Pub Date : 2021-12-02DOI: 10.22146/buletinpsikologi.55278
Rinanda Rizky Amalia Shaleha, Iis Kurniasih
Perselingkuhan telah menjadi salah satu faktor penyebab adanya keretakan dalam sebuah hubungan hingga tak sedikit yang berujung pada perceraian. Perselingkuhan merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki pasangan terhadap norma yang mengatur tingkat keintiman emosional atau fisik dengan orang-orang di luar hubungannya dengan pasangan. Perilaku ini bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk wanita, meskipun prevalensinya menunjukkan bahwa pria lebih banyak menjadi pelaku perselingkuhan. Beberapa penelitian yang ada meninjau topik ini baik dari aspek sosial maupun psikologis. Dampak negatifnya bervariasi terhadap kesehatan mental individu diantaranya seperti depresi, kecemasan, penurunan kepercayaan diri serta penurunan self-esteem. Penelitian terkini mencoba untuk mengaitkan antara perselingkuhan dengan aspek-aspek biologis agar mendapatkan gambaran keterkaitan antara genetika, hormonal, dan proses otak dalam memengaruhi predisposisi seseorang untuk melakukan perselingkuhan.
{"title":"Ketidaksetiaan : Eksplorasi Ilmiah tentang Perselingkuhan","authors":"Rinanda Rizky Amalia Shaleha, Iis Kurniasih","doi":"10.22146/buletinpsikologi.55278","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.55278","url":null,"abstract":"Perselingkuhan telah menjadi salah satu faktor penyebab adanya keretakan dalam sebuah hubungan hingga tak sedikit yang berujung pada perceraian. Perselingkuhan merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki pasangan terhadap norma yang mengatur tingkat keintiman emosional atau fisik dengan orang-orang di luar hubungannya dengan pasangan. Perilaku ini bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk wanita, meskipun prevalensinya menunjukkan bahwa pria lebih banyak menjadi pelaku perselingkuhan. Beberapa penelitian yang ada meninjau topik ini baik dari aspek sosial maupun psikologis. Dampak negatifnya bervariasi terhadap kesehatan mental individu diantaranya seperti depresi, kecemasan, penurunan kepercayaan diri serta penurunan self-esteem. Penelitian terkini mencoba untuk mengaitkan antara perselingkuhan dengan aspek-aspek biologis agar mendapatkan gambaran keterkaitan antara genetika, hormonal, dan proses otak dalam memengaruhi predisposisi seseorang untuk melakukan perselingkuhan.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47218808","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-02DOI: 10.22146/buletinpsikologi.57311
Indro Adinugroho
Political trust, conceptually understood as a trust in politics, refers to the positive expectation from the citizen that the government, as an institution leader, will deliver citizen’s best interest through policies and regulations. Political trust is considered as one of the indicators that mark legitimation of existing government in addition to the result from election. Trust in politics is a fundamental element that can connect government and citizens for which benefit policies acceptance and avoid political conflict. The dynamic interaction between government and citizens is the most valuable aspect in democracy, of which the government, as the highest administrator, carries aspiration from the public. For Indonesia, a democratic country with its uniqueness in culture, it is crucial to investigate factors that might contribute as the dimensions of political trust. Such comprehensive understanding can inform the betterment of the democratic practices in Indonesia towards a more robust democracy. In this review study, the author analyzed political trust from a psychological perspective and proposes four basic dimensions to understand political trust from Indonesian perspective. These are cultural dimension, gender dimension, subjective preference dimension, and performance dimension.
{"title":"Understanding the Psychological Perspective of Political Trust in Indonesia Context","authors":"Indro Adinugroho","doi":"10.22146/buletinpsikologi.57311","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.57311","url":null,"abstract":"Political trust, conceptually understood as a trust in politics, refers to the positive expectation from the citizen that the government, as an institution leader, will deliver citizen’s best interest through policies and regulations. Political trust is considered as one of the indicators that mark legitimation of existing government in addition to the result from election. Trust in politics is a fundamental element that can connect government and citizens for which benefit policies acceptance and avoid political conflict. The dynamic interaction between government and citizens is the most valuable aspect in democracy, of which the government, as the highest administrator, carries aspiration from the public. For Indonesia, a democratic country with its uniqueness in culture, it is crucial to investigate factors that might contribute as the dimensions of political trust. Such comprehensive understanding can inform the betterment of the democratic practices in Indonesia towards a more robust democracy. In this review study, the author analyzed political trust from a psychological perspective and proposes four basic dimensions to understand political trust from Indonesian perspective. These are cultural dimension, gender dimension, subjective preference dimension, and performance dimension.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46356208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-02DOI: 10.22146/buletinpsikologi.49008
Ivan Muhammad Agung
Amanah merupakan salah satu konsep penting dalam kepribadian Islam. Konsep amanah telah banyak diskusikan dalam perspektif Islam, Namun belum banyak penelitian amanah dalam perspektif psikologi. Artikel ini mencoba mereview dan mendiskusikan konsep amanah dalam perspektif psikologi, yang terdiri dari bagian, Pertama, apa itu amanah? Kedua, hubungan amanah, psikologi dan Islam. Ketiga pengukuran amanah. Keempat, pentingnya amanah bagi individu, masyarakat, dan organisasi. Terakhir, peluang dan tantangan penelitian amanah. Hasilnya menunjukkan bahwa konstrak amanah bersifat kompleks dan multidimensi, karena melibatkan hubungan interpersonal (horizontal), dan hubungan dengan Allah (vertikal). Oleh karena itu, perlu dieksplorasi dari perspektif psikologi melalui penelitian-penelitian empiris. Beberapa studi menunjukkan bahwa penelitian amanah memiliki beragam teori, sehingga berimplikasi pada perbedaan pengukuran amanah. Sementara itu, peluang dan tantangan dalam penelitian amanah akan diskusikan dalam artikel ini dalam konteks teoritis, metodologis, dan praktis.
{"title":"Psikologi Amanah: Konsep, Pengukuran, dan Tantangan","authors":"Ivan Muhammad Agung","doi":"10.22146/buletinpsikologi.49008","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.49008","url":null,"abstract":"Amanah merupakan salah satu konsep penting dalam kepribadian Islam. Konsep amanah telah banyak diskusikan dalam perspektif Islam, Namun belum banyak penelitian amanah dalam perspektif psikologi. Artikel ini mencoba mereview dan mendiskusikan konsep amanah dalam perspektif psikologi, yang terdiri dari bagian, Pertama, apa itu amanah? Kedua, hubungan amanah, psikologi dan Islam. Ketiga pengukuran amanah. Keempat, pentingnya amanah bagi individu, masyarakat, dan organisasi. Terakhir, peluang dan tantangan penelitian amanah. Hasilnya menunjukkan bahwa konstrak amanah bersifat kompleks dan multidimensi, karena melibatkan hubungan interpersonal (horizontal), dan hubungan dengan Allah (vertikal). Oleh karena itu, perlu dieksplorasi dari perspektif psikologi melalui penelitian-penelitian empiris. Beberapa studi menunjukkan bahwa penelitian amanah memiliki beragam teori, sehingga berimplikasi pada perbedaan pengukuran amanah. Sementara itu, peluang dan tantangan dalam penelitian amanah akan diskusikan dalam artikel ini dalam konteks teoritis, metodologis, dan praktis.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46356499","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.22146/buletinpsikologi.50581
Nurussakinah Daulay
Tujuan dari artikel ini adalah berupaya memahami perilaku maladaptive anak dan pengukurannya. Perilaku maladaptive anak merupakan perilaku anak yang tidak mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan sekelilingnya secara wajar, dan tidak mampu beradaptasi sesuai dengan tahapan perkembangan usianya. Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari perilaku maladaptive anak dapat menghambat tercapainya perkembangan anak secara optimal. Memahami perilaku maladaptive anak sangat penting untuk meminimalisasi dampak dan tingkat keparahan perilaku. Tulisan ini merupakan reviu literatur. Hasil reviu dalam tulisan ini merupakan bahan rujukan untuk menambah pemahaman terkait konsep perilaku maladaptive anak dan pengukurannya. Perilaku maladaptive anak terbagi dua, yaitu: 1) perilaku maladaptive internalizing, digambarkan seperti ketergantungan, sikap acuh tak acuh, kesulitan makan dan tidur, cemas, perasaan penolakan, perubahan suasana hati, rendahnya kontak mata, kurangnya interaksi sosial; 2) perilaku maladaptive externalizing, dikarakteristikkan seperti perilaku impulsif, tantrum, ketidakpatuhan, tidak peka terhadap orang lain, agresif, keras kepala. Pengukuran untuk menguji perilaku maladaptive anak yang umum digunakan dalam penelitian, diantaranya: 1) Maladaptive Behavior Index-Vineland Adaptive Behavior Scales (MBI-VABS, Sparrow, et al.); 2) Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ, Goodman); dan 3) Child Behavior Checklist (CBCL, Achenbach).
{"title":"Perilaku Maladaptive Anak dan Pengukurannya","authors":"Nurussakinah Daulay","doi":"10.22146/buletinpsikologi.50581","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.50581","url":null,"abstract":"Tujuan dari artikel ini adalah berupaya memahami perilaku maladaptive anak dan pengukurannya. Perilaku maladaptive anak merupakan perilaku anak yang tidak mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan sekelilingnya secara wajar, dan tidak mampu beradaptasi sesuai dengan tahapan perkembangan usianya. Permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari perilaku maladaptive anak dapat menghambat tercapainya perkembangan anak secara optimal. Memahami perilaku maladaptive anak sangat penting untuk meminimalisasi dampak dan tingkat keparahan perilaku. Tulisan ini merupakan reviu literatur. Hasil reviu dalam tulisan ini merupakan bahan rujukan untuk menambah pemahaman terkait konsep perilaku maladaptive anak dan pengukurannya. Perilaku maladaptive anak terbagi dua, yaitu: 1) perilaku maladaptive internalizing, digambarkan seperti ketergantungan, sikap acuh tak acuh, kesulitan makan dan tidur, cemas, perasaan penolakan, perubahan suasana hati, rendahnya kontak mata, kurangnya interaksi sosial; 2) perilaku maladaptive externalizing, dikarakteristikkan seperti perilaku impulsif, tantrum, ketidakpatuhan, tidak peka terhadap orang lain, agresif, keras kepala. Pengukuran untuk menguji perilaku maladaptive anak yang umum digunakan dalam penelitian, diantaranya: 1) Maladaptive Behavior Index-Vineland Adaptive Behavior Scales (MBI-VABS, Sparrow, et al.); 2) Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ, Goodman); dan 3) Child Behavior Checklist (CBCL, Achenbach).","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42408324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.22146/buletinpsikologi.54048
Nani Restati Siregar
Studi terdahulu melaporkan bahwa working memory (WM) memainkan peran penting dalam mengabaikan informasi tidak relevan sehingga hanya informasi relevan saja yang bekerja pada sistem working memory. Studi lainnya melaporkan bahwa inhibition control (IC) diperlukan untuk menghambat stimulus yang tidak relevan dan menghambat respons yang tidak dihendaki. WM dan IC adalah dua konstrak kognitif yang berbeda dan keduanya memberikan respons pada informasi tidak relevan. Namun, bagaimanakah dinamika kedua konstrak tersebut merespons informasi tidak relevan? Studi literatur kali ini bermaksud untuk menguraikan: (a) konsep mengenai working memory (WM) dan inhibitory control (IC); (b) mekanisme neural pada informasi yang tidak relevan; (c) mekanisme neural working memory dan inhibitory control pada informasi yang tidak relevan. Studi literatur ini menyimpulkan bahwa kapasitas working memory dan inhibitory control merupakan mekanisme kontrol kognitif terhadap informasi tidak relevan. Prefrontal cortex pada otak teraktivasi ketika working memory dan inhibitory control merespons informasi tidak relevan. Namun, working memory hanya menandai atau mengabaikan informasi tidak relevan sementara inhibitory control menghambat informasi tidak relevan. Inhibitory control memperkuat dan meningkatkan kinerja working memory ketika informasi tidak relevan tidak hanya cukup untuk diabaikan saja.
{"title":"Working Memory Vs Inhibitory Control: Peran terhadap Informasi Tidak Relevan sebuah Kajian Neuropsikologi","authors":"Nani Restati Siregar","doi":"10.22146/buletinpsikologi.54048","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.54048","url":null,"abstract":"Studi terdahulu melaporkan bahwa working memory (WM) memainkan peran penting dalam mengabaikan informasi tidak relevan sehingga hanya informasi relevan saja yang bekerja pada sistem working memory. Studi lainnya melaporkan bahwa inhibition control (IC) diperlukan untuk menghambat stimulus yang tidak relevan dan menghambat respons yang tidak dihendaki. WM dan IC adalah dua konstrak kognitif yang berbeda dan keduanya memberikan respons pada informasi tidak relevan. Namun, bagaimanakah dinamika kedua konstrak tersebut merespons informasi tidak relevan? Studi literatur kali ini bermaksud untuk menguraikan: (a) konsep mengenai working memory (WM) dan inhibitory control (IC); (b) mekanisme neural pada informasi yang tidak relevan; (c) mekanisme neural working memory dan inhibitory control pada informasi yang tidak relevan. Studi literatur ini menyimpulkan bahwa kapasitas working memory dan inhibitory control merupakan mekanisme kontrol kognitif terhadap informasi tidak relevan. Prefrontal cortex pada otak teraktivasi ketika working memory dan inhibitory control merespons informasi tidak relevan. Namun, working memory hanya menandai atau mengabaikan informasi tidak relevan sementara inhibitory control menghambat informasi tidak relevan. Inhibitory control memperkuat dan meningkatkan kinerja working memory ketika informasi tidak relevan tidak hanya cukup untuk diabaikan saja.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68300045","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.22146/buletinpsikologi.52328
Zulfikri Khakim, Sri Kusrohmaniah
Electroencephalography (EEG) merupakan metode untuk merekam aktivitas elektris otak pada permukaan kulit kepala. EEG merekam fluktuasi potensial elektris yang muncul sebagai akibat dari aktivitas sel-sel otak. Seiring dengan kemajuan penelitian dan semakin canggih alat ukur, EEG semakin banyak digunakan dalam penelitian mengenai fungsi kognitif. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pengantar teoretis mengenai alat EEG serta proses dalam analisis data untuk konteks penelitian dan eksperimen dalam kajian ilmu psikologi maupun ilmu sosial secara umum. Bagian awal mendeskripsikan mengenai dasar neural dan asumsi pengukuran dalam EEG, yang diikuti dengan penjelasan mengenai komponen-komponen alat EEG dan standar pemasangan. Bagian kedua menjelaskan mengenai pemrosesan sinyal yang memberikan contoh berbagai artefak yang merusak kualitas data EEG, serta beberapa metode dalam melakukan koreksi artefak yang umum digunakan. Ekstraksi fitur menjelaskan beberapa contoh metode dalam mengolah data EEG untuk kemudian fitur tersebut diasosiasikan dengan perilaku, proses mental atau aktivitas otak.
{"title":"Dasar - Dasar Electroencephalography (EEG) bagi Riset Psikologi","authors":"Zulfikri Khakim, Sri Kusrohmaniah","doi":"10.22146/buletinpsikologi.52328","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.52328","url":null,"abstract":"Electroencephalography (EEG) merupakan metode untuk merekam aktivitas elektris otak pada permukaan kulit kepala. EEG merekam fluktuasi potensial elektris yang muncul sebagai akibat dari aktivitas sel-sel otak. Seiring dengan kemajuan penelitian dan semakin canggih alat ukur, EEG semakin banyak digunakan dalam penelitian mengenai fungsi kognitif. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pengantar teoretis mengenai alat EEG serta proses dalam analisis data untuk konteks penelitian dan eksperimen dalam kajian ilmu psikologi maupun ilmu sosial secara umum. Bagian awal mendeskripsikan mengenai dasar neural dan asumsi pengukuran dalam EEG, yang diikuti dengan penjelasan mengenai komponen-komponen alat EEG dan standar pemasangan. Bagian kedua menjelaskan mengenai pemrosesan sinyal yang memberikan contoh berbagai artefak yang merusak kualitas data EEG, serta beberapa metode dalam melakukan koreksi artefak yang umum digunakan. Ekstraksi fitur menjelaskan beberapa contoh metode dalam mengolah data EEG untuk kemudian fitur tersebut diasosiasikan dengan perilaku, proses mental atau aktivitas otak.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43229227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-28DOI: 10.22146/buletinpsikologi.48004
N. Grasiaswaty
Penelitian mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) telah berkembang pesat di Barat dan merumuskan beberapa reviu literatur maupun meta-analisis yang pada akhirnya membentuk konstruk ini menjadi lebih ajek dan menentukan arah penelitian selanjutnya. Berbeda dengan penelitian OCB di Indonesia, meskipun juga populer, tetapi kajian literatur mengenainya masih belum ditemui. Kajian literatur kali ini dilakukan pada artikel yang meneliti OCB di Indonesia pada rentang sepuluh tahun terakhir (2009-2019). Didapatkan beberapa artikel dan hasil dari reviu yang menunjukkan jika penelitian OCB di Indonesia : (1) Konstruk yang digunakan terfokus pada beberapa konstruk arus utama dan pada responden kerah putih serta (2) metode penelitian sebagian besar masih menggunakan paper and pencil questionnaire dan (3) sumber data didapat dari satu sumber primer untuk dua atau lebih variabel sehingga rentan dengan common method variance. Reviu diakhiri dengan usulan untuk penelitian mengenai OCB di Indonesia ke depannya.
{"title":"Reviu Sistematik Penelitian Organizational Citizenship Behavior (OCB) di Indonesia","authors":"N. Grasiaswaty","doi":"10.22146/buletinpsikologi.48004","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.48004","url":null,"abstract":"Penelitian mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) telah berkembang pesat di Barat dan merumuskan beberapa reviu literatur maupun meta-analisis yang pada akhirnya membentuk konstruk ini menjadi lebih ajek dan menentukan arah penelitian selanjutnya. Berbeda dengan penelitian OCB di Indonesia, meskipun juga populer, tetapi kajian literatur mengenainya masih belum ditemui. Kajian literatur kali ini dilakukan pada artikel yang meneliti OCB di Indonesia pada rentang sepuluh tahun terakhir (2009-2019). Didapatkan beberapa artikel dan hasil dari reviu yang menunjukkan jika penelitian OCB di Indonesia : (1) Konstruk yang digunakan terfokus pada beberapa konstruk arus utama dan pada responden kerah putih serta (2) metode penelitian sebagian besar masih menggunakan paper and pencil questionnaire dan (3) sumber data didapat dari satu sumber primer untuk dua atau lebih variabel sehingga rentan dengan common method variance. Reviu diakhiri dengan usulan untuk penelitian mengenai OCB di Indonesia ke depannya.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43834445","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-22DOI: 10.22146/buletinpsikologi.60720
Edilburga Wulan Saptandari
Covid-19 pandemic has not only threatened public physical health but also mental health. The mental health effects of this pandemic can include anxiety of contamination and death as well as feelings of isolation. Counseling has been proved as an effective method of supporting the physical and psychosocial needs of the individual affected. Technological advancement makes it possible for psychologists and clients to carry out counseling sessions without the needs of physical presence in one place by utilizing various modes of telecommunication. This form of counseling is known as telecounseling. As a relatively new form of counseling in Indonesia, numerous aspects need to be considered in implementing telecounseling. This article aims to explore the considerations taken in conducting telecounseling sessions in Indonesia. Their opportunities and challenges which might not be present in an offline face-to face counseling will also be discussed. Psychologists need to develop both practical and technical competencies to be able to provide adequate telecounseling services. Suggestions for development are also given to other relevant parties such as psychological service institutions, professional associations, and education providers.
{"title":"Covid-19 and Mental Health: The Growing Need of Telecounseling in Indonesia","authors":"Edilburga Wulan Saptandari","doi":"10.22146/buletinpsikologi.60720","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.60720","url":null,"abstract":"Covid-19 pandemic has not only threatened public physical health but also mental health. The mental health effects of this pandemic can include anxiety of contamination and death as well as feelings of isolation. Counseling has been proved as an effective method of supporting the physical and psychosocial needs of the individual affected. Technological advancement makes it possible for psychologists and clients to carry out counseling sessions without the needs of physical presence in one place by utilizing various modes of telecommunication. This form of counseling is known as telecounseling. As a relatively new form of counseling in Indonesia, numerous aspects need to be considered in implementing telecounseling. This article aims to explore the considerations taken in conducting telecounseling sessions in Indonesia. Their opportunities and challenges which might not be present in an offline face-to face counseling will also be discussed. Psychologists need to develop both practical and technical competencies to be able to provide adequate telecounseling services. Suggestions for development are also given to other relevant parties such as psychological service institutions, professional associations, and education providers.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45345189","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-22DOI: 10.22146/buletinpsikologi.60210
Nurlaila Effendy, Lucia Trisni Widianingtanti
Pandemi Covid-19 menstimulus tatanan dunia baru dan percepatan revolusi Industri 4.0. Pandemi ini berdampak pada berbagai sektor. Kondisi ini membuat seseorang dapat mengalami gangguan atau beradaptasi dan melihat peluang pada tatanan dunia baru. Kemampuan berpikir reflektif, bahwa dirinya penting, memahami hidup, mampu menentukan tujuan yang lebih luas untuk hidup dalam meaning menjadi penting untuk menyikapi situasi krisis ini. Komponen tujuan (purpose), koherensi (coherence), dan signifikansi (significance) dalam meaning membantu individu untuk beradaptasi pada situasi krisis dan berkembang dengan perubahan. Proses perubahan yang sengaja secara aktif dikembangkan oleh individu dikenal sebagai Personal Growth Initiative (PGI). PGI diperlukan untuk mendukung meaninglebih baik. Orang yang secara teratur memanfaatkan keahlian PGI untuk terlibat dalam proses perubahan pribadi yang positif dapat merasakan makna yang lebih besar dalam hidup dan mengalami lebih banyak kepuasan dalam hidup. Program-program aplikatif untuk meningkatkan meaning akan membantu individu berkembang pada perubahan tatanan dunia baru.
{"title":"Peran Meaning dan Personal Growth Initiative (PGI) pada Pandemi Covid-19 (Tatanan Dunia Baru)","authors":"Nurlaila Effendy, Lucia Trisni Widianingtanti","doi":"10.22146/buletinpsikologi.60210","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.60210","url":null,"abstract":"Pandemi Covid-19 menstimulus tatanan dunia baru dan percepatan revolusi Industri 4.0. Pandemi ini berdampak pada berbagai sektor. Kondisi ini membuat seseorang dapat mengalami gangguan atau beradaptasi dan melihat peluang pada tatanan dunia baru. Kemampuan berpikir reflektif, bahwa dirinya penting, memahami hidup, mampu menentukan tujuan yang lebih luas untuk hidup dalam meaning menjadi penting untuk menyikapi situasi krisis ini. Komponen tujuan (purpose), koherensi (coherence), dan signifikansi (significance) dalam meaning membantu individu untuk beradaptasi pada situasi krisis dan berkembang dengan perubahan. Proses perubahan yang sengaja secara aktif dikembangkan oleh individu dikenal sebagai Personal Growth Initiative (PGI). PGI diperlukan untuk mendukung meaninglebih baik. Orang yang secara teratur memanfaatkan keahlian PGI untuk terlibat dalam proses perubahan pribadi yang positif dapat merasakan makna yang lebih besar dalam hidup dan mengalami lebih banyak kepuasan dalam hidup. Program-program aplikatif untuk meningkatkan meaning akan membantu individu berkembang pada perubahan tatanan dunia baru.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42206742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-22DOI: 10.22146/buletinpsikologi.43401
T. Ingarianti, Fajrianthi Fajrianthi, Achmad Chusairi
Kesuksesan karier subjektif dipandang sebagai bidang utama yang diminati dan eksplorasi, baik di bidang akademik maupun praktik. Konteks karier modern lebih menekankan pada mobilitas dan ketidakpastian. Oleh karena itu, karyawan tidak lagi hanya mengandalkan organisasi untuk mencapai kesuksesan kariernya. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan menciptakan pilihan-pilihan karier mereka sendiri. Memahami kesuksesan karier subjektif adalah tugas penting bagi individu dan organisasi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melakukan telaah literatur yang relevan mengenai kesuksesan karier subjektif dan mengembangkan kerangka teoretis tentang konsep dan definisi kesuksesan karier subjektif, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesuksesan karier subjektif, dampak dari kesuksesan karier subjektif dan peran identitas karier terhadap kesuksesan karier subjektif.
{"title":"Kesuksesan Karier Subjektif sebagai Identitas Karier Karyawan","authors":"T. Ingarianti, Fajrianthi Fajrianthi, Achmad Chusairi","doi":"10.22146/buletinpsikologi.43401","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.43401","url":null,"abstract":"Kesuksesan karier subjektif dipandang sebagai bidang utama yang diminati dan eksplorasi, baik di bidang akademik maupun praktik. Konteks karier modern lebih menekankan pada mobilitas dan ketidakpastian. Oleh karena itu, karyawan tidak lagi hanya mengandalkan organisasi untuk mencapai kesuksesan kariernya. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan menciptakan pilihan-pilihan karier mereka sendiri. Memahami kesuksesan karier subjektif adalah tugas penting bagi individu dan organisasi. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melakukan telaah literatur yang relevan mengenai kesuksesan karier subjektif dan mengembangkan kerangka teoretis tentang konsep dan definisi kesuksesan karier subjektif, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesuksesan karier subjektif, dampak dari kesuksesan karier subjektif dan peran identitas karier terhadap kesuksesan karier subjektif.","PeriodicalId":31265,"journal":{"name":"Buletin Psikologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45137486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}