Pub Date : 2019-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.7048
S. Suhana, Tridoyo Kusumastanto, Luky Adrianto, Achmad Fahrudin
Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumber daya ikan bernilai ekonomi tinggi di perairan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mengetahui kondisi pengelolaan sumber daya ikan Cakalang di WPP NRI. Kedua, merumuskan model pengelolaan sumber daya ikan Cakalang, yang menyediakan manfaat ekonomi optimal berdasarkan pendekatan bio-ekonomi. Ketiga, merumuskan strategi optimal dampak kebijakan pada produksi ikan Cakalang dengan pendekatan model keseimbangan umum (CGE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan Cakalang di perairan Indonesia selama periode 2010-2016, mengalami lebih tangkap (overfishing) ekonomi dan biologi. Pengelolaan sumber daya ikan Cakalang dapat memberikan keuntungan ekonomi dalam keseimbangan Maksimum Economic Yield (MEY). Berdasarkan hasil simulasi Model CGE Cakalang, terlihat bahwa kebijakan (shock) penurunan produksi tangkapan ikan Cakalang sebesar 7,04% dapat mendorong peningkatan harga ikan Cakalang baik ditingkat produsen (5,33%) dan konsumen dalam negeri (5,45%). Kondisi ini menunjukkan bahwa model CGE-Cakalang sangat sesuai dengan teori ekonomi sumber daya.Title: Economic Model of Skipjack Resource Management in IndonesiaSkipjack (Katsuwonus pelamis) is one of fish resource that has important economic value in Indonesian waters. The objectives of this study were to : 1) identify the condition of skipjack resource management in WPPNRI; 2) to formulate a model of Skipjack resources management in order to provide its optimum economic benefit based on bio-economy approach; 3) to formulate the best strategies to respond government policy on skipjack production with general equilibrium model (CGE). The results showed that the Skipjack resources in Indonesian waters during period of 2010-2016 experienced economic and biological overfishing. Skipjack resources management offered economic benefits in equilibrium maximum economic yield (MEY). CGE Model of Skipjack shows that decreased production of Skipjack will increase its price among producers by 5,33 %, local consumer price of 5,45%. This condition showed that the Skipjack CGE models are conform with the economic theory of resource economics
{"title":"MODEL EKONOMI PENGELOLAAN SUMBER DAYA CAKALANG DI INDONESIA","authors":"S. Suhana, Tridoyo Kusumastanto, Luky Adrianto, Achmad Fahrudin","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.7048","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.7048","url":null,"abstract":"Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumber daya ikan bernilai ekonomi tinggi di perairan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mengetahui kondisi pengelolaan sumber daya ikan Cakalang di WPP NRI. Kedua, merumuskan model pengelolaan sumber daya ikan Cakalang, yang menyediakan manfaat ekonomi optimal berdasarkan pendekatan bio-ekonomi. Ketiga, merumuskan strategi optimal dampak kebijakan pada produksi ikan Cakalang dengan pendekatan model keseimbangan umum (CGE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan Cakalang di perairan Indonesia selama periode 2010-2016, mengalami lebih tangkap (overfishing) ekonomi dan biologi. Pengelolaan sumber daya ikan Cakalang dapat memberikan keuntungan ekonomi dalam keseimbangan Maksimum Economic Yield (MEY). Berdasarkan hasil simulasi Model CGE Cakalang, terlihat bahwa kebijakan (shock) penurunan produksi tangkapan ikan Cakalang sebesar 7,04% dapat mendorong peningkatan harga ikan Cakalang baik ditingkat produsen (5,33%) dan konsumen dalam negeri (5,45%). Kondisi ini menunjukkan bahwa model CGE-Cakalang sangat sesuai dengan teori ekonomi sumber daya.Title: Economic Model of Skipjack Resource Management in IndonesiaSkipjack (Katsuwonus pelamis) is one of fish resource that has important economic value in Indonesian waters. The objectives of this study were to : 1) identify the condition of skipjack resource management in WPPNRI; 2) to formulate a model of Skipjack resources management in order to provide its optimum economic benefit based on bio-economy approach; 3) to formulate the best strategies to respond government policy on skipjack production with general equilibrium model (CGE). The results showed that the Skipjack resources in Indonesian waters during period of 2010-2016 experienced economic and biological overfishing. Skipjack resources management offered economic benefits in equilibrium maximum economic yield (MEY). CGE Model of Skipjack shows that decreased production of Skipjack will increase its price among producers by 5,33 %, local consumer price of 5,45%. This condition showed that the Skipjack CGE models are conform with the economic theory of resource economics","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"225 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129637988","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.6773
Fibrianis Puspita Anhar, Aceng Hidayat, M. Ekayani
Pada tahun 1980an, Pulau Tanakeke memiliki kawasan ekosistem mangrove seluas kurang lebih 1.770 hektar. Namun, dalam kurun 1980an-2000an, luasan tersebut berkurang hingga 60 persen akibat dari pemanfaatan yang tidak terkendali oleh masyarakat sehingga terjadi perubahan lingkungan. Tulisan ini bertujuan mengkaji posisi sumber daya mangrove terhadap pengelolaan saat ini dengan mengestimasi nilai manfaat dan kerugian yang diterima masyarakat dari adanya pemanfaatan mangrove. Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survei dengan 40 responden pemanfaat mangrove. Analisis data menggunakan teknik valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi ekosistem mangrove masih lebih besar dibandingkan dengan nilai kerugian yang timbul. Hasil analisis tersebut berimplikasi pada dua hal: 1) yaitu di satu sisi membuktikan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat, 2) tetapi di sisi lain, nilai manfaat yang cukup besar tersebut dapat menjadi insentif bagi masyarakat untuk semakin ekspansif mengeksploitasi ekosistem mangrove sehingga dapat menjadi peluang ancaman bagi kelestarian ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke apabila tidak dikelola dengan seksama.Title: Analysis of Benefits and Losses Value of Mangrove Ecosystem Uses in Tanakeke Island, South SulawesiIn the 1980s, Tanakeke Island had around 1,770 hectares of mangrove area. However, within a period of time 1980s-2000s, this area has reduced nearly 60 percent due to uncontrolled utilization by community resulting in environmental changes. This study aims to examine the position of mangrove resource towards existing management by estimating benefits and losses of mangrove utilization. Primary data were collected through a survey from 40 respondents of mangrove beneficiaries. Data were analysed using the resource and enviromental economic valuation techniques. The results indicate that the total economic value of mangrove ecosystem is greater than the losses value. This finding led to two implications: on one side, it is proved that the mangrove ecosystem in Tanakeke Island gives economic contribution in a considerable amount to the community. However, on the other side, this high value of benefits leads to an increasing exploitation of the mangrove ecosystem. Therefore, this condition could be a threat to the sustainability of mangrove ecosystem in Tanakeke Island if it is not managed carefully
上世纪80年代,塔纳克岛拥有一个面积约为1770公顷的红树林生态系统。然而,在1980年至2000年期间,它的数量减少了60%,这是由于社会不受控制的利用,导致环境发生变化。本文旨在通过确定社会从红树林使用中获得的好处和损失来评估红树林资源对目前管理的立场。主要数据收集是通过40名滥用红树林的受访者的调查方法进行的。使用自然资源和环境经济评估技术进行数据分析。所取得的分析结果表明,红树林生态系统的经济效益远远大于它们所造成的损失。分析结果暗示在两件事:1)即一方面证明Tanakeke岛上的红树林生态系统对社会的贡献相当大的经济效益,2)但另一方面,价值足够大,能够成为社会的动机越来越奉行扩张性利用红树林生态系统,以便机会威胁到岛上的红树林生态系统保存Tanakeke如果不仔细管理。标题:Benefits和Losses Value Mangrove Ecosystem of Mangrove Ecosystem in tanakeve在时间80 -2000年的一个周期内,这个区域仅存60个现行,无法控制环境变化的公用设施。这项研究将mangrove资源的位置公布在mangrove公用设施的估计与丢失方面。主要数据是由40名受害者收集的调查。数据是用资源和环境价值技术进行分析。再生的本质是,红树林生态系统的总经济价值大于损失值。这个发现的led有两种影响:一方面,它证明了地雷的生态系统正在向该地区提出可行的经济限制。另一方面,贝尼菲特的这一高度导致了红树林生态系统的一个令人难以置信的增长。目前,如果不严重管理,这可能会危及到岛上的红树林生态系统
{"title":"ANALISIS NILAI MANFAAT DAN KERUGIAN DARI PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU TANAKEKE, SULAWESI SELATAN","authors":"Fibrianis Puspita Anhar, Aceng Hidayat, M. Ekayani","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.6773","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.6773","url":null,"abstract":"Pada tahun 1980an, Pulau Tanakeke memiliki kawasan ekosistem mangrove seluas kurang lebih 1.770 hektar. Namun, dalam kurun 1980an-2000an, luasan tersebut berkurang hingga 60 persen akibat dari pemanfaatan yang tidak terkendali oleh masyarakat sehingga terjadi perubahan lingkungan. Tulisan ini bertujuan mengkaji posisi sumber daya mangrove terhadap pengelolaan saat ini dengan mengestimasi nilai manfaat dan kerugian yang diterima masyarakat dari adanya pemanfaatan mangrove. Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode survei dengan 40 responden pemanfaat mangrove. Analisis data menggunakan teknik valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi ekosistem mangrove masih lebih besar dibandingkan dengan nilai kerugian yang timbul. Hasil analisis tersebut berimplikasi pada dua hal: 1) yaitu di satu sisi membuktikan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat, 2) tetapi di sisi lain, nilai manfaat yang cukup besar tersebut dapat menjadi insentif bagi masyarakat untuk semakin ekspansif mengeksploitasi ekosistem mangrove sehingga dapat menjadi peluang ancaman bagi kelestarian ekosistem mangrove di Pulau Tanakeke apabila tidak dikelola dengan seksama.Title: Analysis of Benefits and Losses Value of Mangrove Ecosystem Uses in Tanakeke Island, South SulawesiIn the 1980s, Tanakeke Island had around 1,770 hectares of mangrove area. However, within a period of time 1980s-2000s, this area has reduced nearly 60 percent due to uncontrolled utilization by community resulting in environmental changes. This study aims to examine the position of mangrove resource towards existing management by estimating benefits and losses of mangrove utilization. Primary data were collected through a survey from 40 respondents of mangrove beneficiaries. Data were analysed using the resource and enviromental economic valuation techniques. The results indicate that the total economic value of mangrove ecosystem is greater than the losses value. This finding led to two implications: on one side, it is proved that the mangrove ecosystem in Tanakeke Island gives economic contribution in a considerable amount to the community. However, on the other side, this high value of benefits leads to an increasing exploitation of the mangrove ecosystem. Therefore, this condition could be a threat to the sustainability of mangrove ecosystem in Tanakeke Island if it is not managed carefully","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132200914","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.6772
S. N. Amri, Taslim Arifin
Kota Makassar merupakan sebuah sistem sosial ekologi yang kompleks dengan berbagai proses metabolisme energi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pola pemanfaatan energi secara sederhana dalam kerangka konsep metabolisme sosial di Kota Makassar. Pendekatan yang digunakan adalah Autocatalytic Feedback Loop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan dan peningkatan konsumsi energi mengalami peningkatan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan limbah. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya lokal atau produksi perikanan, pertanian, dan peternakan mengalami ketidakstabilan produksi. Untuk menstabilkan sistem, sebagai suatu sistem yang selalu berusaha menstabilkan diri, Kota Makassar menstabilkan proses sistem dengan melakukan input sumber daya dari luar.Title: The Useful Cycles of The Coastal Resources Energy By Human Activities Base on Autocatalytic Loop in Makasar CityMakassar City is a complex social ecological system with the various processes of energy metabolism in it. This study aims to describe simply the pattern of energy utilization within the framework of the concept of social metabolism in Makassar. The approach used is Autocatalytic Feedback Loop. The results showed that land use and energy consumption increased as population and waste increased.On the other hand, the availability of local resources or the production of fisheries, agriculture, and livestock have production instability. To stabilize the system, as a system that always try to stabilize itself, Makassar City stabilizes the system process by inputting external resources.
{"title":"SIKLUS PEMANFAATAN ENERGI SUMBER DAYA PESISIR OLEH AKTIVITAS MANUSIA BERBASIS LOOP AUTOKATALITIK DI KOTA MAKASSAR","authors":"S. N. Amri, Taslim Arifin","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.6772","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.6772","url":null,"abstract":"Kota Makassar merupakan sebuah sistem sosial ekologi yang kompleks dengan berbagai proses metabolisme energi di dalamnya. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pola pemanfaatan energi secara sederhana dalam kerangka konsep metabolisme sosial di Kota Makassar. Pendekatan yang digunakan adalah Autocatalytic Feedback Loop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan dan peningkatan konsumsi energi mengalami peningkatan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan limbah. Di sisi lain, ketersediaan sumber daya lokal atau produksi perikanan, pertanian, dan peternakan mengalami ketidakstabilan produksi. Untuk menstabilkan sistem, sebagai suatu sistem yang selalu berusaha menstabilkan diri, Kota Makassar menstabilkan proses sistem dengan melakukan input sumber daya dari luar.Title: The Useful Cycles of The Coastal Resources Energy By Human Activities Base on Autocatalytic Loop in Makasar CityMakassar City is a complex social ecological system with the various processes of energy metabolism in it. This study aims to describe simply the pattern of energy utilization within the framework of the concept of social metabolism in Makassar. The approach used is Autocatalytic Feedback Loop. The results showed that land use and energy consumption increased as population and waste increased.On the other hand, the availability of local resources or the production of fisheries, agriculture, and livestock have production instability. To stabilize the system, as a system that always try to stabilize itself, Makassar City stabilizes the system process by inputting external resources.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132893819","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.7488
Tri Wahyuni, Sasongko Sasongko, Sri Muljaningsih
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi teknik pada pembudidaya ikan bandeng dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng sebagai komoditas sektor basis di Kabupaten Pati. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis DEA (Data Envelopment Analysis) dengan asumsi output oriented dan pendekatan Variable Return to Scale (VRS) untuk mengukur tingkat efisiensi teknik pembudidaya bandeng. Selanjutnya dengan analisis regresi linear berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bandeng di Kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis pembudidaya bandeng di Kabupaten Pati masih sangat rendah, rata-rata efisiensi teknis adalah 7,41. Adapun sebanyak 55% atau sebanyak 44 pembudidaya dari 80 sampel pembudidaya masih berada di bawah rata-rata. Hasil analisis regresi diperoleh bahwa penggunaan benih, luas lahan, dan jarak lokasi tambak dengan laut mempunyai pengaruh yang sangat signifikan; Sedangkan penggunaan tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi bandeng.Efficiency and Production Factors Analysis of Base Sector Commodity in the Pati Regency (Case Study: Milkfish Farming in Pati Regency, Central Java)This study aims to measure the level of technical efficiency in milkfish farmers and factors influencing milkfish production as a base sector commodity in Pati Regency. The research applied DEA (Data Envelopment Analysis) with output oriented assumption and Variable Return to Scale (VRS) approaches to measure the efficiency level of milkfish farmers. It is then analysed by Ordinary Least Squares (OLS) to determine factors influencing milkfish production in Pati Regency. Results showed that the level of technical efficiency of milkfish farmers in Pati Regency was in low level with average number of 7.41. There are 55% of 80 farmers are below average. Furthermore, this research described the efficiency level of milkfish farmers in low, medium and large scale. OLS analysis found that the use of seeds, land area, and distance between ponds and sea have significant effect on milkfish production instead of the use of labour.
{"title":"ANALISIS EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KOMODITAS SEKTOR BASIS KABUPATEN PATI (Studi Kasus Budidaya Ikan Bandeng Kabupaten Pati, Jawa Tengah)","authors":"Tri Wahyuni, Sasongko Sasongko, Sri Muljaningsih","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.7488","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.7488","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi teknik pada pembudidaya ikan bandeng dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng sebagai komoditas sektor basis di Kabupaten Pati. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan analisis DEA (Data Envelopment Analysis) dengan asumsi output oriented dan pendekatan Variable Return to Scale (VRS) untuk mengukur tingkat efisiensi teknik pembudidaya bandeng. Selanjutnya dengan analisis regresi linear berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bandeng di Kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis pembudidaya bandeng di Kabupaten Pati masih sangat rendah, rata-rata efisiensi teknis adalah 7,41. Adapun sebanyak 55% atau sebanyak 44 pembudidaya dari 80 sampel pembudidaya masih berada di bawah rata-rata. Hasil analisis regresi diperoleh bahwa penggunaan benih, luas lahan, dan jarak lokasi tambak dengan laut mempunyai pengaruh yang sangat signifikan; Sedangkan penggunaan tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi bandeng.Efficiency and Production Factors Analysis of Base Sector Commodity in the Pati Regency (Case Study: Milkfish Farming in Pati Regency, Central Java)This study aims to measure the level of technical efficiency in milkfish farmers and factors influencing milkfish production as a base sector commodity in Pati Regency. The research applied DEA (Data Envelopment Analysis) with output oriented assumption and Variable Return to Scale (VRS) approaches to measure the efficiency level of milkfish farmers. It is then analysed by Ordinary Least Squares (OLS) to determine factors influencing milkfish production in Pati Regency. Results showed that the level of technical efficiency of milkfish farmers in Pati Regency was in low level with average number of 7.41. There are 55% of 80 farmers are below average. Furthermore, this research described the efficiency level of milkfish farmers in low, medium and large scale. OLS analysis found that the use of seeds, land area, and distance between ponds and sea have significant effect on milkfish production instead of the use of labour. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115069740","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.7815
Permana Ari Soejarwo, R. Yusuf, Armen Zulham
Keberlanjutan usaha budi daya rumput laut di Sumba Timur dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi. Untuk itu, memerlukan perencanaan yang dapat menjamin keberlanjutan usaha yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha budi daya rumput laut dari faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi dengan menggunakan Rapid Appraisal For Fisheries (RAPFISH). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi usaha budi daya rumput pada faktor ekonomi mempunyai nilai indeks keberlanjutan 69,73 nilai tersebut masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor ekonomi yang paling berpengaruh yaitu usaha budi daya rumput laut dapat membuka lapangan pekerjaan dengan nilai perubahan root means square 8.68. Selanjutnya nilai indeks keberlanjutan usaha budi daya rumput laut pada faktor kelembagaan yaitu 74,38 nilai tersebut masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor kelembagaan yang paling berpengaruh yaitu unit pelayan teknis kebun bibit rumput laut dengan nilai perubahan root means square 4.27. Sedangkan nilai indeks keberlanjutan faktor teknologi pada usaha budi daya rumput laut yaitu 60,50 nilai ini masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor teknologi yang paling berpengaruh yaitu keberadaan industri rumput laut dengan nilai perubahan root means square 3.00. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberlanjutan usaha budi daya rumput laut di Sumba Timur masih sangat berpotensi untuk dikembangkan melalui perencanaan serta pengelolaan terpadu antara pemerintah, sektor industri dan pembudi daya rumput laut dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang paling berpengaruh dari faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi. Analysis of Seaweed Farming Business Sustainability in the East Sumba, East Nusa TenggaraThe sustainability of seaweed farming in East Sumba can be influenced by economic, institutional and technological factors. For this reason, it requires planning that can guarantee the sustainability of this business. This study aims to analyze the sustainability of seaweed farming business from economic, institutional and technological factors using Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). The results of this study indicate that the condition of seaweed farming on economic factors has a sustainability index value of 69.73, which is categorized as sufficiently sustainable. The most influential economic factor attributes is seaweed farming business that can provide employment with a root means square change value of 8.68. Furthermore, the index value of seaweed farming sustainability in institutional factors is 74.38 and categorized as sufficiently sustainable. The most influential institutional factor attribute is the technical service unit in the seaweed seed garden with a value of root means square change of 4.27. While the technological factor sustainability index value in seaweed farming is 60.50 and categorized as sufficiently sustainable. The most influential attribute of technology factor is
东桑巴海草的可持续性可能受到经济、体制和技术因素的影响。为此,需要计划以确保企业的可持续发展。本研究旨在分析经济、体制和技术可持续性海草种植业务,使用快速应用于捕捞。这项研究的结果表明,草种植在经济因素中的条件具有69.73可持续性。最具影响力的经济因素是,海草种植可以为一个从根本上改变方向的岗位腾出空间。此外,海藻种植努力的可持续性指数为74.38项制度因素,这是一个相当可持续的类别。最具影响力的体制因素是一个技术服务单位的海藻苗圃然而,海带可持续性技术因素“可持续性指数”(60.50)是一个相当可持续的类别。最具影响力的技术因素是海草工业的存在,其核心价值是3点。这项研究表明,东松巴州海草种植的持续努力仍有很大的潜力,可以通过政府、工业部门和海草种植的综合规划和管理来实现,考虑到最具影响力的经济、体制和技术因素。东Sumba中Seaweed商业营养分析,东Sumba中Seaweed营养分析可能会受到经济、机构和技术因素的影响。由于这个原因,它有一个合理的计划,可以保证这项业务的可持续发展。这是一项研究,分析经济学、机构和技术资源利用快速发射协议分析seaweed商业的营养不足。这种研究的结果表明,像海藻养殖场这样的植物养殖场有69.73的营养指数,这被认为是非常可持续的。最具影响力的经济因素是海草商业,它可以提供一种根资产,即改变8.68平方的变化。在更远的地方,海藻养殖场的指数价值是74.38,并列为可持续。最具影响力的机构因素是西weed种子花园的技术服务单位,其价值相当于4.27的平方。而《海藻养殖场技术因子可持续发展指数的价值是50和美国categorized足够可持续60。《头号influential attribute of technology)和a因子是海藻工业之先声value of root意味着广场of 3点。这个可持续发展》研究那里的海藻养殖场东部桑巴仍然有商业模式在坑里潜在的to be developed集成策划和管理与政府之间的森林中爬行,考虑到大多数偏工业和海藻区农民influential attributes of economic, institutional and技术factors)。
{"title":"ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT DI SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"Permana Ari Soejarwo, R. Yusuf, Armen Zulham","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.7815","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.7815","url":null,"abstract":"Keberlanjutan usaha budi daya rumput laut di Sumba Timur dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi. Untuk itu, memerlukan perencanaan yang dapat menjamin keberlanjutan usaha yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan usaha budi daya rumput laut dari faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi dengan menggunakan Rapid Appraisal For Fisheries (RAPFISH). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi usaha budi daya rumput pada faktor ekonomi mempunyai nilai indeks keberlanjutan 69,73 nilai tersebut masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor ekonomi yang paling berpengaruh yaitu usaha budi daya rumput laut dapat membuka lapangan pekerjaan dengan nilai perubahan root means square 8.68. Selanjutnya nilai indeks keberlanjutan usaha budi daya rumput laut pada faktor kelembagaan yaitu 74,38 nilai tersebut masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor kelembagaan yang paling berpengaruh yaitu unit pelayan teknis kebun bibit rumput laut dengan nilai perubahan root means square 4.27. Sedangkan nilai indeks keberlanjutan faktor teknologi pada usaha budi daya rumput laut yaitu 60,50 nilai ini masuk kategori cukup berkelanjutan. Atribut faktor teknologi yang paling berpengaruh yaitu keberadaan industri rumput laut dengan nilai perubahan root means square 3.00. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberlanjutan usaha budi daya rumput laut di Sumba Timur masih sangat berpotensi untuk dikembangkan melalui perencanaan serta pengelolaan terpadu antara pemerintah, sektor industri dan pembudi daya rumput laut dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang paling berpengaruh dari faktor ekonomi, kelembagaan dan teknologi. Analysis of Seaweed Farming Business Sustainability in the East Sumba, East Nusa TenggaraThe sustainability of seaweed farming in East Sumba can be influenced by economic, institutional and technological factors. For this reason, it requires planning that can guarantee the sustainability of this business. This study aims to analyze the sustainability of seaweed farming business from economic, institutional and technological factors using Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). The results of this study indicate that the condition of seaweed farming on economic factors has a sustainability index value of 69.73, which is categorized as sufficiently sustainable. The most influential economic factor attributes is seaweed farming business that can provide employment with a root means square change value of 8.68. Furthermore, the index value of seaweed farming sustainability in institutional factors is 74.38 and categorized as sufficiently sustainable. The most influential institutional factor attribute is the technical service unit in the seaweed seed garden with a value of root means square change of 4.27. While the technological factor sustainability index value in seaweed farming is 60.50 and categorized as sufficiently sustainable. The most influential attribute of technology factor is ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134387180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.7792
Mira Mira, R. Yusuf
Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif (- 2,58%, dan –1,16%). Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif (3,25%) yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung (perikanan dan pertambangan) yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif (-11,16%). Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata (113%), dan perikanan (112%), mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer (perikanan dan pertambangan), beralih ke sektor tersier (industri dan wisata bahari). Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi (fisik) dan beralih menggeluti usaha jasa wisata (pelayanan). Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition. The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component (- 2.58%, and -1.16%). Second, marine tourism sector had progressive growth (3.25%) indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component (-11,16%). Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are
{"title":"KEUNGGULAN SUB SEKTOR PERIKANAN DAN PARIWISATA BAHARI DI BELITUNG","authors":"Mira Mira, R. Yusuf","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.7792","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.7792","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian adalah mengukur kinerja perikanan dan pariwisata bahari dalam struktur perekonomian Belitung, apakah sektor tersebut memiliki keuggulan komparatif, termasuk pada sektor unggulan/prospektif/berkembang/potensial/terbelakang. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kabupaten Belitung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergeseran struktur perekonomian. Hasil pengolahan data mengindikasikan, pertama dari sektor perikanan dan pariwisata termasuk pada sektor yang tidak memiliki keunggulan komparatif dan daya saing karena memiliki nilai komponen pangsa wilayah negatif (- 2,58%, dan –1,16%). Kedua, sektor wisata bahari termasuk pada kategori sektor yang mengalami pertumbuhan progresif (3,25%) yang diindikasikan dengan dengan nilai pergeseran bersih yang positif. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor yang dulunya tumpuan perekonomian Belitung (perikanan dan pertambangan) yang diindikasikan dengan nilai pergeseran bersih negatif (-11,16%). Ketiga, jika dilihat dari rasio indikator pertambahan pertumbuhan masing-masing sektor adalah wisata (113%), dan perikanan (112%), mengindikasikan kedua sektor ini termasuk yang produktif dan potensial dan tidak terjadi ketimpangan sektor. Keempat, jika dilihat dari profil sektor dalam kuadran, sektor wisata bahari terletak pada kuadran 3 yang berarti termasuk sektor agak mundur. Sedangkan sektor perikanan termasuk pada kuadran 4 yang mengindikasikan sektor ini masuk sektor yang mundur. Di Belitung terjadi pergeseran perekonomian, yang awalnya mengandalkan sektor primer (perikanan dan pertambangan), beralih ke sektor tersier (industri dan wisata bahari). Diharapkan pemerintah, mendukung mata pencarian alternatif selain sektor pertambangan dan perikanan, seperti sektor wisata bahari. Salah kendala pengembangan mata pencarian alternatif ini adalah perbedaan orientasi usahanya, dimana awalnya masyarakat menggeluti usaha ekstrasi (fisik) dan beralih menggeluti usaha jasa wisata (pelayanan). Performance of Fisheries and Tourism Sub Sectors in BelitungThe objective of this research was to analyze performance of fisheries and marine tourism sector in Belitung Regency. The analysis was to measure whether the sector has comparative advantage, prospective, developed, potential or underdeveloped condition. The research was conducted in 2016 at Belitung Regency. Data were analyzed by economic structure shift analysis. The results indicated a number of findings. First, fisheries and tourism sector did not have comparative advantage and competitiveness due to its negative regional share component (- 2.58%, and -1.16%). Second, marine tourism sector had progressive growth (3.25%) indicated from positive net shift component. Instead, despite the fact that fisheries and mining were the base sector of Belitung Regency, they experienced deceleration of growth indicated by a negative net shift component (-11,16%). Third, a growth rate ratio analysis indicated that fisheries and marine tourism are","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130918649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.6868
Eko Wicaksono, Yuventus Effendi
Pemerintah Indonesia saat ini sangat serius memberantas penangkapan ikan ilegal di wilayahnya. Pengurangan penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal asing di Indonesia berarti pengurangan persaingan yang signifikan antara nelayan asing dan domestik. Studi ini berpendapat bahwa, dengan menurunnya kompetisi dengan nelayan asing, nelayan domestik harus mampu meningkatkan jumlah tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis dan juga faktor penentu inefisiensi nelayan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan fungsi produksi yang meliputi usaha nelayan dan capital sebagai input. Analisis stochastic frontier digunakan untuk menguji faktor penentu inefisiensi pada produksi ikan di antara 156 nelayan di seluruh Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ikan sangat bergantung pada jumlah awak dan jenis kapal sesuai yang diharapkan. Dalam hal inefisiensi, penelitian ini mengklaim bahwa kepemilikan telepon seluler merupakan penentu signifikan untuk mengurangi inefisiensi, diikuti oleh kepemilikan kapal dan nilai alat tangkap. Temuan tersebut menyiratkan bahwa koordinasi antara nelayan, kepemilikan kapal dan alat penangkap ikan penting untuk efisiensi nelayan. Determinants of Fisher’s Efficiency in Indonesia: A Stochastic Frontier AnalysisIndonesian government has been recently fought against illegal fishing in the territory. Reduction in illegal fishing means a significant reduction in competition among foreign and domestic fishers. This study suggests that domestic fishers must be able to increase their fish capture as the competition with foreign fishers decreased. This study aims to identify technical efficiency level as well as to identify the determinants of inefficiency among fishers across Indonesia. This study utilizes a production function including fishers’ efforts and capital as input. A stochastic frontier analysis is used to examine the inefficiency determinants on fish production among one hundred and fifty six fishers across Indonesia. The result indicated that fish production depended significantly on the number of crew and expected type of boat. This study claims that cell phone is a significant determinant to reduce inefficiency, ship ownership and the value of fishing gear respectively. These finding implies that coordination among fishers, boat ownership and fishing gear are necessary for the fishers’ efficiency.
{"title":"DETERMINAN EFISIENSI NELAYAN DI INDONESIA: SEBUAH ANALISIS STOCHASTIC FRONTIER","authors":"Eko Wicaksono, Yuventus Effendi","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.6868","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.6868","url":null,"abstract":"Pemerintah Indonesia saat ini sangat serius memberantas penangkapan ikan ilegal di wilayahnya. Pengurangan penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal asing di Indonesia berarti pengurangan persaingan yang signifikan antara nelayan asing dan domestik. Studi ini berpendapat bahwa, dengan menurunnya kompetisi dengan nelayan asing, nelayan domestik harus mampu meningkatkan jumlah tangkapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis dan juga faktor penentu inefisiensi nelayan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan fungsi produksi yang meliputi usaha nelayan dan capital sebagai input. Analisis stochastic frontier digunakan untuk menguji faktor penentu inefisiensi pada produksi ikan di antara 156 nelayan di seluruh Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ikan sangat bergantung pada jumlah awak dan jenis kapal sesuai yang diharapkan. Dalam hal inefisiensi, penelitian ini mengklaim bahwa kepemilikan telepon seluler merupakan penentu signifikan untuk mengurangi inefisiensi, diikuti oleh kepemilikan kapal dan nilai alat tangkap. Temuan tersebut menyiratkan bahwa koordinasi antara nelayan, kepemilikan kapal dan alat penangkap ikan penting untuk efisiensi nelayan. Determinants of Fisher’s Efficiency in Indonesia: A Stochastic Frontier AnalysisIndonesian government has been recently fought against illegal fishing in the territory. Reduction in illegal fishing means a significant reduction in competition among foreign and domestic fishers. This study suggests that domestic fishers must be able to increase their fish capture as the competition with foreign fishers decreased. This study aims to identify technical efficiency level as well as to identify the determinants of inefficiency among fishers across Indonesia. This study utilizes a production function including fishers’ efforts and capital as input. A stochastic frontier analysis is used to examine the inefficiency determinants on fish production among one hundred and fifty six fishers across Indonesia. The result indicated that fish production depended significantly on the number of crew and expected type of boat. This study claims that cell phone is a significant determinant to reduce inefficiency, ship ownership and the value of fishing gear respectively. These finding implies that coordination among fishers, boat ownership and fishing gear are necessary for the fishers’ efficiency. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134088682","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.15578/JSEKP.V14I1.7700
Maharani Yulisti, Tenny Apriliani, R. Yusuf, Rismutia Hayu Deswati
Standar keamanan pangan di Indonesia telah diusulkan untuk menghadapi tantangan pasar ikan global seperti peningkatan produksi budidaya dan perjanjian perdagangan bebas. Namun, manfaat sertifikasi keamanan pangan bagi pembudidaya ikan sering diperdebatkan. Dampaknya sangat kontekstual, yang sebenarnya sangat relevan dengan sektor perikanan skala kecil yang memiliki tingkat keragaman agro ekologi dan kondisi sosial ekonomi. Ini tidak selalu dipertimbangkan dalam penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, kajian ini menganalisis dampak adopsi organic standard terhadap produktivitas petambak udang dengan mengambil studi kasus di Kabupaten Sidoarjo. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor penentu adopsi menggunakan model probit; sedangkan untuk mengukur dampak terhadap outcome budidaya udang digunakan model endogenous switching regression. Hasil analisis probit menunjukkan bahwa standar organik tampaknya lebih banyak diterapkan pada pembudidaya yang memiliki pekerjaan di luar tambak udang dan lebih banyak memiliki pengalaman, tetapi kurang diadopsi oleh petani yang menyewa tambak, memiliki hubungan pasar dan hubungan kredit dengan pembeli mereka. Hasil analisis dampak menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil budidaya udang tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara petambak yang mengadopsi standar dan yang tidak mengadopsi, sedangkan terdapat perbedaan signifikan dalam keuntungan bersih antara dua rezim. Namun, hasil analisis menunjukkan bahwa adopter memiliki hasil lebih besar pada produksi udang jika mereka tidak mengadopsi, begitu pula sebaliknya terhadap nonadopter menghasilkan produksi udang lebih kecil apabila mereka mengadopsi standard. Di sisi lain, adopter memiliki profit lebih kecil pada produksi udang jika mereka tidak mengadopsi, begitu pula sebaliknya terhadap non-adopter menghasilkan profit lebih kecil apabila mereka tidak mengadopsi standard. Determinants for Adopting Organic Standard and Their Impact on Performance of Black Tiger Shrimp FarmingFood safety standard in Indonesia has been proposed to face global fish market challenges such as increasing aquaculture production and free trade agreements. Yet, the benefits of food safety certification for farmers has often been debated. It has context-specific impact and closely relevant to small farm sector with its large degree of agroecological and socio-economic heterogenity. This idea was not always get into consideration in previous researches. Therefore, this paper analyzes the impact of organic standard adoption on productivity of small-scale shrimp farming in Indonesia. The study used a probit model to determine the determinants of adoption, while endogenous switching regression model was used to measure the impact on the outcome of shrimp farming. Heterogeneity is accounted for an endogenous switching regression framework. The analytical result of probit showed that organic standard is more applied to farmers who have off-farm job and experiences, but is less adopted by
{"title":"FAKTOR PENENTU ADOPSI STANDAR ORGANIK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA BUDIDAYA UDANG WINDU","authors":"Maharani Yulisti, Tenny Apriliani, R. Yusuf, Rismutia Hayu Deswati","doi":"10.15578/JSEKP.V14I1.7700","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V14I1.7700","url":null,"abstract":"Standar keamanan pangan di Indonesia telah diusulkan untuk menghadapi tantangan pasar ikan global seperti peningkatan produksi budidaya dan perjanjian perdagangan bebas. Namun, manfaat sertifikasi keamanan pangan bagi pembudidaya ikan sering diperdebatkan. Dampaknya sangat kontekstual, yang sebenarnya sangat relevan dengan sektor perikanan skala kecil yang memiliki tingkat keragaman agro ekologi dan kondisi sosial ekonomi. Ini tidak selalu dipertimbangkan dalam penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, kajian ini menganalisis dampak adopsi organic standard terhadap produktivitas petambak udang dengan mengambil studi kasus di Kabupaten Sidoarjo. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor penentu adopsi menggunakan model probit; sedangkan untuk mengukur dampak terhadap outcome budidaya udang digunakan model endogenous switching regression. Hasil analisis probit menunjukkan bahwa standar organik tampaknya lebih banyak diterapkan pada pembudidaya yang memiliki pekerjaan di luar tambak udang dan lebih banyak memiliki pengalaman, tetapi kurang diadopsi oleh petani yang menyewa tambak, memiliki hubungan pasar dan hubungan kredit dengan pembeli mereka. Hasil analisis dampak menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil budidaya udang tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara petambak yang mengadopsi standar dan yang tidak mengadopsi, sedangkan terdapat perbedaan signifikan dalam keuntungan bersih antara dua rezim. Namun, hasil analisis menunjukkan bahwa adopter memiliki hasil lebih besar pada produksi udang jika mereka tidak mengadopsi, begitu pula sebaliknya terhadap nonadopter menghasilkan produksi udang lebih kecil apabila mereka mengadopsi standard. Di sisi lain, adopter memiliki profit lebih kecil pada produksi udang jika mereka tidak mengadopsi, begitu pula sebaliknya terhadap non-adopter menghasilkan profit lebih kecil apabila mereka tidak mengadopsi standard. Determinants for Adopting Organic Standard and Their Impact on Performance of Black Tiger Shrimp FarmingFood safety standard in Indonesia has been proposed to face global fish market challenges such as increasing aquaculture production and free trade agreements. Yet, the benefits of food safety certification for farmers has often been debated. It has context-specific impact and closely relevant to small farm sector with its large degree of agroecological and socio-economic heterogenity. This idea was not always get into consideration in previous researches. Therefore, this paper analyzes the impact of organic standard adoption on productivity of small-scale shrimp farming in Indonesia. The study used a probit model to determine the determinants of adoption, while endogenous switching regression model was used to measure the impact on the outcome of shrimp farming. Heterogeneity is accounted for an endogenous switching regression framework. The analytical result of probit showed that organic standard is more applied to farmers who have off-farm job and experiences, but is less adopted by","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"200 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131523560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.6866
I. Muliawan, Maulana Firdaus
ABSTRAK Penilaian terhadap ekosistem pada kawasan konservasi menjadi sangat penting sebagai dasar pertimbangan bagi pengelolaan kawasan konservasi perairan. Kajian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi ekosistem terumbu karang di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang, Provinsi Sulawesi Selatan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap pemanfaat sumber daya; sedangkan data sekunder berupa jumlah populasi pemanfaat (nelayan) di sekitar kawasan, jumlah wisatawan dan luas kawasan dikumpulkan melalui penelusuran literatur dan laporan-laporan yang tersedia. Analisis data dilakukan menggunakan teknik valuasi ekonomi sumber daya, yaitu teknik Effect on Production dan Zonal Travel Cost Method. Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi ekosistem terumbu karang di TWP Kapoposang adalah sebesar Rp1.698.945.542,-/ha/tahun; sedangkan nilai ekonomi wisata di TWP Kapoposang adalah sebesar Rp467.753.989,-/ha/tahun. Nilai ekonomi manfaat wisata terlihat kontradiksi jika dibandingkan dengan total nilai kesediaan membayar (U) yang dibayarkan oleh pengunjung sebesar Rp2.012,-/pengunjung/tahun, yang mengindikasikan penghargaan pengunjung terhadap sumber daya terumbu karang relatif rendah. Pengembangan pariwisata pada kawasan konservasi khususnya di TWP Kapoposang sangat penting dilakukan agar memberikan dampak atau manfaat ekonomi yang tinggi, sehingga pemanfaatan yang bersifat ekstraksi sumber daya pada kawasan konservasi dapat berkurang. Title: Economic Value Of Coral Reef Ecosystem In The Kapoposang Marine Park Conservation, South SulawesiABSTRACT Assessment of economic value of ecosystems in the conservation areas is very important as a basis for consideration of management marine conservation areas. This study aims to estimate the economic value of coral reef ecosystems in Kapoposang Aquatic Tourism Park, South Sulawesi Province. Primary data was collected through interviews with resource users and secondary data in the form of number of users (fishers) around the area, size of the area itself and number of tourists were collected through literature studies and compiled the available report. Data were analysedusing economic valuation techniques, namely Effect on Production and Zonal Travel Cost Method techniques. Results of the study show that the value of the economic benefits of the coral reef ecosystem in the Kapoposang TWP was IDR 1,698,945,542/ha/year whereas for the tourism in Kapoposang TWP was IDR 467,753,989/ha/year. This values were contradicted with the current amount of money paid by tourist visitors of IDR 2.012/visitor/year of which considered their willingness to pay (U) to the resource. The development of tourism in conservation areas, especially in the Kapoposang TWP, is very important to be carried out in order to provide high economic impact or benefits so that the extraction resources utilization in the conservation areas can be reduced.
对保护区生态系统的抽象评估作为考虑保护水域区域的基础变得非常重要。这项研究的目的是计算南苏拉威西省kapopsang - san水上旅游公园的珊瑚礁生态系统的经济价值。主要数据是通过对资源使用的访谈收集的;而区域内渔民人数的次要数据,则通过现有文献和报告收集了大量的游客和大量地区。数据分析是使用资源评估技术,即生产效果技术和区域旅行方法技术进行的。研究表明,TWP Kapoposang的珊瑚礁生态系统的经济效益为rp1698,945,42分,-/ha/ year;而在TWP kapopsang的旅游业价值为rp467,753989,-/ha/ ha年。与游客支付rp2012英镑(rp2012美元)的总体意愿相比,旅游收入的经济价值显得矛盾,后者表明游客对珊瑚礁资源的欣赏相对较低。特别是在TWP kapopsang,旅游业的发展对于提供高经济影响或好处是至关重要的,从而减少对自然资源的利用。标题:在南苏拉威西省的卡波拉海洋公园保护保护中的珊瑚生态系统的经济价值,作为管理海洋保护区域的考虑基地,是非常重要的。这项研究旨在评估南苏拉威西省Kapoposang Aquatic Tourism公园的珊瑚礁经济价值。主要的数据是通过对这个地区的资源和信息构成的审查来收集的,这些地区的面积和数字通过阅读研究和编译现有报告来收集的。数据是分析经济价值技术,namely Effect on Production and区域旅游Cost Method技术。研究报告指出,卡波波桑推特上的旅游业价值为1698,945,542 /哈/推特上的旅游业是467,753,989/哈/年。这篇文章是由《外交报》2012年的游客所决定的,他们认为他们愿意支付资源的期限是一年。特别是在Kapoposang TWP的旅游业发展,在提供高级经济冲击或福利方面,迫切需要考虑的是,在保护地区的提取资源资源可能被减少。
{"title":"NILAI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA PERAIRAN KAPOPOSANG, SULAWESI SELATAN","authors":"I. Muliawan, Maulana Firdaus","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.6866","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.6866","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penilaian terhadap ekosistem pada kawasan konservasi menjadi sangat penting sebagai dasar pertimbangan bagi pengelolaan kawasan konservasi perairan. Kajian ini bertujuan untuk menghitung nilai ekonomi ekosistem terumbu karang di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang, Provinsi Sulawesi Selatan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap pemanfaat sumber daya; sedangkan data sekunder berupa jumlah populasi pemanfaat (nelayan) di sekitar kawasan, jumlah wisatawan dan luas kawasan dikumpulkan melalui penelusuran literatur dan laporan-laporan yang tersedia. Analisis data dilakukan menggunakan teknik valuasi ekonomi sumber daya, yaitu teknik Effect on Production dan Zonal Travel Cost Method. Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai manfaat ekonomi ekosistem terumbu karang di TWP Kapoposang adalah sebesar Rp1.698.945.542,-/ha/tahun; sedangkan nilai ekonomi wisata di TWP Kapoposang adalah sebesar Rp467.753.989,-/ha/tahun. Nilai ekonomi manfaat wisata terlihat kontradiksi jika dibandingkan dengan total nilai kesediaan membayar (U) yang dibayarkan oleh pengunjung sebesar Rp2.012,-/pengunjung/tahun, yang mengindikasikan penghargaan pengunjung terhadap sumber daya terumbu karang relatif rendah. Pengembangan pariwisata pada kawasan konservasi khususnya di TWP Kapoposang sangat penting dilakukan agar memberikan dampak atau manfaat ekonomi yang tinggi, sehingga pemanfaatan yang bersifat ekstraksi sumber daya pada kawasan konservasi dapat berkurang. Title: Economic Value Of Coral Reef Ecosystem In The Kapoposang Marine Park Conservation, South SulawesiABSTRACT Assessment of economic value of ecosystems in the conservation areas is very important as a basis for consideration of management marine conservation areas. This study aims to estimate the economic value of coral reef ecosystems in Kapoposang Aquatic Tourism Park, South Sulawesi Province. Primary data was collected through interviews with resource users and secondary data in the form of number of users (fishers) around the area, size of the area itself and number of tourists were collected through literature studies and compiled the available report. Data were analysedusing economic valuation techniques, namely Effect on Production and Zonal Travel Cost Method techniques. Results of the study show that the value of the economic benefits of the coral reef ecosystem in the Kapoposang TWP was IDR 1,698,945,542/ha/year whereas for the tourism in Kapoposang TWP was IDR 467,753,989/ha/year. This values were contradicted with the current amount of money paid by tourist visitors of IDR 2.012/visitor/year of which considered their willingness to pay (U) to the resource. The development of tourism in conservation areas, especially in the Kapoposang TWP, is very important to be carried out in order to provide high economic impact or benefits so that the extraction resources utilization in the conservation areas can be reduced. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120962669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/jsekp.v13i2.6660
Tenny Apriliani, Nendah Kurniasari, Christina Yuliati
ABSTRAK Waduk Sempor merupakan salah satu tipologi sumber daya perairan umum daratan yang bersifat multiguna, yang salah satu pemanfaatannya adalah untuk perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam pengelolaan perikanan di Waduk Sempor, Kabupaten Kebumen. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, data dikumpulkan melalui observasi yang kemudian dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengaruh (power) dan kepentingannya (interest), maka stakeholders dalam pengelolaan perikanan di Waduk Sempor dapat dikategorikan menjadi dua yaitu key players dan crowd. Stakeholders yang termasuk dalam kategori key players adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kebumen, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Kebumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Sumberdaya Air dan Energi Mineral (DSA) Kebumen dan masyarakat. Pemangku kepentingan yang termasuk dalam kategori kerumunan adalah DKP Prov. Jawa Tengah, Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) Kebumen, Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Kebumen, PT. Indonesia Power, lembaga penelitian dan universitas serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Masyarakat khususnya nelayan di Waduk Sempor tergolong sebagai stakeholder primer karena berkepentingan secara langsung terhadap sumberdaya perikanan yang terdapat di Waduk Sempor, serta memiliki pengaruh dalam pengelolaan. Pengaruh (power) masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan di waduk Sempor tergolong cukup. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan di perairan umum waduk dapat direkomendasikan dengan cara menerapkan unsur-unsur ko-manajemen yang terpadu dengan program pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya (Culture Based Fishery-CBF). Title: Fisheries Management Strategies In The Sempor Reservoir Of Kebumen Regency, Central Java ProvinceABSTRACTSempor Reservoir is one of inland water typologies with multipurpose utilizations, one of which is for fisheries, both capture fisheries and aquaculture.The aimed of this paper is to formulate an appropriate strategy of fisheries management in Sempor Reservoir, Kebumen Regancy through the impelementation of Culture Based Fisheries Program (CBF). This research was conducted in 2016 and data was collected through observation and interview. Data was analyzed quatitatively with descriptive approached. The results showed that based on the influence (power) and interests (interest), then stakeholders in fisheries management in Sempor Reservoir can be categorized into two key players and Crowd. Stakeholders included in the key players category are Marine and Fisheries Agency (DKP) Kebumen Regency, River Region Agency (BBWS) Serayu Opak, Department of Culture and Tourism Kebumen, Water and Mineral Resources Agency (DSA) Kebumen and community. Stakeholders belonging to the crowd category are DKP Prov. Central Java, State F
抽象的Sempor水库是一个多功能的本土公共水域资源选用系统,其用途之一是渔业捕获和养殖。本文的目的是制定一个适当的战略,以管理库曼地区Sempor水库的渔业。本研究于2016年进行,通过观察收集数据,然后用描述性的方法进行定性分析。研究结果表明,根据其权力和利益的影响,那么在Sempor水库管理渔业的利益相关者可以分为两个关键球员和人群。重要玩家类别的利益相关者包括水务服务和渔业(DKP)需求大坝区、大型游乐设施、文化和旅游发展设施、水能和矿物能源服务(DSA)需求。属于人群类别的利益相关者是DKP Prov。爪哇岛中部,印尼国家森林公司(Perhutani) kemen,水区公司(PDAM) kemen, PT.印度尼西亚电力公司,研究机构和大学以及非政府组织。特别是Sempor水库的渔民社区被认为是主要的利益相关者,因为他们直接对Sempor水库的渔业资源和管理有影响。Sempor水库对渔业管理的公共决策影响均为充分。在普通水库中使用和管理渔业资源可以通过实施基于渔业捕捞计划(Culture Based Fishery-CBF)的联合管理和渔业资源。标题:Fisheries管理策略在我国的后储层中,中央爪哇省的蓄水池是一个具有多用途用途的内水typologies,两者都捕获了Fisheries和aquaculture。这篇论文的羞愧之处是在Sempor水库中制定可行的渔业管理策略,通过基于fisheries计划的不扩散需要进行报复。这项研究是2016年委托的,数据是通过观察和采访收集的。数据是对经解析性和经解析性的分析。人们普遍认为,基于影响力和兴趣的因素,那么在Sempor水库渔业渔业中的持不同意见的人可以将其分为两个关键球员和人群。关键球员的身份包括海洋和渔业机构,河流区域机构有苦难,文化和旅游部门,水资源、水和矿物资源署(DSA)。与人群为伍的利益相关者提供了证据。中央Java,以及公司State Forest of印度尼西亚(Perhutani) Kebumen Kebumen水公司(公用事业),印尼PT .电力,研究课题和美国大学嗯美国local nongovernmental organizations(非政府组织)。《森普尔社区,尤其是fishers水库小学,美国机密stakeholders fishery直接利益的资源,因为《森普尔水库,有趣和有影响的管理。影响(电力)》《fisheries管理在社区在1792年成为森普尔是sufficient水库。沃特斯Utilization》和《将军fishery资源管理可以成为recommended by applying水库之co-management集成文本》和《开发基于文化的fishery项目(CBF)。
{"title":"STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN DI WADUK SEMPOR, KABUPATEN KEBUMEN, PROVINSI JAWA TENGAH","authors":"Tenny Apriliani, Nendah Kurniasari, Christina Yuliati","doi":"10.15578/jsekp.v13i2.6660","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v13i2.6660","url":null,"abstract":"ABSTRAK Waduk Sempor merupakan salah satu tipologi sumber daya perairan umum daratan yang bersifat multiguna, yang salah satu pemanfaatannya adalah untuk perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat dalam pengelolaan perikanan di Waduk Sempor, Kabupaten Kebumen. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, data dikumpulkan melalui observasi yang kemudian dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengaruh (power) dan kepentingannya (interest), maka stakeholders dalam pengelolaan perikanan di Waduk Sempor dapat dikategorikan menjadi dua yaitu key players dan crowd. Stakeholders yang termasuk dalam kategori key players adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kebumen, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Kebumen Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Sumberdaya Air dan Energi Mineral (DSA) Kebumen dan masyarakat. Pemangku kepentingan yang termasuk dalam kategori kerumunan adalah DKP Prov. Jawa Tengah, Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) Kebumen, Perusahaan daerah Air Minum (PDAM) Kebumen, PT. Indonesia Power, lembaga penelitian dan universitas serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal. Masyarakat khususnya nelayan di Waduk Sempor tergolong sebagai stakeholder primer karena berkepentingan secara langsung terhadap sumberdaya perikanan yang terdapat di Waduk Sempor, serta memiliki pengaruh dalam pengelolaan. Pengaruh (power) masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan di waduk Sempor tergolong cukup. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan di perairan umum waduk dapat direkomendasikan dengan cara menerapkan unsur-unsur ko-manajemen yang terpadu dengan program pengembangan perikanan tangkap berbasis budidaya (Culture Based Fishery-CBF). Title: Fisheries Management Strategies In The Sempor Reservoir Of Kebumen Regency, Central Java ProvinceABSTRACTSempor Reservoir is one of inland water typologies with multipurpose utilizations, one of which is for fisheries, both capture fisheries and aquaculture.The aimed of this paper is to formulate an appropriate strategy of fisheries management in Sempor Reservoir, Kebumen Regancy through the impelementation of Culture Based Fisheries Program (CBF). This research was conducted in 2016 and data was collected through observation and interview. Data was analyzed quatitatively with descriptive approached. The results showed that based on the influence (power) and interests (interest), then stakeholders in fisheries management in Sempor Reservoir can be categorized into two key players and Crowd. Stakeholders included in the key players category are Marine and Fisheries Agency (DKP) Kebumen Regency, River Region Agency (BBWS) Serayu Opak, Department of Culture and Tourism Kebumen, Water and Mineral Resources Agency (DSA) Kebumen and community. Stakeholders belonging to the crowd category are DKP Prov. Central Java, State F","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121536949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}