Pub Date : 2016-08-30DOI: 10.2345/MODELING.V2I2.2176.G1623
Solihati Solihati
Latar belakang yag mendasar dalam penelitian ini adalah kurangnya percaya diri anak dengan menggunakan metode bercerita sehingga kemampuan perkembangan bahasanya dinilai masih dikatakan kurang dari standar presentasi yang diinginkan yaitu mencapai 85%. Berdasarkan data observasi awal peneliti peningkatan kemampuan bercerita pada anak TK Permata Bunda Sidomukti Gresik kelas A2 masih kurang memuaskan. Dari anak didik yang berjumlah 20 hanya 7 anak (35%) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dengan menggunakan metode bercerita maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan 2 siklus. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan media panggung boneka dalam metode bercerita anak usia dini kelas A2 TK Permata Bunda Sidomukti Gresik? (2) Bagaimana peningkatan kemampuan perkembangan bahasa dalam metode bercerita dengan menggunakan media panggung boneka kelas A2 TK Permata Bunda Sidomukti Gresik? Untuk memperoleh hasil penelitian, penelitian dilakukan dengan metode kolaboratif antara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menghasilkan data berdasarkan aspek perkembangan anak dan metode kualitatif menghasilkan data berupa deskripsi hasil pengamatan wawancara. Model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan bercerita dapat meningkatkan prestasi belajar anak yang terlihat pada peningkatan aspek perkembangan yaitu pada siklus I berkisar 50%, kemudian 90% pada siklus II.
{"title":"EFEKTIFITAS MEDIA PANGGUNG BONEKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA PADA ANAK USIA DINI","authors":"Solihati Solihati","doi":"10.2345/MODELING.V2I2.2176.G1623","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/MODELING.V2I2.2176.G1623","url":null,"abstract":"Latar belakang yag mendasar dalam penelitian ini adalah kurangnya percaya diri anak dengan menggunakan metode bercerita sehingga kemampuan perkembangan bahasanya dinilai masih dikatakan kurang dari standar presentasi yang diinginkan yaitu mencapai 85%. Berdasarkan data observasi awal peneliti peningkatan kemampuan bercerita pada anak TK Permata Bunda Sidomukti Gresik kelas A2 masih kurang memuaskan. Dari anak didik yang berjumlah 20 hanya 7 anak (35%) mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dengan menggunakan metode bercerita maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan 2 siklus. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan media panggung boneka dalam metode bercerita anak usia dini kelas A2 TK Permata Bunda Sidomukti Gresik? (2) Bagaimana peningkatan kemampuan perkembangan bahasa dalam metode bercerita dengan menggunakan media panggung boneka kelas A2 TK Permata Bunda Sidomukti Gresik? Untuk memperoleh hasil penelitian, penelitian dilakukan dengan metode kolaboratif antara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menghasilkan data berdasarkan aspek perkembangan anak dan metode kualitatif menghasilkan data berupa deskripsi hasil pengamatan wawancara. Model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media panggung boneka untuk meningkatkan kemampuan bercerita dapat meningkatkan prestasi belajar anak yang terlihat pada peningkatan aspek perkembangan yaitu pada siklus I berkisar 50%, kemudian 90% pada siklus II.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"57-65"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757947","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-08-30DOI: 10.2345/modeling.v2i2.2174.g1621
Abdul Muhid
Peradaban manusia berkembang begitu pesat, seiring cepatnya arus informasi yang tak memilki batas antar negara, kultur dan agama. Pesatnya perkembangan peradaban tersebut mengharuskan manusia memiliki kompetensi yang memadai agar dapat melaju mengimbangi tuntutan tersebut. Kompetensi yang diperlukan perlu ditingkatkan standarnya, dari melek huruf menjadi melek budaya, sikap menerima harus ditingkatkan menjadi manusia yang pandai bersyukur dengan menyiapkan sikap harmoni, dan ketrampilan menggunakan ilmu dan teknologi harus dapat ditingkatkan untuk menciptakan pengetahuan dan teknologi untuk mengimbangi pesatnya arus perkrmbangan yang penuh dengan tantangan. Meningkatnya kompetensi jika diperoleh secara alamiah tanpa ada rekayasa ilmiah tentu hanya akan berjalan secara masif. Dengan demikian untuk mencapai kemampuan yang tinggi tentu memerlukan rekayasa. Rekayasa tersebut harus direncanakan dengan matang, dengan mempertimbangkan tingkatan baik kemampuan maupun jenjang pendidikan agar tidak terjadi pengulangan yang hanya menguras anggaran dan mengabaikan peluang.
{"title":"PENDIDIKAN KARAKTER BUDAYA BACA DI MIN LOMBOK KULON WONOSARI BONDOWOSO","authors":"Abdul Muhid","doi":"10.2345/modeling.v2i2.2174.g1621","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/modeling.v2i2.2174.g1621","url":null,"abstract":"Peradaban manusia berkembang begitu pesat, seiring cepatnya arus informasi yang tak memilki batas antar negara, kultur dan agama. Pesatnya perkembangan peradaban tersebut mengharuskan manusia memiliki kompetensi yang memadai agar dapat melaju mengimbangi tuntutan tersebut. Kompetensi yang diperlukan perlu ditingkatkan standarnya, dari melek huruf menjadi melek budaya, sikap menerima harus ditingkatkan menjadi manusia yang pandai bersyukur dengan menyiapkan sikap harmoni, dan ketrampilan menggunakan ilmu dan teknologi harus dapat ditingkatkan untuk menciptakan pengetahuan dan teknologi untuk mengimbangi pesatnya arus perkrmbangan yang penuh dengan tantangan. Meningkatnya kompetensi jika diperoleh secara alamiah tanpa ada rekayasa ilmiah tentu hanya akan berjalan secara masif. Dengan demikian untuk mencapai kemampuan yang tinggi tentu memerlukan rekayasa. Rekayasa tersebut harus direncanakan dengan matang, dengan mempertimbangkan tingkatan baik kemampuan maupun jenjang pendidikan agar tidak terjadi pengulangan yang hanya menguras anggaran dan mengabaikan peluang.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"34-43"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757895","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2016-03-18DOI: 10.36835/modeling.v3i1.74
Beti Indah Sari
Tujuan Penelitian ini, untuk mendeskripsikan inovasi model pendidikan politik dengan menggunakan komik sebagai upaya untuk meningkatkan kemelekan politik (political literacy) pada siswa kelas XI di SMA Negeri Mojoagung, Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Mojoagung pada tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel penelitian siswa kelas XI SMA Negeri Mojoagung yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan tes essay yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data uji normalitas data gain yang dinormalisasi (N-Gain). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan komik sebagai model pendidikan politik terhadap peningkatan melek politik siswa.
{"title":"Komik Sebagai Model Pendidikan Politik untuk Meningkatkan Kemelekan Politik (Political Literacy) Siswa","authors":"Beti Indah Sari","doi":"10.36835/modeling.v3i1.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/modeling.v3i1.74","url":null,"abstract":"Tujuan Penelitian ini, untuk mendeskripsikan inovasi model pendidikan politik dengan menggunakan komik sebagai upaya untuk meningkatkan kemelekan politik (political literacy) pada siswa kelas XI di SMA Negeri Mojoagung, Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri Mojoagung pada tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel penelitian siswa kelas XI SMA Negeri Mojoagung yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan tes essay yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data uji normalitas data gain yang dinormalisasi (N-Gain). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan komik sebagai model pendidikan politik terhadap peningkatan melek politik siswa.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"3 1","pages":"66-73"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69771346","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-11-21DOI: 10.36835/MODELING.V2I1.43
S. Dewi
Membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar akademis yang penting. Meskipun demikian, ternyata cukup banyak siswa sekolah dasar di Indonesia yang belum menguasainya. Kemampuan anak untuk mengenali kata saat membaca dipengaruhi oleh cara pengajaran atau metode mengajar yang digunakan oleh guru. Penelitian ini didasarkan pada pendapat bahwa ketika murid diajar dengan menggunakan teknik atau metode yang sesuai dengan gaya belajarnya, maka mereka akan belajar lebih mudah, cepat, dan dapat mempertahankan serta menerapkan konsep-konsep lebih mudah untuk pembelajaran selanjutnya. Subyek dalam penelitian ini adalah tiga orang murid kelas satu SD yang menunjukkan prestasi membaca kurang dibanding teman-teman sebayanya. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif yang menyajikan secara rinci perubahan subjek setelah mendapat intervensi. Intervensi menggunakan metode multisensori diberikan secara klasikal selama tujuh kali pertemuan dengan durasi 60 menit di setiap sesi. Hasil perlakuan diukur dengan dengan menggunakan ERSI (The Early Reading Screening Instrument) hasil adaptasi. Kemampuan membaca permulaan anak diukur dengan meminta anak membaca wacana yang diambil dari buku pelajaran kelas satu SD yang telah dinyatakan layak sebagai buku teks oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hasil deskripsi data menunjukkan, terdapat peningkatan kemampuan anak dalam mengenal kata secara akurat walaupun tidak signifikan. Meskipun tidak terlalu tinggi peningkatannya, namun hal ini dapat menjadi hasil yang positif.
{"title":"Pengaruh Metode Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Kelas Awal Sekolah Dasar","authors":"S. Dewi","doi":"10.36835/MODELING.V2I1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/MODELING.V2I1.43","url":null,"abstract":"Membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar akademis yang penting. Meskipun demikian, ternyata cukup banyak siswa sekolah dasar di Indonesia yang belum menguasainya. Kemampuan anak untuk mengenali kata saat membaca dipengaruhi oleh cara pengajaran atau metode mengajar yang digunakan oleh guru. Penelitian ini didasarkan pada pendapat bahwa ketika murid diajar dengan menggunakan teknik atau metode yang sesuai dengan gaya belajarnya, maka mereka akan belajar lebih mudah, cepat, dan dapat mempertahankan serta menerapkan konsep-konsep lebih mudah untuk pembelajaran selanjutnya. Subyek dalam penelitian ini adalah tiga orang murid kelas satu SD yang menunjukkan prestasi membaca kurang dibanding teman-teman sebayanya. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif yang menyajikan secara rinci perubahan subjek setelah mendapat intervensi. Intervensi menggunakan metode multisensori diberikan secara klasikal selama tujuh kali pertemuan dengan durasi 60 menit di setiap sesi. Hasil perlakuan diukur dengan dengan menggunakan ERSI (The Early Reading Screening Instrument) hasil adaptasi. Kemampuan membaca permulaan anak diukur dengan meminta anak membaca wacana yang diambil dari buku pelajaran kelas satu SD yang telah dinyatakan layak sebagai buku teks oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hasil deskripsi data menunjukkan, terdapat peningkatan kemampuan anak dalam mengenal kata secara akurat walaupun tidak signifikan. Meskipun tidak terlalu tinggi peningkatannya, namun hal ini dapat menjadi hasil yang positif.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"1-13"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-11-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69771615","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah dengan mengubah kegiatan belajar yang monoton yaitu dengan mengadakan program pembelajaran Moving Class (perpindahan kelas) dari kelas satu ke kelas yang lain yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar yang monoton akan menimbulkan tragedi learning shut down bagi siswa, karenanya Moving Class merupakan alternative pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Perpindahan kelas di sini bukan hanya diartikan sebagai perpindahan antara ruang kelas saja, tetapi dapat juga meliputi kegiatan belajar yang dilakukan dihalaman sekolah, diskusi di Masjid, atau mencari literatur di perpustakaan. Dari pengamatan sementara, pelaksanaan Moving Class masih belum banyak diterapkan oleh sekolah tetapi ada juga sekolah yang sudah menerapkan sistem ini. Untuk itu penulis akan menjelaskan tentang moving class sehingga para guru, pembaca dan pemerhati dibidang pendidikan mempunyai gambaran tentang moving class dan bagaimana menerapkannya.
{"title":"MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MOVING CLASS","authors":"Didik Supriyanto","doi":"10.2345/jm.v1i1.562","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/jm.v1i1.562","url":null,"abstract":"Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah dengan mengubah kegiatan belajar yang monoton yaitu dengan mengadakan program pembelajaran Moving Class (perpindahan kelas) dari kelas satu ke kelas yang lain yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar yang monoton akan menimbulkan tragedi learning shut down bagi siswa, karenanya Moving Class merupakan alternative pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Perpindahan kelas di sini bukan hanya diartikan sebagai perpindahan antara ruang kelas saja, tetapi dapat juga meliputi kegiatan belajar yang dilakukan dihalaman sekolah, diskusi di Masjid, atau mencari literatur di perpustakaan. Dari pengamatan sementara, pelaksanaan Moving Class masih belum banyak diterapkan oleh sekolah tetapi ada juga sekolah yang sudah menerapkan sistem ini. Untuk itu penulis akan menjelaskan tentang moving class sehingga para guru, pembaca dan pemerhati dibidang pendidikan mempunyai gambaran tentang moving class dan bagaimana menerapkannya.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"1 1","pages":"1-14"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-07-09DOI: 10.2345/MODELING.V2I2.2175
Endah Hendarwati
Anak usia dini adalah anak berusia 0 sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan dasar pertama untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan meliputi aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Oleh sebab itu dibutuhkan stimulasi atau rangsangan yang tepat sesuai tahap perkembangan anak. Dalam upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dengan menggunakan suatu permainan. Salah satu permainan yang aman dan berkualitas adalah permainan tradisional Engglek modifikasi. Permainan Engglek modifikasi ini dapat digunakan oleh guru RA sebagai media stimulasi dalam pengembangan aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara permainan Engglek modifikasi dan keterkaitan permainan tradisional Engglek modifikasi dengan pengembangan aspekkognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral untuk anak RA. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RA Darul Arqom Mojokertoyang berada di Surabaya dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang akan mengungkap permainan tradisional Engglek modifikasi dalam mengembangkan aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Penelitian ini dilakukan melalui tahap pendahuluan/ awal dengan observasi lapangan, tahap melakukan wawancara, pengisian kuisioner / angket tentang permainan tradisional, dan tahap menganalisis manfaat permainan tradisional Engglek modifikasi sebagai stimulan aspek perkembangan anak. Kesimpulan dari temuan hasil penelitian ini adalah anak-anak selalu termotivasi untuk bermain, melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaaRAan objek-objek yang dekat dengan anak. Jenis permainan tradisional Engglek modifikasi tersebut merupakan media stimulasi dalam mengembangkan aspek perkembangan anak, seperti kognitif, fisik, bahasa, sosial-emosional, nilai agama dan moral. Anak usia dini dapat mengenal nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam permainan Engglek modifikasi. Hal ini sesuai dengan semboyan pembelajaran pada anak usia dini “Belajar seraya Bermain” stimulasi aspek perkembangan anak berasal dari permainan khususnya permainan tradisional budaya leluhur.
{"title":"Permainan Engglek Modifikasi sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini","authors":"Endah Hendarwati","doi":"10.2345/MODELING.V2I2.2175","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/MODELING.V2I2.2175","url":null,"abstract":"Anak usia dini adalah anak berusia 0 sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan dasar pertama untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan meliputi aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Oleh sebab itu dibutuhkan stimulasi atau rangsangan yang tepat sesuai tahap perkembangan anak. Dalam upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dengan menggunakan suatu permainan. Salah satu permainan yang aman dan berkualitas adalah permainan tradisional Engglek modifikasi. Permainan Engglek modifikasi ini dapat digunakan oleh guru RA sebagai media stimulasi dalam pengembangan aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara permainan Engglek modifikasi dan keterkaitan permainan tradisional Engglek modifikasi dengan pengembangan aspekkognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral untuk anak RA. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RA Darul Arqom Mojokertoyang berada di Surabaya dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang akan mengungkap permainan tradisional Engglek modifikasi dalam mengembangkan aspek kognitif, fisik, bahasa, sosial emosional, nilai agama dan moral. Penelitian ini dilakukan melalui tahap pendahuluan/ awal dengan observasi lapangan, tahap melakukan wawancara, pengisian kuisioner / angket tentang permainan tradisional, dan tahap menganalisis manfaat permainan tradisional Engglek modifikasi sebagai stimulan aspek perkembangan anak. Kesimpulan dari temuan hasil penelitian ini adalah anak-anak selalu termotivasi untuk bermain, melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaaRAan objek-objek yang dekat dengan anak. Jenis permainan tradisional Engglek modifikasi tersebut merupakan media stimulasi dalam mengembangkan aspek perkembangan anak, seperti kognitif, fisik, bahasa, sosial-emosional, nilai agama dan moral. Anak usia dini dapat mengenal nilai-nilai budaya lokal yang terdapat dalam permainan Engglek modifikasi. Hal ini sesuai dengan semboyan pembelajaran pada anak usia dini “Belajar seraya Bermain” stimulasi aspek perkembangan anak berasal dari permainan khususnya permainan tradisional budaya leluhur.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"44-56"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757904","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-07-08DOI: 10.2345/MODELING.V2I2.2173.G1620
A. Riyadi
Kajian ini mengkaji gagasan model pembelajaran pendidikan Islam Emansipatoris. Model pembelajaran ini menekankan kepada Islam sebagai agama yang mampu menghadirkan dimensi kemanusiaan. Wacana yang dikembangkan terjadi pergeseran paradigma, yaitu pergeseran tema yang mengalihkan perhatian pada pemahaman mateir pembelajaran agama yang bersifat teologis ( teosentrisme ) menuju pembelajaran yang bersifat riil ( antroposentrisme ). Tema-tema yang diusung lebih menekankan tema-tema tentang Islam sebagai agama lewat penafsiran progresif terhadap problem-problem kemanusiaan kontemporer melalui penelusuran doktrin, sejarah dan kajian kontemporer untuk menemukan makna Islam yang mampu menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan sebagai upaya kontekstualisasi pemahaman agama.
{"title":"Model Pembelajaran Pendidikan Islam Emansipatoris","authors":"A. Riyadi","doi":"10.2345/MODELING.V2I2.2173.G1620","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/MODELING.V2I2.2173.G1620","url":null,"abstract":"Kajian ini mengkaji gagasan model pembelajaran pendidikan Islam Emansipatoris. Model pembelajaran ini menekankan kepada Islam sebagai agama yang mampu menghadirkan dimensi kemanusiaan. Wacana yang dikembangkan terjadi pergeseran paradigma, yaitu pergeseran tema yang mengalihkan perhatian pada pemahaman mateir pembelajaran agama yang bersifat teologis ( teosentrisme ) menuju pembelajaran yang bersifat riil ( antroposentrisme ). Tema-tema yang diusung lebih menekankan tema-tema tentang Islam sebagai agama lewat penafsiran progresif terhadap problem-problem kemanusiaan kontemporer melalui penelusuran doktrin, sejarah dan kajian kontemporer untuk menemukan makna Islam yang mampu menjawab persoalan-persoalan kemanusiaan sebagai upaya kontekstualisasi pemahaman agama.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"1 1","pages":"26-33"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-28DOI: 10.36835/modeling.v2i1.50
Muhsinin Muhsinin
Abstrak Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah selama ini telah berusaha mengembangkan banyak program pendidikan yang melibatkan berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat, program pendidikan tersebut guna menjangkau seluruh warga masyarakat dari yang atas sampai lapisan paling bawah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang amat mendasar, karena pada masa usia dini merupakan masa emas ( golden age ) dan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Anak pada usia 4 – 6 tahun atau usia Taman Kanak-kanak (pada jalur pendidikan formal sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini), merupakan masa peka bagi anak, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal (Kemendiknas, 2010). Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki anak untuk menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap dan nilai moral yang baik dalam berprilaku sebagai umat Tuhan, anak, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Usia di masa Pendidikan Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik dan tepat untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan nilai, moral, dan agama kepada anak. Walaupun peran orang tua sangatlah besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, peran pendidik Pendidikan Anak Usia Dini juga tidaklah kecil dalam meletakkan dasar moral dan agama bagi seorang anak (Hidayat, 2007:38).
{"title":"PENGARUH PENDIDIKAN KEAGAMAAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN NILAI AGAMA DAN MORAL ANAK","authors":"Muhsinin Muhsinin","doi":"10.36835/modeling.v2i1.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/modeling.v2i1.50","url":null,"abstract":"Abstrak Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah selama ini telah berusaha mengembangkan banyak program pendidikan yang melibatkan berbagai lembaga yang ada di dalam masyarakat, program pendidikan tersebut guna menjangkau seluruh warga masyarakat dari yang atas sampai lapisan paling bawah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang amat mendasar, karena pada masa usia dini merupakan masa emas ( golden age ) dan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Pengertian Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun. Anak pada usia 4 – 6 tahun atau usia Taman Kanak-kanak (pada jalur pendidikan formal sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini), merupakan masa peka bagi anak, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal (Kemendiknas, 2010). Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki anak untuk menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap dan nilai moral yang baik dalam berprilaku sebagai umat Tuhan, anak, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Usia di masa Pendidikan Anak Usia Dini adalah saat yang paling baik dan tepat untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan nilai, moral, dan agama kepada anak. Walaupun peran orang tua sangatlah besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, peran pendidik Pendidikan Anak Usia Dini juga tidaklah kecil dalam meletakkan dasar moral dan agama bagi seorang anak (Hidayat, 2007:38).","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"95-105"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"69771421","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Membahas tentang madrasah merupakan hal menarik di era kontemporer. Mengingat, madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang lebih dekat dan familiar dengan rakyat daripada sistem pendidikan formal lainnya. Dalam analisis para pakar pendidikan, madrasah juga lebih strategis dalam pencapaian PUS-EFA (Pendidikan untuk Semua-Education for All), karena madrasah lebih murah dalam hal pembiayaan dan lebih mudah dijangkau oleh rakyat kebanyakan (grass root). Hal ini yang menjadikan madrasah semakin menemukan signifikansinya dalam kompetisi global saat ini, sehingga madrasah dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam formal yang amat berkontribusi dalam pemberantasan buta huruf rakyat (Indonesia). Untuk tetap bisa eksis dalam percaturan global, maka madrasah perlu menerapkan berbagai strategi agar bisa tetap berdaya dan bermutu. Salah satu strategi di bidang manajemen (pengelolaan) yang bisa diterapkan madrasah untuk menuju ke arah lembaga (madrasah) yang bermutu adalah ”Manajemen Mutu Terpadu”. Dalam praksisnya, manajemen mutu terpadu berpijak pada pengelolaan berbagai sumber daya atau potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara total (terpadu) dan saling terkait -satu dengan yang lain- dalam memajukan dan mengembangkan madrasah agar menjadi lembaga pendidikan yang bermutu. Dalam penerapannya, manajemen mutu terpadu tidak selalu mengandalkan biaya yang besar, tetapi pemanfaatan secara optimal berbagai potensi yang dimiliki. Dalam kaitan ini, peran kepala sekolah/madrasah sangat diperlukan dalam mengarahkan pengelolaan berbagai potensi yang dimiliki lembaga (madrasah) dalam menuju keberdayaan dan kebermutuannya.
{"title":"MADRASAH BERMUTU BERBASIS MANAJEMEN MUTU TERPADU (MMT)","authors":"Didik Supriyanto","doi":"10.2345/JM.V2I1.743","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/JM.V2I1.743","url":null,"abstract":"Membahas tentang madrasah merupakan hal menarik di era kontemporer. Mengingat, madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang lebih dekat dan familiar dengan rakyat daripada sistem pendidikan formal lainnya. Dalam analisis para pakar pendidikan, madrasah juga lebih strategis dalam pencapaian PUS-EFA (Pendidikan untuk Semua-Education for All), karena madrasah lebih murah dalam hal pembiayaan dan lebih mudah dijangkau oleh rakyat kebanyakan (grass root). Hal ini yang menjadikan madrasah semakin menemukan signifikansinya dalam kompetisi global saat ini, sehingga madrasah dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam formal yang amat berkontribusi dalam pemberantasan buta huruf rakyat (Indonesia). Untuk tetap bisa eksis dalam percaturan global, maka madrasah perlu menerapkan berbagai strategi agar bisa tetap berdaya dan bermutu. Salah satu strategi di bidang manajemen (pengelolaan) yang bisa diterapkan madrasah untuk menuju ke arah lembaga (madrasah) yang bermutu adalah ”Manajemen Mutu Terpadu”. Dalam praksisnya, manajemen mutu terpadu berpijak pada pengelolaan berbagai sumber daya atau potensi yang dimiliki untuk dimanfaatkan secara total (terpadu) dan saling terkait -satu dengan yang lain- dalam memajukan dan mengembangkan madrasah agar menjadi lembaga pendidikan yang bermutu. Dalam penerapannya, manajemen mutu terpadu tidak selalu mengandalkan biaya yang besar, tetapi pemanfaatan secara optimal berbagai potensi yang dimiliki. Dalam kaitan ini, peran kepala sekolah/madrasah sangat diperlukan dalam mengarahkan pengelolaan berbagai potensi yang dimiliki lembaga (madrasah) dalam menuju keberdayaan dan kebermutuannya.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"70-84"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2015-03-21DOI: 10.2345/jm.v2i1.740.g505
Qumruin Nurul Laila
Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare, sebuah kota kecil di barat daya Alberta, Kanada, sekitar 50 mil sebelah timur Edmonton. Berasal dari keluarga keturunan Eropa Timur. Ayahnya dari Krakow Polandia dan ibunya dari Ukraina. Pada tahun 1952 Albert Bandura menikah dengan Virginia Varns dan dikaruniai dua orang anak, Mary dan Carol. Bandura belajar bersama Robert Sears, salah satu perintis teori belajar sosial lainnya dan mengambil gelar diplomanya dari University of British Columbia dan gelar kesarjanaan psikologinya dari University of Iowa. Karena reputasinya, pada tahun 1974 dia dipercaya menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika (APA). Sebagai ahli dibidang psikologi, dia percaya bahwa proses transfer keilmuan atau pendidikan, tak lepas dari norma-norma moral yang berlaku di masyarakat hingga nilai-nilai dari norma tersebut diejawantahkan dalam prilaku siswa sehari-hari. Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Albert Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Proses tahapan-tahapan dalam pembelajaran social kognitif meliputi: Tahap perhatian (attentional phase), Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), Tahap reproduksi (reproduction phase) dan tahap motivasi (motivation phase). Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya.
1925年12月4日,阿尔伯特·班杜拉出生于加拿大阿尔伯塔省西南部的一个小镇穆代尔,在埃德蒙顿以东大约50英里。来自一个东欧家庭。父亲来自波兰克拉科夫,母亲来自乌克兰。1952年,阿尔伯特·班杜拉嫁给了维吉尼亚·瓦伦斯,生了两个孩子,玛丽和卡罗尔。班杜拉与另一项社会研究理论的先驱罗伯特·西尔斯(Robert Sears)一起学习,他在不列颠哥伦比亚省大学(University of British Columbia)获得了外交学位,还获得了爱荷华大学(University of Iowa)的心理学学位。1974年,他被任命为美国心理学协会(APA)主席。作为一名心理学专家,他认为,科学或教育的转移过程与社会普遍存在的道德规范是一致的,直到这些规范的价值在学生的日常行为中得到重申。基于这一假设,阿尔伯特·班杜拉(Albert Bandura)的学习理论被称为认知社会,因为个人的认知过程在学习中起着作用,而学习的发生是因为社会环境的影响。社会认知学习的各个阶段过程包括:注意阶段、记忆储存阶段、生殖阶段和激励阶段。这种社会学习理论强调孩子们学习社会规范的过程。如果传递的信息是积极的,孩子们会很好地接受它,其他影响也会同样积极,那么孩子就会倾向于扩大良好的价值观。反之亦然。
{"title":"PEMIKIRAN PENDIDIKAN MORAL ALBERT BANDURA","authors":"Qumruin Nurul Laila","doi":"10.2345/jm.v2i1.740.g505","DOIUrl":"https://doi.org/10.2345/jm.v2i1.740.g505","url":null,"abstract":"Albert Bandura dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare, sebuah kota kecil di barat daya Alberta, Kanada, sekitar 50 mil sebelah timur Edmonton. Berasal dari keluarga keturunan Eropa Timur. Ayahnya dari Krakow Polandia dan ibunya dari Ukraina. Pada tahun 1952 Albert Bandura menikah dengan Virginia Varns dan dikaruniai dua orang anak, Mary dan Carol. Bandura belajar bersama Robert Sears, salah satu perintis teori belajar sosial lainnya dan mengambil gelar diplomanya dari University of British Columbia dan gelar kesarjanaan psikologinya dari University of Iowa. Karena reputasinya, pada tahun 1974 dia dipercaya menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika (APA). Sebagai ahli dibidang psikologi, dia percaya bahwa proses transfer keilmuan atau pendidikan, tak lepas dari norma-norma moral yang berlaku di masyarakat hingga nilai-nilai dari norma tersebut diejawantahkan dalam prilaku siswa sehari-hari. Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Albert Bandura disebut sosial kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial. Proses tahapan-tahapan dalam pembelajaran social kognitif meliputi: Tahap perhatian (attentional phase), Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), Tahap reproduksi (reproduction phase) dan tahap motivasi (motivation phase). Teori pembelajaran sosial ini menekankan kepada proses bagaimana anak-anak belajar norma-norma kemasyarakatan. Jika pesan yang disampaikan bersifat positif, anak-anak menerimanya dengan baik dan pengaruh lainnya adalah sama positifnya, maka anak itu akan cenderung untuk membesar dengan nilai-nilai yang baik. Begitu juga sebaliknya.","PeriodicalId":31032,"journal":{"name":"Modeling Jurnal Program Studi PGMI","volume":"2 1","pages":"21-36"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-03-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68757720","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}