Pub Date : 2022-05-13DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p17
Fransiska Nitti, Junita Hardini, M. Pharmawati
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan pada tenun ikat amarasi. Pengumpulan data dilakukan di di Desa Tunbaun Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu sentra produksi kain tenun ikat amarasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan terdapat empat jenis tumbuhan sebagai pewarna alami tenun ikat yaitu: kulit akar mengkudu (Morinda citrifolia L., Rubiaceae), daun tarum (Indigofera tinctoria L., Fabaceae), daun jati muda (Tectona grandis L.f., Lamiaceae), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val., Zingiberaceae). Pengolahan kulit akar mengkudu ditumbuk, kemudian direbus dalam air untuk memperoleh warna merah. Daun tarum direndam selama 2x24 jam, ditambah larutan kapur dan didiamkan selama 24 jam untuk memperoleh pasta indigo berwarna biru. Daun jati muda direbus dalam air hingga memperoleh warna ungu. Sedangkan rimpang kunyit diparut kemudian direbus dalam air untuk memperoleh warna kuning. Kata Kunci: Amarasi, Pewarna Alami, Tenun Ikat.
{"title":"Tumbuhan Pewarna Alami Dan Pengolahannya Pada Tenun Ikat Amarasi Di Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur","authors":"Fransiska Nitti, Junita Hardini, M. Pharmawati","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p17","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p17","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan pada tenun ikat amarasi. Pengumpulan data dilakukan di di Desa Tunbaun Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu sentra produksi kain tenun ikat amarasi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan terdapat empat jenis tumbuhan sebagai pewarna alami tenun ikat yaitu: kulit akar mengkudu (Morinda citrifolia L., Rubiaceae), daun tarum (Indigofera tinctoria L., Fabaceae), daun jati muda (Tectona grandis L.f., Lamiaceae), dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val., Zingiberaceae). Pengolahan kulit akar mengkudu ditumbuk, kemudian direbus dalam air untuk memperoleh warna merah. Daun tarum direndam selama 2x24 jam, ditambah larutan kapur dan didiamkan selama 24 jam untuk memperoleh pasta indigo berwarna biru. Daun jati muda direbus dalam air hingga memperoleh warna ungu. Sedangkan rimpang kunyit diparut kemudian direbus dalam air untuk memperoleh warna kuning. \u0000 \u0000Kata Kunci: Amarasi, Pewarna Alami, Tenun Ikat.","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43072184","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-11DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p16
Rukun Rahayu, L. Hakim, A. Hayati
INTISARI Konversi kawasan hutan menjadi perkebunan dapat menimbulkan masalah penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora serta fauna, kekeringan, banjir bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini akan meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan banyaknya luas areal hutan menjadi lahan usaha karena dapat menurunkan serapan emisi karbon melalui fotosintesis. Penerapan konsep agroforestri adalah meningkatkan penyerapan karbon di udara dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui perbedaan karakteristik fisik varietas kakao (Theobroma cacao. L), (2) potensi karbon dan (3) faktor abiotik pada lokasi pengamatan lahan agroforestri. Metode penelitian ini adalah observasi deskriptif untuk megetahui perbedaan karakteristik varietas coklat dengan mengetahui karakter fisik, warna buah, dan warna bijinya, kemudian purposive sampling. untuk mengetahui potensi karbon dilakukan analisis terhadap 120 sampel tegakan pohon coklat pada dua kebun agroforestri yaitu diameter terhadap biomassa dengan rumus allometrik dan pengamatan faktor abiotik menggunakan alat yang sesuai saat dilapang. Hasil observasi biomassa terdapat 3 varietas coklat yaitu criollo sebesar 26 kg/pohon, forastero 28 kg/pohon, dan trinitario 32.4 kg/pohon, serasah rata rata 0,02 kg/m2, distribusi penaung didapat 30 jenis. Faktor abiotik meliputi suhu, 28-29°C, altitude 344-348 m dpl, kecepatan angina 0.3-1.6, intensitas cahaya 766-1008 lux, pH tanah, 6.4-7.2, kelembapan tanah 61-70%, dan curah hujan 200-400 mm dinilai kriteria idealnya berdasarkan literatur. Kata kunci: konversi, agroforrestri, biomassa, varietas
INTISARI将林区改为农场可能会造成土地退化、侵蚀、动植物破坏、干旱、洪水甚至全球环境变化等问题。这个问题会随着大量森林地区成为商业区而不时出现,因为它可以通过光合作用减少二氧化碳排放。农林复合经营的方法是增加空气中的碳吸收,以缓解气候变化。本研究的目的是:(1)确定可可品种(Theobroma cacao.L)的物理特性,(2)农林复合场地的碳潜力和(3)非生物因素。这种研究方法是一种描述性观察,通过了解巧克力的物理特性、果实的颜色和种子的颜色,然后有目的地取样,来发现巧克力品种特征的差异。测定两个农林复合园中120个巧克力压力样品的碳潜力,即直径与生物量的异速复合物和使用适当工具进行的非生物因子监测。生物量观测结果为3个巧克力品种:criollo大小26kg/树,forastero大小28kg/树,trinitrio大小32.4kg/树,平均均匀度0.02kg/m2,悬浮液分布达到30种类型。非生物因素包括温度,28-29°C,海拔344-348 m dpl,风速0.3-1.6,光照强度766-108 lux,土壤pH值6.4-7.2,土壤湿度61-70%,以及根据文献理想评估的降雨量200-400 mm。关键词:转化、农林复合、生物量、品种
{"title":"Carbon Estimation of Cocoa Stands (Theobroma cacao L.) in Agroforestry Area Sumberrejo Village, Pagak, Malang Regency","authors":"Rukun Rahayu, L. Hakim, A. Hayati","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p16","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p16","url":null,"abstract":"INTISARI \u0000Konversi kawasan hutan menjadi perkebunan dapat menimbulkan masalah penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora serta fauna, kekeringan, banjir bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini akan meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan banyaknya luas areal hutan menjadi lahan usaha karena dapat menurunkan serapan emisi karbon melalui fotosintesis. Penerapan konsep agroforestri adalah meningkatkan penyerapan karbon di udara dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Tujuan penelitian ini untuk : (1) mengetahui perbedaan karakteristik fisik varietas kakao (Theobroma cacao. L), (2) potensi karbon dan (3) faktor abiotik pada lokasi pengamatan lahan agroforestri. Metode penelitian ini adalah observasi deskriptif untuk megetahui perbedaan karakteristik varietas coklat dengan mengetahui karakter fisik, warna buah, dan warna bijinya, kemudian purposive sampling. untuk mengetahui potensi karbon dilakukan analisis terhadap 120 sampel tegakan pohon coklat pada dua kebun agroforestri yaitu diameter terhadap biomassa dengan rumus allometrik dan pengamatan faktor abiotik menggunakan alat yang sesuai saat dilapang. Hasil observasi biomassa terdapat 3 varietas coklat yaitu criollo sebesar 26 kg/pohon, forastero 28 kg/pohon, dan trinitario 32.4 kg/pohon, serasah rata rata 0,02 kg/m2, distribusi penaung didapat 30 jenis. Faktor abiotik meliputi suhu, 28-29°C, altitude 344-348 m dpl, kecepatan angina 0.3-1.6, intensitas cahaya 766-1008 lux, pH tanah, 6.4-7.2, kelembapan tanah 61-70%, dan curah hujan 200-400 mm dinilai kriteria idealnya berdasarkan literatur. \u0000 \u0000Kata kunci: konversi, agroforrestri, biomassa, varietas","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44567635","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-19DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p15
Sakhirotul Lail, A. Kn, R. O. Khastini
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas perairan Waduk Ciwaka, Kota Serang Banten berdasarkan kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton, mengetahui hubungan kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton dengan parameter fisik-kimia perairan serta mengetahui bentuk media pembelajaran yang sesuai untuk menginterpretasikan hasil penelitian terhadap kependidikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari-Juli tahun 2021 di Waduk Ciwaka, Kota Serang Banten. Pengambilan sampel air pada 3 stasiun dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Analisis klorofil-a dilakukan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil analisis kandungan klorofil-a pada setiap stasiun berkisar 7,458 ?g/L – 34,352 ?g/L. Waduk Ciwaka termasuk dalam kategori perairan yang mengalami eutrofik (tercemar) karena memiliki kadar unsur hara yang tinggi. Kualitas perairan Waduk Ciwaka masih dalam kondisi yang baik sesuai peruntukan baku mutu air kelas 2 pada PP No.82 tahun 2001. Kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton (kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi) berhubungan lemah dengan kecerahan (r = 0,000). Keanekaragaman fitoplankton berhubungan sangat kuat dengan suhu (r = 0,994). Dominansi fitoplankton berhubungan sangat kuat dengan DO (r = 0,998) dan BOD (r = 0,998). Kata kunci: Eutrofik, Klorofil-a, Waduk Ciwaka
{"title":"Analisis Kandungan Klorofil-A dan Kualitas Air Waduk Ciwaka Kota Serang Banten","authors":"Sakhirotul Lail, A. Kn, R. O. Khastini","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p15","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p15","url":null,"abstract":"Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas perairan Waduk Ciwaka, Kota Serang Banten berdasarkan kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton, mengetahui hubungan kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton dengan parameter fisik-kimia perairan serta mengetahui bentuk media pembelajaran yang sesuai untuk menginterpretasikan hasil penelitian terhadap kependidikan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari-Juli tahun 2021 di Waduk Ciwaka, Kota Serang Banten. Pengambilan sampel air pada 3 stasiun dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Analisis klorofil-a dilakukan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil analisis kandungan klorofil-a pada setiap stasiun berkisar 7,458 ?g/L – 34,352 ?g/L. Waduk Ciwaka termasuk dalam kategori perairan yang mengalami eutrofik (tercemar) karena memiliki kadar unsur hara yang tinggi. Kualitas perairan Waduk Ciwaka masih dalam kondisi yang baik sesuai peruntukan baku mutu air kelas 2 pada PP No.82 tahun 2001. Kandungan klorofil-a dan keberadaan fitoplankton (kelimpahan, keanekaragaman dan dominansi) berhubungan lemah dengan kecerahan (r = 0,000). Keanekaragaman fitoplankton berhubungan sangat kuat dengan suhu (r = 0,994). Dominansi fitoplankton berhubungan sangat kuat dengan DO (r = 0,998) dan BOD (r = 0,998). \u0000 \u0000Kata kunci: Eutrofik, Klorofil-a, Waduk Ciwaka","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46434518","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-19DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p14
Maria Lorita Amfotis, N. Suarni, Ni Luh Arpiwi
Daun kirinyuh (Chromoelana odorata) merupakan tanaman yang secara tradisional digunakan masyarakat untuk menyembuhkan luka. Daun kirinyuh mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, triterpenoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kirinyuh terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit tikus putih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari lima perlakuan dan masing-masing perlakuan terdapat enam ulangan. Digunakan 30 ekor tikus putih dengan kisaran berat badan 200-250 g. Tikus dibagi dalam lima perlakuan yaitu K- (diberi aquades), K+ (diberi povidone iodine 10%), perlakuan (P1, P2, P3) yang diberikan ekstrak daun kirinyuh 10%, 20%, 30%. Pengamatan secara makroskopis dilakukan pada hari ke-3, 6 dan 9 terhadap hiperemis, kontraksi luka, granulasi, krusta dan produksi pus. Pembuatan sediaan untuk pengamatan secara secara mikroskopis (ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen) dilakukan pada hari ke 10. Data makroskopis selain kontraksi luka dianalisa secara deskriptif. Data kontraksi luka, ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen dianalisis menggunakan ANOVA (p<0,05) dan bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil pengamatan terhadap penyembuhan luka secara makroskopis menunjukkan bahwa konsentrasi 20% paling optimal dalam menurunkan hiperemis dan kontraksi luka. Sedangkan konsentrasi 10% paling optimal dalam pembentukan granulasi, mencegah krusta dan produksi pus. Hasil pengamatan terhadap penyembuhan luka secara mikroskopis menunjukkan bahwa konsentrasi 20% (P2) paling optimal dalam meningkatkan ketebalan epidermis, meningkatkan jumlah fibroblas dan jumlah kolagen. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kirinyuh dapat menyembuhkan luka secara optimal dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada setiap tahap penyembuhan. Kata kunci: Chromoelana odorata, metabolit sekunder, penyembuhan luka, Rattus norvegicus.
{"title":"Wound Healing Of Cuts in the Skin of White Rat (Rattus norvegicus) Is Given Kirinyuh (Chromolaena odorata) Leaf Extract","authors":"Maria Lorita Amfotis, N. Suarni, Ni Luh Arpiwi","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p14","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p14","url":null,"abstract":"Daun kirinyuh (Chromoelana odorata) merupakan tanaman yang secara tradisional digunakan masyarakat untuk menyembuhkan luka. Daun kirinyuh mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, triterpenoid dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kirinyuh terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit tikus putih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri dari lima perlakuan dan masing-masing perlakuan terdapat enam ulangan. Digunakan 30 ekor tikus putih dengan kisaran berat badan 200-250 g. Tikus dibagi dalam lima perlakuan yaitu K- (diberi aquades), K+ (diberi povidone iodine 10%), perlakuan (P1, P2, P3) yang diberikan ekstrak daun kirinyuh 10%, 20%, 30%. Pengamatan secara makroskopis dilakukan pada hari ke-3, 6 dan 9 terhadap hiperemis, kontraksi luka, granulasi, krusta dan produksi pus. Pembuatan sediaan untuk pengamatan secara secara mikroskopis (ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen) dilakukan pada hari ke 10. Data makroskopis selain kontraksi luka dianalisa secara deskriptif. Data kontraksi luka, ketebalan epidermis, jumlah fibroblas dan jumlah kolagen dianalisis menggunakan ANOVA (p<0,05) dan bila terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil pengamatan terhadap penyembuhan luka secara makroskopis menunjukkan bahwa konsentrasi 20% paling optimal dalam menurunkan hiperemis dan kontraksi luka. Sedangkan konsentrasi 10% paling optimal dalam pembentukan granulasi, mencegah krusta dan produksi pus. Hasil pengamatan terhadap penyembuhan luka secara mikroskopis menunjukkan bahwa konsentrasi 20% (P2) paling optimal dalam meningkatkan ketebalan epidermis, meningkatkan jumlah fibroblas dan jumlah kolagen. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kirinyuh dapat menyembuhkan luka secara optimal dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada setiap tahap penyembuhan. \u0000Kata kunci: Chromoelana odorata, metabolit sekunder, penyembuhan luka, Rattus norvegicus.","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48273059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Waste in the form of skins and seeds originating from the Dieng carica (Vasconcellea pubescens) processing industry can be an environmental problem if not handled properly. BSF (Hermetia illucens) larvae as a bioconversion agent are expected to be a solution to this problem. The study was conducted experimentally using a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications including control treatment, P1 = 100% husk, P2 = 75% husk + 25% seed, P3 = 50% shell + 50% seed, P4 = 25% skin + 75% seeds, and P5 = 100% seeds. The observation time of the study was carried out for 21 days. The main parameters observed were the value of feed consumption and waste reduction index (WRI), while the supporting parameters were larval biomass, head capsule diameter and survival rate. The data obtained were analyzed using ANOVA with an error rate of 5%, and if the treatment had a significant, continued with the DMRT test with an error rate of 5%. The results of the study with various types of feed showed that the value of digested feed consumption by BSF larvae ranged from 60.42% - 81.26%. Meanwhile, the value of the waste reduction index (WRI) ranged from 2.82% - 3.73%. Waste reduction value of more than 50% indicates the effectiveness of BSF larvae in degrading organic waste. Thus the use of this type of feed in the form of feed using BSF larvae is effective in reducing the processing waste of Carica Dieng (V. pubescens).
{"title":"IPerforma Larva Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens) sebagai Biokonversi Limbah Industri Pengolahan Carica Dieng (Vasconcellea pubescens) di Wonosobo","authors":"Irma Fatmanintyas, Trisnowati Budi Ambarningrum, Atang Atang, Tri Haryanto, Eko Setiyono","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p13","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p13","url":null,"abstract":"Waste in the form of skins and seeds originating from the Dieng carica (Vasconcellea pubescens) processing industry can be an environmental problem if not handled properly. BSF (Hermetia illucens) larvae as a bioconversion agent are expected to be a solution to this problem. The study was conducted experimentally using a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications including control treatment, P1 = 100% husk, P2 = 75% husk + 25% seed, P3 = 50% shell + 50% seed, P4 = 25% skin + 75% seeds, and P5 = 100% seeds. The observation time of the study was carried out for 21 days. The main parameters observed were the value of feed consumption and waste reduction index (WRI), while the supporting parameters were larval biomass, head capsule diameter and survival rate. The data obtained were analyzed using ANOVA with an error rate of 5%, and if the treatment had a significant, continued with the DMRT test with an error rate of 5%. The results of the study with various types of feed showed that the value of digested feed consumption by BSF larvae ranged from 60.42% - 81.26%. Meanwhile, the value of the waste reduction index (WRI) ranged from 2.82% - 3.73%. Waste reduction value of more than 50% indicates the effectiveness of BSF larvae in degrading organic waste. Thus the use of this type of feed in the form of feed using BSF larvae is effective in reducing the processing waste of Carica Dieng (V. pubescens).","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45910536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-14DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p12
Moch Mustakim, Vina Fitria Wulandari, Nabilah Miftachul Khoiriyah, Azis Mawardi, R. Wulandari, Thiya Fathiyatul Fauziyah, Nurul Jadid Mubarakati
ABSTRACT Alzheimer’s disease is a top-10 deadly neurodegenerative disease based on WHO in 2019. Its characterized by a reduction in Choline Acetyltransferase (ChAt) of a substance that acts in the production of asetikolin. One of the ingredients of nature known to play a part in the increased memory of pegagan. To learn about the line of active compound mechanisms used in the treatment of alzheimer's, the study uses an in silico approach by analyzing target proteins and the compound's active compound on a network of compounds. This study used 12 test compounds and the ChAt receptor molecules. Networking design the interactions of these compounds using the sea target and STRING databases. The results of that interactions are visualized on the cytoscape device. Furthermore, the results also suggested thateight of compounds’stest that have interactions with ChAt receptors whereas the target proteins directly linked to ChAt receptors namely Tryptophan 5-hydroxylase 1 (PDB ID: 5tpg) and Zinc finger protein GLI (PDB ID: 4kmd). Thus, the pegagan active compound that acts most closely on protein target is Asiatic Acid, Brahmic Acid, -Humulene, -Caryophyllene, Bicyclogermacrene, Germacrene B, -Pinene, Caryophyllene. Keywords: Alzheimer's disease, Choline Acetyltransferase (ChAt), pegagan, in silico, network interaction
{"title":"INVESTIGASI BAHAN AKTIF PEGAGAN BERDASARKAN JEJARING DENGAN PROTEIN TARGET : STUDI PENCARIAN OBAT ALZHEIMER SECARA IN SILICO","authors":"Moch Mustakim, Vina Fitria Wulandari, Nabilah Miftachul Khoiriyah, Azis Mawardi, R. Wulandari, Thiya Fathiyatul Fauziyah, Nurul Jadid Mubarakati","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p12","url":null,"abstract":" \u0000ABSTRACT \u0000Alzheimer’s disease is a top-10 deadly neurodegenerative disease based on WHO in 2019. Its characterized by a reduction in Choline Acetyltransferase (ChAt) of a substance that acts in the production of asetikolin. One of the ingredients of nature known to play a part in the increased memory of pegagan. To learn about the line of active compound mechanisms used in the treatment of alzheimer's, the study uses an in silico approach by analyzing target proteins and the compound's active compound on a network of compounds. This study used 12 test compounds and the ChAt receptor molecules. Networking design the interactions of these compounds using the sea target and STRING databases. The results of that interactions are visualized on the cytoscape device. Furthermore, the results also suggested thateight of compounds’stest that have interactions with ChAt receptors whereas the target proteins directly linked to ChAt receptors namely Tryptophan 5-hydroxylase 1 (PDB ID: 5tpg) and Zinc finger protein GLI (PDB ID: 4kmd). Thus, the pegagan active compound that acts most closely on protein target is Asiatic Acid, Brahmic Acid, -Humulene, -Caryophyllene, Bicyclogermacrene, Germacrene B, -Pinene, Caryophyllene. \u0000Keywords: Alzheimer's disease, Choline Acetyltransferase (ChAt), pegagan, in silico, network interaction","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49386929","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-14DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p10
Erlina Adhayanti, N. L. Arpiwi, N. Darsini
Masker gel peel-off adalah masker praktis, karena setelah kering masker dapat dilepaskan tanpa dibilas dengan air. Masker gel peel-off berfungsi untuk membersihkan dan mengencangkan kulit wajah. Daun kelor dan minyak atsiri serai wangi dapat digunakan sebagai masker karena memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri yang berperan sebagai anti penuaan serta antijerawat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kombinasi minyak atsiri serai wangi dan konsentrasi ekstrak daun kelor yang menghasilkan masker terbaik. Minyak atsiri diekstraksi dengan destilasi uap, daun kelor diekstraksi dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Masker diformulasi dengan ekstrak daun kelor sebanyak 0, 1, 2, dan 3%. Hasil rendemen minyak atsiri daun serai wangi adalah sebesar 0,36±0,07% b/b. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa semua formula masker stabil selama masa penyimpanan. Hasil uji sifat fisik masker menunjukkan bahwa formula F3 (ekstrak daun kelor 1% dan minyak atsiri serai wangi 0,30%) menghasilkan formula masker terbaik. Semua formula masker memiliki hasil yang homogen dan memenuhi standar pada uji viskositas, pH dan daya sebar, tetapi formula F1 (kontrol positif) pada uji daya lekat dan formula F1 (kontrol positif) serta formula F2 (kontrol negatif) pada uji waktu mengering tidak memenuhi standar masker. Formula F3 lebih disukai oleh probandus dan semua formula masker tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Kata kunci: Cymbopogon nardus L. Rendle, gel, masker, Moringa oleifera Lam., peel-off
{"title":"Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-off Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle)","authors":"Erlina Adhayanti, N. L. Arpiwi, N. Darsini","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p10","url":null,"abstract":"Masker gel peel-off adalah masker praktis, karena setelah kering masker dapat dilepaskan tanpa dibilas dengan air. Masker gel peel-off berfungsi untuk membersihkan dan mengencangkan kulit wajah. Daun kelor dan minyak atsiri serai wangi dapat digunakan sebagai masker karena memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri yang berperan sebagai anti penuaan serta antijerawat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kombinasi minyak atsiri serai wangi dan konsentrasi ekstrak daun kelor yang menghasilkan masker terbaik. Minyak atsiri diekstraksi dengan destilasi uap, daun kelor diekstraksi dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Masker diformulasi dengan ekstrak daun kelor sebanyak 0, 1, 2, dan 3%. Hasil rendemen minyak atsiri daun serai wangi adalah sebesar 0,36±0,07% b/b. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa semua formula masker stabil selama masa penyimpanan. Hasil uji sifat fisik masker menunjukkan bahwa formula F3 (ekstrak daun kelor 1% dan minyak atsiri serai wangi 0,30%) menghasilkan formula masker terbaik. Semua formula masker memiliki hasil yang homogen dan memenuhi standar pada uji viskositas, pH dan daya sebar, tetapi formula F1 (kontrol positif) pada uji daya lekat dan formula F1 (kontrol positif) serta formula F2 (kontrol negatif) pada uji waktu mengering tidak memenuhi standar masker. Formula F3 lebih disukai oleh probandus dan semua formula masker tidak menimbulkan iritasi pada kulit. \u0000Kata kunci: Cymbopogon nardus L. Rendle, gel, masker, Moringa oleifera Lam., peel-off","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41374907","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-14DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p11
Ryan Qony Dharmawan, Nintya Setiari, S. Haryanti
Basil is a plant that produces essential oils. The synthesis of essential oils is influenced by environmental factors such as light and temperature. Giving shade can affect the intensity of light and temperature received by plants. The purpose of this study was to examine different shading effects on growth and oil yield. This study is an experimental study using a completely randomized design (CRD) with a single pattern, namely shade with growth parameters and a factorial pattern with the first factor being shade and the second factor being plant organs with essential oil yield parameters. Planting is done by sowing the seeds for 2 weeks then transferred them to polybags measuring 30 cm x 30 cm which contains planting media in the form of a mixture of soil, coco peat, roasted husks, and compost in a ratio of 1:1:1:1 and given 30 g of manure. Shade treatment used 0%, 25%, and 50% shade to determine the effect of growth, while the oil yield was taken from the leaves, stems, and flowers to determine the interaction between shade and organ essential oil yield. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) with a 95% confidence level, and if there was a significant difference, it was continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Parameter data taken were the number of leaves, time of flower initiation, plant height, number of primary branches, leaf area, dry weight, wet weight, and essential oil yield (leaves, stems, and flowers). The results showed that there was a significant effect on the parameters of plant height, leaf area, flower initiation time, and essential oil yield. The highest oil yield was in the flower parts of plants with 50% shading.
罗勒是一种生产精油的植物。精油的合成受光照、温度等环境因素的影响。遮荫会影响植物接收到的光照强度和温度。本研究的目的是研究不同遮荫对油菜生长和产量的影响。本研究是采用完全随机设计(CRD)的实验研究,采用单一模式,即遮荫与生长参数,以及第一因素为遮荫,第二因素为植物器官与精油产量参数的析因模式。播种两周,然后将种子转移到30厘米× 30厘米的塑料袋中,塑料袋中含有土壤、可可泥炭、烤壳和堆肥的混合物,比例为1:1:1:1,并给予30克粪肥。遮荫处理使用0%、25%和50%遮荫来确定生长效果,而从叶、茎和花中提取油产量来确定遮荫与器官精油产量之间的相互作用。采用95%置信水平的方差分析(ANOVA)对数据进行分析,如果存在显著差异,则继续采用Duncan's Multiple Range Test (DMRT)进行分析。采集的参数数据为叶片数、开花时间、株高、一次枝数、叶面积、干重、湿重、精油产量(叶、茎、花)。结果表明:植物株高、叶面积、开花时间、挥发油产率等参数均受到显著影响。遮荫50%的植株的花部含油量最高。
{"title":"Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Atsiri Tanaman Selasih (Ocimum basilicum L.) pada Naungan yang Berbeda","authors":"Ryan Qony Dharmawan, Nintya Setiari, S. Haryanti","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p11","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p11","url":null,"abstract":"Basil is a plant that produces essential oils. The synthesis of essential oils is influenced by environmental factors such as light and temperature. Giving shade can affect the intensity of light and temperature received by plants. The purpose of this study was to examine different shading effects on growth and oil yield. This study is an experimental study using a completely randomized design (CRD) with a single pattern, namely shade with growth parameters and a factorial pattern with the first factor being shade and the second factor being plant organs with essential oil yield parameters. Planting is done by sowing the seeds for 2 weeks then transferred them to polybags measuring 30 cm x 30 cm which contains planting media in the form of a mixture of soil, coco peat, roasted husks, and compost in a ratio of 1:1:1:1 and given 30 g of manure. Shade treatment used 0%, 25%, and 50% shade to determine the effect of growth, while the oil yield was taken from the leaves, stems, and flowers to determine the interaction between shade and organ essential oil yield. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) with a 95% confidence level, and if there was a significant difference, it was continued with Duncan's Multiple Range Test (DMRT). Parameter data taken were the number of leaves, time of flower initiation, plant height, number of primary branches, leaf area, dry weight, wet weight, and essential oil yield (leaves, stems, and flowers). The results showed that there was a significant effect on the parameters of plant height, leaf area, flower initiation time, and essential oil yield. The highest oil yield was in the flower parts of plants with 50% shading.","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42842401","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-13DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p09
Rizal Berlian Novella, Dwi Sunu Widyartini, Romanus Edy Prabowo
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, rumput laut yang kaya akan selulosa sangat berpotensi untuk diproses menjadi bioetanol. Bioetanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan turunan etanol. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui biomassa dan kandungan bioetanol pada rumput laut Gracilaria canaliculata asal Pantai Karang Bolong Cilacap dan Pantai Menganti Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara purposive sampling pada dua lokasi yang berbeda. Analisis data bioetanol dilakukan menggunakan Uji T dengan program SPSS untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kandungan bioetanol Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen dengan Pantai Karang Bolong Cilacap, sedangkan uji korelasi lingkungan dengan biomassa menggunakan program PRIMER 7 untuk mengetahui faktor lingkungan yang paling berpengaruh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada korelasi faktor lingkungan Pantai Menganti Kebumen dengan biomassa Gracilaria canaliculata, yang paling berpengaruh yaitu kandungan nitrat. Hasil uji korelasi faktor lingkungan perairan Menganti Kebumen dengan biomassa rumput laut Gracilaria canaliculata menggunakan analisis BIOENV dengan bantuan program Primer 7 menunjukkan nilai korelasi tertinggi pada korelasi nitrat dengan nilai sebesar 0,852 sedangkan di perairan Karang Bolong Cilacap nilai korelasi tertinggi nitrat sebesar 0,79. Hasil uji T tidak terdapat perbedaan yang signifikan kandungan bioetanol Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen dengan Pantai Karang Bolong Cilacap. Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen menghasilkan rata-rata kandungan bioetanol sebesar 7,07%, sedangkan asal Pantai Karang Bolong Cilacap menghasilkan rata-rata kandungan bioetanol sebesar 7,21%.
{"title":"POTENSI Gracilaria canaliculata SEBAGAI PENGHASIL BIOETANOL ASAL PANTAI MENGANTI KEBUMEN DAN PANTAI KARANG BOLONG CILACAP","authors":"Rizal Berlian Novella, Dwi Sunu Widyartini, Romanus Edy Prabowo","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p09","url":null,"abstract":"Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman dan obat-obatan, rumput laut yang kaya akan selulosa sangat berpotensi untuk diproses menjadi bioetanol. Bioetanol digunakan sebagai bahan baku pembuatan turunan etanol. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui biomassa dan kandungan bioetanol pada rumput laut Gracilaria canaliculata asal Pantai Karang Bolong Cilacap dan Pantai Menganti Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara purposive sampling pada dua lokasi yang berbeda. Analisis data bioetanol dilakukan menggunakan Uji T dengan program SPSS untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kandungan bioetanol Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen dengan Pantai Karang Bolong Cilacap, sedangkan uji korelasi lingkungan dengan biomassa menggunakan program PRIMER 7 untuk mengetahui faktor lingkungan yang paling berpengaruh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada korelasi faktor lingkungan Pantai Menganti Kebumen dengan biomassa Gracilaria canaliculata, yang paling berpengaruh yaitu kandungan nitrat. Hasil uji korelasi faktor lingkungan perairan Menganti Kebumen dengan biomassa rumput laut Gracilaria canaliculata menggunakan analisis BIOENV dengan bantuan program Primer 7 menunjukkan nilai korelasi tertinggi pada korelasi nitrat dengan nilai sebesar 0,852 sedangkan di perairan Karang Bolong Cilacap nilai korelasi tertinggi nitrat sebesar 0,79. Hasil uji T tidak terdapat perbedaan yang signifikan kandungan bioetanol Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen dengan Pantai Karang Bolong Cilacap. Gracilaria canaliculata asal Pantai Menganti Kebumen menghasilkan rata-rata kandungan bioetanol sebesar 7,07%, sedangkan asal Pantai Karang Bolong Cilacap menghasilkan rata-rata kandungan bioetanol sebesar 7,21%.","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43806916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-11DOI: 10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p07
A. Donastin, M. P. Koentjoro, M. Hidayat, E. Prasetyo
Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi teknik yang diaplikasikan untuk mendeteksi dan menguji keberadaan materi genetik dari jamur patogen. Metode ini selanjutnya banyak dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang tinggi dibanding dengan metode kultur dalam mendeteksi keberadaan jamur patogen. Untuk melakukan pengujian berbasis PCR yang sensitif, spesifik, dan andal, ketersediaan DNA murni serta protokol ekstraksi DNA yang mudah dilakukan sangat penting. Saat ini, protokol untuk ekstraksi DNA yang ada pada umumnya memerlukan kit khusus dan dengan tambahan enzim. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kuantitas dan kualitas hasil isolasi DNA Aspergillus niger dengan tiga metode yang berbeda. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi kultur murni A. niger dan isolasi total DNA menggunakan tiga metode, yaitu protokol sesuai pada instruksi Wizard® Genomic DNA Purification Kit (P1), Modifikasi Wizard® Genomic DNA Purification Kit (P2) dan Monarch Genomic DNA Purification Kit NEB (P3). Hasil evaluasi isolasi DNA melalui spektrofotometer pada panjang gelombang A260/280 nm menujukkan rasio ~1.4, ~1.8, dan ~1.7 pada P1 dan P2, dan P3 berturut-turut. Kuantitas yang didapat berkisar antara 210 sampai 305 ng/µL. Hasil DNA total didapat selanjutnya digunakan untuk uji PCR fragmen DNA ribosom daerah ITS menggunakan primer ITS1 dan ITS4. Pengamatan elektroforosis hasil PCR menunjukkan semua sampel menghasilkan pita dengan panjang ~500 bp. Hasil isolasi DNA pada metode P1 tidak menunjukkan pita pada gel agarose, tetapi dapat terlihat pada produk PCR. Metode P2 dan P3 menunjukkan DNA yang memiliki kualitas dan kualitas yang baik. Metode P2 dan P3 menggunakan teknik penghancuran sel dengan nitrogen cair dan kombinasi penambahan proteinase K. Protokol yang didapatkan diharapkan memberikan informasi metode yang cepat dan baik dalam isolasi DNA total dari A. niger. Kata kunci: Aspergillus niger, Isolasi DNA, ITS1, ITS4
{"title":"Comparison of Three DNA Isolation Methods of Aspergillus Niger","authors":"A. Donastin, M. P. Koentjoro, M. Hidayat, E. Prasetyo","doi":"10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/metamorfosa.2022.v09.i01.p07","url":null,"abstract":"Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi teknik yang diaplikasikan untuk mendeteksi dan menguji keberadaan materi genetik dari jamur patogen. Metode ini selanjutnya banyak dikembangkan karena memiliki sensitivitas yang tinggi dibanding dengan metode kultur dalam mendeteksi keberadaan jamur patogen. Untuk melakukan pengujian berbasis PCR yang sensitif, spesifik, dan andal, ketersediaan DNA murni serta protokol ekstraksi DNA yang mudah dilakukan sangat penting. Saat ini, protokol untuk ekstraksi DNA yang ada pada umumnya memerlukan kit khusus dan dengan tambahan enzim. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kuantitas dan kualitas hasil isolasi DNA Aspergillus niger dengan tiga metode yang berbeda. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi kultur murni A. niger dan isolasi total DNA menggunakan tiga metode, yaitu protokol sesuai pada instruksi Wizard® Genomic DNA Purification Kit (P1), Modifikasi Wizard® Genomic DNA Purification Kit (P2) dan Monarch Genomic DNA Purification Kit NEB (P3). Hasil evaluasi isolasi DNA melalui spektrofotometer pada panjang gelombang A260/280 nm menujukkan rasio ~1.4, ~1.8, dan ~1.7 pada P1 dan P2, dan P3 berturut-turut. Kuantitas yang didapat berkisar antara 210 sampai 305 ng/µL. Hasil DNA total didapat selanjutnya digunakan untuk uji PCR fragmen DNA ribosom daerah ITS menggunakan primer ITS1 dan ITS4. Pengamatan elektroforosis hasil PCR menunjukkan semua sampel menghasilkan pita dengan panjang ~500 bp. Hasil isolasi DNA pada metode P1 tidak menunjukkan pita pada gel agarose, tetapi dapat terlihat pada produk PCR. Metode P2 dan P3 menunjukkan DNA yang memiliki kualitas dan kualitas yang baik. Metode P2 dan P3 menggunakan teknik penghancuran sel dengan nitrogen cair dan kombinasi penambahan proteinase K. Protokol yang didapatkan diharapkan memberikan informasi metode yang cepat dan baik dalam isolasi DNA total dari A. niger. \u0000 \u0000Kata kunci: Aspergillus niger, Isolasi DNA, ITS1, ITS4","PeriodicalId":30806,"journal":{"name":"Metamorfosa Journal of Biological Sciences","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47887917","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}