Science is a method of thinking objectively. The goal is to describe and give meaning to the factual world. The application of science is divided into 3, as a means of explanation, predictor and control. The scientific method consists of a series of activities in the form of: identification and formulation of problems, gathering relevant information, formulating hypotheses, conducting experiments and publication or dissemination of information. The scientific revolution is a process of transitioning from an old paradigm to a new one. With this paradigm shift, the perspective of scientists in determining problems, establishing methods and techniques, and drawing conclusions from natural realities will be different from the previous paradigm. The method used in this paper is a descriptive method in which to find the definitions contained in the problem to combine it into a narrative in order to explain the core problem. Thomas Kuhn's thoughts about the process of the birth of science can be contextualized in the thinking and dynamics of Islamic scholarship, especially in opening the mindset of Muslim scientists, that in fact in the dynamics of science, there is no absolute scientific truth, but there are always opportunities for the birth of new knowledge with scientific epistemology. which are sometimes more acceptable to society. Thus, in the context of Islamic scholarship, it shows that Islam has a basic grip on the Qur'an and al-Hadith which the Muslim community believes as truth and guidelines in life. Kuhn invited researchers to turn to a paradigmative viewpoint where this perspective expands the scope of science to every aspect of life, including in the social field.
{"title":"The Relevance of Thomas Kuhn's Scientific Method and Islamic Science","authors":"Fatih Atsaris Sujud","doi":"10.23887/jfi.v5i3.42091","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.42091","url":null,"abstract":"Science is a method of thinking objectively. The goal is to describe and give meaning to the factual world. The application of science is divided into 3, as a means of explanation, predictor and control. The scientific method consists of a series of activities in the form of: identification and formulation of problems, gathering relevant information, formulating hypotheses, conducting experiments and publication or dissemination of information. The scientific revolution is a process of transitioning from an old paradigm to a new one. With this paradigm shift, the perspective of scientists in determining problems, establishing methods and techniques, and drawing conclusions from natural realities will be different from the previous paradigm. The method used in this paper is a descriptive method in which to find the definitions contained in the problem to combine it into a narrative in order to explain the core problem. Thomas Kuhn's thoughts about the process of the birth of science can be contextualized in the thinking and dynamics of Islamic scholarship, especially in opening the mindset of Muslim scientists, that in fact in the dynamics of science, there is no absolute scientific truth, but there are always opportunities for the birth of new knowledge with scientific epistemology. which are sometimes more acceptable to society. Thus, in the context of Islamic scholarship, it shows that Islam has a basic grip on the Qur'an and al-Hadith which the Muslim community believes as truth and guidelines in life. Kuhn invited researchers to turn to a paradigmative viewpoint where this perspective expands the scope of science to every aspect of life, including in the social field.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130745248","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini mengeksplorasi secara dialektis lima logika nonexistence dari Boaventura de Sousa Santos sebagai kemungkinan dekolonisasi Sosiologi Indonesia. Kelima logika tersebut adalah pengetahuan monokultur, linearitas, klasifikasi sosial, superioritas skala universal dan global serta produktivitas. Eksplorasi dialektis dirancang dengan decolonizing interpretive research yang terfokus pada aspek dikotomi dan hierarki untuk diterapkan melalui eksemplar kritik teoretis pada dualisme ekonomi J. H. Boeke. Artikel ini memiliki dua tujuan, yaitu melakukan kritik pada cara berpikir dikotomis sebagai totalisasi epistemik sosiologi modern dan menunjukkan konsekuensi dari hierarki sosiologi Global Utara terhadap negara-negara Global Selatan. Terdapat dua temuan dari eksplorasi dialektis lima logika nonexistence terhadap cara berpikir dikotomis dan hierarkis. Pertama, relevansi logika nonexistence sebagai piranti konseptual untuk mengkritik (re)produksi ilmu sosial di Global Selatan yang absen dalam risalah Boaventura de Sousa Santos. Kedua, totalitas nalar dikotomis dan hierarkis sebagai basis bagi format ketimpangan reproduksi ilmu sosial modern yang menempatkan formasi keilmuan Indonesia sebagai colonial territories yang invisible.
这篇文章探讨了Boaventura de Sousa Santos的五种非存在逻辑,认为这可能是印度尼西亚社会学的解殖民。这五种逻辑包括单一文化、线性、社会分类、普遍性、全球优势和生产力。辩证研究是由分离理解研究集中于二分法和等级的方面,通过理论对J。H。波伊克(J。H。这篇文章的目的有两个,那就是批评现代社会学的共分主义思想,指出北方的全球社会学等级对南方的国家的影响。发现了两种非存在逻辑的二重性和分子式思维。首先,在Boaventura de Sousa Santos小册子《博文图拉德·苏萨·桑托斯》(Boaventura de Sousa Santos)中,《不存在逻辑逻辑》(nonexistence逻辑性)是批评全球南部社会科学生产的概念工具。其次,所有的认知都是二极化和分层的,它们是现代社会不平等现象的基础,这使得印尼科学界成为一个看不见的殖民区。
{"title":"Lima Logika Nonexistence: Eksplorasi Dialektis Pemikiran Boaventura de Sousa Santos terhadap Totalitas Nalar Dikotomis dan Hierarkis","authors":"Hartmantyo Pradigto Utomo, Oki Rahadianto Sutopo","doi":"10.23887/jfi.v5i3.43108","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.43108","url":null,"abstract":"Artikel ini mengeksplorasi secara dialektis lima logika nonexistence dari Boaventura de Sousa Santos sebagai kemungkinan dekolonisasi Sosiologi Indonesia. Kelima logika tersebut adalah pengetahuan monokultur, linearitas, klasifikasi sosial, superioritas skala universal dan global serta produktivitas. Eksplorasi dialektis dirancang dengan decolonizing interpretive research yang terfokus pada aspek dikotomi dan hierarki untuk diterapkan melalui eksemplar kritik teoretis pada dualisme ekonomi J. H. Boeke. Artikel ini memiliki dua tujuan, yaitu melakukan kritik pada cara berpikir dikotomis sebagai totalisasi epistemik sosiologi modern dan menunjukkan konsekuensi dari hierarki sosiologi Global Utara terhadap negara-negara Global Selatan. Terdapat dua temuan dari eksplorasi dialektis lima logika nonexistence terhadap cara berpikir dikotomis dan hierarkis. Pertama, relevansi logika nonexistence sebagai piranti konseptual untuk mengkritik (re)produksi ilmu sosial di Global Selatan yang absen dalam risalah Boaventura de Sousa Santos. Kedua, totalitas nalar dikotomis dan hierarkis sebagai basis bagi format ketimpangan reproduksi ilmu sosial modern yang menempatkan formasi keilmuan Indonesia sebagai colonial territories yang invisible.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"171 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124162072","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini merupakan penelitian bidang kefilsafatan yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena kuantifikasi nilai kebaikan pada beberapa sumber hukum Islam, yakni Al-Quran dan Hadis. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kebaikan yang umumnya tidak memiliki tolak ukur telah dikuantifikasi menggunakan angka dan operasi matematika sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh umat Islam. Kuantifikasi ditemukan melalui beberapa cara, mulai dari memberitahukan seberapa banyak ganjaran yang diterima dari perbuatan tersebut, dengan menggunakan konsep-konsep tertentu, seperti kebaikan, hingga mengkomparasikannya dengan perbuatan baik lain, Adapun penggunaan angka juga ditemukan pada hal-hal lain yang masih berkaitan dengan amal ibadah, seperti keutamaan waktu atau keutamaan surah pada Al-Quran. Penelitian ini juga menunjukkan adanya model matematis dalam menghitung jumlah pahala manusia, namun sayang model matematika tersebut masih sulit untuk diaplikasikan mengingat ada beberapa variabel yang sulit untuk dikuantifikasi atau bahkan diketahui, baik secara kualitatif, maupun kuantitatif.
{"title":"Kritik Terhadap Bentuk Kuantifikasi Nilai Kebaikan pada Ajaran Kebaikan dalam Islam","authors":"Rilliandi Arindra Putawa","doi":"10.23887/jfi.v5i3.45710","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.45710","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan penelitian bidang kefilsafatan yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena kuantifikasi nilai kebaikan pada beberapa sumber hukum Islam, yakni Al-Quran dan Hadis. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kebaikan yang umumnya tidak memiliki tolak ukur telah dikuantifikasi menggunakan angka dan operasi matematika sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh umat Islam. Kuantifikasi ditemukan melalui beberapa cara, mulai dari memberitahukan seberapa banyak ganjaran yang diterima dari perbuatan tersebut, dengan menggunakan konsep-konsep tertentu, seperti kebaikan, hingga mengkomparasikannya dengan perbuatan baik lain, Adapun penggunaan angka juga ditemukan pada hal-hal lain yang masih berkaitan dengan amal ibadah, seperti keutamaan waktu atau keutamaan surah pada Al-Quran. Penelitian ini juga menunjukkan adanya model matematis dalam menghitung jumlah pahala manusia, namun sayang model matematika tersebut masih sulit untuk diaplikasikan mengingat ada beberapa variabel yang sulit untuk dikuantifikasi atau bahkan diketahui, baik secara kualitatif, maupun kuantitatif.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122598370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pandangan progresivisme John Dewey terhadap pembelajaran berdiferensiasi, serta penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada matapelajaran IPA. Metode penelitian ini adalah studi kepustakaan berdasarkan buku dan jurnal ilmiahyang membahas progresivisme, pembelajaran berdiferensiasi dan penerapan pembelajaranberdiferensiasi pada mata pelajaran IPA. Data yang diperoleh dari studi Pustaka di sinteisimenjadi sutu informasi yang bermakna. Tujuan Penelitan ini untuk mendeskripsikan keterkaitanaliran progresivisme dengan pembelajaran berdiferensiasi, serta penerapan pembelajaranberdiferensiasi pada mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama berdasarkan referensi jurnal. Progresivisme merupakan cara pandang pendidikan yang mendukung proses pendidikan yang berpihak pada murid dan pembelajaran itu selalu berkembang sepanjang zaman. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kebutuhan belajar murid, yaitu berdasarkan kesiapan belajar murid, profil belajar murid, minat dan bakat. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain: diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk dan lingkungan belajar. Walapun bukan hal baru dalam pendidikan, namun penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran IPA hanya terbatas untuk mengukur hasil belajar.
{"title":"Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif Progresivisme pada Mata Pelajaran IPA","authors":"Devi Kurnia Fitra","doi":"10.23887/jfi.v5i3.41249","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.41249","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pandangan progresivisme John Dewey terhadap pembelajaran berdiferensiasi, serta penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada matapelajaran IPA. Metode penelitian ini adalah studi kepustakaan berdasarkan buku dan jurnal ilmiahyang membahas progresivisme, pembelajaran berdiferensiasi dan penerapan pembelajaranberdiferensiasi pada mata pelajaran IPA. Data yang diperoleh dari studi Pustaka di sinteisimenjadi sutu informasi yang bermakna. Tujuan Penelitan ini untuk mendeskripsikan keterkaitanaliran progresivisme dengan pembelajaran berdiferensiasi, serta penerapan pembelajaranberdiferensiasi pada mata pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama berdasarkan referensi jurnal. Progresivisme merupakan cara pandang pendidikan yang mendukung proses pendidikan yang berpihak pada murid dan pembelajaran itu selalu berkembang sepanjang zaman. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan kebutuhan belajar murid, yaitu berdasarkan kesiapan belajar murid, profil belajar murid, minat dan bakat. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain: diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk dan lingkungan belajar. Walapun bukan hal baru dalam pendidikan, namun penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran IPA hanya terbatas untuk mengukur hasil belajar.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125666623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi wisata desa yang sudah mengadopsi kearifan lokal yang bernilai universal untuk membangun dan meningkatkan ketahanan ekonomi di DesaKarangrejo dan Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Modelpenelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil jenis penelitian kualitatif. Penelitian inidibedakan menjadi dua subjek, yakni kelompok peserta yang terlibat secara intensif dan pesertayang terlibat secara insidental. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode nontesdengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan subjek penelitian serta datadokumentasi. Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif menggunakan software Nvivo dengan menggabungkan antara teori yang ada dengan kondisi lapangan. Penelitian ini menghasilkan deskripsi yang ditunjukkan bahwa pengembangan potensi wisata desa di Karangrejo dan Karanganyar Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang sudah mengadopsi kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai filosofis dan universal. Kearifan lokal menjadi basis dalam pembangunan dua desa wisata tersebut, terutama untuk pemulihan perekonomian masyarakat setelah pandemi covid-19. Nilai-nilai “gotong royong” atau kolaborasi antar elemen masyarakat, kejujuran, cinta seni budaya dan ketrampilan kerajinan warisan nenekmoyangmampu meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa
{"title":"Kearifan Lokal Desa Wisata Karangrejo dan Karanganyar untuk Memperkuat Ketahanan Ekonomi Desa Pasca Pandemi Covid-19","authors":"A. Zubaidi, S. Maharani, Abdul Rokhmat Sairah","doi":"10.23887/jfi.v5i3.51818","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i3.51818","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi wisata desa yang sudah mengadopsi kearifan lokal yang bernilai universal untuk membangun dan meningkatkan ketahanan ekonomi di DesaKarangrejo dan Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Modelpenelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil jenis penelitian kualitatif. Penelitian inidibedakan menjadi dua subjek, yakni kelompok peserta yang terlibat secara intensif dan pesertayang terlibat secara insidental. Pengumpulan data yang digunakan adalah metode nontesdengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan subjek penelitian serta datadokumentasi. Data yang sudah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif menggunakan software Nvivo dengan menggabungkan antara teori yang ada dengan kondisi lapangan. Penelitian ini menghasilkan deskripsi yang ditunjukkan bahwa pengembangan potensi wisata desa di Karangrejo dan Karanganyar Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang sudah mengadopsi kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai filosofis dan universal. Kearifan lokal menjadi basis dalam pembangunan dua desa wisata tersebut, terutama untuk pemulihan perekonomian masyarakat setelah pandemi covid-19. Nilai-nilai “gotong royong” atau kolaborasi antar elemen masyarakat, kejujuran, cinta seni budaya dan ketrampilan kerajinan warisan nenekmoyangmampu meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114369919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Studi artikel ini menaruh perhatian pada skema panorama pola berpikir baru dalam pendidikan di masa pandemi. Metodologi yang digunakan dalam penulisan studi adalah kualitatif-deskriptif. Tema yang diangkat oleh penulis adalah metafisika postmodern cartesian tentang konsep berpikir dalam menentukan suatu kesadaran eksistensi manusia. Pembahasan berisikan elaborasi antara kegiatan berpikir dalam belajar-mengajar melalui aplikasi pembelajaran Zoom dengan falsafah terkenal Rene Descartes tentang “Cogito Ergo Sum”. Pemahaman metode cartesian senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang tampak secara inderawi. Tujuan penulisan untuk mendalami pengaruh situasi kelas online dalam proses berpikir manusia mencapai kepastian ilmu pengetahuan di depan layar spektral. Pengetahuan adalah kesadaran penuh perhatian. Realita efektivitas Zoom saat ini menghasilkan suatu paradoks. Pembelajaran daring menciptakan ruang interaktif tetapi di sisi lain juga berdampak bagi terciptanya ruang jenuh dalam pembelajaran sehingga memengaruhi kesadaran berpikir manusia untuk mencapai pengetahuan. Penulis menemukan adanya pergeseran makna penting “Cogito Ergo Sum” milik Descartes menjadi “Cogito Ergo Zoom”. Hal ini tidak terlepas dari ketergantungan pola kesadaran berpikir manusia kini pada sistem jaringan dan layar spektral semata.
这篇文章的研究关注了大流行教育的新心态全景图。研究写作中使用的方法是描述性的定性。作者提出的主题是后现代主义笛卡尔在定义人类存在意识方面的形而上学概念。讨论包含了Zoom学习应用程序中思考教学活动与著名的Rene笛卡尔对“Cogito Ergo Sum”的哲学的阐述。笛卡尔方法的理解总是否定一切似乎在感官上的东西。写作的目的是体验人类思维过程中在线课堂环境的影响,从而在光谱屏幕前实现科学的确定性。知识是一种有意识的意识。Zoom目前有效的现实导致了一个悖论。在线学习创造互动空间,但另一方面也会影响学习中饱和空间的产生,从而影响人类实现知识的思维意识。作者发现笛卡尔的“Cogito Ergo Sum”的重要含义转变为“Cogito Ergo Zoom”。这与人类意识模式的依赖程度无关,即网络系统和光谱屏幕。
{"title":"Panorama Eksistensi Kesadaran Cogito Ergo Sum menuju Cogito Ergo Zoom dalam Pembelajaran Online","authors":"Alfredo Kevin, F. A. Riyanto","doi":"10.23887/jfi.v5i2.42229","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42229","url":null,"abstract":"Studi artikel ini menaruh perhatian pada skema panorama pola berpikir baru dalam pendidikan di masa pandemi. Metodologi yang digunakan dalam penulisan studi adalah kualitatif-deskriptif. Tema yang diangkat oleh penulis adalah metafisika postmodern cartesian tentang konsep berpikir dalam menentukan suatu kesadaran eksistensi manusia. Pembahasan berisikan elaborasi antara kegiatan berpikir dalam belajar-mengajar melalui aplikasi pembelajaran Zoom dengan falsafah terkenal Rene Descartes tentang “Cogito Ergo Sum”. Pemahaman metode cartesian senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang tampak secara inderawi. Tujuan penulisan untuk mendalami pengaruh situasi kelas online dalam proses berpikir manusia mencapai kepastian ilmu pengetahuan di depan layar spektral. Pengetahuan adalah kesadaran penuh perhatian. Realita efektivitas Zoom saat ini menghasilkan suatu paradoks. Pembelajaran daring menciptakan ruang interaktif tetapi di sisi lain juga berdampak bagi terciptanya ruang jenuh dalam pembelajaran sehingga memengaruhi kesadaran berpikir manusia untuk mencapai pengetahuan. Penulis menemukan adanya pergeseran makna penting “Cogito Ergo Sum” milik Descartes menjadi “Cogito Ergo Zoom”. Hal ini tidak terlepas dari ketergantungan pola kesadaran berpikir manusia kini pada sistem jaringan dan layar spektral semata.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121228779","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The relation between mathematics and reality is a philosophical problem that needs more attention, considering that mathematics and philosophy, especially ontology, are two fields that discuss reality at a higher level than other sciences, such as physics. The Liang Gie is one of the few philosophical figures in Indonesia who pays more attention to philosophical problems in the field of mathematics, through three parts of his work in the field of philosophy of mathematics. One of the topics discussed in his work is related to mathematical ontology. This study aims to explore the main points of The Liang Gie's thoughts, which are related to mathematical ontology, especially related to the relationship between the mathematical mind and reality. This article is a literature study on the thoughts of The Liang Gie's mathematical ontology. By using qualitative research methods in the field of philosophy, the data obtained from the literature study will be processed to obtain a philosophical knowledge that has implications for real life. There are three assumptions that can be concluded through the discussion of this research. First, some figures think that mathematics can stand alone with its own existence without having to relate to objects in the real world. Second, there is also an assumption that mathematics is considered responsible for everything in the universe or even mathematics is considered as the universe itself. Third, inmany ways mathematics has a strong relationship with empirical phenomena, especially with regard to the measurement process. These three conclusions can then be linked to themathematical philosophy approach, such as Platonism, Absolutism, and Fallibilism.
{"title":"The Natural Relation of The Mathematical Mind and Reality: A Study of The Liang Gie's Philosophical Thought","authors":"Rilliandi Arindra Putawa","doi":"10.23887/jfi.v5i2.41578","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.41578","url":null,"abstract":"The relation between mathematics and reality is a philosophical problem that needs more attention, considering that mathematics and philosophy, especially ontology, are two fields that discuss reality at a higher level than other sciences, such as physics. The Liang Gie is one of the few philosophical figures in Indonesia who pays more attention to philosophical problems in the field of mathematics, through three parts of his work in the field of philosophy of mathematics. One of the topics discussed in his work is related to mathematical ontology. This study aims to explore the main points of The Liang Gie's thoughts, which are related to mathematical ontology, especially related to the relationship between the mathematical mind and reality. This article is a literature study on the thoughts of The Liang Gie's mathematical ontology. By using qualitative research methods in the field of philosophy, the data obtained from the literature study will be processed to obtain a philosophical knowledge that has implications for real life. There are three assumptions that can be concluded through the discussion of this research. First, some figures think that mathematics can stand alone with its own existence without having to relate to objects in the real world. Second, there is also an assumption that mathematics is considered responsible for everything in the universe or even mathematics is considered as the universe itself. Third, inmany ways mathematics has a strong relationship with empirical phenomena, especially with regard to the measurement process. These three conclusions can then be linked to themathematical philosophy approach, such as Platonism, Absolutism, and Fallibilism.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"176 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114074550","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Idris, Riza Ibnu Adam, Yulrio Brianorman, Rinaldi Munir, Dimitri Mahayana
Perkembangan data science atau machine learning mengalami perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan ini berpotensi menjadi suatu pseudoscience akibat proses pengumpulan, pemakaian algoritma serta proses pengolahan data yang tidak sesuai dengan standar baku penelitian. Machine learning adalah satu dari sekian teknik di bidang artificial intelligence (AI) yang memungkinkan suatu mesin untuk belajar mandiri. Beberapa implematasi machine learning seperti robot konsultan, pengoptimalan proses, penilaian kredit, bidang keamanan, serta pelayanan. Algoritma supervised learning merupakan salah satu yang sering dipakai pada bidang data science. Penerapan algoritma supervised learning dalam dunia data science bisa terjebak menjadi pseudoscience akibat adanya kesalahan dalam pemakaian dan pengolahan data pada penelitian. Solusi untuk menghindarinya adalah dengan menerapkan konsep epistemologi Karl Popper yaitu berkaitan dengan falsifikasi sains untuk menyelesaikan persoalan demarkasi. Untuk memperkuatnya dapat juga menggunakan prinsip 4 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi, pragmatis dan konsensus.
{"title":"Kebenaran dalam Perspektif Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Implementasi dalam Data Science dan Machine Leaning","authors":"M. Idris, Riza Ibnu Adam, Yulrio Brianorman, Rinaldi Munir, Dimitri Mahayana","doi":"10.23887/jfi.v5i2.42207","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42207","url":null,"abstract":"Perkembangan data science atau machine learning mengalami perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan ini berpotensi menjadi suatu pseudoscience akibat proses pengumpulan, pemakaian algoritma serta proses pengolahan data yang tidak sesuai dengan standar baku penelitian. Machine learning adalah satu dari sekian teknik di bidang artificial intelligence (AI) yang memungkinkan suatu mesin untuk belajar mandiri. Beberapa implematasi machine learning seperti robot konsultan, pengoptimalan proses, penilaian kredit, bidang keamanan, serta pelayanan. Algoritma supervised learning merupakan salah satu yang sering dipakai pada bidang data science. Penerapan algoritma supervised learning dalam dunia data science bisa terjebak menjadi pseudoscience akibat adanya kesalahan dalam pemakaian dan pengolahan data pada penelitian. Solusi untuk menghindarinya adalah dengan menerapkan konsep epistemologi Karl Popper yaitu berkaitan dengan falsifikasi sains untuk menyelesaikan persoalan demarkasi. Untuk memperkuatnya dapat juga menggunakan prinsip 4 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi, pragmatis dan konsensus.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"240 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116253879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini akan membahas mengenai penguatan ideologi pancasila sebagai penangkal radikalisme agama yang mampu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahwa Pancasila merupakan landasan ideologifundamental dari setiap masyarakat Indonesia terhadap problematika dari radikalisme agama yang mengusik indahnya keberagaman yang telah terjalin di tengah-tengah bangsa Indonesia selama ini. Sebagai landasan falsafah negara, Ideologi Pancasila berseberangan dengan paham radikalisme agama karena dapat meruntuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Metode studi kepustakaan yang dipakai dalam penelitian ini, untuk menguraikan gambaran umummengenai problematikan yang dialami/dihadapi masyarakat Indonesia terkait radikalisme agama yang juga dengan sistematis mengemukakan upaya menangkal bahaya pahamradikalisme agama melalui penguatan ideologi Pancasila. Sumber data akan diambil dari mayoritas jurnal ilmiah yang diterbitkan 7 (tujuh) tahun terakhir serta buku-buku penunjang yang berkaitan dengan tema membahasan. Cara memperoleh data-data tersebut adalah dengan peneliti melakukan riset serta pendekatan literasi yang relevan dengan tema penelitian. Data akan dianalisis secara mendalam oleh peneliti sehingga mampu mendeskripsikan gambaranumum terkait permasalahan radikalisme agama yang dialami bangsa Indonesia, serta solusinya melalui penguatan ideologi Pancasila. Dengan demikian, penguatan ideologi pancasila sebagaipenangkal radikalisme agama diharapkan mampu menjadi solusi dalam terjalinnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
{"title":"Penguatan Ideologi Pancasila Sebagai Penangkal Radikalisme Agama","authors":"Yakobus Adi Saingo","doi":"10.23887/jfi.v5i2.40994","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.40994","url":null,"abstract":"Penelitian ini akan membahas mengenai penguatan ideologi pancasila sebagai penangkal radikalisme agama yang mampu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bahwa Pancasila merupakan landasan ideologifundamental dari setiap masyarakat Indonesia terhadap problematika dari radikalisme agama yang mengusik indahnya keberagaman yang telah terjalin di tengah-tengah bangsa Indonesia selama ini. Sebagai landasan falsafah negara, Ideologi Pancasila berseberangan dengan paham radikalisme agama karena dapat meruntuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Metode studi kepustakaan yang dipakai dalam penelitian ini, untuk menguraikan gambaran umummengenai problematikan yang dialami/dihadapi masyarakat Indonesia terkait radikalisme agama yang juga dengan sistematis mengemukakan upaya menangkal bahaya pahamradikalisme agama melalui penguatan ideologi Pancasila. Sumber data akan diambil dari mayoritas jurnal ilmiah yang diterbitkan 7 (tujuh) tahun terakhir serta buku-buku penunjang yang berkaitan dengan tema membahasan. Cara memperoleh data-data tersebut adalah dengan peneliti melakukan riset serta pendekatan literasi yang relevan dengan tema penelitian. Data akan dianalisis secara mendalam oleh peneliti sehingga mampu mendeskripsikan gambaranumum terkait permasalahan radikalisme agama yang dialami bangsa Indonesia, serta solusinya melalui penguatan ideologi Pancasila. Dengan demikian, penguatan ideologi pancasila sebagaipenangkal radikalisme agama diharapkan mampu menjadi solusi dalam terjalinnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122196190","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Martabat manusia merupakan nilai kodrati yang istimewa dan penting dalam diskursus filsafat metafisika. Fokus diskursus artikel ini dimaksudkan untuk menyibak salah satu aspek nilai kodrati itu, yaitu relasionalitasku dengan Tuhan, sesama, dan alam. Ada relasi yang intim dalam kehidupan manusia yang menjadi semacam “persahabatan metafisis” yang perlu direfleksikan. Persahabatan metafisis ini menjangkau relasiku dengan Tuhan, sesama, dan alam. Tujuan riset ini dimaksudkan agar setiap manusia memiliki spiritualitas penghormatan akan martabat dirinya dan sesamanya. Manusia perlu menyadari bahwa dirinya tidak hidup sendiri melainkan bersama Tuhan, sesama, dan alam. Buah spiritualitas persahabatan menjadi samacam “remahan roti” yang mengantar pada kebersatuan hidup dalam prinsip “meja perjamuan,” yaitu Bonum Commune. Mengenai metodologi, kami menggunakan library research melalui penelaahan berbagai sumber ilmiah buku dan artikel ilmiah metafisis-filosofis yang sesuai dengan diskursus ini. Studi ini menemukan relasi persahabatan kasih akan Tuhan, sesama, dan alam merupakan satu kesatuan kodrati yang mengungkapkan martabat luhur yang tidak akan pernah tuntas, final, dan definitif untuk terus diterjemahkan dalam hidup bersama sehari-hari. Kebaruan dalam “persahabatan metafisis” ialah bahwa aku sebagai “being” berada dalam kesadaran mengada bersama yang lain. Suatu “kesadaran mengada bersama” ini penting dan utama untuk terus diperjuangkan sebagai manusia yang beriman dan berakal budi
{"title":"Pemulihan Martabat Manusia dalam Perspektif Metafisika Persahabatan","authors":"Yohanes Alfrid Aliano, F. X. A. Riyanto","doi":"10.23887/jfi.v5i2.42402","DOIUrl":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42402","url":null,"abstract":"Martabat manusia merupakan nilai kodrati yang istimewa dan penting dalam diskursus filsafat metafisika. Fokus diskursus artikel ini dimaksudkan untuk menyibak salah satu aspek nilai kodrati itu, yaitu relasionalitasku dengan Tuhan, sesama, dan alam. Ada relasi yang intim dalam kehidupan manusia yang menjadi semacam “persahabatan metafisis” yang perlu direfleksikan. Persahabatan metafisis ini menjangkau relasiku dengan Tuhan, sesama, dan alam. Tujuan riset ini dimaksudkan agar setiap manusia memiliki spiritualitas penghormatan akan martabat dirinya dan sesamanya. Manusia perlu menyadari bahwa dirinya tidak hidup sendiri melainkan bersama Tuhan, sesama, dan alam. Buah spiritualitas persahabatan menjadi samacam “remahan roti” yang mengantar pada kebersatuan hidup dalam prinsip “meja perjamuan,” yaitu Bonum Commune. Mengenai metodologi, kami menggunakan library research melalui penelaahan berbagai sumber ilmiah buku dan artikel ilmiah metafisis-filosofis yang sesuai dengan diskursus ini. Studi ini menemukan relasi persahabatan kasih akan Tuhan, sesama, dan alam merupakan satu kesatuan kodrati yang mengungkapkan martabat luhur yang tidak akan pernah tuntas, final, dan definitif untuk terus diterjemahkan dalam hidup bersama sehari-hari. Kebaruan dalam “persahabatan metafisis” ialah bahwa aku sebagai “being” berada dalam kesadaran mengada bersama yang lain. Suatu “kesadaran mengada bersama” ini penting dan utama untuk terus diperjuangkan sebagai manusia yang beriman dan berakal budi","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129316574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}