El Nino Modoki merupakan tipe El Nino yang berbeda dengan El Nino konvensional. Sulawesi dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan memiliki tiga pola hujan yaitu pola monsunal, equatorial, dan lokal. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh dari kedua tipe El Nino terhadap curah hujan Sulawesi. Data yang digunakan yaitu curah hujan bulanan Climate Prediction Center (CPC), Suhu Permukaan Laut (SPL) bulanan dari Hadley Centre Global Sea Ice and Sea Surface temperature (HadISST), angin zonal dan meridional dari National Centre for Enviromental Prediction (NCEP), dan Oceanic Nino Index (ONI) selama periode 1950-2010 (65 tahun). Perhitungan statistik sederhana berupa perata-rataan, anomali, dan analisis komposit digunakan dalam kajian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di Sulawesi berkurang akibat kedua tipe El Nino. Anomali curah hujan akibat El Nino Modoki berkisar 4 - 16 mm sedangkan akibat El Nino konvensional berkisar 4 - 22 mm. Dampak maksimum kedua tipe El Nino tersebut terjadi pada bulan September Oktober November (SON) sedangkan dampak minimum terjadi saat Maret April Mei (MAM). Pengaruh terkuat kedua tipe El Nino terjadi di wilayah pola monsunal seperti di Sulawesi Selatan Bagian barat, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Utara. Pengaruh terkecil terjadi di wilayah pola lokal dan equatorial. Pengurangan pengaruh El Nino dapat disebabkan oleh faktor topografi dan lokasi (untuk pola lokal) dan aktivitas ekuinoks matahari (untuk pola equatorial).
{"title":"RESPON CURAH HUJAN SULAWESI TERHADAP EL NIÑO MODOKI","authors":"Budi Prasetyo, Nikita Pusparini","doi":"10.31172/JMG.V20I1.517","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V20I1.517","url":null,"abstract":"El Nino Modoki merupakan tipe El Nino yang berbeda dengan El Nino konvensional. Sulawesi dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan memiliki tiga pola hujan yaitu pola monsunal, equatorial, dan lokal. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh dari kedua tipe El Nino terhadap curah hujan Sulawesi. Data yang digunakan yaitu curah hujan bulanan Climate Prediction Center (CPC), Suhu Permukaan Laut (SPL) bulanan dari Hadley Centre Global Sea Ice and Sea Surface temperature (HadISST), angin zonal dan meridional dari National Centre for Enviromental Prediction (NCEP), dan Oceanic Nino Index (ONI) selama periode 1950-2010 (65 tahun). Perhitungan statistik sederhana berupa perata-rataan, anomali, dan analisis komposit digunakan dalam kajian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di Sulawesi berkurang akibat kedua tipe El Nino. Anomali curah hujan akibat El Nino Modoki berkisar 4 - 16 mm sedangkan akibat El Nino konvensional berkisar 4 - 22 mm. Dampak maksimum kedua tipe El Nino tersebut terjadi pada bulan September Oktober November (SON) sedangkan dampak minimum terjadi saat Maret April Mei (MAM). Pengaruh terkuat kedua tipe El Nino terjadi di wilayah pola monsunal seperti di Sulawesi Selatan Bagian barat, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Utara. Pengaruh terkecil terjadi di wilayah pola lokal dan equatorial. Pengurangan pengaruh El Nino dapat disebabkan oleh faktor topografi dan lokasi (untuk pola lokal) dan aktivitas ekuinoks matahari (untuk pola equatorial).","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76121010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Firsta Zukhrufiana Setiawati, Syarifah Nadya Soraya, S. Siswanto, Wandayantolis Wandayantolis
{"title":"DESKRIPSI BIAS PADA TRANSISI PENGUKURAN CUACA MANUAL KE PENGUKURAN CUACA OTOMATIS DENGAN ANALISIS DATA PARALEL DI STASIUN KLIMATOLOGI MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT","authors":"Firsta Zukhrufiana Setiawati, Syarifah Nadya Soraya, S. Siswanto, Wandayantolis Wandayantolis","doi":"10.31172/jmg.v20i1.529","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/jmg.v20i1.529","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75148767","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pegunungan tengah Papua yang membentang lebih dari 500 km dengan ketinggian diatas 2000 m, khususnya wilayah kaki pegunungan bagian selatan menerima presipitasi tinggi, terutama pada periode musim dingin Australia (Mei-September). Penelitian ini membahas: a) variasi tahunan efek blocking ditinjau dari nilai Froude number (Fr) pada periode Januari 2000 – Desember 2014, dan b) variasi harian moisture flux convergence (MFC) pada studi kasus simulasi menggunakan model skala-meso Weather Research and Forecasting – Enviromental Modeling System (WRF-EMS) untuk periode Juli 2008, dan pengaruhnya terhadap presipitasi di wilayah tersebut. Metode singular value decomposition (SVD) digunakan untuk mengetahui hubungan spasial-temporal Fr dengan presipitasi, sedangkan hubungan variasi harian Fr dan MFC hasil simulasi terhadap variasi presipitasi menggunakan analisis cross-correlation. Analisis Fr selama periode penelitian menunjukkan aliran selalu terbendung, dan pola SVD mode pertama menunjukkan aliran dari tenggara sefase dengan distribusi spasial presipitasi di selatan pegunungan namun memiliki korelasi lemah (≤0,4). Simulasi dilakukan pada bulan Juli 2008 saat kecepatan angin meridional mencapai maksimum untuk mengetahui variasi MFC dan kaitannya dengan presipitasi pada wilayah kajian. Analisis cross-correlation antara presipitasi dan MFC menunjukkan korelasi maksimum (0,52) terjadi pada lag +6jam. MFC relatif lebih kuat hubungannnya terhadap curah hujan maksimum harian dibanding dengan Fr. Hari kering pada area selatan pegunungan (<0,5 mm/jam) pada saat MFC lemah,sedangkan pada hari hujan maksimum ≥2,0 mm/jamnilai MFC lebih kuat.
巴布亚中部山区海拔超过2000米(2000米),海拔500多公里(300多英里),尤其是南部山区,得到了很高的降水,尤其是在澳大利亚冬季(5 - 9月)。这项研究讨论:a)一年一度的变体(united nations high commissioner for refugees)表示阻塞效应价值Froude号码(Fr)时期,2000年1月—2014年12月,b)女士每日通量的变化(武装部队)在使用skala-meso天气模型模拟案例研究和预测——模特Enviromental系统(WRF-EMS)为2008年7月期间,该地区的降水的影响。方法方法拟出值解构法(SVD)用于确定spasial-颞部与总统之间的关系,而ff和MFC的日常变异关系使用跨相关分析分析结果。Fr时期研究分析表明流动总是阻挡,SVD模式首先展示了从东南sefase流动模式和空间分布在南方山区降水,但有弱相关性(≤0.4)。模拟发生在2008年7月,当时梅里迪风的速度达到最大,可以确定MFC的变化及其与该地区的降水关系。副总统和MFC之间的交叉相关分析表明,最大相关性(0.52)发生在+6小时后+。武装部队对每日最大降雨量相对更强关系与Fr。一天干相比,在南部山区区域(< 0.5毫米/小时)武装部队时最大的软弱,而下雨天≥2.0 mm - jamnilai武装部队更强大。
{"title":"KAITAN EFEK BLOCKING PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA BAGIAN SELATAN DENGAN DISTRIBUSI PRESIPITASI","authors":"Dian Mayangwulan, Nurjanna Joko Trilaksono","doi":"10.31172/JMG.V20I1.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V20I1.431","url":null,"abstract":"Pegunungan tengah Papua yang membentang lebih dari 500 km dengan ketinggian diatas 2000 m, khususnya wilayah kaki pegunungan bagian selatan menerima presipitasi tinggi, terutama pada periode musim dingin Australia (Mei-September). Penelitian ini membahas: a) variasi tahunan efek blocking ditinjau dari nilai Froude number (Fr) pada periode Januari 2000 – Desember 2014, dan b) variasi harian moisture flux convergence (MFC) pada studi kasus simulasi menggunakan model skala-meso Weather Research and Forecasting – Enviromental Modeling System (WRF-EMS) untuk periode Juli 2008, dan pengaruhnya terhadap presipitasi di wilayah tersebut. Metode singular value decomposition (SVD) digunakan untuk mengetahui hubungan spasial-temporal Fr dengan presipitasi, sedangkan hubungan variasi harian Fr dan MFC hasil simulasi terhadap variasi presipitasi menggunakan analisis cross-correlation. Analisis Fr selama periode penelitian menunjukkan aliran selalu terbendung, dan pola SVD mode pertama menunjukkan aliran dari tenggara sefase dengan distribusi spasial presipitasi di selatan pegunungan namun memiliki korelasi lemah (≤0,4). Simulasi dilakukan pada bulan Juli 2008 saat kecepatan angin meridional mencapai maksimum untuk mengetahui variasi MFC dan kaitannya dengan presipitasi pada wilayah kajian. Analisis cross-correlation antara presipitasi dan MFC menunjukkan korelasi maksimum (0,52) terjadi pada lag +6jam. MFC relatif lebih kuat hubungannnya terhadap curah hujan maksimum harian dibanding dengan Fr. Hari kering pada area selatan pegunungan (<0,5 mm/jam) pada saat MFC lemah,sedangkan pada hari hujan maksimum ≥2,0 mm/jamnilai MFC lebih kuat.","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83638444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Djuraidah, Septian Rahardiantoro, Azizah Desiwari
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang penting dalam pertanian. Informasi mengenai ukuran curah hujan dapat diketahui dari pos hujan pada suatu wilayah. Permasalahan yang dihadapi adalah tidak semua wilayah memiliki pos hujan, sehingga metode interpolasi spasial dapat digunakan dalam memprediksi besarnya curah hujan pada suatu wilayah. Metode cokriging merupakan salah satu metode interpolasi spasial yang bersifat Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) dengan melibatkan minimum dua peubah. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan keeratan hubungannya, yaitu peubah curah hujan dan elevasi pos hujan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan bulanan tahun 1981 hingga 2013 pada 38 pos hujan di wilayah Jawa Barat. Metode analisis diawali dengan menetukan variogram isotropi yang ditentukan berdasarkan jarak spasial dan variogram anisotropi yang ditentukan berdasarkan jarak dan arah pada kedua peubah. Selanjutnya, variogram yang terbaik digunakan untuk prediksi curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan variogram terbaik adalah variogram isotropi dengan hasil prediksi curah hujan bulanan yang mempunyai nilai reduced means square error berkisar antara 0.54 sampai dengan 1.46 dan nilai average error hampir 0.Rainfall is one of the important climatic elements in agriculture. The information on the amount of rainfall can be known from the weather station in a region. The problem faced is not all regions have its own weather station, so that spatial interpolation can be used to predict the amount of rainfall in a region. Cokriging is one of spatial interpolation that has properties BLUP (Best Linear Unbiased Prediction) that involved at least two variables. In this study, the variables used were the amount of rainfall and elevation of the weather station because these variables have a correlation. The data used in this study were monthly rainfall from 1981 to 2013 at 38 weather stations in West Java. The first step in analysis data was determined isotropy variogram determined based on spatial distance and anisotropic variogram determined based on distance and direction in the two variables. Furthermore, the best variogram was used for the rainfall prediction. The results showed the best variogram is isotropy with the results of monthly rainfall predictions with the cokriging method having reduced means square error values ranging from 0.54 to 1.46 and the average error value of almost 0.
{"title":"PENERAPAN METODE COKRIGING DENGAN VARIOGRAM ISOTROPI DAN ANISOTROPI DALAM MEMPREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN JAWA BARAT","authors":"A. Djuraidah, Septian Rahardiantoro, Azizah Desiwari","doi":"10.31172/JMG.V20I1.594","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V20I1.594","url":null,"abstract":"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang penting dalam pertanian. Informasi mengenai ukuran curah hujan dapat diketahui dari pos hujan pada suatu wilayah. Permasalahan yang dihadapi adalah tidak semua wilayah memiliki pos hujan, sehingga metode interpolasi spasial dapat digunakan dalam memprediksi besarnya curah hujan pada suatu wilayah. Metode cokriging merupakan salah satu metode interpolasi spasial yang bersifat Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) dengan melibatkan minimum dua peubah. Peubah yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan keeratan hubungannya, yaitu peubah curah hujan dan elevasi pos hujan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan bulanan tahun 1981 hingga 2013 pada 38 pos hujan di wilayah Jawa Barat. Metode analisis diawali dengan menetukan variogram isotropi yang ditentukan berdasarkan jarak spasial dan variogram anisotropi yang ditentukan berdasarkan jarak dan arah pada kedua peubah. Selanjutnya, variogram yang terbaik digunakan untuk prediksi curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan variogram terbaik adalah variogram isotropi dengan hasil prediksi curah hujan bulanan yang mempunyai nilai reduced means square error berkisar antara 0.54 sampai dengan 1.46 dan nilai average error hampir 0.Rainfall is one of the important climatic elements in agriculture. The information on the amount of rainfall can be known from the weather station in a region. The problem faced is not all regions have its own weather station, so that spatial interpolation can be used to predict the amount of rainfall in a region. Cokriging is one of spatial interpolation that has properties BLUP (Best Linear Unbiased Prediction) that involved at least two variables. In this study, the variables used were the amount of rainfall and elevation of the weather station because these variables have a correlation. The data used in this study were monthly rainfall from 1981 to 2013 at 38 weather stations in West Java. The first step in analysis data was determined isotropy variogram determined based on spatial distance and anisotropic variogram determined based on distance and direction in the two variables. Furthermore, the best variogram was used for the rainfall prediction. The results showed the best variogram is isotropy with the results of monthly rainfall predictions with the cokriging method having reduced means square error values ranging from 0.54 to 1.46 and the average error value of almost 0. ","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74706119","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Informasi prediksi curah hujan bulanan di Jawa Tengah sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai sarana penentuan kebijakan di berbagai bidang. Akan tetapi prediksi yang dilakukan masih menggunakan metode statistika Univariat (regresi) dimana hanya menggunakan data curah hujan saja tanpa memasukkan unsur dinamika atmosfer sebagai pengendali iklimnya. Pada studi ini, metode prediksi multivariat dengan analisis korelasi kanonik digunakan untuk meningkatkan akurasi prakiraan hujan bulanan dengan mengkaitkan antara unsur dinamika atmosfer dalam prediksi. Unsur prediktor Southern Oscillation Index (SOI) dan Oceanic Nino Index (ONI) digunakan untuk menghasilkan prediksi dengan korelasi kuat. Selain itu, Skenario topografi wilayah dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan geografis pada hasil prediksi. Dalam penelitian ini diperoleh hasil prediksi curah hujan dalan kurun waktu satu tahun, kemudian hasilnya diuji menggunakan uji korelasi dan RMSE (Root Mean Square Error).
{"title":"VALIDASI CURAH HUJAN KELUARAN METODE ANALISIS KORELASI KANONIK DENGAN SKENARIO TOPOGRAFI WILAYAH DI JAWA TENGAH","authors":"Restu Tresnawati, Rosyidah Rosyidah","doi":"10.31172/JMG.V20I1.429","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V20I1.429","url":null,"abstract":"Informasi prediksi curah hujan bulanan di Jawa Tengah sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai sarana penentuan kebijakan di berbagai bidang. Akan tetapi prediksi yang dilakukan masih menggunakan metode statistika Univariat (regresi) dimana hanya menggunakan data curah hujan saja tanpa memasukkan unsur dinamika atmosfer sebagai pengendali iklimnya. Pada studi ini, metode prediksi multivariat dengan analisis korelasi kanonik digunakan untuk meningkatkan akurasi prakiraan hujan bulanan dengan mengkaitkan antara unsur dinamika atmosfer dalam prediksi. Unsur prediktor Southern Oscillation Index (SOI) dan Oceanic Nino Index (ONI) digunakan untuk menghasilkan prediksi dengan korelasi kuat. Selain itu, Skenario topografi wilayah dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan geografis pada hasil prediksi. Dalam penelitian ini diperoleh hasil prediksi curah hujan dalan kurun waktu satu tahun, kemudian hasilnya diuji menggunakan uji korelasi dan RMSE (Root Mean Square Error).","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"65 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84002497","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
J. A. I. Paski, Donaldi S Permana, Miranti Indri Hastuti, Rahayu Sapta sri Sudewi
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak asimilasi data radar pada model WRF untuk prediksi kejadian hujan ekstrim di wilayah Jabodetabek pada tanggal 11 Desember 2017 yang disebabkan oleh angin monsun barat serta adanya konvergensi dan shearline di wilayah utara Pulau Jawa. Dua eksperimen model WRF dengan data inisial Global Forecast System (GFS) pukul 00.00 UTC dilakukan untuk memprediksi 24 jam ke depan, yaitu (1) tanpa asimilasi data dan (2) dengan asimilasi data reflektifitas radar cuaca dengan teknik 3DVAR. Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter mixing ratio dan curah hujan dari data inisial kedua eksperimen. Uji skill dan keandalan model dalam prediksi curah hujan dilakukan dengan verifikasi luaran model pada 5 stasiun pengamatan di Bandara Sekarno-Hatta (Soetta), Pondok Betung (Ponbet), Kemayoran, Tanjung Priok dan Citeko menggunakan teknik dikotomi (penggolongan hujan/tidak hujan). Hasil menunjukan bahwa data reflektifitas radar (Z) berdampak pada perubahan nilai prediksi parameter mixing ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan awan di wilayah Jabodetabek. Analisis skill Percent Correct (PC), Probabilty of Detection (POD) dan False Alarm Ratio (FAR) menunjukan adanya perbaikan pada eksperimen model dengan asimilasi data radar 3DVAR. Selain itu, analisis skill pada stasiun pengamatan Soekarno-Hatta selalu menunjukan nilai terbaik dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya yang berjarak lebih jauh dari radar cuaca. Penelitian ini dengan jelas menyarankan bahwa asimilasi data (3DVAR) memiliki dampak positif dan perbaikan prakiraan pada simulasi kejadian hujan ekstrim.
{"title":"Dampak Asimilasi Data Radar Produk Cappi pada Prediksi Kejadian Hujan Lebat di Jabodetabek Menggunakan Model WRF-3DVAR","authors":"J. A. I. Paski, Donaldi S Permana, Miranti Indri Hastuti, Rahayu Sapta sri Sudewi","doi":"10.31172/JMG.V20I1.605","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V20I1.605","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak asimilasi data radar pada model WRF untuk prediksi kejadian hujan ekstrim di wilayah Jabodetabek pada tanggal 11 Desember 2017 yang disebabkan oleh angin monsun barat serta adanya konvergensi dan shearline di wilayah utara Pulau Jawa. Dua eksperimen model WRF dengan data inisial Global Forecast System (GFS) pukul 00.00 UTC dilakukan untuk memprediksi 24 jam ke depan, yaitu (1) tanpa asimilasi data dan (2) dengan asimilasi data reflektifitas radar cuaca dengan teknik 3DVAR. Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter mixing ratio dan curah hujan dari data inisial kedua eksperimen. Uji skill dan keandalan model dalam prediksi curah hujan dilakukan dengan verifikasi luaran model pada 5 stasiun pengamatan di Bandara Sekarno-Hatta (Soetta), Pondok Betung (Ponbet), Kemayoran, Tanjung Priok dan Citeko menggunakan teknik dikotomi (penggolongan hujan/tidak hujan). Hasil menunjukan bahwa data reflektifitas radar (Z) berdampak pada perubahan nilai prediksi parameter mixing ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan awan di wilayah Jabodetabek. Analisis skill Percent Correct (PC), Probabilty of Detection (POD) dan False Alarm Ratio (FAR) menunjukan adanya perbaikan pada eksperimen model dengan asimilasi data radar 3DVAR. Selain itu, analisis skill pada stasiun pengamatan Soekarno-Hatta selalu menunjukan nilai terbaik dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya yang berjarak lebih jauh dari radar cuaca. Penelitian ini dengan jelas menyarankan bahwa asimilasi data (3DVAR) memiliki dampak positif dan perbaikan prakiraan pada simulasi kejadian hujan ekstrim.","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"63 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79228220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arus Wyrtki merupakan bagian dari arus ekuatorial yang dihasilkan dari dominasi angin baratan. Penelitian ini menggunakan data observasi bouy RAMA, OSCAR, ERA-Interim pada periode 2000 – 2014. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi arus Wyrtki dan variasi EOF/PC yang dihasilkan pada tahun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus Wyrtki musim dingin Asia lebih kuat dan dan berlangsung pada bulan Februari – Mei dibandingkan dengan musim panas Asia yang berlangsung pada bulan September - November. Arus Wyrtki pada musim panas dan dingin Asia memiliki kecepatan masing – masing sebesar 20 m/s dan 40 m/s. Analisa spasial dan temporal arus Wyrtki sepanjang ekuator terhadap angin zonal menunjukkan bahwa arus Wyrtki yang dibangkitkan pada musim dingin dan panas Asia berhubungan dengan angin baratan yang dihasilkan. Dimana pada pada saat musim panas dan dingin Asia angin zonal maksimum berturut – turut terjadi pada bulan Mei dan November dengan kecepatan masing – masing sebesar 3 m/s dan 4 m/s. Sementara itu nilai varians yang dihasilkan dari 4 komponen teratas EOF/PC memegang 92.1 % variabilitas pengamatan data. Variabilitas skala ruang menunjukkan pada kedalaman ~ 150 m memiliki varians sebesar 0. Sedangkan dari skala temporal varians terbesar dan terendah masing-masing terjadi pada bulan Mei 2003 dan Januari 2008.
{"title":"KARAKTERISTIK MUSIMAN DAN VARIABILITAS ARUS WYRTKI PERIODE 2000 – 2014","authors":"Eko Supriyadi","doi":"10.31172/jmg.v20i1.538","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/jmg.v20i1.538","url":null,"abstract":"Arus Wyrtki merupakan bagian dari arus ekuatorial yang dihasilkan dari dominasi angin baratan. Penelitian ini menggunakan data observasi bouy RAMA, OSCAR, ERA-Interim pada periode 2000 – 2014. Penelitian ini difokuskan pada identifikasi arus Wyrtki dan variasi EOF/PC yang dihasilkan pada tahun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus Wyrtki musim dingin Asia lebih kuat dan dan berlangsung pada bulan Februari – Mei dibandingkan dengan musim panas Asia yang berlangsung pada bulan September - November. Arus Wyrtki pada musim panas dan dingin Asia memiliki kecepatan masing – masing sebesar 20 m/s dan 40 m/s. Analisa spasial dan temporal arus Wyrtki sepanjang ekuator terhadap angin zonal menunjukkan bahwa arus Wyrtki yang dibangkitkan pada musim dingin dan panas Asia berhubungan dengan angin baratan yang dihasilkan. Dimana pada pada saat musim panas dan dingin Asia angin zonal maksimum berturut – turut terjadi pada bulan Mei dan November dengan kecepatan masing – masing sebesar 3 m/s dan 4 m/s. Sementara itu nilai varians yang dihasilkan dari 4 komponen teratas EOF/PC memegang 92.1 % variabilitas pengamatan data. Variabilitas skala ruang menunjukkan pada kedalaman ~ 150 m memiliki varians sebesar 0. Sedangkan dari skala temporal varians terbesar dan terendah masing-masing terjadi pada bulan Mei 2003 dan Januari 2008.","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"59 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84787777","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
U. J. Wisha, R. B. Hatmaja, I. M. Radjawane, T. A. Tanto
West Sumatera Waters have a tremendous dynamic in ocean characteristics. It directly faces the Indian Ocean exactly located below the equator. Consequently, West Sumatera waters are influenced by the tropical climatic factors such as monsoons, climate variability, and the Indian Ocean Dipole (IOD), controlling sea surface temperature (SST) fluctuation in the Indian Ocean. This study aims to review the correlation and coherence of SST distributed by surface wind in the West Sumatera waters. Wavelet method (cross wavelet transforms and wavelet coherence) was used to analyze the correlation and coherency between SST and surface wind. The annual variation of SST for 365 days period is the strongest event throughout the year caused by either monsoon or the changes of wind speed in the surface. Otherwise, the strongest intra-seasonal SST variation of 35 - 60 days observed from December 2012 to March 2013. The highest surface wind speed occurs in the southern and western waters. During the positive dipole mode in October 2015, the surface wind speed is slightly high resulting in the SST declination. Nevertheless, during the negative dipole mode in July 2016, the condition is inversely proportional. The surface wind plays a role in the SST distribution of 35 - 60 days period (intra-seasonal variability). Besides, surface wind with 6 months period (semi-annual variability) influences the SST distribution, identified only in the southern waters and the Indian Ocean regions. These conditions predicted as the influence of monsoon. Sumatera Barat merupakan wilayah perairan yang stategis dimana secara langsung berhadapan dengan Samudera Hindia dan tepat berada pada dibawah Garis Katulistiwa. Oleh karena itu, Perairan Sumatera Barat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim tropis seperti monsun dan variabilitas iklim, sangat terkait dengan Indian Ocean Dipole (IOD) yang mengendalikan fluktuasi suhu permukaan laut (SPL) di Samudera Hindia. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah korelasi dan koherensi antara parameter SPL dan komponen kecepatan angin di perairan Sumatera Barat. Metode wavelet (cross wavelet transform dan wavelet coherence) digunakan untuk menganalisa korelasi dan koherensi dari kedua parameter yang diuji. Variasi tahunan dari SPL pada periode 365 hari merupakan kejadian terkuat sepanjang tahun yang disebabkan oleh monsun atau perubahan pengaruh angin dipermukaan. Sebaliknya, variasi musiman terkuat dari SPL pada periode 35-60 hari ditemukan terjadi pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Kecepatan angin tertinggi terjadi di perairan selatan dan barat. Selama dipole mode positif pada bulan Oktober 2015, kecepatan angin permukaan sedikit meningkat yang mengakibatkan penurunan suhu perairan. Namun, selama dipole mode negatif pada bulan Juli 2016, kondisinya berbanding terbalik. Angin permukaan memainkan peran pada peningkatan distribusi suhu permukaan laut pada periode 35-60 hari (variabilistas musiman). Selain itu, angin permukaan dengan peri
西苏门答腊水域具有巨大的海洋动态特征。它正对着位于赤道下方的印度洋。因此,西苏门答腊水域受季风、气候变率和印度洋偶极子(IOD)等热带气候因子的影响,控制着印度洋的海表温度(SST)波动。本文研究了西苏门答腊海域海温随地面风分布的相关性和相干性。利用小波变换和小波相干分析了海表温度与地面风的相关性和相干性。365天期间海温的年变化是由季风或地面风速变化引起的全年最强事件。另外,2012年12月至2013年3月35 ~ 60天的海温季节性变化最强。最高的海面风速出现在南部和西部水域。在2015年10月正偶极子模态期间,地面风速略高,导致海温赤纬。然而,在2016年7月的负偶极子模式期间,情况成反比。地面风对35 ~ 60 d的海温分布(季节内变率)起作用。此外,海面风以6个月周期(半年变率)影响海温分布,仅在南部水域和印度洋地区存在。这些情况被预测为季风的影响。苏门答腊岛的地方自治政府和地方自治政府都有自己的战略,比如印度的地方自治政府和印度的地方自治政府。印度洋偶极子(IOD)、印度洋偶极子(IOD)、印度洋偶极子(IOD)、印度洋偶极子(IOD)、印度洋偶极子(SPL)、印度洋偶极子(SPL)、印度洋偶极子(SPL)、印度洋偶极子(SPL)。图juan dari penelitian ini adalah menelaah korelasi dan koherensi antara参数SPL dan komponen keepatan angin perairan sumatra Barat。方法小波变换(交叉小波变换,小波相干性)。{{{{{}} {{}} {{}} {{}} {{}}} {{}}} {{}}}} {{}}}}} {{}}}Sebaliknya, varasi musiman terkuat dari SPL pada period 35-60 hari ditemukan terjadi pada bulan 2012年12月2013年兴加市场。keep epatan angin tertinggi terjadi di perairan selatan dan barat。Selama偶极子模正态分析,2015年10月,keepatan angin permukaan sedikit meningkat yang mengakibatkan penurunan suhu perairan。Namun, selama偶极子模式负极性pada, 2016年7月,kondisinya berbanding terbalik。在35-60年的历史时期(气候变化时期),新疆白垩土的分布。Selain itu, angin permukaan dengan第6期bulan (tengah ta湖南)sangat mempengaruhi分布busi suhu yang teridentifii pada wilayah selatan and Samudera hinindia。Kondisi tersebut diperkirakan sebagai pengaruh dari monsun。
{"title":"CORRELATION AND COHERENCE ANALYSIS OF SEA SURFACE TEMPERATURE (SST) DISTRIBUTED BY THE SURFACE WIND IN WEST SUMATERA WATERS","authors":"U. J. Wisha, R. B. Hatmaja, I. M. Radjawane, T. A. Tanto","doi":"10.31172/JMG.V19I2.572","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V19I2.572","url":null,"abstract":"West Sumatera Waters have a tremendous dynamic in ocean characteristics. It directly faces the Indian Ocean exactly located below the equator. Consequently, West Sumatera waters are influenced by the tropical climatic factors such as monsoons, climate variability, and the Indian Ocean Dipole (IOD), controlling sea surface temperature (SST) fluctuation in the Indian Ocean. This study aims to review the correlation and coherence of SST distributed by surface wind in the West Sumatera waters. Wavelet method (cross wavelet transforms and wavelet coherence) was used to analyze the correlation and coherency between SST and surface wind. The annual variation of SST for 365 days period is the strongest event throughout the year caused by either monsoon or the changes of wind speed in the surface. Otherwise, the strongest intra-seasonal SST variation of 35 - 60 days observed from December 2012 to March 2013. The highest surface wind speed occurs in the southern and western waters. During the positive dipole mode in October 2015, the surface wind speed is slightly high resulting in the SST declination. Nevertheless, during the negative dipole mode in July 2016, the condition is inversely proportional. The surface wind plays a role in the SST distribution of 35 - 60 days period (intra-seasonal variability). Besides, surface wind with 6 months period (semi-annual variability) influences the SST distribution, identified only in the southern waters and the Indian Ocean regions. These conditions predicted as the influence of monsoon. Sumatera Barat merupakan wilayah perairan yang stategis dimana secara langsung berhadapan dengan Samudera Hindia dan tepat berada pada dibawah Garis Katulistiwa. Oleh karena itu, Perairan Sumatera Barat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim tropis seperti monsun dan variabilitas iklim, sangat terkait dengan Indian Ocean Dipole (IOD) yang mengendalikan fluktuasi suhu permukaan laut (SPL) di Samudera Hindia. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah korelasi dan koherensi antara parameter SPL dan komponen kecepatan angin di perairan Sumatera Barat. Metode wavelet (cross wavelet transform dan wavelet coherence) digunakan untuk menganalisa korelasi dan koherensi dari kedua parameter yang diuji. Variasi tahunan dari SPL pada periode 365 hari merupakan kejadian terkuat sepanjang tahun yang disebabkan oleh monsun atau perubahan pengaruh angin dipermukaan. Sebaliknya, variasi musiman terkuat dari SPL pada periode 35-60 hari ditemukan terjadi pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013. Kecepatan angin tertinggi terjadi di perairan selatan dan barat. Selama dipole mode positif pada bulan Oktober 2015, kecepatan angin permukaan sedikit meningkat yang mengakibatkan penurunan suhu perairan. Namun, selama dipole mode negatif pada bulan Juli 2016, kondisinya berbanding terbalik. Angin permukaan memainkan peran pada peningkatan distribusi suhu permukaan laut pada periode 35-60 hari (variabilistas musiman). Selain itu, angin permukaan dengan peri","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74624742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arus bawah permukaan khatulistiwa (Equatorial Undercurrent, EUC) memainkan peran penting dalam dinamika Samudra Hindia bagian timur. EUC menyuplai massa air dengan salinitas tinggi yang masuk ke perairan Indonesia. Artikel ini mengkaji EUC dan analisis massa airnya di Samudera Hindia bagian timur pada bujur 90°E dari lintasan 2°S – 2°N pada tanggal 1 – 3 Maret 2017 yang merupakan bagian dari ekspedisi “Indonesia Initiative on maritime Observation and Analysis” (Indonesia Prima 2017). Hasil analisis data suhu, salinitas, dan sigma – t yang diperoleh dari instrumen conductivity, temperature and depth (CTD) pada lima stasiun (CTD11–CTD14) dan profil arus dari Shipboard Acoustic Doppler Current Profiles (SADCP) menunjukkan adanya asupan massa air bersalinitas tinggi dari Laut Arab (Arabian Sea High Salinity Water, ASHSW) yang dicirikan oleh salinitas maksimum (35.15 - 35.2 PSU) pada rentang suhu 18°C - 23°C dan densitas 23 – 25 kg/m 3 . ASHSW dibawa oleh EUC dari Samudera Hindia bagian barat pada lapisan termoklin atas. Ditemukan bahwa EUC selama penelitian ini memiliki kecenderungan karakteristik berupa asimetris lebih kuat ke arah utara khatulistiwa. EUC mengalir ke timur dengan kecepatan maksimum 94 cm/sec. Estimasi transport massa air pada poros EUC berdasarkan kontur salinitas 35.15 dan 35.2 PSU masing masing sebesar 3.4 Sv dan 1.4 Sv, sedangkan pada salinitas 35.00 – 35.10 PSU sebesar 8.7 Sv. Estimasi total transport massa air EUC pada penelitian ini sebesar 13.5 Sv. Equatorial Undercurrent (EUC) plays an important role in the dynamic of the eastern Indian Ocean. EUC supplies water masses with high salinity into Indonesian waters. This article examines the EUC and its water mass characteristics at 90°E across 2°S - 2°N on 1st - 3rd March 2017 which is part of the Initiative on Maritime Observation and Analysis Expedition (Indonesian Prima 2017). The analysis of temperature, salinity, and sigma-t data obtained from conductivity, temperature and depth (CTD) instruments at five stations (CTD11-CTD14) and current profiles of Shipboard Acoustic Doppler Current Profiles (SADCP) indicate the presence of high speed water column flowing the Arabian Sea High Salinity Water (ASHSW) as characterized by maximum salinity (35.15 - 35.2 PSU) in the temperature range of 18 ° C - 23 ° C and density of 23 - 25 kg / m3. ASHSW is carried by EUC from the western Indian Ocean at the upper thermocline layer. It was found that EUC during this study had a tendency to be asymmetrically stronger to the north of the equator. The analysis shows a maximum speed of 94 cm/sec and a transport estimated of EUC water masses based on salinity contour 35.15 and 35.2 PSU respectively of 3.4 Sv and 1.4 Sv, while at salinity 35.00 - 35.10 PSU of 8.7 Sv. The total estimated EUC mass transport calculated in this study is 13.5 Sv.
赤道地下洋流(赤道下,EUC)在东印度洋的动态中扮演着重要的角色。欧共体向印尼水域提供高盐度的水质量。这篇文章回顾EUC和水质量分析在印度洋东部轨道2°,西经90°E的S—2°N的2017年3月1—3日印尼探险”倡议的一部分在maritime Observation印尼和分析”(2017)首席演员。温度,盐度数据分析结果,sigma conductivity——t的仪器,温度和深度(CTD)在五个车站(CTD11—CTD14)和资料水流从Shipboard Acoustic多普勒当前》(SADCP)显示高质量bersalinitas水摄入量从阿拉伯海(阿拉伯海高中Salinity水,最大的特点是盐度的ASHSW) 15 - 35(35。2 PSU)范围在18°C - 23°C的温度和密度23—25 kg / m 3。ASHSW是由欧几里得从西印度洋带到温度计层的。研究发现,欧共体在赤道以北具有更强的非对称特征倾向。欧共体以94厘米/秒的最大速度向东流动。根据EUC轴上的水质量传输估计,其碱度为3.4 Sv和1.4 Sv,而盐度为8.7 Sv。本研究对欧亚航空质量运输的总估算为13.5 Sv。东方印度海洋动力动力中心的一个重要角色。EUC供应高盐分的水质量印尼水域。这文章examines EUC and its水上团characteristics at 90°E穿过°S - 2°N在1月1 - 3 2017年三月,这一部分是Initiative on Maritime Observation和分析印尼Expedition(2017)首席演员。salinity温度之分析》,从conductivity sigma-t获得数据,温度和深度(CTD)仪器at five位置(CTD11-CTD14)》和Shipboard当前》多普勒Acoustic当前》先声》(SADCP) indicate高速度水纵队流动的阿拉伯海高salinity水上(约合ASHSW) characterized by maximum salinity 15 - 35(35。2 PSU)《太阳城的18°C - 23°C的温度和密度的23 - 25公斤/立方米。这是西部印度海洋的EUC在上热层中留下的印象。我发现在这项研究中,欧亚有一种倾向,可以使紧张的关系更强地延伸到赤道以北。分析显示,以3.4 Sv和1.4 Sv为基础的EUC water masses的最大速度是94厘米/sec,并根据3.4 Sv和1.4 Sv的运输标准。这项研究的总估计EUC质量传输为13.5 Sv。
{"title":"ANALISIS MASA AIR DAN ESTIMASI TRANSPORT ARUS BAWAH EKUATOR PADA BUJUR 90°E SELAMA INDONESIA PRIMA 2017","authors":"Edi Kusmanto, Siswanto Siswanto","doi":"10.31172/JMG.V19I2.522","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V19I2.522","url":null,"abstract":"Arus bawah permukaan khatulistiwa (Equatorial Undercurrent, EUC) memainkan peran penting dalam dinamika Samudra Hindia bagian timur. EUC menyuplai massa air dengan salinitas tinggi yang masuk ke perairan Indonesia. Artikel ini mengkaji EUC dan analisis massa airnya di Samudera Hindia bagian timur pada bujur 90°E dari lintasan 2°S – 2°N pada tanggal 1 – 3 Maret 2017 yang merupakan bagian dari ekspedisi “Indonesia Initiative on maritime Observation and Analysis” (Indonesia Prima 2017). Hasil analisis data suhu, salinitas, dan sigma – t yang diperoleh dari instrumen conductivity, temperature and depth (CTD) pada lima stasiun (CTD11–CTD14) dan profil arus dari Shipboard Acoustic Doppler Current Profiles (SADCP) menunjukkan adanya asupan massa air bersalinitas tinggi dari Laut Arab (Arabian Sea High Salinity Water, ASHSW) yang dicirikan oleh salinitas maksimum (35.15 - 35.2 PSU) pada rentang suhu 18°C - 23°C dan densitas 23 – 25 kg/m 3 . ASHSW dibawa oleh EUC dari Samudera Hindia bagian barat pada lapisan termoklin atas. Ditemukan bahwa EUC selama penelitian ini memiliki kecenderungan karakteristik berupa asimetris lebih kuat ke arah utara khatulistiwa. EUC mengalir ke timur dengan kecepatan maksimum 94 cm/sec. Estimasi transport massa air pada poros EUC berdasarkan kontur salinitas 35.15 dan 35.2 PSU masing masing sebesar 3.4 Sv dan 1.4 Sv, sedangkan pada salinitas 35.00 – 35.10 PSU sebesar 8.7 Sv. Estimasi total transport massa air EUC pada penelitian ini sebesar 13.5 Sv. Equatorial Undercurrent (EUC) plays an important role in the dynamic of the eastern Indian Ocean. EUC supplies water masses with high salinity into Indonesian waters. This article examines the EUC and its water mass characteristics at 90°E across 2°S - 2°N on 1st - 3rd March 2017 which is part of the Initiative on Maritime Observation and Analysis Expedition (Indonesian Prima 2017). The analysis of temperature, salinity, and sigma-t data obtained from conductivity, temperature and depth (CTD) instruments at five stations (CTD11-CTD14) and current profiles of Shipboard Acoustic Doppler Current Profiles (SADCP) indicate the presence of high speed water column flowing the Arabian Sea High Salinity Water (ASHSW) as characterized by maximum salinity (35.15 - 35.2 PSU) in the temperature range of 18 ° C - 23 ° C and density of 23 - 25 kg / m3. ASHSW is carried by EUC from the western Indian Ocean at the upper thermocline layer. It was found that EUC during this study had a tendency to be asymmetrically stronger to the north of the equator. The analysis shows a maximum speed of 94 cm/sec and a transport estimated of EUC water masses based on salinity contour 35.15 and 35.2 PSU respectively of 3.4 Sv and 1.4 Sv, while at salinity 35.00 - 35.10 PSU of 8.7 Sv. The total estimated EUC mass transport calculated in this study is 13.5 Sv.","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90301758","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah yang berlokasi di zona subduksi aktif sehingga menyebabkan wilayah tersebut sering mengalami gempabumi. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat seismisitas wilayah Aceh menggunakan metode Gutenberg Richter. Nilai parameter dari hubungan antara frekuensi dengan magnitude gempabumi (Log N = a - bM) diestimasi dengan metode statistik least square , yang kemudian digunakan untuk menghitung indeks seismisitas, periode ulang gempabumi, dan tingkat resiko gempabumi di wilayah Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataset kejadian gempabumi di wilayah Aceh dari bulan Januari 1929 sampai dengan bulan Desember 2017 yang secara geografis terletak pada 2,0°–6,0°LU dan 98,0°–92,0°BT dengan magnitude > 1 dan kedalaman ≤ 60 km. Wilayah penelitian dibagi menjadi 24 grid dengan ukuran 1°×1°. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wilayah Aceh memiliki tingkat seismisitas yang tinggi, diindikasikan dengan nilai a yang bervariasi dari 2,07 sampai dengan 7,31 dan nilai b yang bervariasi dari 0,40 sampai dengan 1,22. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Aceh Singkil merupakan wilayah yang memiliki tingkat resiko terjadinya gempabumi yang paling besar untuk magnitude M ≥ 7, M ≥ 8, dan M ≥ 9 dengan lama waktu ulang masing-masing 23,6; 65,6; dan 182,6 tahun. Aceh Province is one of the regions located in active subduction zones, causing the region to experience frequent earthquakes. This study focuses to determine the seismicity level for the Aceh region using the Gutenberg Richter method. The parameter values of the relationship between frequency and magnitude of earthquakes (Log N = a - bM) were estimated using the statistical least square method, which was then used to calculate seismicity index, recurrence interval of earthquakes, and earthquake risk level for the Aceh Region. The data used in this study is the earthquake dataset collected from January 1929 to December 2017 that located at 2.0° – 6.0° LU and 98.0° – 92.0° BT with magnitudes > 1 and depth ≤ 60 km. The research area was divided into 24 grids with a size of 1°×1°. The analysis results show that the Aceh region has a high seismicity level, indicated by a-value that varies from 2.07 to 7.31 and b-value that varies from 0.40 to 1.22. The study also shows that Aceh Singkil has the largest earthquake risk level for M ≥ 7, M ≥ 8, and M ≥ 9 with a recurrence interval of 23.6, 65.6, and 182.6 years respectively.
{"title":"PENENTUAN TINGKAT SEISMISITAS WILAYAH PROPINSI ACEH DENGAN METODE GUTENBERG RICHTER (NILAI A DAN NILAI B)","authors":"E. Lusiani, Samsul Anwar, Muhammad Fahmi Nugraha","doi":"10.31172/JMG.V19I2.536","DOIUrl":"https://doi.org/10.31172/JMG.V19I2.536","url":null,"abstract":"Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah yang berlokasi di zona subduksi aktif sehingga menyebabkan wilayah tersebut sering mengalami gempabumi. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat seismisitas wilayah Aceh menggunakan metode Gutenberg Richter. Nilai parameter dari hubungan antara frekuensi dengan magnitude gempabumi (Log N = a - bM) diestimasi dengan metode statistik least square , yang kemudian digunakan untuk menghitung indeks seismisitas, periode ulang gempabumi, dan tingkat resiko gempabumi di wilayah Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataset kejadian gempabumi di wilayah Aceh dari bulan Januari 1929 sampai dengan bulan Desember 2017 yang secara geografis terletak pada 2,0°–6,0°LU dan 98,0°–92,0°BT dengan magnitude > 1 dan kedalaman ≤ 60 km. Wilayah penelitian dibagi menjadi 24 grid dengan ukuran 1°×1°. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wilayah Aceh memiliki tingkat seismisitas yang tinggi, diindikasikan dengan nilai a yang bervariasi dari 2,07 sampai dengan 7,31 dan nilai b yang bervariasi dari 0,40 sampai dengan 1,22. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Aceh Singkil merupakan wilayah yang memiliki tingkat resiko terjadinya gempabumi yang paling besar untuk magnitude M ≥ 7, M ≥ 8, dan M ≥ 9 dengan lama waktu ulang masing-masing 23,6; 65,6; dan 182,6 tahun. Aceh Province is one of the regions located in active subduction zones, causing the region to experience frequent earthquakes. This study focuses to determine the seismicity level for the Aceh region using the Gutenberg Richter method. The parameter values of the relationship between frequency and magnitude of earthquakes (Log N = a - bM) were estimated using the statistical least square method, which was then used to calculate seismicity index, recurrence interval of earthquakes, and earthquake risk level for the Aceh Region. The data used in this study is the earthquake dataset collected from January 1929 to December 2017 that located at 2.0° – 6.0° LU and 98.0° – 92.0° BT with magnitudes > 1 and depth ≤ 60 km. The research area was divided into 24 grids with a size of 1°×1°. The analysis results show that the Aceh region has a high seismicity level, indicated by a-value that varies from 2.07 to 7.31 and b-value that varies from 0.40 to 1.22. The study also shows that Aceh Singkil has the largest earthquake risk level for M ≥ 7, M ≥ 8, and M ≥ 9 with a recurrence interval of 23.6, 65.6, and 182.6 years respectively.","PeriodicalId":32347,"journal":{"name":"Jurnal Meteorologi dan Geofisika","volume":"63 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83694797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}