Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8368
Saskia Juliani, Kusai Kusai, Tri Warningsih
Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang mempunyai sumber daya alam cukup melimpah namun memiliki masalah pada kerusakan lingkungan dan degradasi sumber daya alam. Penelitian ini bertujuan mengkaji atau melihat kondisi aset penghidupan masyarakat nelayan dan menentukan status dari aset penghidupan nelayan tersebut. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder berdasarkan teknik wawancara dan pengamatan secara langsung. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan dengan indikator sumber daya manusia, keuangan, alam dan sosial. Kesejahteraan nelayan secara menyeluruh dilihat dari perhitungan status aset penghidupan berdasarkan pendekatan kehidupan berkelanjutan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa indeks penghidupan nelayan pada kategori sedang 50,6; aset keuangan pada kategori sedang 18,3; aset alam dengan kategori kurang baik 3,96; aset sosial pada kategori sedang 16; aset sumber daya manusia kategori baik 12,35 dan fisik 28 dengan kategori sedang. Dengan demikian penghidupan yang ada di Desa Igal cukup baik untuk menopang kesejahteraan nelayan dilihat dari aset-aset yang masih menjanjikan. Tittle: Livelihood Assets Status of Igal Village Communities, Mandah Sub Regency, Indragiri Hilir RegencyMandah Sub-regency of Indragiri Hilir has abundant natural resources in spite of its environmental damage and natural resource degradation. This study aims to examine the condition of livelihood assets of fishing communities and determine the status of livelihood assets of these fishers. The study used primary and secondary data from interview and direct observation. Data were analyzed with sustainable livelihoods approach with several indicators of human, financial, natural and social resources. The fishers’ welfare thoroughly measured from the calculation of the status of livelihood assets based on sustainable livelihood approach. The results of the study indicate that the fisher’s livelihood index are in medium category of 50,6, financial asset are in medium category of 18,3, natural assets are in bad category of 3,96, social assets are in medium category of 16, human resource assets are in good category of 12,35 and physical 28 is in medium category.Therefore, the livelihood in Igal Village are fairly well to support the fisher’s welfare from the promising assets.
下游的伊德拉吉里区号是一个拥有足够丰富自然资源但环境破坏和自然资源退化问题的地区。本研究旨在审查或评估渔民社区生活资产的状况,并确定渔民生活资产的状态。所使用的数据是基于访谈技术和直接观察的主要和次要数据。数据分析采用了人力、财政、自然和社会指标的可持续生活方式。从基于可持续生活方式的生活资产状况计算可以全面衡量渔民的福利。研究结果表明,渔民的生活指数为50.6级;中等水平的财务资产为18.3级;低于3.96的自然资产;中级社会资产16;人力资源资产类别为12.35级,体能为28级中等类别。因此,Igal村的生计足以维持渔民的福祉,因为有希望的资产。提特尔:活资产资产村公署,Mandah副摄政,下游资产再现性次级收益下游自然资源丰富,自然资源退化。这些研究表明,这些渔民的职业资产的发展状况。来自采访和直接观察的研究数据。数据是对现有资源、人力、自然和社会资源的各种不利因素进行分析。渔民的福利完全剥夺了他们基于维持生计的资产的考虑。《study indicate that The fisher ' s results livelihood指数是在50.6,金融资产的类别是媒介在媒介18,3,自然资产的类别是在坏3,96,社交资产的类别是在中等类别16、人力资源的资产是在祝类别12.35中等体格28正在类别著作百科全书》。因此,住在村子里的人支持费雪的福利是公平的。
{"title":"STATUS ASET PENGHIDUPAN NELAYAN DESA IGAL KECAMATAN MANDAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR","authors":"Saskia Juliani, Kusai Kusai, Tri Warningsih","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8368","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8368","url":null,"abstract":"Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah yang mempunyai sumber daya alam cukup melimpah namun memiliki masalah pada kerusakan lingkungan dan degradasi sumber daya alam. Penelitian ini bertujuan mengkaji atau melihat kondisi aset penghidupan masyarakat nelayan dan menentukan status dari aset penghidupan nelayan tersebut. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder berdasarkan teknik wawancara dan pengamatan secara langsung. Analisis data menggunakan pendekatan penghidupan berkelanjutan dengan indikator sumber daya manusia, keuangan, alam dan sosial. Kesejahteraan nelayan secara menyeluruh dilihat dari perhitungan status aset penghidupan berdasarkan pendekatan kehidupan berkelanjutan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa indeks penghidupan nelayan pada kategori sedang 50,6; aset keuangan pada kategori sedang 18,3; aset alam dengan kategori kurang baik 3,96; aset sosial pada kategori sedang 16; aset sumber daya manusia kategori baik 12,35 dan fisik 28 dengan kategori sedang. Dengan demikian penghidupan yang ada di Desa Igal cukup baik untuk menopang kesejahteraan nelayan dilihat dari aset-aset yang masih menjanjikan. Tittle: Livelihood Assets Status of Igal Village Communities, Mandah Sub Regency, Indragiri Hilir RegencyMandah Sub-regency of Indragiri Hilir has abundant natural resources in spite of its environmental damage and natural resource degradation. This study aims to examine the condition of livelihood assets of fishing communities and determine the status of livelihood assets of these fishers. The study used primary and secondary data from interview and direct observation. Data were analyzed with sustainable livelihoods approach with several indicators of human, financial, natural and social resources. The fishers’ welfare thoroughly measured from the calculation of the status of livelihood assets based on sustainable livelihood approach. The results of the study indicate that the fisher’s livelihood index are in medium category of 50,6, financial asset are in medium category of 18,3, natural assets are in bad category of 3,96, social assets are in medium category of 16, human resource assets are in good category of 12,35 and physical 28 is in medium category.Therefore, the livelihood in Igal Village are fairly well to support the fisher’s welfare from the promising assets.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"103 6","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132772797","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8534
I. Imtihan, Irwandi Irwandi
“Ikan asin” merupakan makanan paling popular di kota padang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang “Ikan Asin” di Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kausatif yang melihat pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang di ambil adalah 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) untuk membuktikan besarnya pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang “Ikan Asin” di Kota Padang. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas produk, harga dan citra merek berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Ulang Ikan Asin di Kota Padang.
{"title":"PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG IKAN ASIN DI KOTA PADANG","authors":"I. Imtihan, Irwandi Irwandi","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8534","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8534","url":null,"abstract":"“Ikan asin” merupakan makanan paling popular di kota padang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang “Ikan Asin” di Kota Padang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Kausatif yang melihat pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel yang di ambil adalah 100 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) untuk membuktikan besarnya pengaruh kualitas produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian ulang “Ikan Asin” di Kota Padang. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas produk, harga dan citra merek berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Ulang Ikan Asin di Kota Padang.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126749910","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8138
R. Asaf, A. Athirah, M. Paena
Pendekatan sistem untuk mengidentifikasi permasalahan dalam mengoptimalkan usaha budi daya rumput laut sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kondisi perekonomian pembudi daya. Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem usaha budi daya rumput laut di Perairan Teluk Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara, sebanyak 50 responden dan dilakukan di bulan Juli 2016. Model sistem dinamik yang dilakukan dibangun dan dikembangkan berdasarkan pada data–data empiris sistem teknologi budi daya yang ada, faktor-faktor ekologis perairan, faktor-faktor ekonomi dan sosial, serta faktor kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi peningkatan produksi masih dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan areal seluas 6.952 ha dengan tingkat kesesuaian lahannya; sesuai sebesar 2.030 ha, cukup sesuai sebesar 3.818 ha dan tidak sesuai sebesar 1.105 ha. Optimalisasi dilakukan dengan menambah jumlah bentangan tali serta penambahan bobot bibit tebar pada setiap jalur penanaman. Hasil analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi kerangka permasalahan sistem, dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu 1) Ekologi. 2) Ekonomi. 3) Sosial budaya. 4) Teknologi dan 5) Kelembagaan. Kelima aspek dengan beberapa hal dari setiap aspek harus dioptimalkan agar pengembangan budi daya rumput laut dapat berjalan secara optimal dan kontinu. Rekomendasi dari hasil yang diperoleh sebaiknya perlu pengupayaan pelaksanaan kajian spesifik kuantifikasi nilai ekonomi total sumber daya dan optimalisasi kebijakan rumput laut. Tittle: Optimization of Seaweed Farming Development (Kappaphycus alvarezii) In The Waters of Kulisusu Bay of North Buton Regency, Southeast SulawesiA systems approach to identify problems in optimizing seaweed cultivation is very important to improve the economic conditions of farmers. This study aims to analyze the seaweed farming system in the waters of Kulisusu Bay, North Buton Regency. The research method used was survey and interview methods, as many as 50 respondents and was conducted in July 2016. The dynamic system model that was carried out was built and developed based on empirical data on existing cultivation technology systems, aquatic ecological factors, economic factors. and social, as well as institutional factors. The results showed that the potential for increased production could still be done by optimizing the utilization of an area of 6,952 ha with a land suitability level; in accordance with 2,030 ha, quite appropriate for 3,818 ha and not suitable for 1,105 ha. Optimization is carried out by increasing the number of rope stretches and increasing the weight of the seedlings in each planting path. The results of needs analysis, problem formulation, identification of system problem frameworks can be carried out in a sustainable manner by taking into account several aspects, namely 1) Ecology. 2) Economy. 3) Socio-culture. 4) Technol
确定海草种植问题的系统方法在改善种植者的经济条件方面是必不可少的。这项研究的目标是分析北布尔富尔湾水域的海草种植系统。研究方法是一种调查和采访方法,共有50名受访者在2016年7月进行。动态系统模型是根据数据建立和开发的——现有作物种植技术、水资源生态因素、经济和社会因素以及制度因素的实证数据。研究结果表明,增产潜力还可以通过优化利用面积约6952公顷的土地的一致性;大小合适2.030哈大,足够3818哈哈和1.105大小不一致。优化是通过增加字里行间的伸展和增加甘蔗的拉力来完成的。公式问题,需求分析框架识别系统,可以执行问题不断地注意一些生态方面,即1)。2)3)社会文化经济。4)技术和5)制度。这五个方面,每个方面都必须优化,以使海草种植的发展能够得到最佳和持续的进展。所获得的建议最好是执行特定的经济评估,资源总量经济价值和海草政策的优化。海藻养殖场发展Tittle: Optimization》(Kappaphycus alvarezii)在《Kulisusu沃特斯湾北按钮丽晶,东南SulawesiA系统接近的地方去透露出来problems In optimizing海藻是非常重要的耕耘to improve农民的经济条件。这个研究aims to analyze Kulisusu之境的海藻养殖场系统沃特斯湾,北摄政按钮。调查研究方法以前是和美国的采访方法,许多美国50 respondents was conducted在2016年7月。《动态系统模型这就是carried out建和developed改编自empirical existing technology耕耘系统上的数据,这些湿ecological factors,经济factors。社会和机构因素一样好。结果表明,可增加生产的潜力仍然可以通过乐观的6.952公顷(6英亩)的土地支持水平来实现;in accordance with 2,030哈哈,弄得appropriate for 3,818)而不是suitable for 1,105哈。Optimization当家》是carried out by increasing跳绳stretches和increasing the weight of seedlings》每种植路径。需求分析、配方问题和系统标识问题的框架问题可以通过获取several aspects、namely 1、2)社会文化而被视为最不友好的行为。4)技术和5)制度。从各个方面来说,这五种资产必须优化,这样海洋文化的发展才能变得乐观和持续。Recommendations从《results获得应该弄efforts to嘉莉非常具体studies on quantification》之经济价值总额optimization》研究资源和海藻政策。
{"title":"OPTIMALISASI PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI PERAIRAN TELUK KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA","authors":"R. Asaf, A. Athirah, M. Paena","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8138","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8138","url":null,"abstract":"Pendekatan sistem untuk mengidentifikasi permasalahan dalam mengoptimalkan usaha budi daya rumput laut sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kondisi perekonomian pembudi daya. Penelitian ini bertujuan menganalisis sistem usaha budi daya rumput laut di Perairan Teluk Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan wawancara, sebanyak 50 responden dan dilakukan di bulan Juli 2016. Model sistem dinamik yang dilakukan dibangun dan dikembangkan berdasarkan pada data–data empiris sistem teknologi budi daya yang ada, faktor-faktor ekologis perairan, faktor-faktor ekonomi dan sosial, serta faktor kelembagaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi peningkatan produksi masih dapat dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan areal seluas 6.952 ha dengan tingkat kesesuaian lahannya; sesuai sebesar 2.030 ha, cukup sesuai sebesar 3.818 ha dan tidak sesuai sebesar 1.105 ha. Optimalisasi dilakukan dengan menambah jumlah bentangan tali serta penambahan bobot bibit tebar pada setiap jalur penanaman. Hasil analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi kerangka permasalahan sistem, dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu 1) Ekologi. 2) Ekonomi. 3) Sosial budaya. 4) Teknologi dan 5) Kelembagaan. Kelima aspek dengan beberapa hal dari setiap aspek harus dioptimalkan agar pengembangan budi daya rumput laut dapat berjalan secara optimal dan kontinu. Rekomendasi dari hasil yang diperoleh sebaiknya perlu pengupayaan pelaksanaan kajian spesifik kuantifikasi nilai ekonomi total sumber daya dan optimalisasi kebijakan rumput laut. Tittle: Optimization of Seaweed Farming Development (Kappaphycus alvarezii) In The Waters of Kulisusu Bay of North Buton Regency, Southeast SulawesiA systems approach to identify problems in optimizing seaweed cultivation is very important to improve the economic conditions of farmers. This study aims to analyze the seaweed farming system in the waters of Kulisusu Bay, North Buton Regency. The research method used was survey and interview methods, as many as 50 respondents and was conducted in July 2016. The dynamic system model that was carried out was built and developed based on empirical data on existing cultivation technology systems, aquatic ecological factors, economic factors. and social, as well as institutional factors. The results showed that the potential for increased production could still be done by optimizing the utilization of an area of 6,952 ha with a land suitability level; in accordance with 2,030 ha, quite appropriate for 3,818 ha and not suitable for 1,105 ha. Optimization is carried out by increasing the number of rope stretches and increasing the weight of the seedlings in each planting path. The results of needs analysis, problem formulation, identification of system problem frameworks can be carried out in a sustainable manner by taking into account several aspects, namely 1) Ecology. 2) Economy. 3) Socio-culture. 4) Technol","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"547 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134305808","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8119
Fachri Kurnia Bhakti, Patahiruddin Patahiruddin
ABSTRAKTingkat produksi hasil budidaya dipengaruhi oleh bekerjanya beberapa faktor produksi seperti luas lahan, pupuk, bibit, dan tenaga kerja. Oleh karena itu, tinggi rendahnya produksi bergantung dari efektif dan efisiennya pemanfaatan faktor-faktor produksi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor input produksi budidaya rumput laut Gracilaria sp di Kota Palopo. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua metode yaitu metode observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis produksi, analisis efisiensi dan analisis skala usaha (return to scale). Hasil analisis produksi dengan menggunakan analisis Cobb-Douglas diperoleh persamaan fungsi Y= 2,377.X1 (0,386).X2 (0,521).X3 (0,223).X4 (0,100).X5 (0,137).e. Terdapat empat variabel yang signifikan mempengaruhi tingkat produksi yaitu modal (X1), bibit (X2), luas lahan (X3), dan pupuk (X5), sedangkan untuk variabel tenaga kerja (X4) cenderung tidak terlalu mempengaruhi tingkat produksi. Hasil analisis efisiensi produksi menunjukkan bahwa beberapa input produksi belum efisien, seperti modal, bibit, luas tambak dan pupuk, dimana rasio NPMX faktor produksi tersebut lebih besar dari satu. Maka untuk mencapai efisiensi, faktor produksi tersebut perlu ditambah guna memaksimalkan keuntungan. Sedangkan penggunaan input tenaga kerja karena rasio NPMX yang diperoleh lebih kecil dari satu, maka faktor tenaga kerja perlu dikurangi. Berdasarkan hasil analisis skala usaha diperoleh nilai ∑bi =1,166 yang berarti bahwa produksi rumput laut Gracilaria sp berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale). Pengembangan usaha budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan dan mengefisienkan penggunaan faktor produksi, dengan efisiennya faktor produksi maka akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh masyarakat.Title : The Efficiency Of Production Inputs On Seaweed Culture (Gracilaria Sp) In Palopo City South Sulawesi ProvinceABSTRACTThe production level of cultivation outcome is influenced by several production factors such as the land area, fertilizer, seedlings and labor. Consequently, the high and the low of production amount is depending on the effectiveness and the efficiency of those production factors implementation. This research aims to analyze the efficiency of the input factors usage on the cultivation of Gracilaria sp seaweed in Palopo City. The data collection of research was conducted by using two methods: observations and interviews. The collected data then analyzed by using production analysis, efficiency analysis and return to scale or RTS analysis. The result of the production analysis by using Cobb-Douglass analysis was obtained function equation Y = 2,377.X1(0,386).X2 (0,521).X3(0,223).X4(0,100).X5(0,137).e. There are four variables that significantly affect the level of production, namely the capital (X1), seedlings (X2), land area (X3), and fertil
{"title":"EFISIENSI INPUT PRODUKSI PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Gracilaria sp) DI KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN","authors":"Fachri Kurnia Bhakti, Patahiruddin Patahiruddin","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8119","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8119","url":null,"abstract":"ABSTRAKTingkat produksi hasil budidaya dipengaruhi oleh bekerjanya beberapa faktor produksi seperti luas lahan, pupuk, bibit, dan tenaga kerja. Oleh karena itu, tinggi rendahnya produksi bergantung dari efektif dan efisiennya pemanfaatan faktor-faktor produksi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi penggunaan faktor input produksi budidaya rumput laut Gracilaria sp di Kota Palopo. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua metode yaitu metode observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis produksi, analisis efisiensi dan analisis skala usaha (return to scale). Hasil analisis produksi dengan menggunakan analisis Cobb-Douglas diperoleh persamaan fungsi Y= 2,377.X1 (0,386).X2 (0,521).X3 (0,223).X4 (0,100).X5 (0,137).e. Terdapat empat variabel yang signifikan mempengaruhi tingkat produksi yaitu modal (X1), bibit (X2), luas lahan (X3), dan pupuk (X5), sedangkan untuk variabel tenaga kerja (X4) cenderung tidak terlalu mempengaruhi tingkat produksi. Hasil analisis efisiensi produksi menunjukkan bahwa beberapa input produksi belum efisien, seperti modal, bibit, luas tambak dan pupuk, dimana rasio NPMX faktor produksi tersebut lebih besar dari satu. Maka untuk mencapai efisiensi, faktor produksi tersebut perlu ditambah guna memaksimalkan keuntungan. Sedangkan penggunaan input tenaga kerja karena rasio NPMX yang diperoleh lebih kecil dari satu, maka faktor tenaga kerja perlu dikurangi. Berdasarkan hasil analisis skala usaha diperoleh nilai ∑bi =1,166 yang berarti bahwa produksi rumput laut Gracilaria sp berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale). Pengembangan usaha budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan dan mengefisienkan penggunaan faktor produksi, dengan efisiennya faktor produksi maka akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh masyarakat.Title : The Efficiency Of Production Inputs On Seaweed Culture (Gracilaria Sp) In Palopo City South Sulawesi ProvinceABSTRACTThe production level of cultivation outcome is influenced by several production factors such as the land area, fertilizer, seedlings and labor. Consequently, the high and the low of production amount is depending on the effectiveness and the efficiency of those production factors implementation. This research aims to analyze the efficiency of the input factors usage on the cultivation of Gracilaria sp seaweed in Palopo City. The data collection of research was conducted by using two methods: observations and interviews. The collected data then analyzed by using production analysis, efficiency analysis and return to scale or RTS analysis. The result of the production analysis by using Cobb-Douglass analysis was obtained function equation Y = 2,377.X1(0,386).X2 (0,521).X3(0,223).X4(0,100).X5(0,137).e. There are four variables that significantly affect the level of production, namely the capital (X1), seedlings (X2), land area (X3), and fertil","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"93 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124171702","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.9775
Maharani Yulisti, I. Mulyawan, Rismutia Hayu Deswati, Estu Sri Luhur
Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dalam budidaya perikanan dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk komoditas ekspor. Pengukuran efisiensi teknis dengan pendekatan slack-Based DEA diperlukan untuk mengetahui input apa saja yang harus diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efisiensi teknis antara tambak CBIB dan non CBIB, determinan yang mempengaruhi penerapan CBIB dan efisiensi, serta efek kontrafaktual penerapan CBIB. Penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu slack-based DEA untuk menghitung efisiensi teknis kedua kelompok CBIB dan non-CBIB, serta endogenous switching regression untuk mengestimasi determinan serta efek kontrafaktual dari penerapan CBIB. Hasil analisis menunjukkan bahwa tambak CBIB memiliki efisiensi lebih tinggi dibandingkan non-CBIB. Tambak CBIB memiliki efisiensi teknis lebih tinggi dalam penggunaan beberapa input produksi seperti benih, pakan, BBM dan tenaga kerja. Selain itu, tambak CBIB akan mengalami penurunan efisiensi jika tidak menerapkan CBIB, dan tambak non CBIB akan mengalami peningkatan jika mereka menerapkan sertifikasi CBIB.
{"title":"DAMPAK SERTIFIKASI CBIB TERHADAP EFISIENSI TEKNIS PADA BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANNAMEI","authors":"Maharani Yulisti, I. Mulyawan, Rismutia Hayu Deswati, Estu Sri Luhur","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.9775","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.9775","url":null,"abstract":"Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dalam budidaya perikanan dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk komoditas ekspor. Pengukuran efisiensi teknis dengan pendekatan slack-Based DEA diperlukan untuk mengetahui input apa saja yang harus diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi usaha budidaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efisiensi teknis antara tambak CBIB dan non CBIB, determinan yang mempengaruhi penerapan CBIB dan efisiensi, serta efek kontrafaktual penerapan CBIB. Penelitian ini menggunakan dua analisis, yaitu slack-based DEA untuk menghitung efisiensi teknis kedua kelompok CBIB dan non-CBIB, serta endogenous switching regression untuk mengestimasi determinan serta efek kontrafaktual dari penerapan CBIB. Hasil analisis menunjukkan bahwa tambak CBIB memiliki efisiensi lebih tinggi dibandingkan non-CBIB. Tambak CBIB memiliki efisiensi teknis lebih tinggi dalam penggunaan beberapa input produksi seperti benih, pakan, BBM dan tenaga kerja. Selain itu, tambak CBIB akan mengalami penurunan efisiensi jika tidak menerapkan CBIB, dan tambak non CBIB akan mengalami peningkatan jika mereka menerapkan sertifikasi CBIB. ","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127393345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8742
D. Yuniarti, Lestari Sukarniati
Perubahan iklim menyebabkan nelayan menghadapi kesulitan ekonomi, untuk mengatasi hal tersebut nelayan melakukan strategi coping. Studi ini bermaksud 1) Mengetahui strategi coping apa saja yang dilakukan nelayan; 2) Mengkaji pengaruh strategi coping terhadap pendapatan nelayan; 3) Mengetahui pengaruh faktor sosio ekonomi dan demografi terhadap pendapatan nelayan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan tingkat eksplanasi deskriptif dan asosiatif. Data yang digunakan merupakan data primer berupa data cross section. Responden merupakan nelayan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian sebanyak 99 nelayan. Pengumpulan data menggunakan metoda wawancara dengan menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan statistik deskriptif dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan 1) Strategi coping saat tidak melaut terdiri dari tiga strategi utama yaitu pasif, aktif dan jaringan. Strategi pasif dengan menghemat pengeluaran dan mengkonsumsi makanan yang terjangkau. Strategi aktif menjaga pemasukan nelayan dengan mencari pekerjaan lain, menjual aset dan migrasi, sedangkan strategi jaringan dengan meminjam uang kepada kerabat dan lembaga keuangan. 2) Strategi coping berpengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. 3) Faktor sosio ekonomi dan demografi yang memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan adalah pengalaman melaut dan kepemilikan perahu, pendidikan nelayan, usia nelayan dan jarak tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Pemerintah perlu meningkatkan kemampuan nelayan melalui kepemilikan perahu dan meningkatkan keterampilan melaut untuk meningkatkan pendapatan. Tittle: Coping Strategy and Fisher’s Income: An Empirical StudyClimate change causes fishermen to face economic difficulties. To overcome this, fishermen carry out coping strategies. This study is intended to 1) Identify the coping strategies of fishers; 2) Analyze the effect of coping strategies on fishers’income; 3) Analyze the influence of socioeconomic and demographic factors on fishers’ income. The study used quantitative method with descriptive and associative explanation. It is a cross-sectional study of primary data that were collected form 99 respondents of the fishers in Bantul Regency and Gunungkidul Regency. Data were collected by questionnaires interviews. The analytical tool used is descriptive statistics and multiple regression. The results showed that 1) The coping strategies applied when fishers do not go fishing consist of three main strategies, namely: passive, active and networking. Passive strategy is managing expenses and consuming affordable food. Active strategy is protecting fishers’ income by finding other jobs, migration and selling assets. Meanwhile, networking strategies is borrowing money from relatives and financial institutions. 2) Coping strategy tend to decrease fishers’s income. 3) Socio-economic and demographic factors that have positive influence on fishers’s income are fishing experien
{"title":"STRATEGY COPING DAN PENDAPATAN NELAYAN: SEBUAH KAJIAN EMPIRIK","authors":"D. Yuniarti, Lestari Sukarniati","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8742","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8742","url":null,"abstract":"Perubahan iklim menyebabkan nelayan menghadapi kesulitan ekonomi, untuk mengatasi hal tersebut nelayan melakukan strategi coping. Studi ini bermaksud 1) Mengetahui strategi coping apa saja yang dilakukan nelayan; 2) Mengkaji pengaruh strategi coping terhadap pendapatan nelayan; 3) Mengetahui pengaruh faktor sosio ekonomi dan demografi terhadap pendapatan nelayan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan tingkat eksplanasi deskriptif dan asosiatif. Data yang digunakan merupakan data primer berupa data cross section. Responden merupakan nelayan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian sebanyak 99 nelayan. Pengumpulan data menggunakan metoda wawancara dengan menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan statistik deskriptif dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan 1) Strategi coping saat tidak melaut terdiri dari tiga strategi utama yaitu pasif, aktif dan jaringan. Strategi pasif dengan menghemat pengeluaran dan mengkonsumsi makanan yang terjangkau. Strategi aktif menjaga pemasukan nelayan dengan mencari pekerjaan lain, menjual aset dan migrasi, sedangkan strategi jaringan dengan meminjam uang kepada kerabat dan lembaga keuangan. 2) Strategi coping berpengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. 3) Faktor sosio ekonomi dan demografi yang memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan adalah pengalaman melaut dan kepemilikan perahu, pendidikan nelayan, usia nelayan dan jarak tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Pemerintah perlu meningkatkan kemampuan nelayan melalui kepemilikan perahu dan meningkatkan keterampilan melaut untuk meningkatkan pendapatan. Tittle: Coping Strategy and Fisher’s Income: An Empirical StudyClimate change causes fishermen to face economic difficulties. To overcome this, fishermen carry out coping strategies. This study is intended to 1) Identify the coping strategies of fishers; 2) Analyze the effect of coping strategies on fishers’income; 3) Analyze the influence of socioeconomic and demographic factors on fishers’ income. The study used quantitative method with descriptive and associative explanation. It is a cross-sectional study of primary data that were collected form 99 respondents of the fishers in Bantul Regency and Gunungkidul Regency. Data were collected by questionnaires interviews. The analytical tool used is descriptive statistics and multiple regression. The results showed that 1) The coping strategies applied when fishers do not go fishing consist of three main strategies, namely: passive, active and networking. Passive strategy is managing expenses and consuming affordable food. Active strategy is protecting fishers’ income by finding other jobs, migration and selling assets. Meanwhile, networking strategies is borrowing money from relatives and financial institutions. 2) Coping strategy tend to decrease fishers’s income. 3) Socio-economic and demographic factors that have positive influence on fishers’s income are fishing experien","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134183005","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.7999
A. Athirah, R. Asaf, Tarunamulia Tarunamulia
Komoditi yang dapat bersaing dalam menghadapi tantangan perdagangan adalah komoditi yang mempunyai added value yang besar. Perikanan laut morotai memiliki potensi yang sangat tinggi dengan adanya kondisi kualitas perairan yang tenang dan luasnya kawasan pesisir dan laut, yang memungkinkan untuk peningkatan pengembangan budidaya laut, salah satu komoditi di Desa Kolorai Kabupaten Pulau Morotai adalah Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii), namun dalam perkembangannya masih banyak memiliki kendala.. Penelitian dilakukan dengan memakai gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menekankan pada analisis diskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan para responden dan melalui proses pengamatan. Ada beberapa responden yang diwawancarai diantaranya para nelayan, pengumpul, pemerintah desa dan pemerintah kabupaten yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah SCAM (A Commodity Sistem Assessment Method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pada rantai nilai bersifat Rantai Produksi Tradisional. Pola rantai nilai dari produsen sampai ke konsumen terdiri atas: (1) produsen – pengumpul –Pedagang Ternate ; (2) produsen – pengumpul – supplier – pedagang Ternate; dan (3) produsen – supplier – pedagang Ternate. Nilai tambah yang diberikan pada petani yaitu: pemanenan, penjemuran, pembersihan, pengemasan. Nilai tambah yang diberikan pada tingkat pengumpul, yaitu:tranportasi, penjemuran, pembersihan, pengemasan ulang, penimbangan, serta penyimpanan. Untuk melihat potensi komoditi ini menjadi produk unggulan yang dapat bersaing di pasar baik domestik maupun internasional maka perlu mengembangkan dan meningkatkan produksi dan olahannya melalui pola pengembangan kelembagaan kemitraannya.
{"title":"VALUE CHAIN DAN POLA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOMODITI RUMPUT LAUT (Kappaphycus Alvarezii) DI DESA KOLORAI KABUPATEN PULAU MOROTAI","authors":"A. Athirah, R. Asaf, Tarunamulia Tarunamulia","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.7999","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.7999","url":null,"abstract":"Komoditi yang dapat bersaing dalam menghadapi tantangan perdagangan adalah komoditi yang mempunyai added value yang besar. Perikanan laut morotai memiliki potensi yang sangat tinggi dengan adanya kondisi kualitas perairan yang tenang dan luasnya kawasan pesisir dan laut, yang memungkinkan untuk peningkatan pengembangan budidaya laut, salah satu komoditi di Desa Kolorai Kabupaten Pulau Morotai adalah Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii), namun dalam perkembangannya masih banyak memiliki kendala.. Penelitian dilakukan dengan memakai gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menekankan pada analisis diskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan para responden dan melalui proses pengamatan. Ada beberapa responden yang diwawancarai diantaranya para nelayan, pengumpul, pemerintah desa dan pemerintah kabupaten yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah SCAM (A Commodity Sistem Assessment Method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pada rantai nilai bersifat Rantai Produksi Tradisional. Pola rantai nilai dari produsen sampai ke konsumen terdiri atas: (1) produsen – pengumpul –Pedagang Ternate ; (2) produsen – pengumpul – supplier – pedagang Ternate; dan (3) produsen – supplier – pedagang Ternate. Nilai tambah yang diberikan pada petani yaitu: pemanenan, penjemuran, pembersihan, pengemasan. Nilai tambah yang diberikan pada tingkat pengumpul, yaitu:tranportasi, penjemuran, pembersihan, pengemasan ulang, penimbangan, serta penyimpanan. Untuk melihat potensi komoditi ini menjadi produk unggulan yang dapat bersaing di pasar baik domestik maupun internasional maka perlu mengembangkan dan meningkatkan produksi dan olahannya melalui pola pengembangan kelembagaan kemitraannya.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"268 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132447574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8216
Sriwulan Ferindian Falatehan, Pariyasi Pariyasi
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dilihat dari jumlah, kualitas, dan gizi yang seimbang. Dalam tindakan pemenuhan kebutuhan pangan, terdapat motif yang mendasarinya, seperti kesehatan, sosial, ekonomi, dan budaya. Modal yang terdiri dari modal budaya, ekonomi, dan sosial yang dimiliki individu dalam komunitasnya diasumsikan dapat mempengaruhi habitus aktor dalam perilaku pemilihan pangan dan ketahanan pangannya. Mengacu pada hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku memilih pangan yang dipengaruhi empat motif, yaitu kesehatan, harga, pengaruh orang lain, dan kebiasaaan berdasarkan modal budaya, ekonomi, dan sosial sebagai faktor yang dapat mempengaruhi capaian ketahanan pangan rumah tangga nelayan di kawasan pesisir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dari survey pada 30 nelayan tersebar pada lapisan sosial atas (Induak Samang) dan bawah (Anak Buah Kapal) yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan perilaku memilih pangan dari empat motif berdasarkan modal budaya dan ekonomi; serta adanya hubungan perilaku memilih pangan dengan ketahanan pangan sebesar 0,33 (α<0,05). Model empat motif yang mempengaruhi pemilihan pangan tersebut dengan modal yang melekat padanya dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan baik oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian,Kementerian Perikanan dan Kelautan maupun pemerintah dan kelembagaan yang berkaitan langsung dengan pemenuhan pangan dan kesehatan untuk mengurangi jumlah penduduk yang rawan pangan baik melalui proram Desa Mandiri Pangan maupun program pemberdayaan lainnya.
{"title":"MOTIF DALAM PERILAKU MEMILIH PANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETAHANAN PANGAN DI KOMUNITAS NELAYAN","authors":"Sriwulan Ferindian Falatehan, Pariyasi Pariyasi","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8216","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8216","url":null,"abstract":"Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dilihat dari jumlah, kualitas, dan gizi yang seimbang. Dalam tindakan pemenuhan kebutuhan pangan, terdapat motif yang mendasarinya, seperti kesehatan, sosial, ekonomi, dan budaya. Modal yang terdiri dari modal budaya, ekonomi, dan sosial yang dimiliki individu dalam komunitasnya diasumsikan dapat mempengaruhi habitus aktor dalam perilaku pemilihan pangan dan ketahanan pangannya. Mengacu pada hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku memilih pangan yang dipengaruhi empat motif, yaitu kesehatan, harga, pengaruh orang lain, dan kebiasaaan berdasarkan modal budaya, ekonomi, dan sosial sebagai faktor yang dapat mempengaruhi capaian ketahanan pangan rumah tangga nelayan di kawasan pesisir. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dari survey pada 30 nelayan tersebar pada lapisan sosial atas (Induak Samang) dan bawah (Anak Buah Kapal) yang didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan perilaku memilih pangan dari empat motif berdasarkan modal budaya dan ekonomi; serta adanya hubungan perilaku memilih pangan dengan ketahanan pangan sebesar 0,33 (α<0,05). Model empat motif yang mempengaruhi pemilihan pangan tersebut dengan modal yang melekat padanya dapat digunakan sebagai indikator ketahanan pangan baik oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian,Kementerian Perikanan dan Kelautan maupun pemerintah dan kelembagaan yang berkaitan langsung dengan pemenuhan pangan dan kesehatan untuk mengurangi jumlah penduduk yang rawan pangan baik melalui proram Desa Mandiri Pangan maupun program pemberdayaan lainnya.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125976574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.9486
Riesti Triyanti, Achmad Zamroni, Hakim Miftakhul Huda, Rizki Aprilian Wijaya
Pengelolaan rajungan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai stakeholders, karena merupakan komoditas yang memililki volume dan nilai ekspor ketiga tertinggi di Indonesia. Di Kabupaten Demak, rajungan merupakan komoditas tangkapan tertinggi untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Namun, praktek penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan tidak terkendali menyebabkan penurunan stok rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi, persepsi, dan sikap nelayanrajungan terhadap pengelolaan rajungan berkelanjutan. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dengan bantuan kuesioner terstruktur kepada responden nelayan di Desa Betahwalang, Purworejo, dan Serangan, Kabupaten Demak. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa nelayan setuju terhadap kebijakan pengelolaan rajungan eksisting, teknik penangkapan rajungan, dan pola pemasaran rajungan, namun tidak setuju dengan kondisi sumber daya rajungan saat ini, pencatatan data rajungan, dan usulan kebijakan pengelolaan rajungan yang ditawarkan. Pada umumnya nelayan mengetahui aturan penangkapan rajungan yang ramah lingkungan, namun karena kebutuhan ekonomi yang tinggi, maka penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yaitu jaring arad masih banyak terjadi dan kualitas ikan hasil tangkapan relatif rendah. Musim pemijahanrajungan juga sudah diketahui oleh nelayan, namun pada musim pemijahan nelayan tetap menangkap rajungan. Untuk mengelola rajungan secara berkelanjutan diperlukan kebijakan pengelolaan berbasis masyarakat melalui kegiatan sosialisasi status kondisi rajungan yang tertangkap, pelatihan diversifikasi alat tangkap, dan pendampingan kepada nelayan terkait kesadaran penangkapan rajungan yang lestari. Selain itu, diperlukan pengawasan terhadap penggunaan alat penangkapan ikan, ukuran rajungan yang tertangkap, kontrol terhadap musim dan daerah penangkapan, dan pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir saat kebijakan diterapkan. Tittle: Fishers’ Perception and Attitude on Sustainable Management of Blue Swimming CrabsStakeholders need to pay a considerable attention to the management of blue swimming crabs in Indonesia since it is the third highest Indonesia export commodity both in volume and value. In Demak Regency, blue swimming crab is the highest catch commodity to meet the food needs and improve the economy of coastal communities. However, the uncontrolled and environmentally hazard catches resulted a decline in crab stocks. This study aims to analyze the fishers’ socio-economic characteristic, perceptions, and attitude toward sustainable blue swimming crab management. Data were collected through structured-questionnaires interviews with the fishers in Betahwalang Village, Purworejo Village, and Serangan Village, Demak Regency. The data were analyzed with descriptive method. The results showed that the f
{"title":"PERSEPSI DAN SIKAP NELAYAN TERHADAP PENGELOLAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BERKELANJUTAN","authors":"Riesti Triyanti, Achmad Zamroni, Hakim Miftakhul Huda, Rizki Aprilian Wijaya","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.9486","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.9486","url":null,"abstract":"Pengelolaan rajungan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai stakeholders, karena merupakan komoditas yang memililki volume dan nilai ekspor ketiga tertinggi di Indonesia. Di Kabupaten Demak, rajungan merupakan komoditas tangkapan tertinggi untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Namun, praktek penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan tidak terkendali menyebabkan penurunan stok rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi, persepsi, dan sikap nelayanrajungan terhadap pengelolaan rajungan berkelanjutan. Data dikumpulkan dengan cara wawancara dengan bantuan kuesioner terstruktur kepada responden nelayan di Desa Betahwalang, Purworejo, dan Serangan, Kabupaten Demak. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa nelayan setuju terhadap kebijakan pengelolaan rajungan eksisting, teknik penangkapan rajungan, dan pola pemasaran rajungan, namun tidak setuju dengan kondisi sumber daya rajungan saat ini, pencatatan data rajungan, dan usulan kebijakan pengelolaan rajungan yang ditawarkan. Pada umumnya nelayan mengetahui aturan penangkapan rajungan yang ramah lingkungan, namun karena kebutuhan ekonomi yang tinggi, maka penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yaitu jaring arad masih banyak terjadi dan kualitas ikan hasil tangkapan relatif rendah. Musim pemijahanrajungan juga sudah diketahui oleh nelayan, namun pada musim pemijahan nelayan tetap menangkap rajungan. Untuk mengelola rajungan secara berkelanjutan diperlukan kebijakan pengelolaan berbasis masyarakat melalui kegiatan sosialisasi status kondisi rajungan yang tertangkap, pelatihan diversifikasi alat tangkap, dan pendampingan kepada nelayan terkait kesadaran penangkapan rajungan yang lestari. Selain itu, diperlukan pengawasan terhadap penggunaan alat penangkapan ikan, ukuran rajungan yang tertangkap, kontrol terhadap musim dan daerah penangkapan, dan pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir saat kebijakan diterapkan. Tittle: Fishers’ Perception and Attitude on Sustainable Management of Blue Swimming CrabsStakeholders need to pay a considerable attention to the management of blue swimming crabs in Indonesia since it is the third highest Indonesia export commodity both in volume and value. In Demak Regency, blue swimming crab is the highest catch commodity to meet the food needs and improve the economy of coastal communities. However, the uncontrolled and environmentally hazard catches resulted a decline in crab stocks. This study aims to analyze the fishers’ socio-economic characteristic, perceptions, and attitude toward sustainable blue swimming crab management. Data were collected through structured-questionnaires interviews with the fishers in Betahwalang Village, Purworejo Village, and Serangan Village, Demak Regency. The data were analyzed with descriptive method. The results showed that the f","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131707723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-01DOI: 10.15578/JSEKP.V16I1.8105
Alief Rakhman Setyanto, D. Iskandar
Kabupaten Pati diketahui sebagai salah satu daerah penghasil ikan budi daya (khusus produksi Bandeng) terbesar di Propinsi Jawa Tengah Kabupaten yang secara geografis terletak di sepanjang pantai utara ini mempunyai kemampuan pengembangan usaha perikanan yang sangat besar, baik perikanan budi daya atau perikanan tangkap. Perikanan di kabupaten Pati cukup potensial untuk dikembangkan dan diharapkan menjadi salah satu sektor andalan dalam pengembangan kemampuan daerah di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Juwana dan bertujuan untuk mengidentifikasi biaya transaksi yang muncul pada petani tambak di Kecamatan Juwana serta menganalisis determinan biaya transaksi yang muncul pada petani tambak Kecamatan Juwana. Penelitian ini menggunakan data cross section dengan sampel 98 petani tambak bandeng. Pendekatan analisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi berganda OLS (ordinary least square). Hasil penelitian menunjukkan biaya transaksi yang paling banyak muncul di kalangan petani tambak adalah biaya transportasi, sedangkan determinan biaya transaksi yang terdiri dari ketidakpastian, dan frekuensi yang berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi. Jaringan sosial dan jaringan pertemanan berpengaruh positif terhadap biaya transaksi, trust berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi, kelembagaan berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi dan penyuluhan berpengaruh positif terhadap biaya transaksi. Tittle: Analysis of Transaction Cost Determinants (Study of Tambak Bandeng in Juwana District Pati Regency)Pati Regency is well-known as one of the largest aquaculture area (especially milkfish production) in Central Java Province. The district is geographically located along the north coast. It is potentially developed with a considerable fishery business both in aquaculture and capture fisheries. Its fisheries resource becomes a prospect sector for the future growth of the area. The research was conducted in Juwana Sub-district. It aims to identify transaction costs among the pond farmers in Juwana Sub-district and analyze the determinants of the transaction costs. The study used cross sectional data from 98 milkfish farmers. The analysis approach used descriptive statistics and OLS multiple regression analysis (ordinary least square). Results of the study showed that transaction costs that most frequently occur among pond farmers are transportation costs, while the determinants of transaction costs which consist of uncertainty and frequency negatively affect transaction costs. Friendship and social networks have positive effect on transaction costs, trust has negative effect on transaction costs, institution has negative effect on transaction costs and counseling has positive effect on transaction costs.
{"title":"ANALISIS DETERMINAN BIAYA TRANSAKSI (Studi Kasus Tambak Bandeng Kecamatan Juwana Kabupaten Pati)","authors":"Alief Rakhman Setyanto, D. Iskandar","doi":"10.15578/JSEKP.V16I1.8105","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JSEKP.V16I1.8105","url":null,"abstract":"Kabupaten Pati diketahui sebagai salah satu daerah penghasil ikan budi daya (khusus produksi Bandeng) terbesar di Propinsi Jawa Tengah Kabupaten yang secara geografis terletak di sepanjang pantai utara ini mempunyai kemampuan pengembangan usaha perikanan yang sangat besar, baik perikanan budi daya atau perikanan tangkap. Perikanan di kabupaten Pati cukup potensial untuk dikembangkan dan diharapkan menjadi salah satu sektor andalan dalam pengembangan kemampuan daerah di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Juwana dan bertujuan untuk mengidentifikasi biaya transaksi yang muncul pada petani tambak di Kecamatan Juwana serta menganalisis determinan biaya transaksi yang muncul pada petani tambak Kecamatan Juwana. Penelitian ini menggunakan data cross section dengan sampel 98 petani tambak bandeng. Pendekatan analisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi berganda OLS (ordinary least square). Hasil penelitian menunjukkan biaya transaksi yang paling banyak muncul di kalangan petani tambak adalah biaya transportasi, sedangkan determinan biaya transaksi yang terdiri dari ketidakpastian, dan frekuensi yang berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi. Jaringan sosial dan jaringan pertemanan berpengaruh positif terhadap biaya transaksi, trust berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi, kelembagaan berpengaruh negatif terhadap biaya transaksi dan penyuluhan berpengaruh positif terhadap biaya transaksi. Tittle: Analysis of Transaction Cost Determinants (Study of Tambak Bandeng in Juwana District Pati Regency)Pati Regency is well-known as one of the largest aquaculture area (especially milkfish production) in Central Java Province. The district is geographically located along the north coast. It is potentially developed with a considerable fishery business both in aquaculture and capture fisheries. Its fisheries resource becomes a prospect sector for the future growth of the area. The research was conducted in Juwana Sub-district. It aims to identify transaction costs among the pond farmers in Juwana Sub-district and analyze the determinants of the transaction costs. The study used cross sectional data from 98 milkfish farmers. The analysis approach used descriptive statistics and OLS multiple regression analysis (ordinary least square). Results of the study showed that transaction costs that most frequently occur among pond farmers are transportation costs, while the determinants of transaction costs which consist of uncertainty and frequency negatively affect transaction costs. Friendship and social networks have positive effect on transaction costs, trust has negative effect on transaction costs, institution has negative effect on transaction costs and counseling has positive effect on transaction costs.","PeriodicalId":333812,"journal":{"name":"Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116433360","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}