGGANG, RELAKSASI NAPAS DALAM, DAN RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI","authors":"Susmadi Susmadi, Anna Sunita, Eti Sutiarti, Iskari Ngadiarti","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2423","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2423","url":null,"abstract":"Hypertension is a worldwide health problem that causes complications of kidney damage, coronary heart disease, stroke, disability, and even death. Roasted garlic, slow deep breathing relaxation, and autogenic relaxation are complementary alternative therapies that have not been fully utilized. These therapies are scientifically meaningful, so they need to be developed. This study aimed to determine the effectiveness of roasted garlic consumption, autogenic relaxation, deep breath relaxation on blood pressure reduction. The research design is Quasi-Experiment with control group Pre-test Post-test. Sampling method using non-probability random sampling - purposive sampling. The sample in 1 group is at least 30 respondents. Anticipating lost to follow-up of 10%, each group was 31-32 respondents. The sample was of productive age in the West Bogor. All groups were given hypertension management leaflets. Intervention group I consumed roasted garlic for 3 days at the rate of 15-17 grams morning and evening. Intervention group II performed breath relaxation morning and evening for 3 days. Intervention group III performed autogenic relaxation, while the control group was only given hypertension management leaflets. The results showed that consumption of roasted garlic compared to the control on systole p=0.001 and diastole p=0.001, autogenic relaxation compared to the control, systole p=0.042 and diastole p=0.009, deep breath relaxation compared to the control, obtained systole p=0.367 and diastole p=0.125. It is concluded that roasted garlic is more effectively used to reduce hypertensive patients' systole and diastole blood pressure. The recommendation is that roasted garlic can reduce blood pressure in hypertensive patients.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":" 4","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138994984","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-15DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2484
Ahmad Gasya Afiansyah, Rudy Mardianto, Novyananda Salmasfattah
Tingkat keparahan efek samping yang terkait dengan obat antikanker yang saat ini beredar di pasaran termasuk efek samping yang berpotensi fatal seperti kardiotoksisitas pada kasus dokxorubisin. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kandidat obat baru yang memiliki efek samping rendah. Pendekatan in silico adalah metode komputasi untuk menemukan kandidat obat baru. Ligan glibenclamide dan doxorubicin diperoleh dari database PubChem, dan protein target MAP2K1, yang diperoleh dari database SwissModel, berfungsi sebagai reseptor. Pada penelitian ini ligan dan protein dipreparasi menggunakan alat PyMOL, dan hasil docking yang diperoleh dari alat PyRx berupa nilai afinitas pengikatan. Afinitas pengikatan antara protein dengan glibenclamide dan doxorubicin masing-masing adalah -9,9 kkal/mol dan -8,8 kkal/mol, hasil docking divisualisasikan menggunakan PyMOL. Senyawa tersebut mengikat glibenklamode kurang erat dibandingkan senyawa yang mengikat doxorubicin, tetapi masih berinteraksi kuat dengan protein MAP2K1. PLIP dapat digunakan untuk memvisualisasikan efek interaksi ini. Menurut temuan penelitian, senyawa glibenklamid memiliki interaksi yang baik dengan protein MAP2K1, sehingga menjadikannya target yang menjanjikan untuk obat kanker di masa depan. Untuk memvalidasi temuan ini, diperlukan lebih banyak penelitian biokimia, in vivo, dan in vitro.
{"title":"Studi In Silico Glibenclamid Sebagai Kandidat Obat Antikanker Pada Inhibitor MAP2K1 dengan Metode Revers Docking","authors":"Ahmad Gasya Afiansyah, Rudy Mardianto, Novyananda Salmasfattah","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2484","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2484","url":null,"abstract":"Tingkat keparahan efek samping yang terkait dengan obat antikanker yang saat ini beredar di pasaran termasuk efek samping yang berpotensi fatal seperti kardiotoksisitas pada kasus dokxorubisin. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kandidat obat baru yang memiliki efek samping rendah. Pendekatan in silico adalah metode komputasi untuk menemukan kandidat obat baru. Ligan glibenclamide dan doxorubicin diperoleh dari database PubChem, dan protein target MAP2K1, yang diperoleh dari database SwissModel, berfungsi sebagai reseptor. Pada penelitian ini ligan dan protein dipreparasi menggunakan alat PyMOL, dan hasil docking yang diperoleh dari alat PyRx berupa nilai afinitas pengikatan. Afinitas pengikatan antara protein dengan glibenclamide dan doxorubicin masing-masing adalah -9,9 kkal/mol dan -8,8 kkal/mol, hasil docking divisualisasikan menggunakan PyMOL. Senyawa tersebut mengikat glibenklamode kurang erat dibandingkan senyawa yang mengikat doxorubicin, tetapi masih berinteraksi kuat dengan protein MAP2K1. PLIP dapat digunakan untuk memvisualisasikan efek interaksi ini. Menurut temuan penelitian, senyawa glibenklamid memiliki interaksi yang baik dengan protein MAP2K1, sehingga menjadikannya target yang menjanjikan untuk obat kanker di masa depan. Untuk memvalidasi temuan ini, diperlukan lebih banyak penelitian biokimia, in vivo, dan in vitro.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"127 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138999468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-14DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2472
Frisma Anggyadinata, Novyananda Salmasfattah, Nanang Ardianto, Kevvy Buana Ibrahim
Luka bakar merupakan rusaknya jaringan, biasanya disebabkan beberapa faktor. Cara mengurangi resiko infeksi serta mencegah luka menjadi kronis yaitu mengobati luka secara tepat. Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional adalah tanaman kitolod (Isotoma longiflora). ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan ekstrak etanol 96% daun kitolod (Isotoma longiflora) pada pemulihan luka bakar pada mencit jantan (Mus musculus). Penelitian dilakukan pada Agustus sampai September 2023 bertempat di Laboratorium Kimia, Farmakognosi dan Hewan ITSK RS DR. Soepraoen. Metode yang digunakan adalah ultrasonik dengan menggunakan sampel daun kitolod. Hasil menunjukkan percepatan penyembuhan luka bakar dalam uji One Way ANOVA dengan nilai signifikansi p=0,003 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada data diameter luka bakar, dengan hasil terbaik diameter terkecil pada kontrol positif sebesar 9,678 mm, diikuti kontrol negatif 12,477 mm, konsentrasi 10% 13,683 mm, kontrol 40% 16,237 mm, dan diameter terbesar pada kontrol 20% 16,280 mm. Diketahui bahwa efektivitas salep ekstrak daun kitolod yang terbaik dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit adalah pada konsentrasi 10% dengan diameter luka bakar pada hari ke-14 sebesar 13,683 mm. Disarankan peneliti selanjutnya menguji efektivitas ekstrak daun kitolod menggunakan metode dan kosentrasi sediaan salep yang sama namun menempatkan hewan uji pada ruangan yang sesuai dengan ukuran mencit yang terkontrol suhu dan kelembaban lingkungannya.
{"title":"EFEKTIVITAS DAUN KITOLOD (Isotoma longiflora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA MENCIT (Mus musculus)","authors":"Frisma Anggyadinata, Novyananda Salmasfattah, Nanang Ardianto, Kevvy Buana Ibrahim","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2472","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2472","url":null,"abstract":"Luka bakar merupakan rusaknya jaringan, biasanya disebabkan beberapa faktor. Cara mengurangi resiko infeksi serta mencegah luka menjadi kronis yaitu mengobati luka secara tepat. Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional adalah tanaman kitolod (Isotoma longiflora). ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan ekstrak etanol 96% daun kitolod (Isotoma longiflora) pada pemulihan luka bakar pada mencit jantan (Mus musculus). Penelitian dilakukan pada Agustus sampai September 2023 bertempat di Laboratorium Kimia, Farmakognosi dan Hewan ITSK RS DR. Soepraoen. Metode yang digunakan adalah ultrasonik dengan menggunakan sampel daun kitolod. Hasil menunjukkan percepatan penyembuhan luka bakar dalam uji One Way ANOVA dengan nilai signifikansi p=0,003 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada data diameter luka bakar, dengan hasil terbaik diameter terkecil pada kontrol positif sebesar 9,678 mm, diikuti kontrol negatif 12,477 mm, konsentrasi 10% 13,683 mm, kontrol 40% 16,237 mm, dan diameter terbesar pada kontrol 20% 16,280 mm. Diketahui bahwa efektivitas salep ekstrak daun kitolod yang terbaik dalam proses penyembuhan luka bakar pada mencit adalah pada konsentrasi 10% dengan diameter luka bakar pada hari ke-14 sebesar 13,683 mm. Disarankan peneliti selanjutnya menguji efektivitas ekstrak daun kitolod menggunakan metode dan kosentrasi sediaan salep yang sama namun menempatkan hewan uji pada ruangan yang sesuai dengan ukuran mencit yang terkontrol suhu dan kelembaban lingkungannya.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"30 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139002894","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-29DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2445
Rosida Hi. Saraha, Nurkila Suaib
A decrease in breast milk production in the first few days after birth can be caused by a lack of stimulation of the hormones prolactin and oxytocin. This study aimed to determine the effect of postpartum maternal body massage on breast milk production. This research was located in the Working Area of Bahari Berkesan Health Center, in January-November 2022. The sample in this study was 20 post breastfeeding postpartum mothers. The sampling technique used was purposive sampling technique. The research design used was quasi-experimental with a One Group Pre and Post-Test Design. Researchers performed body massage on a group of breastfeeding postpartum mothers by taking 3 measurements of the baby's weight and 2 body massages. Based on the test results using the Spearman Rank Correlation, a significance value of 0.060 > 0.05, indicating that there was no influence on the first weight gain. Meanwhile, the test results between body massage and the baby's weight gain in the second measurement were 0.018, and the third weight measurement was 0.044, because the significance value was <0.05, which means that there was an influence between massage and the baby's weight gain in the second and third measurements. The study concluded that body massage can increase breast milk production by measuring the baby's weight. It is recommended Further research is needed to explore the specific mechanisms through which body massage influences breast milk production.
{"title":"PENGARUH BODY MASSAGE IBU POST PARTUM TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI","authors":"Rosida Hi. Saraha, Nurkila Suaib","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2445","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2445","url":null,"abstract":"A decrease in breast milk production in the first few days after birth can be caused by a lack of stimulation of the hormones prolactin and oxytocin. This study aimed to determine the effect of postpartum maternal body massage on breast milk production. This research was located in the Working Area of Bahari Berkesan Health Center, in January-November 2022. The sample in this study was 20 post breastfeeding postpartum mothers. The sampling technique used was purposive sampling technique. The research design used was quasi-experimental with a One Group Pre and Post-Test Design. Researchers performed body massage on a group of breastfeeding postpartum mothers by taking 3 measurements of the baby's weight and 2 body massages. Based on the test results using the Spearman Rank Correlation, a significance value of 0.060 > 0.05, indicating that there was no influence on the first weight gain. Meanwhile, the test results between body massage and the baby's weight gain in the second measurement were 0.018, and the third weight measurement was 0.044, because the significance value was <0.05, which means that there was an influence between massage and the baby's weight gain in the second and third measurements. The study concluded that body massage can increase breast milk production by measuring the baby's weight. It is recommended Further research is needed to explore the specific mechanisms through which body massage influences breast milk production.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"184 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139210115","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-28DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2431
Marsha Komul, S. Suharsono, Rr. Sri Endang Pujiastuti
Stroke non hemoragik terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita stroke non hemoragik. Metode penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment pre-post test nonrandomized control group design, dengan jumlah responden 60 orang dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian ini dilakuan selama 2 minggu dengan frekuensi 3x kali dalam seminggu dengan waktu pemberian 20 menit. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat (distribusi frekuensi) dan analisis bivariat (uji Wilcoxon & uji Mann-Whitney Test). Baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi sebagian besar responden mengalami stroke berulang 1 kali yaitu 53 responden. Diketahui berdasarkan uji pengaruh kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif pada delta kekuatan otot pada dua kelompok didapatkan nilai P = 0.010. Kekuatan otot pada kelompok intervensi mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif dengan nilai ρ = 0,000, sedangkan kekuatan otot pada kelompok kontrol mengalami peningkatan dengan nilai ρ = 0,003. Kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif mempengaruhi peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Disarankan agar pasien stroke non-hemoragik mempertimbangkan untuk memasukkan Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif ke dalam rutinitas rehabilitasi mereka. Kombinasi ini berpotensi meningkatkan kekuatan otot dan berkontribusi pada proses pemulihan. Berkonsultasi dengan ahli kesehatan atau ahli terapi fisik dapat memberikan panduan pribadi tentang cara terbaik memasukkan intervensi ini ke dalam rencana rehabilitasi individu.
非出血性中风发生的原因是脑血管堵塞。本研究旨在分析电气石磁力袜和主动 ROM 联合干预对增加非出血性中风患者肌肉力量的效果。研究对象为所有非出血性中风患者。本研究方法采用前测后测的非随机对照组准实验设计,使用简单随机抽样技术,共有 60 名受访者。研究为期 2 周,每周 3 次,每次 20 分钟。然后采用单变量分析(频率分布)和双变量分析(Wilcoxon 检验和 Mann-Whitney 检验)对获得的数据进行分析。无论是对照组还是干预组,大多数受访者都经历过 1 次中风复发,即 53 人。根据电气石磁性袜和主动 ROM 组合对两组德尔塔肌力影响的测试结果可知,P = 0.010。干预组的肌肉力量在接受电气石磁性袜和主动 ROM 治疗后有所增加,ρ = 0.000,而对照组的肌肉力量有所增加,ρ = 0.003。电气石磁力袜和主动 ROM 的结合会影响非出血性中风患者肌肉力量的增加。建议非出血性中风患者考虑将电气石磁力袜和主动 ROM 纳入其日常康复训练中。这种组合有可能提高肌肉力量,促进康复进程。咨询医疗保健专业人员或理疗师可以为如何将这些干预措施最好地纳入个人康复计划提供个性化指导。
{"title":"TOURMALINE MAGNETIC SOCKS DAN ROM AKTIF UNTUK MENINGKATAN KEKUATAN OTOT PASIEN STROKE NON HEMORAGIK","authors":"Marsha Komul, S. Suharsono, Rr. Sri Endang Pujiastuti","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2431","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2431","url":null,"abstract":"Stroke non hemoragik terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita stroke non hemoragik. Metode penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment pre-post test nonrandomized control group design, dengan jumlah responden 60 orang dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian ini dilakuan selama 2 minggu dengan frekuensi 3x kali dalam seminggu dengan waktu pemberian 20 menit. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat (distribusi frekuensi) dan analisis bivariat (uji Wilcoxon & uji Mann-Whitney Test). Baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi sebagian besar responden mengalami stroke berulang 1 kali yaitu 53 responden. Diketahui berdasarkan uji pengaruh kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif pada delta kekuatan otot pada dua kelompok didapatkan nilai P = 0.010. Kekuatan otot pada kelompok intervensi mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif dengan nilai ρ = 0,000, sedangkan kekuatan otot pada kelompok kontrol mengalami peningkatan dengan nilai ρ = 0,003. Kombinasi Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif mempengaruhi peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik. Disarankan agar pasien stroke non-hemoragik mempertimbangkan untuk memasukkan Tourmaline Magnetic Socks dan ROM aktif ke dalam rutinitas rehabilitasi mereka. Kombinasi ini berpotensi meningkatkan kekuatan otot dan berkontribusi pada proses pemulihan. Berkonsultasi dengan ahli kesehatan atau ahli terapi fisik dapat memberikan panduan pribadi tentang cara terbaik memasukkan intervensi ini ke dalam rencana rehabilitasi individu.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"61 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139220380","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Children tend to eat unhealthy foods or snacks in the school environment. This is caused by factors such as a lack of knowledge about healthy food and minimal access to healthy food choices in the school environment. This research aimed to analyze the influence of gender and knowledge on elementary school children's snacking behavior. This research was conducted in February-September 2023. This research is quantitative study with a cross-sectional design. The population is students in grades 4-6 in all state elementary schools in Bukit Bestari District, Tanjungpinang City. The sample was determined using simple random sampling by drawing lots from 10 schools and classes in all research locations. 30 students from grades 4-6 were selected from each school to obtain 300 students as samples. Analysis was carried out using the Chi-Square test with a confidence level of 95%. The results of this study show that there is no influence between gender and the snack food eating behavior of school children (p=0.284), and there is an influence between the level of knowledge and the snack food eating behavior of school children (p=0.002). This research concluded that there is no influence between gender and there is an influence between the level of knowledge and the behavior of eating snacks among school children. Students with less knowledge are at risk of having poor behavior in consuming PJAS 3,863 times. Increasing knowledge by providing counseling and practicing bringing snacks prepared from home needs to be done.
{"title":"PENGARUH JENIS KELAMIN DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR","authors":"Luh Pitriyanti, Yosephina Ardiani Septiati, Annisa Pratiwi Putri, Mimin Karmini","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2432","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2432","url":null,"abstract":"Children tend to eat unhealthy foods or snacks in the school environment. This is caused by factors such as a lack of knowledge about healthy food and minimal access to healthy food choices in the school environment. This research aimed to analyze the influence of gender and knowledge on elementary school children's snacking behavior. This research was conducted in February-September 2023. This research is quantitative study with a cross-sectional design. The population is students in grades 4-6 in all state elementary schools in Bukit Bestari District, Tanjungpinang City. The sample was determined using simple random sampling by drawing lots from 10 schools and classes in all research locations. 30 students from grades 4-6 were selected from each school to obtain 300 students as samples. Analysis was carried out using the Chi-Square test with a confidence level of 95%. The results of this study show that there is no influence between gender and the snack food eating behavior of school children (p=0.284), and there is an influence between the level of knowledge and the snack food eating behavior of school children (p=0.002). This research concluded that there is no influence between gender and there is an influence between the level of knowledge and the behavior of eating snacks among school children. Students with less knowledge are at risk of having poor behavior in consuming PJAS 3,863 times. Increasing knowledge by providing counseling and practicing bringing snacks prepared from home needs to be done.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139232561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-27DOI: 10.34011/juriskesbdg.v16i1.2448
N. Purnama, Marcellina Rasemi Widayanti, Ignata Yuliati, Yuni Kurniawaty
Teenagers are vulnerable to experiencing stress due to various factors. The study aimed to identify the influence of coping mechanisms on stress among high school teenagers. This research was conducted at Frateran Catholic High School in Surabaya in October to January 2023. This research was a prospective study where the measurement of coping mechanisms and stress was carried out twice. The research sample was 46 teenagers in high schools in Surabaya using a simple random sampling technique. Data collection on coping mechanisms used the BriefCOPE instrument, and stress measurement used the perceived stress scale (PSS10). Data were analyzed using Spearman correlation statistical analysis and linear regression tests. There is a relationship between coping mechanisms and adolescent stress in measurement 1(p= 0.000; correlation coefficient ρ= -0.37), The correlation between coping mechanisms and stress scores in measurement 2 (p=0.02; Correlation coefficient (ρ)=-0 .34) with the degree of strength of the relationship being weak and the direction of the relationship being negative, meaning that the better the coping mechanisms, the lower the adolescent stress score. The regression test between coping mechanisms at measurement 1 and stress scores at time 2 shows R square value of 0.017, meaning 1.7% of adolescent stress is determined by coping mechanisms, other factors determine the rest. In conclusion, there was a relationship between coping mechanisms and adolescent stress in measuring the degree of strength of weak relationships and the direction of negative relationships. Recommendation for further research is to explore the role of social support on adolescent stress.
{"title":"PENGARUH MEKANISME COPING TERHADAP STRES REMAJA","authors":"N. Purnama, Marcellina Rasemi Widayanti, Ignata Yuliati, Yuni Kurniawaty","doi":"10.34011/juriskesbdg.v16i1.2448","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v16i1.2448","url":null,"abstract":"Teenagers are vulnerable to experiencing stress due to various factors. The study aimed to identify the influence of coping mechanisms on stress among high school teenagers. This research was conducted at Frateran Catholic High School in Surabaya in October to January 2023. This research was a prospective study where the measurement of coping mechanisms and stress was carried out twice. The research sample was 46 teenagers in high schools in Surabaya using a simple random sampling technique. Data collection on coping mechanisms used the BriefCOPE instrument, and stress measurement used the perceived stress scale (PSS10). Data were analyzed using Spearman correlation statistical analysis and linear regression tests. There is a relationship between coping mechanisms and adolescent stress in measurement 1(p= 0.000; correlation coefficient ρ= -0.37), The correlation between coping mechanisms and stress scores in measurement 2 (p=0.02; Correlation coefficient (ρ)=-0 .34) with the degree of strength of the relationship being weak and the direction of the relationship being negative, meaning that the better the coping mechanisms, the lower the adolescent stress score. The regression test between coping mechanisms at measurement 1 and stress scores at time 2 shows R square value of 0.017, meaning 1.7% of adolescent stress is determined by coping mechanisms, other factors determine the rest. In conclusion, there was a relationship between coping mechanisms and adolescent stress in measuring the degree of strength of weak relationships and the direction of negative relationships. Recommendation for further research is to explore the role of social support on adolescent stress.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139231410","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rumah Sakit wajib mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan baik untuk menghindari dampak negatif yang meliputi cedera/kecelakaan kerja, infeksi nosokomial dan pencemaran lingkungan, hasil observasi peneliti di Rumah Sakit Umum X terdapat masalah penanganan limbah medis tahap pemilahan yaitu tindakan sebagian kecil tenaga kesehatan masih melakukan pencampuran limbah medis dan non medis. Tujuan penelitian untuk mengetahui penanganan limbah medis padat. Jenis penelitian deskriptif dengan metode survey menggunakan lembar observasi untuk mendapat informasi penanganan, sarana prasarana penanganan serta timbangan untuk pengukuran timbulan limbah medis padat. Sampel sebanyak 4 ruangan yaitu Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), Ruang Melati, Ruang Bersalin dan Ruang Anggrek. Teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Data yang dikumpulkan timbulan limbah medis padat 253,79 kg dengan rata-rata 31,72 kg dan rata-rata pertempat tidur 0,56 kg/tempat tidur/hari. Penanganan limbah medis padat tahap pengurangan tidak memenuhi syarat, pemilahan tidak memenuhi syarat, pewadahan tidak memenuhi syarat, penyimpanan sementara memenuhi syarat,pengangkutan insitu tidak memenuhi syarat dan pengangkutan eksitu memenuhi syarat. Saran bagi pihak pengelola rumah sakit agar mengadakan program pengurangan, pemantauan, pelatihan rutin, penambahan plastik cokelat untuk limbah farmasi, saat pewadahan cleaning service harus mengikat menggunakan ikatan tunggal, saat pengangkutan cleaning service tidak melewati rute ruangan gizi, perlu adanya jalur khusus untuk mengangkut limbah medis.
{"title":"TINJAUAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM X KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2023","authors":"Ranti Susanti, Mimin Karmini, Yosephina Ardiani Septiati","doi":"10.34011/juriskesbdg.v15i2.2284","DOIUrl":"https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v15i2.2284","url":null,"abstract":"Rumah Sakit wajib mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan baik untuk menghindari dampak negatif yang meliputi cedera/kecelakaan kerja, infeksi nosokomial dan pencemaran lingkungan, hasil observasi peneliti di Rumah Sakit Umum X terdapat masalah penanganan limbah medis tahap pemilahan yaitu tindakan sebagian kecil tenaga kesehatan masih melakukan pencampuran limbah medis dan non medis. Tujuan penelitian untuk mengetahui penanganan limbah medis padat. Jenis penelitian deskriptif dengan metode survey menggunakan lembar observasi untuk mendapat informasi penanganan, sarana prasarana penanganan serta timbangan untuk pengukuran timbulan limbah medis padat. Sampel sebanyak 4 ruangan yaitu Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), Ruang Melati, Ruang Bersalin dan Ruang Anggrek. Teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Data yang dikumpulkan timbulan limbah medis padat 253,79 kg dengan rata-rata 31,72 kg dan rata-rata pertempat tidur 0,56 kg/tempat tidur/hari. Penanganan limbah medis padat tahap pengurangan tidak memenuhi syarat, pemilahan tidak memenuhi syarat, pewadahan tidak memenuhi syarat, penyimpanan sementara memenuhi syarat,pengangkutan insitu tidak memenuhi syarat dan pengangkutan eksitu memenuhi syarat. Saran bagi pihak pengelola rumah sakit agar mengadakan program pengurangan, pemantauan, pelatihan rutin, penambahan plastik cokelat untuk limbah farmasi, saat pewadahan cleaning service harus mengikat menggunakan ikatan tunggal, saat pengangkutan cleaning service tidak melewati rute ruangan gizi, perlu adanya jalur khusus untuk mengangkut limbah medis.","PeriodicalId":269534,"journal":{"name":"Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}