Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.24815/jks.v21i3.20726
Shifa Azzahra, Basuki Supartono
Ankle sprain merupakan cedera muskuloskeletal yang sering terjadi terutama pada atlet. Ankle sprain terjadi akibat regangan berlebihan ataupun robekan pada ligamen pergelangan kaki. Cedera tersebut diyakini dapat sembuh dengan sendirinya namun sering menimbulkan kekambuhan. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang berkualitas serta pencegahan yang tepat untuk cedera tersebut. Jika pencegahan maupun penatalaksaan dilakukan secara tepat, risiko cedera dan kekambuhan pada atlet dapat menurun. Hal ini dapat mempertahankan dan juga meningkatkan performa atlet sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal.
{"title":"REVIEW ARTIKEL MENGAPA ANKLE SPRAIN PADA ATLET SERING KAMBUH ? PERLUKAH DI OPERASI ?","authors":"Shifa Azzahra, Basuki Supartono","doi":"10.24815/jks.v21i3.20726","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20726","url":null,"abstract":"Ankle sprain merupakan cedera muskuloskeletal yang sering terjadi terutama pada atlet. Ankle sprain terjadi akibat regangan berlebihan ataupun robekan pada ligamen pergelangan kaki. Cedera tersebut diyakini dapat sembuh dengan sendirinya namun sering menimbulkan kekambuhan. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang berkualitas serta pencegahan yang tepat untuk cedera tersebut. Jika pencegahan maupun penatalaksaan dilakukan secara tepat, risiko cedera dan kekambuhan pada atlet dapat menurun. Hal ini dapat mempertahankan dan juga meningkatkan performa atlet sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"471 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86845165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.24815/jks.v21i3.20491
Wilda - Mahdani
Purple Urine Bag Syndrome (PUBS) is a rare phenomenon that is commonly overlooked. PUBS occurs in patients who use indwelling urinary catheters. This condition is characterized by a change in the color of urine including the bag and catheter tube turning purple. The purple color comes from the pigment mixture from the end result of the tryptophan metabolic chain reaction with the help of bacteria that produce sulfatase or phosphatase enzymes in the urine. The occurrence of PUBS requires the interaction of various risk factors simultaneously. PUBS can cause concern for patients, families and medical personnel. Lack of understanding and awareness can lead to misdiagnosis and treatment. For this reason, clinicians and medical personnel must be able to identify PUBS and understand its prevention and treatment. PUBS usually has a good prognosis. Correction of the underlying disease and treatment of symptomatic UTIs can reduce the chances of developing this syndrome.
{"title":"Purple Urine Bag Syndrome; Infeksi Saluran Kemih Langka Terkait Penggunaan Kateter Uretra Menetap","authors":"Wilda - Mahdani","doi":"10.24815/jks.v21i3.20491","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20491","url":null,"abstract":"Purple Urine Bag Syndrome (PUBS) is a rare phenomenon that is commonly overlooked. PUBS occurs in patients who use indwelling urinary catheters. This condition is characterized by a change in the color of urine including the bag and catheter tube turning purple. The purple color comes from the pigment mixture from the end result of the tryptophan metabolic chain reaction with the help of bacteria that produce sulfatase or phosphatase enzymes in the urine. The occurrence of PUBS requires the interaction of various risk factors simultaneously. PUBS can cause concern for patients, families and medical personnel. Lack of understanding and awareness can lead to misdiagnosis and treatment. For this reason, clinicians and medical personnel must be able to identify PUBS and understand its prevention and treatment. PUBS usually has a good prognosis. Correction of the underlying disease and treatment of symptomatic UTIs can reduce the chances of developing this syndrome.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"39 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89583257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.24815/jks.v21i3.20646
T. Maharani, Cep Juli, A. Hermawan
Stroke adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan penurunan kualitas hidup akibat penurunan fungsi neurologis. Salah satu alat yang dapat mengukur penurunan fungsi neurologis adalah National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) dengan cara mengukur luaran stroke secara kuantitatif yang terdiri dari sebelas jenis pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik luaran klinis neurologis pasien stroke iskemik berdasarkan NIHSS. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif retrospektif dengan data subjek stroke iskemik pada periode 2017-2019. Pada penelitian ini didapatkan 97 subjek yang terdiri atas 58 pasien aterotrombotik, 33 pasien stroke tromboemboli dan 6 pasien stroke lakunar. Jenis kelamin terbanyak pada subjek adalah perempuan untuk stroke aterotrombotik dan lakunar dan laki-laki untuk stroke tromboemboli. Dengan rentang usia untuk ketiga stroke yaitu ≤ 60 tahun. Lokasi infark yang dilihat berdasarkan CT scan yang terbanyak terletak di hemisfer kiri. Untuk sistem arteri yang terkena paling banyak yaitu arteri karotis. Faktor risiko yang paling sering terjadi pada penelitian ini yaitu hipertensi. Untuk derajat keparahan berdasarkan NIHSS masuk sebagian besar subjek mempunyai skor NIHSS derajat sedang, yaitu berturut-turut 41.4%, 69,7%, dan 16.7% pada stroke aterotrombotik, tromboemboli, dan lakuner. Pada saat pulang sebagian besar skor NIHSS derajat ringan. Pada stroke aterotrombotik 41 subjek (70,7%), stroke tromboemboli 18 subjek (54,5%) dan stroke lakunar 5 subjek (83,3%). Untuk luaran klinis neurologis pasien paling banyak yaitu kelumpuhan wajah, disartria, defisit neurologis motorik lengan dan defisit neurologis motorik tungkai. Pada penelitian ini stroke aterotrombotik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi.
{"title":"Karakteristik luaran klinis neurologis pasien stroke iskemik berdasarkan NIHSS","authors":"T. Maharani, Cep Juli, A. Hermawan","doi":"10.24815/jks.v21i3.20646","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20646","url":null,"abstract":"Stroke adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan penurunan kualitas hidup akibat penurunan fungsi neurologis. Salah satu alat yang dapat mengukur penurunan fungsi neurologis adalah National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) dengan cara mengukur luaran stroke secara kuantitatif yang terdiri dari sebelas jenis pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik luaran klinis neurologis pasien stroke iskemik berdasarkan NIHSS. Metode pada penelitian ini yaitu deskriptif retrospektif dengan data subjek stroke iskemik pada periode 2017-2019. Pada penelitian ini didapatkan 97 subjek yang terdiri atas 58 pasien aterotrombotik, 33 pasien stroke tromboemboli dan 6 pasien stroke lakunar. Jenis kelamin terbanyak pada subjek adalah perempuan untuk stroke aterotrombotik dan lakunar dan laki-laki untuk stroke tromboemboli. Dengan rentang usia untuk ketiga stroke yaitu ≤ 60 tahun. Lokasi infark yang dilihat berdasarkan CT scan yang terbanyak terletak di hemisfer kiri. Untuk sistem arteri yang terkena paling banyak yaitu arteri karotis. Faktor risiko yang paling sering terjadi pada penelitian ini yaitu hipertensi. Untuk derajat keparahan berdasarkan NIHSS masuk sebagian besar subjek mempunyai skor NIHSS derajat sedang, yaitu berturut-turut 41.4%, 69,7%, dan 16.7% pada stroke aterotrombotik, tromboemboli, dan lakuner. Pada saat pulang sebagian besar skor NIHSS derajat ringan. Pada stroke aterotrombotik 41 subjek (70,7%), stroke tromboemboli 18 subjek (54,5%) dan stroke lakunar 5 subjek (83,3%). Untuk luaran klinis neurologis pasien paling banyak yaitu kelumpuhan wajah, disartria, defisit neurologis motorik lengan dan defisit neurologis motorik tungkai. Pada penelitian ini stroke aterotrombotik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74759408","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.24815/jks.v21i3.20714
Sri Wahyuni, N. Lestari, N. Nurjannah, Dedy Syahrizal
Pendahuluan: Praktik Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan bentuk kerjasama antar tenaga kesehatan yang dilakukan secara kolaboratif untuk memastikan asuhan pasien berjalan secara optimal dan berkesinambungan. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan profesi dan keilmuan yang berbeda dituntut untuk bisa berkontribusi secara individu maupun dalam tim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik tim dan kerjasama tim antar PPA dalam implementasi Interprofessional Collaboration di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi menggunakan metode in-depth interview dan Focus Group Discussion (FGD). Data direkam, ditranskripsi kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Informan penelitian ini sebanyak 12 orang PPA yang terdiri dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), perawat, apoteker, dan dietisien. Penelitian dilakukan di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh selama bulan Juni-Juli tahun 2020.Hasil: Hasil penelitian menggambarkan bahwa tim dan kerjasama tim secara interprofessional di RSUD Meuraxa belum efektif. Kegiatan visite bersama yang melibatkan keempat profesi belum pernah dilakukan. Profesi apoteker dan dietisien yang dibutuhkan dalam melakukan kolaborasi tidak cukup dari segi kuantitas. Perawat sesuai kompetensi klinis dalam melaksanakan kolaborasi belum sesuai. PPA belum memahami konsep IPC dengan baik sehingga dominansi kerjasama tim dilakukan oleh profesi dokter-perawat.Diskusi: Rumah Sakit harus melakukan tela’ah staf untuk menyediakan dan mendistribusikan PPA yang cukup secara kuantitas maupun kualitas sesuai kebutuhan kolaborasi. Sosialisasi tentang regulasi dan pelaksanaan Interprofessional Collaboration perlu dilakukan secara berkala agar PPA memahami konsep IPC dengan baik.
{"title":"Praktik Tim dan Kerjasama Tim Antar Profesional Pemberi Asuhan dalam Implementasi Interprofessional Collaboration di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh","authors":"Sri Wahyuni, N. Lestari, N. Nurjannah, Dedy Syahrizal","doi":"10.24815/jks.v21i3.20714","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20714","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Praktik Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan bentuk kerjasama antar tenaga kesehatan yang dilakukan secara kolaboratif untuk memastikan asuhan pasien berjalan secara optimal dan berkesinambungan. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dengan profesi dan keilmuan yang berbeda dituntut untuk bisa berkontribusi secara individu maupun dalam tim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik tim dan kerjasama tim antar PPA dalam implementasi Interprofessional Collaboration di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi menggunakan metode in-depth interview dan Focus Group Discussion (FGD). Data direkam, ditranskripsi kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Informan penelitian ini sebanyak 12 orang PPA yang terdiri dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), perawat, apoteker, dan dietisien. Penelitian dilakukan di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh selama bulan Juni-Juli tahun 2020.Hasil: Hasil penelitian menggambarkan bahwa tim dan kerjasama tim secara interprofessional di RSUD Meuraxa belum efektif. Kegiatan visite bersama yang melibatkan keempat profesi belum pernah dilakukan. Profesi apoteker dan dietisien yang dibutuhkan dalam melakukan kolaborasi tidak cukup dari segi kuantitas. Perawat sesuai kompetensi klinis dalam melaksanakan kolaborasi belum sesuai. PPA belum memahami konsep IPC dengan baik sehingga dominansi kerjasama tim dilakukan oleh profesi dokter-perawat.Diskusi: Rumah Sakit harus melakukan tela’ah staf untuk menyediakan dan mendistribusikan PPA yang cukup secara kuantitas maupun kualitas sesuai kebutuhan kolaborasi. Sosialisasi tentang regulasi dan pelaksanaan Interprofessional Collaboration perlu dilakukan secara berkala agar PPA memahami konsep IPC dengan baik.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"73 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81452964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-23DOI: 10.24815/jks.v21i3.20578
Hajjul Kamil, R. Putri, Ardia Putra, Putri Mayasari, Y. Yuswardi
Dokumentasi keperawatan merupakan kewajiban perawat dalam pelaksanaan proses keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam melakukan pendokumentasian proses keperawatan adalah kemampuan berpikir kritis perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Aceh. Penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional study. Besar sampel 107 perawat, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner California Critical Thinking Disposition Inventory (CCTDI) dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis perawat secara umum dalam kategori baik (72.0%) yang meliputi tujuh elemen yaitu keterbukaan pikiran pada katagori baik (92,5%), mencari kebenaran pada kategori baik (61,7%), analisis pada kategori baik (81,3%), sistematis pada kategori baik (78,5%), percaya diri pada kategori sedang (53,3%), keingintahuan pada kategori baik (76,6%), dan kematangan pada kategori sedang (54,2%). Studi ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis perawat adalah proses yang dikembangkan dalam jangka panjang dan harus dipraktikkan, diperkuat, dan dikembangkan dari waktu ke waktu.
{"title":"Berpikir kritis perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Aceh","authors":"Hajjul Kamil, R. Putri, Ardia Putra, Putri Mayasari, Y. Yuswardi","doi":"10.24815/jks.v21i3.20578","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i3.20578","url":null,"abstract":"Dokumentasi keperawatan merupakan kewajiban perawat dalam pelaksanaan proses keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam melakukan pendokumentasian proses keperawatan adalah kemampuan berpikir kritis perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Aceh. Penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional study. Besar sampel 107 perawat, teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner California Critical Thinking Disposition Inventory (CCTDI) dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis perawat secara umum dalam kategori baik (72.0%) yang meliputi tujuh elemen yaitu keterbukaan pikiran pada katagori baik (92,5%), mencari kebenaran pada kategori baik (61,7%), analisis pada kategori baik (81,3%), sistematis pada kategori baik (78,5%), percaya diri pada kategori sedang (53,3%), keingintahuan pada kategori baik (76,6%), dan kematangan pada kategori sedang (54,2%). Studi ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis perawat adalah proses yang dikembangkan dalam jangka panjang dan harus dipraktikkan, diperkuat, dan dikembangkan dari waktu ke waktu.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77376724","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ketahanan pangan merupakan salah satu sektor yang perlu diperhatikan selama masa pandemi COVID-19. Ketahanan pangan keluarga yang baik mengindikasikan status gizi keluarga tersebut. Peningkatan status gizi akan berdampak terhadap daya tahan tubuh seseorang dalam mencegah penularan penyakit. Penelitian ini memberikan gambaran ketahanan pangan keluarga selama pandemi COVID-19 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif observasional. Pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling dengan jenis snowball sampling yang dilakukan secara online dan melibatkan 436 responden di seluruh kecamatan Kota Langsa serta data diolah dengan menggunakan analisis univariat. Penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap ketahanan pangan di Kota Langsa dengan ditemukannya mayoritas keluarga di Kota Langsa berstatus tahan pangan (52,3%), pangsa pengeluaran pangan keluarga rendah yang mengindikasikan tingkat kesejahteraan tinggi, serta tingkat kecukupan gizi energi dan protein tergolong kelebihan dan normal.
{"title":"Gambaran ketahanan pangan keluarga selama pandemi covid-19 di kota Langsa","authors":"Ninda Azharina, M. Marisa, Irwan Saputra, Rina Suryani Oktari, Iflan Nauval","doi":"10.24815/JKS.V21I2.22471","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I2.22471","url":null,"abstract":"Ketahanan pangan merupakan salah satu sektor yang perlu diperhatikan selama masa pandemi COVID-19. Ketahanan pangan keluarga yang baik mengindikasikan status gizi keluarga tersebut. Peningkatan status gizi akan berdampak terhadap daya tahan tubuh seseorang dalam mencegah penularan penyakit. Penelitian ini memberikan gambaran ketahanan pangan keluarga selama pandemi COVID-19 dengan menggunakan metode penelitian deskriptif observasional. Pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling dengan jenis snowball sampling yang dilakukan secara online dan melibatkan 436 responden di seluruh kecamatan Kota Langsa serta data diolah dengan menggunakan analisis univariat. Penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap ketahanan pangan di Kota Langsa dengan ditemukannya mayoritas keluarga di Kota Langsa berstatus tahan pangan (52,3%), pangsa pengeluaran pangan keluarga rendah yang mengindikasikan tingkat kesejahteraan tinggi, serta tingkat kecukupan gizi energi dan protein tergolong kelebihan dan normal.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"123 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77225440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24815/JKS.V21I2.19362
Dara Tsuraiya Aulia, Yusni Yusni, Husnah Husnah, Iflan Nauval, S. Suryawati
Mahasiswa tergolong usia dewasa yang diharuskan dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi kebiasaan jarang sarapan pada mahasiswa lebih banyak daripada yang memiliki kebiasaan sarapan yang baik. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel diambil secara total sampling dengan jumlah responden sebanyak 133 mahasiswa Fakultas Keperawataan Universitas Syiah Kuala tahun angkatan 2017, namun hanya 80 responden yang masuk kriteria inklusi. Pengetahuan gizi dinilai menggunakan kuesioner dan kebiasaan sarapan dinilai menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil penelitian menunjukkan dari 58 mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi baik, sebanyak 47 mahasiswa (81%) memiliki kebiasaan sarapan yang baik. Sedangkan dari 22 mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi kurang, sebanyak 12 mahasiswa (54,5%) memiliki kebiasaan sarapan yang kurang. Hasil analisis uji chi-square, nilai P value 0,002 (P value 0,05), PR 1,783 (PR 1) artinya semakin baik pengetahuan gizi mahasiswa semakin baik kebiasaan sarapan sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala tahun angkatan 2017.
{"title":"Hubungan antara pengetahuan tentang gizi dengan kebiasaan sarapan pada mahasiswa","authors":"Dara Tsuraiya Aulia, Yusni Yusni, Husnah Husnah, Iflan Nauval, S. Suryawati","doi":"10.24815/JKS.V21I2.19362","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I2.19362","url":null,"abstract":"Mahasiswa tergolong usia dewasa yang diharuskan dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi kebiasaan jarang sarapan pada mahasiswa lebih banyak daripada yang memiliki kebiasaan sarapan yang baik. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel diambil secara total sampling dengan jumlah responden sebanyak 133 mahasiswa Fakultas Keperawataan Universitas Syiah Kuala tahun angkatan 2017, namun hanya 80 responden yang masuk kriteria inklusi. Pengetahuan gizi dinilai menggunakan kuesioner dan kebiasaan sarapan dinilai menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Hasil penelitian menunjukkan dari 58 mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi baik, sebanyak 47 mahasiswa (81%) memiliki kebiasaan sarapan yang baik. Sedangkan dari 22 mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi kurang, sebanyak 12 mahasiswa (54,5%) memiliki kebiasaan sarapan yang kurang. Hasil analisis uji chi-square, nilai P value 0,002 (P value 0,05), PR 1,783 (PR 1) artinya semakin baik pengetahuan gizi mahasiswa semakin baik kebiasaan sarapan sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan pada mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala tahun angkatan 2017.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78751765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24815/JKS.V21I2.21054
D. Koentartiwi
Background: Patent ductus arteriosus is a vascular structure that connects the proximal descending aorta to the roof of the main pulmonary artery near the origin of the left branch pulmonary artery results in congestive heart failure, pulmonary hypertension, recurrent pneumonia and severe malnutrition. Transcatheter closure of PDA usually performed for the body weight above 6 kilograms, this is our first case in our hospital to close PDA in a child with the body weight less than 6 kilograms with satisfactory result.
{"title":"Successful management of patent ductus arteriosus in severely malnourished boy","authors":"D. Koentartiwi","doi":"10.24815/JKS.V21I2.21054","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I2.21054","url":null,"abstract":"Background: Patent ductus arteriosus is a vascular structure that connects the proximal descending aorta to the roof of the main pulmonary artery near the origin of the left branch pulmonary artery results in congestive heart failure, pulmonary hypertension, recurrent pneumonia and severe malnutrition. Transcatheter closure of PDA usually performed for the body weight above 6 kilograms, this is our first case in our hospital to close PDA in a child with the body weight less than 6 kilograms with satisfactory result.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86074285","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24815/jks.v21i2.16145
D. P. Nugraha, Eka Bebasari, Sahwal Sahputra
Stroke is a disease of the brain functional disorders that arises suddenly and lasts more than 24 hours or ends in death situation without a known cause other than vascular disorders. Strokes are generally classified into ischemic stroke (non-hemorrhagic) and hemorrhagic stroke, One of the risk factors of stroke is dyslipidemia. The aim of this study was to describe dyslipidemia in acute stroke patients at Arifin Achmad Regioal General Hospital of Riau Province in January to December 2019. This was a descriptive study design with cross sectional study method by using secondary data of the acute stroke patient's medical record at Arifin Achmad Regional General Hospital of Riau Province in January to December 2019 with a total sample of 103 cases. The results show that stroke is more common in male that is 63 (61.2%) cases, and the majority happened within the 51-65 years age groups with 54 (52.4%) cases. Most of the stroke’s type in patients were hemorrhagic stroke in 59 (57.3%) cases. Highest total of cholesterol level remains normal in 46 (44.7%) cases. The majority of patients still presented with normal level of High Density Lipoprotein (HDL) in 49 (47.6%) cases. In contrary, most patients presented with high level of Low Density Lipoprotein (LDL) in 26 (25.2%) cases and also with normal level but considered as high-risk group in 26 (25.2%) cases. Most patients still presented with normal level of triglyceride in 65 (63.1%) cases. There were 17 (16.5%) cases of patient with dyslipidemia, 9 of them were considered as ischemic stroke (52.9%). The conclusion of this study is that dyslipidemia commonly occurs in ischemic stroke types compared to a hemorrhagic stroke. Keywords: dyslipidemia, stroke, non hemorrhagic stroke
{"title":"Gambaran dislipidemia pada pasien stroke akut di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari-Desember 2019","authors":"D. P. Nugraha, Eka Bebasari, Sahwal Sahputra","doi":"10.24815/jks.v21i2.16145","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/jks.v21i2.16145","url":null,"abstract":"Stroke is a disease of the brain functional disorders that arises suddenly and lasts more than 24 hours or ends in death situation without a known cause other than vascular disorders. Strokes are generally classified into ischemic stroke (non-hemorrhagic) and hemorrhagic stroke, One of the risk factors of stroke is dyslipidemia. The aim of this study was to describe dyslipidemia in acute stroke patients at Arifin Achmad Regioal General Hospital of Riau Province in January to December 2019. This was a descriptive study design with cross sectional study method by using secondary data of the acute stroke patient's medical record at Arifin Achmad Regional General Hospital of Riau Province in January to December 2019 with a total sample of 103 cases. The results show that stroke is more common in male that is 63 (61.2%) cases, and the majority happened within the 51-65 years age groups with 54 (52.4%) cases. Most of the stroke’s type in patients were hemorrhagic stroke in 59 (57.3%) cases. Highest total of cholesterol level remains normal in 46 (44.7%) cases. The majority of patients still presented with normal level of High Density Lipoprotein (HDL) in 49 (47.6%) cases. In contrary, most patients presented with high level of Low Density Lipoprotein (LDL) in 26 (25.2%) cases and also with normal level but considered as high-risk group in 26 (25.2%) cases. Most patients still presented with normal level of triglyceride in 65 (63.1%) cases. There were 17 (16.5%) cases of patient with dyslipidemia, 9 of them were considered as ischemic stroke (52.9%). The conclusion of this study is that dyslipidemia commonly occurs in ischemic stroke types compared to a hemorrhagic stroke. Keywords: dyslipidemia, stroke, non hemorrhagic stroke","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83884588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-30DOI: 10.24815/JKS.V21I2.20087
Tiara Sari
Background: Hypertriglyceridemia can be observed in up to 50% of patients with diabetic ketoacidosis (DKA), but a condition for DKA with very severe hypertriglyceridemia is uncommon. The objective of this case report is to present and describe the clinical features, laboratory investigations, case management, and natural course of hypertriglyceridemia in DKACase summary: A 9-year-old girl referred by district hospital with DKA and hypertriglyceridemia. Chief complaint was a decreased in consciousness for 16 hours before the admission. Patient has been known to suffer from diabetes mellitus within these 9 months. At ER patient looked severely ill, GCS 7, Kussmaul breathing. Random blood glucose was 255 mg/dL. Glycosuria and ketone urine tests were positive. Triglyceride level was 16.200 mg/dL. She had diagnosed with diabetic encephalopathy, DKA and very severe hypertriglyceridemia due to DKA. We treat DKA with standard guidelines, and on the 15th day we gave additional therapy fibrates and omega oil to treat the very severe hypertriglyceridemia. The level of triglyceride decreased gradually with hydration and insulin in standard guideline for DKA but didn’t achieve the normal level. With additional treatment, normal level of triglyceride achieved without any clinical side effects.Conclusion: Triglyceride level should be monitored in DKA patients. The hypertriglyceridemia can be treated by hydration, insulin, fibrates, and omega oil. The use of these treatment need to be evaluated for side effects.
{"title":"Very Severe Hypertriglyceridemia in Children with Diabetic Ketoacidosis","authors":"Tiara Sari","doi":"10.24815/JKS.V21I2.20087","DOIUrl":"https://doi.org/10.24815/JKS.V21I2.20087","url":null,"abstract":"Background: Hypertriglyceridemia can be observed in up to 50% of patients with diabetic ketoacidosis (DKA), but a condition for DKA with very severe hypertriglyceridemia is uncommon. The objective of this case report is to present and describe the clinical features, laboratory investigations, case management, and natural course of hypertriglyceridemia in DKACase summary: A 9-year-old girl referred by district hospital with DKA and hypertriglyceridemia. Chief complaint was a decreased in consciousness for 16 hours before the admission. Patient has been known to suffer from diabetes mellitus within these 9 months. At ER patient looked severely ill, GCS 7, Kussmaul breathing. Random blood glucose was 255 mg/dL. Glycosuria and ketone urine tests were positive. Triglyceride level was 16.200 mg/dL. She had diagnosed with diabetic encephalopathy, DKA and very severe hypertriglyceridemia due to DKA. We treat DKA with standard guidelines, and on the 15th day we gave additional therapy fibrates and omega oil to treat the very severe hypertriglyceridemia. The level of triglyceride decreased gradually with hydration and insulin in standard guideline for DKA but didn’t achieve the normal level. With additional treatment, normal level of triglyceride achieved without any clinical side effects.Conclusion: Triglyceride level should be monitored in DKA patients. The hypertriglyceridemia can be treated by hydration, insulin, fibrates, and omega oil. The use of these treatment need to be evaluated for side effects.","PeriodicalId":32458,"journal":{"name":"JKS Jurnal Kedokteran Syiah Kuala","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74596876","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}