Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.10525
Didin Baharuddin, M. R. F. Islamy
Intervensi pemerintah terhadap pasar dipandang suatu kebutuhan, tujuannya adalah dalam rangka melindungi konsumen dari unsur kerugian atau kemadharatan. Namun demikian, dalam literature hadis, sebagian narasi mengindikasikan adanya larangan intervensi pemimpin dalam mengatur mekanisme penetapan harga pasar. Ditinjau dengan menggunakan pendekatan kontekstual, perkembangan tradisi, kultur, budaya, serta lahirnya kompleksitas problematika baru justru mendorong pemerintah dan para sarjana muslim untuk mereinterpretasi pemahaman baru terkait hadis tas’ir sehingga berimplikasi dalam memberikan solusi alternatif terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang mapan dan produktif. Tujuan studi literature ini dalam rangka melacak hadis-hadis tas’ir serta bagaimana bangunan konstruksi pemahaman para ulama dalam menafsirkan makna hadis tas’ir tersebut. Koleksi hadis tas’ir dikumpulkan dari beragam kitab-kitab turats hadis, lalu dianalisis menggunakan metode deskriptif analitik. Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa tas’īr diperbolehkan oleh para ulama dengan beberapa dhowābith. Hal ini menunjukkan Kontekstualisasi pemahaman hadis sangat penting agar Islam tidak kaku terhadap perkembangan zaman. Islam menjadi responsif terhadap tantangan dan permasalahan yang muncul. Sehingga Islam menjadi shalihun li kulli makan wa zaman.
[The Relevance of The Tas'ir Hadith (Price Setting) to The Economic System in Indonesia. Government intervention in market policies is seen as a necessity, the aim is to protect consumers from elements of loss or harm. However, in the hadith literature, some narratives indicate that there is a prohibition on the intervention of the leader in regulating the market pricing mechanism. Judging by using a contextual approach, the development of traditions, culture, culture, and the birth of new problematic complexities actually encourage the government and Muslim scholars to reinterpret new understandings related to the tas'ir hadith so that it has implications for developing alternative solutions to established and productive economic policies. The purpose of this literature study is to trace the traditions of tas'ir and how to construct the understanding of the scholars in interpreting the meaning of the hadith of tas'ir. The collection of tas'ir hadiths was collected from various turats hadith books, then analyzed using descriptive analytic methods. The findings of this study show that tas'īr is allowed by scholars with several dhowābith. This shows the contextualization of the understanding of hadith is very important so that Islam is not rigid to the times. Islam becomes responsive to the challenges and problems that arise. So th
政府干预市场被认为是必要的,其目的是保护消费者免受损失或损害的因素。然而,在文学圣训中,一些叙述表明,领导人在监管市场价格机制方面的干预是不可接受的。利用地区性的方法、传统、文化的发展以及新问题的复杂性,促使政府和穆斯林学者对伊斯兰教的新理解进行解释,以便对现有和生产的经济政策提出替代方案。这种文学研究的目的是要追踪袋圣训,以及学者们如何解读袋圣训的含义。收集了各式的土拉茨圣典,然后采用分析性描述性分析方法进行分析。这项研究的发现表明,“īr包允许一些她怎么样ā是可见的神职人员。这表明了对圣训理解的有识之士,伊斯兰教对时代的发展是非常重要的。伊斯兰教对挑战和问题作出反应。于是伊斯兰教变成了shalihun li kulli eat wa zaman。经济系统的价格设置。市场监管机构的政府干预是出于必要,他们将保护受害者免受损失或伤害的元素的伤害。《华盛顿时报》的著作中,有一些narratives认为,领导者在监管市场的市场机制方面的干预是有道理的。用a contextual进近,Judging by traditions之发展》,《文化,文化与分娩of new 3 complexities实际上encourage reinterpret新understandings相关的政府和穆斯林学者包》'ir hadith那它后果for developing另类解决方案到建立社会和经济政策productive。这项文学研究的目的是要找出包的传统,以及如何构造学者对包的意义哈迪思收集各式各样的土拨鼠书,然后用描述分析方法分析资料。findings of this study秀那“īr是允许由学者和包好几个她怎么样ā可见。这表明,对圣训的理解是非常重要的,所以伊斯兰教并不容易接受。伊斯兰教对挑战和随之而来的问题负有责任。所以这变成了伊斯兰shā李lihun kulli makān wa赞姆ān]。
{"title":"RELEVANSI HADIS TAS’IR (PENETAPAN HARGA) TERHADAP SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA","authors":"Didin Baharuddin, M. R. F. Islamy","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.10525","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.10525","url":null,"abstract":"<p><span lang=\"IN\">Intervensi pemerintah </span><span>terhadap</span><span lang=\"IN\"> pasar dipandang suatu kebutuhan, tujuannya adalah dalam rangka melindungi konsumen dari unsur kerugian atau kemadharatan. Namun demikian, dalam literature hadis, sebagian narasi mengindikasikan adanya larangan intervensi pemimpin dalam mengatur mekanisme penetapan harga pasar. Ditinjau dengan menggunakan pendekatan kontekstual, perkembangan tradisi, kultur, budaya, serta lahirnya kompleksitas problematika baru justru mendorong pemerintah dan para sarjana muslim untuk mereinterpretasi pemahaman baru terkait hadis tas’ir sehingga berimplikasi dalam memberikan solusi alternatif terhadap kebijakan-kebijakan ekonomi yang mapan dan produktif. Tujuan studi literature ini dalam rangka melacak hadis-hadis tas’ir serta bagaimana bangunan konstruksi pemahaman para ulama dalam menafsirkan makna hadis tas’ir tersebut. Koleksi hadis tas’ir dikumpulkan dari beragam kitab-kitab turats hadis, lalu dianalisi</span><span>s</span><span lang=\"IN\"> menggunakan metode deskriptif analitik. Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa tas’īr diperbolehkan oleh para ulama dengan beberapa dhowābith. Hal ini menunjukkan Kontekstualisasi pemahaman hadis sangat penting agar Islam tidak kaku terhadap perkembangan zaman. Islam menjadi responsif terhadap tantangan dan permasalahan yang muncul. Sehingga Islam menjadi <em>shalihun li kulli makan wa zaman</em>.</span></p><div><span lang=\"IN\">[<strong><span lang=\"IN\">The Relevance </span><span>o</span><span lang=\"IN\">f The <em>Tas'ir</em> Hadith (Price Setting) </span><span>t</span><span lang=\"IN\">o The Economic System </span><span>i</span><span lang=\"IN\">n Indonesia</span></strong><span>. </span><span lang=\"IN\">Government intervention in market policies is seen as a necessity, the aim is to protect consumers from elements of loss or harm. However, in the hadith literature, some narratives indicate that there is a prohibition on the intervention of the leader in regulating the market pricing mechanism. Judging by using a contextual approach, the development of traditions, culture, culture, and the birth of new problematic complexities actually encourage the government and Muslim scholars to reinterpret new understandings related to the tas'ir hadith so that it has implications for developing alternative solutions to established and productive economic policies. The purpose of this literature study is to trace the traditions of tas'ir and how to construct the understanding of the scholars in interpreting the meaning of the hadith of tas'ir. The collection of tas'ir hadiths was collected from various turats hadith books, then analyzed using descriptive analytic methods. The findings of this study show that tas'īr is allowed by scholars with several dhowābith. This shows the contextualization of the understanding of hadith is very important so that Islam is not rigid to the times. Islam becomes responsive to the challenges and problems that arise. So th","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84905183","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.8526
Uswatun Chasanah, M. Amiruddin
Mahabbah merupakan pangkal semua tingkatan (maqam) spiritual dan segenap keadaan jiwa (ahwal). Selainnya adalah keinginan, kerinduan, rasa takut, dan rela. Salah satu fenomena sosial sehingga dilakukannya penelitian ini adalah tingkat bunuh diri yang semakin bertambah karena krisis spiritual dan kurangnya pemahaman terhadap cinta kepada Allah (mahabbah ilahiyah). Artikel ini menggunakan metode maudhu’i dengan menggunakan pendekatan multidisipliner, yakni pendekatan historis untuk mengetahui peristiwa dan kondisi Nabi saat menyampaikan hadis, pendekatan filosofis untuk menyingkap hakikat makna hadis-hadis yang terkait, serta pendekatan sufistik untuk menggali pandangan tasawuf mengenai mahabbah ilahiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai seseorang karena Allah, serti benci kepada kekufuran maka akan didapatkan manisnya iman. Tiga hal tersebut merupakan konsep mahabbah ilahiyah yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidup yang diikuti dengan dengan ketaqwaan. Mahabbah ilahiyah ada dalam ranah pribadi seseorang jika ia mencintai Allah dengan membersihkan hati dan perbuatannya. Sedangkan dalam ranah sosial, seseorang yang mencintai Allah akan berbuat baik kepada sesame yang dibuktikan dengan sikap sosialnya yang baik dalam berinteraksi.
[Actualization of The Sweet Hadith
马哈巴是所有精神层面和精神状态的根源。其余的都是渴望、渴望、恐惧和愿意。这项研究所涉及的社会现象之一是由于精神危机和对上帝的爱缺乏理解而不断增长的自杀率。这篇文章采用了一种多学科的方法,就是用历史上的方法来了解先知在圣训中所发生的事件和情况,用哲学的方法来揭示相关圣训的本质,以及用苏菲派的方法来探索他对神圣马哈巴的看法。这些研究表明,爱上帝和他的使徒,爱一个人是因为爱上帝,恨他的圣洁,才能得到信仰的甜蜜。这三件事是神圣的马哈巴的概念,它使上帝成为生活的目的,然后是执行它。如果一个人通过净化他的心灵和行为来爱上帝,他就属于他自己的领域。另一方面,在社会领域,一个热爱上帝的人会对一个在社会互动中表现出良好社交精神的分裂者行善。在神圣马哈巴的概念中,信仰的甜蜜礼物。马哈巴是所有精神层面的基础,也是整个灵魂层面。远离渴望、渴望、恐惧和野性。这项研究的社会现象之一是在精神危机和缺乏对上帝的爱的了解方面增加自杀率。这文章利用《maudhu 'i方法用a multidisciplinary进近,namely历史事件和条件》接近的地方去发现预言家当他交付hadith, a philosophical接近的地方to透露相关traditions meanings》之《自然》(nature), and a Sufistic接近的地方去探索Sufism ' s on the divine mahabbah对。这种对上帝和他的信使的爱的研究,以及对上帝的爱,以及对上帝的爱,将得到信仰的甜蜜。这三件事是神圣的荣耀,使上帝的生命目标被命运所遵循。神圣的马哈巴是在一个人的个人领域如果他爱上帝通过他的心和行动。在社会的国度里,一个爱安拉的人会善待他人,就像他善良的社会态度在相互作用中证明的那样。
{"title":"AKTUALISASI HADIS MANISNYA IMAN DALAM KONSEP MAHABBAH ILAHIYAH","authors":"Uswatun Chasanah, M. Amiruddin","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.8526","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.8526","url":null,"abstract":"<p class=\"MsoNormal\" style=\"text-align: justify;\"><span style=\"mso-bidi-font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;\" lang=\"IN\">Mahabbah merupakan pangkal semua tingkatan (<em>maqam</em>) spiritual dan segenap keadaan jiwa (<em>ahwal</em>). Selainnya adalah keinginan, kerinduan, rasa takut, dan rela. Salah satu fenomena sosial sehingga dilakukannya penelitian ini adalah tingkat bunuh diri yang semakin bertambah karena krisis spiritual dan kurangnya pemahaman terhadap cinta kepada Allah (<em>mahabbah ilahiyah</em>). Artikel ini menggunakan metode <em>maudhu’i </em>dengan menggunakan pendekatan multidisipliner, yakni pendekatan historis untuk mengetahui peristiwa dan kondisi Nabi saat menyampaikan hadis, pendekatan filosofis untuk menyingkap hakikat makna hadis-hadis yang terkait, serta pendekatan sufistik untuk menggali pandangan tasawuf mengenai mahabbah ilahiyah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai seseorang karena Allah, serti benci kepada kekufuran maka akan didapatkan manisnya iman. Tiga hal tersebut merupakan konsep <em>mahabbah ilahiyah</em> yang menjadikan Allah sebagai tujuan hidup yang diikuti dengan dengan ketaqwaan. <em>Mahabbah ilahiyah </em>ada dalam ranah pribadi seseorang jika ia mencintai Allah dengan membersihkan hati dan perbuatannya. Sedangkan dalam ranah sosial, seseorang yang mencintai Allah akan berbuat baik kepada sesame yang dibuktikan dengan sikap sosialnya yang baik dalam berinteraksi.</span></p><p class=\"MsoNormal\" style=\"text-align: justify;\"><span style=\"mso-bidi-font-size: 10.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN;\" lang=\"IN\">[</span><strong><span style=\"font-size: 11.0pt; line-height: 107%; font-family: 'Calibri',sans-serif; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA;\" lang=\"IN\">Actualization </span><span style=\"font-size: 11.0pt; line-height: 107%; font-family: 'Calibri',sans-serif; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA;\">o</span><span style=\"font-size: 11.0pt; line-height: 107%; font-family: 'Calibri',sans-serif; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA;\" lang=\"IN\">f The Sweet Hadith </span><span style=\"font-size: 11.0pt; line-height: 107%; font-family: 'Calibri',sans-serif; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-fareast-font-family: Calibri","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84084864","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.10172
Zaimatuz Zakiyah, Zainal Arifin
Interpretasi teks-teks keagamaan yang diyakini bias gender berimplikasi pada subordinasi dan marginalisasi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan. Oleh karena itu, reinterpretasi mutlak diperlukan untuk memulihkan kesenjangan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini bertujuan memaparkan konsep dasar pendekatan mubādalah dalam perspektif Faqihuddin Abdul Kodir dan mengimplemetasikan pendekatan mubādalah dalam menginterpretasikan hadis kepemimpinan perempuan. Metode yang digunakan adalah penelitian studi literatur menggunakan teknik deskriptif-analitik. Sumber utama dari studi ini adalah buku Qirā’ah Mubādalah, sedangkan sumber sekundernya adalah karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Faqihuddin Abdul Kodir adalah seorang mufassir feminis asal Indonesia, konsep mubādalah yang ia tawarkan melahirkan relasi ketersalingan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan, termasuk dalam diskursus kepemimpinan perempuan, baik dalam ibadah maupun sosial-politik. Meskipun mayoritas ulama melarang perempuan menjadi pemimpin dalam shalat, namun keyakinan tersebut tidak berlaku dalam ranah sosial-politik karena berdasarkan perspektif mubādalah, kepemimpinan tidak didasarkan pada jenis kelamin, melainkan dapat diemban bagi mereka yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memimpin, sehingga laki-laki dan perempuan dapat bekerjasama dalam menciptakan kemaslahatan di muka bumi.[Mubādala Approach in the Perspective of Faqihuddin Abdul Kodir on the Meaning of Women's Leadership Hadith. The interpretation of religious texts which is believed to be gender-biased has implications for the subordination and marginalization of women in various spheres of life. Therefore, reinterpretation is necessary to restore the existing gap between men and women. This study aims to explain the basic concepts of the mubādalah approach in Faqihuddin Abdul Kodir’s perspective and to implement the mubadalah approach in interpreting the hadiths of women's leadership. The method used is a literature study research using descriptive-analytic techniques. The main source of this study is the book Qirā’at Mubādala, while the secondary sources are scientific works related to studies. The results of this study indicate that Faqihuddin Abdul Kodir is a feminist exegete from Indonesia, the concept of mubadalah that he offers creates a fair relationship of alienation towards men and women, including in the discourse of women's leadership, both in worship and socio-politics. The majority of scholars prohibit women from becoming prayer leaders, but this belief does not apply in the socio-political realm because based on the perspective of mubādala, leadership is not based on gender, but can be carried out by those who have the capacity and ability to lead, so that they can work together in creating benefit on earth.]
对宗教文本的解释被认为是性别偏见,暗示女性在不同领域的从属地位和边缘化。因此,对于恢复男性和女性之间的差距是绝对必要的解说。这项研究旨在详细讲解mubā方法的基本概念是Faqihuddin阿卜杜勒Kodir视角和mengimplemetasikan mubā方法中是女性领导力解释圣训中。采用的方法是采用解释性分析技术进行的文献研究。这是一本研究的主要来源Qirā异教徒Mubā是作品的次要来源,则是与之相关的科学研究。这些研究结果表明,Faqihuddin阿卜杜勒Kodir是一位印尼mufassir女权主义者,mubā概念提供生出的是公平的ketersalingan对男人和女人的关系,包括妇女,无论是崇拜领导话语中sosial-politik。虽然多数神职人员祈祷,但信仰中禁止妇女成为领导者sosial-politik领域中并不适用,因为根据mubā视角是,领导不是基于性别的,而是可以为他们承担能力和领导能力,使男人和女人在地球上创造有利的合作。视角》[Mubā达拉进近Faqihuddin阿卜杜勒Kodir on Women ' s Leadership Hadith之意义。被认为是宗派主义的宗教文本的解释对不同生活环境的妇女的支持和边缘化产生了影响。因此,恢复男人和女人之间的存在差距是必要的。这个研究aims to basic concepts》解释《Faqihuddin阿卜杜勒Kodir mubā是进近的视角和to implement mubadalah进近》interpreting the hadiths of women ' s leadership。使用的方法是一项文学研究,使用的是解析分析技术。这个研究的源代码是玩《百科Qirā' at Mubā达拉”,而这器是科学有效的相关的研究。这项调查的结果显示,这位来自印尼的Faqihuddin Abdul Kodir是一名女性主义者,他提出了一项具有代表性的男女关系、社会和政治关系的理想。学者prohibit women提问》从祈祷的领袖,但这belief确实不是写作》和《socio-political挑选,因为视角》改编自mubā,leadership是改编自音符中性别,但能被那些有carried out The capacity和不在乎的线索,那他们可以一起工作在地球上创建权益。]
{"title":"PENDEKATAN MUBĀDALAH PERSPEKTIF FAQIHUDDIN ABDUL KODIR DALAM PEMAKNAAN HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN","authors":"Zaimatuz Zakiyah, Zainal Arifin","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.10172","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.10172","url":null,"abstract":"Interpretasi teks-teks keagamaan yang diyakini bias gender berimplikasi pada subordinasi dan marginalisasi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan. Oleh karena itu, reinterpretasi mutlak diperlukan untuk memulihkan kesenjangan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini bertujuan memaparkan konsep dasar pendekatan mubādalah dalam perspektif Faqihuddin Abdul Kodir dan mengimplemetasikan pendekatan mubādalah dalam menginterpretasikan hadis kepemimpinan perempuan. Metode yang digunakan adalah penelitian studi literatur menggunakan teknik deskriptif-analitik. Sumber utama dari studi ini adalah buku Qirā’ah Mubādalah, sedangkan sumber sekundernya adalah karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Faqihuddin Abdul Kodir adalah seorang mufassir feminis asal Indonesia, konsep mubādalah yang ia tawarkan melahirkan relasi ketersalingan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan, termasuk dalam diskursus kepemimpinan perempuan, baik dalam ibadah maupun sosial-politik. Meskipun mayoritas ulama melarang perempuan menjadi pemimpin dalam shalat, namun keyakinan tersebut tidak berlaku dalam ranah sosial-politik karena berdasarkan perspektif mubādalah, kepemimpinan tidak didasarkan pada jenis kelamin, melainkan dapat diemban bagi mereka yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memimpin, sehingga laki-laki dan perempuan dapat bekerjasama dalam menciptakan kemaslahatan di muka bumi.[Mubādala Approach in the Perspective of Faqihuddin Abdul Kodir on the Meaning of Women's Leadership Hadith. The interpretation of religious texts which is believed to be gender-biased has implications for the subordination and marginalization of women in various spheres of life. Therefore, reinterpretation is necessary to restore the existing gap between men and women. This study aims to explain the basic concepts of the mubādalah approach in Faqihuddin Abdul Kodir’s perspective and to implement the mubadalah approach in interpreting the hadiths of women's leadership. The method used is a literature study research using descriptive-analytic techniques. The main source of this study is the book Qirā’at Mubādala, while the secondary sources are scientific works related to studies. The results of this study indicate that Faqihuddin Abdul Kodir is a feminist exegete from Indonesia, the concept of mubadalah that he offers creates a fair relationship of alienation towards men and women, including in the discourse of women's leadership, both in worship and socio-politics. The majority of scholars prohibit women from becoming prayer leaders, but this belief does not apply in the socio-political realm because based on the perspective of mubādala, leadership is not based on gender, but can be carried out by those who have the capacity and ability to lead, so that they can work together in creating benefit on earth.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77465185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.10582
Ahmad Amir Nabil, Zunaidah Mohd. Marzuki
Makalah ini menyorot pemikiran hadis Muhammad Asad (1990-1992) yang dinilai progresif serta kontribusinya dalam pemahaman hadis kontemporer. Ia membincangkan pemahaman inti tentang hadis yang dirumuskan dalam karya-karyanya seperti Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; Islam at The Crossroads (bab “Hadis and Sunnah” dan “The Spirit of the Sunnah”); This Law of Ours and Other Essays; The Road to Mecca dan The Message of the Qur’an. Pengaruh hadis ini turut ditinjau dari artikelnya dalam jurnal Arafat dan makalahnya yang lain terkait tema-tema hadis dan sunnah, serta pemahaman serta tantangannya di abad modern, seperti tulisannya “Social and Cultural Realities of the Sunnah”. Bentuk kajian ini adalah bersifat deskriptif, analitis, historis dan komparatif. Kajian ini mencoba mengembangkan ide dan pemahaman hadis yang dirumuskan Asad dari perspektifnya yang modern dan membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran sejarah yang krusial terkait prinsip hadis yang dibawakan oleh pemikir Islam yang lain. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa Muhammad Asad telah memberikan sumbangan yang penting dalam pemikiran hadis di abad modern dengan hasil penulisannya yang prolifik dan substantif, termasuk terjemahan dan syarahannya yang ekstensif terhadap Sahih al-Bukhari yang memuat komentar-komentar baru dan analisis sejarahnya yang mendalam terhadap kitab ini. Ia merumuskan pertentangan-pertentangan hukum dan istinbat-istinbat fuqaha’ dan muhaddith dalam tradisi syarah hadis yang kritis. Ia turut merespon pertikaian-pertikaian dasar yang dibangkitkan oleh golongan orientalis dan intelektual yang skeptis terhadap riwayat-riwayat sejarah dalam tradisi hadis.[Muhammad Asad's Progressive Thoughts on Hadith.The paper analyses the ideas of hadith (prophetic tradition) as espoused by Muhammad Asad (1990-1992) and its significance in contemporary hadith thought. It studies the essential ideas he developed in his discussion of hadith as reflected in his works such as Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; Islam at The Crossroads (chapter “Hadith and Sunnah” and “The Spirit of the Sunnah”); This Law of Ours and Other Essays, The Road to Mecca and The Message of the Qur’an. The influence of hadith was also deeply manifested in his “journalistic monologue” Arafat: A Monthly Critique of Muslim Thought, a periodical he founded in 1946 in Kashmir and other works that addresses significance principles and issues of hadith and essays that incorporate rising themes in contemporary ages, such as “Social and Cultural Realities of the Sunnah”. The research was structured based on descriptive, analytical, historical and comparative method. It attempts to analyse the crucial ideas of hadith principles brought forth by Asad and compared these with other critical views set forth of classical Muslim traditionists. The study concluded that Muhammad Asad had significantly contributed to the revival and development of hadith in the modern world with his profound translation and comment
本文突出了圣训穆罕默德·阿萨德(1990-1992)的思想,他是进步的,并对当代圣训理解做出了贡献。他在伊斯兰教早期的Sahih al- buks等作品中阐述了对圣训的核心理解;伊斯兰教在十字路口。我们的法律和其他散文;去麦卡的路和古兰经的信息。他在《阿拉法特与逊尼派》杂志的文章中发表的文章,以及他在现代著作《逊尼派的社会与文化现实》(Social and Cultural Realities of the sun)中的文章,都反映了这种圣训的影响。本研究具有描述性、分析性、历史性和比较性。这项研究试图从阿萨德的现代视角中发展出圣训的思想和理解,并将其与其他伊斯兰思想家所提出的圣训原则相关的关键历史思想进行比较。这项研究的结论是,穆罕默德·阿萨德(Muhammad Asad)在现代圣训思想中做出了重要贡献,其增长性和物质主义作品,包括他对新思想的广泛翻译和对这本书的广泛历史分析。他在批判性的圣训传统中规定了法律上的反对意见和惯例。他对东方主义者和知识分子提出的反对圣训传统历史的问题作出了积极的反应。穆罕默德·阿萨德对哈迪的进步思想。《朝觐传统》(1990-1992年)及其对当代圣训思想的意义。它研究了他在伊斯兰教早期的工作中提出的理性理想;伊斯兰教在十字路口(《圣训与逊尼派》和《逊尼派的精神》章节);我们的法律和其他散文,去Mecca和古兰经的信息。hadith之影响是阿拉法特也深manifested in his journalistic个独白”:A月刊Critique of穆斯林认为,A periodical他founded在1946年在克什米尔和其他工作,以至于addresses hadith散文著作百科全书》那incorporate遗迹”原则和问题rising themes在当代美国ages,如此“社会和文化Realities逊尼派》。这项研究基于描述、分析、历史相互矛盾的方法而进行研究。它呼吁分析朝同时提出的具有代表性的圣训理念,并与其他批判观点一起提出了古典穆斯林传统的观点。研究结论的穆罕默德·阿萨德有significantly促成了《幻想曲》和《现代世界hadith发展他的翻译和评论al-Bukhari真实——真正的伊斯兰教的早期岁月》al-Bukhari -那extensively hadith and its之浓厚,传统知识分子的调查和历史manifestation完毕世纪。他还对历史和东方主义者的传统论点作出了回应,这些论据是自恋的、自恋的主张和传统。
{"title":"PEMIKIRAN PROGRESIF MUHAMMAD ASAD TENTANG HADIS","authors":"Ahmad Amir Nabil, Zunaidah Mohd. Marzuki","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.10582","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.10582","url":null,"abstract":"Makalah ini menyorot pemikiran hadis Muhammad Asad (1990-1992) yang dinilai progresif serta kontribusinya dalam pemahaman hadis kontemporer. Ia membincangkan pemahaman inti tentang hadis yang dirumuskan dalam karya-karyanya seperti Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; Islam at The Crossroads (bab “Hadis and Sunnah” dan “The Spirit of the Sunnah”); This Law of Ours and Other Essays; The Road to Mecca dan The Message of the Qur’an. Pengaruh hadis ini turut ditinjau dari artikelnya dalam jurnal Arafat dan makalahnya yang lain terkait tema-tema hadis dan sunnah, serta pemahaman serta tantangannya di abad modern, seperti tulisannya “Social and Cultural Realities of the Sunnah”. Bentuk kajian ini adalah bersifat deskriptif, analitis, historis dan komparatif. Kajian ini mencoba mengembangkan ide dan pemahaman hadis yang dirumuskan Asad dari perspektifnya yang modern dan membandingkannya dengan pemikiran-pemikiran sejarah yang krusial terkait prinsip hadis yang dibawakan oleh pemikir Islam yang lain. Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa Muhammad Asad telah memberikan sumbangan yang penting dalam pemikiran hadis di abad modern dengan hasil penulisannya yang prolifik dan substantif, termasuk terjemahan dan syarahannya yang ekstensif terhadap Sahih al-Bukhari yang memuat komentar-komentar baru dan analisis sejarahnya yang mendalam terhadap kitab ini. Ia merumuskan pertentangan-pertentangan hukum dan istinbat-istinbat fuqaha’ dan muhaddith dalam tradisi syarah hadis yang kritis. Ia turut merespon pertikaian-pertikaian dasar yang dibangkitkan oleh golongan orientalis dan intelektual yang skeptis terhadap riwayat-riwayat sejarah dalam tradisi hadis.[Muhammad Asad's Progressive Thoughts on Hadith.The paper analyses the ideas of hadith (prophetic tradition) as espoused by Muhammad Asad (1990-1992) and its significance in contemporary hadith thought. It studies the essential ideas he developed in his discussion of hadith as reflected in his works such as Sahih al-Bukhari The Early Years of Islam; Islam at The Crossroads (chapter “Hadith and Sunnah” and “The Spirit of the Sunnah”); This Law of Ours and Other Essays, The Road to Mecca and The Message of the Qur’an. The influence of hadith was also deeply manifested in his “journalistic monologue” Arafat: A Monthly Critique of Muslim Thought, a periodical he founded in 1946 in Kashmir and other works that addresses significance principles and issues of hadith and essays that incorporate rising themes in contemporary ages, such as “Social and Cultural Realities of the Sunnah”. The research was structured based on descriptive, analytical, historical and comparative method. It attempts to analyse the crucial ideas of hadith principles brought forth by Asad and compared these with other critical views set forth of classical Muslim traditionists. The study concluded that Muhammad Asad had significantly contributed to the revival and development of hadith in the modern world with his profound translation and comment","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81798741","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.8031
Abdul Majid Khon
Pengintegrasian konsep pendidikan agama Islam dalam kitab klasik kedalam kehidupan di dunia modern adalah suatu persoalan yang penting. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menyingkap konsepsi pendidikan Agama Islam yang terintegrasi dalam kitab al-Arba’în al-Nawawiyah yang masih terpendam dan menampilkan pembaharuan dalam pemahaman hadis baik secara tekstual maupun kontekstual. Jenis penelitian ini adalah library research, dengan menelusuri Hadis-Hadis yang mengandung kata kunci ta`lîm, tarbiyah, tahdzîb, dan ta’dîb di dalam kitab tersebut, kemudian dipetakan secara tematik (mawdhû`î) dengan menggunakan metode penelitian kajian isi (content analysis), deskripsi (descriptif analysis) melalui pendekatan pemahaman tekstual dan kontekstual. Hasil penelitian ini adalah dalam kitab al-Arba’în al-Nawawiyah secara ekplisit menyebutkan keyword pendidikan atau pengajaransebanyak 3 dari 42 hadis. Dalam kitab al-Arba’în al-Nawawiyah menunjukkan adanya banyak konsep pendidikan dan pengajaran yang masih eksis untuk diaplikasikan pada masa modern. Hadis tidak hanya berbicara tentang ibadah saja, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji sebagaimana asumsi mayoritas umat pada umumnya. Akan tetapi cakupannya menyeluruh dengan berbicara berbagai persoalan hidup termasuk di dalamnya tentang pendidikan. Kandungan Aspek Pendidikan dalam al-Arba’în al-Nawawiyah mencakup seluruh komponen pendidikan modern, yakni komponen pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode dan strategi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan.
[Integration of Education in The Book of Hadith al-Arba'in al-Nawawiyah.The integration of the concept of Islamic religious education in classical books into life in the modern world is an important issue. The purpose of writing this article is to reveal the concept of Islamic religious education which is integrated in the book al-Arba'în al-Nawawiyah which is still hidden and displays a renewal in understanding hadith both textually and contextually. This type of research is library research, by tracing the Hadiths containing the keywords ta`lîm, tarbiyah, tahdzîb, and ta'dîb in the book, then mapped thematically (mawdhû`î) using content study research methods. Analysisand
伊斯兰教教育在经典著作中融入现代生活的概念是一个重要的问题。这篇文章的目的是揭开伊斯兰教教育的综合概念这类研究是图书馆研究,通过追踪书中含有“ta 'lim、tarbiyah、tahdzib和ta 'dib”关键字的圣训,然后使用内容分析研究方法、描述分析方法进行主题定位。这项研究明确指出,每42个圣训中就有3个是教育或教导的基调。在《al-Arba in al-Nawawiyah》中,有许多关于现代教育和教学的存在概念。圣训不像大多数人普遍认为的那样,只谈论礼拜,如祈祷、撒迦特、禁食和朝圣。然而,它的覆盖面是通过谈论生活中包括教育在内的各种问题来扩大的。al-Arba 'in al-Nawawiyah的教育方面包含了现代教育的所有组成部分,包括教育的组成部分,教育的目的,教育的材料,教育的方法和策略,教育基础设施和基础设施。《圣战者阿尔巴·纳瓦耶书》的教育积分现代世界对生活的伊斯兰宗教教育概念的综合是一个重要的问题。这篇文章的目的是要揭露伊斯兰宗教教育的观念这类型的研究是图书馆研究,通过追踪圣训,再输入密码分析和通性理解是一致的。这个研究的结果写在这本书里《圣经》中有许多教育和教导观念,至今仍在现代时代应用。Hadith不只是谈论祈祷、zakat、fasting和hajj作为assume人民的主要话题。However,这个调查是对生命各种问题的补充,包括教育在内的。阿尔-阿尔-纳瓦尼亚教育部门的内容包括现代教育部门、学生、教育目标、教育材料、教育方法和战略、教育机构和基础设施的内容]
{"title":"INTEGRASI PENDIDIKAN DALAM KITAB HADIS AL-ARBA’IN AL-NAWAWIYAH","authors":"Abdul Majid Khon","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.8031","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.8031","url":null,"abstract":"<p><span>Pengi</span><span lang=\"IN\">ntegrasi</span><span>an </span><span>konsep </span><span lang=\"IN\">pendidikan agama Islam dalam kitab </span><span>klasik kedalam kehidupan </span><span lang=\"IN\">di dunia modern </span><span>adalah suatu persoalan yang penting</span><span lang=\"IN\">. </span><span lang=\"IN\">Tujuan</span><span> penulisan artikel ini adalah untuk</span><span lang=\"IN\"> menyingkap konsepsi pendidikan Agama Islam yang terintegrasi dalam kitab </span><em><span>a</span><span lang=\"IN\">l-Arba’în al-Nawawiyah </span></em><span lang=\"IN\">yang masih terpendam dan menampilkan pembaharuan dalam pemahaman hadis baik secara tekstual maupun kontekstual. </span><span>Jenis penelitian ini adalah library research, dengan menelusuri Hadis-Hadis yang mengandung kata kunci <em>ta`lîm, tarbiyah, tahdzîb, </em>dan<em> ta’dîb</em> di dalam kitab tersebut, kemudian dipetakan secara tematik (<em>mawdhû`î</em>) dengan menggunakan metode penelitian kajian isi<em> (content analysis),</em> deskripsi (descriptif analysis) melalui pendekatan pemahaman tekstual dan kontekstual. Hasil penelitian ini adalah dalam kitab <em>al-Arba’în al-Nawawiyah</em> secara ekplisit menyebutkan <em>keyword</em> pendidikan</span><span lang=\"IN\"> atau pengajaran</span><span>sebanyak 3 dari 42 hadis. Dalam kitab <em>al-Arba’în al-Nawawiyah </em>menunjukkan adanya banyak konsep pendidikan dan pengajaran yang masih eksis untuk diaplikasikan pada masa modern. Hadis tidak hanya berbicara tentang ibadah saja, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji sebagaimana asumsi mayoritas umat pada umumnya. Akan tetapi cakupannya menyeluruh dengan berbicara berbagai persoalan hidup termasuk di dalamnya tentang pendidikan. Kandungan Aspek Pendidikan dalam <em>al-Arba’în al-Nawawiyah</em> mencakup seluruh komponen pendidikan modern, yakni komponen pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode dan strategi pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan.</span></p><p><span>[<strong><span lang=\"IN\">Integration </span><span>o</span><span lang=\"IN\">f Education </span><span>i</span><span lang=\"IN\">n The Book </span><span>o</span><span lang=\"IN\">f Hadith </span><span>a</span><span lang=\"IN\">l-Arba'in </span><span>a</span><span lang=\"IN\">l-Nawawiyah</span></strong><span>.</span><span> <span lang=\"IN\">The integration of the concept of Islamic religious education in classical books into life in the modern world is an important issue. The purpose of writing this article is to reveal the concept of Islamic religious education which is integrated in the book <em>al-Arba'în al-Nawawiyah</em> which is still hidden and displays a renewal in understanding hadith both textually and contextually. This type of research is library research, by tracing the Hadiths containing the keywords <em>ta`lîm</em>, <em>tarbiyah</em>, <em>tahdzîb</em>, and <em>ta'dîb</em> in the book, then mapped thematically (<em>mawdhû`î</em>) using content study research methods. Analysis</span></span><span>and</span><span la","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81981939","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-30DOI: 10.21043/riwayah.v7i2.12147
Norhafizah Binti Ahmad, Wan Zahari, Arwansyah Bin Kirin
Hadis merupakan sumber kedua agama dalam Islam selepas al-Quran. Ia memainkan peranan yang sangat penting dalam Islam, terutama ketika menguraikan serta menjelaskan kehendak al-Quran. Pengajian hadis bagi tuna netra amat signifikan dan diperlukan dalam sistem pendidikan khusus. Untuk melestarikan pengajian hadis tuna netra, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dan difikirkan. Tantangan ini harus dihadapi bersama dalam usaha mewujudkan kesamarataan peluang pendidikan hadis bagi seluruh umat Islam tanpa menganggap kekurangan pada diri. Namun, pemaparan bagi tuna netra terhadap pengajian hadis masih belum berlaku sedangkan hadis juga memainkan peranan yang penting sebagai sumber kedua syariat Islam. Justru, objektif utama artikel ini adalah untuk menjelaskan isu dan tantangan yang dihadapi oleh tuna netra dalam pengajian hadis. Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan menggunakan metode analisis dokumen yang terdiri dari buku-buku, artikel-artikel, jurnal, dan bahan-bahan yang berkaitan. Hasil kajian mendapati pengajian hadis bagi tuna netra di Malaysia menghadapi tantangan yang besar. Diantaranya ialah ketidaksediaan tenaga pengajar, kelemahan institusi pendidikan dan kekurangan bahan bantu mengajar. Implikasi kajian ini ialah dapat mengenal pasti tantangan yang dihadapi oleh tuna netra dalam mendalami hadis dan seterusnya membantu golongan ini mengenal, mencintai dan meneladani Rasulullah SAW melalui hadis-hadisnya.[The implementation of hadith studies for visually impaired people in Malaysia: Issues and challenges. Hadith is the second source in Islam after Quran. The role of hadith is very important in Islam especially in explaining and justifying the contents of Quran. The study of hadith for visually impaired people is very important and necessary in the special education system. There are some challenges that need to be considered in preserving the study of hadith for visually impaired people. These challenges must be faced together in order to create an equality of hadith educational opportunities toward visually impaired people regardless of their shortcomings. However, the exposures of hadith study occur only on a small scale while hadith also plays an important role in Muslim daily life. Therefore, the main objective of this article is to explain the issues and challenges faced by visually impaired people in implementing hadith studies. The qualitative approach is used in this research by using document analysis method from books, articles, journals, internet etc. The early finding shows that the hadith study for visually impaired people in Malaysia facing great issues and challenges. These challenges exist in several aspects including the lack of instructional resources, the weakness of educational institutions and the lack of teaching aid. Hence, this research is able to identify the issues and challenges faced by visually impaired people to pursuit hadith and guiding them to learn and love the Prophet SAW and his Sunnah
{"title":"PELAKSANAAN PENGAJIAN HADIS BAGI TUNA NETRA DI MALAYSIA: Isu dan Tantangan","authors":"Norhafizah Binti Ahmad, Wan Zahari, Arwansyah Bin Kirin","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.12147","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.12147","url":null,"abstract":"Hadis merupakan sumber kedua agama dalam Islam selepas al-Quran. Ia memainkan peranan yang sangat penting dalam Islam, terutama ketika menguraikan serta menjelaskan kehendak al-Quran. Pengajian hadis bagi tuna netra amat signifikan dan diperlukan dalam sistem pendidikan khusus. Untuk melestarikan pengajian hadis tuna netra, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dan difikirkan. Tantangan ini harus dihadapi bersama dalam usaha mewujudkan kesamarataan peluang pendidikan hadis bagi seluruh umat Islam tanpa menganggap kekurangan pada diri. Namun, pemaparan bagi tuna netra terhadap pengajian hadis masih belum berlaku sedangkan hadis juga memainkan peranan yang penting sebagai sumber kedua syariat Islam. Justru, objektif utama artikel ini adalah untuk menjelaskan isu dan tantangan yang dihadapi oleh tuna netra dalam pengajian hadis. Kajian ini merupakan kajian kualitatif dengan menggunakan metode analisis dokumen yang terdiri dari buku-buku, artikel-artikel, jurnal, dan bahan-bahan yang berkaitan. Hasil kajian mendapati pengajian hadis bagi tuna netra di Malaysia menghadapi tantangan yang besar. Diantaranya ialah ketidaksediaan tenaga pengajar, kelemahan institusi pendidikan dan kekurangan bahan bantu mengajar. Implikasi kajian ini ialah dapat mengenal pasti tantangan yang dihadapi oleh tuna netra dalam mendalami hadis dan seterusnya membantu golongan ini mengenal, mencintai dan meneladani Rasulullah SAW melalui hadis-hadisnya.[The implementation of hadith studies for visually impaired people in Malaysia: Issues and challenges. Hadith is the second source in Islam after Quran. The role of hadith is very important in Islam especially in explaining and justifying the contents of Quran. The study of hadith for visually impaired people is very important and necessary in the special education system. There are some challenges that need to be considered in preserving the study of hadith for visually impaired people. These challenges must be faced together in order to create an equality of hadith educational opportunities toward visually impaired people regardless of their shortcomings. However, the exposures of hadith study occur only on a small scale while hadith also plays an important role in Muslim daily life. Therefore, the main objective of this article is to explain the issues and challenges faced by visually impaired people in implementing hadith studies. The qualitative approach is used in this research by using document analysis method from books, articles, journals, internet etc. The early finding shows that the hadith study for visually impaired people in Malaysia facing great issues and challenges. These challenges exist in several aspects including the lack of instructional resources, the weakness of educational institutions and the lack of teaching aid. Hence, this research is able to identify the issues and challenges faced by visually impaired people to pursuit hadith and guiding them to learn and love the Prophet SAW and his Sunnah","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90490637","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-05DOI: 10.21043/RIWAYAH.V7I1.9421
Abdul Haq Syawqi, Muhammad Khatibul Umam
Tulisan ini merupakan kajian terhadap adanya nuansa politis dalam memahami hadis. Kajian ini menjadi sangat penting karena karena ketika berbicara hadis, maka kita juga akan membincang mengenai orang-orang dan aliran politiknya dalam hadis tersebut yang berakibat pada kontroversi dalam memahami hadis. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana data-data yang ada kemudian dipahami dan dianalisa dengan menggunakan metode kritik dan historis hadis pada pendekatannya. Sejalan dengan itu tulisan ini memetakan berbagai aliran dalam hadis sekaligus bagaimana pemahaman mereka terhadap suatu hadis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat setidaknya tiga atau lebih aliran politik dalam kesejarahan hadis yakni Sunni. Syiah, Muawiyah, Muktazilah dan lain lain. Perbedaan kelompok ini telah menstrukturkan pemahaman terhadap hadis dalam metodologis-historisnya. Perbedaan pemaknaan kelompok ini akan juga sekaligus berkosekuensi pada pemaknaan terhadap hadis itu sendiri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan metode dalam ilmu hadis dan sejarahnya, terdapat perbedaan dalam faksi politik dimana perbedaan ini akan berpengaruh pada pemahaman hadis.[Political Nuances in Understanding Hadith: Methodological-Historical Analysis. This paper is a study of the political nuances in understanding hadith. This study is very important because when we talk about hadith, we will also talk about the people and their political flow in the hadith which results in controversy in understanding hadith. This research method uses qualitative research, where the existing data is then understood and analyzed using the critical and historical method of hadith as an approach. So this paper maps out the various schools of hadith as well as their understanding of a hadith. The results show that there are at least two political schools in the history of hadith, namely Sunni. Shia, Muawiyah. The differences in these groups have structured the understanding of hadith in its historical-methodological terms. The difference in the meaning of this group will also have consequences on the meaning of the hadith itself. This study concludes that based on the method in hadith science and its history, there are differences in political factions where these differences will affect the understanding of hadith.]
{"title":"NUANSA POLITIK DALAM MEMAHAMI HADIS: Analisa Metodologis-Historis","authors":"Abdul Haq Syawqi, Muhammad Khatibul Umam","doi":"10.21043/RIWAYAH.V7I1.9421","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/RIWAYAH.V7I1.9421","url":null,"abstract":"Tulisan ini merupakan kajian terhadap adanya nuansa politis dalam memahami hadis. Kajian ini menjadi sangat penting karena karena ketika berbicara hadis, maka kita juga akan membincang mengenai orang-orang dan aliran politiknya dalam hadis tersebut yang berakibat pada kontroversi dalam memahami hadis. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dimana data-data yang ada kemudian dipahami dan dianalisa dengan menggunakan metode kritik dan historis hadis pada pendekatannya. Sejalan dengan itu tulisan ini memetakan berbagai aliran dalam hadis sekaligus bagaimana pemahaman mereka terhadap suatu hadis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat setidaknya tiga atau lebih aliran politik dalam kesejarahan hadis yakni Sunni. Syiah, Muawiyah, Muktazilah dan lain lain. Perbedaan kelompok ini telah menstrukturkan pemahaman terhadap hadis dalam metodologis-historisnya. Perbedaan pemaknaan kelompok ini akan juga sekaligus berkosekuensi pada pemaknaan terhadap hadis itu sendiri. Penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan metode dalam ilmu hadis dan sejarahnya, terdapat perbedaan dalam faksi politik dimana perbedaan ini akan berpengaruh pada pemahaman hadis.[Political Nuances in Understanding Hadith: Methodological-Historical Analysis. This paper is a study of the political nuances in understanding hadith. This study is very important because when we talk about hadith, we will also talk about the people and their political flow in the hadith which results in controversy in understanding hadith. This research method uses qualitative research, where the existing data is then understood and analyzed using the critical and historical method of hadith as an approach. So this paper maps out the various schools of hadith as well as their understanding of a hadith. The results show that there are at least two political schools in the history of hadith, namely Sunni. Shia, Muawiyah. The differences in these groups have structured the understanding of hadith in its historical-methodological terms. The difference in the meaning of this group will also have consequences on the meaning of the hadith itself. This study concludes that based on the method in hadith science and its history, there are differences in political factions where these differences will affect the understanding of hadith.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84898167","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.9314
Nurlaila Indah Setiyoningrum, M. A. Albana, Nasrulloh Nasrulloh
Nusyuz seorang istri terhadap suaminya karena istri berkarir dapat berakibat perceraian. Wanita bekerja demi perekonomian keluarga merupakan hal yang sangat terpuji. Namun, dikarenakan istri bekerja kewajibannya menjadi seorang istri terbengkalai dan semena-mena terhadap suaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kasus nusyuz yang terjadi di Desa Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dan kajian living hadis dalam memandang kasus nusyuz tersebut. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dan metode analisis utamanya menggunakan kajian living hadis dengan pendekatan sosiologis. Dari uraian tersebut diperoleh hasil bahwa penyebab utama dari nusyuznya para istri ialah karena mereka bekerja sehingga istri melalaikan kewajiban yang seharusnya mereka emban, sedangkan dalam perbuatan nusyuz-nya berbeda-beda seperti tidak taat kepada suami, berani membentak bahkan melawan suami, tidak mau berhubungan intim dan tidak melaksanakan tugasnya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. seorang istri yang bekerja dapat melalaikan kewajibannya karena faktor-faktor penyebab, yaitu faktor berkarir untuk memenuhi perekonimian keluarga. Perbuatan nusyuz yang dilakukan dalam bentuk penolakan hubungan seksual dan ketidakpatuhan terhadap suami. Dalam upayanya para suami masih dalam tahap menasehati saja dalam memberikan efek jera dan tidak memberikan hukuman yang lebih dari itu.[Living Hadith: Nuyuz Career Woman to Her Husband in the Village of janti, Mojoagung Subdistrict, Jombang Distric. Nusyuz a wife towards her hhusband because a wife’s career can result in divorce. Women working for the family economy is a very commendable thing. However, because the wife works, her obligation as a wife is neglected and abuses her husband. This study aims to determine the cause of the case Nusyuz that occurred in the village Janti, Mojoagung Subdistrict, Jombang District and study the living hadith in looking at the nusyuz case. This research method uses empirical research, the main analysis method uses the study of living hadith and the approach is the sociological approach. From this description, it is found that the main cause of the nusyuz of wives is because they work so that the wives neglect the obligations they should carry, while in nusyuz's actions are different such as disobeying their husbands, daring to yell even against their husbands, not wanting to have sex and does not carry out her duties as a wife and mother of her children. A working wife can neglect her obligations due to causal factors, namely career factors to fulfill the family economy. Nusyuz acts that are carried out in the form of refusing sexual relations and disobedience to their husbands. In this effort, the husbands are still in the stage of only giving advice in providing a deterrent effect and not giving more punishment than that.]
{"title":"KONTEKSTUALISASI HADIS NUSYUZ PADA WANITA KARIR DI DESA JANTI KABUPATEN JOMBANG","authors":"Nurlaila Indah Setiyoningrum, M. A. Albana, Nasrulloh Nasrulloh","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.9314","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.9314","url":null,"abstract":"Nusyuz seorang istri terhadap suaminya karena istri berkarir dapat berakibat perceraian. Wanita bekerja demi perekonomian keluarga merupakan hal yang sangat terpuji. Namun, dikarenakan istri bekerja kewajibannya menjadi seorang istri terbengkalai dan semena-mena terhadap suaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kasus nusyuz yang terjadi di Desa Janti Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang dan kajian living hadis dalam memandang kasus nusyuz tersebut. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris dan metode analisis utamanya menggunakan kajian living hadis dengan pendekatan sosiologis. Dari uraian tersebut diperoleh hasil bahwa penyebab utama dari nusyuznya para istri ialah karena mereka bekerja sehingga istri melalaikan kewajiban yang seharusnya mereka emban, sedangkan dalam perbuatan nusyuz-nya berbeda-beda seperti tidak taat kepada suami, berani membentak bahkan melawan suami, tidak mau berhubungan intim dan tidak melaksanakan tugasnya sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. seorang istri yang bekerja dapat melalaikan kewajibannya karena faktor-faktor penyebab, yaitu faktor berkarir untuk memenuhi perekonimian keluarga. Perbuatan nusyuz yang dilakukan dalam bentuk penolakan hubungan seksual dan ketidakpatuhan terhadap suami. Dalam upayanya para suami masih dalam tahap menasehati saja dalam memberikan efek jera dan tidak memberikan hukuman yang lebih dari itu.[Living Hadith: Nuyuz Career Woman to Her Husband in the Village of janti, Mojoagung Subdistrict, Jombang Distric. Nusyuz a wife towards her hhusband because a wife’s career can result in divorce. Women working for the family economy is a very commendable thing. However, because the wife works, her obligation as a wife is neglected and abuses her husband. This study aims to determine the cause of the case Nusyuz that occurred in the village Janti, Mojoagung Subdistrict, Jombang District and study the living hadith in looking at the nusyuz case. This research method uses empirical research, the main analysis method uses the study of living hadith and the approach is the sociological approach. From this description, it is found that the main cause of the nusyuz of wives is because they work so that the wives neglect the obligations they should carry, while in nusyuz's actions are different such as disobeying their husbands, daring to yell even against their husbands, not wanting to have sex and does not carry out her duties as a wife and mother of her children. A working wife can neglect her obligations due to causal factors, namely career factors to fulfill the family economy. Nusyuz acts that are carried out in the form of refusing sexual relations and disobedience to their husbands. In this effort, the husbands are still in the stage of only giving advice in providing a deterrent effect and not giving more punishment than that.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75517310","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.8999
Althaf Husein Muzakky, Agung Syaikhul Mukarrom
Menghormati ahlulbait adalah salah satu anjuran agama yang mulai diabaikan di komunitas sosial sebab mengabaikan pemahaman tekstual dan kontekstual dalam hadis. padahal mengabaikan pemahaman hadis yang komprehensif dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam tindakan. Pemahaman menghormati ahlulbait mengalami dinamika teologis antara sunni maupun syi’ah, sehingga persoalan tersebut perlu dikembalikan dengan sumber primer keislaman yakni al-Qur’an dan Hadis. Melalui teori pemahaman hadis tekstual dan kontekstual tulisan ini menyimpulkan bahwa menghormati ahlulbait adalah tindakan yang harus selektif, dalam ubudiyah adalah diikuti namun tidak bersikap fanatis, sedang dalam dimensi mu’amalah maka semua dikembalikan kepada kesahihan sanad dan pemahaman matan hadis melalui kitab syarah. Hasil dari tulisan ini menyimpulkan bahwa menghormati ahlulbait memiliki sanad hadis yang sahih dan hasan tanpa adanya sekaligus mendudukkan bersama perihal pandangan sunni dan syi’ah yang saling mengklaim satu sama lain, bedanya ahlulbait dalam sunni memiliki cakupan yang luas, sedang dalam syi’ah ahlulbait hanya sebatas Nabi Muhammad saw, Siti Fatimah, sahabat ‘Ali Ibn Thalib karramallahu wajha, sayyidina Hasan dan Husein. Adapun dampak menghornati ahlulbait adalah memiliki pikiran yang baik (al-husnu al-dzan), memiliki paras menawan (ahsan al-nas), dan memiliki perangai yang bagus (al-akhlak al-karimah).[Study of Hadith Respecting Ahlulbait: From Textualist to Contextualist Understanding. Respecting ahlulbait is one of the religious advices that is starting to be ignored in the social community because it ignores textual and contextual understanding in hadith. whereas ignoring a comprehensive understanding of hadith can lead to inaccuracies in action. The understanding of respect for ahlulbait experiences theological dynamics between sunni and shia, so this issue needs to be returned to the primary sources of Islam, namely the Qur'an and Hadith. Through the theory of understanding textual and contextual hadith, this paper concludes that respecting ahlulbait is an act that must be selective, in ubudiyah it is to be followed but not to be fanatical, while in the mu'amalah dimension, everything is returned to the validity of the sanad and understanding the matan of hadith through the syarah book. The results of this paper conclude that respecting ahlulbait has a hadith that is valid and hasan without any presence at the same time sitting together regarding the views of sunni and shia who claim each other, the difference is that ahlulbait in sunni has a broad scope, while in shia ahlulbait only limited to the Prophet Muhammad, Siti Fatimah, shahabat 'Ali Ibn Talib karramallahu wajha, Sayyidina Hasan and Husein. The impact of respecting ahlulbait is having a good mind (al-husnu al-dzan), having a charming face (ahsan al-nas), and having a good temperament (al-akhlak al-karimah).]
对ahlultemple的尊敬是社会社会中对文本和背景的漠视导致的宗教信仰。忽视全面的圣训理解会导致行为上的错误。对ahlultemple的尊重经历了逊尼派和什叶派之间的神学上的影响,因此必须归还伊斯兰教的主要资源古兰经和圣训。通过这篇论文的传统理解和语境理论,我们得出结论,尊重阿卢巴坦的行为必须是有选择的,通过实践而不是狂热,而是在你的维度,所有这些都被恢复到神圣的萨阿德和圣训的理解。本文的结果得出结论,真正的尊重ahlulbait有sanad圣训和哈桑没有让关于逊尼派的观点和syi 'ah互相声称,区别ahlulbait的逊尼派有广阔的范围,在syi 'ah ahlulbait仅限于先知法蒂玛、朋友’Ali Ibn Thalib karramallahu wajha,赛哈桑·侯赛因。至于阿卢巴尔的影响,就是要有好的思想(赫什努·阿尔赞),有迷人的外表(阿山·纳斯),有良好的举止(阿尔玛·阿尔-卡马尔)。[圣训评审团研究:从文本到通晓。学者们认为,这是一种宗教上的建议,即开始在社会社会中被忽视,因为在圣训中,这是冷漠而相互理解的。对于准确的行动,缺席是不可能的。对逊尼派和什叶派之间的神学实践实践的尊重,因此这个问题需要重新考虑伊斯兰的原始资源,纳梅尔和圣训。通过理论》《textual和contextual hadith,这篇文章concludes那respecting ahlulbait is an act)那一定是selective,在ubudiyah it has to be跟着但不是to be fanatical 'amalah维度,而《你,一切都是哟,validity of the sanad》和《hadith matan》无论是syarah百科。results》这篇文章conclude那respecting ahlulbait有a hadith就是有效和哈桑没有任何出现在《观点》一书同一个时间坐在一起关于逊尼派和什叶派的世卫组织要求对方,画的就是那把ahlulbait》什叶派逊尼派有一束宽范围,而只有ahlulbait limited)先知穆罕默德,法蒂玛,shahabat》“阿里伊本·塔利布karramallahu wajha,赛哈桑及侯赛因。阿卢瓦尔德评论的影响是有一个好主意(al-husnu al-dzan),有一张漂亮的脸(ahsan al-nas),还有一个好温度[al-水平al-karimah]。
{"title":"STUDI HADIS MENGHORMATI AHLULBAIT: dari Pemahaman Tekstualis sampai Kontekstualis","authors":"Althaf Husein Muzakky, Agung Syaikhul Mukarrom","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.8999","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.8999","url":null,"abstract":"Menghormati ahlulbait adalah salah satu anjuran agama yang mulai diabaikan di komunitas sosial sebab mengabaikan pemahaman tekstual dan kontekstual dalam hadis. padahal mengabaikan pemahaman hadis yang komprehensif dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam tindakan. Pemahaman menghormati ahlulbait mengalami dinamika teologis antara sunni maupun syi’ah, sehingga persoalan tersebut perlu dikembalikan dengan sumber primer keislaman yakni al-Qur’an dan Hadis. Melalui teori pemahaman hadis tekstual dan kontekstual tulisan ini menyimpulkan bahwa menghormati ahlulbait adalah tindakan yang harus selektif, dalam ubudiyah adalah diikuti namun tidak bersikap fanatis, sedang dalam dimensi mu’amalah maka semua dikembalikan kepada kesahihan sanad dan pemahaman matan hadis melalui kitab syarah. Hasil dari tulisan ini menyimpulkan bahwa menghormati ahlulbait memiliki sanad hadis yang sahih dan hasan tanpa adanya sekaligus mendudukkan bersama perihal pandangan sunni dan syi’ah yang saling mengklaim satu sama lain, bedanya ahlulbait dalam sunni memiliki cakupan yang luas, sedang dalam syi’ah ahlulbait hanya sebatas Nabi Muhammad saw, Siti Fatimah, sahabat ‘Ali Ibn Thalib karramallahu wajha, sayyidina Hasan dan Husein. Adapun dampak menghornati ahlulbait adalah memiliki pikiran yang baik (al-husnu al-dzan), memiliki paras menawan (ahsan al-nas), dan memiliki perangai yang bagus (al-akhlak al-karimah).[Study of Hadith Respecting Ahlulbait: From Textualist to Contextualist Understanding. Respecting ahlulbait is one of the religious advices that is starting to be ignored in the social community because it ignores textual and contextual understanding in hadith. whereas ignoring a comprehensive understanding of hadith can lead to inaccuracies in action. The understanding of respect for ahlulbait experiences theological dynamics between sunni and shia, so this issue needs to be returned to the primary sources of Islam, namely the Qur'an and Hadith. Through the theory of understanding textual and contextual hadith, this paper concludes that respecting ahlulbait is an act that must be selective, in ubudiyah it is to be followed but not to be fanatical, while in the mu'amalah dimension, everything is returned to the validity of the sanad and understanding the matan of hadith through the syarah book. The results of this paper conclude that respecting ahlulbait has a hadith that is valid and hasan without any presence at the same time sitting together regarding the views of sunni and shia who claim each other, the difference is that ahlulbait in sunni has a broad scope, while in shia ahlulbait only limited to the Prophet Muhammad, Siti Fatimah, shahabat 'Ali Ibn Talib karramallahu wajha, Sayyidina Hasan and Husein. The impact of respecting ahlulbait is having a good mind (al-husnu al-dzan), having a charming face (ahsan al-nas), and having a good temperament (al-akhlak al-karimah).]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87545610","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-29DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.10135
Nurul Ihsannudin, Khoirun Nisa
Melalui ajaran yang terkandung dalam al-Quran dan Hadits, Islam telah mempengaruhi tradisi dan budaya di masyarakat Arab. Hadits, ucapan Nabi Muhammad saw, dipandang oleh ahli bahasa Arab memiliki keistimewaan dan kelebihan. Pada artikel ini, penulis bertujuan untuk mencari jawaban terkait konteks tradisi-budaya sastra di masa kelahiran dan pertumbuhan Nabi Muhammad saw berikut faktor yang membentuk bahasa dan gaya hadits berdasarkan asumsi bahwa konsep al-ta`atstsur wa al-ta`tsīr berlaku untuk setiap manusia. Penulis melakukan analisis terhadap data penelitian dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konteks tradisi-budaya sastra Arab sudah mengalami kemajuan di masa kelahiran dan pertumbuhan Nabi saw. Selain itu, terdapat faktor-faktor utama dan pendukung dalam pembentukan bahasa hadits. Wahyu Alquran dan Jawāmi 'al-kalim merupakan faktor utama dalam membentuk bahasa hadits. Sedangkan konteks kemajuan tradisi-budaya sastra Arab menjadi faktor pendukung dan merupakan bentuk sunatullah yang diterapkan dalam kehidupan manusia.[The Contexts of The Prophet’s Life: Reading the Factors Behind the Excellence of the Hadith Language. Through the teachings contained in the Quran and hadith, Islam has influenced the traditions and cultures in Arab society. The hadith, the sayings of the Prophet Muhammad (PBUH), were viewed by Arab linguists as having specialties and advantages. In this article, the authors aim to find the context of literary traditions during the birth and growth of the Prophet Muhammad (PBUH) and the factors that shape the language and style of hadith based on the assumption that the concept of al-ta`atstsur wa al-ta`tsīr applies to every human being. The authors analyzed the research data using descriptive-analytic methods. The results showed that the context of Arabic literary cultures had progressed at the time of the Prophet's birth and growth. Besides, there are major and supporting factors in the formation of hadith language. The revelation of the Quran and Jawāmiʿ al-kalim are the major factors in shaping the language of hadith. Meanwhile, the contexts of literary progress in Arabic society are supporting factors and are forms of sunatullah that are applied in human life.]
通过《古兰经》和《圣训》中的教义,伊斯兰教影响了阿拉伯社会的传统和文化。先知穆罕默德(愿平安与祝福降临到他身上)的圣训被阿拉伯学者视为具有特权和优势。在这篇文章中,作者旨在寻找答案tradisi-budaya文学的诞生和成长背景有关先知穆罕默德看到以下因素构成的语言和风格的圣训根据假设的概念al-ta 'atstsur wa al-ta 'tsīr适用于每个人。作者使用解析分析方法对研究数据进行分析。研究表明,阿拉伯文学文化的背景在先知的出生和成长中已经取得了进步。此外,圣训语言的形成也有一个主要因素和支持者。古兰经启示和下巴āmi’al-kalim圣训语言形成的主要因素。然而,阿拉伯文学文化进步的背景是一个促成因素,是一种对人类生活适用的形式。先知生活的本质:在圣训语言的卓越背后阅读事实。通过《古兰经》和《圣训》中的教导,伊斯兰教影响了阿拉伯社会的传统和信仰。先知穆罕默德(PBUH)的故事被美国阿拉伯语言学家认为是有特殊和高级。在这个文章,《authors during aim to traditions文学《》找到先知穆罕默德(PBUH分娩和增长》)和《language and style of factors that形状hadith理念》改编自《assumption那al-ta 'atstsur wa al-ta 'tsīr applies to每一个人类的存在。授权分析数据研究使用的是解析分析方法。其结果表明,阿拉伯文学文化的背景在先知诞生和成长的时期有所发展。此外,在哈迪斯语言的形成中存在主要和支持因素。《启示录》《古兰经》和下巴āmiʿal-kalim是《shaping The language of factors少校hadith。与此同时,阿拉伯社会的文学进步的本质是支撑着人类生活中的阳光。
{"title":"KONTEKS ARAB SEBELUM DAN SESUDAH PENGUTUSAN NABI: Menelisik Faktor-Faktor di Balik Keistimewaan Bahasa Hadis","authors":"Nurul Ihsannudin, Khoirun Nisa","doi":"10.21043/riwayah.v7i1.10135","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i1.10135","url":null,"abstract":"Melalui ajaran yang terkandung dalam al-Quran dan Hadits, Islam telah mempengaruhi tradisi dan budaya di masyarakat Arab. Hadits, ucapan Nabi Muhammad saw, dipandang oleh ahli bahasa Arab memiliki keistimewaan dan kelebihan. Pada artikel ini, penulis bertujuan untuk mencari jawaban terkait konteks tradisi-budaya sastra di masa kelahiran dan pertumbuhan Nabi Muhammad saw berikut faktor yang membentuk bahasa dan gaya hadits berdasarkan asumsi bahwa konsep al-ta`atstsur wa al-ta`tsīr berlaku untuk setiap manusia. Penulis melakukan analisis terhadap data penelitian dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konteks tradisi-budaya sastra Arab sudah mengalami kemajuan di masa kelahiran dan pertumbuhan Nabi saw. Selain itu, terdapat faktor-faktor utama dan pendukung dalam pembentukan bahasa hadits. Wahyu Alquran dan Jawāmi 'al-kalim merupakan faktor utama dalam membentuk bahasa hadits. Sedangkan konteks kemajuan tradisi-budaya sastra Arab menjadi faktor pendukung dan merupakan bentuk sunatullah yang diterapkan dalam kehidupan manusia.[The Contexts of The Prophet’s Life: Reading the Factors Behind the Excellence of the Hadith Language. Through the teachings contained in the Quran and hadith, Islam has influenced the traditions and cultures in Arab society. The hadith, the sayings of the Prophet Muhammad (PBUH), were viewed by Arab linguists as having specialties and advantages. In this article, the authors aim to find the context of literary traditions during the birth and growth of the Prophet Muhammad (PBUH) and the factors that shape the language and style of hadith based on the assumption that the concept of al-ta`atstsur wa al-ta`tsīr applies to every human being. The authors analyzed the research data using descriptive-analytic methods. The results showed that the context of Arabic literary cultures had progressed at the time of the Prophet's birth and growth. Besides, there are major and supporting factors in the formation of hadith language. The revelation of the Quran and Jawāmiʿ al-kalim are the major factors in shaping the language of hadith. Meanwhile, the contexts of literary progress in Arabic society are supporting factors and are forms of sunatullah that are applied in human life.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86166326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}