Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.9456
Fanny Septya, T. Ramadona, Darwis An, R. Metalisa
Pandemi Covid-19 disikapi dengan berbagai bentuk rekayasa sosial, seperti pembatasan sosial berskala besar dan menengah, kebijakan sekolah dan bekerja dari rumah, serta penerapan protokol kesehatan. Hal tersebut melahirkan perubahan sosial yang direncanakan dengan hasil akhir yang diharapkan adalah terputusnya mata rantai penyebaran Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor penggerak perubahan sosial, (2) mengidentifikasi rekayasa sosial (program pemerintah) yang diterima masyarakat nelayan Kecamatan Sungai Apit pada masa pandemi Covid-19, dan (3) mengidentifikasi bentuk perubahan sosial masyarakat nelayan Kecamatan Sungai Apit akibat pandemi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan adalah in-depth interview dengan informan kunci serta studi literatur untuk mengumpulkan data sekunder terkait indikator perubahan sosial. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukan bahwa faktor penggerak perubahan sosial berasal dari eksternal masyarakat/faktor eksogen, yakni program dan kebijakan pemerintah (BLT Covid-19, PSBB, serta pemberlakuan sekolah dan bekerja dari rumah) sebagai bentuk rekayasa sosial yang memengaruhi perubahan sosial masyarakat nelayan. Bentuk perubahan sosial yang terjadi adalah perubahan jenis kegiatan produktif, tingkat kesejahteraan, dan budaya atau gaya hidup masyarakat. Rekayasa sosial pada masa Covid-19 tidak menyebabkan perubahan pada struktur masyarakat nelayan, tetapi perubahan pada budaya masyarakat.Title: Social Changes Of Fisheries Community In Sungai Apit Subdistrict Due To Pandemi Social Engineering Covid-19The Covid-19 pandemic has been addressed with various forms of social engineering such as large and medium-scale social restrictions, school policies and work from home and the application of health protocols. This gave birth to planned social changes with the expected end result being the discontinuation of the chain of the spread of Covid-19. The objectives of this study were (1) to identify the driving factors for social change, (2) to identify social engineering (government programs) received by the fishers community of Sungai Apit Subdistrict during the Covid-19 pandemic and (3) identify the form of social change in the fishers community of Sungai Apit Subdistrict due to the Covid-19 pandemic and the accompanying social engineering. The method used in this research is a qualitative approach. The primary data collection technique was in-depth interviews with key informants and a literature study was conducted to collect secondary data related to indicators of social change. The method of data analysis is descriptive qualitative. The results of the analysis show that the driving factors for social change come from external community/exogenous factors, namely government programs and policies (BLT Covid-19, PSBB and implementation of school and w
Covid-19大流行与各种形式的社会工程有关,如大规模和中级社会限制、学校政策和家庭工作,以及卫生协议的实施。这就导致了有计划的社会变革和预期的结果,即Covid-19的分销链被切断。本研究的目的是(1)确定社会变革的驱动因素,(2)识别社会工程(政府计划)在Covid-19大流行期间接受的社会工程,以及(3)识别来自Covid-19大流行的渔民社会变化形式。本研究采用的方法是定性的方法。主要的数据收集技术是内部采访关键告密者和文献研究,收集与社会变化指标相关的次要数据。所使用的数据分析方法是描述性质的描述。分析表明,推动社会变革的因素来自外部社会/外来因素,即政府计划和政策(BLT Covid-19, PSBB,学校和家庭工作),是影响渔民社会社会变革的一种社会工程形式。社会变革形式是生产性活动、福利水平、社会文化或生活方式的改变。19世纪的社会工程并没有改变渔民社会的结构,而是改变了社区的文化。标题:气候变化地区公共捕鱼社区的社会变化与气候灾害协调一致:应对大规模的社会工程工程这一举动使社会发生了变化,预计最终会使Covid-19的锁链不断恶化。objectives》这个研究是(1)透露迎开车factors for social change,(2)要透露政府社会工程(项目)收到了由《Covid-19 during fishers社区从侧面包抄Subdistrict河的流行和表格》(3)透露fishers社区》(social change in河从侧面包抄Subdistrict帐款Covid-19流行》和《accompanying社交工程。这项研究使用的方法是合理的同意。初级数据收集技术正在接受关键信息信息研究和相关数据收集有关社会变化的相关数据。分析数据的方法是概述可行性。分析结果显示,“为社会变革而作的开车因素来自外部社区/外来因素、政府项目和政策(BLT Covid-19、PSBB和家庭工作学校的实施)是影响社会活动的社会工程的一种形式。occurs的社会变化是生产活动类型、福利水平和社区生活方式的变化。19期的社会工程不是因为对渔民社区的持续变化而改变的,而是因为在社区的文化中发生了变化。
{"title":"PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN SUNGAI APIT AKIBAT REKAYASA SOSIAL PANDEMI COVID-19","authors":"Fanny Septya, T. Ramadona, Darwis An, R. Metalisa","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.9456","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.9456","url":null,"abstract":"Pandemi Covid-19 disikapi dengan berbagai bentuk rekayasa sosial, seperti pembatasan sosial berskala besar dan menengah, kebijakan sekolah dan bekerja dari rumah, serta penerapan protokol kesehatan. Hal tersebut melahirkan perubahan sosial yang direncanakan dengan hasil akhir yang diharapkan adalah terputusnya mata rantai penyebaran Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi faktor penggerak perubahan sosial, (2) mengidentifikasi rekayasa sosial (program pemerintah) yang diterima masyarakat nelayan Kecamatan Sungai Apit pada masa pandemi Covid-19, dan (3) mengidentifikasi bentuk perubahan sosial masyarakat nelayan Kecamatan Sungai Apit akibat pandemi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan adalah in-depth interview dengan informan kunci serta studi literatur untuk mengumpulkan data sekunder terkait indikator perubahan sosial. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukan bahwa faktor penggerak perubahan sosial berasal dari eksternal masyarakat/faktor eksogen, yakni program dan kebijakan pemerintah (BLT Covid-19, PSBB, serta pemberlakuan sekolah dan bekerja dari rumah) sebagai bentuk rekayasa sosial yang memengaruhi perubahan sosial masyarakat nelayan. Bentuk perubahan sosial yang terjadi adalah perubahan jenis kegiatan produktif, tingkat kesejahteraan, dan budaya atau gaya hidup masyarakat. Rekayasa sosial pada masa Covid-19 tidak menyebabkan perubahan pada struktur masyarakat nelayan, tetapi perubahan pada budaya masyarakat.Title: Social Changes Of Fisheries Community In Sungai Apit Subdistrict Due To Pandemi Social Engineering Covid-19The Covid-19 pandemic has been addressed with various forms of social engineering such as large and medium-scale social restrictions, school policies and work from home and the application of health protocols. This gave birth to planned social changes with the expected end result being the discontinuation of the chain of the spread of Covid-19. The objectives of this study were (1) to identify the driving factors for social change, (2) to identify social engineering (government programs) received by the fishers community of Sungai Apit Subdistrict during the Covid-19 pandemic and (3) identify the form of social change in the fishers community of Sungai Apit Subdistrict due to the Covid-19 pandemic and the accompanying social engineering. The method used in this research is a qualitative approach. The primary data collection technique was in-depth interviews with key informants and a literature study was conducted to collect secondary data related to indicators of social change. The method of data analysis is descriptive qualitative. The results of the analysis show that the driving factors for social change come from external community/exogenous factors, namely government programs and policies (BLT Covid-19, PSBB and implementation of school and w","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"101 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114596601","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10228
Mira Mira, Permana Ari Sujarwo, Riesti Triyanti, Nensyiana Shafitri, Armen Zulham
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan karakteristik sosial ekonomi pembudi daya tambak udang dan melakukan analisis komparatif secara finansial terhadap usaha tambak udang vaname berdasarkan tipe teknologi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 dan berlokasi di pesisir Aceh Tamiang. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu jumlah responden sebesar 182 orang yang terdiri atas 137 petambak tradisional, 36 petambak semiintensif, dan 9 petambak intensif. Perbedaan biaya operasional usaha tambak tradisional, semiintensif, dan intensif yang paling besar adalah pada biaya pakan dan biaya listrik. Pada tambak tradisional, semiintensif, dan intensif, pakan yang dibutuhkan hanya 80 kg, 10 ton, dan 19,33 ton per hektare dan per tahun. Pada tambak tradisional, semiintensif, dan intensif kebutuhan listriknya masing-masing adalah Rp804 ribu, Rp14juta, dan Rp34,4 juta per tahun dan per hektare. Total biaya untuk tiap-tiap tambak, yaitu tradisional, semiintensif, dan intensif adalah Rp6,9 juta, Rp282 juta, dan Rp505 juta. Baik tambak tradisional, semiintensif, maupun intensif sangat menguntungkan secara ekonomis jika dilihat dari indikator kinerja usaha jangka pendek, seperti penerimaan, keuntungan, rasio penerimaan dan biaya, serta periode balik modal. Akan tetapi, dalam jangka panjang, nilai rasio keuntungan bersih dan biaya untuk tambak intensif dan semiintensif kurang dari 1. Hal itu menggambarkan usaha yang belum dilakukan secara efisien karena lahan yang diusahakan hanya 5 hektare dan masih dalam tahap coba-coba sehingga belum menutup semua investasi yang dikeluarkan. Pemilik tambak tradisional diharapkan meningkatkan produktivitasnya melalui peningkatan teknologi.Title: Comparative Analysis of Vannamei Shrimp Farming Business (Traditional, Semi-intensive and Intensive)This research identified the socio-economic characteristics of shrimp farmers and analyzed the financial comparison of vannamei shrimp farming based on the type of technology. This research was conducted in 2020 and is located in Aceh Tamiang. This research used descriptive quantitative method. The number of respondents was 182 people, consisting of 137 traditional farmers, 36 semi-intensive farmers, and 9 intensive farmers. The biggest difference between the operational costs of traditional, semi-intensive and intensive ponds were in the cost of feed and electricity. On traditional, semi-intensive and intensive ponds needed 80 kg, 10 tons, and 19,33 tons of feed per hectare/per year. On traditional, semi-intensive and intensive ponds, the electricity costs are IDR 804,000, IDR 14 million and IDR 34.4 million per year per hectare. The total cost for traditional, semi-intensive and intensive ponds were Rp6.9 million, Rp282 million and Rp505 million per year per hectare, respectively. From short-term business performance indicators, such as revenue, profit, revenue/cost ratio, pay back period, all of the traditional, semi-intensive and intensive ponds
{"title":"ANALISIS KOMPARATIF USAHA TAMBAK UDANG VANAME DENGAN TEKNIK TRADISIONAL, SEMIINTENSIF, DAN INTENSIF DI WILAYAH PESISIR","authors":"Mira Mira, Permana Ari Sujarwo, Riesti Triyanti, Nensyiana Shafitri, Armen Zulham","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10228","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10228","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan karakteristik sosial ekonomi pembudi daya tambak udang dan melakukan analisis komparatif secara finansial terhadap usaha tambak udang vaname berdasarkan tipe teknologi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 dan berlokasi di pesisir Aceh Tamiang. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif, yaitu jumlah responden sebesar 182 orang yang terdiri atas 137 petambak tradisional, 36 petambak semiintensif, dan 9 petambak intensif. Perbedaan biaya operasional usaha tambak tradisional, semiintensif, dan intensif yang paling besar adalah pada biaya pakan dan biaya listrik. Pada tambak tradisional, semiintensif, dan intensif, pakan yang dibutuhkan hanya 80 kg, 10 ton, dan 19,33 ton per hektare dan per tahun. Pada tambak tradisional, semiintensif, dan intensif kebutuhan listriknya masing-masing adalah Rp804 ribu, Rp14juta, dan Rp34,4 juta per tahun dan per hektare. Total biaya untuk tiap-tiap tambak, yaitu tradisional, semiintensif, dan intensif adalah Rp6,9 juta, Rp282 juta, dan Rp505 juta. Baik tambak tradisional, semiintensif, maupun intensif sangat menguntungkan secara ekonomis jika dilihat dari indikator kinerja usaha jangka pendek, seperti penerimaan, keuntungan, rasio penerimaan dan biaya, serta periode balik modal. Akan tetapi, dalam jangka panjang, nilai rasio keuntungan bersih dan biaya untuk tambak intensif dan semiintensif kurang dari 1. Hal itu menggambarkan usaha yang belum dilakukan secara efisien karena lahan yang diusahakan hanya 5 hektare dan masih dalam tahap coba-coba sehingga belum menutup semua investasi yang dikeluarkan. Pemilik tambak tradisional diharapkan meningkatkan produktivitasnya melalui peningkatan teknologi.Title: Comparative Analysis of Vannamei Shrimp Farming Business (Traditional, Semi-intensive and Intensive)This research identified the socio-economic characteristics of shrimp farmers and analyzed the financial comparison of vannamei shrimp farming based on the type of technology. This research was conducted in 2020 and is located in Aceh Tamiang. This research used descriptive quantitative method. The number of respondents was 182 people, consisting of 137 traditional farmers, 36 semi-intensive farmers, and 9 intensive farmers. The biggest difference between the operational costs of traditional, semi-intensive and intensive ponds were in the cost of feed and electricity. On traditional, semi-intensive and intensive ponds needed 80 kg, 10 tons, and 19,33 tons of feed per hectare/per year. On traditional, semi-intensive and intensive ponds, the electricity costs are IDR 804,000, IDR 14 million and IDR 34.4 million per year per hectare. The total cost for traditional, semi-intensive and intensive ponds were Rp6.9 million, Rp282 million and Rp505 million per year per hectare, respectively. From short-term business performance indicators, such as revenue, profit, revenue/cost ratio, pay back period, all of the traditional, semi-intensive and intensive ponds","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124006871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10737
A. Setyaningrum, Agung Nugroho
The fish processing community in Kuwaru Beach experienced some production problems during the Covid 19 pandemic. This study aims to identify livelihoods and community livelihood strategies during the pandemic. This research is qualitative. The data collected are secondary data and primary data. Primary data were taken through observation, in-depth interviews, and documentation. Secondary data was taken through a literature review. The results showed that the community had good physical capital. Social capital, human capital, and natural capital are in the moderate. Meanwhile, financial capital is relatively low. They have difficulty accessing capital and do not have the requirements. No migration strategy was found in livelihoods. They carry out extensification and intensification strategies to maintain production activities
{"title":"STRATEGI PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN PADA KOMUNITAS PENGOLAH IKAN DI MASA PANDEMI COVID 19 (Studi Kasus Di Kalurahan Poncosari, Kepanewon Srandakan, Bantul)","authors":"A. Setyaningrum, Agung Nugroho","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10737","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10737","url":null,"abstract":"The fish processing community in Kuwaru Beach experienced some production problems during the Covid 19 pandemic. This study aims to identify livelihoods and community livelihood strategies during the pandemic. This research is qualitative. The data collected are secondary data and primary data. Primary data were taken through observation, in-depth interviews, and documentation. Secondary data was taken through a literature review. The results showed that the community had good physical capital. Social capital, human capital, and natural capital are in the moderate. Meanwhile, financial capital is relatively low. They have difficulty accessing capital and do not have the requirements. No migration strategy was found in livelihoods. They carry out extensification and intensification strategies to maintain production activities","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124369048","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10934
Y. Yurike, Yudha Saktian Syafruddin
Penelitian ini dilakukan pada dua kondisi kawasan mangrove yaitu kawasan mangrove rusak di Pulau Cawan dan kawan mangrove yang masih bagus di Desa Bekawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi aset penghidupan pada dua kondisi kawasan mangrove dan bagaimana aset penghidupan masyarakat berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan dengan indikator modal manusia, modal alam, modal fisik, modal keuangan dan modal sosial. Perbandingan aset mata pencaharian dari masyarakat di kedua desa tersebut terdapat perbedaan nilai kepemilikan aset masyarakat. Nilai aset rumah tangga di Desa Bekawan lebih tinggi dari rumah tangga di Desa Pulau Cawan 5 aset penghidupan tersebut diantaranya dalam bentuk modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik dan modal sosial.
{"title":"ANALISIS ASET PENGHIDUPAN MASYARAKAT PADA DUA KONDISI KAWASAN MANGROVE","authors":"Y. Yurike, Yudha Saktian Syafruddin","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10934","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10934","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan pada dua kondisi kawasan mangrove yaitu kawasan mangrove rusak di Pulau Cawan dan kawan mangrove yang masih bagus di Desa Bekawan, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi aset penghidupan pada dua kondisi kawasan mangrove dan bagaimana aset penghidupan masyarakat berpengaruh terhadap kerusakan hutan mangrove. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan dengan indikator modal manusia, modal alam, modal fisik, modal keuangan dan modal sosial. Perbandingan aset mata pencaharian dari masyarakat di kedua desa tersebut terdapat perbedaan nilai kepemilikan aset masyarakat. Nilai aset rumah tangga di Desa Bekawan lebih tinggi dari rumah tangga di Desa Pulau Cawan 5 aset penghidupan tersebut diantaranya dalam bentuk modal manusia, modal alam, modal keuangan, modal fisik dan modal sosial.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129142561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10024
Zulfa Nur Auliatun Nissa, S. Suadi
Pengembangan budidaya ikan nila memberikan manfaat bagi masyarakat pedesaan berupa lapangan kerja, dan sumber pendapatan masyarakat. Namun variabilitas dan perubahan iklim ditengarai sebagai salah satu faktor penyebab kematian massal ikan yang menyebabkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan. Cuaca ekstrem bisa lebih berbahaya bagi ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur. Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan kerentanan penghidupan pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan metode campuran seperti survei, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi. Unit analisis data dilakukan di tingkat rumah tangga dengan melibatkan empat puluh pembudi daya skala kecil. Indeks Kerentanan Mata Pencaharian (LVI) berdasarkan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan penghidupan pembudidaya ikan nila sakal kecil pada keramba jaring apung berdasarkan LVI-IPCC dapat dikategorikan tidak rentan dengan nilai indeks 0,042. Oleh karena itu, penghidupan pembudi daya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur ,Wonogiri ini dinilai cukup tangguh. Adaptasi yang dilakukan pembudidaya di antaranya adaptasi sosial melalui kuatnya hubungan sosial antar komunitas pembudidaya ikan dan tingginya partisipasi dalam keanggotaan kelompok sosial. Adaptasi teknologi dan ekologi melalui inovasi yang dikembangkan oleh setiap pembudidaya ikan seperti menggunakan mesin diesel untuk meningkatkan kadar oksigen, dan mengurangi jumlah plot saat perubahan musim serta mengontrol jumlah benih. Meskipun indeks tingkat kerentanan pembudi daya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dikatakan tidak rentan, masih diperlukan adanya program pemberdayaan SDM untuk meningkatkan sistem penghidupan yang berkelanjutan.Title: Livelihood Vulnerabiliy Index of Small Scale Tilapia Fish Farmer Floating Net Cages in the Gajah Mungkur Reservoir, Wonogiri RegencyThe development of tilapia aquaculture provides benefits for rural communities in the form of employment and source of income community. However, the variability and climate change are suspected as one of the factors causing mass fish mortality which causes economic, social and environmental losses. Extreme weather can be more dangerous for floating net cages in the Gajah Mungkur Reservoir. This study reveals the vulnerability of the livelihoods of floating net cages in the Gajah Mungkur Reservoir. Data Collected used method is a mixed methods approach such as surveys, in-depth interviews, focus group discussions and observations used to collect data. Unit analysis was carried out at the household level involving 40 small-scale farmers. The Livelihood Vulnerability Index (LVI) based on the Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) was used for data analysis. The results showed that the level of vulnerability of small-scale tilapia c
尼拉鱼养殖的发展造福了农村社区的就业和收入来源。但可变性和气候变化是导致鱼类大规模死亡的因素之一,造成经济、社会和环境损失。极端的天气对蒙古大象水库的鱼来说可能更危险。本研究旨在揭示蒙古大象水库中渔民赖以为生的脆弱性。数据收集是通过调查、深入采访、小组集中讨论和观察等混合方法来完成的。数据分析单位是在家庭层面进行的,其中包括40个小规模欺凌。基于间政府气候变化小组(IPCC)的数据脆弱性指数(LVI)用于数据分析。研究结果表明,基于lvial - ipcc的悬浮网中小鱼的低脆性。因此,蒙卡库尔大象水库的尼拉角鱼渔业生计被认为是非常坚韧的。种植者所做的适应性是通过鱼群之间加强的社会关系和高参与社会群体成员关系而进行的社会适应。通过每一个鱼类育种家开发的创新,技术和生态适应,如使用柴油机增加氧气水平,减少季节变化的地块数量,控制种子的数量。虽然nila keramba glambalgiri大象水库的脆弱性指标被认为是脆弱的,但需要一个人力资源开发计划来改善可持续的生活系统。片名:Livelihood Vulnerabiliy Index of Small规模罗非鱼鱼农夫种浮动笼子网》和《大象Mungkur水库,RegencyThe development of罗非鱼aquaculture provides为农村communities in the form of benefits就业和收入社区的源代码。但是,variability和气候变化是美国suspected一号factors之causing团鱼不朽哪种敢死队经济、社会和环境损失社会化。极端的天气可能更危险,在蒙卡卡大象水库中飘浮的网。这项研究揭示了漂浮网络对悬浮大象的不可行性。使用的数据收集方法是一种混杂的方法,在测试中,集中小组讨论和观察用来收集数据。分析小组正在考虑裁员40个兵工。基于国际政府间气候变化小组(IPCC)的危险资产指数(LVI)用于数据分析。人们指出,基于LVI-IPCC的薄层蚊帐的低渗透性文化可能被认为是不脆弱的,具有0.042级的指数价值。因此,这种浮水网络的寿命延长了通过鱼农夫公社和高级社会小组成员之间的高级社会关系和高级参与,鱼农夫社会关系使他们注意到的适应。每条鱼都使用柴油引擎来增加氧气水平,在季节变化和控制种子数量时,减少了种子数量。尽管在芒卡库库季的薄伽瓦里的薄伽瓦里的脆弱网络索引被认为是脆弱的,但仍有必要进行一个人类资源开发的计划,以促进可持续的livelihood系统。
{"title":"INDEKS KERENTANAN PENGHIDUPAN PEMBUDIDAYA IKAN NILA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK GAJAH MUNGKUR, KABUPATEN WONOGIRI","authors":"Zulfa Nur Auliatun Nissa, S. Suadi","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10024","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10024","url":null,"abstract":"Pengembangan budidaya ikan nila memberikan manfaat bagi masyarakat pedesaan berupa lapangan kerja, dan sumber pendapatan masyarakat. Namun variabilitas dan perubahan iklim ditengarai sebagai salah satu faktor penyebab kematian massal ikan yang menyebabkan kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan. Cuaca ekstrem bisa lebih berbahaya bagi ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur. Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan kerentanan penghidupan pembudidaya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan metode campuran seperti survei, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus dan observasi. Unit analisis data dilakukan di tingkat rumah tangga dengan melibatkan empat puluh pembudi daya skala kecil. Indeks Kerentanan Mata Pencaharian (LVI) berdasarkan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerentanan penghidupan pembudidaya ikan nila sakal kecil pada keramba jaring apung berdasarkan LVI-IPCC dapat dikategorikan tidak rentan dengan nilai indeks 0,042. Oleh karena itu, penghidupan pembudi daya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur ,Wonogiri ini dinilai cukup tangguh. Adaptasi yang dilakukan pembudidaya di antaranya adaptasi sosial melalui kuatnya hubungan sosial antar komunitas pembudidaya ikan dan tingginya partisipasi dalam keanggotaan kelompok sosial. Adaptasi teknologi dan ekologi melalui inovasi yang dikembangkan oleh setiap pembudidaya ikan seperti menggunakan mesin diesel untuk meningkatkan kadar oksigen, dan mengurangi jumlah plot saat perubahan musim serta mengontrol jumlah benih. Meskipun indeks tingkat kerentanan pembudi daya ikan nila keramba jaring apung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dikatakan tidak rentan, masih diperlukan adanya program pemberdayaan SDM untuk meningkatkan sistem penghidupan yang berkelanjutan.Title: Livelihood Vulnerabiliy Index of Small Scale Tilapia Fish Farmer Floating Net Cages in the Gajah Mungkur Reservoir, Wonogiri RegencyThe development of tilapia aquaculture provides benefits for rural communities in the form of employment and source of income community. However, the variability and climate change are suspected as one of the factors causing mass fish mortality which causes economic, social and environmental losses. Extreme weather can be more dangerous for floating net cages in the Gajah Mungkur Reservoir. This study reveals the vulnerability of the livelihoods of floating net cages in the Gajah Mungkur Reservoir. Data Collected used method is a mixed methods approach such as surveys, in-depth interviews, focus group discussions and observations used to collect data. Unit analysis was carried out at the household level involving 40 small-scale farmers. The Livelihood Vulnerability Index (LVI) based on the Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) was used for data analysis. The results showed that the level of vulnerability of small-scale tilapia c","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124396833","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10890
S. Annisa, Alin Halimatussadiah
Sebagian besar pemanfaatan hiu dan pari di Indonesia masih bersifat ekstraktif, yaitu berupa penangkapan. Hal tersebut berakibat meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hiu dan pari yang ditunjukkan oleh penurunan populasinya. Padahal, ada jenis pemanfaatan lain, yaitu berupa ekowisata hiu dan pari. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai ekonomi kegiatan ekowisata hiu dan pari dengan nilai ekonomi yang diberikan oleh kegiatan perikanannya di lokasi target penangkapan, yaitu di Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Nilai ekonomi ekstraktif hiu dan pari didapatkan dari nilai pasar dengan data Surat Rekomendasi Perdagangan KKP, sedangkan nilai ekonomi nonekstraktif diberikan dalam bentuk use value melalui metode travel cost method (TCM) dan non-use value menggunakan contingent valuation method (CVM). Data untuk perhitungan nilai ekonomi nonekstraktif hiu dan pari dikumpulkan dengan metode in depth interview terhadap nelayan pedagang pemilik kapal dan dive operator serta dengan survei daring yang ditujukan kepada wisatawan (domestik dan mancanegara), dive guide, dan dive operator. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rasio antara nilai perikanan dan estimasi nilai rekreasi adalah 1:33, 1:28, dan 1:2,7 untuk tiap-tiap lokasi, yaitu Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Hasil tersebut membuktikan bahwa potensi nilai rekreasi hiu dan pari lebih besar jika dibandingkan dengan nilai perikanannya. Penelitian ini merekomendasikan ekowisata hiu dan pari untuk menjadi alternatif kegiatan penangkapan hiu dan pari di lokasi-lokasi yang menjadikan hiu dan pari sebagai target penangkapan.Title: Comparison of the Economic Value of Extractive and Non-Extractive Use of Sharks and Rays in Meulaboh, Takalar and Tanjung LuarMost of the use of sharks and rays in Indonesia is still largely extractive, specifically fishing. This has an impact on the threat to the existence of sharks and rays which is indicated by their population. Actually, there are other types of use, that is sharks and rays ecotourism. This study aims to compares the economic value of sharks and rays ecotourism with the economic value from extractive use, in target fishing locations, Meulaboh, Takalar and Tanjung Luar. The extractive economic value is obtained from the market value using MMAF Trade Recommendation Letter data, while non-extractive economic value is given the use value through the Travel Cost Method (TCM), and non-use value using Contingent Valuation Method (CVM). Data for calculating the economic value of non-extractive sharks and rays were collected using in depth interview with fisherman-traders the boat owners and dive operators, and online surveys for tourists (domestic and international), dive guides, and dive operators. The results showed that the ratio between fisheries value and recreation value estimation is 1:33, 1:28 and 1: 2.7 for Meulaboh, Takalar, and Tanjung Luar locations, respectively. These results prove that the potential value of sharks and rays recreatio
{"title":"PERBANDINGAN NILAI EKONOMI PEMANFAATAN EKSTRAKTIF DAN NONEKSTRAKTIF DARI HIU DAN PARI DI MEULABOH, TAKALAR, DAN TANJUNG LUAR","authors":"S. Annisa, Alin Halimatussadiah","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10890","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10890","url":null,"abstract":"Sebagian besar pemanfaatan hiu dan pari di Indonesia masih bersifat ekstraktif, yaitu berupa penangkapan. Hal tersebut berakibat meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hiu dan pari yang ditunjukkan oleh penurunan populasinya. Padahal, ada jenis pemanfaatan lain, yaitu berupa ekowisata hiu dan pari. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai ekonomi kegiatan ekowisata hiu dan pari dengan nilai ekonomi yang diberikan oleh kegiatan perikanannya di lokasi target penangkapan, yaitu di Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Nilai ekonomi ekstraktif hiu dan pari didapatkan dari nilai pasar dengan data Surat Rekomendasi Perdagangan KKP, sedangkan nilai ekonomi nonekstraktif diberikan dalam bentuk use value melalui metode travel cost method (TCM) dan non-use value menggunakan contingent valuation method (CVM). Data untuk perhitungan nilai ekonomi nonekstraktif hiu dan pari dikumpulkan dengan metode in depth interview terhadap nelayan pedagang pemilik kapal dan dive operator serta dengan survei daring yang ditujukan kepada wisatawan (domestik dan mancanegara), dive guide, dan dive operator. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rasio antara nilai perikanan dan estimasi nilai rekreasi adalah 1:33, 1:28, dan 1:2,7 untuk tiap-tiap lokasi, yaitu Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Hasil tersebut membuktikan bahwa potensi nilai rekreasi hiu dan pari lebih besar jika dibandingkan dengan nilai perikanannya. Penelitian ini merekomendasikan ekowisata hiu dan pari untuk menjadi alternatif kegiatan penangkapan hiu dan pari di lokasi-lokasi yang menjadikan hiu dan pari sebagai target penangkapan.Title: Comparison of the Economic Value of Extractive and Non-Extractive Use of Sharks and Rays in Meulaboh, Takalar and Tanjung LuarMost of the use of sharks and rays in Indonesia is still largely extractive, specifically fishing. This has an impact on the threat to the existence of sharks and rays which is indicated by their population. Actually, there are other types of use, that is sharks and rays ecotourism. This study aims to compares the economic value of sharks and rays ecotourism with the economic value from extractive use, in target fishing locations, Meulaboh, Takalar and Tanjung Luar. The extractive economic value is obtained from the market value using MMAF Trade Recommendation Letter data, while non-extractive economic value is given the use value through the Travel Cost Method (TCM), and non-use value using Contingent Valuation Method (CVM). Data for calculating the economic value of non-extractive sharks and rays were collected using in depth interview with fisherman-traders the boat owners and dive operators, and online surveys for tourists (domestic and international), dive guides, and dive operators. The results showed that the ratio between fisheries value and recreation value estimation is 1:33, 1:28 and 1: 2.7 for Meulaboh, Takalar, and Tanjung Luar locations, respectively. These results prove that the potential value of sharks and rays recreatio","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130795324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.9633
Doni Suhadak, Darmawan Darmawan, Z. Zulkarnain
ABSTRAK Produktivitas industri perikanan berbasis pemenuhan bahan baku menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan lima tahun kedepan. Beberapa studi menunjukkan kondisi kekurangan bahan baku, tetapi studi lain melaporkan peningkatan sember daya ikan. Kekurangan bahan baku diduga bukan hanya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan ikan, tetapi interaksi dan mekanisme pasar yang terjadi menyebabkan industri pengolahan harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan keputusan pembelian bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahap pengambilan keputusan pembelian, mengidentifikasi permasalahan dan menentukan rekomendasi strategi mengatasi permasalahan. Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap dua perusahaan yang telah memiliki approval number untuk ekspor ke Uni Eropa. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan kepada responden dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk menggambarkan kondisi dan permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat permasalahan pada penyediaan bahan baku. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian bahan baku adalah dinamika permintaan negara buyer dan kesepakatan harga negosiasi. Rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah mencari pasar potensial baru dan melakukan pengaturan pegawai. Kata kunci : bahan baku; industri perikanan; negosiasi; produktivitas; strategi. ABSTRACT The Productivity of the fisheries industry based on the fulfillment of raw materials becomes one of marine and fishery development policy focus in the next five years. Various studies show the raw materials deficiency condition, but other studies report an increase in fish stock. The shortage of raw materials is thought to be caused not only by the lack of availability of fish, but also the interaction and market mechanisms that occur causing the processing industry to consider various factors in determining the decision to purchase raw materials. This study aims to identify the stages of purchasing decisions, identify problems, and determine recommendations for problem-solving strategies. This research is a case study of two companies that already have approval numbers for export to the European Union. Observations and in-depth interviews were conducted with respondents and then analyzed with qualitative to describe conditions and problems. The results showed that there are problems in the provision of raw materials. The influencing factors to the decision making are the dynamics of buyer's country demand and negotiated price agreements. Policy recommendations are finding new potential markets and making employee arrangements. Keywords: fisheries industry; negotiated; productivity; raw material; strategy.
抽象以原材料为基础的渔业生产率成为海洋发展政策和五年后渔业的焦点之一。一些研究表明缺乏原材料的条件,但另一些研究报告说,鱼的水能增加了。原材料的短缺不仅被认为是由于鱼的缺乏,而且市场的相互作用和机制使加工行业在决定原料购买方面必须考虑多种因素。本研究旨在确定购买决策阶段,识别并决定建议策略能解决问题。这项研究是针对两家向欧盟出口编号的公司进行的案例研究。接下来对受访者进行深入访谈和观察分析定性地描述状况和问题。研究表明,原材料供应存在问题。因素——影响原材料采购决策的因素是需求的动力和谈判价格协议。可执行的政策建议是寻找新的潜在市场并安排员工。关键词:原材料;渔业;谈判;生产力;策略。抽象fisheries工业Productivity》改编自《raw的材料变成了一号fulfillment海军和fishery development policy专注in The next 5年。不同研究节目《raw》材料deficiency雾,但其他研究报告的增加在鱼股票。《shortage of raw材料是想成为年轻缺乏》不仅由《interaction availability的鱼,但也和市场机制,以至于occur causing认为不同的加工工业factors in determining The raw决定去购买材料。这个阶段》study aims to透露采购决定,透露problems和个重大recommendations for problem-solving策略。这个研究是二a case study of companies那已经有赞同数字为出口到欧洲联盟。一名和respondents然后一起深入interviews是conducted analyzed qqe去描述条件和problems。境results那里,以至于有些problems provision of raw材料。《influencing factors to The决定让乡村动态》是一面的要求和negotiated普莱斯agreements。Policy recommendations是找到新的潜在的市场和创造employee安排。安装:fisheries工业;negotiated;productivity;raw材料;个会。
{"title":"STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI PERIKANAN BERBASIS BAHAN BAKU DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA (Improvement strategy for the fisheries industry productivity based on raw materials in Nizam Zachman Jakarta Ocean Fishing Port)","authors":"Doni Suhadak, Darmawan Darmawan, Z. Zulkarnain","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.9633","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.9633","url":null,"abstract":"ABSTRAK Produktivitas industri perikanan berbasis pemenuhan bahan baku menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan lima tahun kedepan. Beberapa studi menunjukkan kondisi kekurangan bahan baku, tetapi studi lain melaporkan peningkatan sember daya ikan. Kekurangan bahan baku diduga bukan hanya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan ikan, tetapi interaksi dan mekanisme pasar yang terjadi menyebabkan industri pengolahan harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan keputusan pembelian bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahap pengambilan keputusan pembelian, mengidentifikasi permasalahan dan menentukan rekomendasi strategi mengatasi permasalahan. Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap dua perusahaan yang telah memiliki approval number untuk ekspor ke Uni Eropa. Observasi dan wawancara mendalam dilakukan kepada responden dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk menggambarkan kondisi dan permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat permasalahan pada penyediaan bahan baku. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian bahan baku adalah dinamika permintaan negara buyer dan kesepakatan harga negosiasi. Rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan adalah mencari pasar potensial baru dan melakukan pengaturan pegawai. Kata kunci : bahan baku; industri perikanan; negosiasi; produktivitas; strategi. ABSTRACT The Productivity of the fisheries industry based on the fulfillment of raw materials becomes one of marine and fishery development policy focus in the next five years. Various studies show the raw materials deficiency condition, but other studies report an increase in fish stock. The shortage of raw materials is thought to be caused not only by the lack of availability of fish, but also the interaction and market mechanisms that occur causing the processing industry to consider various factors in determining the decision to purchase raw materials. This study aims to identify the stages of purchasing decisions, identify problems, and determine recommendations for problem-solving strategies. This research is a case study of two companies that already have approval numbers for export to the European Union. Observations and in-depth interviews were conducted with respondents and then analyzed with qualitative to describe conditions and problems. The results showed that there are problems in the provision of raw materials. The influencing factors to the decision making are the dynamics of buyer's country demand and negotiated price agreements. Policy recommendations are finding new potential markets and making employee arrangements. Keywords: fisheries industry; negotiated; productivity; raw material; strategy. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130274165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ikan merupakan salah satu produk pangan hewani yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap konsumsi protein penduduk di Indonesia. Dari tahun ke tahun tingkat konsumsi ikan terus meningkat; namun ironisnya, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih tergolong rendah. Selain itu, data menunjukkan bahwa persebaran konsumsi ikan nasional per pulau selama ini tidak merata. Tingginya disparitas tingkat konsumsi ikan di Jawa atau Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia menyebabkan tingkat konsumsi ikan nasional relatif rendah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memantau tingkat kecukupan konsumsi ikan dengan mudah adalah dengan mengelompokkannya di seluruh Indonesia. Dengan adanya klasterisasi kemudian pemetaan, perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem peringatan dini masalah kelangkaan konsumsi dapat dilakukan dengan baik. Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai tingkat konsumsi ikan di Indonesia dengan cara mengelompokkan dan memetakannya; sehingga dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan peningkatan konsumsi ikan penduduk Indonesia secara akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder SUSENAS 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi ikan, tingkat partisipasi, dan tingkat pengeluaran untuk ikan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan metode cluster K-means. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah cluster yang optimal dengan rasio variance terkecil adalah 5 cluster. Klaster 1 dengan tingkat konsumsi, partisipasi dan pengeluaran ikan terendah adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Klaster 2 terdiri dari 5 provinsi yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur. Klaster 3 terdiri dari 8 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Klaster 4 terdiri dari 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Sedangkan cluster 5 dengan tingkat konsumsi, partisipasi, dan pengeluaran ikan tertinggi terdiri dari 8 provinsi, yaitu Aceh, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Papua Barat
{"title":"PEMETAAN TINGKAT KONSUMSI IKAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA","authors":"Fitria Virgantari, Sonny Koeshendrajana, Freshty Yulia Arthatiani, Yasmin Erika Faridhan, Fajar Delli Wihartiko","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.11045","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.11045","url":null,"abstract":"Ikan merupakan salah satu produk pangan hewani yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap konsumsi protein penduduk di Indonesia. Dari tahun ke tahun tingkat konsumsi ikan terus meningkat; namun ironisnya, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih tergolong rendah. Selain itu, data menunjukkan bahwa persebaran konsumsi ikan nasional per pulau selama ini tidak merata. Tingginya disparitas tingkat konsumsi ikan di Jawa atau Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia menyebabkan tingkat konsumsi ikan nasional relatif rendah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memantau tingkat kecukupan konsumsi ikan dengan mudah adalah dengan mengelompokkannya di seluruh Indonesia. Dengan adanya klasterisasi kemudian pemetaan, perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem peringatan dini masalah kelangkaan konsumsi dapat dilakukan dengan baik. Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai tingkat konsumsi ikan di Indonesia dengan cara mengelompokkan dan memetakannya; sehingga dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan peningkatan konsumsi ikan penduduk Indonesia secara akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder SUSENAS 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi ikan, tingkat partisipasi, dan tingkat pengeluaran untuk ikan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan metode cluster K-means. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah cluster yang optimal dengan rasio variance terkecil adalah 5 cluster. Klaster 1 dengan tingkat konsumsi, partisipasi dan pengeluaran ikan terendah adalah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Klaster 2 terdiri dari 5 provinsi yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur. Klaster 3 terdiri dari 8 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Klaster 4 terdiri dari 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Sedangkan cluster 5 dengan tingkat konsumsi, partisipasi, dan pengeluaran ikan tertinggi terdiri dari 8 provinsi, yaitu Aceh, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Papua Barat","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"517 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123103321","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-28DOI: 10.15578/jsekp.v17i1.10333
Sri Nuryatin Hamzah, Sitti Nursinar, N. Ahmad
ABSTRAKIndonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri pariwisata khususnya wisata pantai. Wisata pantai merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat ditawarkan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir dalam rangka meminimalisir kegiatan penangkapan yang merusak lingkungan sekaligus membuka lapangan kerja baru. Sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata, masyarakat berperan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah, khususnya dalam mengembangkan potensi lokal berbasis sumber daya alam. Pantai Minanga merupakan salah satu destinasi wisata pantai yang baru dibuka di Kabupaten Gorontalo Utara, dimana keterlibatan aktif masyarakat sangat menentukan keberlanjutan wisata Pantai Minanga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Penentuan responden menggunakan formula Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga sebesar 65% dan berada pada kategori baik. Masih adanya masyarakat yang belum ikut berpartisipasi dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga perlu menjadi perhatian pemerintah desa dan pemerintah daerah, sebagai upaya meminimalisir konflik kepentingan dan kesenjangan ekonomi di masa yang akan datang. Tittle: Level of Community Participation in the Management of Minanga Beach Tourism Gorontalo Utara RegencyABSTRACTAs an archipelagic country with the second-longest coastline globally, Indonesia has considerable potential for tourism development, especially coastal tourism. Coastal tourism is an alternative solution offered to coastal communities to minimize destructive fishing and create new jobs. As the main component in tourism, the community plays an important role in supporting regional tourism development, especially in developing local potential based on natural resources. Minanga beach is one of the newest beach tourism destinations in the Gorontalo Utara Regency, where the active involvement of the community will determine the sustainability of tourism. This study aims to determine the level of community participation in the management of Minanga beach tourism. The data collection using observation and interview methods. Determination of respondents using the Slovin formula and obtained as many as 100 respondents. The level of community participation was assess using a Likert scale, and the interpretation results were group into five classes. The results showed that the level of community participation in the management of Minanga beach tourism was 65% and was in a good category. The level of community participation is influenced by the economic impact of tourism activities and the communication pattern and openness of the Village Government in tourism management. The attention of the Village Government and Local
{"title":"TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN WISATA PANTAI MINANGA KABUPATEN GORONTALO UTARA","authors":"Sri Nuryatin Hamzah, Sitti Nursinar, N. Ahmad","doi":"10.15578/jsekp.v17i1.10333","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v17i1.10333","url":null,"abstract":"ABSTRAKIndonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri pariwisata khususnya wisata pantai. Wisata pantai merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat ditawarkan pada masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir dalam rangka meminimalisir kegiatan penangkapan yang merusak lingkungan sekaligus membuka lapangan kerja baru. Sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata, masyarakat berperan penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah, khususnya dalam mengembangkan potensi lokal berbasis sumber daya alam. Pantai Minanga merupakan salah satu destinasi wisata pantai yang baru dibuka di Kabupaten Gorontalo Utara, dimana keterlibatan aktif masyarakat sangat menentukan keberlanjutan wisata Pantai Minanga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Penentuan responden menggunakan formula Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga sebesar 65% dan berada pada kategori baik. Masih adanya masyarakat yang belum ikut berpartisipasi dalam pengelolaan wisata Pantai Minanga perlu menjadi perhatian pemerintah desa dan pemerintah daerah, sebagai upaya meminimalisir konflik kepentingan dan kesenjangan ekonomi di masa yang akan datang. Tittle: Level of Community Participation in the Management of Minanga Beach Tourism Gorontalo Utara RegencyABSTRACTAs an archipelagic country with the second-longest coastline globally, Indonesia has considerable potential for tourism development, especially coastal tourism. Coastal tourism is an alternative solution offered to coastal communities to minimize destructive fishing and create new jobs. As the main component in tourism, the community plays an important role in supporting regional tourism development, especially in developing local potential based on natural resources. Minanga beach is one of the newest beach tourism destinations in the Gorontalo Utara Regency, where the active involvement of the community will determine the sustainability of tourism. This study aims to determine the level of community participation in the management of Minanga beach tourism. The data collection using observation and interview methods. Determination of respondents using the Slovin formula and obtained as many as 100 respondents. The level of community participation was assess using a Likert scale, and the interpretation results were group into five classes. The results showed that the level of community participation in the management of Minanga beach tourism was 65% and was in a good category. The level of community participation is influenced by the economic impact of tourism activities and the communication pattern and openness of the Village Government in tourism management. The attention of the Village Government and Local ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132868365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-28DOI: 10.15578/jsekp.v16i2.9969
H. L. Nainggolan, Johndikson Aritonang, Albina Ginting, M. Sihotang, Memo Alta Putra Gea
Nelayan tradisional dicirikan dengan kualitas sumber daya manusia, keterampilan dan produktivititas yang rendah. Nelayan tradisional di Kabupaten Serdang Bedagai juga memiliki karakteristik aset dan teknologi alat tangkap terbatas, turut menyebabkan rendahnya produksi yang berdampak pada rendahnya pendapatan nelayan. Rendahnya pendapatan dan tidak adanya strategi peningkatan pendapatan nelayan menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pendapatan nelayan tradisional dan merumuskan strategi peningkatan pendapatannya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan September - Desember 2020. Penelitian ini menggunaan data primer dan sekunder, yang dianalisis dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu analisis pendapatan dan analisis SWOT. Berdasarkan penelitian disimpulkan: a) Pendapatan nelayan tradisional pada musim ikan rata-rata Rp65.398,00/hari atau Rp980.971,00/bulan. Pendapatan pada musim paceklik rata-rata Rp13.675,00/ hari, atau Rp205.121,00/bulan; b) Faktor kekuatan nelayan yang dominan adalah memiliki pengalaman dalam mengembangkan kelompok nelayan dan faktor kelemahan adalah waktu dan jangkauan melaut yang terbatas. c) Faktor peluang yang dominan adalah permintaan ikan yang sangat tinggi; d) Strategi peningkatan pendapatan nelayan adalah strategi agresif, dengan strategi prioritas; 1) pembentukan kelompok nelayan serta penggunaan alat tangkap modern, 2) Pelatihan dan penyuluhan nelayan, 3) Penggunaan teknologi informasi yang didukung pemerintah, 4) Pengembangan kerjasama dengan mitra. Berdasarkan penelitian direkomendasikan agar; a) Pemerintah memfasilitasi nelayan untuk membentuk kelompok untuk peningkatan kapasitas dan keterampilannya, b) Pemerintah memberikan dukungan dana untuk pengadaan sarana prasarana penangkapan ikan, c) Pemerintah rutin melakukan penyuluhan, pelatihan kepada nelayan untuk melakukan pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai tambahnya serta cara melestarikan sumber daya laut dan pesisir yang berkelanjutan.Title: Analysis and Strategies to Increase Income of Traditional Fishers in Coastal Areas at District of Serdang Bedagai, North SumateraTraditional fishers are characterized by low of quality of human resources, lack of skills and low productivity. Traditional fishers in Serdang Bedagai are depicted as limited assets, technology and fishing gear, contributed to low production which impacted to low income of fishers. This study aims to determine the level of income and formulate strategies to increase fishers’s income. This study was conducted in September-December 2020, using primary and secondary data. Data were analyzed using qualitative and quantitative approaches with income analysis and SWOT analysis. The results conclude that average income of traditional fishers in fishing season is IDR65,398/day or IDR 980,971/month. The average income during the famine season is IDR13,675/day or IDR205,121/month. Furthermore, domina
传统渔民的特点是人力资源、技能和低生产力。传统的北京区渔民拥有有限的资产和技术特征,导致生产低廉,导致收入低廉。研究人员发现,收入低和缺乏改善渔民收入的战略是一个问题。这项研究的目的是确定传统渔民的收入水平,并制定增加其收入的战略。这项研究于2020年9月至12月在贝尔达盖区进行。该研究采用一种主要和次要数据,用一种描述性和定量方法分析收入分析和SWOT分析。根据研究得出的结论:a)传统渔民在鱼类季节的收入平均为rp65,398.00 /天或rp980,971.00 /月。夏季收入平均为rp13675.00 /天,或rp205,121.00 /月;(b)渔业优势的一个主要因素是有发展渔业群体的经验,而渔业的弱点是时间和捕鱼范围有限。c)占主导地位的机会因素是对鱼的需求非常高;d)增加渔民收入的策略是具有侵略性的战略,具有优先战略;1)建立一个渔业集团和使用现代渔具,2)培训和教育,3)利用政府支持的信息技术,4)建立伙伴关系。根据研究,建议;a)促进渔民政府组建小组来增强能力和技能,b)政府采购提供资金支持,以渔业基础设施的手段,c)政府定期向渔民培训教育,做加工增值,补充点的鱼和保护沿海和海洋资源的可持续的方式。标题:分析和策略增加传统Fishers在Bedagai选区的传统Fishers的作用,北苏丹生态资源、技术技能和低生产能力。传统的饱嗝在混乱中被剥夺了有限的资产、技术和捕齿轮,限制了对低级捕捞的生产。这项研究旨在确定收入水平和策略配方,以增加目标的收入。这项研究是在2020年9月至12月批准的,使用初级和可收数据。数据是用收入分析和SWOT分析的方法对量和量分析进行分析。传统渔民在钓鱼季节的结果是idr65.398 /天或IDR 980.971 /月。平均每个月在fdr13,675 /day或idr205.121。Furthermore, fishers strength的主导者有钓鱼主题的经验。机遇的主导权是鱼类的高需求。一些优先美国行动会有侵略性的策略来增加收入fishers是美国需要如此打算组建现代集团fishers utilizing著作百科全书》为fishers钓鱼齿轮,培训和咨询,利用信息技术,和developing合作网络。这就是,这份文件suggests一些recommendations: a)需要Governments to facilitate fishers to form集团为了增加它的capacity和技能,b) Governments。将金融支持来建立facilitates and infrastructure of fisheries活动,c) Governments应该指挥中心,指导和培训为fishers to implement鱼加工to add价值观,and to sustain海岸资源。
{"title":"ANALISIS DAN STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN TRADISONAL DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA","authors":"H. L. Nainggolan, Johndikson Aritonang, Albina Ginting, M. Sihotang, Memo Alta Putra Gea","doi":"10.15578/jsekp.v16i2.9969","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jsekp.v16i2.9969","url":null,"abstract":"Nelayan tradisional dicirikan dengan kualitas sumber daya manusia, keterampilan dan produktivititas yang rendah. Nelayan tradisional di Kabupaten Serdang Bedagai juga memiliki karakteristik aset dan teknologi alat tangkap terbatas, turut menyebabkan rendahnya produksi yang berdampak pada rendahnya pendapatan nelayan. Rendahnya pendapatan dan tidak adanya strategi peningkatan pendapatan nelayan menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pendapatan nelayan tradisional dan merumuskan strategi peningkatan pendapatannya. Penelitian dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan September - Desember 2020. Penelitian ini menggunaan data primer dan sekunder, yang dianalisis dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yaitu analisis pendapatan dan analisis SWOT. Berdasarkan penelitian disimpulkan: a) Pendapatan nelayan tradisional pada musim ikan rata-rata Rp65.398,00/hari atau Rp980.971,00/bulan. Pendapatan pada musim paceklik rata-rata Rp13.675,00/ hari, atau Rp205.121,00/bulan; b) Faktor kekuatan nelayan yang dominan adalah memiliki pengalaman dalam mengembangkan kelompok nelayan dan faktor kelemahan adalah waktu dan jangkauan melaut yang terbatas. c) Faktor peluang yang dominan adalah permintaan ikan yang sangat tinggi; d) Strategi peningkatan pendapatan nelayan adalah strategi agresif, dengan strategi prioritas; 1) pembentukan kelompok nelayan serta penggunaan alat tangkap modern, 2) Pelatihan dan penyuluhan nelayan, 3) Penggunaan teknologi informasi yang didukung pemerintah, 4) Pengembangan kerjasama dengan mitra. Berdasarkan penelitian direkomendasikan agar; a) Pemerintah memfasilitasi nelayan untuk membentuk kelompok untuk peningkatan kapasitas dan keterampilannya, b) Pemerintah memberikan dukungan dana untuk pengadaan sarana prasarana penangkapan ikan, c) Pemerintah rutin melakukan penyuluhan, pelatihan kepada nelayan untuk melakukan pengolahan ikan untuk meningkatkan nilai tambahnya serta cara melestarikan sumber daya laut dan pesisir yang berkelanjutan.Title: Analysis and Strategies to Increase Income of Traditional Fishers in Coastal Areas at District of Serdang Bedagai, North SumateraTraditional fishers are characterized by low of quality of human resources, lack of skills and low productivity. Traditional fishers in Serdang Bedagai are depicted as limited assets, technology and fishing gear, contributed to low production which impacted to low income of fishers. This study aims to determine the level of income and formulate strategies to increase fishers’s income. This study was conducted in September-December 2020, using primary and secondary data. Data were analyzed using qualitative and quantitative approaches with income analysis and SWOT analysis. The results conclude that average income of traditional fishers in fishing season is IDR65,398/day or IDR 980,971/month. The average income during the famine season is IDR13,675/day or IDR205,121/month. Furthermore, domina","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"141 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128983560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}