Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/jsekp.v13i2.6878
Sonny Koeshendrajana, Mira Mira, Zuzy Anna, D. Nugroho, Umi Muawanah, Y. Dewitasari
ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah memodelkan pengelolaan sumber daya perikanan kakap merah di Indonesiadengan menggunakan model Pella-Tomlinson. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, dengan data perikanan kakap merah Indonesia. Model surplus produksi bio-ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Pella-Tomlinson. Hasil analisis mengindikasikan, pertama jumlah upaya tangkap aktual berada diatas jumlah jumlah upaya lestari (MSY). Jika pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan prinsip perikanan lestari, maka mulai tahun 2020 upaya tangkap di bawah jumlah upaya lestari (MSY). Kedua, dalam kondisi bussiness as ussual, terjadi kenaikan bio-massa ikan semenjak tahun 1980 sampai pada tahun 2000, akan tetapi dari tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2014 terjadi penurunan bio-massa ikan. Jika tidak ada intervensi kebijakan untuk mengurangi laju degradasi sumber daya maka penurunan biomassa akan terus terjadi hingga tahun 2050. Jika pemerintah melakukan intervensi kebijakan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan, akan terrjadi kenaikan biomassa dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2050. Ketiga, sejalan dengan penurunan bio-massa karena tidak adanya intervensi kebijakan pengelolaan perikanan kakap merah secara berkelanjutan, maka keuntungan yang diterima nelayan akan menurun, karena terjadi penurunan hasil tangkapan. Tapi jika pemerintah mengeluarkan kebijakan pengelolaan perikanan kakap merah secara berkelanjutan seperti pembatasan upaya penangkapan, maka keuntungan yang diterima nelayan akan meningkat lagi dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2050. Title: Pella-Tomlinson Model for Red Snapper Management in IndonesiaABSTRACT The purpose of this study to develop a management model for red snapper fishery using a Pella Tomlinson Model. The research was conducted in 2016, for the national snapper fisheries obtained from official yearly landing statisctic data to get the time series catches and efforts. Surplus production bioeconomic was utilized with modified Pella and Tomlinson model for the growth model. The analysis shows that first, total efforts deployed without any kind of management (e.g. stay as an open access) will yield higher effort than maximum efforts at maximum sustainable level yield (MSY). This is a consequence of the increasing rate of red snapper efforts between 1980-2014. If fishery management is kept at the sustainable level of total efforts, then in 2020, total efforts will be less than the MSY level. Second, biomass increased between 1980-2000 and then decreased after 2000 until 2014. If there will be no intervention to the depletion of fishery resources, the fishery will be completely depleted in 2050. Third, when the snapper biomass decreases, the cathes will decrease as well. Hence, that total profits from the fishery will decrease. However, some intervention and magement measures will be put in place, such as limiting the total efforts, the cathes and profits will bounce back and increase after 2020 and
{"title":"APLIKASI MODEL PELLA-TOMLINSON PADA PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN KAKAP MERAH DI INDONESIA","authors":"Sonny Koeshendrajana, Mira Mira, Zuzy Anna, D. Nugroho, Umi Muawanah, Y. Dewitasari","doi":"10.15578/jsekp.v13i2.6878","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v13i2.6878","url":null,"abstract":"ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah memodelkan pengelolaan sumber daya perikanan kakap merah di Indonesiadengan menggunakan model Pella-Tomlinson. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016, dengan data perikanan kakap merah Indonesia. Model surplus produksi bio-ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Pella-Tomlinson. Hasil analisis mengindikasikan, pertama jumlah upaya tangkap aktual berada diatas jumlah jumlah upaya lestari (MSY). Jika pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan prinsip perikanan lestari, maka mulai tahun 2020 upaya tangkap di bawah jumlah upaya lestari (MSY). Kedua, dalam kondisi bussiness as ussual, terjadi kenaikan bio-massa ikan semenjak tahun 1980 sampai pada tahun 2000, akan tetapi dari tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2014 terjadi penurunan bio-massa ikan. Jika tidak ada intervensi kebijakan untuk mengurangi laju degradasi sumber daya maka penurunan biomassa akan terus terjadi hingga tahun 2050. Jika pemerintah melakukan intervensi kebijakan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan, akan terrjadi kenaikan biomassa dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2050. Ketiga, sejalan dengan penurunan bio-massa karena tidak adanya intervensi kebijakan pengelolaan perikanan kakap merah secara berkelanjutan, maka keuntungan yang diterima nelayan akan menurun, karena terjadi penurunan hasil tangkapan. Tapi jika pemerintah mengeluarkan kebijakan pengelolaan perikanan kakap merah secara berkelanjutan seperti pembatasan upaya penangkapan, maka keuntungan yang diterima nelayan akan meningkat lagi dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2050. Title: Pella-Tomlinson Model for Red Snapper Management in IndonesiaABSTRACT The purpose of this study to develop a management model for red snapper fishery using a Pella Tomlinson Model. The research was conducted in 2016, for the national snapper fisheries obtained from official yearly landing statisctic data to get the time series catches and efforts. Surplus production bioeconomic was utilized with modified Pella and Tomlinson model for the growth model. The analysis shows that first, total efforts deployed without any kind of management (e.g. stay as an open access) will yield higher effort than maximum efforts at maximum sustainable level yield (MSY). This is a consequence of the increasing rate of red snapper efforts between 1980-2014. If fishery management is kept at the sustainable level of total efforts, then in 2020, total efforts will be less than the MSY level. Second, biomass increased between 1980-2000 and then decreased after 2000 until 2014. If there will be no intervention to the depletion of fishery resources, the fishery will be completely depleted in 2050. Third, when the snapper biomass decreases, the cathes will decrease as well. Hence, that total profits from the fishery will decrease. However, some intervention and magement measures will be put in place, such as limiting the total efforts, the cathes and profits will bounce back and increase after 2020 and ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126043370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.7137
Ni’mawati Syariah, Asruddin Asruddin
ABSTRAKKeterbatasan informasi dan data mengenai nilai ekonomis dan potensi pemasaran ikan sagela asap di Provinsi Gorontalo menjadi dasar utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pasar, ramalan pasar, peluang pasar dan saluran tata niaga ikan sagela asap di Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Gorontalo pada Bulan Januari- Agustus 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan responden yaitu produsen sebanyak 8 orang, pedagang besar 6 orang, IKM 2 orang dan pedagang pengecer dan konsumen akhir sebagai data pendukung yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi suatu lokasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data. Data dianalisis dengan menghitung total potensi pasar ikan sagela asap di daerah penghasil sagela dan daerah pemasaran ikan sagela asap yang ada di Propinsi Gorontalo, kemudian menghitung ramalan pasar dan peluang pasar usaha ikan sagela asap yang ada di Propinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pasar ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo sebanyak 64.410 jepit/bln dengan estimasi nilai rupiah sebesar Rp1.301.500.000,-/bln, ramalan pasar ikan sagela asap sebanyak 40.710 jepit/bln dan peluang pasar ikan sagela asap sebanyak 23.700 jepit/bln. Bentuk Saluran tata niaga ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo yaitu mulai dari produsen baik itu produsen lokal maupun produsen luar provinsi kemudian menjualnya ke pedagang besar, IKM dan pedagang pengecer untuk seterusnya ke konsumen akhir baik itu konsumen lokal maupun konsumen luar propinsi.Title: Potency Of Smoked Halfbeaks’s Market (Hemirhamphus sp.) In The Gorontalo ProvinceABSTRACT Information and data limitation on economic value and marketing potential of smoked halfbeaks in Gorontalo Province are the main basis of this research. This study aims to determine the market potential, market forecast, market opportunities and trade channels for smoked halfbeaks in Gorontalo Province. This research was carried out in Gorontalo Province in January-August 2018. The type of research used was a survey with respondents, namely eight producers, six large traders, two small and medium scale industries, retailers and end consumers as supporting data adjusted for local conditions. This research was conducted using a questionnaire as data collection tool. The data were analyzed by calculating the total market potential of smoked halfbeaks in the halfbeaks producing area and marketing area of smoked halfbeaks in Gorontalo Province, then calculating the market forecast and market opportunities of smoked halfbeaks business in Gorontalo Province. The results showed that market potential of smoked halfbeaks in Gorontalo Province was 64,410 bundles / month with an estimated value of 1,301,500,000 rupiah/ month, the market forecast for smoked halfbeaks is 40,710 bundles / month and the market opportunity for bundles is 23,700 bundles / month. The form of
在Gorontalo省,关于sagela烟鱼的经济价值和销售潜力的信息限制和数据是这项研究的主要基础。这项研究的目的是了解Gorontalo省的市场潜力、市场预测、市场机会和烟熏鱼交易渠道。这项研究于2018年1月至8月在Gorontalo省进行。所使用的研究类型是由8家制造商、6家大贸易商、2家IKM、2家商业零售商和消费者等根据位置条件调整的数据进行的调查。本研究使用问题列表作为数据收集工具进行研究。数据是通过计算萨吉拉生产区域的烟熏萨吉拉市场潜力和在Gorontalo省的烟熏萨吉拉市场的销售情况来分析的,然后计算出Gorontalo省的市场预测和烟熏萨吉拉市场的可能性。研究表明,在Gorontalo省,目前存在的萨吉拉烟有可能达到64,410个发夹/月,据估计,萨吉拉鱼的市值为40,710个发夹/月,预计萨吉拉鱼的市值为40,710个发夹/月,而萨吉拉烟的市场概率为23700个月。Gorontalo省的一条名为sagela熏蒸鱼的管道从制造商、地方生产商和省外生产商开始,然后将鱼卖给大商人、IKM和零售商,以此为最终消费者,无论是本地消费者还是省外消费者。标题:Gorontalo省的关于烟的半兽人市场的信息和销售潜力在Gorontalo省是研究的主要基础。这个研究aims to个重大的市场潜在的市场小雨,市场opportunities and trade channels for smoked halfbeaks在保持省。这项研究于2018年1月在Gorontalo省被发现。研究过去是个调查与之类型respondents namely八个制片人、6大traders两个小伦敦规模工业,retailers介质和当地美国consumers supporting adjusted数据为条件。这项研究利用数据收集工具进行审查。根据计算,市场的总市场潜力是烟熏区和市场市场的可能性,然后计算烟熏区和市场机会。最近的广告显示,Gorontalo省有64.410个月的烟渣值为1.301.5万卢比,吸烟的市场是40,710 bundles /月度,而吸烟的市场是23.700 bundles /月度为23.700 bundles。从制造商、地方和外部省份开始,从当地和外部省份开始,然后将其销售给最终承包商、SMIs和retailers、地区性和场外。
{"title":"POTENSI PASAR IKAN SAGELA ASAP (Hemirhamphus sp.) DI PROVINSI GORONTALO","authors":"Ni’mawati Syariah, Asruddin Asruddin","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.7137","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.7137","url":null,"abstract":"ABSTRAKKeterbatasan informasi dan data mengenai nilai ekonomis dan potensi pemasaran ikan sagela asap di Provinsi Gorontalo menjadi dasar utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pasar, ramalan pasar, peluang pasar dan saluran tata niaga ikan sagela asap di Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di propinsi Gorontalo pada Bulan Januari- Agustus 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan responden yaitu produsen sebanyak 8 orang, pedagang besar 6 orang, IKM 2 orang dan pedagang pengecer dan konsumen akhir sebagai data pendukung yang jumlahnya disesuaikan dengan kondisi suatu lokasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data. Data dianalisis dengan menghitung total potensi pasar ikan sagela asap di daerah penghasil sagela dan daerah pemasaran ikan sagela asap yang ada di Propinsi Gorontalo, kemudian menghitung ramalan pasar dan peluang pasar usaha ikan sagela asap yang ada di Propinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pasar ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo sebanyak 64.410 jepit/bln dengan estimasi nilai rupiah sebesar Rp1.301.500.000,-/bln, ramalan pasar ikan sagela asap sebanyak 40.710 jepit/bln dan peluang pasar ikan sagela asap sebanyak 23.700 jepit/bln. Bentuk Saluran tata niaga ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo yaitu mulai dari produsen baik itu produsen lokal maupun produsen luar provinsi kemudian menjualnya ke pedagang besar, IKM dan pedagang pengecer untuk seterusnya ke konsumen akhir baik itu konsumen lokal maupun konsumen luar propinsi.Title: Potency Of Smoked Halfbeaks’s Market (Hemirhamphus sp.) In The Gorontalo ProvinceABSTRACT Information and data limitation on economic value and marketing potential of smoked halfbeaks in Gorontalo Province are the main basis of this research. This study aims to determine the market potential, market forecast, market opportunities and trade channels for smoked halfbeaks in Gorontalo Province. This research was carried out in Gorontalo Province in January-August 2018. The type of research used was a survey with respondents, namely eight producers, six large traders, two small and medium scale industries, retailers and end consumers as supporting data adjusted for local conditions. This research was conducted using a questionnaire as data collection tool. The data were analyzed by calculating the total market potential of smoked halfbeaks in the halfbeaks producing area and marketing area of smoked halfbeaks in Gorontalo Province, then calculating the market forecast and market opportunities of smoked halfbeaks business in Gorontalo Province. The results showed that market potential of smoked halfbeaks in Gorontalo Province was 64,410 bundles / month with an estimated value of 1,301,500,000 rupiah/ month, the market forecast for smoked halfbeaks is 40,710 bundles / month and the market opportunity for bundles is 23,700 bundles / month. The form of ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130324315","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.6980
Iin Siti Djunaidah, Nayu Nurmalia
ABSTRAKWanita pesisir di beberapa wilayah Indonesia telah terbukti memiliki peran produktif dalam menunjang kehidupan keluarganya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang pada bulan Oktober sampai November 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan wanita pesisir pada sektor perikanan, tingkat pendapatan, serta kontribusi pendapatan wanita pesisir terhadap pendapatan keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan responden wanita pesisir yang melakukan aktivitas dalam sektor perikanan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari sampel secara terpilih, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur wanita pesisir (31-50 tahun) masuk dalam kategori usia produktif. Sebanyak 75% dari wanita pesisir berpendidikan Sekolah Dasar. Aktivitas wanita pesisir mayoritas (71,9%) sebagai buruh pengolahan hasil perikanan baik produk ikan asin dan atau terasi. Sebanyak 25% wanita pesisir beraktivitas sebagai pedagang hasil perikanan (ikan segar, ikan asin, dan terasi); sejumlah 3,1% merupakan buruh pengolahan dan pedagang hasil perikanan. Tingkat pendapatan wanita pesisir berkisar antara Rp665.000.- s.d. Rp6.890.000,-. Kontribusi pendapatan wanita pesisir terhadap pendapatan keluarga berkisar antara 32,8% hingga 80,6% dengan rata-rata kontribusi 64,9%. Kondisi ini menunjukkan bahwa peranan wanita sebagai pelaku ekonomi tidak bisa diabaikan, sehingga diperlukan penguatan kapasitasnya untuk menunjang peran wanita dalam melaksanakan kegiatan ekonomi produktif.Title: Productive Role Of Coastal Women In Supporting Fishery Business In The Tempuran Sub Regency, Karawang RegencyABSTRACT Coastal women in several regions of Indonesia has been shown to have a productive role in supporting the lives of their families. This research was conducted in Tempuran Sub Regency, Karawang Regency in October until November 2017. This study aims to identify the work undertaken by coastal women in the fisheries sector, income level, and the contribution of coastal women’s income to family income. Research method used a survey method with respondents who do activity in fishery sector. Data were collected using questionnaire from selected sample, then were analyzed by using quantitative descriptive method. Results showed that the majority of coastal women was age (31-50 years) included in the category of productive age. As many as 75% of coastal women are educated Elementary School. The activity of majority of coastal women (71,9%) as laborer of processing of fishery product both salted fish and or shrimp paste. As many as 25% of coastal women are active as fishery traders (fresh fish, salted fish and shrimp paste); 3,1% are processing laborers and traders of fishery products. This condition shows that the role of women as economic actors cannot be ignored, so that their capacity is needed to support women’s role in carrying
{"title":"PERAN PRODUKTIF WANITA PESISIR DALAM MENUNJANG USAHA PERIKANAN DI KECAMATAN TEMPURAN, KABUPATEN KARAWANG","authors":"Iin Siti Djunaidah, Nayu Nurmalia","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.6980","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.6980","url":null,"abstract":"ABSTRAKWanita pesisir di beberapa wilayah Indonesia telah terbukti memiliki peran produktif dalam menunjang kehidupan keluarganya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang pada bulan Oktober sampai November 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan wanita pesisir pada sektor perikanan, tingkat pendapatan, serta kontribusi pendapatan wanita pesisir terhadap pendapatan keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan responden wanita pesisir yang melakukan aktivitas dalam sektor perikanan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari sampel secara terpilih, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur wanita pesisir (31-50 tahun) masuk dalam kategori usia produktif. Sebanyak 75% dari wanita pesisir berpendidikan Sekolah Dasar. Aktivitas wanita pesisir mayoritas (71,9%) sebagai buruh pengolahan hasil perikanan baik produk ikan asin dan atau terasi. Sebanyak 25% wanita pesisir beraktivitas sebagai pedagang hasil perikanan (ikan segar, ikan asin, dan terasi); sejumlah 3,1% merupakan buruh pengolahan dan pedagang hasil perikanan. Tingkat pendapatan wanita pesisir berkisar antara Rp665.000.- s.d. Rp6.890.000,-. Kontribusi pendapatan wanita pesisir terhadap pendapatan keluarga berkisar antara 32,8% hingga 80,6% dengan rata-rata kontribusi 64,9%. Kondisi ini menunjukkan bahwa peranan wanita sebagai pelaku ekonomi tidak bisa diabaikan, sehingga diperlukan penguatan kapasitasnya untuk menunjang peran wanita dalam melaksanakan kegiatan ekonomi produktif.Title: Productive Role Of Coastal Women In Supporting Fishery Business In The Tempuran Sub Regency, Karawang RegencyABSTRACT Coastal women in several regions of Indonesia has been shown to have a productive role in supporting the lives of their families. This research was conducted in Tempuran Sub Regency, Karawang Regency in October until November 2017. This study aims to identify the work undertaken by coastal women in the fisheries sector, income level, and the contribution of coastal women’s income to family income. Research method used a survey method with respondents who do activity in fishery sector. Data were collected using questionnaire from selected sample, then were analyzed by using quantitative descriptive method. Results showed that the majority of coastal women was age (31-50 years) included in the category of productive age. As many as 75% of coastal women are educated Elementary School. The activity of majority of coastal women (71,9%) as laborer of processing of fishery product both salted fish and or shrimp paste. As many as 25% of coastal women are active as fishery traders (fresh fish, salted fish and shrimp paste); 3,1% are processing laborers and traders of fishery products. This condition shows that the role of women as economic actors cannot be ignored, so that their capacity is needed to support women’s role in carrying ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130080074","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/jsekp.v13i2.6906
Maulana Firdaus, Akhmad Fauzi, A. F. Falatehan
ABSTRAKTuna dan cakalang memiliki potensi ekonomi yang besar di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedua komoditas ini telah menunjukkan gejala over fishing di dunia, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi seberapa besar deplesi ikan tuna dan cakalang di Indonesia. Deplesi sumber daya dihitung melalui perkiraan stok dan tingkat hasil lestari dengan menggunakan model produksi surplus dan estimasi parameter menggunakan metoda Clarke Yoshimoto Pooley (CYP). Nilai deplesi diperoleh dari perkalian volume deplesi dengan unit rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume rata-rata deplesi sumber daya ikan tuna dan cakalang pada periode 1992-2015 adalah (-) 2.828 ton per tahun. Rata-rata nilai deplesi sumber daya ikan tuna dan cakalang menunjukkan angka negatif, yaitu (-) Rp131,89 miliar per tahun. Nilai negatif ini menunjukkan bahwa selama periode 1992-2015, stok sumber daya ikan tuna dan cakalang mengalami penurunan sebesar 2.828 ton per tahun dengan nilai potensi kerugian atau kehilangan akibat penurunan stok yang mencapai Rp131,89 miliar per tahun.Title: Tuna And Skipjack Resources Depletion In IndonesiaABSTRACTTuna and Skipjack has a great economic potential in Indonesia. Several studies have shown that these commodities have symptomed of over-fishing in the world, including Indonesia. This study aims to estimate the extent of tuna and skipjack depletion in Indonesia. Resource depletion is calculated through stock estimates and sustainable yield levels using surplus production model and parameter estimation of Clark Yoshimoto Pooley (CYP) method. Depletion value is obtained from multiplication of depletion volume with unit rent. Results of the study showed that the average volume of depletion of tuna and skipjack resources in the period 1992-2015 was (-) 2,828 tons per year. The average value of tuna and skipjack resource depletion showed negative numbers, ie (-) IDR 131.89 billion per year. This negative value indicates that during the period 1992-2015, the stock of tuna and skipjack fish resources decreased by 2.828 tons per year with the potential value of loss or loss due to a decrease in stock which reached IDR131,89 billion per year.
{"title":"DEPLESI SUMBER DAYA IKAN TUNA DAN CAKALANG DI INDONESIA","authors":"Maulana Firdaus, Akhmad Fauzi, A. F. Falatehan","doi":"10.15578/jsekp.v13i2.6906","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v13i2.6906","url":null,"abstract":"ABSTRAKTuna dan cakalang memiliki potensi ekonomi yang besar di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kedua komoditas ini telah menunjukkan gejala over fishing di dunia, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi seberapa besar deplesi ikan tuna dan cakalang di Indonesia. Deplesi sumber daya dihitung melalui perkiraan stok dan tingkat hasil lestari dengan menggunakan model produksi surplus dan estimasi parameter menggunakan metoda Clarke Yoshimoto Pooley (CYP). Nilai deplesi diperoleh dari perkalian volume deplesi dengan unit rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume rata-rata deplesi sumber daya ikan tuna dan cakalang pada periode 1992-2015 adalah (-) 2.828 ton per tahun. Rata-rata nilai deplesi sumber daya ikan tuna dan cakalang menunjukkan angka negatif, yaitu (-) Rp131,89 miliar per tahun. Nilai negatif ini menunjukkan bahwa selama periode 1992-2015, stok sumber daya ikan tuna dan cakalang mengalami penurunan sebesar 2.828 ton per tahun dengan nilai potensi kerugian atau kehilangan akibat penurunan stok yang mencapai Rp131,89 miliar per tahun.Title: Tuna And Skipjack Resources Depletion In IndonesiaABSTRACTTuna and Skipjack has a great economic potential in Indonesia. Several studies have shown that these commodities have symptomed of over-fishing in the world, including Indonesia. This study aims to estimate the extent of tuna and skipjack depletion in Indonesia. Resource depletion is calculated through stock estimates and sustainable yield levels using surplus production model and parameter estimation of Clark Yoshimoto Pooley (CYP) method. Depletion value is obtained from multiplication of depletion volume with unit rent. Results of the study showed that the average volume of depletion of tuna and skipjack resources in the period 1992-2015 was (-) 2,828 tons per year. The average value of tuna and skipjack resource depletion showed negative numbers, ie (-) IDR 131.89 billion per year. This negative value indicates that during the period 1992-2015, the stock of tuna and skipjack fish resources decreased by 2.828 tons per year with the potential value of loss or loss due to a decrease in stock which reached IDR131,89 billion per year. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126674017","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.6869
Rizky Muhartono, Nurlaili Nurlaili
ABSTRAKNelayan memiliki keterbatasan modal untuk memenuhi kebutuhan investasi dan biaya operasional. Kondisii ini berimplikasi terhadap kelangsungan usaha yang dimiliki. Salah satu strategi yang dilakukan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan modal adalah dengan cara berhutang. Sumber hutang nelayan didapat dari ‘pengambe’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan hutang sebagai pengikat hubungan nelayan dan ‘‘pengambe’.. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan membutuhkan ‘pengambe’ untuk menambah kekurangan modal untuk membeli perahu, alat tangkap, dan pemasaran ikan. ‘pengambe’ menjadi penolong, namun ikatan hutang membuat nelayan terikat dan tidak dapat bebas menentukan harga. Rekomendasi yang diberikan adalah perlu diperkuat program pemberdayaan ekonomi dan lembaga permodalan di lokasi sehingga dapat bersinergi dengan ‘pengambe’ . ‘pengambe’ menjadi salah satu aktor yang harus dilibatkan dalam rancangan dan implementasi pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat lokal. Pengalihan wewenang dan dan tanggung jawab ‘pengambe’ kepada lembaga permodalan lokal harus dilakukan secara perlahan dan bertahap sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan. ‘pengambe’ tidak kehilangan mata pencaharian dan nelayan dapat menjadi mandiri mengakses modal seiring dengan peningkatan kemampuannya merencanakan dan mengelola keuangan.Title: Debt As A Binding Relationship Between Fishers And ‘Pengambe’ In The Jember Regency, East Java ProvinceABSTRACTFishers have limited capital to fulfill the need of investment and operational costs of fishing activity. These conditions imply to the sustainability of their business. Debt is one of fishers’ strategy to meet the capital needs, and it is obtained from the ‘‘pengambe’. Purpose of the study was to evaluate debt problems as a binding relationship between fishers and ‘‘pengambe’. Research was conducted in 2015 in Jember Regency, East Java Province. This study used primary and secondary data and they were collected through in-depth interviews and literature studies. Data were analyzed with qualitative descriptive method. The results showed that fishers need ‘pengambe’ to provide them with capital to buy boats, fishing gear and fish marketing. ‘Pengambe’ is a helper for the fishers, but they become strictly bounded and consequently incapable to determine fish prices. This study recommends the necessity to encourage economic empowerment program and local capital institutions to have a mutual relationship with ‘pengambe’. ‘Pengambe’ should be involved in local economic institution development design and implementation. Authority transfer and responsibility of ‘pengambe’ to the local capital institution should be executed in a gradual step to a
渔业抽象在满足投资需求和运营成本方面存在资本限制。这些条件关系到企业的生存。渔民满足资本需求的策略之一是负债。渔民欠的钱来自管理者。本研究的目的是将债务问题作为渔民和管理者的结缔组织来审查。这项研究于2015年在爪哇东部的贾贝尔区进行。本研究采用了主要和次要数据。数据收集是通过深入采访和文献研究进行的。数据分析是描述性质的。研究表明,渔民需要“防腐”来增加购买船只、渔具和鱼类营销的资金不足。“头皮屑”是一种帮助,但债务的束缚使渔民无法自由定价。建议需要在现场加强经济赋权和资本机构计划,以便与“管理者”协同合作。彭贝成为必须参与当地社区经济制度发展计划和实施的参与者之一。对当地资本机构的“管理”权力和责任的转移必须缓慢而渐进地进行,以免造成利益冲突。管理者不会失去生计,渔民可以自力更生地获得资本,因为他们的规划和管理资金能力有所提高。标题:在爪哇省东爪哇省的Jember和“管理者”之间的冲突关系受到限制,满足钓鱼活动的必要性。这些条件影响了他们的业务的效率。仇人的对策之一是满足首都的需求,而这种需求来自“彭恩”。这项研究的目的是作为观察员和管理者之间的关系来评估问题。这项研究是2015年在爪哇省东爪哇的Jember摄取的。这一研究是primary and secony数据,它们是通过测试和文学研究收集的。数据是用专业解析方法分析的。支持者表示,渔民需要一个公司来提供购买船只、捕齿轮和鱼类市场。游丝对fishers是一种帮助,但它们却变得笨拙而难以确定鱼的价格。这项研究提醒我们,有必要启动经济开发计划和地方资本机构与管理机构建立互惠关系。管理者应该参与当地经济机构开发设计和实施。向当地资本机构发出的“代理转让权力和责任”应该在其梯级步骤中保持,以避免利益冲突。因此,保管人不会失去他们的生命力,他们可以在这里自行进入资本,并有能力管理他们的资金。
{"title":"HUTANG SEBAGAI PENGIKAT HUBUNGAN NELAYAN DAN ‘PENGAMBE’ DI KABUPATEN JEMBER, PROVINSI JAWA TIMUR","authors":"Rizky Muhartono, Nurlaili Nurlaili","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.6869","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.6869","url":null,"abstract":"ABSTRAKNelayan memiliki keterbatasan modal untuk memenuhi kebutuhan investasi dan biaya operasional. Kondisii ini berimplikasi terhadap kelangsungan usaha yang dimiliki. Salah satu strategi yang dilakukan oleh nelayan untuk memenuhi kebutuhan modal adalah dengan cara berhutang. Sumber hutang nelayan didapat dari ‘pengambe’. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan hutang sebagai pengikat hubungan nelayan dan ‘‘pengambe’.. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan membutuhkan ‘pengambe’ untuk menambah kekurangan modal untuk membeli perahu, alat tangkap, dan pemasaran ikan. ‘pengambe’ menjadi penolong, namun ikatan hutang membuat nelayan terikat dan tidak dapat bebas menentukan harga. Rekomendasi yang diberikan adalah perlu diperkuat program pemberdayaan ekonomi dan lembaga permodalan di lokasi sehingga dapat bersinergi dengan ‘pengambe’ . ‘pengambe’ menjadi salah satu aktor yang harus dilibatkan dalam rancangan dan implementasi pengembangan kelembagaan ekonomi masyarakat lokal. Pengalihan wewenang dan dan tanggung jawab ‘pengambe’ kepada lembaga permodalan lokal harus dilakukan secara perlahan dan bertahap sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan. ‘pengambe’ tidak kehilangan mata pencaharian dan nelayan dapat menjadi mandiri mengakses modal seiring dengan peningkatan kemampuannya merencanakan dan mengelola keuangan.Title: Debt As A Binding Relationship Between Fishers And ‘Pengambe’ In The Jember Regency, East Java ProvinceABSTRACTFishers have limited capital to fulfill the need of investment and operational costs of fishing activity. These conditions imply to the sustainability of their business. Debt is one of fishers’ strategy to meet the capital needs, and it is obtained from the ‘‘pengambe’. Purpose of the study was to evaluate debt problems as a binding relationship between fishers and ‘‘pengambe’. Research was conducted in 2015 in Jember Regency, East Java Province. This study used primary and secondary data and they were collected through in-depth interviews and literature studies. Data were analyzed with qualitative descriptive method. The results showed that fishers need ‘pengambe’ to provide them with capital to buy boats, fishing gear and fish marketing. ‘Pengambe’ is a helper for the fishers, but they become strictly bounded and consequently incapable to determine fish prices. This study recommends the necessity to encourage economic empowerment program and local capital institutions to have a mutual relationship with ‘pengambe’. ‘Pengambe’ should be involved in local economic institution development design and implementation. Authority transfer and responsibility of ‘pengambe’ to the local capital institution should be executed in a gradual step to a","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127628278","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/jsekp.v13i2.7270
Robert Pensa Maryunus, Johanes Hiariey, Y. Lopulalan
ABSTRAK Budidaya rumput laut kotoni merupakan komoditas unggulan Kabupaten Seram Bagian Barat yang mendapat atensi pemerintah dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor produksi dan perkembangan produksi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat. Analisis dilakukan dengan metode deskriktif kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian faktorfaktor produksi menunjukkan lahan yang dinyatakan layak bagi usaha budidaya rumput laut tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah. Material dan sarana penunjang serta bibit tersedia dan cukup mudah diperoleh. Sumberdaya manusia pembudidaya tersedia dan dengan dominasi tingkat pendidikan yang relatif rendah yakni sekolah dasar. Hasil kajian perkembangan volume produksi menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2009. Kualitas produksi rumput laut kering yang dihasilkan pembudidaya secara umum mutunya masih rendah dan belum sesuai dengan spesifikasi pabrikan dan eksportir. Untuk pengembangan usaha dibutuhkan ekstensifikasi lahan, pembinaan mutu produk serta upaya menstabilkan harga jual rumput laut kering. Title: Production Factors And Development Of The Cottoni Seaweed Cultivation In Western Seram RegencyABSTRACT The cultivation of cottoni seaweed is priority commodity of Western Ceram Regency which gets attention by government in its development. This study was aimed to examine the factors of production and development of red seaweed cultivation production business in West Ceram District. The analysis is done by quantitative and qualitative descriptive methods. Result of the study on factors of production shows that suitable land for red seaweed cultivation utilization is still very low. Supporting materials and facilities and also seeds are available and easily accessible. Human resources of farmers are available; however, a relatively low level of education at background with dominantly primary schools. While the results of the study of the development of production volume shows a decreased trend since 2009, in general the quality of dried seaweed production produced by farmers is still low and it is not in accordance with the specifications of manufacturers and exporters. For business development, it requires land extensification, coaches of increase product quality and efforts to stabilize price.
{"title":"FAKTOR PRODUKSI DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT KOTONI DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT","authors":"Robert Pensa Maryunus, Johanes Hiariey, Y. Lopulalan","doi":"10.15578/jsekp.v13i2.7270","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v13i2.7270","url":null,"abstract":"ABSTRAK Budidaya rumput laut kotoni merupakan komoditas unggulan Kabupaten Seram Bagian Barat yang mendapat atensi pemerintah dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor produksi dan perkembangan produksi usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat. Analisis dilakukan dengan metode deskriktif kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian faktorfaktor produksi menunjukkan lahan yang dinyatakan layak bagi usaha budidaya rumput laut tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah. Material dan sarana penunjang serta bibit tersedia dan cukup mudah diperoleh. Sumberdaya manusia pembudidaya tersedia dan dengan dominasi tingkat pendidikan yang relatif rendah yakni sekolah dasar. Hasil kajian perkembangan volume produksi menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2009. Kualitas produksi rumput laut kering yang dihasilkan pembudidaya secara umum mutunya masih rendah dan belum sesuai dengan spesifikasi pabrikan dan eksportir. Untuk pengembangan usaha dibutuhkan ekstensifikasi lahan, pembinaan mutu produk serta upaya menstabilkan harga jual rumput laut kering. Title: Production Factors And Development Of The Cottoni Seaweed Cultivation In Western Seram RegencyABSTRACT The cultivation of cottoni seaweed is priority commodity of Western Ceram Regency which gets attention by government in its development. This study was aimed to examine the factors of production and development of red seaweed cultivation production business in West Ceram District. The analysis is done by quantitative and qualitative descriptive methods. Result of the study on factors of production shows that suitable land for red seaweed cultivation utilization is still very low. Supporting materials and facilities and also seeds are available and easily accessible. Human resources of farmers are available; however, a relatively low level of education at background with dominantly primary schools. While the results of the study of the development of production volume shows a decreased trend since 2009, in general the quality of dried seaweed production produced by farmers is still low and it is not in accordance with the specifications of manufacturers and exporters. For business development, it requires land extensification, coaches of increase product quality and efforts to stabilize price.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126115243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.7096
Anjar Kistia Purwaditya, Kuncoro Harto Widodo, M. Ainuri
ABSTRAK Ikan scombridae segar adalah produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dimanfaatkan potensinya di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Tegal. Jumlah produksi yang turun akibat praktik Illegal Unreported and Unregulated (IUU) menyebabkan ketersediaannya tidak menentu. Sifatnya yang sensitif terhadap perubahan suhu menjadikannya mudah rusak. Kondisi yang demikian diperburuk oleh proses penanganan ikan scombridae segar yang buruk, sehingga pasokan ikan berkualitas semakin berkurang. Belum adanya strategi mitigasi terhadap potensi risiko menjadikan rantai pasok ikan scombridae segar Kota Tegal rentan terhadap gangguan ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kejadian risiko, sumber risiko dan menghasilkan strategi mitigasi risiko pada rantai pasok ikan scombridae dari sudut pandang collector traders. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi risiko adalah house of risk (HOR) yang diawali dengan proses pemetaan aktivitas bisnis menggunakan supply chain operations reference (SCOR) model. Setelah potensi risiko teridentifikasi, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan matrik HOR1. Selanjutnya, strategi mitigasi dirancang dan dianalisis menggunakan HOR2. Hasil penilitian menunjukkan terdapat 22 kejadian risiko dan teridentifikasi sebanyak 25 sumber risiko. Terdapat lima sumber risiko yang kritis berdasarkan nilai agregat risk potential (ARP) terbesar. Berdasarkan analisis pemilihan tindakan mitigasi, diajukan lima usulan tindakan mitigasi untuk dilaksanakan oleh traders keluarga ikan scombridae segar. Title: Risk Mitigation Of Fresh Scombridae Fish In The Upstream Supply Chain In The Fishing Port Of Tegal, Central Java ABSTRACTFresh scombridae fish has high economic value and widely utilized its potential in Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Tegal City. However, its availability in the field is uncertain which is the impact of decreasing production amount due to illegal, unreported, and unregulated (IUU) practices. This fish is sensitive to temperature changing and easily damaged. Such conditions are exacerbated by the poor handling of fresh fish, thus cause the supply of fresh fish with best quality is slightly reduced. The absence of a mitigation strategies against potential risks cause the fresh scombridae fish supply chain is vulnerable to uncertainty disturbance. This research aims to identify and analyze the risks event, risk agent and generates a risk mitigation strategy in the fresh scombridae fish supply chain from perspective of the collector traders. Method that used in this research to identify potential risk was house of risk (HOR), its begin by mapping all business activities through supply chain operations reference (SCOR) model. Then followed by HOR1 matrik to analyze potential risk. Furthermore, mitigation actions are deployed and analyzed using HOR2. For the result showed 22 risk events and 25 risk agents are identified. There are five most critical
{"title":"MITIGASI RISIKO PADA RANTAI PASOK HULU IKAN SCOMBRIDAE SEGAR DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL, JAWA TENGAH","authors":"Anjar Kistia Purwaditya, Kuncoro Harto Widodo, M. Ainuri","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.7096","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.7096","url":null,"abstract":"ABSTRAK Ikan scombridae segar adalah produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dimanfaatkan potensinya di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Tegal. Jumlah produksi yang turun akibat praktik Illegal Unreported and Unregulated (IUU) menyebabkan ketersediaannya tidak menentu. Sifatnya yang sensitif terhadap perubahan suhu menjadikannya mudah rusak. Kondisi yang demikian diperburuk oleh proses penanganan ikan scombridae segar yang buruk, sehingga pasokan ikan berkualitas semakin berkurang. Belum adanya strategi mitigasi terhadap potensi risiko menjadikan rantai pasok ikan scombridae segar Kota Tegal rentan terhadap gangguan ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kejadian risiko, sumber risiko dan menghasilkan strategi mitigasi risiko pada rantai pasok ikan scombridae dari sudut pandang collector traders. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi risiko adalah house of risk (HOR) yang diawali dengan proses pemetaan aktivitas bisnis menggunakan supply chain operations reference (SCOR) model. Setelah potensi risiko teridentifikasi, selanjutnya dilakukan analisis menggunakan matrik HOR1. Selanjutnya, strategi mitigasi dirancang dan dianalisis menggunakan HOR2. Hasil penilitian menunjukkan terdapat 22 kejadian risiko dan teridentifikasi sebanyak 25 sumber risiko. Terdapat lima sumber risiko yang kritis berdasarkan nilai agregat risk potential (ARP) terbesar. Berdasarkan analisis pemilihan tindakan mitigasi, diajukan lima usulan tindakan mitigasi untuk dilaksanakan oleh traders keluarga ikan scombridae segar. Title: Risk Mitigation Of Fresh Scombridae Fish In The Upstream Supply Chain In The Fishing Port Of Tegal, Central Java ABSTRACTFresh scombridae fish has high economic value and widely utilized its potential in Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Tegal City. However, its availability in the field is uncertain which is the impact of decreasing production amount due to illegal, unreported, and unregulated (IUU) practices. This fish is sensitive to temperature changing and easily damaged. Such conditions are exacerbated by the poor handling of fresh fish, thus cause the supply of fresh fish with best quality is slightly reduced. The absence of a mitigation strategies against potential risks cause the fresh scombridae fish supply chain is vulnerable to uncertainty disturbance. This research aims to identify and analyze the risks event, risk agent and generates a risk mitigation strategy in the fresh scombridae fish supply chain from perspective of the collector traders. Method that used in this research to identify potential risk was house of risk (HOR), its begin by mapping all business activities through supply chain operations reference (SCOR) model. Then followed by HOR1 matrik to analyze potential risk. Furthermore, mitigation actions are deployed and analyzed using HOR2. For the result showed 22 risk events and 25 risk agents are identified. There are five most critical ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131949640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-02-08DOI: 10.15578/JSEKP.V13I2.7090
Teny Sylvia, K. H. Widodo, D. Ismoyowati
ABSTRAK Ikan lele merupakan high perishable product yang membutuhkan penanganan khusus sehingga menimbulkan biaya logistik kepada konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya logistik di sepanjang rantai pasok perikanan lele dan menyusun strategi untuk pengurangan biaya logistik tersebut. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul D.I. Yogyakarta pada bulan Januari hingga Maret 2018. Data diperoleh dengan melakukan in-depth interview kepada 30 responden yang ditentukan dengan purposive sampling dan snowball sampling. Adapun metode untuk perhitungan dan analisis biaya logistik adalah activity-based costing (ABC) sedangkan metode untuk penyusunan strategi adalah activity-based management (ABM). Hasil perhitungan biaya logistik menunjukkan bahwa aktivitas procurement memiliki beban biaya tertinggi yaitu sebesar 90,012% dari total biaya keseluruhan. Adapun rekomendasi strategi yang dapat dilakukan untuk pengurangan biaya logistik adalah menggunakan pakan tambahan untuk tier petani ikan, menerapkan pull stretegy untuk tier pengepul, dan menerapkan few supplier yang bersikap responsif dan fleksibel untuk tier pengecer. Title: Strategies To Reducing Logistics Cost Of Catfish (Clarias sp.)ABSTRACT Catfish is a high perishable product that requires special handling so certainly lead to logistics costs to consumers. This study was conducted to analyze the logistics costs along catfish supply chain and develop strategies for reducing logistics costs. This research was located in Sleman, Kulon Progo, and Bantul Regency of D.I. Yogyakarta and conducted in January to March 2018. Data were obtained by in-depth interview to 30 respondents determined by purposive sampling and snowball sampling. The method for calculating and analyzing logistics costs is activity-based costing (ABC) while the method for strategy development is activity-based management (ABM). Results of logistics calculation costs indicate that procurement activities have the highest cost, which is equal to 90.012% of total cost. The recommended strategies for reducing logistics costs are using additional feed for fish farmers, implementing pull strategy for collectors, and applying a few suppliers that are responsive and flexible for retailers.
{"title":"STRATEGI PENGURANGAN BIAYA LOGISTIK PERIKANAN LELE (Clarias sp.)","authors":"Teny Sylvia, K. H. Widodo, D. Ismoyowati","doi":"10.15578/JSEKP.V13I2.7090","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I2.7090","url":null,"abstract":"ABSTRAK Ikan lele merupakan high perishable product yang membutuhkan penanganan khusus sehingga menimbulkan biaya logistik kepada konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya logistik di sepanjang rantai pasok perikanan lele dan menyusun strategi untuk pengurangan biaya logistik tersebut. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, dan Bantul D.I. Yogyakarta pada bulan Januari hingga Maret 2018. Data diperoleh dengan melakukan in-depth interview kepada 30 responden yang ditentukan dengan purposive sampling dan snowball sampling. Adapun metode untuk perhitungan dan analisis biaya logistik adalah activity-based costing (ABC) sedangkan metode untuk penyusunan strategi adalah activity-based management (ABM). Hasil perhitungan biaya logistik menunjukkan bahwa aktivitas procurement memiliki beban biaya tertinggi yaitu sebesar 90,012% dari total biaya keseluruhan. Adapun rekomendasi strategi yang dapat dilakukan untuk pengurangan biaya logistik adalah menggunakan pakan tambahan untuk tier petani ikan, menerapkan pull stretegy untuk tier pengepul, dan menerapkan few supplier yang bersikap responsif dan fleksibel untuk tier pengecer. Title: Strategies To Reducing Logistics Cost Of Catfish (Clarias sp.)ABSTRACT Catfish is a high perishable product that requires special handling so certainly lead to logistics costs to consumers. This study was conducted to analyze the logistics costs along catfish supply chain and develop strategies for reducing logistics costs. This research was located in Sleman, Kulon Progo, and Bantul Regency of D.I. Yogyakarta and conducted in January to March 2018. Data were obtained by in-depth interview to 30 respondents determined by purposive sampling and snowball sampling. The method for calculating and analyzing logistics costs is activity-based costing (ABC) while the method for strategy development is activity-based management (ABM). Results of logistics calculation costs indicate that procurement activities have the highest cost, which is equal to 90.012% of total cost. The recommended strategies for reducing logistics costs are using additional feed for fish farmers, implementing pull strategy for collectors, and applying a few suppliers that are responsive and flexible for retailers.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127532664","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.15578/JSEKP.V13I1.6858
Yesi Dewita Sari, Yusman Syaukat, Tridoyo Kusumastanto, S. Hartoyo
ABSTRAKLaut Arafura merupakan salah satu perairan yang penting, sebesar 21% potensi ikan Indonesia terdapat di perairan Arafura yaitu 2,64 juta ton per tahun. Pemanfaatan sumber daya ikan demersal terutama udang di Laut Arafura telah dilakukan semenjak tahun 1970an oleh perusahaan dengan sistem joint venture. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat optimal pengelolaan sumber daya ikan demersal di Laut Arafura dan perubahan rente ekonomi setelah adanya kebijakan moratorium kapal asing di Indonesia yaitu pelarangan penggunaan kapal pukat dan kapal asing. Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu yang bersumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan PusatStatistik serta hasil-hasil penelitian yang relevan. Metode analisis data menggunakan model bioekonomi perikanan dengan model surplus produksi Walters dan Hilborn. Analisis kebijakan ekonomi meliputijumlah alat tangkap, jumlah investasi dan rente ekonomi maksimum. Jumlah produksi tertinggi terjadi ketika pengelolaan pada kondisi maksimum secara biologi; sedangkan jumlah alat tangkap tertinggiyang diperbolehkan ketika pengelolaan pada kondisi open akses menggunakan alat tangkap pancing rawai dasar, serta rente ekonomi tertinggi diperoleh ketika pengelolaan pada kondisi maksimum secara ekonomi menggunakan pancing rawai dasar. Kebijakan pemerintah terkait moratorium kapal perikanan asing, memberikan kesempatan lebih banyak untuk kapal perikanan Indonesia dalam melakukanpenangkapan ikan demersal di WPP 718. Jumlah kapal perikanan dengan menggunakan alat tangkap pancing rawai dasar dapat dikembangkan sampai 4 ribuan unit untuk memanfaatkan ikan demersal yangoptimal secara ekonomi, sehingga rente ekonomi maksimum dapat diperoleh sebesar 3,40 trilyun rupiah per tahun.Title: Management of Demersal Fishery in the Arafura Sea: A Bio-Economic ApproachABSTRACT Arafura sea is one of important fishing ground in Indonesia, contributing 21% of fisheries at about 2,64 million ton/year. Arafura’s demersal fishery has been exploited since 1970 by joint venture system. This study aims to determine the optimum level of demersal fish management in Arafura Sea as well as the fluctuations of economic rent after the foreign fishing vessel moratorium in Indonesia. The studycollected time series data from 2001-2014 from Ministry of Marine and Fisheries, Statistics Indonesia and relevant researches. The data were analyzed using bioeconomic model, particularly Walters and Hilborn Model. Analysis of economic policy includes fishing gears, investments and maximum economic rents. The results show that the maximum production occurs when fisheries management is on maximum yield. The highest number of permitted fishing gear is reached when the management is on open access condition using the set longline, while the maximum economic rents are obtained when the managementis on maximum economic yield using the set long line. Foreign fishing vessel moratorium gives more opportunity to Indonesian vessels to
{"title":"PENGELOLAAN PERIKANAN DEMERSAL DI LAUT ARAFURA: PENDEKATAN BIOEKONOMI","authors":"Yesi Dewita Sari, Yusman Syaukat, Tridoyo Kusumastanto, S. Hartoyo","doi":"10.15578/JSEKP.V13I1.6858","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I1.6858","url":null,"abstract":"ABSTRAKLaut Arafura merupakan salah satu perairan yang penting, sebesar 21% potensi ikan Indonesia terdapat di perairan Arafura yaitu 2,64 juta ton per tahun. Pemanfaatan sumber daya ikan demersal terutama udang di Laut Arafura telah dilakukan semenjak tahun 1970an oleh perusahaan dengan sistem joint venture. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat optimal pengelolaan sumber daya ikan demersal di Laut Arafura dan perubahan rente ekonomi setelah adanya kebijakan moratorium kapal asing di Indonesia yaitu pelarangan penggunaan kapal pukat dan kapal asing. Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu yang bersumber dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan PusatStatistik serta hasil-hasil penelitian yang relevan. Metode analisis data menggunakan model bioekonomi perikanan dengan model surplus produksi Walters dan Hilborn. Analisis kebijakan ekonomi meliputijumlah alat tangkap, jumlah investasi dan rente ekonomi maksimum. Jumlah produksi tertinggi terjadi ketika pengelolaan pada kondisi maksimum secara biologi; sedangkan jumlah alat tangkap tertinggiyang diperbolehkan ketika pengelolaan pada kondisi open akses menggunakan alat tangkap pancing rawai dasar, serta rente ekonomi tertinggi diperoleh ketika pengelolaan pada kondisi maksimum secara ekonomi menggunakan pancing rawai dasar. Kebijakan pemerintah terkait moratorium kapal perikanan asing, memberikan kesempatan lebih banyak untuk kapal perikanan Indonesia dalam melakukanpenangkapan ikan demersal di WPP 718. Jumlah kapal perikanan dengan menggunakan alat tangkap pancing rawai dasar dapat dikembangkan sampai 4 ribuan unit untuk memanfaatkan ikan demersal yangoptimal secara ekonomi, sehingga rente ekonomi maksimum dapat diperoleh sebesar 3,40 trilyun rupiah per tahun.Title: Management of Demersal Fishery in the Arafura Sea: A Bio-Economic ApproachABSTRACT Arafura sea is one of important fishing ground in Indonesia, contributing 21% of fisheries at about 2,64 million ton/year. Arafura’s demersal fishery has been exploited since 1970 by joint venture system. This study aims to determine the optimum level of demersal fish management in Arafura Sea as well as the fluctuations of economic rent after the foreign fishing vessel moratorium in Indonesia. The studycollected time series data from 2001-2014 from Ministry of Marine and Fisheries, Statistics Indonesia and relevant researches. The data were analyzed using bioeconomic model, particularly Walters and Hilborn Model. Analysis of economic policy includes fishing gears, investments and maximum economic rents. The results show that the maximum production occurs when fisheries management is on maximum yield. The highest number of permitted fishing gear is reached when the management is on open access condition using the set longline, while the maximum economic rents are obtained when the managementis on maximum economic yield using the set long line. Foreign fishing vessel moratorium gives more opportunity to Indonesian vessels to","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127462018","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-01DOI: 10.15578/JSEKP.V13I1.6853
M. D. Widiastuti, Novel Novri Ruata, Taslim Arifin
ABSTRAKEkosistem Mangrove mengalami tekanan dan penurunan jasa lingkungan diduga karena abrasi dan fenomena alam serta aktivitas masyarakat seperti penggalian pasir di pesisir pantai. Pemerintah telah melakukan upaya konservasi Mangrove dengan cara penanaman kembali, namun belum berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat pesisir tentang Mangrove dan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan ekosistem Mangrove dan perencanaan program rehabilitasiekosistem Mangrove. Metode pengumpulan data menggunakan instrument pertanyaan berupa angket, observasi dan wawancara secara bersamaan dengan pola terstruktur baik dalam bentuk pertanyaanterbuka dan tertutup dan dianalisis secara deskriptif tabulatif. Penentuan sampel menggunakan sistem kuota dan pemilihan responden menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menyatakan85 persen masyarakat pesisir paham terhadap pentingnya Mangrove bagi kehidupan mereka. Mereka paham bahwa Mangrove sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir dan pelindung pantaidari ombak dan abrasi. Mereka juga mengatakan bahwa Mangrove saat ini dalam keadaan kurang baik (53%). Mereka mengaku terlibat aktif dalam kegiatan program penanaman Mangrove (43%) namun bukan atas inisiatif sendiri. Kegiatan pelestarian Mangrove perlu melibatkan masyarakat setempat dalam bentuk pelatihan, penyuluhan atau pengawasan.Title: Community Understanding and Participation to Mangrove Ecosystem Management in the Coastal Area of Arafura Sea, Merauke DistrictsABSTRACTEcosystem Mangrove had underpressure and decreasing environmental services because of abration as natural phenomena, and unsuistainable community activities such as sand mining. The Government has made the conservation of Mangrove by replanting, but has not succeeded. This study aims to determine community knowledge and participation in management ecosystem Mangrove for rehabilitation. The collecting datamethod use a questionnaire instrument, observations and interviews simultaneously with open and closed questions and analyzed in descriptive tabulative. The sample size using the quota method and the selection of respondents used the simple random sampling. The resultshowed that 85 percent of coastal communities understand the importance of Mangrove for their lives. They understand that Mangrove as a source of livelihood of coastal communities and coastal protectionfrom waves and abrasion. They also said that the Mangrove is currently in a state of poor (53 %). They claimed active involved in Mangrove planting program (43 %), but not on their own initiative. The Mangrove conservation activities should be involvedby local community in such training, counseling or supervision.
{"title":"PEMAHAMAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR LAUT ARAFURA KABUPATEN MERAUKE","authors":"M. D. Widiastuti, Novel Novri Ruata, Taslim Arifin","doi":"10.15578/JSEKP.V13I1.6853","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V13I1.6853","url":null,"abstract":"ABSTRAKEkosistem Mangrove mengalami tekanan dan penurunan jasa lingkungan diduga karena abrasi dan fenomena alam serta aktivitas masyarakat seperti penggalian pasir di pesisir pantai. Pemerintah telah melakukan upaya konservasi Mangrove dengan cara penanaman kembali, namun belum berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat pesisir tentang Mangrove dan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan ekosistem Mangrove dan perencanaan program rehabilitasiekosistem Mangrove. Metode pengumpulan data menggunakan instrument pertanyaan berupa angket, observasi dan wawancara secara bersamaan dengan pola terstruktur baik dalam bentuk pertanyaanterbuka dan tertutup dan dianalisis secara deskriptif tabulatif. Penentuan sampel menggunakan sistem kuota dan pemilihan responden menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian menyatakan85 persen masyarakat pesisir paham terhadap pentingnya Mangrove bagi kehidupan mereka. Mereka paham bahwa Mangrove sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir dan pelindung pantaidari ombak dan abrasi. Mereka juga mengatakan bahwa Mangrove saat ini dalam keadaan kurang baik (53%). Mereka mengaku terlibat aktif dalam kegiatan program penanaman Mangrove (43%) namun bukan atas inisiatif sendiri. Kegiatan pelestarian Mangrove perlu melibatkan masyarakat setempat dalam bentuk pelatihan, penyuluhan atau pengawasan.Title: Community Understanding and Participation to Mangrove Ecosystem Management in the Coastal Area of Arafura Sea, Merauke DistrictsABSTRACTEcosystem Mangrove had underpressure and decreasing environmental services because of abration as natural phenomena, and unsuistainable community activities such as sand mining. The Government has made the conservation of Mangrove by replanting, but has not succeeded. This study aims to determine community knowledge and participation in management ecosystem Mangrove for rehabilitation. The collecting datamethod use a questionnaire instrument, observations and interviews simultaneously with open and closed questions and analyzed in descriptive tabulative. The sample size using the quota method and the selection of respondents used the simple random sampling. The resultshowed that 85 percent of coastal communities understand the importance of Mangrove for their lives. They understand that Mangrove as a source of livelihood of coastal communities and coastal protectionfrom waves and abrasion. They also said that the Mangrove is currently in a state of poor (53 %). They claimed active involved in Mangrove planting program (43 %), but not on their own initiative. The Mangrove conservation activities should be involvedby local community in such training, counseling or supervision.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115143380","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}