Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.9723
Aisyatur Rosyidah, Nur Kholis, Jannatul Husna
Periodisasi hadits menjadi bahasan penting dalam diskusi keilmuan Islam. Sebagai sumber kedua dalam Islam, secara otomatis hadits juga menerima kritik yang dilontarkan oleh para sarjana barat yang mendiskreditkan sumber ajaran Islam. Penelitian ini mengambil pemikiran Mustafa al-Azami, yaitu cendekiawan yang berupaya untuk mendudukkan kembali periodisasi hadits dari masa pencatatan hingga kodifikasi. Adapun metode pewartaan dalam periodisasi tersebut berimplikasi kepada landasan transmmisi keilmuan saat ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, Hasil penelitian menunjukkan bahwa periodisasi hadits dari masa pencatatan hingga kodifikasi menimbulkan jejak metode dalam proses validitas atau kritik terhadap sanad dan matan hadits. Hal ini berimplikasi dalam penerapan terhadap transmisi keilmuan masa kontemporer, sebagaimana yang telah dipraktikkan jauh pada masa para sahabat. Metode para sahabat menandakan bahwa kegiatan literasi telah dilakukan pada masa Nabi SAW. Bahkan metode tersebut telah direfleksikan dengan kegiatan transmisi keilmuan masa kini. Hal ini menegaskan bahwa Islam dalam transmisi keilmuan hanya membawa kebenaran sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.[The Role of Friends in The Periodization of Hadith and Their Implications on The Transmission of Islamic Education Science. Periodization of hadits to be an important discussion in the discussion of Islamic scholarship. As a second source in Islam, hadits automatically also received criticsm by scholars of the western that discredit the source of the teaching of Islam. This study based the thingking of Mustafa al-Azami. He is a scholars who focus to but back the periodization of the hadits of the recording to the codification. As for the method of preaching in the periodization of the implications to the transmission of science at this time. This research is qualitative research which is descriptive-analytical. Result of the study is that the periodization of the hadits of the recording to the codification cause the trace method in the process of the validity or criticsm of sanad and matan of hadits. This has implications in the application to the transmission of scientific contemporary period, as has been practised of the companions. The method of the companions indicates that the literacy activities have been done since at the time of prophet Muhammad SAW. Even the method that has been reflected by the activities of transmission of knowledge of the present. This confirm that Islam in the transmission of scientific just bring the truth as guidance for all human.]
{"title":"PERAN SAHABAT DALAM PERIODISASI HADIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TRANSMISI KEILMUAN PENDIDIKAN ISLAM","authors":"Aisyatur Rosyidah, Nur Kholis, Jannatul Husna","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.9723","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.9723","url":null,"abstract":"Periodisasi hadits menjadi bahasan penting dalam diskusi keilmuan Islam. Sebagai sumber kedua dalam Islam, secara otomatis hadits juga menerima kritik yang dilontarkan oleh para sarjana barat yang mendiskreditkan sumber ajaran Islam. Penelitian ini mengambil pemikiran Mustafa al-Azami, yaitu cendekiawan yang berupaya untuk mendudukkan kembali periodisasi hadits dari masa pencatatan hingga kodifikasi. Adapun metode pewartaan dalam periodisasi tersebut berimplikasi kepada landasan transmmisi keilmuan saat ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis, Hasil penelitian menunjukkan bahwa periodisasi hadits dari masa pencatatan hingga kodifikasi menimbulkan jejak metode dalam proses validitas atau kritik terhadap sanad dan matan hadits. Hal ini berimplikasi dalam penerapan terhadap transmisi keilmuan masa kontemporer, sebagaimana yang telah dipraktikkan jauh pada masa para sahabat. Metode para sahabat menandakan bahwa kegiatan literasi telah dilakukan pada masa Nabi SAW. Bahkan metode tersebut telah direfleksikan dengan kegiatan transmisi keilmuan masa kini. Hal ini menegaskan bahwa Islam dalam transmisi keilmuan hanya membawa kebenaran sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.[The Role of Friends in The Periodization of Hadith and Their Implications on The Transmission of Islamic Education Science. Periodization of hadits to be an important discussion in the discussion of Islamic scholarship. As a second source in Islam, hadits automatically also received criticsm by scholars of the western that discredit the source of the teaching of Islam. This study based the thingking of Mustafa al-Azami. He is a scholars who focus to but back the periodization of the hadits of the recording to the codification. As for the method of preaching in the periodization of the implications to the transmission of science at this time. This research is qualitative research which is descriptive-analytical. Result of the study is that the periodization of the hadits of the recording to the codification cause the trace method in the process of the validity or criticsm of sanad and matan of hadits. This has implications in the application to the transmission of scientific contemporary period, as has been practised of the companions. The method of the companions indicates that the literacy activities have been done since at the time of prophet Muhammad SAW. Even the method that has been reflected by the activities of transmission of knowledge of the present. This confirm that Islam in the transmission of scientific just bring the truth as guidance for all human.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80698680","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.9671
'Aabidah Ummu 'Aziizah, Muqowim Muqowim
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sebuah praktik tradisi Semutan di Desa Kalibanger Temanggung melalui tiga kegelisahan akademik berupa: Pertama, Apa dan bagaimana prosesi tradisi Semutan di Kalibanger? Kedua, Apakah motivasi masyarakat mengadakan tradisi Semutan serta pengaruhnya dalam keberagamaan masyarakat desa Kalibanger? dan Ketiga, Bagaimana analisis Resepsi terhadap tradisi Semutan? Metode penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data digunakan teori Mind and Directing Practices Barbara Meltcalf dan teori resepsi Ahmad Rafiq. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, tradisi Semutan merupakan tradisi gotong royong warga Kalibanger untuk membongkar rumah warga sebelum dibangun suatu bangunan baru tanpa disertai ritual keagamaan khusus. Kedua, dua unsur yang memotivasi warga Kalibanger adalah (1) mind: hadis-hadis gotong royong (2) directing practices: cara hidup Rasulullah saw dan serta tradisi Sambatan sebelumnya di pulau Jawa. Ketiga, analisis resepsi terhadap tradisi Semutan di Kalibanger meliputi (1) eksegesis yang berasal dari para Cultural Broker dan buku HPT jilid 3 Muhammadiyah (2) estetis, tradisi Semutan digolongkan sebagai resepsi Estetis makro dikarenakan tidak selalu suatu agen Living Hadis menyadari kehadiran hadis sebagai motivasi utama sebuah tradisi (3) fungsional, warga menerapkan nilai-nilai akhlak gotong royong dari Mudin dengan melestarikan Semutan tanpa ritual khusus seperti kepercayaan pada nenek moyang ataupun hal mistis lain.[Reception Analysis of Semutan Tradition in Kalibanger Village, Temanggung, Central Java. This study aims to uncover a practice of the Semutan tradition in Kalibanger Temanggung Village through three academic anxiety, namely: First, what and how is the procession of the Semutan tradition in Kalibanger? Second, what is the motivation of the community to hold the Semutan tradition and its influence on the diversity of the Kalibanger village community? and Third, How is Reception's analysis of the Semutan tradition?. This research method uses observation, interviews and documentation. Data analysis used the Mind and Directing Practices theory of Barbara Meltcalf and Ahmad Rafiq's reception theory. The results of the study show that: First, the Semutan tradition is a tradition of mutual assistance for the residents of Kalibanger to dismantle the residents' houses before the construction of a new building without any special religious rituals. Second, the two elements that motivate the residents of Kalibanger are (1) mind: the traditions of mutual cooperation (2) directing practices: the way of life of the Prophet Muhammad and the previous Sambatan tradition on the island of Java. Third, the reception analysis of the Semutan tradition in Kalibanger includes (1) exegesis from Cultural Brokers and HPT volume 3 Muhammadiyah book (2) aesthetically, the Semutan tradition is classified as a macro aesthetic reception because not always an agent of Living Hadith
本研究旨在揭示卡利班格Temanggung村的传统习俗,通过三种学术焦虑:第一,卡利班格的传统是什么,是如何形成的?其次,社会的动机是否反映了古惑人心的传统,并对卡利班格村的多样性产生了影响?第三,我们如何分析刺痛的传统?本研究方法使用观察、采访和文档。使用的数据分析是心理和直接实践理论Barbara Meltcalf和Ahmad Rafiq接待理论。研究表明:首先,刺痛的传统是卡利班格人在建造新建筑之前,在没有特定宗教仪式的情况下拆除居民的房屋。第二,激励卡利班格居民的两个因素是(1)心灵:hadishadis gotong roung(2)指导实践:先知的生活方式和以前的爪哇传统。第三,对卡利班格文化传统的分析包括(1)来自文化经纪人的exc和HPT第二卷的Muhammadiyah(2)的古装传统,并将古迹归类为宏观审美的传统,因为并不总是活的圣训者认识到圣训的存在是传统(3)功能的主要动机,公民实践木丁的道德准则,在没有特殊仪式的情况下,如信仰祖先或其他神秘事物的情况下,保护刺痛。【利基村传统的古根海姆分析】这项研究通过三年级的困难学,namely:首先,Kalibanger传统的持续过程是什么?第二,社区的动机是什么?第三,如何分析传统的蚂蚁分析?这研究的方法是观察、审讯和证明。数据分析利用了心理,分析了芭芭拉·麦特卡夫和艾哈迈德·拉菲克的理论实践。研究表明:首先,古塔是一种相互支持的传统,在建立一个没有任何特殊宗教仪式的新建筑之前,人们对潜在居民的住宅进行了诽谤。第二,动机是(1)考虑的两种因素:先知穆罕默德和前先知在爪哇岛上的生活方式。第三讲话分析》,《Kalibanger Semutan传统includes(1)从文化Brokers exegesis和高压穆罕默德3》(2卷)aesthetically,《Semutan传统是机密美国宏aesthetic讲话,因为并不总是一个探员of Living Hadith)是美国Hadith先声》《知道》(motivation for a传统(3)functional玩,公民们通过保护没有特殊仪式的蚂蚁来实现mu互相合作的道德价值。
{"title":"ANALISIS RESEPSI TRADISI SEMUTAN DI DESA KALIBANGER TEMANGGUNG JAWA TENGAH","authors":"'Aabidah Ummu 'Aziizah, Muqowim Muqowim","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.9671","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.9671","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sebuah praktik tradisi Semutan di Desa Kalibanger Temanggung melalui tiga kegelisahan akademik berupa: Pertama, Apa dan bagaimana prosesi tradisi Semutan di Kalibanger? Kedua, Apakah motivasi masyarakat mengadakan tradisi Semutan serta pengaruhnya dalam keberagamaan masyarakat desa Kalibanger? dan Ketiga, Bagaimana analisis Resepsi terhadap tradisi Semutan? Metode penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data digunakan teori Mind and Directing Practices Barbara Meltcalf dan teori resepsi Ahmad Rafiq. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, tradisi Semutan merupakan tradisi gotong royong warga Kalibanger untuk membongkar rumah warga sebelum dibangun suatu bangunan baru tanpa disertai ritual keagamaan khusus. Kedua, dua unsur yang memotivasi warga Kalibanger adalah (1) mind: hadis-hadis gotong royong (2) directing practices: cara hidup Rasulullah saw dan serta tradisi Sambatan sebelumnya di pulau Jawa. Ketiga, analisis resepsi terhadap tradisi Semutan di Kalibanger meliputi (1) eksegesis yang berasal dari para Cultural Broker dan buku HPT jilid 3 Muhammadiyah (2) estetis, tradisi Semutan digolongkan sebagai resepsi Estetis makro dikarenakan tidak selalu suatu agen Living Hadis menyadari kehadiran hadis sebagai motivasi utama sebuah tradisi (3) fungsional, warga menerapkan nilai-nilai akhlak gotong royong dari Mudin dengan melestarikan Semutan tanpa ritual khusus seperti kepercayaan pada nenek moyang ataupun hal mistis lain.[Reception Analysis of Semutan Tradition in Kalibanger Village, Temanggung, Central Java. This study aims to uncover a practice of the Semutan tradition in Kalibanger Temanggung Village through three academic anxiety, namely: First, what and how is the procession of the Semutan tradition in Kalibanger? Second, what is the motivation of the community to hold the Semutan tradition and its influence on the diversity of the Kalibanger village community? and Third, How is Reception's analysis of the Semutan tradition?. This research method uses observation, interviews and documentation. Data analysis used the Mind and Directing Practices theory of Barbara Meltcalf and Ahmad Rafiq's reception theory. The results of the study show that: First, the Semutan tradition is a tradition of mutual assistance for the residents of Kalibanger to dismantle the residents' houses before the construction of a new building without any special religious rituals. Second, the two elements that motivate the residents of Kalibanger are (1) mind: the traditions of mutual cooperation (2) directing practices: the way of life of the Prophet Muhammad and the previous Sambatan tradition on the island of Java. Third, the reception analysis of the Semutan tradition in Kalibanger includes (1) exegesis from Cultural Brokers and HPT volume 3 Muhammadiyah book (2) aesthetically, the Semutan tradition is classified as a macro aesthetic reception because not always an agent of Living Hadith ","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74872057","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.10499
Lathifatul Izzah
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis penelusuran hadis dalam membuktikan keotentikan hadis-hadis prasangka riwayat Abu Hurairah yang di-takhrij al-Bukhari melalui pendekatan parsial dan simultan, dan menganalisis fiqhul hadits-nya. Pendekatan parsial yang dipakai dalam menguji keotentikan hadis prasangka dilakukan dengan cara menguji ke-tsiqah-an para periwayat, menguji persambungan sanad, dan menguji matan hadis. Sedang pendekatan simultan dilakukan dengan cara menelusuri, menganalisis, dan menyimpulkan peran hadis tawabi’ dan shawahid. Hadis prasangka riwayat Abu Hurairah yang di-takhrij al-Bukhari merupakan hadis yang berkualitas sahih lidhatih. Disamping itu, hadis ini juga adalah hadis masyhur berdasarkan penelitian tawabi’ dan syawahid-nya. Hadis ini juga memberikan pemahaman pada umat Islam agar menghindari prasangka buruk. Prasangka merupakan perkataan yang paling dusta. Prasangka buruk akan melahirkan ketidakpercayaan, apologetik, klaim kebenaran (truth claim), pelabelaan negatif, dan diskriminasi. Semua itu umumnya berujung pada konflik, tindak kekerasan, dan pertumpahan darah, bukan perdamaian, keharmonisan dan persaudaraan. Pemahaman ini diperoleh dengan cara analisis induktif.[Partial-Simultan Approach and Inductive Analysis: An Effective Method of Searching and Understanding Prejudicial Hadith. This paper aims to describe and analyze the tracing of the hadiths in proving the authenticity of Abu Hurairah's prejudiced hadiths that were taken by al Bukhari through partial and simultaneous approaches, and to analyze his fiqhul hadith. The partial approach used in testing the authenticity of prejudiced hadith is carried out by examining the authenticity of the narrators, examining the continuity of the sanad, and examining the obedience of the hadith. Meanwhile, the simultaneous approach is carried out by tracing, analyzing, and concluding the role of tawabi 'and shawahid hadiths. The prejudiced hadith narrated by Abu Hurairah which was takhrij al Bukhari are hadiths that has a quality sahih lidhatih. Besides that, this hadith is also a famous hadith based on the research of the tawabi 'and his syawahid. The hadith also gave an understanding to Muslims in order to avoid prejudice. Prejudice is the most lying word. Bad prejudice will give birth to distrust, apologetics, truth claims, negative labeling, and discrimination. All of this generally leads to conflict, violence and bloodshed, not peace, harmony and brotherhood. This understanding is obtained by means of inductive analysis.]
{"title":"PENDEKATAN PARSIAL-SIMULTAN DAN ANALISIS INDUKTIF: Metode Efektif Penelusuran dan Pemahaman Hadis Prasangka","authors":"Lathifatul Izzah","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.10499","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.10499","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis penelusuran hadis dalam membuktikan keotentikan hadis-hadis prasangka riwayat Abu Hurairah yang di-takhrij al-Bukhari melalui pendekatan parsial dan simultan, dan menganalisis fiqhul hadits-nya. Pendekatan parsial yang dipakai dalam menguji keotentikan hadis prasangka dilakukan dengan cara menguji ke-tsiqah-an para periwayat, menguji persambungan sanad, dan menguji matan hadis. Sedang pendekatan simultan dilakukan dengan cara menelusuri, menganalisis, dan menyimpulkan peran hadis tawabi’ dan shawahid. Hadis prasangka riwayat Abu Hurairah yang di-takhrij al-Bukhari merupakan hadis yang berkualitas sahih lidhatih. Disamping itu, hadis ini juga adalah hadis masyhur berdasarkan penelitian tawabi’ dan syawahid-nya. Hadis ini juga memberikan pemahaman pada umat Islam agar menghindari prasangka buruk. Prasangka merupakan perkataan yang paling dusta. Prasangka buruk akan melahirkan ketidakpercayaan, apologetik, klaim kebenaran (truth claim), pelabelaan negatif, dan diskriminasi. Semua itu umumnya berujung pada konflik, tindak kekerasan, dan pertumpahan darah, bukan perdamaian, keharmonisan dan persaudaraan. Pemahaman ini diperoleh dengan cara analisis induktif.[Partial-Simultan Approach and Inductive Analysis: An Effective Method of Searching and Understanding Prejudicial Hadith. This paper aims to describe and analyze the tracing of the hadiths in proving the authenticity of Abu Hurairah's prejudiced hadiths that were taken by al Bukhari through partial and simultaneous approaches, and to analyze his fiqhul hadith. The partial approach used in testing the authenticity of prejudiced hadith is carried out by examining the authenticity of the narrators, examining the continuity of the sanad, and examining the obedience of the hadith. Meanwhile, the simultaneous approach is carried out by tracing, analyzing, and concluding the role of tawabi 'and shawahid hadiths. The prejudiced hadith narrated by Abu Hurairah which was takhrij al Bukhari are hadiths that has a quality sahih lidhatih. Besides that, this hadith is also a famous hadith based on the research of the tawabi 'and his syawahid. The hadith also gave an understanding to Muslims in order to avoid prejudice. Prejudice is the most lying word. Bad prejudice will give birth to distrust, apologetics, truth claims, negative labeling, and discrimination. All of this generally leads to conflict, violence and bloodshed, not peace, harmony and brotherhood. This understanding is obtained by means of inductive analysis.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80183817","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.8520
Taufik Kurahman
Perceraian tentu tidak diharapkan oleh keluarga mana pun, kecuali jika memang keadaan telah mendesak. Bahkan, Nabi menjelaskan bahwa meskipun perceraian adalah perkara yang diperbolehkan, namun ia merupakan masalah yang paling dibenci Tuhan. Dua persoalan yang selalu dibahas adalah tentang hak mengajukan perceraian dan konsep talak tiga, yang hingga kini dirasa lebih menguntungkan pihak suami. Artikel ini bertujuan mengkaji kembali beragam hal pokok dalam masalah perceraian yang berkaitan dengan tatanan masyarakat modern. Beberapa masalah yang dimaksud adalah hak menginisiasi perceraian, maksud talak tiga, dan rujuk. Hermeneutika Nashr Hamid Abu Zayd digunakan sebagai pisau bedahnya. Penggunaan hermeneutika Abu Zayd dalam masalah perceraian dianggap sesuai karena hermeneutikanya dikembangkan untuk menjawab kesenjangan-kesenjangan sosial dan HAM, khususnya hal-hal yang berkaitan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang dicontohkannya dalam masalah poligami dan hak waris. Dengan menggunakan teori lima konteks hermeneutika Abu Zayd, yaitu konteks sosio-kultural, konteks eksternal, konteks internal, konteks bahasa, dan konteks takwil, penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa Islam tidak menghendaki perceraian. Bahkan, dalam bahasa yang lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa perceraian dilarang dalam agama Islam. Nas-nas Islami menunjukkan bagaimana perceraian menjadi pilihan terakhir bagi hubungan suami-istri.[Nashr Hamid Abu Zayd’s Hermeneutics: Analysis Hadiths of Divorce. It is not expected by any family, unless the circumstances have been urgent. The Prophet explained that although divorce is a permissible issue, it is a decision that God hates the most. Two issue that are always discussed by scholar in this issue are the right to file for divorce and the concept of “talak tiga” (the third divorcing), which is considered favor husbands over wifes. The article was written to reexamine various main divorce issues in modern views. Some of the probles are the right to file for divorce, the purpose of talak tiga, and the reconciliation. For these purposes, the author uses Nashr Hamid Abu Zayd’s hermeneutics as a approach. The use of Abu Zayd’s hermeneutics is divorce issues is approriate, because his hermeneutics were developed to address the social and human right gaps, especially issues relating to men and women, as he exemplified in the problem of polygamy and inhertance rights. By using Abu Zayd’s theory of five hermeneutical contexts, namely the socio-cultural context, external context, internal context, language context, and takwil context, the research resulted in the conclusion that Islam does not want the divorce happen. Even, it can be said that divorce is prohibitted in Islam. Islamic texts show how divorce is the last option for a marriage relationship.]
除非情况紧急,否则任何家庭都不希望离婚。事实上,先知解释说,虽然离婚是允许的,但她是上帝最讨厌的问题。经常讨论的两个问题是离婚诉讼的权利和三种塔拉克的概念,目前这种观点对丈夫更有利。本文旨在回顾与现代社会相关的离婚问题的许多主题。其中一些问题是启动离婚的权利,三,和解。解释学纳什·哈米德·阿布·扎伊德被用作他的手术刀。Abu Zayd在离婚问题上的应用被认为是恰当的,因为它的推理是为了解决社会和人权的不平等,尤其是在一夫多妻制和继承权方面的问题。通过使用社会文化、外部背景、内部、语言背景和takwil的五种解释性理论,研究得出结论,伊斯兰教不想离婚。事实上,用更极端的语言来说,离婚在伊斯兰教中是被禁止的。伊斯兰国家研究所指出,离婚是夫妻关系的最后手段。[纳什·哈米德·阿布·扎伊德的解释性分析。除非情况危急,否则任何家庭都不会预料到这一点。先知解释说,虽然贫穷是一个允许的问题,但这是上帝最痛恨的决定。这两个问题在这个问题上总是被学者回避,对于拒绝和拒绝“三次拒绝”的概念是正确的,这被认为是wifes上的好丈夫。这篇文章被写得在现代的观点中反复出现各种各样的问题。有些问题是可以提出的,三种方法的目的和和解。对于这些目的,author Nashr Hamid Abu Zayd的解释性是可以接受的。阿布扎伊德的遗产是遗产,因为他的遗产主要是针对社会和人权女性的问题,特别是他在多元和内在权利问题上的应用。通过使用阿布·扎伊德的五种hermend的理论,namely社会文化背景、外部文本、内部文本、语言认同和禁忌的研究,伊斯兰教不希望出现的结论导致的研究得以实现。事实上,可能会说,离婚在伊斯兰教中是有害的。伊斯兰短信展示了离婚是婚姻关系的最后选择。
{"title":"HERMENEUTIKA NASHR HAMID ABU ZAYD: Analisis Hadis-Hadis Perceraian","authors":"Taufik Kurahman","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.8520","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.8520","url":null,"abstract":"Perceraian tentu tidak diharapkan oleh keluarga mana pun, kecuali jika memang keadaan telah mendesak. Bahkan, Nabi menjelaskan bahwa meskipun perceraian adalah perkara yang diperbolehkan, namun ia merupakan masalah yang paling dibenci Tuhan. Dua persoalan yang selalu dibahas adalah tentang hak mengajukan perceraian dan konsep talak tiga, yang hingga kini dirasa lebih menguntungkan pihak suami. Artikel ini bertujuan mengkaji kembali beragam hal pokok dalam masalah perceraian yang berkaitan dengan tatanan masyarakat modern. Beberapa masalah yang dimaksud adalah hak menginisiasi perceraian, maksud talak tiga, dan rujuk. Hermeneutika Nashr Hamid Abu Zayd digunakan sebagai pisau bedahnya. Penggunaan hermeneutika Abu Zayd dalam masalah perceraian dianggap sesuai karena hermeneutikanya dikembangkan untuk menjawab kesenjangan-kesenjangan sosial dan HAM, khususnya hal-hal yang berkaitan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang dicontohkannya dalam masalah poligami dan hak waris. Dengan menggunakan teori lima konteks hermeneutika Abu Zayd, yaitu konteks sosio-kultural, konteks eksternal, konteks internal, konteks bahasa, dan konteks takwil, penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa Islam tidak menghendaki perceraian. Bahkan, dalam bahasa yang lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa perceraian dilarang dalam agama Islam. Nas-nas Islami menunjukkan bagaimana perceraian menjadi pilihan terakhir bagi hubungan suami-istri.[Nashr Hamid Abu Zayd’s Hermeneutics: Analysis Hadiths of Divorce. It is not expected by any family, unless the circumstances have been urgent. The Prophet explained that although divorce is a permissible issue, it is a decision that God hates the most. Two issue that are always discussed by scholar in this issue are the right to file for divorce and the concept of “talak tiga” (the third divorcing), which is considered favor husbands over wifes. The article was written to reexamine various main divorce issues in modern views. Some of the probles are the right to file for divorce, the purpose of talak tiga, and the reconciliation. For these purposes, the author uses Nashr Hamid Abu Zayd’s hermeneutics as a approach. The use of Abu Zayd’s hermeneutics is divorce issues is approriate, because his hermeneutics were developed to address the social and human right gaps, especially issues relating to men and women, as he exemplified in the problem of polygamy and inhertance rights. By using Abu Zayd’s theory of five hermeneutical contexts, namely the socio-cultural context, external context, internal context, language context, and takwil context, the research resulted in the conclusion that Islam does not want the divorce happen. Even, it can be said that divorce is prohibitted in Islam. Islamic texts show how divorce is the last option for a marriage relationship.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89258489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.10735
A. Kirin, Muhammad Masruri, Faisal Husen Ismail, Siti Marpuah
Kitab Ta’lim al-Muta’alim yang dikarang oleh shaykh al-Zarnuji merupakan kitab klasik yang berisikan adab atau etika belajar dan mengajar antara guru dengan murid. Kitab ini cukup terkenal di Nusantara khususnya Indonesia, karena ia banyak dipelejari bahkan dijadikan rujukan di pondok-pondok pesantren sama ada yang klasik mahupun moden hingga ke hari ini. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini dirujuk dari pelbagai kitab sumber hadis. Namun sumber rujukan bagi kitab Ta’lim al-Muta’allim belum diterokai secara sistematik. Justeru kajian ini menerokai serta menganalisis sumber rujukan yang terdapat dalam kitab tersebut. Metodologi kajian ini adalah kualitatif melalui kaedah kepustakaan dan reka bentuk analisis kandungan kitab Ta’lim al-Muta’allim. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 40 hadis dan 108 riwayat, didapati 23 kitab yang diguna pakai oleh Shaykh al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim mulai dari kitab-kitab yang berisikan hadis-hadis Sahih sampailah kitab yang mengandungi hadis Da’if dan Mawdu’. Oleh itu, analisis tematik ini amat penting dilakukan agar dapat dikenal pasti kitab sumber hadis yang digunakan oleh Shaykh al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim.[Analysis of Hadith References Used in The Book Ta'lim Al-Muta'allim by Shaykh al-Zarnuji. The book of Ta'lim al-Muta'allim written by shaykh al-Zarnuji is a classic book which contains manners or ethics of learning and teaching between the teachers and students. This book is well-known in the archipelago, especially in Indonesia since it has been studied a lot and has even been used as a reference in Islamic boarding schools as well as classical and modern ones nowadays. The hadiths contained in this book are referred from various sources of hadith. However, the source of reference for the book of Ta'lim al-Muta'allim has not been recorded systematically. In fact, this study explores and analyzes the reference sources contained in the book. The methodology of this study is qualitative through literary principles and design forms of analysis of the content of the book Ta'lim al-Muta'allim. Based on the analysis carried out on 40 hadiths and 108 narrations, it was found that 23 books used by Shaykh al-Zarnuji in his Ta'lim al-Muta'allim started from books containing Sahih hadiths until the book containing the hadiths of Da ' if and Mawdu '. Therefore, this thematic analysis is very important to ensure that the source book of the hadiths used by Shaykh al-Zarnuji can be identified in his work Ta'lim al-Muta'allim.]
{"title":"ANALISIS KITAB RUJUKAN HADIS YANG DIGUNAKAN DALAM KITAB TA’LIM AL-MUTA’ALLIM OLEH SHAYKH AL-ZARNUJI","authors":"A. Kirin, Muhammad Masruri, Faisal Husen Ismail, Siti Marpuah","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.10735","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.10735","url":null,"abstract":"Kitab Ta’lim al-Muta’alim yang dikarang oleh shaykh al-Zarnuji merupakan kitab klasik yang berisikan adab atau etika belajar dan mengajar antara guru dengan murid. Kitab ini cukup terkenal di Nusantara khususnya Indonesia, karena ia banyak dipelejari bahkan dijadikan rujukan di pondok-pondok pesantren sama ada yang klasik mahupun moden hingga ke hari ini. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ini dirujuk dari pelbagai kitab sumber hadis. Namun sumber rujukan bagi kitab Ta’lim al-Muta’allim belum diterokai secara sistematik. Justeru kajian ini menerokai serta menganalisis sumber rujukan yang terdapat dalam kitab tersebut. Metodologi kajian ini adalah kualitatif melalui kaedah kepustakaan dan reka bentuk analisis kandungan kitab Ta’lim al-Muta’allim. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 40 hadis dan 108 riwayat, didapati 23 kitab yang diguna pakai oleh Shaykh al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim mulai dari kitab-kitab yang berisikan hadis-hadis Sahih sampailah kitab yang mengandungi hadis Da’if dan Mawdu’. Oleh itu, analisis tematik ini amat penting dilakukan agar dapat dikenal pasti kitab sumber hadis yang digunakan oleh Shaykh al-Zarnuji dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim.[Analysis of Hadith References Used in The Book Ta'lim Al-Muta'allim by Shaykh al-Zarnuji. The book of Ta'lim al-Muta'allim written by shaykh al-Zarnuji is a classic book which contains manners or ethics of learning and teaching between the teachers and students. This book is well-known in the archipelago, especially in Indonesia since it has been studied a lot and has even been used as a reference in Islamic boarding schools as well as classical and modern ones nowadays. The hadiths contained in this book are referred from various sources of hadith. However, the source of reference for the book of Ta'lim al-Muta'allim has not been recorded systematically. In fact, this study explores and analyzes the reference sources contained in the book. The methodology of this study is qualitative through literary principles and design forms of analysis of the content of the book Ta'lim al-Muta'allim. Based on the analysis carried out on 40 hadiths and 108 narrations, it was found that 23 books used by Shaykh al-Zarnuji in his Ta'lim al-Muta'allim started from books containing Sahih hadiths until the book containing the hadiths of Da ' if and Mawdu '. Therefore, this thematic analysis is very important to ensure that the source book of the hadiths used by Shaykh al-Zarnuji can be identified in his work Ta'lim al-Muta'allim.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78136684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.10048
Abdurrahman Abdurrahman
Periodisasi perawi mulai dikaji sejak abad ke 2 H. untuk keperluan penelitian sanad Hadits dan kritik perawi. Buku-buku indeks periodik paling awal telah terbit di awal abad ke 3 H. Penentuan periodik saat itu masih sangat asumtif dan subjektif dari setiap penulis, belum ada kajian metodologis yang menjadi patokan umum. Embrio teoritis paling awal baru muncul sejak abad ke 7 H oleh Ibn Shalah, yang kemudian menjadi teori utuh pada abad ke 9 H oleh Ibn Hajar. Dalam penelitian ini, originalitas teori Ibn Hajar dalam Taqrib at-Tahdzib ini menjadi konsep klasik dalam periodisasi perawi. Kajian setelah abad itu belum menunjukkan pengembangan yang signifikan, hingga abad ke 15 H saat ini. sehingga pengembangan teori dari konsep klasik oleh Abu Ibrahim berupa tabulasi periodik kemudian menjadi konsep modern. Melalui studi komparasi dan korelasi, peneliti menemukan titik perbedaan dan superioritas kedua konsep tersebut. Konsep klasik adalah hasil analisis data historis, biografi, data pribadi dan data pertemuan perawi yang dirumuskan berdasarkan 6 indikator ke dalam bentuk Buku Indeks Periodik. Sementara konsep modern adalah hasil kalkulasi matematis dari 6 indikator ke dalam bentuk Tabulasi Periodik. Keunggulan konsep klasik adalah kekuatan data historis yang valid, sehingga indeks periodik menjadi prioritas data dalam penetuan periode perawi tertentu. Sementara keunggulan konsep modern terletak pada pendekatan matematis, yang memungkinkan tabulasi menjadi perangkat penentuan periode perawi yang tidak ditemukan data periodiknya sama sekali. [Periodization of Hadith Narrators: Comparative and Correlation Studies of the Classical and Modern Thabaqat al-Ruwat Concepts. The study of the Periodization of Rawi germinated in the 2nd century of Hijriyah, for research on Hadith sanad and Rawi criticism. The earliest periodic index books were published in the early 3rd century of Hijriyah. The earliest theoretical embryos appeared only in the 7th century of Hijriyah by Ibn Salah, which later became a complete theory in the 9th century of Hijriyah by Ibn Hajar. The originality of Ibn Hajar's theory in Taqrib at-Tahdzib became a classical concept in the periodization of Rawi. Studies after that century have not shown significant development, until the 15th century of Hijriyah. The development of the classical concept by Abu Ibrahim, in the form of periodic tabulations, is regarded as a modern concept. Through comparative and correlation studies, we have managed to find a point of difference and superiority between the two concepts. The classic concept is the result of analysis of historical data, biographies, Rawis’ data, and data of their encounters, which are formulated based on 6 indicators into the form of a Periodic Index Book. Meanwhile, the modern concept is the result of mathematical calculations from 6 indicators into the form of Periodic Tabulations. The advantage of the classical concept is the strength of valid historical data, so that the periodic inde
{"title":"PERIODISASI PERAWI HADIS: Studi Komparasi dan Korelasi Konsep Thabaqat al-Ruwat Masa Klasik dan Modern","authors":"Abdurrahman Abdurrahman","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.10048","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.10048","url":null,"abstract":"Periodisasi perawi mulai dikaji sejak abad ke 2 H. untuk keperluan penelitian sanad Hadits dan kritik perawi. Buku-buku indeks periodik paling awal telah terbit di awal abad ke 3 H. Penentuan periodik saat itu masih sangat asumtif dan subjektif dari setiap penulis, belum ada kajian metodologis yang menjadi patokan umum. Embrio teoritis paling awal baru muncul sejak abad ke 7 H oleh Ibn Shalah, yang kemudian menjadi teori utuh pada abad ke 9 H oleh Ibn Hajar. Dalam penelitian ini, originalitas teori Ibn Hajar dalam Taqrib at-Tahdzib ini menjadi konsep klasik dalam periodisasi perawi. Kajian setelah abad itu belum menunjukkan pengembangan yang signifikan, hingga abad ke 15 H saat ini. sehingga pengembangan teori dari konsep klasik oleh Abu Ibrahim berupa tabulasi periodik kemudian menjadi konsep modern. Melalui studi komparasi dan korelasi, peneliti menemukan titik perbedaan dan superioritas kedua konsep tersebut. Konsep klasik adalah hasil analisis data historis, biografi, data pribadi dan data pertemuan perawi yang dirumuskan berdasarkan 6 indikator ke dalam bentuk Buku Indeks Periodik. Sementara konsep modern adalah hasil kalkulasi matematis dari 6 indikator ke dalam bentuk Tabulasi Periodik. Keunggulan konsep klasik adalah kekuatan data historis yang valid, sehingga indeks periodik menjadi prioritas data dalam penetuan periode perawi tertentu. Sementara keunggulan konsep modern terletak pada pendekatan matematis, yang memungkinkan tabulasi menjadi perangkat penentuan periode perawi yang tidak ditemukan data periodiknya sama sekali. [Periodization of Hadith Narrators: Comparative and Correlation Studies of the Classical and Modern Thabaqat al-Ruwat Concepts. The study of the Periodization of Rawi germinated in the 2nd century of Hijriyah, for research on Hadith sanad and Rawi criticism. The earliest periodic index books were published in the early 3rd century of Hijriyah. The earliest theoretical embryos appeared only in the 7th century of Hijriyah by Ibn Salah, which later became a complete theory in the 9th century of Hijriyah by Ibn Hajar. The originality of Ibn Hajar's theory in Taqrib at-Tahdzib became a classical concept in the periodization of Rawi. Studies after that century have not shown significant development, until the 15th century of Hijriyah. The development of the classical concept by Abu Ibrahim, in the form of periodic tabulations, is regarded as a modern concept. Through comparative and correlation studies, we have managed to find a point of difference and superiority between the two concepts. The classic concept is the result of analysis of historical data, biographies, Rawis’ data, and data of their encounters, which are formulated based on 6 indicators into the form of a Periodic Index Book. Meanwhile, the modern concept is the result of mathematical calculations from 6 indicators into the form of Periodic Tabulations. The advantage of the classical concept is the strength of valid historical data, so that the periodic inde","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84915580","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-27DOI: 10.21043/riwayah.v6i1.6749
Inama Anusantari
Dalam sejarah dunia khususnya Islam telah banyak dihasilkan penelitian tentang orientalisme, bahkan dalam perkembangan pemikiran saat ini tema orientalisme semakin relevan untuk diangkat kembali. Karena pada zaman sekarang semakin berkembang dengan mengadopsi pandangan. Kerangka kerja dan kritik orientalis tentang Islam menjadi trend dikangan cendikiawan Muslim. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui perspektif tokoh-tokoh orientalis yaitu Ignaz Goldziher dan Joseph Franz Schacht dalam mengkaji hadits dan bantahan kaum Muslim atas pandangan tokoh orientalis. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Library Research yang bersifat kualitatif. Dengan teknik analisis data deduktif. Hasil dari tulisan ini adalah Ignaz Goldziher secara garis besar meragukan keorisinilan dan keontetitasan hadits. Sedangkan Joseph Franz Schacht menunjukkan sikap skeptis terhadap bentuk-bentuk kritik periwayatan hadits. Sehingga baik Goldziher maupun Shcacht sama-sama mengkaji hadits dengan landasan pemikiran mentah-mentah. Namun Pendapat dan teori-teori yang dikemukakan oleh Schacht disanggah dengan jenius oleh Mustafa Azami, dengan mematahkan satu-persatu teori yang dikemukakan oleh Schacht dalam mengkritik hadits.
在世界历史上,特别是伊斯兰教,已经产生了很多关于东方主义的研究,即使是在思想的发展中,东方主义的主题也越来越相关。因为在当今社会,采用一种观点比以往任何时候都要多。东方伊斯兰教的框架和批评成为穆斯林学者的趋势。这篇文章的目的是了解东方主义人物伊格纳兹·戈奇赫(Ignaz Goldziher)和约瑟夫·弗朗茨·沙赫特(Joseph Franz Schacht)对东方主义者观点的看法。这篇文章使用的方法是定性研究图书馆。通过演绎数据分析技术。这篇文章的结果是Ignaz Goldziher,本质上是怀疑的创意和圣训的准确性。然而,约瑟夫·弗朗茨·沙赫特(Joseph Franz Schacht)对《先见记》(hats)的批评形式表示怀疑。因此,Goldziher和Shcacht都以开放的心态来审视圣训。然而,沙克特提出的观点和理论与穆斯塔法•阿扎米(Mustafa Azami)的天才们争论,打破了沙克特批评哈迪斯的理论。
{"title":"PERSPEKTIF ORIENTALIS DALAM MENGKAJI HADITS DAN BANTAHAN KAUM MUSLIM: Perspektif Ignaz Goldziher, Joseph Franz Schacht dan Mustafa Azami","authors":"Inama Anusantari","doi":"10.21043/riwayah.v6i1.6749","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v6i1.6749","url":null,"abstract":"Dalam sejarah dunia khususnya Islam telah banyak dihasilkan penelitian tentang orientalisme, bahkan dalam perkembangan pemikiran saat ini tema orientalisme semakin relevan untuk diangkat kembali. Karena pada zaman sekarang semakin berkembang dengan mengadopsi pandangan. Kerangka kerja dan kritik orientalis tentang Islam menjadi trend dikangan cendikiawan Muslim. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui perspektif tokoh-tokoh orientalis yaitu Ignaz Goldziher dan Joseph Franz Schacht dalam mengkaji hadits dan bantahan kaum Muslim atas pandangan tokoh orientalis. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Library Research yang bersifat kualitatif. Dengan teknik analisis data deduktif. Hasil dari tulisan ini adalah Ignaz Goldziher secara garis besar meragukan keorisinilan dan keontetitasan hadits. Sedangkan Joseph Franz Schacht menunjukkan sikap skeptis terhadap bentuk-bentuk kritik periwayatan hadits. Sehingga baik Goldziher maupun Shcacht sama-sama mengkaji hadits dengan landasan pemikiran mentah-mentah. Namun Pendapat dan teori-teori yang dikemukakan oleh Schacht disanggah dengan jenius oleh Mustafa Azami, dengan mematahkan satu-persatu teori yang dikemukakan oleh Schacht dalam mengkritik hadits.","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85454520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-27DOI: 10.21043/riwayah.v6i1.6776
Fatihatus Sakinah
Syaikh Nawawi al-Bantani adalah seseorang ulama Jawa yang berkarya di luar negri. Namun tidak menyurutkan perhatiannya terhadap tanah air, hal ini diwujudkan dalam bentuk karya tulisnya Tanqih al-Qawl al-Hatsits fi Sharh Lubab al-Hadits, syarah dari kitab hadis yang digunakan pegangan amaliyyah masyarakat muslim Indonesia. Pensyarahan yang kental dengan nuansa sufistik mengkontekstualisasikan hadis dengan sosio-kultural mayarakat Jawa. Penelitian ini menghasilkan pemahaman tentang epistemologi syarah hadis kitab tersebut dengan melihat corak, referensi dan metode pensyarahannya, serta validitas pensyarahan yang dilakukan dalam syarah hadis tersebut. Sehingga terlihat bahwa syarah hadis Tanqih al-Qawl banyak bernuansa sufistik dengan mengambil rujukan dari ulama sufi. Syarah ini juga telah teruji validitasnya dengan beberapa uji yang telah diterapkan dalam pensyarahannya.
{"title":"EPISTEMOLOGI SYARAH HADIS NUSANTARA: Studi Syarah Hadith Tanqih al-Qawl al-Hatsits fi Syarh Lubab al-Hadits Karya Nawawi al-Bantani","authors":"Fatihatus Sakinah","doi":"10.21043/riwayah.v6i1.6776","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v6i1.6776","url":null,"abstract":"Syaikh Nawawi al-Bantani adalah seseorang ulama Jawa yang berkarya di luar negri. Namun tidak menyurutkan perhatiannya terhadap tanah air, hal ini diwujudkan dalam bentuk karya tulisnya Tanqih al-Qawl al-Hatsits fi Sharh Lubab al-Hadits, syarah dari kitab hadis yang digunakan pegangan amaliyyah masyarakat muslim Indonesia. Pensyarahan yang kental dengan nuansa sufistik mengkontekstualisasikan hadis dengan sosio-kultural mayarakat Jawa. Penelitian ini menghasilkan pemahaman tentang epistemologi syarah hadis kitab tersebut dengan melihat corak, referensi dan metode pensyarahannya, serta validitas pensyarahan yang dilakukan dalam syarah hadis tersebut. Sehingga terlihat bahwa syarah hadis Tanqih al-Qawl banyak bernuansa sufistik dengan mengambil rujukan dari ulama sufi. Syarah ini juga telah teruji validitasnya dengan beberapa uji yang telah diterapkan dalam pensyarahannya. ","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84143289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-27DOI: 10.21043/riwayah.v6i1.6615
In’amul Hasan, A. Rafif
Imam al-Ghazali sebagai pengarang kitab Ihya’ ‘Ulumuddin memiliki latar belakang hidup yang beragam. Ia pernah menjadi filsuf (ahlu al-ra’yi) yang kemudian beralih menjadi seorang sufi pada masa tuanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan karangan beliau yang menjadi masterpiece, yaitu kitab Ihya’ ‘Ulumuddin. Kitab ini menjadi populer di Nusantara dan dijadikan sebagai rujukan utama panduan hidup seorang muslim. Namun, dibalik kepopuleran kitab ini, banyak ulama hadis yang memberikan komentar yang kontroversial terhadap hadis yang dimuat dalam kitab ini. Walaupun komentar tersebut banyak berdatangan ke kitab ini, Kepopuleran kitab Ihya’ ‘Ulumuddin tidak lusuh di Nusantara, bahkan bisa bertahan hingga saat ini. Hal itu dapat terlihat pada saat Musabaqah Qira‘ah al-Kutub (MQK), kitab ini dijadikan kitab yang diperlombakan pada cabang akhlak tingkat ulya. Adapun tulisan ini membahas seluk-beluk serta alasan kitab ini tetap eksis dan dapat dipertahankan, terutama di Nusantara. Dengan pendekatan historis, atau lebih spesifiknya tentang sejarah masuknya Islam ke Nusantara yang diiringi dengan interpretasi sufi dan muhaddisin terhadap hadis-hadis yang ada dalam kitab ini, tulisan ini mengarah kepada sebab kepopuleran kitab ini di Nusantara. Di antara hasil penelitian ini adalah: (1) Masuknya Islam ke Nusantara dipelopori oleh ulama-ulama tasawuf, bukan ulama hadis, (2) kitab Ihya’ ‘Ulumuddin dipopulerkan oleh ulama-ulama taswauf yang berorientasi kepada syari’at (neo-sufisme), (3) komentar-komentar kontroversial yang berdatangan kepada kitab ini karena interpretasi ahli hadis (muhaddisin) yang terlalu ketat, serta (4) perbedaan interpretasi antara muhaddisin dan kaum sufi terhadap otentisitas hadis.
{"title":"POLARISASI SUFISTIK DAN HADIS PADA POPULARITAS IHYA’ ‘ULUMUDDIN DI NUSANTARA","authors":"In’amul Hasan, A. Rafif","doi":"10.21043/riwayah.v6i1.6615","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v6i1.6615","url":null,"abstract":"Imam al-Ghazali sebagai pengarang kitab Ihya’ ‘Ulumuddin memiliki latar belakang hidup yang beragam. Ia pernah menjadi filsuf (ahlu al-ra’yi) yang kemudian beralih menjadi seorang sufi pada masa tuanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan karangan beliau yang menjadi masterpiece, yaitu kitab Ihya’ ‘Ulumuddin. Kitab ini menjadi populer di Nusantara dan dijadikan sebagai rujukan utama panduan hidup seorang muslim. Namun, dibalik kepopuleran kitab ini, banyak ulama hadis yang memberikan komentar yang kontroversial terhadap hadis yang dimuat dalam kitab ini. Walaupun komentar tersebut banyak berdatangan ke kitab ini, Kepopuleran kitab Ihya’ ‘Ulumuddin tidak lusuh di Nusantara, bahkan bisa bertahan hingga saat ini. Hal itu dapat terlihat pada saat Musabaqah Qira‘ah al-Kutub (MQK), kitab ini dijadikan kitab yang diperlombakan pada cabang akhlak tingkat ulya. Adapun tulisan ini membahas seluk-beluk serta alasan kitab ini tetap eksis dan dapat dipertahankan, terutama di Nusantara. Dengan pendekatan historis, atau lebih spesifiknya tentang sejarah masuknya Islam ke Nusantara yang diiringi dengan interpretasi sufi dan muhaddisin terhadap hadis-hadis yang ada dalam kitab ini, tulisan ini mengarah kepada sebab kepopuleran kitab ini di Nusantara. Di antara hasil penelitian ini adalah: (1) Masuknya Islam ke Nusantara dipelopori oleh ulama-ulama tasawuf, bukan ulama hadis, (2) kitab Ihya’ ‘Ulumuddin dipopulerkan oleh ulama-ulama taswauf yang berorientasi kepada syari’at (neo-sufisme), (3) komentar-komentar kontroversial yang berdatangan kepada kitab ini karena interpretasi ahli hadis (muhaddisin) yang terlalu ketat, serta (4) perbedaan interpretasi antara muhaddisin dan kaum sufi terhadap otentisitas hadis.","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73321651","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-27DOI: 10.21043/riwayah.v6i1.6747
I. Fauzi
Software mausuah Islamweb merupakan software yang hadir ditengah-tengah lajunya teknologi. Sekarang ia sudah dapat dioperasikan pada perangkat sistem komputer atau mobile. Berangkat dari sinilah kajian software tersebut akan dibahas, guna untuk menguji sejauhmana peran software hadis tersebut dalam menghadapi era digitalisasi. Seberapa urgennya software hadis ini bila bersaing dengan software-software lain yang lebih populer, seperti software Jawami’ al Kalim, Lidwa Pustaka, Maktabah Syamilah. Apakah software ini mampu memberikan kontribusi terhadap kajian hadis dalam dunia pendidikan. Serta bagaimana efektivitas software hadis ini dioperasikan oleh mahasiswa hadis UIN Sunan Kali Jaga. Tulisan ini akan berusaha mengupas permasalahan-permasalahan tersebut dengan pendekatan deskriptif-analisis. Setelah penelusuran ternyata ditemukan data bahwa software hadis ini masih dioperasikan oleh sebagian kecil dari Mahasiswa hadis. Secara defacto pun software hadis ini masih minim digunakan dalam kajian-kajian hadis tertentu. Namun adanya penelitian ini semoga kedepannya menjadi suatu ajang introduksi kepada para pelajar sekaligus dapat dioperasikan secara maksimal oleh para pelajar yang berkecimpung dalam studi hadis.
伊斯兰网络软件是存在于技术时代的软件。现在可以在计算机系统或移动系统的设备上操作。将从这里开始讨论软件研究,以测试该系统在数字化时代中的作用。与其他更受欢迎的软件竞争时,比如Jawami ' al Kalim软件、Lidwa库和sya严峻软件,该软件具有多么紧迫的趋势。该软件是否能够对教育领域的圣训研究做出贡献。以及圣训软件是如何有效运行的。本文将尝试用解释性分析的方法来探讨这些问题。搜索结果发现,圣训软件仍然由一小部分圣训学生运行的数据。甚至这个圣训软件在某些圣训研究中也被低估了。然而,这项研究希望未来能成为学习者的一个自省,并能让那些参与圣训研究的人充分发挥作用。
{"title":"HADIS DARI KLASIK LITERAL KE PORTABLE DIGITAL: Telaah Aplikasi Smartphone Mausu’ah al-Hadis al-Syarif Islamweb","authors":"I. Fauzi","doi":"10.21043/riwayah.v6i1.6747","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v6i1.6747","url":null,"abstract":"Software mausuah Islamweb merupakan software yang hadir ditengah-tengah lajunya teknologi. Sekarang ia sudah dapat dioperasikan pada perangkat sistem komputer atau mobile. Berangkat dari sinilah kajian software tersebut akan dibahas, guna untuk menguji sejauhmana peran software hadis tersebut dalam menghadapi era digitalisasi. Seberapa urgennya software hadis ini bila bersaing dengan software-software lain yang lebih populer, seperti software Jawami’ al Kalim, Lidwa Pustaka, Maktabah Syamilah. Apakah software ini mampu memberikan kontribusi terhadap kajian hadis dalam dunia pendidikan. Serta bagaimana efektivitas software hadis ini dioperasikan oleh mahasiswa hadis UIN Sunan Kali Jaga. Tulisan ini akan berusaha mengupas permasalahan-permasalahan tersebut dengan pendekatan deskriptif-analisis. Setelah penelusuran ternyata ditemukan data bahwa software hadis ini masih dioperasikan oleh sebagian kecil dari Mahasiswa hadis. Secara defacto pun software hadis ini masih minim digunakan dalam kajian-kajian hadis tertentu. Namun adanya penelitian ini semoga kedepannya menjadi suatu ajang introduksi kepada para pelajar sekaligus dapat dioperasikan secara maksimal oleh para pelajar yang berkecimpung dalam studi hadis.","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84785784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}