ABSTRAK Seni Karawo merupakan seni ornamen tekstil tradisional yang unik dan berkembang dinamis. Dinamika perkembangan seni Karawo diduga terjadi melalui fase-fase tertentu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengungkap fase-fase perkembangan seni karawo serta faktor-faktor yang memengaruhi. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, telaah dokumen, dan studi pustaka. Data dianalisis secara interaktif melalui tahap reduksi data, display data serta pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, dinamika perkembangan seni karawo dengan berbagai faktor yang memengaruhi terjadi melalui lima fase, yaitu: 1) seni karawo sebagai aktivitas berkesenian dipengaruhi oleh daya kreativitas kreator, kebutuhan keindahan, dan sulam kristik; 2) seni karawo sebagai kegiatan adat dipengaruhi oleh kerumitan seni karawo, kehormatan keluarga dan legitimasi adat; 3) seni karawo sebagai komoditas dipengaruhi oleh keunikan dan keindahan seni karawo, desainer motif, dan kepentingan ekonomi; 4) seni karawo sebagai identitas budaya dipengaruhi oleh keunikan seni karawo dan rasa kesukuan; dan 5) seni karawo sebagai budaya massa (budaya populer) dipengaruhi oleh keunikan dan keindahan seni karawo, kebutuhan ekonomi, media massa, dan popularitas daerah. Kata kunci: seni karawo, faktor internal dan eksternal, dinamika perkembangan. ABSTRACT Karawo Art is a unique and dynamic traditional textile ornament art. The dynamics of the development of Karawo’s art are thought of occurred through certain phases and were influenced by various factors. This study aims to reveal the phases of the development of karawo art and the factors that influence it. The research uses qualitative methods. Data is collected through interviews, observation, document review, and literary study. The data are analyzed interactively through the stages of data reduction, data display and discussion, and drawing conclusions. The results show that the dynamics of karawo art development with the various influencing factors occurred through five phases, namely: 1) karawo art as an artistic activity is influenced by creator’s creativity, the beauty needs, and cross stitching; 2) karawo arts as customary activities are influenced by the complexity of karawo art, family honor and customary legitimacy; 3) karawo art as a commodity is influenced by the uniqueness and beauty of karawo art, motives designer, and economic interests; 4) karawo art as a cultural identity is influenced by the uniqueness of karawo art and ethnicity; and 5) karawo art as a mass culture (popular culture) is influenced by the uniqueness and beauty of karawo art, economic needs, mass media, and regional popularity. Keywords: karawo art, internal and external factors, development dynamics
{"title":"Dinamika Perkembangan Seni Karawo Gorontalo","authors":"I. W. Sudana","doi":"10.33153/GLR.V17I1.2599","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V17I1.2599","url":null,"abstract":"ABSTRAK Seni Karawo merupakan seni ornamen tekstil tradisional yang unik dan berkembang dinamis. Dinamika perkembangan seni Karawo diduga terjadi melalui fase-fase tertentu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengungkap fase-fase perkembangan seni karawo serta faktor-faktor yang memengaruhi. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, telaah dokumen, dan studi pustaka. Data dianalisis secara interaktif melalui tahap reduksi data, display data serta pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, dinamika perkembangan seni karawo dengan berbagai faktor yang memengaruhi terjadi melalui lima fase, yaitu: 1) seni karawo sebagai aktivitas berkesenian dipengaruhi oleh daya kreativitas kreator, kebutuhan keindahan, dan sulam kristik; 2) seni karawo sebagai kegiatan adat dipengaruhi oleh kerumitan seni karawo, kehormatan keluarga dan legitimasi adat; 3) seni karawo sebagai komoditas dipengaruhi oleh keunikan dan keindahan seni karawo, desainer motif, dan kepentingan ekonomi; 4) seni karawo sebagai identitas budaya dipengaruhi oleh keunikan seni karawo dan rasa kesukuan; dan 5) seni karawo sebagai budaya massa (budaya populer) dipengaruhi oleh keunikan dan keindahan seni karawo, kebutuhan ekonomi, media massa, dan popularitas daerah. Kata kunci: seni karawo, faktor internal dan eksternal, dinamika perkembangan. ABSTRACT Karawo Art is a unique and dynamic traditional textile ornament art. The dynamics of the development of Karawo’s art are thought of occurred through certain phases and were influenced by various factors. This study aims to reveal the phases of the development of karawo art and the factors that influence it. The research uses qualitative methods. Data is collected through interviews, observation, document review, and literary study. The data are analyzed interactively through the stages of data reduction, data display and discussion, and drawing conclusions. The results show that the dynamics of karawo art development with the various influencing factors occurred through five phases, namely: 1) karawo art as an artistic activity is influenced by creator’s creativity, the beauty needs, and cross stitching; 2) karawo arts as customary activities are influenced by the complexity of karawo art, family honor and customary legitimacy; 3) karawo art as a commodity is influenced by the uniqueness and beauty of karawo art, motives designer, and economic interests; 4) karawo art as a cultural identity is influenced by the uniqueness of karawo art and ethnicity; and 5) karawo art as a mass culture (popular culture) is influenced by the uniqueness and beauty of karawo art, economic needs, mass media, and regional popularity. Keywords: karawo art, internal and external factors, development dynamics","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49247006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Komposisi musik Ontosoroh mencoba menginterpretasi feminisme Nyai Ontosoroh dalam karya musik Ontosoroh, karya Peni Candra Rini. Dalam karya ini mencoba mengungkap wacana-wacana feminisme dari seorang wanita dalam menghadapi lika-liku kehidupan yang penuh dengan kemalangan dan nasib buruk yang diperoleh sejak kecil. Tetapi dari nasib buruk tersebut, Ontosoroh memiliki tekad yang kuat dalam mengubah nasib hidupnya dari seorang gundik, menjadi seorang pengusaha sukses dengan kekayaan yang melimpah. Karya yang digunakan sebagai obyek material adalah pementasan yang dilakukan di TBJT Surakarta pada 18 Agustus 2013, pukul 19:30. Pementasan ini adalah ‘preview season’ menjelang ‘Australia premiere’ di OzAsia Festival, Adelaide, Australia Selatan, pada tanggal 16 dan 17 September 2013. Pementasan ini dibantu oleh tiga musisi, yakni; Prisha Bashori Mustofa (Biola), Iswanto (Gender), dan Plenthe (Perkusi). Landasan teoritis karya ini menggunakan teori feminisme, sedangkan wacana feminisme yang diperoleh akan dipaparkan menjadi beberapa babak dalam satu pementasan, antara lain babak yang menggambarkan kelahiran tokoh Ontosoroh, Adegan Ontosoroh dijual oleh ayahnya, dan usaha-usaha yang ditampilkan oleh Ontosoroh dalam mengatasi nasib malangnya. Interpretasi feminisme di tafsir ulang dalam bentuk interaksi musikal, berupa komposisi musik dan vokal tunggal. Kata Kunci: Ontosoroh, Bumi Manusia, Feminisme, Peni Candra Rini. ABSTRACT The musical composition Ontosoroh tries to interpret Nyai Ontosoroh’s feminism in the musical work Ontosoroh by Peni Candra Rini. This work tries to uncover feminism discourses from a woman in facing her life that is full of misfortune and bad luck obtained since her childhood. From the bad luck, Ontosoroh has a strong will to change his destiny from a mistress to become a successful businessman with abundant wealth. The work used as a material object is a performance presented at the Surakarta TBJT on August 18, 2013, at 7:30 p.m. This performance is a ‘preview season’ ahead of ‘Australia premiere’ at the OzAsia Festival, Adelaide, South Australia, on September 16 and 17 2013. The performance is assisted by three musicians, namely; Prisha Bashori Mustofa (Biola), Iswanto (Gender), and Plenthe (Percussion). The theoretical basis of this work uses the theory of feminism, and the discourse of feminism obtained will be presented into several stages in one performance. The stages include the birth of Ontosoroh, Ontosoroh is sold by his father, and the struggle of Ontosoroh in overcoming his bad luck. The interpretation of feminism is reinterpreted in the form of musical interaction presented in the form of a musical composition and a single vocalist. Keywords: Ontosoroh, Bumi Manusia, Feminism, Peni Candra Rini.
{"title":"Interpretasi Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh Dalam Novel Bumi Manusia Tulisan Pramoedya Ananta Toer Pada Komposisi Musik Ontosoroh Karya Peni Candra Rini","authors":"Peni Candra Rini","doi":"10.33153/GLR.V17I1.2598","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V17I1.2598","url":null,"abstract":"ABSTRAK Komposisi musik Ontosoroh mencoba menginterpretasi feminisme Nyai Ontosoroh dalam karya musik Ontosoroh, karya Peni Candra Rini. Dalam karya ini mencoba mengungkap wacana-wacana feminisme dari seorang wanita dalam menghadapi lika-liku kehidupan yang penuh dengan kemalangan dan nasib buruk yang diperoleh sejak kecil. Tetapi dari nasib buruk tersebut, Ontosoroh memiliki tekad yang kuat dalam mengubah nasib hidupnya dari seorang gundik, menjadi seorang pengusaha sukses dengan kekayaan yang melimpah. Karya yang digunakan sebagai obyek material adalah pementasan yang dilakukan di TBJT Surakarta pada 18 Agustus 2013, pukul 19:30. Pementasan ini adalah ‘preview season’ menjelang ‘Australia premiere’ di OzAsia Festival, Adelaide, Australia Selatan, pada tanggal 16 dan 17 September 2013. Pementasan ini dibantu oleh tiga musisi, yakni; Prisha Bashori Mustofa (Biola), Iswanto (Gender), dan Plenthe (Perkusi). Landasan teoritis karya ini menggunakan teori feminisme, sedangkan wacana feminisme yang diperoleh akan dipaparkan menjadi beberapa babak dalam satu pementasan, antara lain babak yang menggambarkan kelahiran tokoh Ontosoroh, Adegan Ontosoroh dijual oleh ayahnya, dan usaha-usaha yang ditampilkan oleh Ontosoroh dalam mengatasi nasib malangnya. Interpretasi feminisme di tafsir ulang dalam bentuk interaksi musikal, berupa komposisi musik dan vokal tunggal. Kata Kunci: Ontosoroh, Bumi Manusia, Feminisme, Peni Candra Rini. ABSTRACT The musical composition Ontosoroh tries to interpret Nyai Ontosoroh’s feminism in the musical work Ontosoroh by Peni Candra Rini. This work tries to uncover feminism discourses from a woman in facing her life that is full of misfortune and bad luck obtained since her childhood. From the bad luck, Ontosoroh has a strong will to change his destiny from a mistress to become a successful businessman with abundant wealth. The work used as a material object is a performance presented at the Surakarta TBJT on August 18, 2013, at 7:30 p.m. This performance is a ‘preview season’ ahead of ‘Australia premiere’ at the OzAsia Festival, Adelaide, South Australia, on September 16 and 17 2013. The performance is assisted by three musicians, namely; Prisha Bashori Mustofa (Biola), Iswanto (Gender), and Plenthe (Percussion). The theoretical basis of this work uses the theory of feminism, and the discourse of feminism obtained will be presented into several stages in one performance. The stages include the birth of Ontosoroh, Ontosoroh is sold by his father, and the struggle of Ontosoroh in overcoming his bad luck. The interpretation of feminism is reinterpreted in the form of musical interaction presented in the form of a musical composition and a single vocalist. Keywords: Ontosoroh, Bumi Manusia, Feminism, Peni Candra Rini.","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49275473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Karya “Kalatidha” adalah pertunjukan komposisi musik yang mengangkat isi Serat Kalatidha sebagai ide gagasannya. Terciptanya karya “Kalatidha” dilatarbelakangi oleh kegundahan hati melihat keadaan sekitar yang mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Karya sastra Serat Kalatidha dianggap mampu untuk mewadahi kegundahan hati karena substansinya masih aktual dan apresiatif hingga sekarang. Tujuan penyusunan karya “Kalatidha” adalah dapat menyampaikan dan menggambarkan secara musikal isi substansi Serat Kalatidha. Hasil dari pengamatan mendalam terhadap Serat Kalatidha, dapat ditangkap bahwa inti dari isi Serat Kalatidha ada lima butir. Adapun kelima butir tersebut sebagai berikut: (1) Keadaan negara yang penuh keraguan karena tidak adanya tauladan dari pemimpin. (2) Boleh merasa sedih ketika mendapatkan cobaan, namun harus segera bangkit dan menyadari bahwa semua cobaan yang dialami sudah ditakdirkan. (3) Kepandaian dan kedudukan yang didapatkan akan mengakibatkan datangnya petaka jika seseorang tidak mempunyai moral yang baik. (4) Mawas diri, berserah dan berdoa kepada Sang Pencipta, karena Dialah yang menentukan segalanya. (5) Harus tetap semangat untuk berpegang teguh pada kebenaran walaupun dikelilingi perbuatan yang angkara dengan tetap menganggap bahwa seuntung-untungnya orang yang lalai, masih beruntung yang selalu ingat dan waspada. Butir-butir tersebut digunakan sebagai titik pijak tema cerita atau penggambaran situasional untuk menyusun materi musikal dan garap masing-masing komposisi musik dalam karya “Kalatidha”. Adapun komposisi musik tersebut sebagai berikut: Aruhara”, “Kantaka”, “Awignya Angkara”, “Pamuja Pujastawa” dan “Pramana Prayitna”. Penyusunan karya “Kalatidha” menggunakan tiga tahapan, yaitu: penyusunan gagasan isi, penyusunan ide garapan dan penuangan ide garapan. Tahapan dalam penuangan ide meliputi eksplorasi teknik, eksplorasi pola permainan instrumen, pencarian melodi melalui eksplorasi, penyusunan bagian komposisi, penyambungan antara bagian komposisi, pengolahan volume, tempo sajian dan evaluasi. Hasil dari penyusunan karya dan tesis karya seni “Kalatidha” diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif rujukan untuk menyusun karya musik baru bagi mahasiswa penciptaan musik, khususnya mahasiswa karawitan. Kata Kunci: “Kalatidha”, Serat Kalatidha, Komposisi Musik, Penciptaan Musik, Eksplorasi. ABSTRACT The work “Kalatidha” is a musical composition performance that elevates the contents of Serat Kalatidha as an idea. The creation of the work “Kalatidha” was motivated by the anxiety of seeing a deteriorating situation in various fields. The literary work of Serat Kalatidha is considered capable to accommodate the anxiety for the substance is still actual and appreciative until now. The purpose of the work “Kalatidha” is to convey and to describe musically the substance of Serat Kalatidha. The in-depth observations of Serat Kalatidha shows that Serat Kalatida contains five points as follows: it can be captured t
抽象的“kadridha”是一种音乐成分的展示,它能把Kalatidha纤维的内容提升到一个想法中。“Kalatidha”的创造是由观察不同领域环境恶化的焦虑所支持的。刚毛文学作品被认为能够积累心灵忧郁,因为这种物质至今仍是真实和感恩的。制作“Kalatidha”作品的目的是能够音乐表达和描述Kalatidha纤维的内容。由于对kadridha纤维的深入观察,可以捕获Kalatidha纤维的核心有5粒。至于这五项,如下:(1)由于缺乏领导人的领导领导,该国局势处于怀疑状态。(2)面对试炼时可能会感到悲伤,但必须迅速站起来,认识到所有的试炼都是命中注定的。如果一个人缺乏良好的道德品质,他所获得的智力和地位将导致灾难性的后果。(4)祷告,顺服,向创造主祷告,因为他掌管一切。(5)在愤怒的行为中,保持对真理的热情,认为疏忽大意的人是幸运的,是幸运的人总是记得和警惕。这些段落被用作故事主题或情景描述的支点,将音乐和音乐的个别组成组成“Kalatidha”作品。至于这些作品,包括《阿鲁拉》、《Kantaka》、《愤怒的场景》、《Pamuja Pujastawa》和《Pramana Prayitna》。“kaitidha”的排版采用了三个步骤:内容思想的汇编、吸收思想的排版和吸收思想的排版。思想接触的各个阶段包括技术探索、工具游戏模式的探索、通过探索来寻找旋律的过程、成分的编排、对成分的处理、音量处理、评价和评价的分级。“katitdha”艺术创作的作品和论文被期望是为音乐创作学生,尤其是karawitan学生创作新音乐作品的替代参考。关键词:“Kalatidha”,Kalatidha纤维,音乐成分,音乐创造,探索。缺席的工作“卡蒂达”是一种音乐表现,其强度相当于一种想法。工作“卡蒂达”的产生是由在不同领域看到退化情况的焦虑所激发的。一种透明质纤维的物质被认为能够适应这种物质的抗焦虑在此之前仍然是真实的和值得欣赏的。工作的目的是融合和真正地描述kaindha纤维的物质。在不协调的情况下,Kalatidha纤维的观察表明,kadiadha纤维的核心包含五个点:这五个方面是可信的:(1)一个州充满了疑问,因为没有领袖的指导。(2)试炼的时候,一个人可能会感到难过,但他必须立即醒来,意识到这一切都是命中注定的。(3)如果有人没有道德观念,情报和保密将导致灾难。(4)反省、向上帝投降和祈祷,因为他是决定一切的人。(5)保持精神,坚持真理,即使被冷酷的行动和不断的怀疑所包围,一个人必须永远记住并警告他的生活要安全。这些段落过去是该主题或情况的起点,以其独特的特点为特色的音乐材料,并在每一部音乐剧中发挥作用。音乐的背景是《芝麻》、《Kantaka》、《愤怒的布道》、《Pamuja Pujastawa》和《Prayitna》。工作的准备“卡蒂达”uses three stages, namely:对理想的准备,对理想和理想的总结。在conveying ideas包括技术探索,探索工具探索,探索探索,寻找合适的部分,替换相应的部分,编辑部分,编辑卷,演示和评估的节奏。作品的再现和“卡蒂达”论文的预期是为音乐创造专业学生的新音乐作品提供替代参考。主题:“kadridha”、kapradha纤维、音乐组合、音乐创造、探索。
{"title":"“Kalatidha” : Sebuah Komposisi Musik Program","authors":"Wahyu Thoyyib Pambayun","doi":"10.33153/GLR.V17I1.2602","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V17I1.2602","url":null,"abstract":"ABSTRAK Karya “Kalatidha” adalah pertunjukan komposisi musik yang mengangkat isi Serat Kalatidha sebagai ide gagasannya. Terciptanya karya “Kalatidha” dilatarbelakangi oleh kegundahan hati melihat keadaan sekitar yang mengalami kemerosotan di berbagai bidang. Karya sastra Serat Kalatidha dianggap mampu untuk mewadahi kegundahan hati karena substansinya masih aktual dan apresiatif hingga sekarang. Tujuan penyusunan karya “Kalatidha” adalah dapat menyampaikan dan menggambarkan secara musikal isi substansi Serat Kalatidha. Hasil dari pengamatan mendalam terhadap Serat Kalatidha, dapat ditangkap bahwa inti dari isi Serat Kalatidha ada lima butir. Adapun kelima butir tersebut sebagai berikut: (1) Keadaan negara yang penuh keraguan karena tidak adanya tauladan dari pemimpin. (2) Boleh merasa sedih ketika mendapatkan cobaan, namun harus segera bangkit dan menyadari bahwa semua cobaan yang dialami sudah ditakdirkan. (3) Kepandaian dan kedudukan yang didapatkan akan mengakibatkan datangnya petaka jika seseorang tidak mempunyai moral yang baik. (4) Mawas diri, berserah dan berdoa kepada Sang Pencipta, karena Dialah yang menentukan segalanya. (5) Harus tetap semangat untuk berpegang teguh pada kebenaran walaupun dikelilingi perbuatan yang angkara dengan tetap menganggap bahwa seuntung-untungnya orang yang lalai, masih beruntung yang selalu ingat dan waspada. Butir-butir tersebut digunakan sebagai titik pijak tema cerita atau penggambaran situasional untuk menyusun materi musikal dan garap masing-masing komposisi musik dalam karya “Kalatidha”. Adapun komposisi musik tersebut sebagai berikut: Aruhara”, “Kantaka”, “Awignya Angkara”, “Pamuja Pujastawa” dan “Pramana Prayitna”. Penyusunan karya “Kalatidha” menggunakan tiga tahapan, yaitu: penyusunan gagasan isi, penyusunan ide garapan dan penuangan ide garapan. Tahapan dalam penuangan ide meliputi eksplorasi teknik, eksplorasi pola permainan instrumen, pencarian melodi melalui eksplorasi, penyusunan bagian komposisi, penyambungan antara bagian komposisi, pengolahan volume, tempo sajian dan evaluasi. Hasil dari penyusunan karya dan tesis karya seni “Kalatidha” diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif rujukan untuk menyusun karya musik baru bagi mahasiswa penciptaan musik, khususnya mahasiswa karawitan. Kata Kunci: “Kalatidha”, Serat Kalatidha, Komposisi Musik, Penciptaan Musik, Eksplorasi. ABSTRACT The work “Kalatidha” is a musical composition performance that elevates the contents of Serat Kalatidha as an idea. The creation of the work “Kalatidha” was motivated by the anxiety of seeing a deteriorating situation in various fields. The literary work of Serat Kalatidha is considered capable to accommodate the anxiety for the substance is still actual and appreciative until now. The purpose of the work “Kalatidha” is to convey and to describe musically the substance of Serat Kalatidha. The in-depth observations of Serat Kalatidha shows that Serat Kalatida contains five points as follows: it can be captured t","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47454394","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Penelitian berjudul “ Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” merupakan penelitian kualitatif dengan cara melihat pertunjukan dan menganalisis menggunakan teori Tekstual. Teori ini dikemukakan oleh Satoto yang mengungkapkan bahwa tekstur dramatik adalah sesuatu yang terindera. Hasil penelitan ini mengungkap berbagai elemen pertunjukan meliputi dialog, iringan musik dan spektakel. Dialog dapat didengar pilah atau tidaknya yang disesuaikan dengan karakter tokoh yang dimainkan, iringan musik dapat didengar dan dikaji mengenai keselarasan dengan adegan yang dimainkan sedangkan spektakel dapat dilihat dengan indera penglihatan mengenai bentuk setting, properti dan tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Wong Sriwedari Lakon Mintaraga. Kata kunci: Tekstur dramatik, Dialog, Spektakel. ABSTRAKThe research entitled “Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” is a qualitative research by looking at performances and analyzing using Textual theory. This theory was put forward by Satoto. It says that dramatic texture is something that is sensed. The results of this research reveal the various elements of the show including dialogue, musical accompaniment and spectacles. Dialogue can be heard according to the characters being played, musical accompaniment can be heard and studied in harmony with the scene played, while the spectacle can be seen regarding to the form of setting, properties and lighting used in the Wayong Wong Sriwedari performance lakon Mintaraga . Keywords: Dramatic Texture, Dialogue, Spectacles.
深奥的Satoto提出了这一理论,揭示了戏剧质感是一种拥有的东西。该出版物的结果揭示了该节目的各种元素,包括对话、音乐曲目和眼镜。对话可以通过选择或不匹配所扮演角色的性格来听到,音乐曲目可以被听到并测试与所扮演场景的兼容性,而眼镜可以通过视觉感官看到,关于Wayang Wong Sriwedari Lakon Mintaraga表演中使用的设置、特性和灯光系统的形式。关键词:戏剧性的质感,对话,奇观。这项名为“Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari”的研究是一项通过观察表演和运用文本理论进行分析的定性研究。这个理论是佐藤提出的。它说戏剧性的质感是被感知到的。这项研究的结果揭示了该节目的各种元素,包括对话、音乐伴奏和场面。根据所扮演的角色可以听到对话,可以听到音乐伴奏,并与所扮演的场景和谐相处,同时可以看到Wayong Wong Sriwedari表演lakon Mintaraga中使用的场景、属性和灯光的形式。关键词:戏剧质感,对话,眼镜。
{"title":"Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari","authors":"Wisnu Samodro","doi":"10.33153/GLR.V17I1.2601","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V17I1.2601","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penelitian berjudul “ Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” merupakan penelitian kualitatif dengan cara melihat pertunjukan dan menganalisis menggunakan teori Tekstual. Teori ini dikemukakan oleh Satoto yang mengungkapkan bahwa tekstur dramatik adalah sesuatu yang terindera. Hasil penelitan ini mengungkap berbagai elemen pertunjukan meliputi dialog, iringan musik dan spektakel. Dialog dapat didengar pilah atau tidaknya yang disesuaikan dengan karakter tokoh yang dimainkan, iringan musik dapat didengar dan dikaji mengenai keselarasan dengan adegan yang dimainkan sedangkan spektakel dapat dilihat dengan indera penglihatan mengenai bentuk setting, properti dan tata cahaya yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Wong Sriwedari Lakon Mintaraga. Kata kunci: Tekstur dramatik, Dialog, Spektakel. ABSTRAKThe research entitled “Kajian Tekstur Dramatik Lakon Mintaraga Sajian Wayang Wong Sriwedari” is a qualitative research by looking at performances and analyzing using Textual theory. This theory was put forward by Satoto. It says that dramatic texture is something that is sensed. The results of this research reveal the various elements of the show including dialogue, musical accompaniment and spectacles. Dialogue can be heard according to the characters being played, musical accompaniment can be heard and studied in harmony with the scene played, while the spectacle can be seen regarding to the form of setting, properties and lighting used in the Wayong Wong Sriwedari performance lakon Mintaraga . Keywords: Dramatic Texture, Dialogue, Spectacles.","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47308655","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Egi Sofiandika. C0613018. 2013. ROBOT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI (DALAM DIGITAL PAINTING). Pengantar Tugas Akhir (S-1). Program Studi Seni Rupa Murni. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Sebelas Maret. Tugas Akhir ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul robot sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni, yaitu robot sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu; 1) apa yang terjadi terjadi robot, 2) membahas robot dalam penciptaan karya seni ke digital painting 3) memvisualisasikan bentuk robot kedalam karya seni digital painting. robot diciptakan guna memenuhi kebutuhan kosumen, ada pun jenisnya; robot mobile, robot manipulator, robot humanoid, flying robot, robot berkaki, robot animalia, robot cyborg. perkembangan teknologi robot meledak begitu pesatnya seakan-akan tidak ada ujungnya. Tahun demi tahun perusahan yang berbasis teknologi berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi robotnya terlihat seperti ajang pamer untuk menunjukan siapa yang lebih unggul dalam menciptakan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, di karenakan penulis beranggapan bahwa robot merupakan teknolgi yang misterius dan ingin memaparkan sudut pandangnya tentang gambaran robot. Tujuan dari penulis ialah mendiskripsikan perkembangan teknologi bebasis robot, serta berharap karya lukis digital painting dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan terutama di bidang seni. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan berdasarkan sumber yang di dapat, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asas keseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep menjadi gambar yang di buat sedemikian rupa dengan menggunakan teknik digital painting. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik, terhiburan dan paham untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung didalamnya. Kata kunci: robot, digital painting, Seni Lukis
{"title":"Robot Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Karya Seni","authors":"Egi Sofiandika, Narsen Avatara","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2188","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2188","url":null,"abstract":"Abstrak Egi Sofiandika. C0613018. 2013. ROBOT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI (DALAM DIGITAL PAINTING). Pengantar Tugas Akhir (S-1). Program Studi Seni Rupa Murni. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Sebelas Maret. Tugas Akhir ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul robot sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni, yaitu robot sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini, yaitu; 1) apa yang terjadi terjadi robot, 2) membahas robot dalam penciptaan karya seni ke digital painting 3) memvisualisasikan bentuk robot kedalam karya seni digital painting. robot diciptakan guna memenuhi kebutuhan kosumen, ada pun jenisnya; robot mobile, robot manipulator, robot humanoid, flying robot, robot berkaki, robot animalia, robot cyborg. perkembangan teknologi robot meledak begitu pesatnya seakan-akan tidak ada ujungnya. Tahun demi tahun perusahan yang berbasis teknologi berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi robotnya terlihat seperti ajang pamer untuk menunjukan siapa yang lebih unggul dalam menciptakan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, di karenakan penulis beranggapan bahwa robot merupakan teknolgi yang misterius dan ingin memaparkan sudut pandangnya tentang gambaran robot. Tujuan dari penulis ialah mendiskripsikan perkembangan teknologi bebasis robot, serta berharap karya lukis digital painting dapat menjadi masukan bagi ilmu pengetahuan terutama di bidang seni. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan berdasarkan sumber yang di dapat, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asas keseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep menjadi gambar yang di buat sedemikian rupa dengan menggunakan teknik digital painting. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik, terhiburan dan paham untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung didalamnya. Kata kunci: robot, digital painting, Seni Lukis","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48602205","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keindahan intelektual adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Pengetahuan tradisi yang dimiliki Efyuhardi sebagai putra daerah Pariaman, serta ilmu teater yang didapatkannya melalui pendidikan Seni Teater menjadikan karya Simarantang Karang Manih menarik untuk ditinjau dari proses kreatif. Tindakan kreatif Efyuhardi mengimplementasi budaya Pariaman ke dalam bentuk Simarantang diidentifikasi sebagai Tuo Randai.1 Tindakan kreatif Efyuhardi pada penciptaan Simarantang Karang Manih bernaung pada estetika Minangkabau yaitu Alua jo Patuik.
Kata kunci: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Proses Kreatif dan Alua jo Patuik.
ABSTRAK
Intellectual beauty is the beautiful thinking based on science. Beauty in a pure aesthetic sense concerns with the aesthetic experience of a person in relation to everything he perceives. Traditional knowledge belongs to Efyuhardi as a son of the Pariaman region as well as the theater knowledge he got made the work of Simarantang Karang Manih interesting to be reviewed in case of its creative process. Efyuhardi’s Creative action in implementing the Pariaman culture in the form of Simarantang is identified as Tuo Randai. Efyuhardi’s creative action in the creation of Simarantang Karang Manih is based on the Minangkabau aesthetic, namely Alua jo Patuik.
Keywords: Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Creative Process and Alua jo Patuik.
知识美是一种建立在科学基础上的美丽思想。纯粹美学意义上的美承载着一个人与他所说的一切相关的审美体验。Efyuhardi作为议会区之子的传统知识,以及他通过艺术戏剧教育获得的戏剧科学,使Manic Karang Simaratang的作品具有吸引力,可以通过创作过程来推广。Efyuhardi的创造性行动以被认定为托兰黛的西玛朗堂的形式实施了议会文化。1 Efyuhaldi在创造Manic Karang Simaratang上的创造性行动米南卡保美学上的阴影是Alua jo Patuik。关键词:Manic Karang-Simartang,Efyuhhardi,creative Process和Alua jo Patuik。智慧美是建立在科学基础上的美丽思维。纯粹美学意义上的美是指一个人对他所感知的一切的审美体验。作为Pariaman地区的儿子,传统知识属于Efyuhardi,他所获得的戏剧知识使Simaratang Karang Manih的作品变得有趣,值得回顾其创作过程。埃夫尤哈尔迪在以司然堂的形式实施巴列曼文化方面的创造性行动被认定为陀染岱。Efyuhardi在《西玛朗堂·卡朗玛尼》创作中的创造性行为是基于米南卡保美学,即Alua jo Patuik。〔UNK〕关键词:西玛兰唐·卡朗·马尼,Efyuhardi,创意过程和Alua jo Patuik。
{"title":"ALUA JO PATUIK PROSES KREATIF SIMARANTANG KARANG MANIH EFYUHARDI","authors":"Fani Dilasari","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2492","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2492","url":null,"abstract":"<p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong> </strong></p><p>Keindahan intelektual adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Pengetahuan tradisi yang dimiliki Efyuhardi sebagai putra daerah Pariaman, serta ilmu teater yang didapatkannya melalui pendidikan Seni Teater menjadikan karya Simarantang Karang Manih menarik untuk ditinjau dari proses kreatif. Tindakan kreatif Efyuhardi mengimplementasi budaya Pariaman ke dalam bentuk Simarantang diidentifikasi sebagai <em>Tuo Randai.</em>1 Tindakan kreatif Efyuhardi pada penciptaan Simarantang Karang Manih bernaung pada estetika Minangkabau yaitu <em>Alua jo Patuik</em>.</p><p><strong>Kata kunci: </strong><em>Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Proses Kreatif dan Alua jo Patuik.</em></p><p><em> </em></p><p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong> </strong></p><p><em>Intellectual beauty is the beautiful thinking based on science. Beauty in a pure aesthetic sense concerns with the aesthetic experience of a person in relation to everything he perceives. Traditional knowledge belongs to Efyuhardi as a son of the Pariaman region as well as the theater knowledge he got made the work of Simarantang Karang Manih interesting to be reviewed in case of its creative process. Efyuhardi’s Creative action in implementing the Pariaman culture in the form of Simarantang is identified as Tuo Randai. Efyuhardi’s creative action in the creation of Simarantang Karang Manih is based on the Minangkabau aesthetic, namely Alua jo Patuik.</em></p><p><em> </em></p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Simarantang Karang Manih, Efyuhardi, Creative Process and Alua jo Patuik.</em>","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42838909","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Jurnal ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul kritik sosial sebuah cinta sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam hal ini, yaitu; 1) hubungan antara cinta dengan kondisi sosial masyarakat yang digambarkan dalam seni lukis, 2) membahas tema kritik sosial sebuah cinta dalam seni lukis?, 3) memvisualisasikan kritik tentang cinta dalam sudut pandang sosial melalui karya seni lukis. Cinta merupakan hasrat naluriah manusia yang diberikan oleh Tuhan, cinta melibatkan perasan emosi yang dalam, dan berefek keindahan bagi penikmatnya. Aktifitas bercinta sebagai pengungkapan hasrat rasa saling cinta antar sesama manusia, menjadi aktifitas yang terlarang ketika melanggar norma sosial kesusilaan, dan dapat menjerumuskan seseorang ke arah degradasi moral serta memberikan dampak negatif secarapsikologis, seperti penyimpangan orientasi seksual, depresi, hingga terjadi kasus bunuh diri. Sehingga pada kasus tertentu dapat mengakibatkan tindakan diluar akal sehat dan tidak berperikemanusiaan seperti aborsi dan kasus pembunuhan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, dikarenakan penulis terketuk hati nuraninya ingin memaparkan sudut pandangnya tentang kritik sosial dari degradasi moral yang berkembang di masyarakat yang di atas namakan cinta. Tujuan dari penulis ialah menjadikan karya lukis sebagai media kritik atas penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat serta Mendiskripsikan degradasi moral manusia akibat pemahaman yang dangkal tentang cinta. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asaskeseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep ke dalam kanvas dengan cat minyak, yang di padu dengan sapuan kuas teknik opaque. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kata kunci: kritik sosial, cinta, seni lukis. ABSTRACTThis journal interprets the idea of the author’s imagination in the title “Kritik Sosial Sebuah Cinta” as the main theme. There are several problems discussed in this regard, namely: 1) the relationship between love and the social conditions of society described in painting arts, 2) discussing the theme of social criticism of love in painting, 3) visualizing criticism of love in a social perspective through love. Love is an instinctive desire of human given by God. Love involves deep emotional feelings, and has beautiful effect for the connoisseurs. The act of making love as an expression of mutual love between human beings is prohibited when it is violating social norms of decency and can plunge someone towards moral degradation, have a negative psychological impact, such as sexual orientation deviation, depression, and suicide. In certain cases,
{"title":"KRITIK SOSIAL SEBUAH CINTA (DALAM SENI LUKIS)","authors":"Leska Latansa Dina, Yayan Suherlan, Dona Prawita","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2491","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2491","url":null,"abstract":"ABSTRAK Jurnal ini menginterpretasikan gagasan imajinasi penulis dalam judul kritik sosial sebuah cinta sebagai tema utama. Terdapat beberapa permasalahan yang dibahas dalam hal ini, yaitu; 1) hubungan antara cinta dengan kondisi sosial masyarakat yang digambarkan dalam seni lukis, 2) membahas tema kritik sosial sebuah cinta dalam seni lukis?, 3) memvisualisasikan kritik tentang cinta dalam sudut pandang sosial melalui karya seni lukis. Cinta merupakan hasrat naluriah manusia yang diberikan oleh Tuhan, cinta melibatkan perasan emosi yang dalam, dan berefek keindahan bagi penikmatnya. Aktifitas bercinta sebagai pengungkapan hasrat rasa saling cinta antar sesama manusia, menjadi aktifitas yang terlarang ketika melanggar norma sosial kesusilaan, dan dapat menjerumuskan seseorang ke arah degradasi moral serta memberikan dampak negatif secarapsikologis, seperti penyimpangan orientasi seksual, depresi, hingga terjadi kasus bunuh diri. Sehingga pada kasus tertentu dapat mengakibatkan tindakan diluar akal sehat dan tidak berperikemanusiaan seperti aborsi dan kasus pembunuhan. Penulis tertarik mengambil tema tersebut, dikarenakan penulis terketuk hati nuraninya ingin memaparkan sudut pandangnya tentang kritik sosial dari degradasi moral yang berkembang di masyarakat yang di atas namakan cinta. Tujuan dari penulis ialah menjadikan karya lukis sebagai media kritik atas penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat serta Mendiskripsikan degradasi moral manusia akibat pemahaman yang dangkal tentang cinta. Metode Penciptaan melaui penggalian ide dari pengamatan dan sebuah perenungan, dan hasil pengamatan dikonsep melalui rancangan sketsa yang ditata berdasarkan asaskeseni rupaan, tahapan terakhir ialah, memindahkan ide yang terkonsep ke dalam kanvas dengan cat minyak, yang di padu dengan sapuan kuas teknik opaque. Hasil karya yang diolah melalui pendekatan simbolisme visual yang bersifat komunikatif dan umum, yang dikemas secara estetik, diharapan penikmat tertarik untuk melihat apa yang disampaikan oleh karya lukis serta pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kata kunci: kritik sosial, cinta, seni lukis. ABSTRACTThis journal interprets the idea of the author’s imagination in the title “Kritik Sosial Sebuah Cinta” as the main theme. There are several problems discussed in this regard, namely: 1) the relationship between love and the social conditions of society described in painting arts, 2) discussing the theme of social criticism of love in painting, 3) visualizing criticism of love in a social perspective through love. Love is an instinctive desire of human given by God. Love involves deep emotional feelings, and has beautiful effect for the connoisseurs. The act of making love as an expression of mutual love between human beings is prohibited when it is violating social norms of decency and can plunge someone towards moral degradation, have a negative psychological impact, such as sexual orientation deviation, depression, and suicide. In certain cases, ","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43107204","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menjelaskan peristiwa teater Tu(m)buh mendekonstruksi konstruksi elemen dan konvensi teater. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan dekonstruksi. Pengumpulan data menggunakan cara observasi, wawancara dan analisis data. Hasilnya menunjukkan, pertama: peristiwa Tu(m)buhmelakukan pembongkaran persepsi keaktoran. Aktor dan penonton menjadi subjek aktor yang setara, kedua: pembongkaran mengenai persepsi ruang. Persepsi ruang yang digunakan menolak fungsi dan kegunaannya. Ruang yang membebaskan subyek untuk memonopolinya, ketiga: pembongkaran mengenai tubuh sebagai gagasan.Kata kunci: Peristiwa Teater, Dekonstruksi, Tu(m)buh, Tony Broer.ABSTRACTThis study aims to explain the events of the theater Tu (m) buh deconstructing the construction of the elements and conventions of theater. This study uses qualitative research methods and deconstruction approaches. Data collection uses observation, interviews and data analysis. The results show that firstly: the Tu(m) event has deconstructed the perception of actor. Actors and audiences become equal subject of actors; secondly: deconstruction regarding the perception of space. The perception of space used rejects the functionand usefulness. The space frees the subject to monopolize it, thirdly: deconstructing the body as an idea.Keywords: Theater, Deconstruction, Tu (m) buh, Tony Broer Events
{"title":"ANALISIS DEKONSTRUKSI PERISTIWA TEATER TU(M)BUH KARYA TONY BROER","authors":"A. Saputra","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2485","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2485","url":null,"abstract":"ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menjelaskan peristiwa teater Tu(m)buh mendekonstruksi konstruksi elemen dan konvensi teater. Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan dekonstruksi. Pengumpulan data menggunakan cara observasi, wawancara dan analisis data. Hasilnya menunjukkan, pertama: peristiwa Tu(m)buhmelakukan pembongkaran persepsi keaktoran. Aktor dan penonton menjadi subjek aktor yang setara, kedua: pembongkaran mengenai persepsi ruang. Persepsi ruang yang digunakan menolak fungsi dan kegunaannya. Ruang yang membebaskan subyek untuk memonopolinya, ketiga: pembongkaran mengenai tubuh sebagai gagasan.Kata kunci: Peristiwa Teater, Dekonstruksi, Tu(m)buh, Tony Broer.ABSTRACTThis study aims to explain the events of the theater Tu (m) buh deconstructing the construction of the elements and conventions of theater. This study uses qualitative research methods and deconstruction approaches. Data collection uses observation, interviews and data analysis. The results show that firstly: the Tu(m) event has deconstructed the perception of actor. Actors and audiences become equal subject of actors; secondly: deconstruction regarding the perception of space. The perception of space used rejects the functionand usefulness. The space frees the subject to monopolize it, thirdly: deconstructing the body as an idea.Keywords: Theater, Deconstruction, Tu (m) buh, Tony Broer Events","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43203172","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKArtikel ini merupakan hasil dari penelitian yang memfokuskan pada pokok permasalahan bagaimana proses revitalisasi tari Pakarena Laiyolo oleh Sanggar Selayar Art. Tujuan penelitian ini untuk memahami dan menjelaskan setiap tahap proses revitalisasi yang dilakukan oleh sanggar Selayar Art untuk menghidupkan kembali tari Pakarena Laiyolo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan interaksi analisis. Hasil penelitian yaitu memaparkan hasil kajian berupa proses yang dilakukan oleh Sanggar Selayar Art dalam upaya melestarikan tari Pakarena Laiyolo.Kata kunci: Sanggar Selayar Art, tari Pakarena Laiyolo.ABSTRACTThis article is the result of a study that focuses on the subject matter of how the process of revitalization of Pakarena Laiyolo dance is by Sanggar Selayar Art. The purpose of this study was to understand and explain each stage of the revitalization process carried out by the Selayar Art studio in order to revive Pakarena Laiyolo dance. The research method used is qualitative research method with an interaction analysis approach. The results describe about results of the study in the form of a process carried out by Selayar Art Studio in an effort to preserve the Pakarena Laiyolo dance.Keywords: Selayar Art Studio, Pakarena Laiyolo Dance.
{"title":"PROSES REVITALISASI TARI PAKARENA LAIYOLO OLEH SANGGAR SELAYAR ART DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR","authors":"Dewi Primasari","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2487","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2487","url":null,"abstract":"ABSTRAKArtikel ini merupakan hasil dari penelitian yang memfokuskan pada pokok permasalahan bagaimana proses revitalisasi tari Pakarena Laiyolo oleh Sanggar Selayar Art. Tujuan penelitian ini untuk memahami dan menjelaskan setiap tahap proses revitalisasi yang dilakukan oleh sanggar Selayar Art untuk menghidupkan kembali tari Pakarena Laiyolo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan interaksi analisis. Hasil penelitian yaitu memaparkan hasil kajian berupa proses yang dilakukan oleh Sanggar Selayar Art dalam upaya melestarikan tari Pakarena Laiyolo.Kata kunci: Sanggar Selayar Art, tari Pakarena Laiyolo.ABSTRACTThis article is the result of a study that focuses on the subject matter of how the process of revitalization of Pakarena Laiyolo dance is by Sanggar Selayar Art. The purpose of this study was to understand and explain each stage of the revitalization process carried out by the Selayar Art studio in order to revive Pakarena Laiyolo dance. The research method used is qualitative research method with an interaction analysis approach. The results describe about results of the study in the form of a process carried out by Selayar Art Studio in an effort to preserve the Pakarena Laiyolo dance.Keywords: Selayar Art Studio, Pakarena Laiyolo Dance.","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45549353","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta merupakan salah satu tutup kepala bagi kaum pria Jawa, yang memiliki makna yang mendalam, baik itu makna keindahan maupun makna kepribadian, bentuk blangkon Surakarta dan Yogyakarta memang memiliki perbedaaan, akan tetapi dibalik semuanya itu ada persamaan makna dimana bentuk dan pola blangkon yang indah dapat menunjukkan kewibawaan seorang pria, adapun kewibawaan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku pemakainya yang sesuai dengan etika di tengah masyarakat.
Kata kunci: blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta, makna.
ABSTRACT
Surakarta and Yogyakarta pattern of blangkon is one of the headgears for Javanese men, which has deep meaning, both the meaning of beauty as well as personality. Surakarta and Yogyakarta blangkon have different forms but behind the difference there are similar meanings in which the beautiful form and pattern of blangkon represent the authority of a man. The authority, then, will affect the behavior of the wearer in accordance to the ethics in the community.
Keywords: Surakarta and Yogyakarta pattern of blangkon, meaning.
{"title":"BLANGKON DAN KAUM PRIA JAWA","authors":"Anugrah Cisara","doi":"10.33153/GLR.V16I2.2488","DOIUrl":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I2.2488","url":null,"abstract":"<p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong> </strong></p><p>Blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta merupakan salah satu tutup kepala bagi kaum pria Jawa, yang memiliki makna yang mendalam, baik itu makna keindahan maupun makna kepribadian, bentuk blangkon Surakarta dan Yogyakarta memang memiliki perbedaaan, akan tetapi dibalik semuanya itu ada persamaan makna dimana bentuk dan pola blangkon yang indah dapat menunjukkan kewibawaan seorang pria, adapun kewibawaan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku pemakainya yang sesuai dengan etika di tengah masyarakat.</p><p> </p><p><strong>Kata kunci: </strong>blangkon pola Surakarta dan Yogyakarta, makna.</p><p> </p><p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><strong><em> </em></strong></p><p><em>Surakarta and Yogyakarta pattern of </em>blangkon <em>is one of the headgears for Javanese men, which has deep meaning, both the meaning of beauty as well as personality. Surakarta and Yogyakarta </em>blangkon <em>have different forms but behind the difference there are similar meanings in which the beautiful form and pattern of </em>blangkon <em>represent the authority of a man. The authority, then, will affect the behavior of the wearer in accordance to the ethics in the community.</em></p><p><em> </em></p><p><strong><em>Keywords: </em></strong><em>Surakarta and Yogyakarta pattern of </em>blangkon<em>, meaning.</em></p>","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43270425","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}